Top Banner
LABORATORIUM KIMIA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KELOMPOK KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS OLEH KELOMPOK III Jeni Rustan (N111 12 009) Ika Reskia Nurul Hamka (N111 12 105) Edwin Rinaldi Philbert (N111 12 266 ) Krismawati Simon (N111 12 268) GOLONGAN RABU PAGI ASISTEN : ANDI REZKIANI BETA Ayu Isitiqomah Fauziah (N111 12 296) Nurul Fajaryanti (N111 12 341) Armala Sahid (N111 12 902)
37

Kromatografi Lapis Tipis Klt

May 01, 2017

Download

Documents

Wahyu Redfield
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kromatografi Lapis Tipis Klt

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KELOMPOK

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH

KELOMPOK III

Jeni Rustan (N111 12 009)

Ika Reskia Nurul Hamka (N111 12 105)

Edwin Rinaldi Philbert (N111 12 266 )

Krismawati Simon (N111 12 268)

GOLONGAN RABU PAGI

ASISTEN : ANDI REZKIANI BETA

MAKASSAR

2013

Ayu Isitiqomah Fauziah (N111 12 296)

Nurul Fajaryanti (N111 12 341)

Armala Sahid (N111 12 902)

Suharpiami (N111 10 )

Page 2: Kromatografi Lapis Tipis Klt

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis

lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur /

zat yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi

dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam

menentukan berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun

teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan metode

kromatografi. Kromatografi ( Chromatography ) sebenarnya secara harfiah

berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada hubungan secara

langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan dengan

cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi

adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada

dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu yang

pertama, fasa tetap ( Stationary Phase ) dan kedua, fasa bergerak (

Mobile Phase ). Dengan adanya penelitianpenelitian baru yang

memungkinkan untuk menerapkan prinsip kromatografi pada senyawa-

senyawa yang tak berwarna termasuk gas.

Adapun perkembangan pesat dari beberapa jenis sistem

kromatografi diantaranya adalah ; Kromatografi kertas, kromatografi

lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ), kromatografi gas ( Gas

Page 3: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Chromatography ), dan kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance

Liquid Chromatography ).

Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2

mm ) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan

penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat

pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada

permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan

kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas

dalam pemisahanpemisahan. Seperti halnya, kromatografi lapisan tipis

yang banyak digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar laboratorium di

Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner 3 merk CAMAG

( Made in Switzerland ) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang

mana proses pengambilan sample yang berada pada permukaan plat

(tempat sample yang telah dilakukan pemisahan) menggunakan scanner

didalam alat tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan

proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC Scanner 3 CAMAG sendiri

adalah mampu menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna,

membutuhkan waktu yang relatif cepat.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara-cara pemisahan dan identifikasi

suatu zat dengan menggunakan kromatografi lapis tipis.

Page 4: Kromatografi Lapis Tipis Klt

I.2.2 Tujuan Percobaan

Memisahkan dan mengidentifikasi parasetamol, vitamin c, teofilin

dan kofein dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Menentukan

eluen-eluen yang cocok dengan sampel yang ingin diuji. Menentukan nilai

Rf dari paracetamol, teofilin, vitamin C, koffein.

I.3 Prinsip Percobaan

Pemisahan parasetamol, Vitamin C, teofilin dan kofein dengan

metode kromatografi lapis tipis (KLT) berdasarkan kecepatan partisi dan

adsorbsi dari zat uji ke dalam eluen dengan parameter nilai Rf dari noda

yang terbentuk.

Page 5: Kromatografi Lapis Tipis Klt

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Dalam analisis dalam berbagai kandungan kimia, cara pertama

yaitu campuran harus dipisahkan. Banyak cara untuk memisahkan

senyawa dalam suatu campuran, salah satu diantaranya yang paling

sering dan mudah diguunakan yaitu kromatografi. Proses kromatografi

melibatkan 2 fase yaitu fase gerak dan fase diam. Fase gerak dapat

berupa gas atau cairan sedangkan fase diam dapat berupa celah-celah

atau bentuk granul padat atau berupa lapisan cairan encer yang diserap

oleh sebuah padatan (1).

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani

Rusia, Michael Rswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen

berwarna dalam tanaman dengan cara perlokasi ekstrak petroleum eter

dalam kolom gelasyang berisi kalsium karbonat (CaCO3) (2).

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang

menggunakan 2 fase yaitu gerak dan diam serta mengkuantifikasi macam-

macam komponen dalam suatu campuran yang kompleks, baik komponen

organik mauapun anorganik. (2)

Kromatografi dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme

pemisahannya misalnya kromatografi adsorpsi, afinitas, penukar ion, dsb.

Kromatografi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan alat yang digunakan

Page 6: Kromatografi Lapis Tipis Klt

seperti Kromatografi Kertas (KK), Kromatografi Lapis Tipis (KLT),

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan Kromatografi Gas (GC). (3)

Dalam kromatografi juga dikenal istilah kromatografi jenis planar

dan kolom. Kromatografi planar menggunakan fase diam berupa lempeng

tipis yang umumnya terbuat dari kaca, lempeng alumunium dan

sebagainya. Yang termasuk kromatografi planar yaitu kromatografi kertas

(KK) dan kromatografi lapis tipis (KLT). (2)

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan

murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikiann juga

peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang

digunakan lebih sederhana dan hampir semua laboratorium

melaksanakan metode ini (2).

Kromatografi lapis tipis (KLT) fase diamnya berupa lapisan

seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh

lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat plastik (2).

Fase diam pada KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan

diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel

fase diam, semakin baik kinerja KLT dalam hal efisien dan resolusinya.

Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa,

sementara mekanisme sorpsi yang utama adalah pada KLT yaitu adsorpsi

dan partisi. Untuk tujuan tertentu, pejerap atau fase diam dapat

dimodifikasi dengan cara pembaceman (2).

Page 7: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Fase gerak dari pustaka dapat ditentukan dengan uji pustaka atau

dengan dicoba-coba karena pengerjaan KLT ini cukup cepat dan mudah.

Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena

daya elusi campuran ini dapat diatur sedemikian rupa sehingga

pemisahan dapat terjadi dengan optimal. Dalam pembuatan dan pemilihan

fase gerak yang harus diperhatikan yaitu kemurnian dari eluen itu sendiri

karena KLT merupak teknik yang sensitif; daya elusi dari pelarut itu juga

harus diatur sedemikian rupa agar harga Rf berkisar antara 0,2-0,8 yang

menandakan pemisahan yang baik; polaritas dari pelarut juga harus

diperhatikan agar pemisahan terjadi dengan sempurna. (2)

Ada 2 cara yang digunakan untuk menganalisis secara kuantitatif

dengan KLT. Pertama, bercak yang terbentuk diukur langsung pada

lempeng dengan menggunakan ukur luas atau dengan teknik

densitometri. Cara kedua yaitu dengan mengorek bercak lalu menetapkan

kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan menimbang

hasil korekan.

Identifikasi secara kulitatif pada kromatografi kertas khususnya

kromatografi lapis tipis dapat ditentukan dengan menghitung nilai Rf. Nilai

Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa. Harga Rf

didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa titik awal dan

jarak tepi muka pelarut dari titik awal (3).

Page 8: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Beberapa metode kromatografi

Kromatografi kertas, dinamakan berdasarkan bahan yang

digunakan untuk fiksasi stationer

Kromatografi lapis tipis, mendapatkan namanya dari bentuk luar

adsorbs yang digunakan sebagai fase stationer yang difiksasi sebagai

lapis tipis pada penyangga seperti kaca atau gelas atau lembar

aluminium.

Kromatografi kolom bahan sorpsi dapat diisikan ke dalam kolom

gelas.

Kromatografi gas, membutuhkan kolom khusus yang diisi bahan

sorpsi, sedangkan fase mobil yang digunakan adalah gas

Kromatografi tekanan tinggi, berbeda dengan kromatografi gas,

sebagai ganti gas adalah suatu cairan yang dimasukkan dengan tekana

tinggi kedalam kolom yang berisi

Kromatografi penuh terion, menggunakan harsa sintetik sebagai

fase stationer yang bertindakk sebagai penukar kation atau anion

Kromatografi afinitas, sebagai fase stationer digunakan

pengembang makromolekul dengan gugus fungsi yang mempunyai

afinitas yang jelas atau mempunyai kemampuan bereaksi terhadap

molekul yang hendak ditentukan.

Kromatografi gel, menggunakan gel untuk pemisah yang terdiri dari

partikel berpori yang menggelembung.

Page 9: Kromatografi Lapis Tipis Klt

II.2 Uraian bahan

1. Parasetamol (4 : 37)

Nama resmi : Acetaminophenum

Sinonim : Asetaminofen, parasetamol

RM/BM : C8H9NO2 / 181,16

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau;

rasa pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P, dalam 90 bagian propilengikol

P, larut dalam alkali hiroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Sebagai sampel

2. Vitamin C (4: 47 )

Nama resmi : Acidum Ascorbicum

Nama lain : Asam Askorbat, Vitamin C

RM/BM : C6H8O6/ 173,13

Pemerian : serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak

berbau, rasa asam. Oleh pengaruh cahaya

lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan

kering mantap di udara, dalam larutan cepat

teroksidasi.

Page 10: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya

Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam

etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam benzen P.

Kegunaan : Sampel

3. Teofilin (4: 597)

Nama resmi : Theophyllinum

Nama lain : Teofilina

RM/BM : C7H8N4O2. H2O/ 198,18

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; pahit; mantap

di udara

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 180 bagian air, lebih

mudah larut dalam air panas; larut dalam kurang

lebih 120 bagian etanol (95%) P; mudah larut

dalam larutan alkali hidroksida dan ammonia

encer P.

Kegunaan : Sampel

4. Koffein (4 : 175 )

Nama resmi : Coffeinum

Nama lain : Kofeina

RM/BM : C8H10N4O2/ 194,19

Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum, mengkilat,

Page 11: Kromatografi Lapis Tipis Klt

biasanya menggumpal; putih; tidak berbau; rasa

pahit

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kelarutan : agak sukar larut dalam air dan etanol (95%) P;

mudah larut dalam kloroform P; sukar larut

dalam eter P.

Kegunaan : Sampel

5. NH4OH (4 : 86)

Nama resmi : Ammonia

Nama lain : Amonia

RM/BM : NH4OH/ 35,05

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas;

menusuk kuat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; di tempat sejuk

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Kegunaan : Sebagai eluen

6. Metanol (4 : 706 )

Nama resmi : Metanol P

RM/BM : CH3OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air

Kegunaan : Sebagai eluen

Page 12: Kromatografi Lapis Tipis Klt

7. Etil asetat ( 4 : 673 )

Nama resmi : Etil asetat P

RM/BM : CH3CO.O.C2H5

Pemerian : Cairan,tidak berwarna, baukhas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai eluen

8. Kloroform (4: 151)

Nama resmi : Choloroformum

Nama lain : Kloroform

RM/BM : CHCl3 / 119,38

Pemerian : Cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau

khas; rasa manis dan membakar

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,

terlindung dari cahaya

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah

larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam

sebagian besar pelarut organic, dalam minyak

atsiri dan dalam minyak lemak

Kegunaan : Sebagai eluen

9. Aseton (4 : 655)

Nama resmi : Aseton

Nama lain : Aseton

RM/BM : (CH3)2CO

Page 13: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna; mudah menguap;

bau khas; mudah terbakar.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol

(95%) P, dengan eter P dan dengan kloroform P,

memebentuk larutan jernih

Kegunaan : Sebagai sampel

10. n-heksana (4:283)

Nama resmi : Hexaminum

Nama lain : Heksamina

RM/BM : C6H12N4/140,19

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, tidak berbau, rasa membakar dan

manis kemudian agak pahit. Jika di panaskan

dalam suhu ± 260 menyublim.⁰

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol

(95 %) P dan dalam lebih kurang 10 bagian

kloroform P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai eluen

Page 14: Kromatografi Lapis Tipis Klt

III.3 Prosedur kerja

1. Kofein

a. Dalam bulk

Fase diam : Silica

Fase gerak : S1 = etil asetat-metanol-NH4OH pekat

S2 = methanol

S3 = metanol-butanol

S4 = metanol-kloroform

Deteksi : UV 254 nm

Penyiapan sampel: Dilarutkan dalam kloroform-etanol

b. Kofein (dalam kapsul bersama denagn profoksifen dan aspirin)

Fase diam : Silica

Fase gerak : Butil asetat

Deteksi : UV 254 nm

Penyiapan sampel : Diserbuk lalu dilarutkan dalam metanol dan

disaring

c. letakan spatula pada sekitar sampel kofein, tambahkan 4,0 ml

diklorometana

- siapkan TLC plate. Gunakan pensil untuk menandai garis sekitar

0,5 cm dari pinggir piringan

- Gunakan mmembuat kapiler mikroskopik sebuah titik kecil dari

tempat/ standar kofein

Page 15: Kromatografi Lapis Tipis Klt

- Tempatkan 1 cm dari sisi kiri dan dan terus ke kanan menggunakan

pensil

- Sekitar 1 cm dari tempat standar kofein, gunakan mikropipet lain

untuk menandai

- Kembangkan TLC plate dengan menempatkannya pada TLC

chamber yang telah diisi dengan pelarut hingga level 0,5 cm

- Ketika sudah mencapai 0,5 cm, hapus segera tanda dan tandai di

mana npelarut meningkat.

- Biarkan pelaarut berhenti menguap dan amati dibawah cahaya UV.

2. Paracetamol

a. System TA-Rf 95, system TB-Rf 00, system TD-Rf 15, system TE-Rf

45, system TF-Rf 32, system TAD-Rf 26, system TAE-Rf 77,

system TAJ-Rf 30, system TAK-Rf 05, system TAL-Rf 73 (solusi

besi (III) klorida, biru samar, diasamkan larutan permanganate,

positif)

b. Encerkan sejumlah zat uji dengan metanol P hingga diperoleh larutan

yang mengandung ± 1 mg paracetamol per ml. Larutan memenuhi

uji identifikasi secara kromatografi lapis tipis (281), gunakan fase

gerak campuran dari kromopentana klorida P:metanol P (2: ) pH

antara 3,8 dan 6,1

c. Fase diam: silica gel

Fase gerak: Heksan-aseton

Deteksi UV

OH

NN

O

Page 16: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Penyiapan sampel: Sebanyak 1 gram sampel dipindahkan ke dalam

tabung sentrifus gelas 15 ml bertutup rapat, lalu ditambah dengan 5

ml eter p, digojog selama 30 menit, disentrifus selama 15 menit

pada 1000 rpm.

3. Teofilin

a. System TA-Rf 75; system TB-Rf 01; system TC-Rf 30; system TE-Rf II,

system TF-Rf 9; system TG-Rf 33; system TL-Rf II; system TAF-Rf

70; system TAF-Rf 66; system TAJ-Rf 40; system TAK-Rf 21;

system TAL-Rf 78 (pereaksi ludy+ encer, orange). Plate: silica gel

F2S4 (0,25 mm ketebalan la pisau. Fase gerak: kloroform:metanol

(9:1). Dilihat dengan UV (λ = 254 nm); Rf = 0,54

b. Teofilin (tablet dengan efedrin dan fenobarbital)

Fase diam : Selulosa

Fase gerak:Kloroform-aseton-metanol-amonium hidroksida (50:10:10:1)

Deteksi : UV 254 nm

Penyiapan sampel: serbuk ditambah dengan kloroform-metanol (4:1), lalu

disaring.

c. Teofilin (kapsul dengan guanefesin)

Fase diam : selulosa

Fase gerak: Metanol:air

Deteksi : UV 254 nm

Penyiapan sampel: kapsul ditambah air lalu diekstraksi dengan kloroform

4. Vitamin C

Page 17: Kromatografi Lapis Tipis Klt

a. (dalam bulk)

Fase diam : silica

Fase gerak : metanol-aseton-air (20:4:3)

Deteksi : UV

Penyiapan sampel : dilarutkan dalam etanol absoulut.

b. - tuangkan 5 ml eluen ke kamar elusi, tutup ruangan dengan penutup

dan diamkan 15-20 menit

- Sementara ruang elusi dijenuhkan dengan upa pelarut, ambil setengah

dari tablet Vitamin C, lalu dihancurkan dengan mortar dan ditambah

aquades

- Filtrat larutan tersebut ke gelas kimia

- Tandai garis start di silca gel 6-8 mm dari tepi piring dengan pensil

grafit

- Tandai juga lokasi dimana sampel akan terlihat

- Jarak antara tetangga bintik-bintik harus sekitar 10 mm dan tempat

harus minimal 5 mm dari tepi piring

c. Tuang 5 ml eluen ke kamar elusi. Tutup chamber dan diamkan 15-20

menit . sementara ruang dijenuhkan dengan uap pelarut

BAB III

Page 18: Kromatografi Lapis Tipis Klt

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol eluen,

chamber, gelas piala, gelasukur, gunting, kertas saring, lampu UV 254

dan 366 nm, mistar , pensil, pinset, pipa kapiler (penotol), Silikagel GF254

III.1.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest,

ammonia, etanol, etilasetat, kloroform, larutan sampel (Vitamin c, teofilin,

kofein, parasetamol,), kloroform, NH4OH, aseton, dan metanol.

III.2 Cara kerja

1. Sampel dan pembanding dilarutkan dengan NH4OH dalam 2 vial

dan dibungkus dengan alumunium foil

2. Eluen dibuat dengan perbandingan yang sudah ditentukan

3. Chamber dijenuhkan dengan eluen yang telah dibuat, kertas saring

dimasukan dan chamber ditutup dengan penutup kaca.

4. Larutan sampel serta larutan pembanding tersebut diambil

menggunakan pipa kapiler

5. Sampel dalam pipa kapiler tersebut ditotol bagian batas bawah

yang sudah ditandai pada lempeng yang sudah diaktifkan terlebih

dahulu

6. Lempeng dimasuka dalam chamber yang sudah dijenuhkan

Page 19: Kromatografi Lapis Tipis Klt

7. Ditunggu hingga eluen mencapai batas atas dan lempeng diagkat,

diangin-anginkan beberapa menit

8. Hasil kromatografi diamati dengan lampu UV 256 nm dan 366 nm

Page 20: Kromatografi Lapis Tipis Klt

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

Keterangan

a: jarak noda sampel yang terbentuk

b: Jarak noda pembanding yang terbentuk

c: Jarak yang ditempuh eluen

IV.2 Perhitungan

Rf ¿ jarak titik tengahnodadari batas bawahjarak tepimuka pelarut darititik awal

a) Kelompok I

Sampel A (heksan:aseton)

KEL Sampel Pembanding Eluen a b c Rf

I A ParacetamolHeksan:aseton (3:1)

Etanol:etil asetat (2:1)

1,2

-

-

-

4,2

-

0,28

-

II B KoffeinHeksan:Etil asetat (1:3)

Metanol:Air (2:1)

-

-

-

-

-

-

-

-

III C TeofilinKloroform:aseton (6:1)

Methanol:NH4OH (1:1)

0,8

-

0,8

-

4,2

-

0,19

-

IV D Vitamin CMetanol:Aseton (2:4)

Metanol:Etil Asetat (1:3)

3,5

3,6

-

-

4,35

4,35

0,80

0,82

V E ParacetamolHeksan:aseton (3:1)

Etanol:etil asetat (2:1)

-

-

-

-

-

-

-

-

VI F Vitamin CMetanol:Aseton (2:4)

Metanol:Etil Asetat (1:3)

3,2

2,7

-

-

4,5

4,0

0,8

0,675

Page 21: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Rf = 1,24,2 = 0,28

Sampel A (etanol:etil asetat)

Rf = 1,34,2 = 0,309

b) Kelompok II

Sampel B

c) Kelompok III

Sampel C (Kloroform: aseton) (6:1)

Rf = 0,84,2 = 0,19

Pembanding (teofilin) (klororofm:aseton) (6:1)

Rf = 0,84,2 = 0,19

d) Keompok IV

Sampel D (metanol:aseton)

Rf = 3,54,35 = 0,80

Sampel D (metanol:etil asetat)

Rf = 3,64,35 = 0,82

e) Kelompok V

f) Kelompok VI

Page 22: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Sampel F (metanol:aseton)

Rf = 3,24,0 = 0,80

Sampel F (metanol:etil asetat)

Rf = 2,74,0 = 0,675

IV.3 Gambar

Laboratorium Kimia Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Sampel : C

Pembanding : Teofilin

Eluen : Kloroform : Aseton (6:1)

Deteksi : UV 254 nm

Laboratorium Kimia Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Sampel : C

Pembanding : Teofilin

Eluen : Kloroform : Aseton (6:1)

Deteksi : UV 366 nm

Laboratorium Kimia Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Laboratorium Kimia Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Page 23: Kromatografi Lapis Tipis Klt

BAB V

Page 24: Kromatografi Lapis Tipis Klt

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan analisis kuantitatif dengan metode

kromatografi lapis tipis. Sampel yang dianalisis yaitu sampel C dengan

pembanding berupa teofilin baku.

Pada percobaan ini, mula-mula sampel dilarutkan dengan NH4OH

didalam vial, kemudian eluen dimasukan dalam chamber dan dijenuhkan

dengan kertas saring sebagai penanda kejenuhan chamber. Setelah itu

sampel dan pembanding atau baku teofilin ditotolkan pada silica gel yang

telah diaktifkan.

Chamber dijenuhkan dengan eluen agar aluen lebih mudah untuk

mempartisi sampel maupuin pembanding. Digunakan silica gel karena

mengandung bahan tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya

lekat.

Harga Rf dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:

- Pelarut

- Bahan pengembang

- Suhu

- Kejenuhan chamber

- Kelembaban ruangan

- Konsentrasi

- Panjang trayek migrasi

Page 25: Kromatografi Lapis Tipis Klt

Pada analasis teofillin digunakan 2 eluen yaitu campuran kloroform

dengan aseton dengan perbandingan (6:1) serta metanol:NH4OH dengan

perbandingan (1:1)

Noda yang terbentuk dengan penggunaan eluen kloroform dan

aseton (6:1), sampel danpembanding membentuk noda yang sama

sepanjang 0,8 cm diamati dengan UV 254 nm didapat nilai Rf sebesar

0,19. Sedangkan yang diamati dengan UV 366 nm tidak terlihat dengan

baik.

Pada sampel C dengan pembanding teofilin, dipisahkan dengan

eluen metanol:NH4OH dengan perbandingan (1:1). Pada percobaan ini

tidak terbentuk noda. Kemungkinan karena sampel yang

Page 26: Kromatografi Lapis Tipis Klt

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Harga Rf sampel C dengan pembanding teofillin menggunakan

eluen kloroform:aseton (6:1) adalah 0,19

2.

3. Rf sampel dan pembanding dengan eluen metanol:NH4OH tidak

dapat ditentukan dikarenakan eluen yang tidak bisa

VI.2 Saran

1. Sebaiknya alat-alat laboratorium diperbanyak jumlahnya agar

praktikum berjalan lancar

2. Sebaiknya jumlah asisten yang mengawasi di laboratorium

diperbanyak agar praktikum lebih efisien

Page 27: Kromatografi Lapis Tipis Klt

DAFTAR PUSTAKA

1. Ewing, Galen Wood. Instrumental of Chemical Analysis Fifth edition.

Singapore: McGraw-Hill. 1985

2. Gholib, Ibnu.. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2007

3. Marzuki, Asnah.. Kimia Analisis Farmasi. Makassar: Dua Satu Press.

2013

4. Ditjen POM. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. 1979

5.