Top Banner

of 80

Konspirasi Neo Orba

Jul 07, 2015

Download

Documents

dianwangi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Konspirasi Neo Orba: Mega, Hendro & NII Al-Zaytun 01 PENDAHULUAN Oleh Umar Abduh

BUKU yang hadir di tangan para pembaca sekalian ini disusun menjadi 3 Bab, Bab Pendahuluan menjelaskan latar belakang, tujuan dan methode penulisan. Bab I menjelaskan sikap kritis terhadap fenomena kontroversi kehadiran kepala BIN Hendro priyono di Mahad Al-Zaytun 14-15 Mei 2003. Fenomena kontroversi kehadiran kepala BIN tersebut diabadikan dalam bentuk VCD, selanjutnya dijual untuk umum oleh komunitas Mahad Al-Zaytun. Selebihnya isi buku ini merupakan analisis dampak hukum, politik serta duduk masalah yang perlu diungkap dan dikaji untuk kepentingan masyarakat banyak. Bab II menjelaskan eksistensi tentang apa dan bagaimana Mahad Al-Zaytun, tentang AS Panji Gumilang juga tentang gerakan organisasi NII-NKA. Bab III berisi kritik membangun dan gugatan konstruktif terhadap kinerja dan mekanisme fungsi peran BIN di bawah Hendropriyono berkenaan dengan hubungannya dengan Mahad Al-Zaytun, AS Panji Gumilang maupun gerakan organisasi NII-NKA yang dipimpin AS Panji Gumilang. Bab Kesimpulan dan penutup berisi himbauan bagi masyarakat, BIN, Hendro dan pemerintah tentang pentingnya kekuatan moral dan control masyarakat terhadap system dan kinerja penyelenggaraan Negara dan pemerintahan. Mahad Al-Zaytun sejak awal diselimuti misteri, dikenal sebagai mahad yang kaya dengan kontroversi. Kini untuk kesekian kalinya Mahad tersebut mengeluarkan debut kontroversi yang semakin membuat banyak orang terperangah. Gumpalan misteri Mahad Al-Zaytun, sebagian telah tersingkap. Salah satu misteri itu, tersingkap setahun yang lalu, tepatnya tanggal 14-15 Mei 2003 di mana kepala BIN Hendropriyono berada di Mahad tersebut disertai beberapa deputi BIN. Jika terungkapnya manipulasi data dan rekayasa pembengkakan suara pilpres di Mahad Al-Zaytun 5 Juli lalu sudah dianggap sebagai kontroversi, maka Mahad Al-Zaytun sudah memproduksi dan menjalankan kontroversi sejak awal pembangunan mahad tersebut. Praktek manipulasi data pengelola Mahad Al-Zaytun terhadap system aturan kependudukan dilakukan bekerjasama dengan aparat Pemda Indramayu cq Kepala Desa dan Camat, di mana para warga AlZaytun tersebut tinggal. Menerbitkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) bagi warga Zaytun yang berperan sebagai pekerja, pembeli tanah masyarakat yang selanjutnya menjadi pewakif maupun mereka yang kemudian berperan sebagai eksponen Mahad tersebut. Keahlian AS Panji Gumilang selaku pimpinan dan penanggung jawab Mahad maupun organisasi NII-NKA melakukan manipulasi data kependudukan atau pengerahan massa sudah berulangkali terbukti. Sejak awal perayaan 1 Muharram diselenggarakan Mahad tersebut tahun 2000 hingga 2004 yang lalu, komunitas Mahad Al-Zaytun mampu menghimpun kedatangan anggota gerombolan NII-NKA tersebut sebanyak 120.000 an. Demikian halnya praktek manipulasi data dalam momentum pilkades desa Mekar Jaya tahun 2002. Komunitas Al-Zaytun sukses menggalang manipulasi dan pemalsuan data kependudukan yang bekerjasama dengan aparat pemda Indramayu cq Kelurahan dan Kecamatan untuk membengkakkan suara pemilih calon kades Api Karpi. Keahlian AS Panji Gumilang memanipulasi data dan pemenangan suara memang sudah

banyak terbukti. Sukses tersebut karena dukungan moral dam mental komunitas NII yang terbiasa dan ahli dalam hal palsu memalsu menduplikasi KTP, Surat Tanah, Akta Jual Beli Tanah dan sebagainya. Menurut kesaksian Ustadz Rani Yunsih, AS Panji Gumilang pernah memenangkan suara UMNO di Sabah saat menggusur partai Datuk Pairin Kittingan pada dekade 90 an. Layaknya pesulap AS Panji Gumilang, Mahad Al-Zaytun dan gerombolan NII-NKA memang merupakan sumber kontroversi. Namun keahlian AS panji Gumilang, Mahad Al-Zaytun dan organisasi gerombolan NII-NKA dalam merakit manuver maupun kontroversi itu nampaknya terantuk batu. Manuver politik dan kontroversi AS panji Gumilang yang menggunakan Mahad Al-Zaytun beserta organisasi gerombolan NII-NKA telah memakan korban orang besar, yaitu capres dari partai Golkar, jendral Purn Wiranto. Orang pun lantas teringat dengan track record AS Panji Gumilang dan Mahad Al-Zaytun, saat mereka menyambut kehadiran kepala BIN Hendro tanggal 14-15 Mei 2003 lalu. Peristiwa langka itu ternyata berhasil dikemas AS Panji Gumilang bersama komunitas Mahad Al-Zaytun sebagai alat justivikasi terhadap kontroversi yang telah digelar selama ini. Kesan yang berhasil dibangun AS Panji Gumilang terhadap kepala BIN Hendropriyono sebagai pemilik dan berada di belakang eksistensi Mahad Al-Zaytun akhirnya tersebar luas. AS Panji Gumilang berhasil menarik keuntungan, baik moril maupun materiil dari kehadiran dan sikap kepala BIN Hendropriyono yang ikhlash, lillahi Taala memposisikan diri menjadi pelindung atau backing Al-Zaytun. Kemungkinan, Hendro pun puas karena berhasil memanfaatkan kontroversi Al-Zaytun dan panji Gumilang and his Gang menjadi alat dan bahan pembusukan dalam perang politik kepentingan, seperti yang terjadi saat pemilu legislative maupun pemilu presiden 5 juli yang lalu. Akibat langsung maupun tak langsung dari sikap kepala BIN Hendro yang ikhlash dan kesatria membacking Al-Zaytun tersebut akhirnya memunculkan ketidak jelasan sikap Panglima TNI, KSAD, Kapolri dan pemerintahan Megawati terhadap Mahad tersebut. Karena Panglima TNI, KSAD, Kapolri dan kabinet Mega-Hamzah hingga kini tidak berani berbeda sikap dan berbeda pendapat dengan kepala BIN Hendropriyono, akibatnya Dansat Transportasi dan beberapa sopir Mabes TNI yang menjadi korban. Menteri Agama juga menjadi ewuh pakewuh untuk mengumumkan hasil penelitian tim INSEP yang bekerja sama dengan Badan Litbang Agama Dan Diklat Keagamaan Departemen Agama R.I yang beranggotakan enam orang sudah menyelesaikan tugasnya sejak akhir Februari 2004 lalu tentang Mahad Al-Zaytun. Kesan dan kesimpulan masyarakat awam pun terlanjur mengarah kepada tuduhan atau sangkaan bahwa BIN dan Hendro sebagai pihak yang mengatur scenario dan segala sesuatu yang terjadi serta terkait dengan Mahad tersebut. Masyarakat tidak bisa disalahkan, bila mereka menuding BIN atau Hendro sebagai pihak yang harus dan paling bertanggungjawab, apalagi hingga kini baik Hendro maupun BIN masih bersikap bungkam, diam seribu bahasa. Fenomena kontroversi Al-Zaytun dalam pemilu legislative April dan pemilu presiden 5 Juli kemarin jika dibiarkan berlalu tanpa ada sikap kritis dan tindakan konkret yang berkelanjutan dari KPU, Panwaslu, aparat hukum dan keamanan, hal ini merupakan preseden buruk sekali gus merupakan pelecehan terhadap hukum, undang-undang, negara dan pemerintah. Termasuk pelecehan terhadap citra pondok pesantren khususnya. Akibat langsung maupun tak langsung dari senyawa kontroversi antara AS Panji Gumilang dan kepala BIN Hendropriyono banyak masyarakat yang menjadi korban dan semakin tertipu. Karena kesan Hendropriyono selaku kepala BIN sebagai pemilik dan backing Mahad Al-Zaytun tidak saja berhasil mengecoh komunitas NII-NKA dan para keluarga wali santri, tetapi masyarakat lain pun, termasuk para petinggi Golkar dan TNI akhirnya ikut yakin dan percaya bahwa Al-Zaytun dan AS Panji Gumilang memang tidak bermasalah. Padahal kesan tersebut dibangun AS Panji Gumilang dan kepala BIN Hendropriyono hanya berdasarkan kecohan saat keduanya menyampaikan retorika yang sebenarnya mungkin hanya basa basi belaka.

Pernyataan dan sambutan Abu Toto nama lain AS Panji Gumilang, selaku petinggi Mahad sekaligus dikenal sebagai Presiden gerakan organisasi gerombolan NII-NKA periode 1996 hingga sekarang, saat menyambut kehadiran Hendropriyono, akhirnya menyingkap tabir dan gumpalan misteri sekaligus kontroversi, pernyataan AS Panji tersebut sebagai berikut: Selamat datang. Ahlan wa sahlan wa Marhaban. Indinikum Ila al Mahad. Mahad al Syarif, Mahad Al-Zaytun . Selamat datang, kunjungannya ke Mahad Al-Zaytun ini. Ini sebenarnya bukan satu kunjungan. Tapi pemiliknya datang kembali; yang sudah agak lama. Kami, kalau sahabat tidak ketemu sepekan, itu rasanya, Subhanallah Tapi ini betapa relanya 4 (empat) tahun, 3 (tiga) bulan, kurang 3 (tiga) hari. Itu sahabat baru berkunjung kembali kembali ke Mahadnya. Inilah sambutan dan puji sanjung sekaligus pengakuan dari orang yang paling bertanggungjawab di Mahad Al-Zaytun pada 14 Mei 2003 tentang Hendropriyono, di mana pada Februari 1999, sejak Hendro menjabat sebagai Menakertrans namun sudah memiliki hubungan sekaligus mendukung dan mem-back up keberadaan Mahad Al-Zaytun dan Abdus Salam Panji Gumilang. Misteri dan kontroversi Mahad Al-Zaytun semakin tersingkap setelah Hendro beserta rombongan hadir ke Mahad tersebut sebagai kepala BIN, dalam sambutan pertama saat kedatangannya langsung menyatakan pembelaan dan menunjukkan kepedulian yang serius: Empat tahun saya tidak mendampingi beliau. Empat tahun lebih. Tetapi karena hubungan batin, saya ikut sekalian bersama Saudara-Saudara untuk menghadapi badai, badai fitnah terhadap Al-Zaytun. Alhamdullilah. Alhamdulillah Robbil alamin. Kita sudah sepakat memuji kehadirat Nya. Alhamdulillah Akhirnya Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara sekalian mau tidak mau semua orang mengakui; akan kebulatan tekad, kebenaran, kekuatan hati dari Syaikh Sahabat Al Mukarrom, Syaikhul Mahad Panji Gumilang, beserta keluarga besarnya. Siapa? Yang akan bicara lagi, bahwasanya Syaikh dengan segenap ummatnya di sini, adalah bukan seorang nasionalis? Siapa yang bilang bukan mempunyai rasa patriotisme dan kebangsaan yang tebal? Saya sampaikan ini kepada Ibu Megawati, dan saya katakan bahwa Ibu diundang oleh keluarga besar Al-Zaytun, untuk meletakkan fondamen pertama. Batu pertama. Corner-stone. Untuk suatu gedung, yang sangat luar-biasa dan megah. Untuk menghormati The Founder of the Nation, yaitu: Dr. Ir. Soekarno dia sangat terharu, dan masih tidak percaya: Apa iya? Saya bilang: orangnya itu baru datang tadi malam, menemui saya, dan meminta Ibu: Ini suratnya!. Dia baca, Alhamdulillah, Insya Allah, katanya: Kapan?. Saya bilang, Maksimal tanggal 14. Karena tanggal 14 itu, seluruh siswa, santri akan check-out untuk liburan. Bagaimana kalau pulang libur?. Saya bilang, Nggak bisa! Terlalu lama. Jadi, Coba diatur dengan Sekretaris Presiden dan Sekretaris Negara. Setelah atur sana, atur sini, disepakati: ini hari. Tiba-tiba ada yang kelupaan, yang sudah direncanakan sejak lama, acara di Kebumen, dan kebingungan dia itu. Lalu saya bilang begini: Yang penting Ibu janji saja, untuk membuka sekolah ini, eh, maaf, Gedung ini; Gedung Pembelajaran ini. Kira-kira berapa lama?. Wah, itu saya belum tanya. Mungkin bisa satu hari, mungkin bisa satu tahun. Bisa dua tahun, saya tidak bisa menduga Syaikhul Mahad ini, orang ajaib. Banyak hal yang tidak disangka-sangka bisa kejadian. Jadi saya tidak bisa menduga. Saya sampaikan kalau Ibu .. tidak bisa, silahkan kirim wakilnya, tapi mewakili Ibu Presiden. Lalu beliau melihat ke langit-langit lama .. Lha Mbok sampeyan sendiri!! Ah, Alhamdulillah, memang rejeki saya!!! Ya heh heh he! Berarti rejeki saya. Saya telpon Menteri Agama. Saya mewakili Presiden, untuk berkunjung atau kalau tadi Syaikhul Mahad bilang bukan berkunjung, tapi kembali Zaytun. Menteri Agama menjawab: Dalam rangka apa ini? Saya bilang: dalam rangka Lalu saya bilang: Antum mau ikut nggak?. Menteri Agama menjawab Lho kok mendadak begini?. Lalu saya bilang, Ada titip apa?. Titip salam...

Jadi, salam juga saya sampaikan karena ini amanah dari Menteri Agama Republik Indonesia, dan beliau juga menyampaikan penghargaan yang tinggi. Beliau bilang pada saya, Pak Hendro apa yang disampaikan Pak Hendro, pertama kali dulu, Sidang Kabinet, saya khusus melaporkan soal Al-Zaytun?. Benar, karena Departemen Agama sudah mengirimkan Tim. Untuk melihat: Apa, Siapa, Bagaimana, Al-Zaytun?. Ternyata badai yang saya katakan itu, yang mengatakan bahwa di sekolah yang kita banggakan ini: diajari aliran sesat, dia sendiri yang sesat!! Dan, berbagai macam Tim dikirim. Tim apa saja saya katakan. Sudah banyak dikirim! Dan memang, yang benar itu benar, yang salah itu salah. Jadi pada saat saya di Yogya. Saya mendapat laporan dari ajudan, bahwa Syaikh akan bicara, tapi bicaranya pake handphone, tidak bisa, karena saya berada di kampung. Jadi mohon-maaf, saya tidak sampai, karena saya di Imogiri, bukan di Yogya itu. Di Imogiri. Di sana saya berjumpa dengan seorang Kyai, dan saya bicara, bicara soal Al-Zaytun. Pertanyaan-pertanyaannya, adalah pertanyaan-pertanyaan yang dia dapatkan dari membaca buku. BUKU-BUKU IBLIS!! Bukunya orang yang iri hati. Bukunya orang yang iri hati!! Mudah-mudahan dia segera bertobat, setelah tahu itu apa al Zaytun. Saya sampaikan. Kita Farodlo taubata wa harroma isroro Kita harus bertobat, karena kesalahan dalam menilai apa itu Al-Zaytun. Saya pura-pura katakan kita, karena sebenarnya saya tidak termasuk di situ. [tepuk-tangan]. Lantas mulai tanya macemmacem. Dia tanya siapa itu Panji Gumilang, siapa itu Saya bilang yang jelas dia itu sahabat saya, dan dia itu orang yang paling benar di dalam permasalahan ini. Dan pagi-pagi ketika saya diwawancara oleh beberapa wartawan. Pagi-pagi, maksudnya sebelum Presiden Republik Indonesia saat itu Habibie, datang, berkunjung kemari meresmikannya; saya diwawancarai oleh wartawan. Dan mati-matian semua pertanyaan itu saya jawab. Karena pertanyaan itu memojokkan. Tidak ada satu pun jawaban saya yang dimuat. MEMANG IBLIS!!! Memang sudah di-set orang-orang yang tanya itu, untuk memang memojokkan, tapi saya ya, waspada, karena saya dulu sudah direncanakan oleh Syaikh untuk menjadi Kepala Intel, waktu itu, He he he Tapi, banyak wartawan lain, yang membela. Sehingga keluarlah di satu majalah, mengenai jawaban, meskipun jawaban saya dikorting, tetapi cukup. Cukup. Saya puas. Karena ada suatu keyakinan akan kebenaran yang harus dibela. Saya sampaikan kepada sahabat karib saya: I am your friend in need, so I have to be a friend indeed. Seorang sahabat sejati harus pada saat-saat dibutuhkan. Dan bukan pada waktu senang, sudah jadi kayak begini baru datang. Nah saya tetap membela!! Dan bukan saya sendirian. Banyak juga. Saya akan perkenalkan satu per satu. Karena waktunya sudah mepet, kita mau bermaghrib. Ee .. saya juga bawa dalam rombongan ini, wartawan yang pro dan yang betul-betul tahu akan kebenaran yang saya sampaikan tadi. Namanya Imam Ashori. Ini juga sahabat karib saya, jadi saya katakan yang benar, dan dia juga percaya. Karena saya juga sudah menyelidikinya, dan sebetulnya sudah tidak ada apa-apa, setelah 4 tahun lebih, diterpa oleh badai. Toh akhirnya biduk berlalu dengan sampai satu per satu ke pulau ini sampai. Memang, untuk sampai kepada satu cita-cita, yang mulia begini dengan ide brillian ini, tidak mungkin jalan itu dipenuhi dengan harumnya bunga-bunga. Musti duri-duri dan bau-baunya kembang kentut-kentutan. Semakin dekat cita-cita itu sampai, semakin bau dia. Semakin berat. Saya didampingi oleh Deputi (Wakil Kepala) Produk Intelijen: Bey Sofwan. Kemudian juga Mayor Jendral (Pol.) Atok Rianto beliau mantan Kapolda Kalimantan Selatan. Kemudian Sekretaris saya adalah Saudara Muaman Rachman. Kemudian Kolonel Abdul Mutalib Ambong. Direktur Luar Negeri BIN: Sukrisno. Komandan Satgas Operasi Intelijen Dalam Negeri: Joharman.

Ini semua Badan Intelijen Negara adalah Saudara-saudara Bapak/Ibu sekalian, diterima atau tidak diterima mendaftar sebagai Saudara dan pengikut Al-Zaytun. Saya juga bawa guru bahasa Arab saya, yaitu Saudara Jamaluddin. Ini 32 tahun di Arab Saudi. Sama dengan Pak Harto 32 tahunnya. Dengan istri, non mana non, nah itu istrinya yang cantik itu. Kemudian, Ajudan saya: Zainuddin Ibrahim. Saya, sangat terharu dan bangga. Karena dulu sebagai Menteri Transmigrasi saya berusaha dan bekerja keras untuk membangun suatu yang disebut Islamic Village. Belum berhasil, keburu Pak Habibie jatuh. Baru separuh. Tahu-tahu kesalip sama Al-Zaytun !! Konsep seorang Menteri kalah. Berarti Syaikhul Mahad di atas Menteri!! Saya berbunga-bunga hati saya. Karena itu citacita kita sebagai seorang Muslim. Kita ingin ada suatu perkampungan Mulsim yang betul-betul bisa dibanggakan. Tidak seperti waktu jamannya saya masih kecil. Kalo kita ngomong Madrasah, ngomong Mesjid itu dianggap masyarakat kumuh. Saya sekolah di Muhammadiyah dulu. Anak-anak sekolah Negeri itu, nggak ada yang mau deket-deket saya itu. Dikira saya bisanya ngaji aja!! Tapi dengan seperti ini!! Merupakan suatu Center of Excellence dari Islam di Republik Indonesia. Di sini nanti, tempatnya. [tepuk tangan]. Di sini tempatnya anak kita digembleng. Saya dengar sudah sampai D-2, luar biasa!! Karena terus-terang saya merasa sangat-sangat sedih. Karena banyak kawan-kawan kita, Saudara-saudara kita, ee yang keluar jalur, sampai dicap teroris! Dan pagi-pagi saya katakan: Awas!! Teroris di antara kita ada! Dihujat habis-habisan saya. Dihujat habis! Tapi sebagaimana juga hati dan tekad saya membela kebenaran. Saya membela kawan saya yang benar dan MEMBELA ALZAYTUN. SEMASA SAYA MASIH KUAT DAN ADA KUASA begitu harusnya iman kita bukan? DENGAN TANGAN. Kalau ini nanti tidak bisa, dengan mulut. Kalo tidak bisa baru dengan doa. TAPI SEMASA MASIH BISA DENGAN TANGAN, SAYA HAJAR SIAPA YANG MAU MENGHUJAT TERUS!!! (Sambil mengepalkan tangan kanannya Hendro priyono memperagakan gerakan memukul dengan tangan kanannya, di hadapan para hadirin, diikuti dengan gemuruh tepuk-tangan yang amat riuh]. Al Mukarrom, Syaikhul Mahad. Ummi dan segenap keluarga besar Al-Zaytun yang saya cintai dan saya hormati. Marilah kita bergandeng dengan tangan. Bersama-sama menghadap hari depan yang cerah, yang dibawa dan dipandu oleh Syaikhul Mahad. Dan semoga Allah S.W.T senantiasa meridhoi kita sekalian. Seakan masih tak puas dengan statemen kontroversi di Mahad Al-Zaytun, 6 bulan dan 1 tahun kemudian Hendro tampil kembali menegaskan sikapnya terhadap keberadaan Mahad Al-Zaytun maupun terhadap para pengganggu Al-Zaytun dengan argumentasi melalui Harian Media Indonesia edisi Rabu, 18 November 2003 dan melalui sebuah buku Menegakkan Indonesia Pemikiran Dan Kontribusi 50 Tokoh bangsa Berpengaruh; Penerbit Grafindo Jakarta, Mei 2004, antara lain menegaskan pada alenia 2 dan 3 hal 510 : Disadari Oleh Hendro, bila sebelumnya banyak kelompok yang mempersoalkan keberadaan Mahad Al-Zaytun. Tetapi dari berbagai penelitian dari epartemen agama bersama tim lintas sektoral, tak ada bukti-bukti bahwa terdapat penyimpangan di dalam pesantren itu. Kalau misalnya ada penelitian lain yang menemukan penyimpangan, ya kita luruskan, bukan malah kita bubarkan pesantren itu. Ini kan asset ummat dan asset Negara, harus kita pertahankan.

Disinggung apakah dia pernah mengecap iblis bagi para pengganggu Al-Zaytun pada saat berkunjung ke pesantren AlZaytun Mei 2003, Hendro mengakuinya. Saya mengatakan iblis itu dalam konteks bagi pengganggu dakwah dan syiar Islam. Tak hanya itu, yang mengganggu dakwah dan syiar Islam bisa disebut Dajjal. Sebagai alat Negara, dirinya merasa wajib melindungi kelompok yang melaksanakan syiar Islam, apalagi benar-benar bisa menjadi asset nasional yang besar seperti Al-Zaytun Berdasarkan sambutan dua tokoh misteri dan kontroversi tingkat nasional di atas, terkuak hubungan erat antara sebuah lembaga pesanten Mahad Al-Zaytun yang merangkap cover dari sebuah gerakan NII-NKA (Negara Islam Indonesia-Negara Kurnia Allah) dengan lembaga Non Departemen BIN (Badan Intelejen Negara) pimpinan AM Hendropriyono. Sinergi debut kontroversi antara lembaga pendidikan Mahad Al-Zaytun pimpinan AS Panji Gumilang dengan lembaga Intelejen BIN pimpinan Hendropriyono memang menarik untuk dikritisi. Karena dalam sejarah pemerintahan sejak orde lama, orde baru hingga orde Mega Hamzah saat ini, pemerintah bangsa dan negara Republik Indonesia belum pernah memiliki Badan Intelejen Negara yang carut marut, apalagi bisa dipimpin oleh seorang yang krodite, sepak terjangnya sangat kontroversi kecuali lembaga BIN di bawah Hendropriyono. Deretan berbagai kontroversi yang dilakukan BIN di bawah Hendropriyono bisa diinventarisir sebagai berikut : Kontroversi BIN yang pertama di bawah kepemimpinan Hendro adalah mengangkat secara resmi seorang pengacara, Muhyar Yara yang berperan sebagai Humas atau Juru bicara BIN yang tanpa NIP, dan hanya berlangsung selama 2 tahun kemudian di PHK, dan mungkin tanpa pesangon. Kontroversi BIN yang kedua adalah saat menugaskan Abdul Haris yang resmi anggota BIN melakukan penyusupan ke dalam gerakan Islam JI (Jamaah Islamiyah), MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) sekaligus menjerumuskan berbagai gerakan Islam tersebut ke dalam aksi kekerasan dan terorisme. Namun dalam waktu yang sama Abdul Haris bersandiwara untuk ikut ditangkap bersama Al-Farouk, selang beberapa saat kemudian Abdul Haris justru berperan mewakili BIN, menjadi anggota tim pemeriksa atau penyidik bersama Mabes Polri terhadap Al-Farouk di Guantanamo Kuba. Kontroversi BIN yang ketiga adalah saat menyatakan diri menjadi pengikut sekaligus backing Mahad Al-Zaytun dan AS Panji Gumilang baik sebagai pimpinan pesantren maupun sebagai Imam atau Presiden gerakan Negara Islam Indonesia Negara Kurnia Allah, yang kaya kontroversi. Kontroversi BIN yang keempat adalah melakukan penghinaan, pelecehan dan pengancaman terhadap para peneliti, kritikus dan penentang kesesatan missi dan keberadaan Mahad Al-Zaytun. Kontroversi BIN yang kelima adalah saat menyimpulkan hasil penginderaan dini BIN terhadap missi dan keberadaan mahad Al-Zaytun dan gerakan NII-NKA pimpinan AS Panji Gumilang secara bertolak belakang dalam substansi maupun diametral dengan hasil penelitian dari berbagai tim investigasi yang bersifat individual (para penulis) lembaga swasta (LPPI, LPDISIKAT, TIAS, FUUI dan sebagainya) atau dari hasil penelitian lembaga resmi pemerintah (MUI dan DEPAG) Kontroversi BIN yang keenam adalah melakukan kebohongan publik, menyembunyikan dan memanipulasi data-informasi yang sebenarnya, antara lain melakukan politik pembiaran terhadap perwujudan maupun kontroversi Mahad Al-Zaytun dan gerakan NII-NKA pimpinan AS Panji Gumilang yang melakukan manuver dan gerakan politik bersama partai politik PKPB dan GOLKAR dalam pemilu legislative April dan pilpres juli 2004.

Kontroversi BIN yang ketujuh adalah membiarkan keberadaan dan semua kontroversi maupun manuver politik Mahad AlZaytun dan gerakan NII-NKA pimpinan AS Panji Gumilang yang dijadikan sebagai alat politik dalam menjalankan kekuasaan dan untuk kepentingan Megawati? Konspirasi Neo Orba: Mega, Hendro & NII Al-Zaytun 02 BAB I ANALISIS INTI MASALAH, DAMPAK PERISTIWA KEHADIRAN HENDRO DI MAHAD AL-ZAYTUN.

Umar Abduh Kehadiran Hendropriyono ke Mahad Al Zaytun tanggal 14-15 Mei 2003 adalah resmi, sebagai acara dinas kenegaraan. Karena dalam isi sambutan dan kegiatan di Mahad tersebut dilakukan selama 24 jam. Hendropriyono pun dengan jelas menyatakan sendiri bahwa kapasitasnya adalah sebagai kepala BIN (Badan Intelijen Negara) sekaligus mewakili Presiden Megawati Soekarnoputri. Dalam rangka undangan atau permintaan pimpinan Mahad Al Zaytun, Syaikh A.S. Panji Gumilang, untuk meresmikan peletakan batu pertama pembangunan sebuah gedung di lingkungan Mahad tersebut yang diberi nama Gedung Pembelajaran Ir. Ahmad Soekarno Kehadiran pimpinan Badan Intelejen Negara Hendropriyono memenuhi undangan resmi (ke Mahad Al Zaytun) pada tanggal 14-15 Mei 2003 tersebut sudah pasti dilakukan melalui proses pertimbangan yang komprehensif dari berbagai aspek (hukum, moral, politik) karena kapasitasnya sebagai kepala BIN sekali gus mewakili Presiden R.I. Kehadiran Hendro tentu mendasarkan assessment (penilaian dan penyimpulan) intelejen yang matang terhadap esensi sebenarnya, terhadap apa yang dikenal dengan Mahad Al-Zaytun. Di mana 3 bulan sebelum Agustus 1999 saat dibuka awal penyelenggaraan tahun pertama pembelajaran yang diresmikan Presiden Republik Indonesia ke III Ir. B.J. Habibie, Hendro sudah mengontrolnya. Padahal sejak saat itu keberadaan Mahad Al-Zaytun mulai mengundang berbagai sikap, sorotan kritis dan badai kritik dari banyak pihak, baik secara individu, kolektif (LSM) maupun kelembagaan atau keormasan. Sorotan negative akhirnya muncul dari instansi resmi pemerintahan (Depag dan MUI), bahkan pemerintah kerajaan Malaysia pun tidak mau ketinggalan melakukan investigasi. Semua pihak seperti berkepentingan mencari bukti keterkaitan dengan paham aliran, keorganisasian gerakan sesat dan kriminal yang secara hukum dan undang-undang NKRI telah dinyatakan terlarang, kecuali BIN dan Hendro. Kehadiran Hendropriyono dengan kapasitas sebagai kepala BIN di Mahad Al-Zaytun pada tanggal 14-15 Mei 2003 yang secara terang-terangan, menyatakan mewakili Presiden R.I karena Ibu Mega berhalangan hadir. Oleh karena itu, secara moral, hukum, politik dan assessment intelejen, Hendropriyono telah memikul tanggungjawab besar, baik kepada Presiden, para Menteri dan berbagai lembaga resmi Negara termasuk terhadap segenap rakyat Indonesia. Selaku Kepala Badan Intelijen Negara, Hendropriyono tentu telah banyak menyerap dan sangat menguasai informasi, apakah berkenaan dengan eksistensi maupun operasional dari seluruh detil kegiatan di Mahad tersebut (di mana, baik secara de facto maupun de jure) telah menimbulkan berbagai kontroversi dalam masyarakat; bahkan tengah disorot, dikritisi dan dikupas berbagai fihak yang berkompeten. Sejumlah penulis, lembaga penelitian, LSM, Ormas Islam, Forum Ulama dan MUI, Litbang. Departemen Agama bahkan pihak Mabes Polri pun telah melakukan investigasi, penelusuran dan berhasil

membedah kontroversi keberadaan Mahad Al-Zaytun tersebut. Investigasi dari berbagai pihak itu dilakukan karena banyaknya laporan masyarakat berkenaan dengan faham, para tokoh pengelola Mahad tersebut terkait erat dengan doktrin dan organisasi gerakan NII (Negara Islam Indonesia) cq. NII/KW9 (Komandemen Wilayah 9) yang resmi dilarang karena dianggap bertentangan dengan prinsip hokum dan konsep ideologi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kehadiran dan keberadaan Hendropriyono di Mahad Al-Zaytun tanggal 14-15 Mei 2003 selain mengatasnamakan kepala BIN (Badan Intelejen Negara), sekaligus sebagai wakil resmi Kepala Negara Presiden Megawati, menjadi pertanyaan besar: ada kepentingan apa di balik kehadiran Kepala BIN di kompleks Mahad Al Zaytun yang dituduh, dicurigai diduga keras oleh masyarakat sebagai markas besar dari jajaran pejabat fungsional dan sebagai pusat pengendalian teritorial gerakan NII/KW 9 ? Selain itu, ada ikatan, motivasi dan hak apakah, kepala BIN Hendropriyono melontarkan ancaman kepada segenap pihak yang bersikap kritis/mengkaji eksistensi dan operasional Mahad Al Zaytun tersebut ? Dalam kunjungan itu Hendro mengeluarkan pernyataan yang mengandung makna pelecehan, penghinaan dan ancaman terhadap para pihak yang menggunakan tanggungjawab dan hak demokrasinya melancarkan sikap kritis terhadap Mahad Al Zaytun (selanjutnya dalam kesempatan tersebut oleh Hendro dinyatakan sebagai IBLIS). Mengkaji lebih lanjut keterkaitan para pengelola Mahad Al Zaytun yang erat hubungannya dengan penyebaran: doktrin, faham dan organisasi lanjutan dari gerakan NII (Negara Islam Indonesia) Kartosoewiryo maupun gerakan sesat, kriminal dan kontroversi NII Komandemen Wilayah 9, yang juga dipimpin oleh pimpinan Mahad Al-Zaytun itu sendiri, yakni : Abu Toto alias A.S. Panji Gumilang. Yang lebih aneh dan menarik adalah kehadiran Hendro di Mahad Al-Zaytun tiba-tiba menunjukkan sikap pembelaan habis-habisan seraya memberi pembenaran terhadap keberadaan Mahad Al-Zaytun beserta para pengelolanya sebagai orang-orang yang maju dan berhasil. Dengan ramah dan sangat hormatnya Hendro memuji kebesaran dan kemampuan A.S. Panji Gumilang sebagai figur pemimpin yang lebih hebat daripada kemampuan seorang Menteri. Kehadiran Hendropriyono dengan pernyataan yang kontroversi itulah selanjutnya memicu reaksi. DUDUK PERMASALAHAN Berdasarkan analisis di atas, peristiwa kehadiran Hendropriyono ke Mahad Al-Zaytun yang fenomenal tersebut bisa didudukkan masalahnya secara proporsional, paling tidak menurut 3 sudut pandang. A. Berdasarkan fakta dan kontroversi kehadiran kepala BIN Hendropriyono di Mahad Al-Zaytun. B. Berdasarkan sikap, pandangan dan kebijakan pemerintah terhadap organisasi gerakan NII dan pembangunan Mahad AlZaytun sejak diresmikan hingga pemerintahan kabinet Gotong-Royong saat ini. C. Berdasarkan kondisi objektif keberadaan Mahad Al-Zaytun yang terbukti terkait erat dengan gerakan subfersif Negara Islam Indonesia maupun gerakan sesat dan criminal NII Komandemen Wilayah 9 pimpinan Abu Toto alias AS Panji Gumilang. Menurut Tinjauan dan Analisis Sudut pandang A: Makna dan indikasi maksud kehadiran Hendro berdasarkan fakta dan kontroversi kehadirannya sebagai kepala BIN di Mahad Al-Zaytun tanggal 14-15 Mei 2003. Pertama Kehadiran, sikap dan pernyataan Hendropriyono di Mabes NII Mahad Al-Zaytun pada tanggal 14-15 Mei 2003 tidak bisa dilepaskan dari posisi politisnya sebagai Kepala BIN (Badan Intelejen Negara). Terlebih pada kesempatan kunjungan tersebut Hendro menyertakan beberapa deputy BIN yang dengan bangga diperkenalkan satu persatu lengkap dengan

menyebut posisi tugas dan jabatannya. Yang lebih mengejutkan, kehadiran Hendro di Mahad Al Zaytun tersebut menyatakan dengan tegas dan resmi tentang kapasitasnya selain sebagai kepala BIN, Hendro juga menyatakan sebagai representative Megawati selaku Presiden Republik Indonesia. Kedua Pernyataan fenomenal dalam liputan kehadiran Hendro tersebut direkam dalam bentuk VCD, selanjutnya diproduk pihak Mahad Al-Zaytun, secara resmi sudah disebarkan (dipasarkan) dalam bentuk paket berisi 5 keping VCD. Paket tersebut dipromosikan dalam majalah Al-Zaytun, yang tersedia di berbagai outlet agency. Sebagian transkrip VCD kehadiran Hendro ke Mahad Al Zaytun tanggal 14-15 Mei 2003 telah dimuat Majalah Medium edisi Oktober 2003 Ketiga Hasil rekaman kehadiran Hendropriyono dalam bentuk VCD yang di produck dan dipasarkan pihak Al Zaytun hingga kini tidak dibantah atau diklarifikasi barang sedikit pun (melalui hak jawab, misalnya) baik oleh BIN sebagai institusi maupun oleh Hendro selaku pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa sikap Hendro dan BIN secara politik, hukum dan moral sudah tidak mempermasalahkan adanya pemberitaan atau penyebaran VCD yang memuat atau menyuguhkan gambaran nyata seluruh rangkaian peristiwa, sejak kehadiran, pidato, sikap dan pernyataan yang disampaikan di Mahad Al-Zaytun. Sikap BIN dan Hendro yang tidak mempermasalahkan tersebarnya VCD oleh pihak Al Zaytun maupun pemberitaan Majalah Medium edisi Oktober 2003 tentang rangkaian acara di Mahad Al-Zaytun tanggal 14-15 Mei 2003 bahkan selanjutnya diakui dan dibenarkan Hendro sendiri dalam pemberitaan harian Media Indonesia edisi Rabu,18 November 2003, isi berita di Media Indonesia itu antara lain menyebut: Saya melakukan semua itu dalam rangka membela syiar Islam yang paling mutakhir pernyataan yang sama dari Hendro melalui buku Menegakkan Indonesia Pemikiran Dan Kontribusi 50 Tokoh bangsa Berpengaruh; Penerbit Grafindo Jakarta, Mei 2004, antara lain menegaskan pada alenia 2 dan 3 hal 510 : Saya mengatakan iblis itu dalam konteks bagi pengganggu dakwah dan syiar Islam. Tak hanya itu, yang mengganggu dakwah dan syiar Islam bisa disebut Dajjal. Sebagai alat Negara, dirinya merasa wajib melindungi kelompok yang melaksanakan syiar Islam, apalagi benar-benar bisa menjadi asset nasional yang besar seperti Al-Zaytun Dengan demikian bisa disimpulkan, Hendro dan BIN memang setuju dan sengaja mempublikasikan kehadiran, sikap dan berbagai pernyataan yang sangat kontroversi tersebut untuk diketahui masyarakat umum, atau Hendro dan BIN justru merasa diuntungkan dengan pemberitaan tersebut. Keempat Transkrip dan tayangan VCD liputan kehadiran Hendropriyono di Mahad Al- Zaytun sangat diyakini tidak akan menimbulkan heboh dan kontroversi apabila isi pidato Hendro tidak menyebut hal-hal yang di luar batas kewajaran maupun batas kepatutan sebagai pejabat Negara sekaligus mantan pangdam dan menteri serta bekas jenderal berbintang tiga dengan sederet title kesarjanaan. Apalagi pada kesempatan tersebut Hendro berbicara sambil menepuk dada sebagai kepala intel Negara sekaligus mewakili kepala Negara Republik Indonesia presiden Megawati. Kelima Dalam materi pernyataan dan sumpah serapahnya, sejak di awal sambutannya Hendro sudah membuat pernyataan blunder, dan hal itu sangat tidak lazim untuk kapasitas kepala BIN. Setelah berbasa-basi memuji AS Panji Gumilang yang menurut

pengakuan baru dikenalnya sejak 4 tahun yang lalu, Hendro lantas menegaskan Selama hampir 4 tahun lebih saya memang tidak sempat mendampingi beliau (AS Panji Gumilang), tetapi karena sebagai teman.. Kalimat demi kalimat aneh tersebut dilontarkan Hendropriyono tanggal 14-15 Mei 2003 dengan jelas dan telanjang dinyatakan sendiri dalam kapasitasnya sebagai kepala BIN sekaligus mewakili presiden Megawati selaku kepala Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keenam Masalah penyebutan tentang buku-buku iblis dan penganomalian kata iblis terhadap mereka yang bersikap kritis dan dianggap menghujat Al-Zaytun disampaikan berulang-ulang dengan nada tekanan sinis, berupaya meyakinkan dan penuh arogansi yang dilontarkan secara terang-terangan oleh Hendropriyono tanggal 14-15 Mei 2003. Artinya perkataan, penghinaan danpengancaman Hendro tersebut sangat jelas dan telanjang dan dinyatakan sendiri sebagai atas nama dan kapasitasnya sebagai kepala BIN sekaligus mewakili ibu presiden Megawati selaku kepala Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketujuh Pernyataan atau kalimat ancaman (terhadap mereka yang terus menghujat Mahad Al-Zaytun : Saya akan hajar dengan tangan saya selagi saya ada kuasa) dilontarkan Hendropriyono tanggal 14-15 Mei 2003 tersebut dengan jelas dan telanjang dinyatakan sendiri dalam kapasitasnya sebagai kepala BIN sekaligus mewakili presiden Megawati selaku kepala Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedelapan Masalah penyebutan iblis dan ancaman kepada para penghujat Al Zaytun itu jelas ditujukan kepada para pihak yang selama ini mengkritisi dan menentang gerakan NII Al Zaytun. Pertama mungkin ditujukan kepada yang menggunakan kata iblis terhadap Al-Zaytun (Penulis Buku Al Zaytun-gate, Investigasi Misteri Dajjal Indonesia & Negara Impian Iblis). Kedua penganomalian maupun ancaman itu ditujukan kepada para Ulama yang tergabung dalam lembaga formal Islam, yang selama ini gigih dan turut serta menentang kesesatan dan keberadaan gerakan NII KW-9 yang bermarkas di Mahad Al Zaytun. Seperti para ulama yang tergabung dalam RMI (Rabithatul Maahid al Islamiyah) FUU (Forum Ulama Ummat Indonesia), Team investigasi MUI dan sebagainya. Kesembilan Mempertanyakan keabsahan tentang sejauh mana kewenangan Hendro sebagai kepala BIN untuk berbicara di luar wilayah dan tanggung jawabnya sebagai intelejen, di mana semestinya hanya berhak dan wajib bicara berkenaan dengan soal keamanan presiden dan keamanan Negara. Dalam undang-undang, hukum, aturan dan tata tertib penyelenggaraan Negara maupun aturan dan disiplin intelejen, seorang kepala BIN baik ia bernama Hendro atau Ali Murtopo jelas tidak patut dan tidak dibenarkan mengambil alih peran MUI, Depag maupun Pakem atau Kejaksaan, sekalipun mungkin Hendro punya kapasitas bicara seperti layaknya muballigh. Kalaupun Hendro dan BIN ingin melibatkan diri dalam masalah kajian aqidah Islamiyah maupun tentang kesesatan paham atau praktek keagamaan dari komunitas Al Zaytun, seharusnya Hendro atau BIN melakukan pembicaraan dan penyelesaian secara baik dan proporsional, bijaksana, ilmiah dan bertanggungjawab dengan para pihak yang selama ini gigih mempersoalkan Al Zaytun. Kenapa Hendro dan BIN justru bersikap srudak sruduk, bahkan bertekad menjadi pengikut Syaikhul Mahad AS Panji Gumilang ? Hal ini tentu sangat disayangkan, kenapa berbagai

statemen dan sikap Hendro pada saat itu tidak menggunakan nalar intelektual dan nalarnya sebagai tokoh intelejen, padahal Hendro adalah kepala BIN. Kesepuluh Berkenaan dengan niat, makna dan maksud ancaman Hendro sebagai kepala BIN yang dilontarkan di Mahad Al-Zaytun tersebut seyogyanya hal itu patut dikonfirmasikan langsung kepada yang bersangkutan. Artinya segenap masyarakat yang dirugikan Hendro dan BIN berhak meminta penegasan kepada yang bersangkutan, baik langsung maupun tak langsung untuk menanyakan, kepada siapa sebenarnya ancamannya tersebut ditujukan melalui pihak berwenang, yakni Kepolisian. Apabila Hendropriyono selaku kepala BIN memang seorang lelaki gentle, dia pasti akan bicara jujur, blak-blakan dan ceplas ceplos apa adanya. Sehingga persoalan ini segera clear. Menurut Tinjauan dan Analisis Sudut pandang B : Analisis kritis dan obyektif terhadap sikap, pandangan dan kebijakan pemerintah terhadap organisasi gerakan NII maupun pembangunan Mabes NII, Mahad Al-Zaytun sejak diresmikan oleh Habibie hingga pemerintahan kabinet Gotong-Royong saat ini. Bahwa telah hampir 6 dasawarsa sikap dan kebijakan pemerintah NKRI terhadap gerakan DI (Darul Islam) TII (Tentara Islam Indonesia) atau NII (Negara Islam Indonesia) yang dipimpin SM Kartosuwiryo memiliki variant yang patut dicermati. 20 tahun sejak Indonesia merdeka, era rezim Sukarno tahun 1945-1965 sikap dan kebijakan pemerintah terhadap gerakan DI (Darul Islam)TII (Tentara Islam Indonesia) atau NII (Negara Islam Indonesia) dipimpin SM Kartosuwiryo, terlihat sangat jelas. Artinya, baik pihak pemerintah rezim Sukarno maupun militer Indonesia telah mengambil sikap dan kebijakan yang tegas, yaitu secara kompak menyatakan seluruh aksi dan eksistensi gerakan DI-TII atau NII pimpinan SM Kartosuwiryo dinilai sebagai aksi dan gerakan pemberontakan atau makar (subversif) sehingga harus ditumpas. Selanjutnya hal itu dibuktikan dengan tindakan hukum yang tegas dan keras melalui perang selama lebih dari 12 tahun, akhirnya berhasil menangkap dan menjebloskan para anggota maupun komandan pemberontak tersebut ke penjara. Selanjutnya pemerintahan Soekarno mengadili dan mengeksekusi mati pucuk pimpinan gerakan DI-TII SM Kartosuwiryo melalui MAHADPER (Mahkamah Agung Darurat Perang) tahun 1962. Demikian halnya gerakan Negara Islam bagian Aceh yang pimpinan Daud Beureueh yang berhasil dipatahkan pada tahun 1962. Adapun gerakan Republik Persatuan Islam pimpinan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan baru berhasil dipatahkan tahun 1965. Sejak tahun itulah organisasi gerakan DI-TII/NII dinyatakan sebagai organisasi dan gerakan terlarang. 30 tahun era rezim Soeharto, hukum, perundangan dan kebijakan politik maupun intelejen Negara yang tegas terhadap organisasi dan gerakan NII tersebut, secara politik tiba-tiba diregulasi. Keberadaan organisasi dan gerakan NII yang terlarang secara hukum dan perundangan justru direkayasa untuk kepentingan politik intelejen dihidupkan kembali pada sejak dasawarsa 70 hingga Soeharto terjengkang tahun 1998. Kebijakan regulasi politik tersebut dilakukan dalam rangka kooptasi dan kepentingan proyek politik serta operasi intelejen pihak pemerintah dan militer. Kebijakan politik-intelejen (rekayasa) inilah yang akhirnya menjerumuskan pemerintah, militer dan intelejen ke dalam system hukum, peradilan dan politik Indonesia kepada totaliter, militeristik dan berstandar ganda. 6 tahun era Reformasi sejak Indonesia dipimpin presiden Habibie, Gus Dur hingga rezim Megawati saat ini, sistem dan kebijakan politik-intelejen, hukum dan perundangan yang bersifat totaliter, militeristik dan berstandar ganda tersebut belum sempat diurus dan diregulasi. Namun secara hukum dan politik, baik presiden Gus Dur maupun presiden Megawati justru menerapkan kebijakan yang tidak mentolerir aksi-aksi gerakan organisasi yang bersifat subversif seperti RMS (Republik Maluku Selatan) dan JI (Jamaah Islamiyah) maupun NII (Negara Islam Indonesia)

Berkenaan dengan keberadaan Mahad Al-Zaytun yang diduga terkait erat dengan gerakan DI-TII/NII, kebijakan pemerintah era Reformasi presiden Habibie disertai rombongan kabinetnya justru sempat hadir meresmikan pembukaan tahun ajaran baru Mahad tersebut pada 27 Agustus 1999. Sekali pun konon kehadiran presiden Habibie ke Mahad Al Zaytun tersebut atas permintaan mantan presiden Soeharto. Selain itu kehadiran Habibie saat itu akibat dorongan ICMI, di mana ICMI sangat terkait erat dengan kelahiran program dan atau pembangunan Mahad Al-Zaytun bahkan ICMI mencanangkan program AlZaytun secara nasional. Kebijakan politik dan intelejen menghadapi gerakan Islam (DI-TII /NII dan yang lain) di masa presiden Gus Dur dan Megawati agak mengalami sedikit perubahan, sedikit hati-hati. Hal ini terlihat dalam dua kali undangan yang disampaikan pihak Mahad Al Zaytun kepada presiden Megawati (pertama pada even Pospenas Pekan Olah Raga dan Seni Pesantren tingkat Nasional di Mahad tersebut pada Oktober 2001 Mega menolak hadir dan mewakilkan kepada Mendiknas Malik Fajar, undangan kedua pada even peresmian peletakan batu pertama pembangunan gedung Ir Ahmad Sukarno diwakilkan kepada Hendropriyono. Kebijakan presiden Megawati yang plintat plintut, tidak jelas dan tidak tegas terhadap keberadaan Mahad yang tengah disorot karena dianggap kontroversi oleh berbagai kalangan masyarakat karena diduga terkait dengan faham dan gerakan NII Kartosuwiryo maupun NII KW 9. Sikap Mega yang agak hati-hati saat itu memang tak bisa dilepaskan dari peran pro aktif pihak Intelkam dan Korserse Mabes Polri maupun berbagai pernyataan atau desakan MUI, ormas Islam dan Pesantren. Demikian halnya sikap Menteri Agama Said Agil Husein Al Munawar dan Kapolri Dai Bachtiar ketika diundang Mahad Al Zaytun yang disampaikan melalui Menko Kesra Yusuf Kalla. Ketidak bersediaan Kapolri Dai Bachtiar memenuhi undangan pihak Mahad Al Zaytun saat itu merupakan bentuk konsistensi pihak Kaba Intelkam (Irjen S. Simatupang), Ka Korserse (Irjen Engkesmen R. Hillep) dan Kabahumas (Irjen Saleh Saaf) di Mabes Polri terhadap berbagai temuan dan keyakinan atas bahaya dan keterkaitan Mahad Al-Zaytun dengan gerakan terlarang NII Kartosuwiryo maupun NII Komandemen Wilayah 9 yang dipimpin AS Panji Gumilang. Berbagai partisipasi masyarakat berkenaan dengan kontroversi keberadaan Mahad Al-Zaytun yang diyakini sebagai kelanjutan keberadaan organisasi gerakan NII, rekayasa kebijakan politik dan intelejen Orde baru (tahun 1968-1998) telah menghasilkan data-data primer, sekunder atau data pendukung dalam bentuk kesaksian para korban gerakan NII yang terkait dengan Mahad Al-Zaytun, Laporan Kepolisian, Fatwa, laporan liputan investigasi oleh berbagai media massa cetak maupun elektronik, investigasi MUI, investigasi terakhir LITBANG DEPAG Maret 2004 yang menyimpulkan bahwa Mahad AlZaytun adalah proyek NII serta beberapa buah karya Buku tentang NII dan Mahad Al-Zaytun yang ditulis Al Chaidar (mantan pengikut sekaligus korban gerakan NII pimpinan AS Panji Gumilang) dan Umar Abduh. Peranserta, partisipasi dan sikap pro aktif masyarakat Islam (ormas, LSM dan pesantren) terhadap kontroversi keberadaan Mahad Al-Zaytun selanjutnya disambut dengan tanggap oleh MUI maupun LITBANG Departemen Agama. Hal ini juga direspon secara hangat oleh pihak Kementrian Agama Menteri di Jabatan Perdana Menteri Datuk Abdul Aziz Zainal Abidin yang merujuk kepada kajian yang dijalankan oleh jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) dan Kepolisian diraja Malaysia antara lain mengeluarkan Maklumat penting Tidak akan mengesahkan kelulusan Mahad Al-Zaytun, menarik seluruh 111 siswa yang berasal dari negeri tersebut dan menutup seluruh kegiatan perwakilan Mahad Al-Zaytun di Malaysia Menurut Tinjauan dan Analisis Sudut Pandang C : Berdasarkan kondisi objektif keberadaan Mahad Al-Zaytun yang terbukti terkait dengan gerakan subfersif dan terlarang yaitu gerakan NII (Negara Islam Indonesia) maupun gerakan sesat dan kriminal NII Komandemen Wilayah 9 pimpinan Abu Toto alias AS Panji Gumilang.

Berkat peranserta dan partisipasi masyarakat, lembaga kajian dan penelitian, forum kajian dan fatwa, lembaga pesantren maupun para penulis dan lembaga penerbitan serta lembaga pemberitaan elektronik dan cetak (Pers) yang selanjutnya disambut dengan sikap pro aktif komisi Fatwa MUI, Kepolisian Mabes Polri (Kaba intelkam, Kakorserse dan Kabahumas) dan Tim investigasi oleh LITBANG DEPAG yang ke II dan terakhir (dibuat Februari 2004) maka keberadaan Mahad AlZaytun tentu masih tetap diselimuti misteri. Berkat peranserta dan partisipasi masyarakat serta sikap pro aktif berbagai lembaga resmi pemerintah tersebut, apa yang selama ini dianggap masih sebagai misteri, kamulflase dan tipu muslihat Mahad Al-Zaytun dan segenap mata rantai jaringan organisasinya dapat terkuak secara meyakinkan. Siapa sesungguhnya AS Panji Gumilang dan bagaimana konsep general keberadaan Mahad Al-Zaytun menurut Grand Strategi Perjuangan NKA-NII (Negara Karunia Allah Negara Islam Indonesia), bagaimana bentuk organisasi dan gerakan yang telah dicanangkan maupun yang telah berhasil dicapai mereka, seberapa banyak jumlah anggota dan peran serta fungsi mereka, sejauh mana ekses dan bahaya yang telah ditimbulkan dalam tataran sosio, politik, moral, hukum, keamanan dan agama di Indonesia. Publik bisa merjuk pada beberapa buku yang ditulis Umar Abduh (Pesantren Al-Zaytun Sesat ? dan AlZaytun-gate), Al Chaidar dan hasil penelitian Tim MUI maupun Tim Balitbang Depag & INSEP. Konspirasi Neo Orba: Mega, Hendro & NII Al-Zaytun 03 BAB II MAHAD AL-ZAYTUN & AS PANJI GUMILANG Oleh Umar Abduh

Umar Abduh A. Siapa AS (Abdus Salam) Panji Gumilang alias Abu Toto? Menurut Abduh dalam buku berjudul Pesantren Al Zaytun Sesat (Darul Falah 2001) dan buku Al-Zaytun Gate (LPDI 2002), buku Al Chaidar serta hasil penelitian tim MUI dan Depag (2004) antara lain mengetengahkan: Berdasarkan wawancara Harian Pelita saat berkunjung ke Mahad Al-Zaytun kurang lebih satu bulan sebelum diresmikan BJ Habibie (27 Agustus 1999), AS (Abdus Salam) Panji Gumilang sempat menyatakan dirinya adalah pria kelahiran Indramayu. [01] Dalam kesempatan lain, kepada sahabatnya di Dewan Dakwah Islamiyah dan Rabithah Alam Islami (Ustadz Rani Yunsih) Abdus Salam Rasyidi alias Abu Toto mengaku sebagai pria kelahiran Banten. Pada kesempatan BKSPPI mengadakan musyawarah di Mahad Al-Zaytun tahun 1999, Kyai Khalil Ridlwan sempat menanyakan nama asli, alamat di Jakarta dan nomor HP AS Panji Gumilang, ia hanya menjawab: nanti juga tahu. Padahal Abu Toto dan Kyai Khalil Ridlwan adalah teman sekelas (satu angkatan) ketika menjadi santri di Pondok Modern Gontor, Ponorogo. Berdasarkan testimoni beberapa nama yang dicantumkan Al Chaidar dan Umar Abduh dalam bukunya, yang semuanya mengaku pernah terlibat dan bersama-sama dengan Abu Toto, Abu Maariq atau Toto Salam dalam gerakan NII KW-9, termasuk Al Chaidar sendiri, sebenarnya telah cukup sebagai dasar yang kuat untuk alat bukti, baik dari sisi hukum maupun sisi barang bukti dan persaksian, bahwa yang bernama AS Panji Gumilang yang kini menjadi Syaikh Mahad Al-Zaytun dan

foto close up maupun postur penuh dirinya yang terpampang di berbagai media massa, itulah Abu Toto, atau Toto Salam atau Abu Maariq, Imam KW-9 yang dimaksud dalam testimoni mereka. Demikian halnya dengan Mahad Al-Zaytun, mahad itulah salah satu pembangunan yang dimaksudkan, selain untuk pembangunan asykariyah (ketentaraan dan persenjataan) dan lembaga formal struktural NII, dalam gerakan pengumpulan dana, melalui istilah harakat Qurban, harakat Ramadlon, Infaq, Shadaqah, Qiradl, Istighfar dan lain sebagainya. Menurut hasil investigasi tim Penulis buku Pesantren Al-Zaytun Sesat ke Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, maupun investigasi ke kampung halaman isterinya di Menes (Pandeglang, Banten) yang ditinggalkan sejak tahun 1994, data identitas asli diri AS Panji Gumilang telah diperoleh dan bisa dipastikan nama maupun asal-usulnya, maupun perjalanan serta kariernya. 01. Nama asli: Abdul Salam bin Rasyidi 02. Nama alias: Prawoto, Abu Toto, Toto Salam, Syamsul Alam, Syamsul Maarif, Nur Alamsyah, Abu Maariq, Panji Gumilang Syaikh Mahad Al-Zaytun. 03. Tempat/tanggal lahir: Desa Dukun, Sembung Anyar, Gresik, 27 Juli 1946. 04. Pendidikan: SR (Sekolah Rakyat), Lulus Tahun 1958/9; Siswa Pondok Modern Gontor, masuk Tahun 1961; Mahasiswa Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 05. Istri: Khotimah Binti Efendy Said alias Maysaroh 06. Lahir: Menes, 25 April 1944. 07. Lulus: Tsanawiyah Mathlaul Anwar Th 1963. Pegawai Negeri, yang ditugaskan sebagai Guru di Perguruan MA (Mathlaul Anwar) Menes Pandeglang. 08. Anak-anak: Imam Prawoto, Wushtho, Iwan, Anis dan 2 adiknya. Gelar Abu Toto sendiri menurut para mantan kawannya di KW9 adalah mengambil bagian belakang nama tokoh Masyumi Prawoto Mangkusasmito yang pada saat dibaiat sebagai nama samaran Abdus Salam atas permintaan sendiri dan akhirnya ketika anak pertamanya lahir diberi nama Imam Prawoto. Adapun beberapa anak Abu Toto seperti Imam Prawoto kini menjabat sebagai sekretaris Yayasan Pesantren Indonesia Mahad Al-Zaytun. Sedangkan Anis bt Abdul Salam kini juga menjadi Guru di Mahad Al Zaytun. Pengalaman Organisasi dan Sepak Terjang Abu Toto [02] 01. Menjadi anggota Perguruan Mathlaul Anwar dan menjadi guru Aliyah sejak tahun 1969/70 di Menes. Dan menjadi anggota HMI sejak kuliah di IAIN Ciputat. 02. Tahun 1971 -1978 Anggota / Ketua GPI Cabang Menes, Pandeglang Banten. 03. Tahun 1978 dibaiat menjadi anggota NII KW9 sebagai masul Imarah (Pendidik an) dan berganti nama menjadi Prawoto. 04. Tahun 1978 ditahan Laksusda Bandung (selama 8 bulan), dalam kasus GPI (SU MPR) dan keluar pada tahun yang sama. 05. Tahun 1979 meminta surat tugas dakwah sebagai muballigh Rabithah Alam Islami ke negeri Sabah Malaysia atas rekomendasi Pak Natsir Alm. Pada tahun ini ia non aktif dari organisasi Perguruan Mathlaul Anwar. 06. Tahun 1981-1987 menjadi buron sekaligus menjadi Dai/Muballigh di Sabah Malaysia sambil membawa lari dana (kas) NII sebesar Rp 2 miliar. Pada waktu penggerebegan di rumahnya di Menes Pandeglang telah ditemukan dokumen Marxisme cetakan Libya serta buku DaS Capital. Sejak itu Abdul Salam oleh aparat setempat dianggap terlibat dalam gerakan PKI. 07. Tahun 1987 atas komitmen Himawan Sutanto yang saat itu sebagai pejabat atase militer RI di Malaysia. Abu Toto kembali dari Sabah Malaysia, langsung bergabung kembali dengan NII KW-9/LK (Lembaga Kerasulan) pimpinan H Abdul Karim untuk di daerah Menes, Pandeglang (Banten), dengan nama panggilan Syamsul Alam atau Abu Toto alias Toto Salam.

08. Tahun 1989, Abu Toto secara langsung di bawah struktur H. Abdul Karim, Komandan KW-9 (bertugas sebagai kepercayaan H Karim). 09. Tahun 1990, diangkat sebagai orang ke-3 dalam struktur KW-9 membidangi urusan penggalian dana ummat. 10. Tahun 1993, mengangkat diri sebagai Mudabir bin Yabah (pejabat sementara) Komandan tertinggi KW-9. 11. Nama panggilan (gelar) diganti Abu Toto atau Abu Maarif (Abu Maariq) dan mulai membuat aturan serta paham atau tawil baru terhadap fiqh maupun tafsir dan syariat melalui qoror-qoror. Pada tahun ini memberlakukan program pembuatan KTP NII yang dihargakan sebesar Rp 500 ribu untuk setiap warga, namun sampai sekarang tidak ada realisasinya sedang uang yang telah disetor tidak ada kabar beritanya. 12. Tahun 1994 untuk kedua kalinya digerebeg aparat Kodim, namun Toto Abdus Salam lolos dari penangkapan, sejak saat itu rumahnya di Menes ditinggalkan sampai sekarang dalam keadaan rusak, namun tetap dijaga salah seorang keponakannya. Namun dalam masa pelarian itulah Abu Toto justru memperoleh suntikan dana besar dari Cendana melalui ICMI sebanyak 1,3 Trilliun rupiah. 13. Tahun 1996, diangkat Adah Djaelani, menggantikan posisi ke Imamahan dirinya dalam struktur NII (sekalipun Toto pada dasarnya sama sekali tidak memiliki latar belakang garis maupun latar kesejarahan pada struktur NII) 14. Tahun 1997, mencanangkan pembangunan Mahad Al-Zaytun. Berganti gelar (Abdus Salam) AS Panji Gumilang, nama Abu Toto tidak dipakai lagi 15. Tahun 1999, menjadi Syaikh Al Mahad Al-Zaytun. 16. Tahun 2001, mendapat gelar Prof dan Ph.D yang konon diperoleh dari Universitas di New Zealand. 17. Tahun 2002 didaulat menjadi Ketua Perhimpunan alumnus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 18. November 2003 ikut serta dalam deklarasi pendirian Partai Karya Peduli Bangsa (Partai Antek Soeharto) pimpinan HR, Hartono dan Tutut. 19. Maret 2004 AS Panji Gumilang selaku Syaikhul Mahad Al-Zaytun dan sebagai pimpinan tertinggi gerakan NII menetapkan, seluruh anggota dan keluarga dari warga NII dan segenap komunitas Mahad Al-Zaytun wajib mendukung dan memberikan suara kepada partai PKPB dalam pemilu 5 April 2004. Penulusuran lebih detil dan akurat terhadap Abu Toto Abdus Salam AS Panji Gumilang dilakukan tim Abduh hingga ke desa tanah kelahirannya, Gresik, tepatnya di kelurahan Sembung Anyar, Abu Toto Abdus Salam, sejak ia menjadi Syaikh AlMahad Al-Zaytun di Haurgeulis Indramayu, masyarakat Sembung Anyar memanggil sebagai Syaikh. Sedang di kelurahan tersebut nama H. Imam Rasyidi (alm) orang tua Abu Toto dikenal masyarakat luas hingga tukang ojek. Nama H. Imam Rosyidi diabadikan menjadi nama sebuah jalan desa yang membentang di depan rumah mendiang ayah Abu Toto. Menurut Abdul Wahib Rasyidi, Kepala Desa Sembung Anyar yang juga adik kandung Abu Toto Abdus Salam, seluruhnya biaya pembangunannya berasal dan Abu Toto Abdus Salam (AS) Panji Gumilang, Syaikh Al-Mahad Al-Zaytun. Data empiris di lapangan berkenaan dengan asal usul struktur, ajaran dan eksistensi, kiprah Gerakan NII Al Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang serta berbagai dampak yang ditimbulkan. Menurut Buku Abduh antara lain sebagai berikut: 01. Kelompok LK (Lembaga Kerasulan) ini lahir tahun 1985 dibidani oleh elite sempalan NII KW IX (yakni H.A. Karim Hasan, H.M. Rais Ahmad dan Nurdin Yahya alias Tsabit = pembaharu paham aliran Isa Bugis yang telah dinyatakan terlarang oleh Kejagung RI) yang menyatakan lepas dari struktur kepemimpinan Adah Djaelani. 02. Tahun 1987 kelompok LK kembali memakai nama, struktur dan eksistensi gerakan NII Komandemen Wilayah IX (KW IX). Namun tetap dengan paham aliran Isa Bugis setelah Abu Toto bergabung kembali ke dalam gerakan tersebut, setelah mendapat restu A dah Djaelani yang sedang berada di LP Cipinang. 03. Tahun 1990 H.Abdul Karim mencanangkan, eksistensi KW IX sebagai pusat gerakan dan Ummul Quro (Ibukota dan pusat gerakan) NII. Dan mensosialisasikan gerakan maupun struktur KW IX kepada seluruh warga atau anggota NII yang ada di wilayah lain sehingga mereka berhasil mencaplok sebagian Wilayah I (Priangan Timur), Wilayah VII (Priangan Barat), Wilayah II (Jawa Tengah) dan Wilayah III (Jawa Timur) sebagian terpengaruh dan akhirnya malah menerima

keberadaan NII KW IX. Akan tetapi kelompok NII di bawah kepemimpinan Ajengan Masduqi dan Abdullah Sungkar menolak. 04. Tahun 1992 NII KW IX beralih kepemimpinan kepada Abu Toto. Abu Toto secara langsung mencanangkan program rekruitmen angggota dan pengerahan dana ummat secara besar-besaran untuk pembangunan basis Negara Islam Indonesia atau Madinah II. 05. Tahun 1994 menetapkan pembangunan pondok pesantren Mahad Al-Zaytun sebagai kedok (tameng) bagi basis keberadaan Negara Islam Indonesia atau Madinah II di Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat, dan mulai membangun jaringan lobby dengan ICMI, BPPT dan lembaga resmi pemerintah seperti Departemen Agama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta dari unsur setingkat Muspida hingga setingkat Gubernur dan seterusnya. Selanjutnya mereka melakukan program pembebasan tanah di daerah tersebut dan mengiringinya dengan melancarkan pelaksanaan program ekonomi NII dengan menyelengga -rakan perusahaan industri beras dan penggilingan padi di sekitar kota Purwakarta. Subang, Indramayu dan Cirebon. 06. Oktober 1996 NII versi KW IX di bawah kepemimpinan Abu Toto mendapat-pengesahan formal (melalui proses pembaiatan dan pelimpahan kekuasaan kepemimpinan NII) dari Adah Djaelani selaku Imam dan Panglima Tertinggi NII saat itu. 07. Tahun 1997 mencanangkan mega proyek Al-Zaytun sebagai mercusuar yang diharapkan mampu memancarkan nur Negara Islam Indonesia (versi NII KW IX) demi memperoleh simpati dan membangun citra (image). Melalui mercusuar ini mereka bermaksud membangun emosi dan keterlibatan aktif masyarakat untuk diformat sebagai obor-obor NII (artinya bukan diformat sebagai anggota namun masih dalam taraf dijadikan sebagai simpatisan yang fanatik), dan kelak diharapkan dapat membantu terciptanya jaringan yang kuat gerakan NII di seluruh strata masyarakat Indonesia dan dunia sebagai oborobor NII atau bahkan boleh jadi malah ingin langsung menjadi anggota NII. 08. Tahun 1999 Abu Toto mencanangkan sebagai awal pembelajaran santri angkatan pertama Mahad Al-Zaytun, dan memprogram obsesi peresmian pembukaan Mahad tersebut oleh Presiden BJ Habibie dan mendeklarasikan diri sebagai Syaykhul Mahad terbesar se Asia Tenggara serta merubah identitas dirinya menjadi AS Panji Gumilang setelah sebelumnya memiliki banyak nama, antara lain Abu Bakar, si OROK, kemudian menjadi Abu Maariq, Syamsul Maarif, Syamsul Alam, Nur Alamsyah, Abu Toto, Toto Salam, dan Prawoto. Padahal nama aslinya sendiri adalah Abdul Salam bin Rasyidi. 09. Tanggal 1 Muharram 1421 H atau 16 Maret tahun 2000 Abu Toto mencanangkan program pembangunan masjid Rahmatan lil Alamin (masjid termegah di Asia Tenggara dengan luas bangunan 99 x 99 sebanyak 6 lantai mampu menampung jamaah sebanyak 100 ribu jamaah dan akan diselesaikan selama 1000 hari dengan biaya sebesar Rp 100 Milliar. 10. Tahun 2001 memperoleh gelar Professor dari Canada University dan gelar Master Phd dari universitas di negeri New Zealand. 11. Tahun 2001 dari struktur NII faksi Al Zaytun AS Panji Gumilang, sekitar 20% dari kader inti faksi Abu Toto memisahkan diri, pemisahan tersebut dipimpin oleh INSAN HADID (menantu Adah Djaelani) yang sempat menjabat sebagai Mensesneg NII, selanjutnya bergabung kepada faksi TAHMID RAHMAT BASUKI. Sebuah upaya pembuktian terhadap eksistensi AS PANJI GUMILANG dan gerakan yang dipimpinnya dalam bentuk lembaga pendidikan Mahad AL-ZAYTUN dan oranisasi NII-NKA (NEGARA ISLAM INDONESIA- NEGARA KURNIA ALLAH) POROS BENANG MERAH BUKTI INTEGRALITAS GERAKAN NII POROS ANTARA MAHAD AL-ZAYTUN DENGAN TOKOH-TOKOH STRUKTUR NII KOMANDO ADAH DJAELANI TaHun 1978-1996 Bila masyarakat menginginkan dan meminta bukti ada tidaknya hubungan keterkaitan yang bersifat integral antara Mahad al Zaytun dengan NII KW IX maupun dengan NII ADAH DJAELANI TIRTAPRAJA bentukan BAKIN ALI MURTOPO & SOEHARTO maka selayaknya kita mampu merunut secara pasti perjalanan gerakan maupun proses yang dilalui oleh para

tokoh person atau para oknum yang kini secara inclusif maupun eksclusif berperan secara aktif di Mahad Al Zaytun sekarang ini beserta data-data kesejarahan mereka. Tokoh Al Zaytun sejak dari urutan yang terdepan hingga yang paling buncit selayaknya kita kenali secara cermat dan obyektif, dan selanjutnya kita renda data maupun informasi yang valid tersebut dalam bentuk sketsa hingga sampai kepada kesimpulan yang pasti. Untuk itu kita perlu mengenali tokoh terkemuka Mahad Al Zaytun, yang memiliki Dasa Nama dan Dasa Muka sebagaimana yang juga telah diketengahkan di buku Abduh yang pertama tentang Al Zaytun. Syaykh AS Panji Gumilang sebagai pria berperawakan tinggi besar (tinggi badan 190 cm dengan berat badan 105 kg) dan berkulit agak gelap, adalah asli putra daerah kelahiran desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur: 27 Juli 1946. Tamat Sekolah Rakyat di Gresik tahun 1959, masuk Pondok Modern Gontor tahun 1961 dan memperoleh gelar kesarjanaan fakultas Adab IAIN Ciputat, Jakarta tahun 1969. Lantas sempat menjadi guru Aliyah di Perguruan Mathlaul Anwar, Menes, Pandeglang Banten selama 8 tahun dan berhenti di tahun 1978. AS Panji Gumilang terlahir bernama Abdus Salam bin Rasyidi, berganti dengan nama Prawoto ketika menyatakan baiat dan bergabung dengan gerakan NII Wilayah IX pimpinan Seno alias Basyar (alm) tahun 1978 dan diangkat sebagai pejabat masul jajaran Imarah untuk daerah Banten. Pernah di tahan di POMDAM Bandung selama 8 bulan dalam kasus GPI (Gerakan Pemuda Islam dalam peristiwa SU-MPR th 1978). Dalam tahanan Abdus Salam berempat dengan Shaleh Asad, Ating dan Mursalin Dahlan maka sejak itulah si Orok panggilan akrab Prawoto di tahanan Pomdam Bandung ketika masih bertubuh kurus berubah menjadi fundamentalis NII. Pada tahun berikutnya semakin radikal setelah dekat dengan para elite NII seperti Adah Djaelani, Aceng Kurnia, Tachmid Rahmat Basuki Kartosuwiryo, Toha Machfudz dan lain-lain saat buron dalam kasus tertangkapnya HISPRAN (H. Ismail Pranoto dan 23 tokoh komandemen gerakan NII di Jawa Timur awal Januari tahun 1977 yang dikenal dengan nama Komando-Jihad. Saat giliran tertangkapnya para tokoh elite NII Adah Djaelani cs maupun elite NII Wilayah IX, Seno dan H. Abdul Karim Hasan cs yang berlangsung secara bersamaan pada Agustus tahun 1981 di Jakarta, Prawoto Abdus Salam berhasil kabur dan buron ke negeri Sabah Malaysia dengan membawa dana jamaah, yang menurut sahabatnya berjumlah 2 milliar rupiah. Namun ketika berada di Sabah tersebut Prawoto mengaku sebagai pengusaha kayu dan besi tua yang bangkrut. Prawoto alias Abdus Salam Rasyidi dalam menjalani masa buron tersebut seringkali mondar mandir Banten-Jakarta-Sabah. Adapun tempat singgah Prowoto Abdus Salam Rasyidi di Jakarta adalah di rumah kediaman Ustadz Rani Yunsih, Bidara Cina, Cawang. Sedangkan untuk ongkos tiket kembali ke Sabah seringkali dicukupi oleh HM Sanusi (alm) jalan Bangka Mampang. Dukungan itu baru dihentikan ketika HM Sanusi terkena mushibah ketika dijebloskan ke penjara rezim ORBA melalui kasus Bom BCA. Prawoto Abdus Salam kembali kerumahnya di Menes, Pandeglang Banten tahun 1987 dan kembali bergabung dengan H. Abd Karim Hasan, M. Rais Ahmad dan Nurdin Yahya dalam kelompok gerakan NII LK (Lembaga Kerasulan). Tahun 1990 Toto Salam nama panggilan barunya dipercaya H Karim, Komandan I Wilayah IX untuk menjadi Ka Staf I Wil IX, dan tahun 1992 Toto Salam melakukan kudeta internal di Wil IX saat di bawah Komando H. Mohammad Rais Ahmad. Selanjutnya Toto Salam menobatkan diri menjadi Komandan Tertinggi NII (Dengan status atau catatan bersifat Mudabir bin yabah) dan menetapkan wilayah IX sebagai Ummul Qura (Ibu Kota) NII. Nama baru pun dibuat, diantaranya adalah Syamsul Alam, Nur Alamsyah, Syamsul Maarif, Abu Toto, Toto Salam dan Abu Maariq (nama yang terakhir ini digunakan untuk membuka Bank Account nomor rekening pada Bank CIC, tempat kelompok ini menyimpan dana jamaah). Namun menurut berbagai sumber dikalangan LSM keberadaan Abu Toto As Panji Gumilang di Bank CIC justru menempati deretan elite sebagai pejabat pada Bank tersebut dalam rangka mengelola dana keluarga Soeharto, data lain menunjukkan bahwa Abu Maariq memiliki saham di CIC sebanyak 115 Milliar rupiah. Termasuk diantaranya dari pengakuan para aparat teritorial NII di Jakarta Selatan yang tertangkap tangan pun menyatakan 60 % dari hasil pendapatan jalan toll Cawang-Pondok Pinang adalah masuk ke rekening Abu Toto AS Panji Gumilang.

Tahun 1993 Abu Toto Maariq diadili melalui Musyawarah pimpinan KW IX lantaran perilakunya yang buruk dan berkhianat terhadap kawan membuat H Muhammad Rais Ahmad ditangkap dan ditahan dalam waktu yang cukup lama, disamping itu Abu Toto Maariq dinilai tidak pantas memimpin KW IX. Musyawarah pimpinan KW IX akhirnya memutuskan Abu Toto dipecat dari jabatan Mudabir bin yabah (komandan sementara) hasil kudeta tahun 1992 tersebut. Tetapi Abu Maariq membandel, ia tetap berjalan dengan orang-orangnya dan justru akhirnya mampu membangun KW IX yang kemudian secara cepat membesar. Selama kurun waktu sejak menjadi Mudabir bin yabah antara tahun 1992-1994 Abu Maariq berhasil menghimpun dana jamaah yang jumlahnya fantastis diperoleh melalui qoror-qorornya yang terkenal dan akhirnya berlaku hingga sekarang. Tahun 1994, hampir 1000 orang anggota NII wilayah Pandeglang Banten yang menyatakan keluar dari struktur kepemimpinan Abu Toto dan berhasil memecatnya tahun 1993 ditangkap aparat keamanan, para mantan NII KW IX tersebut mengaku dan memberikan keterangan diarahkan kepada Abu Toto. Aparat tidak cepat bertindak, tetapi menunggu Abu Toto sekeluarga kabur dan meninggalkan rumah kediamannya di Menes Pandeglang Banten hingga saat ini. Dari starting kejadian ini sinyalemen bahwa Abu Toto adalah pemain tingkat tinggi yang bermain dengan pihak aparat keamanan yang diketahui dan disadari banyak pihak, namun hal itu berjalan terus hingga sekarang. Pada tahun 1994-1995 program dan mobilisasi pembebasan tanah di Indramayu berlangsung semena-mena terhadap tanah masyarakat untuk rencana pembangunan mahad Al Zaytun mulai berlangsung dan selanjutnya langsung berjalan cepat. Tahun 1996, Abu Toto dilantik Adah Djaelani untuk secara resmi menjadi pengganti Adah Djaelani selaku Presiden, Imam dan Komandemen Tertinggi NII. Tahun 1997 meletakkan batu pertama pembangunan Mahad Al-Zaytun dan sejak saat itu seluruh nama alias yang macam-macam dan berendeng itu ditanggalkan, kemudian ditetapkan yang ada hanya satu nama baru yaitu AS (Abdus Salam) Panji Gumilang (yang bermakna filosofi simbolik Abdus Salam Pembawa Bendera Kejayaan NII), sejak itu komunitas Mahad Al Zaytun diharamkan menyatakan ada dan kenal dengan nama-nama samaran atau nama alias AS Panji Gumilang sebelumnya. Hanya ada satu sebutan panggilan untuk AS Panji Gumilang yang diperbolehkan yaitu panggilan sebagai Syaykhul Mahad. Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan wartawan The Asian Wall Street Journal, si OROK Abdus Salam, membeberkan asal muasal nama Panji Gumilang yang disandangnya kini. Dengan menyatakan bahwa nama Panji Gumilang itu adalah nama besar bapaknya yang asli bernama Rosyidi. Padahal menurut penuturan masyarakat desa Sembung Anyar, Gresik ketika H. Rosyidi sebelum meninggal dahulu sama sekali tidak mendengar memiliki gelar Panji Gumilang. Selain itu gelar Panji Gumilang tidak cocok dengan telinga masyarakat Gresik, nama Panji Gumilang adalah hanya cocok di telinga masyarakat Jawa Barat yang Sunda. Lantas bagaimana halnya dengan pengakuan pengakuan Abu Toto Abdus Salam AS Panji Gumilang, yang kalau di sana mengaku sebagai putra daerah kelahiran Indramayu, di sini mengaku sebagai putra daerah kelahiran Kulon (Banten) dan di situ mengaku sebagai putra daerah kelahiran Bogor ?!. Itulah hebat, unik dan kontroversialnya pola tingkah-laku Abdus Salam yang asli kelahiran Sembung Anyar, Gresik- Jawa Timur. Demikian pula pernyataannya tentang dirinya sendiri: Masa lalu silahkan berlalu Masa pula pernyataannya tentang dirinya sendiri: Masa lalu silahkan berlalu Masa depan sajalah yang perlu dilihat dan diperhatikan. Padahal baik dalam kelakuan maupun dalam ajaran doktrin sesat NII Kartosuwiryo dan doktrin sesat NII Adah Djaelani serta doktrin sesat NII H Karim Hasan yang dikembangkan terus bersama kawan-kawan seiringnya itulah yang masih dijalankan hingga detik ini, bahkan kualitas kesesatannya pun kini semakin menjadi-jadi. Berkat bantuan fisik material dan finansial dari penguasa orde baru Suharto beserta kroninya di Golkar, militer serta para konglomerat Taipan dalam membangun mercu suar monumen pendidikan dalam wujud Mahad Al Zaytun. Semua itu telah membuat dada, kepala dan nama Abu Toto menjadi membesar, demikian halnya kecanggihan dalam memanage kejahatan dan kedzhaliman, sama persis dengan manhaj sesat orde baru di masa lalu maupun sekarang. HUBUNGAN DAN KRONOLOGI SEBAGAI BUKTI ASPEK INTEGRAL SEJARAH PARA TOKOH STRUKTUR NII TH 1976-2002

Keterkaitan secara kronologi kesejarahan antara gerakan NII bentukan militer intelejen sejak dasawarsa 70 di bawah DAUD BEUREUEH th 1976 maupun di bawah ADAH DJAELANI tahun 1978 hingga 1993, dengan gerakan NII yang terpecah belah menjadi NII faksi KW IX Abu Toto, yang berlanjut dengan pengesahan kepemimpinan Abu Toto sebagai Imam Presiden atau Komandan tertinggi NII oleh ADAH DJAELANI, Ules Sujai, Ahmad Husen alias Mbah Nurcahyo dan Idris Darmin Prawira Negara alias si Datuk Maharajalela beserta hulu balang Abu Toto pada tanggal 19 Oktober tahun 1996 di Bandung. Alih generasi dan pelimpahan kekuasaan NII yang diketahui banyak saksi merupakan bukti sejarah yang akhirnya berlanjut hingga apa yang berjalan dan berlangsung sekarang ini baik pada tataran yang terjadi dimasyarakat akar rumput, kemudian membuat sarang di mahad Al Zaytun, Indramayu Jawa Barat tahun 1996 hingga 2004 sekarang. Simak keterangan Ules Sujai saat diwawancara berkenaan dengan keberadaan Abu Toto dan Mahad Al-Zaytun yang dipimpinnya dalam buku Abduh -2001: Saya dan pak Adah memang sebagai Dewan Imamah NII waktu tahun 1979 tapi sekarang sudah non-aktif, lalu kata pak Adah kita ini sudah tidak steril sedangkan gerakan harus terus maju, ya sudah kalau begitu kita serahkan kepada generasi baru yang memang kelihatannya lebih punya kemampuan yang lebih hebat dari pada kita. Kita merasakan, yang kedua memang masalah kelemahan, coba pak Adah sendiri bilang, kita sejak 1962 melakukan dakwah hasilnya malah pecah-pecah, itu menunjukkan kita tidak mampu, kan? Jadi perjuangan harus ada regenerasi. Lalu sekarang robah strateginya dari strategi revolusi kepada strategi seperti semboyan yang ada di Zaytun yaitu Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Budaya Perdamaian robah yang seperti itu bisa saja[03] Apakah sebuah kenyataan yang didukung bukti dan data konkret tentang kejelasan hubungan erat dan menjadi poros integral antara Mahad Al Zaytun dan gerakan NII yang berhasil dilacak terbukti keberadaan gerakannya diatasnamakan gerakan NII masih layak diperdebatkan ?! Para tokoh NII sendiri secara terang-terangan mejeng di Mahad Al Zaytun dan juga di Majalah Al Zaytun. Mereka juga terang-terangan memajang dan memaparkan secara jelas berbagai ajaran (doktrin) yang berlaku dan diterapkan dalam gerakan lintas teritorialnya (Underground Movement). Untuk lebih mengkonkretkan kejelasan hubungan tersebut adalah dengan mengetengahkan data bukti adanya benang merah hubungan keterlibatan pasti antara poros dan nama para tokoh NII yang terdahulu dengan para tokoh NII yang kemudian maupun mereka yang kini aktif dan berada di mahad Al Zaytun, sehingga data tersebut bisa mengantar kepada persepsi serta nalar yang sehat dan benar tentang apa itu Mahad Al Zaytun dan gerakan NII yang bagaikan gambaran dua sisi mata uang dari sebuah gerakan NII yang paling sesat dan paling jahat di Indonesia. Berikut ini nama-nama para tokoh NII yang diharapkan bisa mengingatkan dan mampu menyadarkan tentang hubungan keterkaitan antara para pengelola Mahad Al-Zaytun dengan gerakan NII bentukan intelejen. PARA TOKOH NII PERIODE TAHUN 1976-1993 DAUD BEUREUEH ADAH DJAELANI TIRTAPRAJA: 01. Adah Djaelani Tirtapraja Bandung Jabar 02. Aceng Kurnia Bandung Jabar (Wafat Tahun 1997) 03. Toha Mahfudzh Cianjur Jabar 04. Ateng Djaelani Bandung Jabar (Wafat Tahun 1978) 05. Ules Sujai Abu Ridha Cianjur Jabar 06. Opa Mustapa Bandung Jabar (Wafat Tahun 1990) 07. Saiful Iman Bandung Jabar (Wafat Tahun 1991) 08. Tahmid Rahmat Basuki Kartosuwirjo Garut Jabar

09. Dodo Muhammad Darda Kartosoewirjo Garut Jabar 10. Danu Muhammad Hasan Jakarta (Wafat Tahun 1986) 11. Hidayat Lampung 12. Syarif Hidayat Lampung (Wafat Tahun 1987) 13. H. Ismail Pranoto Brebes Jateng (Wafat Tahun 1994) 14. Ajengan Masduqi Cianjur Jabar 15. Djarul Alam alias Hadi Garut Jabar 16. Helmi Aminuddin Bin Danu Muhammad Hasan Jakarta 17. Gustam Effendy Lampung 18. Seno alias Basyar Jakarta (Wafat Tahun 1981) 19. Ahmad Husen Salikun alias Nurcahyo Kudus Jateng 20. Idris Prawiranegara alias Darmin Bojonegoro Jatim 21. Mukhshar Malang Jatim (Wafat Tahun 1988) 22. Rasmin alias Anshari Bojonegoro Jatim (Wafat Tahun 1993) 23. Warman (Wafat Tahun 1981) 24. Bambang Sispoyo Solo (wafat, eksekusi mati 1990) 25. Farid Ghazali 26. Abdullah Umar (Eksekusi mati tahun 1989) 27. H. Muhammad Faleh Kudus Jateng (Wafat Tahun 1989) 28. H. Abdullah Sungkar Solo Jateng (Wafat Tahun 2001) 29. H. Abubakar Baasyir Solo Jateng 30. Mursalin Dahlan Bandung Jabar 31. Abdul Qadir Baraja Lampung 32. Abud alias Rasyid Bogor TOKOH-TOKOH DALAM NII KW IX TH 1978-1981: 01. Seno alias Basyar 02. H. Abdul Karim Hasan 03. H. Mohammad Rais Ahmad 04. H. Mohammad Sobari 05. Ahmad Sumargono 06. Amir 07. Abidin 08. Nurdin Yahya 09. Ali Syahbana 10. Dr. Muadz 11. Abdul Salam alias Prawoto 12. Shaleh Asad 13. Fachrur Razi 14. Royanuddin TOKOH -TOKOH NII KW IX TH. 1987-1996: 01. H. Abdul Karim Hasan Jakarta (Wafat tahun1992) 02. H. Mohammad Rais Ahmad Jakarta (Dikudeta Abu Toto tahun 1992)

03. Nurdin Yahya alias Joni Alias Tsabit Jakarta 04. Prawoto alias Abu Toto Alias Toto Salam Menes Banten 05. Shaleh Asad Menes Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1993) 06. Amr alias Encu Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1991) 07. Handoko alias Abdul Rauf Bandung Jabar 08. Djaldjuli alias Jazuli Jakarta 09. Aseng alias Saefulloh Jakarta 10. Maktal Jakarta 11. Jamal Abdaat Jakarta 12. Karim Jakarta 13. Oji alias Abdul Halim Jakarta 14. Mali Jakarta 15. Yazid Jakarta 16. Ali Jakarta 17. Cecep Cirebon (Mengundurkan Diri Tahun 1996) 18. Anas Hutapea Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1996) 19. Iwan alias Faishal Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 2001) 20. Chaeruddin Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1994) 21. Ismail Subarja Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1996) 22. Rifai alias Hamzah Jakarta (Mengundurkan Diri Tahun 1996) 23. Mahfudzh Shiddiq Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1993) 24. Mian Abdusy Syukur Banten (Mengundurkan diri Tahun 1993) 25. Abdul Quddus Banten (Mengundurkan Diri Tahun 1993) 26. Abbas Ali Nasution Umar Nasution asal Medan, sahabat Abu Toto ketika di Sabah Malaysia. 27. Agus Kumis alias Lukman 28. M. Qassim alias A. Majid alias Munir TOKOH -TOKOH AL-ZAYTUN NII FAKSI AS PANJI GUMILANG (TH 1993-2002): 01. Adah Djaelani dengan nama panggilan Mama (Kakek) 02. Ules Sujai alias Abu Ridlo 03. Ahmad Husen Salikun alias Mbah Nurcahyo 04. Idris Darmin diberi gelar menjadi Datuk Maharajalela Idris Furqan Prawira 05. Abdul Salam alias Prawoto alias Abu Toto alias Toto Salam alias Abu Maariq alias Abu Maarif alias Syamsul Alam alias Nur Alamsyah menjadi Syaykhul Mahad dan bergelar AS Panji Gumilang 06. Nurdin Yahya alias Joni alias Tsabit tetap menjadi Tsabit 07. Handoko alias Abdul Rauf menjadi Imam Syarwani, dipecat dan dikeluarkan November 2003 08. Imam Prawoto bin Abu Toto Abdus Salam 09. Djaldjuli 10. Aseng alias Ali alias Iskandar alias Saefulloh tetap menjadi Saefulloh 11. Jamal Ir. Djamal Abdaat 12. Oji Fauzy Abdaat 13. Yazid 14. Ali 15. Abbas Ali Nasution (nama asli Umar Nasution) sahabat Abu Toto ketika di Sabah Malaysia, kini sebagai Pimred Majalah Al Zaytun.

16. Nawawi 17. Syaifuddin Ibrahim Humas Dewan Guru 18. Muttahid Azwari alias Abu Qasim 19. Mashrur Anhar sebagai Menteri Pekerja Raya telah mengundurkan diri terhitung awal Januari 2002 20. Insan Hadid Bin Tagor Harahap (menantu Adah Djaelani) mantan sebagai Mensesneg, mengundurkan diri terhitung awal Januari 2002 21. Muammar Yasir Bin Tagor Harahap sebagai Panglima Hankam, mengundurkan diri bersama seluruh pasukan TIBMARA & GARDA terhitung sejak awal Januari 2002 22. Ahmad Ghazali sebagai Sekjen. MA (Mahkamah Agung) dan pejabat SUK (Setia Usaha Kerja Badan Pemeriksa Keuangan) beserta wakil dan staff, mengundurkan diri sejak awal Januari 2002 PARA EKSPONEN MAHAD AL ZAYTUN: 01. Abu Salam (Mantan Kepala Daerah Jakarta Selatan) sekarang menjadi Kepala Sekretariat Pendidikan Mahad Al-Zaytun 02. Nurdin (Mantan Wakil Kepala Daerah Jakarta Selatan) sekarang menjadi Staff Sekretariat Pendidikan Mahad Al-Zaytun 03. Jafar Ash-Shubhani (Mantan Mudabbir Tsani Wilayah IX) Ketua Majelis Syura NII Al-Zaytun dan sebagai Imam rawatib masjid Al Hayat. 04. H. Badar (Mantan Mudabbir Wilayah IX) 05. Nawawi Berdasarkan data ini, kepada para pembaca dipersilahkan melakukan komparasi atau mencocokkan dengan susunan daftar dalam sruktur pemerintahan NII Al Zaytun yang terdapat dalam halaman lain tentang struktur pemerintahan dan susunan kabinet. MASUL WILAYAH KW IX: 01. Agus Kumis alias Luqman Komandan Wilayah IX 02. Abu Somad Ka. Staff Wilayah IX 03. Jafar Shiddiq Mudabbir Tsalits Wilayah IX 04. Fatih Sodiqin Kabag. Pendidikan Wilayah IX 05. M. Yusuf Ketua Lajnah Wilayah IX 06. Munir alias A. Majid alias Humaidy alias M Qassim Kabag Logistik SIFAT & KARAKTERISTIK NII Al-Zaytun Faksi AS Panji Gumilang Target dan Sasaran Gerakan NKA / NII Al-Zaytun Secara doktrinasi dan gerakan NII Al Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang berprinsip hampir sama dengan induknya, NII Karto suwiryo, yaitu menjadikan masyarakat sebagai obyek sasaran atau target korban gerakan yang kemudian dipilih dan dipilah sebagai berikut: Kelompok Masyarakat yang dibidik untuk diproses dan ditargetkan menjadi kekuatan absolute sebagai anggota NII Al Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang. Dalam kerangka gerakan membangun komunitas masyarakat (anggota) NII berdasarkan paham dan ajaran melalui sarana rekruitmen yang spesifik : Mengembangkan paham aliran NII Kartosoewirjo melalui wujud Qonun Asasi dan PDB NII berdasarkan paham aliran Isa Bugis, Inkaru as Sunnah dan Syiah Nushairiyah (Di Yordan, Syria dan Iraq).

Kelompok masyarakat yang dibidik melalui pendekatan forum & program pendidikan Mahad Al Zaytun, diyakinkan sebagai lembaga yang murni dan steril atau sama sekali tidak memiliki dan atau ada hubungan benang merah sedikit pun dengan eksistensi gerakan NII, yang bergerak secara eksis dan membahayakan masyarakat. Masyarakat menjadi target dan obyek rekruitmen NII akan menjadi kekuatan pendukung gerakan NII. Masyarakat akan diformat menjadi santri, sedangkan orang tua dan keluarga mereka ditarget menjadi simpatisan NII atau sebagai obor-obor NII. Membangun komunitas masyarakat simpatisan atau Obor-Obor NII sebagaikedok dan wadah gerakan yang berwajah Ekonomi, Politik, Budaya & Pendidikan melalui Mahad Al Zaytun. BASIS EKSISTENSI & STRUKTUR PEMERINTAHAN NII AL ZAYTUN FAKSI AS PANJI GUMILANG Keberadaan basis NII Al-Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang dalam prakteknya sangat berbeda dengan keberadaan basis faksi-faksi NII yang lain. Hal itu disebabkan karena faksi NII Al Zaytun secara sengaja dan riil telah mengambil taktik dan strategi dua muka (ambivallen) yakni dengan mengedepankan mega proyek bisnis pendidikan Mahad Al Zaytun sebagai cover dan kedok resmi system ekonomi pendidikan gerakan bawah tanah NII yang tersebar hingga ke manca negara. Karenanya istilah yang digunakan dalam membagi basis keberadaan gerakan menjadi dua bagian aparat Fungsional dan aparat Teritorial. STRUKTUR & APARAT FUNGSIONAL (Basis Keberadaan Sektor Formal di permukaan) Aparat fungsional adalah warga NII Al Zaytun yang telah menjadi pejabat (elite) tingkat Menteri dan Departemen hinga ke tingkat prajurit (Garda Mahad dan Tibmara) atau karyawan (muwadhzof = pasukan kuning dan hijau), serta mahasiswa P3T (Program Pendidikan Pertanian Terpadu) yang kesemuanya berdomisili di Mahad Al-Zaytun dan memiliki nomor data QOID (keaparatan) yang diawali dengan kode huruf F. Demikian pula keberadaan para pejabat YPI (Yayasan Pesantren Indonesia) yang berdomisili di luar Jawa atau berada di setiap kota kabupaten dan propinsi, yang disebut sebagai masul NII KW IX yang ditugaskan melaksanakan perekrutan santri sekaligus membentuk barisan obor-obor NII. Mereka yang kelak menempati posisi sebagai pengurus atau kordinator YPI di tingkat kota Kabupaten (Distrik) disebut sebagai aparat fungsional mahad tingkat asas NII Al Zaytun termasuk seluruh para asatidz atau guru. Sedangkan mereka yang menempati posisi sebagai pengurus atau kordinator YPI tingkat propinsi (Wilayah) disebut sebagai aparat fungsional Mahad Al Zaytun yang secara administrasi terpisah dengan para aparat teritorial wilayah yang dipimpin oleh seorang Gubernur, sebagai bentuk perubahan dari sistem Komandemen yang meliteristik menjadi sistem Civil Society Masyarakat Madani. Para prajurit, seperti barisan satuan pengamanan garda Mahad dan Tibmara (Satpam Mahad) maupun para muwadzhof (karyawan yang berseragam kuning dan hijau), posisi mereka sebelum menjadi warga Al Zaytun adalah sebagai masul atau pejabat tingkat desa (PTD) dan kecamatan (ODO) dari jajaran teritorial NII yang berdomisili di wilayah yang ada, namun karena mereka memiliki skill yang diperlukan negara sehingga keberadaan mereka ditarik ke Mahad Al-Zaytun. Demikian pula halnya dengan warga NII teritorial yang pernah bermasalah sebagai residivis (bromocorah) misalnya, keberadaan mereka yang seperti itu cenderung ditarik dan diselamatkan ke Mahad Al-Zaytun dan bekerja sebagai muwadzhof (pasukan kuning). Sedang para mahasiswa P3T (Program Pendidikan Pertanian Terpadu) sesungguhnya hanya bisa diikuti oleh para aparat atau anggota NII teritorial dan paling tidak disyaratkan harus berasal dari kalangan keluarga NII, atau harus melalui koordinator YPI yang tidak lain adalah para masul dari tingkat distrik (Bupati) hingga tingkat wilayah (Gubernur) NII faksi AS Panji Gumilang. Adapun keberadaan para santri yang berasal dari warga NII jumlah prosentase mereka di mahad Al Zaytun untuk

tahun angkatan pertama sebanyak 59,6 % atau 864 santri. Untuk tahun angkatan kedua sebanyak 23,4 % atau 395 santri sedang untuk tahun angkatan ketiga th 2001 sebanyak 25,4 % atau 556 santri. JARINGAN STRUKTUR FUNGSIONAL Jaringan Struktur Fungsional NII Al Zaytun adalah mereka yang tampil sebagai Aparat dan warga NII yang bergerak di permukaan dan bertugas sebagai Koordinataor Wilayah (Korwil) dan Koordinator Derah (Korda) Yayasan Pesantren Indonesia. Tugasnya merekrut warga NKRI usia sekolah untuk belajar di Mahad Al-Zaytun dan membentuk Dewan Wali Santri sebagai pendukung kuat Mahad Al-Zaytun. Jumlah Personil Masul wilayah di Luar Jawa: dipegang 45 orang personil, berperan sebagai Korwil (Koordinator Wilayah) dan Korda (Koordinator Derah) atau sebagai Aparat Fungsional. Dalam Struktur Fungsional susunan keaparatan dilihat dari jabatan yang dimiliki dalam Yayasan Pesantren Indonesia dan Mahad Al-Zaytun. Susunan Keaparatan Fungsional dalam NII Al Zaytun, sebagai berikut: Koordinator Pusat, digunakan untuk sebutan Aparat Fungsional yang meliputi para Eksponen, Karyawan, Kesihatan (Dokter, Perawat dan Bidan) serta Guru yang berdomisili di Mahad Al Zaytun. Jumlah koordinator Pusat terbagi: 01. Eksponen sebanyak 214 orang + 216 Istri dan 29 Aspri 02. Karyawan sebanyak 2.861 orang + 2.457 orang Istri 03. Kesehatan sebanyak 31 orang + 14 orang Istri dan 1 orang sopir 04. Guru sebanyak 388 orang + 161 orang istri Koordinator Jawa, meliputi: 01. Jabar Utara, jumlah Masul (Aparat Teritorial) 261 orang dengan jumlah ummat 1.826 anggota. 02. Jabar Selatan, jumlah Masul 928 orang dengan jumlah ummat 17.340 orang. 03. Jakarta Raya, jumlah Masul 12.342 Orang dengan jumlah ummat 119.459 orang. 04. Jawa Tengah, jumlah Masul 610 orang dengan jumlah ummat 3.482 warga. 05. Jawa Timur, jumlah masul 1.008 orang, dengan jumlah ummat 3.755 warga. 06. Sedang untuk koordinator YPI di Jawa semua berkeduduk- an sebagai Aparat Teritorial yang juga berteugas mempromosikan Al-Zaytun ke seluruh pelosok Jawa. Koordinator Luar Jawa, meliputi: 22 Propinsi. Dengan jumlah aparat fungsional (Korwil dan Korda YPI) sebanyak 236 orang. Koordinator Malaysia, dengan jumlah Masul 15 orang dan ummat 790 orang. STRUKTUR & APARAT TERITORIAL Eksistensi gerakan NII Al Zaytun setelah menjadi faksi terbesar dalam gerakan NII semakin merambah keseluruh penjuru Indonesia dan bahkan penjuru Nusantara. Dalam perkemba -ngannya NII Al-Zaytun menerapkan pemekaran wilayah dan sistem teritori Nusantara yang dimana sebelumnya penggunaan istilah teritori terdiri dari 9 wilayah Komandemen. KONSEP & ISTILAH TERITORIAL TERBARU NII AL-ZAYTUN FAKSI AS PANJI GUMILANG

Tahun 2000 atau tarikh 1421 H, NII Al-Zaytun atau NII faksi AS Panji Gumilang mencanangkan program perubahan sekaligus sebagai pengembangan konsep kewilayahan melalui Perpu NO. II (Peratuan pengganti Undang-Undang) NIINKA. Sebelum tahun 2000 pembagian teritori NII versi AS Panji Gumilang masih sama dengan pembagian teritori NII versi lain (seperti versi Komando Dodo dan Tahmid Kartosoewirjo, versi Komando Ajengan Masduqi, versi Aspal (Asli palsu) Komando Abdul Fatah Wirananggapati, versi Komando Aly Mahfudzh) yakni meliputi 9 Wilayah. Melalui Perpu (Peraturan Pengganti Undang-Undang) no. II NII faksi Komando AS Panji Gumilang melakukan perubahan sekaligus pengembangan teritori dengan menggu nakan istilah dan konsep yang berbeda dengan sebelumnya, antara lain dengan membagi wilayah territory Indonesia Nusantara menjadi wilayah jalur utara dan jalur selatan. Jalur Utara dibagi menjadi 11 Propinsi: Malaysia, Kalbar, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Sulsel, Sulteng, Sulut, Sultra, Maluku dan Irja. Jalur Selatan dibagi menjadi 17 Propinsi : Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung, DKI Jakarta Raya (Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Banten), Badar (Jabar) Utara, Badar (Jabar) Selatan, Jateng, jatim, Bali, NTB, NTT dan Tim-Tim. Setiap Propinsi dipimpin seorang Gubernur menurut pembagian Struktur Pemerintahan Teritorial untuk kawasan Jawa dan atau Pemerintahan Fungsional untuk kawasan luar Jawa. Struktur Teritorial tersebar di seluruh Jawa yang terbagi menjadi 5 wilayah, Yaitu: 01. Wilayah 1 Jabar Selatan (dahulu Priangan Timur) 02. Wilayah 2 Jawa Tengah 03. Wilayah 3 Jawa Timur 04. Wilayah 7 Jabar Utara (dahulu Priangan Barat) 05. Wilayah 9 Jakarta Raya dan Banten Struktur Fungsional tersebar di 23 Propinsi Luar Jawa dan 1 di Malaysia. Malaysia, Brunai dan Singapura, Kalimantan Timur, Selatan, Barat dan Selatan, Sulawesi Selatan, Tengah, Tenggara dan Utara, Maluku, Irian Jaya (Papua), Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumsel dan Lampung. Bali, NTB dan NTT NAMA-NAMA PEJABAT PIMPINAN TERAS JARINGAN ORGANISASI PEMERINTAHAN KABINET NKA-NII (NEGARA KURNIA ALLAH / NEGARA ISLAM INDONESIA) FAKSI AS PANJI GUMILANG PERIODE 1418 1423 H IIMAM/ PRESIDEN NKA-NII: Abdus Salam alias Abu Toto alias Abu Maariq alias Syamsul Alam alias AS Panji Gumilang (ASPG). MAJLIS (Kementrian): 01. Majlis / Kementrian Pembangunan Sekretariat Negara: Oji alias Abdul Halim. 02. Majlis / Kementrian Pembangunan Dalam Negeri: Nurdin alias Joni alias Yahya alias Abu Tsabit. 03. Majlis / Kementrian Pembangunan Luar Negeri: AS Panji Gumilang.

04. Majlis / Kementrian Pembangunan Pertahanan: Handoko alias Abdul Rauf alias H. Imam Syarwani. 05. Majlis / Kementrian Pembangunan Pendidikan: AS Panji Gumilang. 06. Majlis / Kementrian Pembangunan Keuangan: Amadi alias Aseng alias Ali alias Iskandar alias Syaifullah atau Syaf Allah. 07. Majlis / Kementrian Pembangunan Penerangan: Edi Suaidi alias Abu Hanifah. 08. Majlis / Kementrian Pembangunan Urusan Hukum dan Syariat: Muttahid Azwari alias Abu Qosim. 09. Majlis / Kementrian Pembangunan Kementrian Negara: Taufiq. 10. Majlis / Kementrian Pembangunan Kesehatan: A. Mufakir alias Abdullah al Hayyi. 11. Majlis / Kementrian Pembangunan Kesejahteraan Ummat: Jaljuli alias Jazuli alias Robby alias Silmi Aulia. 12. Majlis/Kementrian Pembangunan Logistik & Pembekalan: Idris Darmin al Furqan Perwiranegara Datuk Maharajalela. 13. Majlis / Kementrian Pembangunan Perdagangan: Carsadi alias Abdul Jabbar. 14. Majlis / Kementrian Pembangunan Kerja Raya: Masrur Anhar. 15. Majlis/ Kementrian Pembangunan Peningkatan Produksi Pangan: Imam Supriyanto alias Imam Abdul Aziz. DEWAN FATWA 01. Adah Djaelani 02. Ules Sudjai 03. H. Mursidi (Abu Anshori). MAHKAMAH AGUNG Ketua: Ahmad Husein Salikun (Mbah Nur Cahyo alias Noor). Sekjen: A. Rijal MAJLIS SYURO/ DEWAN SYURO (Legislatif/ Parlemen) Ketua: Miftah alias Jafar Al Syubbani. Wakil Ketua: M. Ihsan alias Fathan Mubinan, berasal dari Aceh. SEKJEN 01. Sekretaris Negara: Eddy alias Insan Hadid. 02. Kementrian Dalam Negeri: Yasin alias Mahdi. 03. Kementrian luar Negeri: Muhammad Nasir alias Abdul Qadir. 04. Kementrian Pertahanan: Syaefullah alias Aseng, lias Asmadi alias Ali alias Iskandar. 05. Kementrian Pendidikan: Abdul Salam. 06. Kementrian Keuangan: Umar. 07. Kementrian Penerangan: Imam Prawoto alias Aziz An Naba. 08. Kementrian Aparatur Negara: Hilman alias Badar. 09. Kementrian Kesihatan: Dani Kadarisman. 10. Kementrian Kesejahteraan Ummat, Logistik dan Pembekalan Prdagangan, erja Raya: . 11. Kementrian Peningkatan Produksi Pangan: Abdul Rozak. PARA PEJABAT GUBERNUR WILAYAH JAWA:

01. Gubernur Wilayah 1 (Jabar Utara): Mustawa, domisili Cirebon, Jabar. 02. Gubernur Wilayah 7 (Jabar selatan): Abu Fatin, domisili Bandung. 03. Gubernur Wilayah 2 (Jateng): Mizan Shiddiq, domisili Yogya. 04. Gubernur Wilayah 3 (Jatim): Deden alias Anshori, domisili Sidoarjo. 05. Gubernur Wilayah 9 (Jabotabek): Agus Kumis alias Lukman Hakim. PARA PEJABAT DAERAH WILAYAH 9: 01. Daerah 1 Bekasi: Syuaib. 02. Daerah 2 Jakarta Timur: Wawan alias Bardan Salam. 03. Daerah 3 Jakarta Selatan: Nurhasan. 04. Daerah 4 Jakarta Barat: Sugianto alias Amrullah. 05. Daerah 5 Jakarta Utara: Mahdi Asasi. 06. Daerah 6 Jakarta Pusat: Syuhada. 07. Daerah 7 Tangerang: Irfan. 08. Daerah 8 Banten Utara: Jalaluddin. 09. Daerah 9 Banten Selatan: Syaefullah. PARA PEJABAT WILAYAH 9: 01. Gubernur: Agus Kumis alias Lukman Hakim 02. Wakil Gubernur: Abdul Samad 03. Sekretaris Wilayah: Abu Barqun 04. Kabag keuangan: Fatih Shadiqin 05. Kabag Kesihatan: Iskandar M. Amin. 06. Kabag Logistik: Jafar Shiddiq alias Munir alias Abdul Majid alias Humaidy alias M. Qosim PENGERTIAN STRUKTUR TERITORIAL NII Struktur Teritorial adalah Aparat dan warga NII yang bergerak di bawah tanah (UNDERGROUND MOVEMENT) yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan seluruh program NII, dalam bentuk: 01. Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan pemasukan dan sebagi kader calon masul Teritorial dan kader yang akan dimutasi ke Struktur Fungsional sebagai Muwazhof (Karyawan), Korwil dan Korda YPI, Eksponen, Guru dan Kesihatan (Dokter, Bidan dan Perawat). 02. Penggalangan Dana sebagai kekuatan untuk membangun Ibukota Negara Mahad Al-Zayt