Kristalografi (Sistem Kristal)
http://geoenviron.blogspot.com/2012/02/kristalografi-sistem-kristal.html
Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud
dengan Mineral sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara
alamiah, seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas
volumenya dan mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam
bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses Geologi dan sebagai
unit terkecil dalam Geologi adalah dengan mempelajari kristal.
Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang
dikembangkan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan
kristal, termasuk bentuk, struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya.
Dahulu, Kristalografi merupakan bagian dari Mineralogi. Tetapi
karena bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk tersebut
merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap
untuk tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX,
Kristalografi dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri.
Pengertian KristalKata kristal berasal dari bahasa Yunani
crystallon yang berarti tetesan yang dingin atau beku. Menurut
pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan pendapat para
ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga
susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan
kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur.
Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar
yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin
dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang ini disebut
sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka
kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu
kristal. Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal,
sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus
kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai
satuan panjang yang disebut sebagai parameter.Bila ditinjau dan
telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :1. Bahan padat homogen, biasanya
anisotrop dan tembus cahaya : tidak termasuk didalamnya cair dan
gas tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh
proses fisika terbentuknya oleh proses alam2. Mengikuti hukum-hukum
ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti hukum
geometri : jumlah bidang suatu kristal selalu tetap macam atau
model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap sifat
keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang
tetap.Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan
tidak mengikuti hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur
tetapi tidak dibentuk oleh proses alam (dibentuk secara
laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai
kristal.Proses Pembentukan KristalPada kristal ada beberapa proses
atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh
suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut.
Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi
lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.Berikut ini
adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal : Fase cair ke padat : kristalisasi suatu
lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi
alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar
pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal.
Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Fase gas ke
padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa
melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan
kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini,
kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat
karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil
dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena
perubahan temperature. Fase padat ke padat : proses ini dapat
terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan
temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya,
sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini
hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena
terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan.
Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur
fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena
tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan
temperatur.Sistem KristalografiDalam mempelajari dan mengenal
bentuk kristal secara mendetail, perlu diadakan pengelompokkan yang
sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada perbangdingan
panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu
tegaknya.Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat
simetrinya (bidang simetri dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh
sistem, yaitu : Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal,
Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.Dari tujuh sistem kristal dapat
dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal. Pengelompokkan ini
berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem
Tetragonal mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga
kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya
Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.Sumbu, Sudut
dan Bidang SimetriSumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat
menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu
tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan beberapa kali
kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi tiga, yaitu :
gire, giroide, dan sumbu inversi putar.Sudut simetri adalah sudut
antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal. Sudut-sudut ini
berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada
kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu
sendiri.Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah
kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan (refleksi) dari bagian yang lainnya. Bidang
simetri ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial
dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang
tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu
kristal).Proyeksi OrthogonalProyeksi orthogonal adalah salah satu
metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah penggambaran.
Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hamper pada semua
penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada
bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi.
Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan
menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan
menggambar sumbu a,b,c dan seterusnya dengan menggunakan
sudut-sudut persilangan atau perpotongan tertentu. Dan pada
akhirnya akan membentuk gambar tiga dimensi dari garis-garis sumbu
tersebut dan membentuk bidang-bidang muka kristal.Aplikasi
Kristalografi Pada Bidang GeologiPada bidang Geologi, mempelajari
kristalografi sangatlah penting. Karena untuk mempelajari ilmu
Geologi, kite tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari
Bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan
mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan pada bagian
sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang
dibentuk kristal-kristal.Dengan mempelajari kristalografi, kita
juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan dasar pembentuk
Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi.
Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari
sifat-sifat berbagai macam mineral yang paling dicari oleh manusia.
Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai
estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada
dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari
ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah
sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.
1. Sistem IsometrikSistem ini juga disebut sistem kristal
regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus atau kubik.
Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan
yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu
c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti,
pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu
sama lain (90).
Gambar 1 Sistem IsometrikPada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a
: b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan
nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu
b.Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas : Tetaoidal Gyroida
Diploida Hextetrahedral HexoctahedralBeberapa contoh mineral dengan
system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite,
Fluorite (Pellant, chris: 1992)2. Sistem TetragonalSama dengan
system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau
lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.Pada kondisi
sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
= b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = =
90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya
( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).Gambar 2 Sistem
TetragonalPada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,
sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1
: 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada
sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.Sistem tetragonal dibagi menjadi
7 kelas: Piramid Bipiramid Bisfenoid Trapezohedral Ditetragonal
Piramid Skalenohedral Ditetragonal BipiramidBeberapa contoh mineral
dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite,
pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)3. Sistem
HexagonalSistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak
lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d
masing-masing membentuk sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a,
b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat
lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).Pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a
sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal
ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120 terhadap sumbu .Gambar 3 Sistem HexagonalPada
penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b
ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan
nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk
sudut 40 terhadap sumbu b+.Sistem ini dibagi menjadi 7: Hexagonal
Piramid Hexagonal Bipramid Dihexagonal Piramid Dihexagonal
Bipiramid Trigonal Bipiramid Ditrigonal Bipiramid Hexagonal
TrapezohedralBeberapa contoh mineral dengan sistem kristal
Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite,
apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)4. Sistem TrigonalJika kita
membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini
kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal
setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian
dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang
melewati satu titik sudutnya.Pada kondisi sebenarnya, Trigonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang
artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu
d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu
.Gambar 4 Sistem TrigonalPada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan
sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap
sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.Sistem ini
dibagi menjadi 5 kelas: Trigonal piramid Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid Ditrigonal Skalenohedral RombohedralBeberapa
contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline
dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)5. Sistem OrthorhombikSistem
ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.Pada kondisi
sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem
ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90).Gambar 5 Sistem
OrthorhombikPada penggambaran dengan menggunakan proyeksi
orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b :
c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.Sistem ini dibagi menjadi 3
kelas: Bisfenoid Piramid BipiramidBeberapa contoh mineral denga
sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl,
aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)6. Sistem
MonoklinMonoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring
dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap
sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak
lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b
paling pendek.Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki
axial ratio (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang
sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini
berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90),
sedangkan tidak tegak lurus (miring).Gambar 6 Sistem MonoklinPada
penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada
sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30.
Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45
terhadap sumbu b.Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas: Sfenoid
Doma PrismaBeberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin
ini adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot
(Pellant, chris. 1992) 7. Sistem TriklinSistem ini mempunyai 3
sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.Pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya
tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system
ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.Gambar 7 Sistem TriklinPada penggambaran dengan menggunakan
proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c
= sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran
panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara
sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut
80 terhadap c+.Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas: Pedial
PinakoidalBeberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini
adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan
anortoclase (Pellant, chris. 1992)source: Mondadori, Arlondo. 1977.
Simons & Schusters Guide to Rocks andMinerals. Milan : Simons
& Schusters Inc.Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals.
London: Dorling KindersleyWijayanto, Andika. 2009.
Kristalografi.anakgeotoba.blogspot.com/
PENGERTIAN & KAITAN dengan ILMU LAINKristalografi adalah
ilmu yang mempelajari kristal. Dalam perkembangannya, tentu saja
Kristalografi tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan ilmu lain.
Selain didukung ilmu lain, Kristalografi juga mendukung ilmu
lain.
Secara ringkas kristalografi mendukung mineralogi deskriptif,
Kimia kristal, dan taksonomi mineralogi. Dimana ketiganya itu
merupakan pendukung mineralogi. Mineralogi selanjutnya menjadi
pendukung utama petrologi. Mineralogi sendiri didukung oleh Kimia
anorganik, Termokimia, dan Geokimia.
MENGAPA PENTING MEMPELAJARI KRISTALOGRAFI?Sebagai ilmu yang
paling dasar untuk mempelajari mineral, tentulah kita
bertanya-tanya, 'seberapa pentingkah mempelajari ilmu ini?'.
Berikut ada beberapa alasan mengenai pentingnya belajar
kristalografi:
1.Hampir semua mineral di alam berbentuk kristalin.Kristalin
disini artinya mineral itu mempunyai susunan atom yang padat dan
teratur. Hal ini telah dibuktikan dengan "Scanning Electron
Microscope"dan secara mineralogi.
2.Sifat-sifat optis mineral ditentukan oleh sistem
kristalnyaPenjabaran lebih lanjut mengenai ini ada di mineral optik
dan petrografi.
3.Sifat-sifat difraksi mineral tergantung pada struktur kristal
dan jarak antar kisi-kisi kristalDibuktikan oleh Difraksi Sinar X
(X-Ray Diffraction)
TUJUAN MEMPELAJARI KRISTALOGRAFI1.Untuk mengidentifikasi
mineral, penentuan morfologi, komposisi dan sifat-sifat
fisiknya.Metode analisis yang biasa digunakan adalah:a. Mineralogi
optik menggunakan mikroskop polarisasi
Mineral Ortopiroksen
b. Difraksi Sinar-X (XRD)
c. Scanning Electron Microscope Metode ini dilakukan khusus
untuk mineral yang berukuran sangat kecil seperti mineral
lempung.
Peralatan untuk melakukan SEM
2. Eksplorasi endapan mineral dan bijih.
3. Mineralogi industri (mineral untuk semen dan zeolith)
zeolit yang mempunyai banyak manfaat
4. Industri gemologi (batu permata)
5. Aspek mineralogi ilmu material, ex keramik
6. Biomineralogi
7. Mineralogi sebagai bencana kesehatan, ex asbes (mineralogi
modis)
RUANG LINGKUP ILMU KRISTALOGRAFI & MINERALOGI1.
Pendahuluan2. Kristalografi3. Kimia dan struktur kristal4.
Pertumbuhan kristal5. Sifat-sifat fisik mineral6. Sistematika
mineralogi7. Genesa dan asosiasi mineral8. Mineral silikat9.
Karbonat, sulfosalt, dan fosfat10. Oksida dan hidroksida11.
Sulfida12. Unsur murni13. Mineral pembentuk Batuan14. Endapan
mineral ekonomis
PENGERTIANKristalografiadalah penjabaran mengenai
kristal-kristal.Kristalsendiri adalah zat padat yang mempunyai
susunan atom atau molekul yang teratur dimana keteraturan susunan
tersebut dapat dilihat pada permukaannya yang terdiri dari
bidang-bidang datar.
Hal-hal penting yang dipelajari di kristalografi antara lain:-
Sistem kristal- Kimia dan struktur kristal- Pertumbuhan kristal-
Bentuk luar kristal- Struktur dalam kristal
Kristal dapat terbentuk oleh melalui dua cara yaknipresipitasi
dan kristalisasi. Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk
dan ukuran butir kristal. Semakin lama proses kristalisasi
berlangsung, maka ukuran kristal akan semakin besar dan
sebaliknya.a. Contoh dari larutan (solution) mengalami
presipitasi--> Gipsum, Halit, Kalsitb. Contoh dari lelehan
(melt) mengalami kristalisasi --> Orthoklas, Kuarsac. Contoh
dari uap (vapour) mengalami presipitasi --> Gipsum, Belerang,
Alunit
SIFAT KRISTALKristal mempunyai sifat dasar yang diutarakan oleh
Steno yaitudua bidang muka kristal yang berimpit selalu membentuk
sudut yang besarnya tetap pada suatu kristal.Hukum ini kemudian
dikenal denganHukum Ketetapan Sudut bidang dua atau Hukum
Steno)
Bidang muka kristaladalah bidang-bidang datar yang membentuk
permukaan kristal. Masing-masing kristal akan mempunyai letak dan
arah bidang muka kristal tertentu dan berbeda-beda.Contoh: Kristal
tawas [(NH4)2Al2(SO4)4.24H20]KristalografiApa itu kristalografi?
Dari kata dasarnya, Crystal, sudah dapat diketahui secara umum
bahwa Crystalgraphy merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang
Kristal. Kristal sendiri sebenarnya merupakan suatu zat padat yang
mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar
dan rata yang mengikuti polapola tertentu, dan sebenarnya memiliki
suatu hukumyang dikenal sebagai Law of Constancy of Interfacial
Angles (Steno.1669), yaitu suatu hokum yang memiliki kandungan
bahwa sudut pembentuk bidang Kristal besarnya adalan konstan.Relasi
dengan Mineralogy
.MINERALOGY,adalah ilmu yang secara alami mengikutsertakan
substansi padat yang merupakan bagian dari alam semesta. Mineral
adalah zat atau benda yang biasanya padat dan homogen dan hasil
bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu
serta umumnya berbentuk kristalin. Meskipun demikian ada beberapa
bahan yang terjadi karena penguraian atau perubahan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan ke dalam
mineral,seperti batubara, minyakbumi, tanahdiatome. Jadi,
sebenarnya Kristalografi adalah salah satu cabang ilmu dari
Mineralogy. Dalam konteks ini, Crystallography merupakan ilmu ini
berkenaan dengan bentuk geometris, simetri eksternal dan properti
optikal dari kristal. Tujuan utama dari teknik crystallography
moderen adalah penentuan struktur kristal. Hal ini menyediakan
informasi lokasi dari semua atom, posisi ikatan dan tipe ikatannya,
ikatan simetri dan isi kimiawi dari unit sel.Daya Ikat KristalDaya
yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat-zat yang
terdapat pada kristal bersifat elektrostatis secara alami.. Tipe
dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan
kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan
konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan
secara langsung terhadap daya ikat. Secara umum, ikatan kuat
memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi
dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari
suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ionik, kovalen,
logam dan van der Waals.Unsur-unsur Simetri Kristal Bidang
SimetriBidang simetri merupakan suatu bidang khayal yang menembus
dan membagiKristal menjadi dua bagian yang sama besar dengan salah
satu sisi / bagian merupakan suatu pencerminan dari bidang yang
lain. Bidang simetri dibagi menjadi dua, yaitu :1. Bidang Simetri
Aksial, merupakan suatu bidang simetri yang melewati 2 sumbu
Kristal. 2. Jika bidang tersebut terbentuk tegak lurus dengan sumbu
c, maka disebut dengan Bidang Simetri Horizontal.n Jjika bidang
tersebut terbentuk sejajar dengan sumbuu c, maka disebut dengan
Bidang Simetri Vertikal.2. Bidang Simetri Intermediet, apabila
bidang simetri tersebut hanya melewati 1 sumbu saja (Bidang Simetri
Diagonal) Sumbu SimetriSumbu simetri adalah garis bayangan yang
dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan
poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan didapatkan
beberapa kali kenampakan yang sama.
1. Gire, atau sumbu simetri biasa,cara mendapatkan nilai
simetrinya adalah dengan memutar Kristal pada porosnya dalam satu
putaran penuh. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama
dinamakan digire, bila tiga trigire (3),dst.. 2. Giroide adalah
sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan memutar
kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
3. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan
nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya
dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu. Bila tiga
tribar (3), empat tetrabar (4),dst Pusat SimetriSuatu kristal
dikatakan mempunyai pusat simetri bila dalam kristal tersebut dapat
dibuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal
menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada
permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat
kristal pada garis bayangan tersebut Semua Kristal memiliki pusat
Kristal, namun belum tentu memiliki sumbu simetri.