Top Banner
Tugas Teknologi Bahan Konstruksi “KONSTRUKSI BETON” Dosen Pengampu: Widarto Sutrisno, S.T., M.T Disusun Oleh: Deni Maulana 5115111020
50

KONSTRUKSI BETON

Aug 05, 2015

Download

Documents

Deni F Maulana

menjelaskan mengenai pengertian beton, jenis-jenis beton dan cara pembuatannya. selain itu juga disediakan proporsi campuran bahan untuk mendapatkan kualitas beton yang baik,
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONSTRUKSI BETON

Tugas Teknologi Bahan Konstruksi

“KONSTRUKSI BETON”

Dosen Pengampu:

Widarto Sutrisno, S.T., M.T

Disusun Oleh:

Deni Maulana

5115111020

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

Jl. Lingkar Utara, Jombor, Sleman, YogyakartaTAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: KONSTRUKSI BETON

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilaalamiin puji syukur kehadirat Allah s.w.t , yang

senantiasa melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga penyusun masih diberikan

kesempatan untuk dapat mengerjakan tugas Teknologi Bahan Konstruksi ini.

Dan tak luput pula penyusun ucapkan rasa terima kasih kepada beliau bapak

Widarto Sutrisno, S.T., M.T yang telah memberi bimbingan sehingga penyusun

dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan materi yang diberikan.

Penyusunan tugas Teknologi bahan konstruksi “KONSTRUKSI BETON” ini

ditujukan agar kita semua tahu bagaimana dan seperti apa sifat beton, jenis-jenis

beton, dan cara pembuatannya.

Oleh karena itu, penyusun berharap semoga penyusunan tugas mengenai

“KONSTRUKSI BETON” ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Namun penyusun

juga sadar bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini, sehingga

diharapkan bagi semua pihak untuk berpartisipasi memberikan kritik dan sarannya

demi kesempurnaan makalah ini.

Sekian yang dapat penyusun sampaikan, dan atas partisipasinya penyusun

ucapkan banyak terima kasih.

Jombor, Desember 2012

Penyusun

Page 3: KONSTRUKSI BETON

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................

BAB II DASAR TEORI

2.1 Beton Secara Umum............................................................................

2.2 Karakteristik Beton..............................................................................

2.3 Jenis-Jenis Beton.................................................................................

2.3.1 Beton Bertulang..........................................................................

2.3.2 Beton Prategang..........................................................................

2.3.3 Beton Pracetak............................................................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Bahan Pembuatan Beton......................................................................

3.1.1 Semen...................................................................................

3.1.2 Agregat Halus.......................................................................

3.1.2.1 Sifat Fisik Agregat....................................................

3.1.2.2 Gradasi Agregat........................................................

3.1.2.3 Kebersihan Agregat..................................................

3.1.2.4 Berat Jenis Agregat...................................................

3.1.2.5 Kandungan Kimia Agregat.......................................

3.1.2.6 Porositas Agregat......................................................

3.1.3 Agregat Kasar.....................................................................

3.1.3.1 Karakteristik Agregat Kasar...................................

3.1.3.2 Syarat-Syarat Agregat Kasar...................................

3.1.4 Air.......................................................................................

3.1.4.1 Persyaratan Air Untuk Beton..................................

3.1.5 Bahan Campuran.................................................................

Page 4: KONSTRUKSI BETON

3.2 Cara Pembuatan Beton....................................................................

3.3 Proporsi Campuran Bahan.................................................................

3.3.1 Proporsi Bahan Berdasarkan FAS............................................

3.3.2 Proporsi Bahan Berdasarkan K.................................................

3.4 Perawatan Beton................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 kesimpulan.........................................................................................

Page 5: KONSTRUKSI BETON

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beton meupakan jenis bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam

konstruksi bangunan. Penggunaan beton yang semakin banyak ini tentunya didasari

karena kemudahan beton untuk dikerjakan, mudah diperoleh, dan harganya murah.

Nemun di samping itu, beton merupakan material yang tergolong membutuhkan

ketelitian dalam pembuatannya dan memerlukan perhitungan yang sesuai

kegunaannya agar berfungsi optimal.

Pembuatan beton yang telah lama dilakukan orang pada umumnya hanya

menggunakan perbandingan bahan 1:2:3 untuk semen, pasir, dan kerikil.

Perbandingan seperti itu sebenarnya tidak berlaku lagi jika beton yang didesain

digunakan untuk kelas bangunan yang tergolong berat karena saat ini beton yang

digunakan dalam konstruksi bangunan telah menggunakan perbandingan bahan yang

sesuai kegunaannya agar dapat memberikan dukungan yang baik untuk struktur.

Untuk itu, diperlukan pendekatan matematis untuk melakukan perhitungan

dalam mendesain beton yang bermutu baik, mengingat saat ini penggunaan beton

sangatlah bermacam-macam, dan jenis beton juga sangat beragam.

Page 6: KONSTRUKSI BETON

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Beton Secara Umum

Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi.

Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau

menggunakan bahan tambahan untuk mendapat sifat beton yang khusus. Agregat

yang digunakan dalam pembuatan beton bisa berupa pasir dan kerikil. Penggunaan

beton sebagai material konstruksi baik untuk gedung, jalan, dan bangunan air, harus

menggunakan perhitungan yang baik dan pengerjaan harus teliti, karena kekuatan

beton sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan, pencampuran bahan dan pengadukan.

Dalam pembuatan beton, pada saat setelah material semen, air dan agregat

diaduk harus langsung dikerjakan, karena adukan beton hanya akan bertahan 1-2 jam,

Setelah 1-2 jam maka adukan beton akan mulai mengeras dan setelah itu semen tidak

bisa dipakai lagi untuk bahan konstruksi karena akan melemahkan kekuatan struktur,

sehingga harus dibuang. Namun proses pengerasan beton juga dapat diatur dengan

menggunakan zat additive untuk mempercepat pengerasan atau memperlambat

pengerasan beton. Untuk mempercepat pengerasan beton dapat digunakan zat additiv

berupa accelerator (CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3), . Namun demikian, lebih

dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat

mempercepat terjadinya karat pada penulangan. Dan untuk memperlambat

pengerasan beton dapat menggunakan zat retarder.

Gambar 1. Beton

Page 7: KONSTRUKSI BETON

2.2 Karakteristik Beton

Untuk merencanakan dan memperoleh beton yang karakteristik dan fungsinya

sesuai dengan tujuan tertentu, kita perlu mengetahui karakteristik beton yang baik.

Yang perlu disadari benar disini adalah perancangan komposisi bahan pembentuk

beton merupakan penentu kualitas beton yang berarti pula kualitas total. Bukan hanya

bahannya yang harus baik, melainkan juga keseragamannya harus dipertahankan pada

keseluruhan produk beton.

Karakteristik beton yang baik disimpulkan sebagai berikut:

1. Kepadatan Ruang yang ada pada beton sedapat mungkin terisi oleh agregat

dan pasta semen. Kepadatan mungkin saja merupakan kriteria primer untuk

beton yang dipakai pada radiasi nuklir.

2. Kekuatan. Beton harus mempunyai kekuatan dan daya tahan internal

berbagai jenis kegagalan.

3. Faktor air - semen. Faktor air semen harus terkontrol sehingga memenuhi

persyaratan kekuatan beton yang direncanakan.

4. Tekstur Permukaan beton ekspos harus mempunyai kerapatan dan kekerasan

tekan yang tahan segala cuaca.

2.3 Jenis-Jenis Beton

2.3.1 Beton Bertulang

Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya

tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk

membantu beton. Beton yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut

beton bertulang. Dalam perancangan beton bertulang harus memperhitungkan faktor-

faktor berikut:

a) Letak tulangan

b) Tinggi minimum balok

c) Selimut beton (concreet cover) dan jarak tulangan.

Page 8: KONSTRUKSI BETON

2.3.2 Beton Prategang

Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah

batangnya baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . batang

baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras.bagian

balok beton ini walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.

2.3.3 Beton Pracetak

Beton biasa dicetak /dituang di tempat.namun dapat pula dicetak di tempat

lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih

baik.selain itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas.sehingga

sulit menyediakan tempat percetakanperawatan betonnya.

Gambar 2. Beton bertulang

Gambar 3, Beton prategang

Gambar 4.Beton pracetak

Page 9: KONSTRUKSI BETON

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bahan Pembuatan Beton

Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas mengenai beton, maka dapat

dijelaskan secara lebih jelas campuran bahan yang digunakan dalam pembuatan

beton. Bahan yang digunakan dalam pmbuatan beton terdiri dari semen, air, agregat

halus, dan agregat kasar.

3.1.1 Semen (Cement)

Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus.

Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta.

Semen memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen

tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu

bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam pembutan beton

adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi

dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik juga terdiri

dari beberapa jenis, seperti semen semen portland, semen portland abu

terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari campuran

kalsium, silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di lapangan,

bahan-bahan semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat kimia lain.

Contohnya, semen portland abu terbang yang merupakan hasil poemanfaatan

kembali dari produksi pembakaran gas.

Gambar 5. Pembuatan beton

Page 10: KONSTRUKSI BETON

Secara umum semen di Indonesia telah memmenuhi standar SNI. Berarti

merek semen apapun yang anda gunakan untuk beton sudah memenuhi syarat

untuk digunakan, selama syarat mutu dari pabrik pembuatnya masih

terpenuhi. Yang menjadi masalah adalah kualitas semen yang telah keluar dari

pabrik dimana dapat terjadi perubahan kualitas. Hal yang sangat

mempengaruhi semen setelah dikeluarkan dari pabrik adalah:

a) Umur Semen Setelah Dikeluarkan Dari Pabrik

Setelah semen dikeluarrkan dari pabrik memang tidak mesti ada

tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa. Namun yang menjadi

permasalahan adalah apakah bisa kita menyimpan semen dalam waktu

yang lama taanpa merusak semen itu sendiri, karena semen yang disimpan

dalamwaktu yang lama biasanya bereaksi dengan air yang dapat

menyebabkan semen menjadi jenuh dan mengumpal, sehingga dapat

menurunkan reaksi hidrasinya.

b) Penyimpanan Semen

Kemudian hal yang sangat penting dalam pengunaan semen adalah

penyimpanan semen dimana hal yang wajib dihindari adalah semen harus

tidak boleh kontak dengan air. Maka pengatapan gudang semen, dan

Gambar 6. Semen portland

Page 11: KONSTRUKSI BETON

penutupan semen dengan bahan yang dapat melindungi dari air (plastik

atau terpal) adalah hal yang pertama kita lakukan. Selanjutnya air juga

dapat berasal dari air tanah yang meresap kepermukaan dan dapat juga

menguap diudara, maka hal yang kedua yang harus dilakukan adalah

buatlah rak untuk menyimpan semen atau dapat digunakan landasan untuk

semen dari kayu agar semen tidak berkontak langsung dengan permukaan

lantai baik keramik maupun tanah. Hal ini akan mencegah bubuk semen

mengalami penggumpalan.

Untuk keperluan pembuatan beton, semen harus memenuhi syarat

sesuai Standard Normalisasi Indonesia (NI-8) sebagai berikut:

1) Waktu pengikatan awal tidak boleh kurang dari 1 jam (60

menit)

2) Pengikatan awal semen normal 60-120 menit

3) Mempunyai suhu ruangan (23oC).

3.1.2 Agregat Halus

Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Ukurannya

bervariasi antara ukuran no. 4 dan no. 100 saringan standar Amerika. Agregat

halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, paitikel yang lebih kecil

Gambar 7. Penumpukan semen

Page 12: KONSTRUKSI BETON

dan saringan no. 100 atau bahan - bahan lain yang dapat merusak campuran

beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran harus mempunyai gradasi yang

baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM (American

Society of Testing and Materials).

Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah

digunakan sebagai agregat halus.

3.1.2.1 Sifat Fisik Agregat

Pada umumnya agregat yang dihasilkan dari Aggregate Crushing

Plant (ACP) memiliki bentuk bersudut. Bentuk pipih atau lonjong

dapat terjadi karena komposisi dan struktur batuan. Pada

penghancuran batuan yang sangat keras akan terjadi proporsi bentuk

pipih yang cukup besar. Tetapi pada proses crushing selanjutnya akan

didapat proporsi bentuk bersudut yang lebih baik.

Bentuk agregat pipih atau lonjong tidak disukai dalam struktur

pekerjaan jalan karena sifatnya yang mudah patah sehingga dapat

mempengaruhi gradasi agregat, interlocking dan menyebabkan

peningkatan Porositas perkerasan tidak beraspal. Bentuk agregat

bulatpun tidak disukai tetapi untuk kondisi perkerasan tertentu,

misalnya kelas jalan rendah, bentuk bulat masih diperbolehkan tetapi

hanya sebatas penggunaan untuk lapisan pondasi bawah dan lapisan

pondasi saja. Maksimal penggunaan untuk lapisan pondasi tidak boleh

Gambar 8. Pasir

Page 13: KONSTRUKSI BETON

lebih dari 40%. Sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat lebih

besar lagi. Pada penggunaan praktis di jalan, agregat berbentuk bulat

dapat digunakan untuk lapisan permukaan dengan sebelumnya

dipecahkan terlebih dahulu.

3.1.2.2 Gradasi Agregat Pasir

Komposisi butiran pasir sungai cenderung menghasilkan beton

yang berkualitas baik. Pasir yang dipakai sebagai campuran beton

harus mempunyai atau terdiri dari partikel-partikel yang ukuran atau

besarnya berbeda-beda dari 0,14 - 5,0 mm untuk mengurangi rongga-

rongga sesedikit mungkin. Pasir yang baikuntuk digunakan sebagai

bahan pembuatan beton mempunyai modulus halus antara 1,5 – 3,8

yang terdiri dari gradasi butiran beragam.

Tabel 1. Batas gradasi

Keterangan:

Zone 1 = pasir kasarZone 2 = agak kasar

Lubang ayakan (mm)

Berat tembus komulatif (%)

zone 1 zone 2 zone 3 zone 4  bawah atas bawah atas bawah atas bawah atas

10 100 100 100 100 100 100 100 1004.8 90 100 90 100 90 100 95 1002.4 60 95 75 100 80 100 95 1001.2 30 70 55 100 75 100 90 1000.6 15 34 35 59 60 79 80 1000.3 5 20 8 30 12 40 15 50

0.015 0 10 0 10 0 10 0 15

Page 14: KONSTRUKSI BETON

Zone 3 = halusZone 4 = agak halus

3.1.2.3 Kebersihan Agregat

Dalam agregat khususnya pasir zat-zat yang tercampur yang

paling berbahaya adalah lempung yang rnenutupi partikel-partikel

dengan semen, menyebabkan menurunnya kekuatan beton, Adanya

lempung didalam pasir ditandai dengan bcrtambahnya volume waktu

direndam air. Pasir yang dimaksudkan akan dipakai sebagai agregat

untuk beton, kadar lempung, pasir halus dan debu tidak boleh lebih

dari 5%. Pasir dapat dibersihkan dari lempung dan zat-zat lainnya

dengan jalan mencucinya dengan air dalam suatu mesin pencuci.

Sedangkan jumlah zat-zat yang tercampur dalam kerikil seperti

lempung, pasir halus dan debu tidak boleh rnelebihi 1%. Gumpalan-

gumpalan tanah liat atau gumpalan-gumpalan lainnya yang dapat

merugikan haruslah dibuang dari kerikil yang akan dipakai sebagai

campuran beton.

3.1.2.4 Berat Jenis Agregat

Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan

campuran agregat, misalnya dengan aspal. Campuran ini berdasarkan

perbandingan berat, karena lebih teliti dibandingkan dengan

perbandingan volume dan juga urluk menentukan banyaknya pori

agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar

sehingga dengan berat yang sama akan membutuhkan aspal yang

banya.

3.1.2.5 Kandungan Kimia Agregat

Kandungan unsur kimia belerang dan senyawa yang terdapat

dalam pasir akan membantu terjadinya korosi (karat) didalam beton.

Page 15: KONSTRUKSI BETON

Pada senyawa ini tidak boleh melebihi 1 % berat agregat dihitung

sebagai SO3. Pasir alami sering mengandung zat-zat organis yang

tercampur (sisa-sisa tanaman, humus, dan lain-lain). Ini juga

berpengaruh negatif terhadap semen, sebab organis yang tercampur

dapat membentuk asam organis dan zat-zat lainnya yang dapat

bereaksi dengan semen yang sedang mengeras yang menyebabkan

berkurangnya kekuatan beton.

3.1.2.6 Porositas Agregat

Berdasarkan ukurannya pori agregat memiliki ukuran lebih besar

dari 2 mm ataupun ruangan kosong diantara partikel-partikel batuan

ynag gembur. Porositas dari agregat perlu diketahui sebab erat

hubungannya dengan sifat-sifat agregat seperti kekuatan, sifat absorpsi

dan lain-lain.

Agregat dengan kadar pori yang besar akan membutuhkan

jumlah semen yang lebih banyak, karena banyak semen yang terserap

dan akan mengakibatkan semen mcnjadi lebih tipis. Penentuan

banyaknya pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terabsorsi oleh

agregat.

3.1.3 Agregat Kasar (Kerikil)

Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alami dari

batubatuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada

umunya yang diamksud dengan agregat kasar adalah agrgat dengan besar

butiran 5 mm. Jenis agregat ini permukaannya kasar dan banyak memerlukan

air untuk penggunaan dalam beton serta kegunaannya cukup bagus. Syarat-

syarat agregat kasar antara lain:

1) Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori.

Agregat kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat

Page 16: KONSTRUKSI BETON

digunkan bila jumlah butir pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari

jumlah keseluruhan agregat. Butir-butir agregat harus tahan terhadap

cuaca.

2) Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan

terhadap berat kering. Yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian

yang dapat melalui saringan no. 200 (saringan ASTM) atau saringan

0,063 mm. Bila kadar lumpur melebihi 1% maka agregat kasar harus

dicuci dulu sebelum digunakan.

3) Agregat kasar tidak boleh mangandung zat-zat reaktif alkali yang

dapat memecahkan beton jika zat tersebut bereaksi dengan alkali

Na2O dan K2O dalam semen Portland.

4) Kekerasan butiran agregat kasar dapat diperiksa dengan

menggunakan mesin Los Angeles dimana tidak lolos 50% saringan

no. 12 (ASTM).

5) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam

besarnya dan harus bergradasi baik.

Butiran-butiran agregat runcing dan sangat kasar. Butiran yang pipih

dan memanjang membutuhkan lebih banyak semen untuk menghasilkan beton

yang mudah dikerjakan. Hal-hal tersebut diatas penting, bukan saja untuk

agregat kasar tetapi juga untuk agregat halus. Biasanya agregat alam

bentuknya bundar akan tetapi agregat yang diperoleh dari pemecahan batu

yang sangat bersudut, pipih, sangat tipis dan sangat panjang sebaiknya tidak

usah digunakan.

3.1.3.1 Karakteristik Agregat KasarGambar 9. Kerikil

Page 17: KONSTRUKSI BETON

Karaksteristik agregat kasar berkaitan dengan bentuk butir dan

keadaan permukaan, kekuatan agregat, pori-pori agregat, dan berat isi

agregat.

a) Bentuk butir dan keadaan permukaan

1. Bulat dan permukaannya licin, kasar berkristal, berpori

2. Tidak beraturan

3. Bersudut tajam dan permukaannya kasar

4. Pipih

5. Memanjang, panjangnya lebih besar 3 kali dari lebarnya

Butiran agregat mempunyai hubungan erat dengan luas

permukaan dan banyaknya rongga. Perbedaan luas permukaan

akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan dalam pembuatan

beton. Dalam beton, rongga-rongga akan diisi oleh pasta dimana

makin banyak pasta yang digunakan makin banyak pula

pemakaian semen.

b) Kekuatan agregat

Pada umumnya kekuatan agregat tergantung dari jenis

agregat, susunan mineral, struktur butir. Kekuatan agregat akan

sangat berpengaruh pada kekuatan beton.

c) Pori-pori agrrgat

Besar kecilnya pori-pori sangat tergantung dari jenis batuan

dan proses pembentukannya yang mempengaruhi daya serap

agregat.

d) Berat isi agregat

Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat dan isi,

berat nilainya tergantung dari bagaimana padatnya kita

mengisinya, bentuk butir dan susunan butirnya. Jadi meskipun

berat jenis suatu benda sama namun tidaklah mutlak berat benda

itu sama.

Page 18: KONSTRUKSI BETON

3.1.3.2 Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Agregat Kasar

a) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari

disintegrasi dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari

pecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar

adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm sesuai

dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai

mutu beton.

b) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak

berpori. Agregat kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih

hanya dapat digunakan apabila jumlah butirnya tidak melampaui

20% dari agregat seluruhnya. Agregat kasar tidak mudah hancur

oleh perubahan cuaca.

c) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%

(ditentukan berdasarkan berat keringnya), yang dimaksud dengan

lumpur dalam hal ini adalah bagian dari agregat yang lolos

saringan no. 0,063 mm. Apabila kadar lumpurnya melebihi 1%

maka agregat tersebut harus dicuci.

d) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak

beton seperti zat-zat reaktif alkali.

e) Kekerasan dari butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji

dari Rudeloff dengan beban uji seberat 20 ton dan harus dapat

memenuhi syaratsyarat sebagai berikut :

1. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 9,5 – 1,9 mm lebih dari

24% terhadap berat.

2. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 19 – 30 mmlebih

daripada 22% atau mesin Los Angeles beratnya tidak boleh

melebihi 50% berat keseluruhan.

Page 19: KONSTRUKSI BETON

f) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang bervariasi

besarnya dan bila digunakan ayakan dengan susunan ayakan yang

telah ditentukan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Sisa pada ayakan 4 mm harus berkisar 90 – 98% dari berat.

2. Selisih antara sisa kumulatif pada ayakan yang berukuran

maksimum 60% dan minimum 10% dari berat.

g) Berat butir agregat tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara

bidangbidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4

dari jarak bersih minimum antara batang-batang/berkas-berkas

tulangan. Penyimpangan dari batasan ini boleh dengan seizin ahli,

cara-cara pengecoran apabila tidak terjadi sarang-sarang kerikil.

3.1.4 Air

Tujuan utama dari penggunaan air adalah agar terjadi hidrasi yaitu reaksi

kimia antara semen dan air yang menyebabkan campuran ini menjadi keras

setelah lewat beberapa waktu tertentu. Air yang dibutuhkan agar terjadi proses

hidrasi tidak banyak, kira - kira 30% dari berat semen. Dengan menambah

lebih benyak air harus dibatasi sebab penggunaan air yang terlalu banyak

dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan beton.

3.1.4.1 Pesyaratan Air Untuk Beton

a) Air yang digunakan untuk pembuatan beton harus bersih, tidak

boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam. Zat

organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton dan atau

baja tulangan. Air tawar yang umumnya dapat diminum baik air

yang telah diolah diperusahaan air minuin maupun tanpa diolah

dapat dipakai untuk pembuatan beton.

b) Air yang dipergunakan untuk pembuatan beton pratekan dan beton

yang didalamnya akan tertanam logam aluminium serta beton

bertulang tidak boleh mengandung sejumlah ion khlorida. Sebagai

Page 20: KONSTRUKSI BETON

pedoman, kadar ion khlorida (Cl) tidak melaMPaui 500 mg per

liter air. Didalam beton ion khlorida dapat berasal dari air, agregat

dan bahan tambahan (admixture) dan biasanya total khlorida

maksimum (dalam % terhadap berat semen) yang diisyaratkan

adalah:

1. Beton pratekan 0,06%

2. Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan

khlorida 0,15%

3. Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari

basah 1,00%

4. Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30%

c) Air tawar yang tidak dapat diminum tidak boleh dipakai untuk

pembuatan beton.

3.1.5 Bahan Campuran (Additive)

Bahan campuran merupakan bahan yang dapat merubah sifat-sifat dari

beton keras dan lunak. Bahan tambahan tidak dapat mengkoreksi komposisi

spesi - beton yang buruk, karenanya harus diusahakan komposisi beton

seoptimal mungkm dengan bahan-bahan dasar yang cocok. Ide bahan

tambahan sering berdasarkan efek ball-bearing, dcngan kata lain gelembung

udara kecil dibentuk dengan massa spesi dan bekerja scbagai pelumas yang

mana konsistensinya terpengaruh.

Dalam praktek pcmbuatan konstruksi beton, bahan tambahan

(admixture) merupakan bahan yang dianggap penting, terutama untuk

pembuatan beton di daerah yang beriklim tropis seperti di Indonesia.

Penggunaan bahan tambahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan

menambah sifat beton sesuai dengan sifat beton yang diinginkan. Definisi

bahan tambahan ini mempunyai arti yang luas, yaitu meliputi material-

material seperti polimer, fiber, mineral yang mana dcngan adanya bahan

tambahan ini komposisi beton mempunyai sifat yang berbeda dcngan aslinya

Page 21: KONSTRUKSI BETON

atau beton biasa. Bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang

digunakan dapat mengacu pada ASTM C494-81 "Standart Specification for

Chemical Admixture for Concrete”. Definisi tipe dan jenis bahan tambahan

kimia tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

Type A : Water-reducing Admixtures, adalah bahan tambahan yang

bersifat mengurangi jumlah air pencampuran beton untuk

menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu.

Type B : Retarding Admixture, adalah bahan tambahan yang berfungsi

menghambat pengikat beton.

Type C : Accelerating Admixture, adalah bahan tambahan berfungsi

mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal

beton.

Type D : Water Reducing dan Retarding Admixture, adalah bahan

tambahan yang berfungsi ganda mengurangi jumlah air

pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton

yang konsistensinya tertentu dan menghambat pengikatan

beton.

Type E : Water Reducing dan Accelerating Admixture, adalah bahan

tambahan yang berfungsi ganda mengurangi jumlah air

pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton

yang konsistensinya tertentu dan mernpercepat pengikatan

beton.

Type F :Water Reducing, High Range Admixture, adalah bahan

tambahan yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampuran

yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang

konsistensinya tertentu sebanyak 12%

Type G : Water Reducing High Range and Retarding Admixture, adalah

bahan tambahan yang berfungsi mengurangi jumlah air

pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang

Page 22: KONSTRUKSI BETON

konsistensinya tertentu, sebanyak 12 % atau lebih dan juga

menghambat pengikatan beton.

3.2 Cara Pembuatan Beton

Pada dasarnya, pembuatan eton mempunyaistandar tertentu menurut

kekuatannya sehingga proporsi campuran semen dan agregat harus sesuai spesifikasi.

Namun secara umum langkah pembuatan beton adalah sebagai berikut:

a) Bahan disiapkan kemudian ditimbang (pasir, kerikil, dan semen) sesuai

dengan kebutuhan yang diinginkan dan jumlah air disesuaikan dengan

jumlah fas yang dihitung.

b) Cetakan disiapkan kemudian dilumasi oli agar beton tidak melekat pada

cetakan nantinya.

c) Kemudian seluruh bahan dicampur sampai menjadi adonan atau adukan

yang plastis.

d) Setelah adonan cukup plastis lalu dikontrol nilai slumpnya.

e) Setelah didapat nilai slump yang diinginkan maka adonan dimasukkan

kedalam cetakan beton. Bahan dimasukkan sampai seluruh cetakan.

3.3 Proporsi Campuran Bahan

Pada umumnya orang membuat takaran bahan pembuatan beton adalah 1:2:3,

padahal sebenarnya pembuatan beton harus disesuaikan dengan rencana dan

kegunaannya, khususnyauntuk konstruksi bangunan gedung besar harus melakukan

perhitungan proporsi bahan dan harus melakukan pengujian terhadap bahan yang

akan digunakan terlebih dahulu.

3.3.1 Proporsi Bahan Berdasarkan FAS

pembuatan beton sesuai dengan nilai faktor air semen (fas) yang

diinginkan dapat menggunalkan proporsi campuran bahan sebagai berikut:

a) Perencanaan beton dengan fas 0,30

1. Faktor air semen : 0,30

Page 23: KONSTRUKSI BETON

2. Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah

3. Berdasarkan Gambar 3.8 kuat tekan rencana pada umur 28 hari :

59,57 Mpa

4. perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan

pengerjaan yang diinginkan : 2

5. Agregat dikombinasikan dengan metode grafis sedemikian rupa

sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S.

4,75 mm.

6. Berat jenis semen 3,15

7. Berat jenis agregat kasar 2,56

8. Berat jenis agregat halus 2,84

9. Silicafume 10 % dari semen

10. Superplasticizer 2 % dari air

11. Perbandingan berat yang diperlukan dari material kering, sebagai

berikut :

Semen Pasir Kerikil Air1

Jika C = berat semen per m3 beton maka :

+ + + = 1000

C = 726,73 kg

Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah :

Semen : 726,7281 kg

Pasir : 0,60 × 726,7281 kg = 436,0368 kg

Kerikil : 1,40 × 726,7281 kg = 1017,419 kg

Air : 0,30 × 726,7281 kg = 218,0184 ltr

b) Perencanaan beton dengan fas 0,31

1. Faktor air semen : 0,31

Page 24: KONSTRUKSI BETON

2. Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah

3. kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 58,75 Mpa

4. perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan

pengerjaan yang diinginkan : 2,25

5. Agregat dikombinasikan dengan metode grafis sedemikian rupa

sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S.

4,75 mm.

6. Berat jenis semen 3,15

7. Berat jenis agregat kasar 2,56

8. Berat jenis agregat halus 2,84

9. Perbandingan berat yang diperlukan dari material kering, sebagai

berikut :

Semen Pasir Kerikil Air1

,25 ,25

Jika C = berat semen per m3 beton maka :

+ + + = 1000

C = 675,287 kg

Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah :

Semen : 675,287 kg

Pasir : 0,675 × 675,287 kg = 455,8187 kg

Kerikil : 1,575 × 675,287 kg = 1063,577 kg

Air : 0,310 × 675,287 kg = 209,339 ltr

c) Perencanaan beton dengan fas 0,32

1. Faktor air semen : 0,32

2. Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah

3. kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 57,94 Mpa

Page 25: KONSTRUKSI BETON

4. perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan

pengerjaan yang diinginkan : 2,5

5. Agregat dikombinasikan dengan metode grafis sedemikian rupa

sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S.

4,75 mm.

6. Berat jenis semen 3,15

7. Berat jenis agregat kasar 2,56

8. Berat jenis agregat halus 2,84

9. Silicafume 10 % dari semen

10. Superplasticizer 2 % dari air

11. Perbandingan berat yang diperlukan dari material kering, sebagai berikut :

Jika C = berat semen per m3 beton maka :

+ + + = 1000

C = 630,647 kg

Jumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah :Semen : 630,647 kg

Pasir : 0, 75 × 630,647 kg = 472.9853 kg

Kerikil : 1,75 × 630,647 kg = 1103.632 kg

Air : 0,32 × 630,647 kg = 201.807 ltr

d) Perencanaan beton dengan fas 0,331. Faktor air semen : 0,33

2. Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah

3. kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 57,13 Mpa

Semen Pasir Kerikil Air1

,5 ,5

Page 26: KONSTRUKSI BETON

4. perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan

pengerjaan yang diinginkan : 2,75

5. Agregat dikombinasikan dengan metode grafis sedemikian rupa

sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S.

4,75 mm.

6. Berat jenis semen 3,15

7. Berat jenis agregat kasar 2,56

8. Berat jenis agregat halus 2,84

9. Perbandingan berat yang diperlukan dari material kering, sebagai

berikut :

Semen Pasir Kerikil Air1

,75 ,75

Jika C = berat semen per m3 beton maka :

+ + + = 1000

C = 591,543 kgJumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah :

Semen : 591,543 kg

Pasir : 0, 825 × 591,543 kg = 488,0229 kg

Kerikil : 1,925 × 591,543 kg = 1138,723 kg

Air : 0,33 × 591,543 kg = 195,2092 ltr

e) Perencanaan beton dengan fas 0,341. Faktor air semen : 0,34

2. Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah

3. kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 56,31Mpa

4. perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan

pengerjaan yang diinginkan : 3

Page 27: KONSTRUKSI BETON

5. Agregat dikombinasikan dengan metode grafis sedemikian rupa

sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S.

4,75 mm.

6. Berat jenis semen 3,15

7. Berat jenis agregat kasar 2,56

8. Berat jenis agregat halus 2,84

9. Perbandingan berat yang diperlukan dari material kering, sebagai

berikut :

Semen Pasir Kerikil Air1

Jika C = berat semen per m3 beton maka :

+ + + = 1000

C = 557,0051 kgJumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah :

Semen : 557,0051 kgPasir : 0, 90 × 557,0051 kg = 501.3046 kgKerikil : 2,10 × 557,0051 kg = 1169.711 kgAir : 0,34 × 557,0051 kg = 189.3817 ltr

f) Perencanaan beton dengan fas 0,351. Faktor air semen : 0,35

2. Tingkat kemudahan pengerjaan : sangat rendah

3. kuat tekan rencana pada umur 28 hari : 55,50 Mpa

4. perbandingan agregat/semen untuk tingkat kemudahan

pengerjaan yang diinginkan : 3,25

5. Agregat dikombinasikan dengan metode grafis sedemikian rupa

sehingga 30 persen dari materialnya lolos melalui saringan I.S.

4,75 mm.

6. Berat jenis semen 3,15

7. Berat jenis agregat kasar 2,56

8. Berat jenis agregat halus 2,84

Page 28: KONSTRUKSI BETON

9. Perbandingan berat yang diperlukan dari material kering, sebagai

berikut :

Semen Pasir Kerikil Air1

Jika C = berat semen per m3 beton maka :

+ + + = 1000

C = 526,2779kgJumlah kebutuhan bahan susun beton per m3 adalah :

Semen : 526,2779 kgPasir : 0, 975 × 526,2779 kg = 513,1209 kgKerikil : 2,275 × 526,2779 kg = 1197,282 kgAir : 0,350 × 526,2779 kg = 184.1973 ltr

3.3.2 Proporsi Bahan Berdasarkan KBerikut ini perbandingan bahan dan tenaga untuk membuat beton dengan

mutu K sekian:

a) 1 m3 beton mutu f’c = 7,4 MPa (K 100), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,87, bahan:

Portland cement 247 kg

PB 869 kg

KR (maksimum 30 mm) 999 kg

Air 215 Liter

b) 1 m3 beton mutu f’c = 9,8 MPa (K 125), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,78, bahan:

Portland Cement 276 kg

PB 828 kg

kerikil (maksimum 30 mm) kg 1012 KR

Air 215 Liter

c) 1 m3 beton mutu f’c = 12,2 MPa (K 150), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,72, bahan:

Page 29: KONSTRUKSI BETON

Portland cement 299 kg

PB 799 kg

Kerikil (maksimum 30 mm) 1017 kg

Air 215 Liter

d) 1 m3 lantai kerja beton mutu f’c = 7,4 MPa (K 100), slump (3-6) cm,

w/c= 0,87, bahan:

Portlland cement 230 kg

PB 893 kg

Bahan KR (maksimum 30 mm) 1027 kg

Air 200 Liter

e) 1 m3 beton mutu f’c = 14,5 MPa (K 175), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,66 , bahan:

Portland cement 326 kg

PB 760 kg

KR (maksimum 30 mm) 1029 kg

Air 215 Liter

f) 1 m3 beton mutu f’c = 16,9 MPa (K 200), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,61, bahan:

Portland cement 352 kg

PB 731 kg

KR (maksimum 30 mm) 1031 kg

Air 215 Liter

g) 1 m3 beton mutu f’c = 19,3 MPa (K 225), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,58, bahan:

Portland cement 371 kg

PB 698 kg

KR (maksimum 30 mm) 1047 kg

Air 215 Liter

Page 30: KONSTRUKSI BETON

h) 1 m3 beton mutu f’c = 21,7 MPa (K 250), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,56, bahan:

Portland cement 384 kg

PB 692 kg

KR (maksimum 30 mm) 1039 kg

Air 215 Liter

i) 1 m3 beton mutu f’c = 24,0 MPa (K 275), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,53, bahan:

Portland cement 406 kg

PB 684 kg

Bahan KR (maksimum 30 mm) 1026 kg

Air 215 Liter

j) 1 m3 beton mutu f’c = 26,4 MPa (K 300), slump (12 ± 2) cm, w/c =

0,52, bahan:

Portland cement 413 kg

PB 681 kg

Bahan KR (maksimum 30 mm) 1021 kg

Air 215 Liter.

3. 4 Perawatan Beton

Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah

mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami

gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air

yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton

berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam

kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat (PB,1989:29).

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan

beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan

Page 31: KONSTRUKSI BETON

beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi

struktur.

Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlansung dengan sempurna

maka di perlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya curing sekitar 7

hari berturut – turut mulai hari kedua setelah pengecoran. Curing dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara antara lain :

a) Menyemprotkan dengan lapisan khusus ( semacam Vaseline ) pada

permukaan beton.

b) Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. Setelah

proses curing, di lakukan pengurugan tanah kembali lapis demi lapis.

Page 32: KONSTRUKSI BETON

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Beton merupakan material campuran antara semen, agregat halus, agregat

kasar, air, dan zat additiv jika diperlukan. Pencampuran antara semen, air dan agregat

harus proporsional sesuai dengan tujuan penggunaan beton tersebut. Kekuatan beton

khususnya kuat tekan sangat dipengaruhi oleh perbandingan campuran bahan yang

dibuat. Jika pencampuran bahan kurang sesuai, maka beton yang dihasilkan tidak

akan sesuai dengan yang diharapkan.

Selain itu, kekuatan tekan beton juga sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan

mekanik dari agregatnya. Agregat yang diisyaratkan sebagai bahan pembuatan beton

harus bersih dari zat organik atau meksimal kandungan organik kurang dari 5%.

Untuk agregat kasar harus mempunyai bentuk yang bersudut dan tidak aus. Keausan

kerikil diberi batasan sesuai dengan pengujian menggunakan mesin Los Angeles tidak

lebih dari 10% pada akhir 100 putaran dan tidak lebih dari 40% pada putaran ke 500,

sehingga beton mampu mengahasilkan kuat tekan yang baik.

Faktor lain yang harus diperhatikan dalam pembuatan beton adalah

kandungan air semen. Pengaruh air terhadap beton sering disebut fas. Semakin tinggi

nilai fas, maka kuat tekan beton akan menurun. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

mutu beton yang baik maka harus memperhatikan ketelitian dalam pengerjaan dan

kualitas bahan yang digunakan.

Page 33: KONSTRUKSI BETON

DAFTAR PUSTAKA

DR. Ir . Muin, Resmi Bestari, Ms, 2009, Struktur Beton Bertulang I ,Yogyakarta

Ir. Mulyono, Tri, MT, 2004, Teknologi Beton, Yogyakarta: ANDI

I.B. Rai Widiarsa, ST, MASc, 2001, Pengantar Praktikum Ilmu Teknologi Bahan,

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana.

SNI 03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton

Budiadi, Andri, 2008, Desain Praktis Beton Prategang. Yogyakarta : A N D I

Basuki, Achmad, dalam ”Chemical Admixture”, dalam

http://sipil.ft.uns.ac.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=194&Itemid=1, diakses 27 November

2012, pada 14.43 WIB

Lashanta, dalam “Bagaimana Cara Membuat Beton II”, dalam

http://rumahdangriya.blogspot.com/2011/07/bagaimana-cara-membuat-beton-

ii.html, diakses 26 November 2012, pada 22.33 WIB

Tatang, Kukuh Wibawa, dalam “Bahan Superplasticizer Untuk Beton”, dalam :

http://tatangw.blogspot.com/2011/04/bahan-superplasticizer-untuk-

beton.html, diakses 27 November 2012, pada 23.00 WIB

Mualim, dalam “Teknik Pembuatan Beton I”, dalam

http://mualim.wordpress.com/2007/07/23/teknik-pembuatan-beton-1/, diakses

27 November 2012, pada 19.40 WIB