Top Banner
APA SIH MAKSUD PENGAMSAL MENURUT PANDANGANMU?" Amsal 10: 1-15 Teman-teman pemuda remaja beserta Pembina yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Kita semua yang hadir pada malam ini pasti tahu dengan yang namanya puisi. Puisi merupakan salah satu karya seni dalam bentuk tertulis dimana bahasa digunakan untuk melihat nilai estetika yang ada pada tiap kata maupun frase dalam sebuah puisi. Puisi juga bisa kita kita temukan di beberapa kitab dalam alkitab seperti Mazmur dan Amsal. Amsal berisi kumpulan ucapan ringkas dan nasihat prilaku yang mendidik orang muda. Kitab ini ditulis dalam bentuk puisi-artinya tersusun teratur dan tamsil yang hidup dan lahir dalam lingkungan yang cukup mapan yang ingin memelihara tradisi dan kelanggengannya. Kitab Amsal ditulis oleh beberapa orang, tetapi penulis yang terbanyak adalah raja Salomo yang pasalnya kita baca pada malam hari ini. Sedangkan penulis-penulis lainnya adalah Agur dan ibu raja Lemuel. Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani ‘misyle/masyal’ ‘Amsal dari’, adalah singkatan dari ‘’misyle syelomoh’’, Amsal-amsal Salomo. Kitab Amsal merupakan kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya yang berbeda-beda. Keanekaragaman ini menunjukkan ruang lingkup yang luas dari masyal . Sehingga masyal mungkin dari akar kata yang berarti ‘menyerupai’ atau ‘membandingkan’, hingga awalnya mungkin semacam perbandingan, contohnya terdapat ayat 4, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” Kitab Amsal terdiri dari 31 pasal. Kitab Amsal berisikan kata-kata hikmat yang mengajarkan asas-asas dari kehidupan yang dijalankan dengan penuh rasa takut kepada Tuhan. Tapi ada beberapa orang, mempunyai keterbatasan dalam memahami beberapa kalimat khiasan yang tertera dalam Amsal. Mungkin penyebabnya karena kita tidak pernah mengikuti pengajaran teologia atau mungkin kurangnya rasa ingin tahu kita untuk mencari apa maksud dari tiap ayat yang berada di kitab Amsal. Untuk itu, malam ini saya ingin mengajak kita semua yang hadir untuk bersama-sama memahami dan mencari tahu apa maksud dari tiap-tiap ayat yang ada pada pasal 10:1- 15 ini. Bagi 3 kelompok: masing-masing kelompok, membahas 5 ayat. beri waktu beberapa menit untuk membahasnya dikelompok. setelah itu beri kesempatan setiap kelompok menyampaikan pandangan mereka mengenai setiap ayat. Simpulkan apa yang menjadi paparan masing-masing kelompok. Jika kita simpulkan, dalam pasal 10 ini kita bisa melihat bagaimana Raja Salomo mencoba memberikan perbandingan antara orang yang takut akan Tuhan/ orang-orang benar dengan orang-orang fasik. Bagaimana Tuhan selalu merancangkan rencana dan jalan hidup yang indah bagi siapa saja yang mau hidup taat kepadaNya dan bagaimana hidup orang benar diberkati dan dilindungi oleh Tuhan dan juga mendapat hikmat dariNya. Sedangkan hidup orang fasik tidak diberkati, tidak berguna, terjatuh, miskin,
13

Kotbah pemuda

Jul 23, 2015

Download

Business

Erizal Cotenk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kotbah pemuda

APA SIH MAKSUD PENGAMSAL MENURUT PANDANGANMU?"

Amsal 10: 1-15

Teman-teman pemuda remaja beserta Pembina yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, Kita semua yang hadir pada malam ini pasti tahu dengan yang namanya puisi. Puisi

merupakan salah satu karya seni dalam bentuk tertulis dimana bahasa digunakan untuk melihat nilai estetika yang ada pada tiap kata maupun frase dalam sebuah puisi.

Puisi juga bisa kita kita temukan di beberapa kitab dalam alkitab seperti Mazmur dan Amsal. Amsal berisi kumpulan ucapan ringkas dan nasihat prilaku yang mendidik orang muda. Kitab ini ditulis dalam bentuk puisi-artinya tersusun teratur dan tamsil yang hidup

dan lahir dalam lingkungan yang cukup mapan yang ingin memelihara tradisi dan kelanggengannya. Kitab Amsal ditulis oleh beberapa orang, tetapi penulis yang

terbanyak adalah raja Salomo yang pasalnya kita baca pada malam hari ini. Sedangkan penulis-penulis lainnya adalah Agur dan ibu raja Lemuel. Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani ‘misyle/masyal’ ‘Amsal dari’, adalah singkatan dari

‘’misyle syelomoh’’, Amsal-amsal Salomo. Kitab Amsal merupakan kumpulan tulisan dengan aneka ragam gaya yang berbeda-beda. Keanekaragaman ini menunjukkan

ruang lingkup yang luas dari masyal. Sehingga masyal mungkin dari akar kata yang berarti ‘menyerupai’ atau ‘membandingkan’, hingga awalnya mungkin semacam perbandingan, contohnya terdapat ayat 4, “Tangan yang lamban membuat miskin,

tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya” Kitab Amsal terdiri dari 31 pasal. Kitab Amsal berisikan kata-kata hikmat yang

mengajarkan asas-asas dari kehidupan yang dijalankan dengan penuh rasa takut kepada Tuhan. Tapi ada beberapa orang, mempunyai keterbatasan dalam memahami beberapa

kalimat khiasan yang tertera dalam Amsal. Mungkin penyebabnya karena kita tidak pernah mengikuti pengajaran teologia atau mungkin kurangnya rasa ingin tahu kita

untuk mencari apa maksud dari tiap ayat yang berada di kitab Amsal. Untuk itu, malam ini saya ingin mengajak kita semua yang hadir untuk bersama-sama memahami dan mencari tahu apa maksud dari tiap-tiap ayat yang ada pada pasal 10:1-

15 ini.

Bagi 3 kelompok: masing-masing kelompok, membahas 5 ayat. beri waktu beberapa menit untuk membahasnya dikelompok. setelah itu beri kesempatan setiap kelompok menyampaikan pandangan mereka mengenai setiap ayat.

Simpulkan apa yang menjadi paparan masing-masing kelompok.

Jika kita simpulkan, dalam pasal 10 ini kita bisa melihat bagaimana Raja Salomo mencoba memberikan perbandingan antara orang yang takut akan Tuhan/ orang-orang benar dengan orang-orang fasik. Bagaimana Tuhan selalu merancangkan rencana dan

jalan hidup yang indah bagi siapa saja yang mau hidup taat kepadaNya dan bagaimana hidup orang benar diberkati dan dilindungi oleh Tuhan dan juga mendapat hikmat

dariNya. Sedangkan hidup orang fasik tidak diberkati, tidak berguna, terjatuh, miskin,

Page 2: Kotbah pemuda

tdk berakal budi, mendapat malu, penuh kelaliman sampai akhirnya jatuh ke dalam maut.

Sekarang tinggal tergantung pada masing-masing kita, mana yang akan kita pilih, menjadi orang benar yang selalu di lindungi Tuhan atau orang fasik yang jalannya

berujung maut? Saya yakin kita semua termasuk saya akan memilih menjadi orang benar. Tapi jika kita sudah memilih pilihan itu, jalanilah dengan baik seperti yang diinginkan Tuhan dalam

Mat. 7:21 “bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan,Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu

yang di Sorga”. Orang benar disini bukan saja benar dalam tutur kata, perilaku dan pikiran kita, tapi juga menjalankan Tri Tugas Gereja yaitu bersaksi, bersekutu, melayani. Jika kita sudah menjalankan semua itu, Tuhan telah menjanjikan kita dua hal

yang terdapat dalam Yoh. 5:24 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai

hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut kedalam hidup”. AMIN

Page 3: Kotbah pemuda

PEMUDA: JADILAH MAHKOTA INDAH SESUAI HARAPAN!

15.20 No comments

4 Agustus 2012

PEMUDA: JADILAH MAHKOTA INDAH SESUAI HARAPAN! (Hari Pemuda GKE - Minggu, 5 Agustus 2012)

Bacaan Nast Alkitab : Titus 2:1-10

“Demikianlah juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. (Titus 2 : 6-7a)”

“Pemuda”, katanya harapan masa depan, harapan orang tua, harapan bangsa, juga

harapan gereja! Bagaimana supaya para pemuda kita benar-benar dapat menjadi harapan? Oh,

saudara, tentu tidak terjadi begitu saja! Tentu melewati proses juga. Proses itu tentu malah sejak ia dari kandungan, masa bayi, remaja, bahkan hingga menjadi pemuda, untuk selanjutnya benar-

benar dapat menjadi harapan masa depan. Itu artinya, tentu saja di mulai dari lingkungan rumah dimana ia dilahirkan. Bahkan sesuai pertumbuhannya, lingkungan gereja, sekolah dan lingkungan masyarakat sekitarnya tentu juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter

mereka. Bahkan tidak main-main, kemajuan teknologi memberikan andil besar dalam mewarnai kehidupan mereka!.

“Pemuda”...... memang harapan kita semua. Tapi sudahkah mereka benar-benar telah dipersiapkan menjadi harapana, lakyaknya menjadi sebuah mahkota yang indah? Oh... itu memang tidak mudah. Tidak cukup hanya melalui ribuat kata-kata nasihat semata. Atau hanya

sekedar anjuran supaya rajin sekolah minggu, atau rajin kebaktian pemuda semata! Tidak cukup dengan itu. Tetapi secara menyeluruh. Baik oleh orang tuanya, lingkungan gereja, masyarakat,

dan tempat sekolahnya juga. Oleh semua pihak tentu saja. Baik secara langsung!Tidak kurang, banyak juga para orang tua telah mendidik anak-anak mereka sedemikian rupa, dengan harapan supaya anak-anak mereka menjadi orang baik-baik kelak? Tapi kenapa anak mereka tetap nakal,

bebal, seperti tidak pernah di ajar? Nah, inilah masalahnya. Karena mereka bukan benda mati. Tapi juga punya mata dan telinga, juga punya hati, bahkan punya keinginan untuk menjadi

seperti orang juga. Orang yang dianggapnya sebagai panutan, tentu saja. Maklum, mereka juga sedang mencari identitas diri. Hanya apakah idenditas diri itu telah mereka dapatkan secara tepat dari orang-orang atau lingkungan? Benarkah dalam lingkungan keluarga sendiri kita sudah

memberikan semacam panutan identitas diri buat mereka? Atau hanya sekedar anjuran supaya rajin sekolah minggu, kebaktian pemuda saja buat mereka? Sementara kita sebagai orang tua

sendiri malas sembahyang? Makan saja tanpa berdoa, bagaimana doa sebagai nafas kehidupan dapat kita teladankan?

Kita memang tidak menyangsikan maksud baik orang tua bagi anak-anaknya. Hanya

sadar atau tidak, strateginya mungkin yang salah! Dapat saudara bayangkan bila ada anak berusia dua tahun sudah bisa membedakan, mana uang seribu, duapuluhan, dan limapuluhan ribu! Yang

limapuluhan ribu dipilihnya, sambil ia perlihatkan kepada ibunya, bahwa uang itu untuk ke mall katanya. Astaga! Kenapa sampai bisa terjadi begitu? Apalagi kalau bukan bahwa ia sering dibawa ke mall dan uang sejenis itu yang sering ia lihat ketika ia dibawa oleh ibunya ke mall?!

Lalu yang untuk persembahan? Mungkin tidak sempat dikasih tahu, atau memang orang tuannya sendiri jarang ke gereja. Atau ke gereja juga tapi hanya kebiasaan saja tanpa penghayatan, dan ketika persembahan..... Hehehehe...... (maaf)! Tahulah sendiri apa kira-kira jawabannya!

Page 4: Kotbah pemuda

Tidak kurang waktu liburan? Si anak berkata kepada orang tua: “Pah/mah, aku pengin liburan ke anu...., minta uang jajannya.” Oh, maka segera orang tua mengusahakannya. Tidak

kurang untuk urusan sekolahnya, urusan kecerdasan otaknya, orang tua habis-habisan mengusahakannya, jual ladang, atau ngutang , atau kredit dimana saja, demi anaknya. Oh, itu

baik saja! Tapi kalau urusan rohaninya? Urusan moralitas, etika, atau daya tahan iman? Apa yang sudah dilakukan? Berapa biaya yang berani dikeluarkan? Karenanya tidak heran bila di masa sekarang ini, banyak generasi mudah kita hanya cerdas otaknya, tapi merosot moralitasnya.

tidak kurang di sekolah-sekolah, bahkan dijejali tambahan berbagai les pada sore hari juga, untu ktidak kurang dalam persekutuan gereja! Terkesan jalan sendiri-sendiri. Majelis dan jemaat jalan

sendiri. Pemuda jalan sendiri, atur sendiri! Apa yang terjadi dalam rapat-rapat gereja kita? Oh, lebih banyak sibuk program ini program itu. Lalu program untuk pemuda? Paling-paling disediakan alat band, seolah selesailah sudah masalah! Silahkan pemuda latihan sendiri. Itu pun

kalau ada anggarannya tersedia. Jika tidak, itu ditunda saja. Lalu ketika mereka ibadah sini, ibadah sana, ke berbagai gereja? (syukur kalau pemuda

ingat ingat gereja). Akh, paling-paling kita katakan pendeta atau majelis nda becus membina. Atau kalau mereka terlibat berbagai kenakalan remaja, ngebut di jalan, kumpul kebo, mabuk-mabukan di jalan, atau terjerumus dalam obat-obatan dan berbagai kejahatan? Oh tidak kurang

(maaf!), para pendeta, majelis, aparat keamanan, para pejabat terkait dengan mudah saja mengatakan, itu kelalaian orang tua, yang seharusnya membina anaknya. Oh, jadi serba

menyalahkan rupanya. Tapi tidak menyelesaikan masalah. Hanya anjuran, peringatan basa basi layaknya. Tidak ketinggalan para intelektual, menorot dari berbagai sudut pandang, sudut ini, sudut itu, tapi juga kurang menyengat dalam andil nyata, bagaimana yang seharusnya bersama-

sama kita lakukan. Hanya kritik saja, banci jadinya! Yang tidak kalah menarik, biasanya kita jadi begitu antusias memandang berbagai permasalahan generasi muda kita, justru ketika masalah

sudah terjadi. Nasihat ini, nasihat itu. Padahal, tidak kurang juga kita sebagai orang tua, baik sebagai pemimpin gereja, tokoh masyarakat, artis terkenal, para penegak hukum, atau para pejabat negeri? Oh, pornografi, pornoaksi, seolah bukan barang langka lagi! Korupsi para

pejabat seolah bukan sesuatu yang haram lagi! Kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan besar persentasenya! Tidak kurang (maaf untuk kesekian kalinya!), para penegak hukum banyak

juga yang terlibat baku hantam di tempat remang-remang. Atau para pejabat terlibat narkoba yang berkeliaran saja? Atau para anggota dewan yang ketiduran di persidangan? Apakah kita anggap ini hal sepele dan tidak ada hubungaan keterkaitan sebagai panutan generasi kita?

Masalahnya memang tidak gampang. Tidak cukup hanya lewat doa atau khotbah mimbar gereja saja. Harus oleh semua kita!Lalu, dari mana kita memulainya? Yang utama tentu saja keluarga

atau orang tua. Jadilah teladan, bukan hanya nasihat, atau larangan sebatan kata-kata. Yang tua, hiduplah sederhana. Kata “sederhana” dalam nas ini, tidak berarti orang tua lalu berpakaian compang camping! Tetapi dalam arti tidak hidup hura-hura, atau terlalu banyak teori yang

muluk-muluk tetapi tidak nyata dalam tindakan. Ya, itu persisnya! Juga hidup terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Ya, harus mulai dari itu (ay.2).

demikian pun perempuan-perempuan yang tua, hiduplah sebagai orang yang beribadah, jangan hanya suka memanjakan anak ke mall saja, jangan memfitnah, jangan hanya sibuk ngurus kecantikan dan penampilan diri sendiri saja, atau malah jadi penjudi segala. Jika demikian

bagaimana mungkin dapat membina perempuan muda dengan keteladanan? (ay.3). Menurut hemat kita, ada baiknya juga pembinaan gereja harus secara serius, terprogram

dan berkesinambungan. Program yang dimaksud tentu saja bukan sekedar menyediakan alat band, untuk gedebak-gedebuk, nda karu-karuan. Pembinaan yang hany bersifat hiburan! Atau

Page 5: Kotbah pemuda

hanya sekedar PA yang menambah kelelahan melanjutkan pelajaran teori yang di sekolahan! Yang dibutuhkan oleh pemuda tentu saja, semacam pendampingan, tempat curhat sebagai kawan

untuk penguatan, kepercayaan identitas diri ke arah yang lebih kreatif menghadapi tantangan jaman! Ya, pembentukan kepribadian. Sudahkah itu kita pikirkan atau lakukan? Ini menjadi PR

kita selaku gereja. Jadi bukan sekedar hanya menyalahkan mereka, menyalahkan orang tua, menyalahkan majelis, menyalahkan pemerintah, atau menyalahkan kemajuan jaman dan teknologi.Tidak ada yang salah dengan dunia ini. Matahari tetap terbit dari Timur dan tenggelam

di Barat seperti sedia kala. Yang salah, kalau mau mencari siapa yang salah, ya semua kita yang harus berbenah diri!

Bagaimana peran pemerintah? Jangan serahkan mentah-mentah begitu saja kepada para orang tua, majelis atau guru SHA atau pembina pemuda saja. Karena mereka juga adqalah harapan nusa dan bangsa juga. Harapan kita bersama! Apa peran Menteri Pemuda dan olah Raga

dan jajarannya? Apakah cukup hanya mengurus soal sepak bola kita yang terpuruk jadi tertawaan dunia? Buatlah juga sekiranya bentuk melalui mana para pemuda kita terbina sejak

generasi mudah hingga sungguh-sungguh jadi mahkota harqapan bangsa. Tidak cukup hanya sekedar penyuluhan yang sekali-sekali saja.

Lalu bagaimana Anda para pemuda sendiri? Nah...nah..nah... Janganlah hanya

menyalahkan orang tua, gereja, atau menyalahkan apa saja. Perlu juga Anda sebagai orang muda koreksi diri. Jangan hanya terbawa perasaan, merasa yang harus serba diperhatikan dan dituruti

kemauan! Anda tahu latar belakang Hari Pemuda GKE (bagi Anda para pemuda GKE)?! Itu dicetuskan oleh para pemuda gereja GKE tempoe doelo, sebagai bentuk atau wadah bukti kreativitas , sebagai pemuda beriman, ambil bagian dalam keterlibatan mereka memberi warna

gerejanya demi kesinambungan masa depan dan kesaksian! Lalu Anda sebagai pemuda Gereja sekarang? Atau lebih banyak bertanya “apa yang dapat gereja berikan untuk saya?” Lalu bila

dirasa gereja tidak memberikan apa-apa, jadi lari sani-lari sana, cari gereja hanya untuk hiburan, gedebak-gedebuk drum pengiring nyanyian?

Oh... Bila itu pertanyaannya, bila itu yang Anda lakukan, berarti Anda bukan tambah

lebih baik dan lebih maju dari para pemuda pendahulu Anda. Walau intelektualitas anda jauh lebih mafan dari mereka! Kuasailah dirimu dalam segala hal. Jadilah teladan dalam berbuat baik.

(ay.7-8). Penguasaan diri, itu kata kunci. Itu awal yang baik, untuk memilih yang baik, berpikir secara jernih, dan bertindak hingga benar-benar jadi mahkota yang indah sesuai apa yang diharapkan. Bukan menjadi sampah tak berguna yang ditenggelamkan oleh arus jaman yang

serba menawan, namun yang hanya berakhir ke kuburan. Bangkitlah wahai pemuda. Lanjutkan dan buktikan kepada para pendahulumu, tanpa banyak embel-embel picisan ini-itu.

Buktikanbahwa engkau masih ada di mana orang semakin menyepelekan Tuhan seperti di jaman ini. Dan buatlah Tuhan tetap tersenyum di atas sana! Selamat hari Pemuda GKE. AMIN!

(Oleh: Pdt.Kristinus Unting, STh., M.Div (GKE)) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Page 6: Kotbah pemuda

PEMUDA: JADILAH MAHKOTA INDAH SESUAI HARAPAN!

15.20 No comments

4 Agustus 2012

PEMUDA: JADILAH MAHKOTA INDAH SESUAI HARAPAN! (Hari Pemuda GKE - Minggu, 5 Agustus 2012)

Bacaan Nast Alkitab : Titus 2:1-10

“Demikianlah juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. (Titus 2 : 6-7a)”

“Pemuda”, katanya harapan masa depan, harapan orang tua, harapan bangsa, juga

harapan gereja! Bagaimana supaya para pemuda kita benar-benar dapat menjadi harapan? Oh,

saudara, tentu tidak terjadi begitu saja! Tentu melewati proses juga. Proses itu tentu malah sejak ia dari kandungan, masa bayi, remaja, bahkan hingga menjadi pemuda, untuk selanjutnya benar-

benar dapat menjadi harapan masa depan. Itu artinya, tentu saja di mulai dari lingkungan rumah dimana ia dilahirkan. Bahkan sesuai pertumbuhannya, lingkungan gereja, sekolah dan lingkungan masyarakat sekitarnya tentu juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter

mereka. Bahkan tidak main-main, kemajuan teknologi memberikan andil besar dalam mewarnai kehidupan mereka!.

“Pemuda”...... memang harapan kita semua. Tapi sudahkah mereka benar-benar telah dipersiapkan menjadi harapana, lakyaknya menjadi sebuah mahkota yang indah? Oh... itu memang tidak mudah. Tidak cukup hanya melalui ribuat kata-kata nasihat semata. Atau hanya

sekedar anjuran supaya rajin sekolah minggu, atau rajin kebaktian pemuda semata! Tidak cukup dengan itu. Tetapi secara menyeluruh. Baik oleh orang tuanya, lingkungan gereja, masyarakat,

dan tempat sekolahnya juga. Oleh semua pihak tentu saja. Baik secara langsung!Tidak kurang, banyak juga para orang tua telah mendidik anak-anak mereka sedemikian rupa, dengan harapan supaya anak-anak mereka menjadi orang baik-baik kelak? Tapi kenapa anak mereka tetap nakal,

bebal, seperti tidak pernah di ajar? Nah, inilah masalahnya. Karena mereka bukan benda mati. Tapi juga punya mata dan telinga, juga punya hati, bahkan punya keinginan untuk menjadi

seperti orang juga. Orang yang dianggapnya sebagai panutan, tentu saja. Maklum, mereka juga sedang mencari identitas diri. Hanya apakah idenditas diri itu telah mereka dapatkan secara tepat dari orang-orang atau lingkungan? Benarkah dalam lingkungan keluarga sendiri kita sudah

memberikan semacam panutan identitas diri buat mereka? Atau hanya sekedar anjuran supaya rajin sekolah minggu, kebaktian pemuda saja buat mereka? Sementara kita sebagai orang tua

sendiri malas sembahyang? Makan saja tanpa berdoa, bagaimana doa sebagai nafas kehidupan dapat kita teladankan?

Kita memang tidak menyangsikan maksud baik orang tua bagi anak-anaknya. Hanya

sadar atau tidak, strateginya mungkin yang salah! Dapat saudara bayangkan bila ada anak berusia dua tahun sudah bisa membedakan, mana uang seribu, duapuluhan, dan limapuluhan ribu! Yang

limapuluhan ribu dipilihnya, sambil ia perlihatkan kepada ibunya, bahwa uang itu untuk ke mall katanya. Astaga! Kenapa sampai bisa terjadi begitu? Apalagi kalau bukan bahwa ia sering dibawa ke mall dan uang sejenis itu yang sering ia lihat ketika ia dibawa oleh ibunya ke mall?!

Lalu yang untuk persembahan? Mungkin tidak sempat dikasih tahu, atau memang orang tuannya sendiri jarang ke gereja. Atau ke gereja juga tapi hanya kebiasaan saja tanpa penghayatan, dan ketika persembahan..... Hehehehe...... (maaf)! Tahulah sendiri apa kira-kira jawabannya!

Page 7: Kotbah pemuda

Tidak kurang waktu liburan? Si anak berkata kepada orang tua: “Pah/mah, aku pengin liburan ke anu...., minta uang jajannya.” Oh, maka segera orang tua mengusahakannya. Tidak

kurang untuk urusan sekolahnya, urusan kecerdasan otaknya, orang tua habis-habisan mengusahakannya, jual ladang, atau ngutang , atau kredit dimana saja, demi anaknya. Oh, itu

baik saja! Tapi kalau urusan rohaninya? Urusan moralitas, etika, atau daya tahan iman? Apa yang sudah dilakukan? Berapa biaya yang berani dikeluarkan? Karenanya tidak heran bila di masa sekarang ini, banyak generasi mudah kita hanya cerdas otaknya, tapi merosot moralitasnya.

tidak kurang di sekolah-sekolah, bahkan dijejali tambahan berbagai les pada sore hari juga, untu ktidak kurang dalam persekutuan gereja! Terkesan jalan sendiri-sendiri. Majelis dan jemaat jalan

sendiri. Pemuda jalan sendiri, atur sendiri! Apa yang terjadi dalam rapat-rapat gereja kita? Oh, lebih banyak sibuk program ini program itu. Lalu program untuk pemuda? Paling-paling disediakan alat band, seolah selesailah sudah masalah! Silahkan pemuda latihan sendiri. Itu pun

kalau ada anggarannya tersedia. Jika tidak, itu ditunda saja. Lalu ketika mereka ibadah sini, ibadah sana, ke berbagai gereja? (syukur kalau pemuda

ingat ingat gereja). Akh, paling-paling kita katakan pendeta atau majelis nda becus membina. Atau kalau mereka terlibat berbagai kenakalan remaja, ngebut di jalan, kumpul kebo, mabuk-mabukan di jalan, atau terjerumus dalam obat-obatan dan berbagai kejahatan? Oh tidak kurang

(maaf!), para pendeta, majelis, aparat keamanan, para pejabat terkait dengan mudah saja mengatakan, itu kelalaian orang tua, yang seharusnya membina anaknya. Oh, jadi serba

menyalahkan rupanya. Tapi tidak menyelesaikan masalah. Hanya anjuran, peringatan basa basi layaknya. Tidak ketinggalan para intelektual, menorot dari berbagai sudut pandang, sudut ini, sudut itu, tapi juga kurang menyengat dalam andil nyata, bagaimana yang seharusnya bersama-

sama kita lakukan. Hanya kritik saja, banci jadinya! Yang tidak kalah menarik, biasanya kita jadi begitu antusias memandang berbagai permasalahan generasi muda kita, justru ketika masalah

sudah terjadi. Nasihat ini, nasihat itu. Padahal, tidak kurang juga kita sebagai orang tua, baik sebagai pemimpin gereja, tokoh masyarakat, artis terkenal, para penegak hukum, atau para pejabat negeri? Oh, pornografi, pornoaksi, seolah bukan barang langka lagi! Korupsi para

pejabat seolah bukan sesuatu yang haram lagi! Kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan besar persentasenya! Tidak kurang (maaf untuk kesekian kalinya!), para penegak hukum banyak

juga yang terlibat baku hantam di tempat remang-remang. Atau para pejabat terlibat narkoba yang berkeliaran saja? Atau para anggota dewan yang ketiduran di persidangan? Apakah kita anggap ini hal sepele dan tidak ada hubungaan keterkaitan sebagai panutan generasi kita?

Masalahnya memang tidak gampang. Tidak cukup hanya lewat doa atau khotbah mimbar gereja saja. Harus oleh semua kita!Lalu, dari mana kita memulainya? Yang utama tentu saja keluarga

atau orang tua. Jadilah teladan, bukan hanya nasihat, atau larangan sebatan kata-kata. Yang tua, hiduplah sederhana. Kata “sederhana” dalam nas ini, tidak berarti orang tua lalu berpakaian compang camping! Tetapi dalam arti tidak hidup hura-hura, atau terlalu banyak teori yang

muluk-muluk tetapi tidak nyata dalam tindakan. Ya, itu persisnya! Juga hidup terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Ya, harus mulai dari itu (ay.2).

demikian pun perempuan-perempuan yang tua, hiduplah sebagai orang yang beribadah, jangan hanya suka memanjakan anak ke mall saja, jangan memfitnah, jangan hanya sibuk ngurus kecantikan dan penampilan diri sendiri saja, atau malah jadi penjudi segala. Jika demikian

bagaimana mungkin dapat membina perempuan muda dengan keteladanan? (ay.3). Menurut hemat kita, ada baiknya juga pembinaan gereja harus secara serius, terprogram

dan berkesinambungan. Program yang dimaksud tentu saja bukan sekedar menyediakan alat band, untuk gedebak-gedebuk, nda karu-karuan. Pembinaan yang hany bersifat hiburan! Atau

Page 8: Kotbah pemuda

hanya sekedar PA yang menambah kelelahan melanjutkan pelajaran teori yang di sekolahan! Yang dibutuhkan oleh pemuda tentu saja, semacam pendampingan, tempat curhat sebagai kawan

untuk penguatan, kepercayaan identitas diri ke arah yang lebih kreatif menghadapi tantangan jaman! Ya, pembentukan kepribadian. Sudahkah itu kita pikirkan atau lakukan? Ini menjadi PR

kita selaku gereja. Jadi bukan sekedar hanya menyalahkan mereka, menyalahkan orang tua, menyalahkan majelis, menyalahkan pemerintah, atau menyalahkan kemajuan jaman dan teknologi.Tidak ada yang salah dengan dunia ini. Matahari tetap terbit dari Timur dan tenggelam

di Barat seperti sedia kala. Yang salah, kalau mau mencari siapa yang salah, ya semua kita yang harus berbenah diri!

Bagaimana peran pemerintah? Jangan serahkan mentah-mentah begitu saja kepada para orang tua, majelis atau guru SHA atau pembina pemuda saja. Karena mereka juga adqalah harapan nusa dan bangsa juga. Harapan kita bersama! Apa peran Menteri Pemuda dan olah Raga

dan jajarannya? Apakah cukup hanya mengurus soal sepak bola kita yang terpuruk jadi tertawaan dunia? Buatlah juga sekiranya bentuk melalui mana para pemuda kita terbina sejak

generasi mudah hingga sungguh-sungguh jadi mahkota harqapan bangsa. Tidak cukup hanya sekedar penyuluhan yang sekali-sekali saja.

Lalu bagaimana Anda para pemuda sendiri? Nah...nah..nah... Janganlah hanya

menyalahkan orang tua, gereja, atau menyalahkan apa saja. Perlu juga Anda sebagai orang muda koreksi diri. Jangan hanya terbawa perasaan, merasa yang harus serba diperhatikan dan dituruti

kemauan! Anda tahu latar belakang Hari Pemuda GKE (bagi Anda para pemuda GKE)?! Itu dicetuskan oleh para pemuda gereja GKE tempoe doelo, sebagai bentuk atau wadah bukti kreativitas , sebagai pemuda beriman, ambil bagian dalam keterlibatan mereka memberi warna

gerejanya demi kesinambungan masa depan dan kesaksian! Lalu Anda sebagai pemuda Gereja sekarang? Atau lebih banyak bertanya “apa yang dapat gereja berikan untuk saya?” Lalu bila

dirasa gereja tidak memberikan apa-apa, jadi lari sani-lari sana, cari gereja hanya untuk hiburan, gedebak-gedebuk drum pengiring nyanyian?

Oh... Bila itu pertanyaannya, bila itu yang Anda lakukan, berarti Anda bukan tambah

lebih baik dan lebih maju dari para pemuda pendahulu Anda. Walau intelektualitas anda jauh lebih mafan dari mereka! Kuasailah dirimu dalam segala hal. Jadilah teladan dalam berbuat baik.

(ay.7-8). Penguasaan diri, itu kata kunci. Itu awal yang baik, untuk memilih yang baik, berpikir secara jernih, dan bertindak hingga benar-benar jadi mahkota yang indah sesuai apa yang diharapkan. Bukan menjadi sampah tak berguna yang ditenggelamkan oleh arus jaman yang

serba menawan, namun yang hanya berakhir ke kuburan. Bangkitlah wahai pemuda. Lanjutkan dan buktikan kepada para pendahulumu, tanpa banyak embel-embel picisan ini-itu.

Buktikanbahwa engkau masih ada di mana orang semakin menyepelekan Tuhan seperti di jaman ini. Dan buatlah Tuhan tetap tersenyum di atas sana! Selamat hari Pemuda GKE. AMIN!

(Oleh: Pdt.Kristinus Unting, STh., M.Div (GKE)) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Poskan Komentar

Page 9: Kotbah pemuda

Liputan & Wawancara

Liputan KKR Pemuda dan Remaja GRII Singapura

Pada tanggal 23 dan 24 September 2005 yang lalu Persekutuan Pemuda GRII Singapura mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) untuk pemuda dan remaja dengan judul “What does it profit a man if he gains the whole world but loses his own soul?” Dalam liputa n ini saya sebagai panitia ingin membagikan bukan hanya laporan namun juga proses dan liku-liku

penyertaan Tuhan sepanjang perencanaan KKR ini. Semoga Saudara pun bisa turut rindu untuk berjuang mengabarkan Injil di manapun Saudara berada.

Ide untuk mengadakan KKR sudah lama kami (pengurus Pemuda) pikirkan. Kami mencetuskan

ide KKR karena merindukan suatu even di mana Injil diberitakan dengan leluasa, tidak hanya melalui acara kebersamaan seperti City Tour yang setiap tahun kita adakan untuk menjangkau mahasiswa baru. Kami pun merasa dalam zaman ini arus pemikiran zaman seperti

postmodernisme mulai banyak mempengaruhi pemikiran pemuda-pemudi. Beban ini mulai digumulkan dalam doa dari sie PI, lalu diangkat ke seluruh pengurus Pemuda, kemudian ke

pengurus GRII Singapura dan para hamba Tuhan. Setelah semuanya mendoakan dan memberikan restu, kami pun melangkah dengan gentar tapi beriman untuk maju dalam perencanaan KKR.

Panitia KKR adalah pengurus Pemuda sendiri. Walaupun tahu bahwa akan terasa berat, kami yang telah berkomitmen melayani di Persekutuan Pemuda rindu untuk mengerjakan KKR ini bersama. Banyak hal yang kami tidak tahu karena ini adalah pertama kalinya kami mengadakan

KKR. Berapa jumlah target peserta? Kita mentargetkan 350 peserta per hari sesuai dengan kapasitas True Way Presbyterian Church yang kami sewa. Apa judul KKR ini? Sampai sebulan

sebelum tanggalnya, kami masih belum sreg dengan segala usulan tema yang ada. Bagaimana publikasi? Jumlah pemuda yang biasa hadir dalam persekutuan sekitar 50 orang. Ini berarti satu orang pemuda perlu mengajak tujuh orang. Masih banyak lagi hal-hal yang adalah tanda tanya

besar bagi kami. Bersyukur ada bimbingan dari Pdt. Amin Tjung, yang memberikan pandangan dan pertimbangan praktis dalam perencanaan. Satu demi satu, selangkah demi selangkah Tuhan

membukakan jalan, dan kami semakin sadar bahwa kami harus sungguh-sungguh bersandar hanya kepada Tuhan. Setelah mempersiapkan sebaik mungkin tibalah saatnya kami melihat pekerjaan Tuhan.

Hari pertama KKR adalah Jumat malam. Cuaca baik. Pelayan semua siap. Orang pun

berdatangan. Hari itu yang datang 146 orang. Ruangan yang besar itu terasa sangat kosong apabila dibandingkan dengan kebaktian di tempat yang sama setiap hari Minggu. Namun

demikian kami tetap bersukacita melihat wajah-wajah yang kami kenal dan yang baru yang boleh datang. Pujian dinyanyikan dengan semangat, juga ada skit yang mempertanyakan arti hidup, dan kemudian Pdt. Amin Tjung berkhotbah. Dalam khotbahnya Pak Amin mengajak

pendengarnya untuk tidak menyia-nyiakan hidup dalam pengejaran kepuasan yang sia sia. Dalam akhir hidup kita ada penghakiman. Tuhan itu sungguh ada. Neraka itu sungguh ada. Dan di

antara semua agama yang menawarkan cara mendapatkan keselamatan, hanya di dalam Kristus kita mendapatkan jaminan yang pasti. Di akhir khotbahnya beliau menantang orang untuk

Page 10: Kotbah pemuda

percaya kepada Kristus dan memberikan komitmen sepenuhnya. Belasan orang mengangkat tangan dan maju.

Halaman: 1 | 2

Liputan & Wawancara

Liputan KKR Pemuda dan Remaja GRII Singapura

Pada tanggal 23 dan 24 September 2005 yang lalu Persekutuan Pemuda GRII Singapura mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) untuk pemuda dan remaja dengan judul

“What does it profit a man if he gains the whole world but loses his own soul?” Dalam liputan ini saya sebagai panitia ingin membagikan bukan hanya laporan namun juga proses dan liku-liku penyertaan Tuhan sepanjang perencanaan KKR ini. Semoga Saudara pun bisa turut rindu untuk

berjuang mengabarkan Injil di manapun Saudara berada.

Ide untuk mengadakan KKR sudah lama kami (pengurus Pemuda) pikirkan. Kami mencetuskan ide KKR karena merindukan suatu even di mana Injil diberitakan dengan leluasa, tidak hanya

melalui acara kebersamaan seperti City Tour yang setiap tahun kita adakan untuk menjangkau mahasiswa baru. Kami pun merasa dalam zaman ini arus pemikiran zaman seperti postmodernisme mulai banyak mempengaruhi pemikiran pemuda-pemudi. Beban ini mulai

digumulkan dalam doa dari sie PI, lalu diangkat ke seluruh pengurus Pemuda, kemudian ke pengurus GRII Singapura dan para hamba Tuhan. Setelah semuanya mendoakan dan

memberikan restu, kami pun melangkah dengan gentar tapi beriman untuk maju dalam perencanaan KKR.

Panitia KKR adalah pengurus Pemuda sendiri. Walaupun tahu bahwa akan terasa berat, kami yang telah berkomitmen melayani di Persekutuan Pemuda rindu untuk mengerjakan KKR ini

bersama. Banyak hal yang kami tidak tahu karena ini adalah pertama kalinya kami mengadakan KKR. Berapa jumlah target peserta? Kita mentargetkan 350 peserta per hari sesuai dengan

kapasitas True Way Presbyterian Church yang kami sewa. Apa judul KKR ini? Sampai sebulan sebelum tanggalnya, kami masih belum sreg dengan segala usulan tema yang ada. Bagaimana publikasi? Jumlah pemuda yang biasa hadir dalam persekutuan sekitar 50 orang. Ini berarti satu

orang pemuda perlu mengajak tujuh orang. Masih banyak lagi hal-hal yang adalah tanda tanya besar bagi kami. Bersyukur ada bimbingan dari Pdt. Amin Tjung, yang memberikan pandangan

dan pertimbangan praktis dalam perencanaan. Satu demi satu, selangkah demi selangkah Tuhan membukakan jalan, dan kami semakin sadar bahwa kami harus sungguh-sungguh bersandar hanya kepada Tuhan. Setelah mempersiapkan sebaik mungkin tibalah saatnya kami melihat

pekerjaan Tuhan.

Hari pertama KKR adalah Jumat malam. Cuaca baik. Pelayan semua siap. Orang pun berdatangan. Hari itu yang datang 146 orang. Ruangan yang besar itu terasa sangat kosong

apabila dibandingkan dengan kebaktian di tempat yang sama setiap hari Minggu. Namun demikian kami tetap bersukacita melihat wajah-wajah yang kami kenal dan yang baru yang

boleh datang. Pujian dinyanyikan dengan semangat, juga ada skit yang mempertanyakan arti

Page 11: Kotbah pemuda

hidup, dan kemudian Pdt. Amin Tjung berkhotbah. Dalam khotbahnya Pak Amin mengajak pendengarnya untuk tidak menyia-nyiakan hidup dalam pengejaran kepuasan yang sia sia. Dalam

akhir hidup kita ada penghakiman. Tuhan itu sungguh ada. Neraka itu sungguh ada. Dan di antara semua agama yang menawarkan cara mendapatkan keselamatan, hanya di dalam Kristus

kita mendapatkan jaminan yang pasti. Di akhir khotbahnya beliau menantang orang untuk percaya kepada Kristus dan memberikan komitmen sepenuhnya. Belasan orang mengangkat tangan dan maju.

Halaman: 1 | 2

Doan Yuridian Hartono

Oktober 2005

Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah. Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika

dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.

Nama

Kota

Alamat imel

Pastikan alamat imel anda ditulis dengan benar,

karena anda harus mengkonfirmasi tanggapan anda melalui imel.

Unduh PDF

Edisi Terbaru:

No. 137: Desember

2014

Page 12: Kotbah pemuda

Edisi-edisi sebelumnya... Cari

App Android

Kini tersedia aplikasi untuk ponsel atau tablet Android Anda!

Berlangganan Pillar

Dapatkan Pillar edisi online secara rutin dengan berlangganan!

Selengkapnya...

Pokok Doa

1. Bersyukur untuk KIN bagi Guru Sekolah Minggu dan Guru Pendidikan Agama Kristen yang

telah diadakan pada tanggal 11-16 November 2014. Bersyukur untuk lebih dari 3.000 peserta yang telah menghadiri acara ini, kiranya api penginjilan yang telah dikobarkan terus membara.

Selengkapnya...

Tanggapan Terbaru

KRISTOLOGI YESUS KRISTUS, nama ini adalah nama Firman Allah setelah Dia di utus oleh Allah ke dunia

ini dan...

Selengkapnya...

SAKSI YEHOVAH. Dari belajar Alkitab, yang saya dapat dan mengerti, bahwa hanya Bapa Abraham, Nabi

Musa dan Tuhan...

Selengkapnya...

mohon penjelasannya, dalam tulisan tentang Jerome yang anda sampaikan tercatat: "Ia (Jerome) juga

berjuang...

Selengkapnya...

Bpk. Bram yang dikasihi Allah, saya sangat setuju dengan penjelsan bapak, kita harus mengikuti teladan

yang...

Page 13: Kotbah pemuda

Selengkapnya...

Kepada Yth, Bpk Stephen Tong. Dengan Penuh Hormat, Mohon maaf , bram lagi taraf belajar dan tidak

sekolah...

Selengkapnya...

© 2010, 2015 Buletin Pillar | Hubungi kami | GRII | Kembali ke atas ▲