i KRITERIA PENDETA IDEAL MENURUT JEMAAT GKJ ARGOMULYO SALATIGA DAN JEMAAT GKJ YEREMIA DEPOK Tesis Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana DYAH PRAMESTI 752014033 MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
11
Embed
KRITERIA PENDETA IDEAL MENURUT JEMAAT GKJ …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10543/7/T2_752014033_Judul.pdf · 9. Majelis Jemaat GKJ Semarang Barat yang telah mendukung penulis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
KRITERIA PENDETA IDEAL
MENURUT JEMAAT GKJ ARGOMULYO SALATIGA DAN
JEMAAT GKJ YEREMIA DEPOK
Tesis
Diajukan kepada
Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama
Universitas Kristen Satya Wacana
DYAH PRAMESTI
752014033
MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
ABSTRAKSI
Seorang pendeta yang telah ditahbiskan secara langsung memiliki tanggung jawab di
dalam integritas religius, iman, dan spiritualitasnya dalam upaya mempraktekkan teologi bukan
hanya sebagai ilmu teknis tetapi sebagai refleksi atas tradisi Kristen dalam dialog kehidupan.
Oleh karena itu, adalah sebuah tragedi bila pendeta melupakan/gagal dalam memahami janji
pentahbisan. Akan tetapi pemenuhan janji pentahbisan sebagai panggilan pelayanannya tidak
semudah menyelesaikan studi teologi. Karena pemenuhan akan janji ini tidak hanya ditentukan
dari nilai akademis, tetapi lebih pada karakter, kepribadian, spiritualitas, dan kepemimpinan,
sehingga dalam realitasnya, khususnya di sinode GKJ tidak sedikit pendeta yang bermasalah
dengan jemaatnya terlebih dengan dirinya. Hal ini terjadi ketika tuntutan jemaat senantiasa
bergesekan dengan makna panggilannya sebagai nabi, ketika kehilangan prioritas antara
perhatian terhadap jemaat dan keluarga, ketika godaan akan rasa aman dan nyaman menekannya,
juga ketika fokus akan panggilan pelayanan menjadi tidak jelas sehingga kehilangan konsistensi
atas panggilannya sebagai pendeta.
Teori tentang kependetaan menjelaskan siapa itu pendeta, sehingga memberikan
pemahaman kepada penulis bahwa seorang pendeta merupakan seorang hamba Tuhan yang
merupakan seorang pemimpin jemaat yang menjadi teladan dan panutan. Dalam teori
kependetaan ini juga, penulis juga mendapat pemahaman mengenai jabatan pendeta, karakteristik
pendeta, tipe kepemimpinan pendeta, fungsi utama dan tanggung jawab pendeta, tugas dan
pelayanan pendeta.
Dalam penelitian ini menggunakan interview (wawancara) terhadap Majelis Jemaat,
anggota jemaat GKJ Argomulyo Salatiga dan Majelis Jemaat, anggota jemaat, Panitia
Pemanggilan Pendeta GKJ Yeremia Depok. Penelitian ini mengidentifikasikan akan pandangan
kriteria pendeta ideal di masing-masing jemaat tersebut. Beberapa hal yang mempengaruhi
ketidakkonsistenan itu adalah budaya Jawa yang kental dengan sistem harmonis, tuntutan peran
di jemaat, dan struktur dalam kelembagaan di GKJ. Dalam rangka untuk konsisten terhadap
panggilannya maka para pendeta GKJ perlu mengembangkan diri dalam hal spiritualitas,
vi
karakter dan kepemimpinan, sehingga melalui tahbisan dirinya, tetap mampu menampilkan diri
dengan baik di jemaat maupun di tempat lain (keluarga). Menjadi pendeta bukanlah beban
melainkan panggilan, hidup bersama dengan jemaat bukanlah mengubah diri mengikuti tuntutan,
tetapi bertumbuh bersama.
Kata Kunci : Pendeta, Karakteristik Kepemimpinan, Pendeta GKJ
vii
KATA PENGANTAR
Hal yang paling membahagiakan adalah saat seseorang diberi kesempatan untuk menjadi
dirinya sendiri. Mengekspresikan diri untuk mengambil bagian dalam panggilan hidup sekaligus
merayakan hidup dalam konsistensi adalah hal yang tidak mudah, hal yang unik, namun
bukanlah hal yang mustahil untuk dialami. Manusia dengan rasionya (akal budinya), dapat
meraih kebahagiaan bagi hidupnya. Namun, manusia harus menjalankan aktivitasnya (akal
budinya), menurut keutamaannya (virtue) karena aktivitas yang disertai keutamaan dapat
membuat manusia bahagia. Kebahagiaan tidak terletak pada pengertian menikmati hasil atau
prestasi, tetapi pada karakter kontemplasi rasional sebagai suatu aktivitas manusia untuk
mengalami pencerahan.
Dalam perjumpaan dan pergumulan bersama sepanjang 2 tahun di Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga ini, banyak hal yang penulis dapatkan dalam mempertajam arti
konsistensi, untuk hal itu, penulis bersyukur atas orang-orang, sahabat, dan mitra kekasih yang
Tuhan tempatkan di sekitar penulis :
1. Bp. Suparyanto dan Ibu Djuwitaningsih sebagai orangtua yang sudah memberi dukungan
kepada penulis selama studi yang disertai dengan pelayanan;
2. Para dosen Magister Sosiologi Agama yang telah memberikan ilmunya kepada penulis;
3. Teman-teman PPs SA 2014 yang telah memberikan dukungan semangat;
4. Sahabat-sahabat KAT Persetia 2015 : Bang Novrando Sinaga, Bang Julianto Situmorang,
Bro Alfian, Pdt. Olav, Oshin yang telah menjadi sahabat bagi penulis mendukung dan
mendoakan;
5. Dr. David Samiyono, MTS. MS. dan Pdt. Dr. Tony Tampake sebagai dosen pembimbing
yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama kuliah dan selama mengerjakan
tesis;
6. Majelis Jemaat GKJ Argomulyo Salatiga yang telah memberikan kesempatan dan membantu
penulis untuk melakukan penelitian di gereja;
7. Majelis Jemaat GKJ Yeremia Depok dan Tim Papenta (Panitia Pemanggilan Pendeta) yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengalami proses belajar dalam
viii
pelayanannya memasuki tahap orientasi dan yang telah banyak membantu penulis untuk
memperlengkapi penyusunan tesis ini;
8. Ibu Lianawati sebagai karyawan yang telah banyak membantu penulis dalam banyak hal;
9. Majelis Jemaat GKJ Semarang Barat yang telah mendukung penulis untuk studi lanjut dan
mengikuti proses semenjak di GKJ Kabluk dan di GKJ Yeremia Depok, khususnya Pdt. Drs.
Bambang Irianto, S.Th., M.Min. dan Pdt. Sediyoko, M. Si.;
10. Segala pihak yang telah mendukung penulis dan mendoakan penulis