Top Banner
KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) DI DESA BELAWA, KECAMATAN LEMAH ABANG, KABUPATEN CIREBON, PROVINSI JAWA BARAT SUNYOTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
93

KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

Mar 02, 2019

Download

Documents

leliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) DI DESA BELAWA, KECAMATAN LEMAH ABANG, KABUPATEN CIREBON, PROVINSI JAWA BARAT

SUNYOTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Konservasi Labi-labi Amyda

cartilaginea (Boddaert, 1770) di Desa Belawa, Kecamatan Lemah Abang,

Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 2012

Sunyoto

E353100045

Page 3: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

ABSTRACT

SUNYOTO. Conservation of The Asiatic Soft-Shell Turtle Amyda cartilaginea

(Boddaert, 1770) in The Belawa Village, Lemah Abang District, Cirebon, West

Java. Under direction of AGUS PRIYONO KARTONO and MIRZA DIKARI

KUSRINI.

Asian soft-shell turtle (Amyda cartilaginea Boddaert,1770) has been

considered as sacred turtle by the community of Belawa Village. In the village,

they are found in the irrigation channels and fish ponds, as well as in special

holding ponds in Cikuya recreation area built by the community. In 2010 a disease

outbreak caused by bacteria had caused mass deaths of turtles in the holding

ponds. Two years has passed since the outbreaks, and the number of the survived

A. cartilaginea is not known. This study aimed to obtain data on recent population

of A. cartilaginea, activity patterns and time allocation and management efforts

and public perception of the existence A. cartilaginea in the Belawa Village. The

study was conducted on March-May 2012, by inventory of turtles population

occuring in water bodies in the village. Management efforts and public perception

information was obtained by interview and questionnaires. Result of census found

177 A. cartilaginea in Belawa Village mostly concentrated at the holding pond at

Cikuya recreation area with a complete structure of the hatchlings, adolescents,

young adults and adults. Sex ratio of adults was 1:2,22 and young adults was

1:0,67. A. cartilaginea is usually stay inside mud in the mud and rest at night until

noon and will actively breathe and swim in the afternoon. They allocated more

time to stay in the mud as much as 54.196%. Missmanagement of A. cartilaginea

by holding almost all population in the community’s pond has threathened the

population of A. cartilaginea in Belawa Village. Fortunately, the people of

Belawa Village have positive perception that A. cartilaginea is a sacred animal

and know that is existence in an alarming situation.

Keyword: Asian soft-shell turtle, activity pattern, management, perception,

Belawa

Page 4: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

RINGKASAN

SUNYOTO. Konservasi Labi-labi Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) di Desa

Belawa, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.

Dibimbing oleh AGUS PRIYONO KARTONO dan MIRZA DIKARI KUSRINI.

Kerusakan habitat mendorong spesies dan bahkan seluruh komunitas

menuju ambang kepunahan. Kerusakan habitat dan fragmentasi habitat merupakan

faktor utama menurunnya keragaman amfibi dan reptil di Indonesia. Efek

urbanisasi terhadap populasi satwa sangat bervariasi diantara kelompok-kelompok

taksonomi. Pengaruh urbanisasi pada populasi kura-kura air tawar sedikit sekali

informasinya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kura-kura dapat bertahan

dan lebih melimpah di daerah urban dibandingkan di kawasan yang terganggu.

Salah satu jenis kura-kura yang dapat bartahan hidup di daerah urban adalah labi-

labi (A. cartilaginea).

Salah satu lokasi yang menjadi tempat berkembangnya labi-labi adalah di

Desa Belawa Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat.

Labi-labi yang ada di desa ini berjumlah 226 individu yang hidup di kolam-kolam

dan parit milik masyarakat lokal. Tahun 2010, terjadi wabah penyakit yang

menyerang labi-labi Belawa dan menyebabkan penurunan populasi secara tajam.

Labi-labi yang ada di kolam-kolam masyarakat dikumpulkan dalam satu kolam

yang terletak di Kawasan Obyek Wisata Cikuya. Kawasan tersebut dikelola oleh

Kelompok Masyarakat Pengawas binaan Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Cirebon. Data populasi labi-labi pasca terjadinya wabah penyakit

hingga saat ini belum ada.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang

populasi labi-labi, meliputi jumlah individu, nisbah kelamin, struktur umur, pola

aktivitas dan alokasi penggunaan waktu serta upaya pengelolaan yang telah

dilakukan dan persepsi masyarakat Desa Belawa terhadap keberadaan labi-labi.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pemangku

kepentingan dalam pengelolaan labi-labi di Desa Belawa, Kecamatan Lemah

Abang, Kabupaten Cirebon serta penetapan kebijakan-kebijakan terkait Amyda

cartilaginea. Selain itu penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

bagaimana satwa liar dapat hidup bersama dengan kehidupan manusia di daerah

urban.

Pengumpulan data dilaksanakan di Desa Belawa pada bulan Maret sampai

dengan Mei 2012, diawali dengan observasi lapangan pada Februari 2012.

Keadaan populasi diketahui dengan melakukan inventarisasi secara sensus.

Inventarisasi dilakukan dengan menangkap labi-labi, mengukur panjang dan lebar

lengkung kerapas serta jenis kelaminnya. Analisis jumlah individu, sek rasio dan

struktur umur dilakukan terhadap seluruh individu yang tertangkap.

Data pola aktivitas dan alokasi penggunaan waktu dikumpulkan melalui

pengamatan dengan metode focal animal sampling yakni pengamatan empat

individu labi-labi yang mewakili setiap kelas umur (tukik, remaja, dewasa muda

dan dewasa). Pengamatan dilakukan selama 24 jam dari jam 05:00 pagi hingga 05:00 pagi hari berikutnya. Data yang terkumpul kemudian dilakukan perhitungan

persentase waktu untuk setiap jenis perilaku.

Page 5: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

Informasi terkait upaya pengelolaan dilakukan dengan wawancara terhadap

pengelola, perangkat desa, dinas terkait serta tokoh masyarakat yang ada di Desa

Belawa. Data persepsi masyarakat terhadap keberadaan labi-labi dikumpulkan

melalui pengisian kuisioner yang dibagikan kepada 97 responden. Responden

dipilih secara acak yang menyebar di seluruh wilayah desa. Responden

merupakan kepala keluarga atau yang mewakili.

Pada penelitian ini ditemukan 177 individu labi-labi yang sebagian besar

terkonsentrasi di kolam-kolam obyek wisata Cikuya yaitu kolam penetasan, kolam

pembesaran 1-3 dan kolam Cikuya. Jumlah labi-labi di kawasan obyek wisata

Cikuya berjumlah 166 individu, sedangkan yang ditemukan di habitat alami yakni

kolam-kolam masyarakat dan parit sebanyak 11 individu yang tersebar dalam 6

lokasi. Keenam lokasi tersebut yaitu di kolam masyarakat, Sungai Cikuya 1,

Sungai Cikuya 2 (Curug/jumbleng), Sungai Cipinang, Sungai Legon Bulan dan

Sungai Kopo.

Nisbah kelamin labi-labi dewasa di Desa Belawa 1:2,22 dan dewasa muda

1:0,67. Nisbah kelamin dewasa menunjukkan bahwa jumlah labi-labi betina lebih

banyak dibandingkan dengan labi-labi jantan. Perbandingan ini menunjukkan

kondisi yang baik karena labi-labi jantan tidak perlu melakukan perkelahian untuk

mendapat pasangannya. Perkelahian dapat menyebabkan terjadinya luka dan

kematian pada labi-labi. Struktur umur labi-labi di Desa Belawa dibedakan atas

kelas umur tukik, remaja, dewasa muda dan dewasa dengan jumlah labi-labi di

setiap kelas umur tersebut secara berurutan 88, 54, 7 dan 28 individu.

Labi-labi tidak banyak melakukan aktivitas. Labi-labi lebih banyak berdiam

diri dalam lumpur dan istirahat pada waktu malam hingga siang hari dan akan

bernafas dan berenang pada sore hari. Labi-labi lebih banyak mengalokasikan

waktunya untuk berdiam diri dalam lumpur yaitu sebanyak 54,20%.

Pengelolaan labi-labi belum dilakukan secara optimal dan upaya

pengumpulan labi-labi dari berbagai habitat untuk dijadikan satu dalam kolam

Cikuya mengancam populasi labi-labi di Desa Belawa. Masyarakat Desa Belawa

memiliki persepsi bahwa labi-labi merupakan hewan yang dikeramatkan dan saat

ini dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Hal ini menjadi asset untuk konservasi

labi-labi di masa datang.

Kata kunci: labi-labi, pola aktivitas, pengelolaan, persepsi, Belawa

Page 6: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

Page 7: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) DI DESA BELAWA, KECAMATAN LEMAH ABANG, KABUPATEN CIREBON, PROVINSI JAWA BARAT

SUNYOTO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesi

Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 8: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc.

Page 9: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di
Page 10: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

Kupersembahkan karya ilmiah ini kepada:

Istriku (Samkhah Azizah) dan kedua anakku (Muhammad Kharis Wiro Khuseno

dan Humairoh Stylosa Sunyoto)

Page 11: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

PRAKATA

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis yang berjudul ” Konservasi labi-labi Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) di Desa

Belawa, Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat”. Penulisan

tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi

Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Institut Pertanian Bogor.

Tesis ini ditulis dengan susunan yang terdiri atas beberapa bab, yakni

Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi, Hasil dan Pembahasan serta

Simpulan dan Saran. Penulis berharap dengan susunan tersebut keterkaitan antara

latar belakang, tujuan, metode, dan hasil yang diperoleh dapat lebih mudah

dipahami. Topik penelitian ini penting untuk dikaji karena hasilnya dapat

diaplikasikan dalam pengambilan kebijakan pengelolaan labi-labi khususnya di

Desa Belawa guna mendukung upaya pelestarian keanekaragaman hayati di

Indonesia.

Pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

(PHKA) Kementerian Kehutanan, yang telah memberikan kesempatan dan

sekaligus sebagai sponsor penulis mengikuti pendidikan pada Program

Magister Profesi Konservasi Keanekaragaman Hayati di Institut Pertanian

Bogor.

2. Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si selaku ketua komisi dan Dr. Ir. Mirza

Dikari Kusrini, M.Si selaku Anggota Komisi atas curahan pemikiran, waktu,

kesabaran, saran dan arahan serta petunjuk yang diberikan selama

pembimbingan sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan.

3. Istri tercinta Samkhah Azizah dan sepasang anakku Muhammad Kharis Wiro

Khuseno dan Humairoh Stylosa Sunyoto atas dukungan, pengertian, dan

pengorbanan selama ini. Kepada kedua orang tua Bapak H. Giman

Wirodihardjo dan Hj. Ngadinah serta kedua mertua Bapak H. Dasimanudin

Harahap dan Ibu Hj. Marchamah diucapkan terima kasih atas motivasi,

dukungan dan do’a yang diberikan.

4. Ir. Mangaraja Gunung Nababan dan Ir. Kurung, MM, selaku kepala Balai

Taman Nasional Karimunjawa atas rekomendasi dan dukungan yang

diberikan kepada penulis untuk dapat mengikuti beasiswa program

pendidikan S2 yang disediakan oleh Kementerian Kehutanan.

5. Asosiasi Pengusaha Eksportir Kura-kura dan Labi-labi (APEKLI) atas

dukungan dana dalam penelitian yang penulis lakukan.

6. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon berserta stafnya

atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama penelitian.

7. Ibu Yuli selaku Kepala Seksi pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Cirebon atas bantuan dan arahannya.

8. Bapak Zuhud selaku kepala Desa Belawa beserta perangkatnya yang telah

memberikan ijin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Pengurus Kelompok Masyarakat Pengawas Kuya Asih Mandiri khususnya

Mas Dadan beserta keluarga atas bantuan, kasih sayang serta kerjasamanya.

Page 12: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

10. Riki, Toto, Pak Kusna dan segenap masyarakat Turtle Bodast atas bantuannya

dalam pengambilan data di lapangan.

11. Seluruh teman-teman mahasiswa KKH-2010 atas suasana kekeluargaan,

kekompakan, kerjasama dan kebersamaan yang tak terlupakan.

12. Kepada Pak Sofwan, Bi Umi dan Pak Udin atas segala bantuan dan pelayanan

yang diberikan.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya demi

kelancaran penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari, bahwa manusia tidak pernah luput dari kekhilafan,

begitu pula dalam tulisan ini. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk perbaikan atas kekurangan, kekeliruan dan

kelemahan yang terdapat dalam tesis ini. Semoga hasil penelitian yang dituangkan

dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Kiranya hanya Allah SWT

yang mampu memberi balasan berkah kepada semua pihak yang telah banyak

membantu penulis. Amin.

Bogor, 2012

Sunyoto

Page 13: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Juli 1974 di kota Cilacap, Provinsi Jawa

Tengah. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Bapak H.

Giman Wirodihardjo dan Hj. Ngadinah.

Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD

Negeri Bajing VIII, Kroya, Cilacap. Penulis menamatkan pendidikan menengah

pertama di SMP Negeri 1 Kroya Cilacap pada tahun 1990 dan pada tahun 1993

penulis menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri Banyumas dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang ditamatkan pada tahun 1998.

Pada saat ini penulis masih bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada

Kementerian Kehutanan sejak tahun 2000 sebagai pejabat fungsional Pengendali

Ekosistem Hutan (PEH) Ahli di Balai Taman Nasional Karimunjawa.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Sekolah Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Magister Profesi Konservasi

Keanekaragaman Hayati (KKH). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Profesi, penulis melakukan penelitian tentang Konservasi labi-labi

Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770) di Desa Belawa, Kecamatan Lemah Abang,

Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat yang dibimbing oleh Dr. Ir. Agus

Priyono Kartono M.Si sebagai Ketua dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si

sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Page 14: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

(i)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

1.3. Manfaat Penelitian ........................................................................... 2

1.4. Perumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran Penelitian ................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Habitat Labi-labi ........................................................ 5

2.2. Strategi Perkembang-biakan Satwa ................................................. 6

2.3. Manajemen Labi-labi di Daerah Urban ........................................... 7

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................ 9

3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 10

3.3. Jenis Data .......................................................................................... 10

3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 11

3.4.1. Keadaan Populasi Labi-labi .................................................... 11

3.4.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian ...................... 13

3.4.3. Pengelolaan Populasi Labi-labi ............................................. 15

3.4.4. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Labi-labi ........... 15

3.5. Metode Analisis Data ........................................................................ 16

3.5.1. Populasi Labi-labi .................. ................................................ 16

3.5.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian ....................... 17

3.5.3. Pengelolaan Populasi Labi-labi .............................................. 18

3.5.4. Persepsi Masyarakat .............................................................. 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil .................................................................................................. 19

4.1.1. Jumlah Individu, Nisbah kelamin dan Struktur Umur ............ 19

4.1.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian ...................... 21

4.1.3. Pengelolaan Populasi ............................................................. 33

4.1.4. Persepsi Masyarakat .............................................................. 43

4.2. Pembahasan ....................................................................................... 45

4.2.1. Jumlah Individu, Nisbah kelamin dan Struktur Umur ........... 45

4.2.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian ...................... 49

4.2.3. Pengelolaan Populasi ............................................................. 50

4.2.4. Persepsi Masyarakat ............................................................... 57

4.2.5. Strategi Pengelolaan Populasi dan Habitat Labi-labi ............. 59

Page 15: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

(ii)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ............................................................................................ 63

5.2. Saran .................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65

LAMPIRAN ................................................................................................... 69

Page 16: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

(iii)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Karakteristik satwa strategi-r dan strategi-K ............................................. 7

2. Ukuran labi-labi yang menjadi obyek penelitian perilaku ........................ 13

3. Klasifikasi kelas ukuran labi-labi ............................................................. 17

4. Komposisi labi-labi di Desa Belawa berdasarkan kelas umur ................. 21

5. Penggunaan waktu aktivitas harian berdasarkan kelas umur .................... 22

6. Kematian labi-labi akibat wabah penyakit pada tahun 2010 .................... 36

Page 17: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

(iv)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Skema Kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ........................... 4

2. Peta lokasi penelitian ................................................................................ 9

3. Mekanisme penandaan pada karapas labi-labi yang sekaligus

sebagai penomoran individu .................................................................... 12

4. Perbedaan bentuk dan panjang ekor labi-labi Belawa jantan dan

betina ........................................................................................................ 12

5. Penandaan obyek pengamatan perilaku labi-labi ..................................... 14

6. Sebaran populasi labi-labi pada setiap lokasi di Desa Belawa ................ 19

7. Penyebaran labi-labi di Desa Belawa ....................................................... 20

8. Persentase labi-labi di Desa Belawa berdasarkan kelas umur ................. 21

9. Pola aktivitas labi-labi di Desa Belawa ................................................... 22

10. Persentase waktu yang digunakan labi-labi untuk setiap perilaku .......... 23

11. Persentase waktu yang digunakan setiap kelas umur labi-labi

untuk setiap jenis perilaku ....................................................................... 23

12. Beberapa posisi labi-labi beristirahat di tempat yang panas ..................... 25

13. Tahapan labi-labi dewasa kawin .............................................................. 29

14. Rata-rata waktu bernafas labi-labi ............................................................ 30

15. Posisi tukik bernafas ................................................................................. 31

16. Tahapan kegiatan labi-labi membersihkan tubuhnya .............................. 32

17. Persentase sumber informasi keberadaan labi-labi di Desa Belawa......... 33

18. Struktur organisasi Kelompok Masyarakat Pengawas Kuya Asih

Mandiri .................................................................................................... 37

19. Rancangan kolam indukan labi-labi di Cikuya Desa Belawa .................. 39

20. Rancangan kolam penangkaran tukik umur 0-1 tahun ............................ 40

21. Gejala kematian tukik ............................................................................... 41

22. Tempat penetasan telur labi-labi di Desa Belawa .................................... 42

23. Piramida umur labi-labi di Desa Belawa tahun 2007 dan 2012 .............. 48

24. Beberapa lokasi penumpukan sampah masyarakat .................................. 56

Page 18: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

(v)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Sebaran populasi labi-labi di Desa Belawa berdasarkan lokasi

pengamatan ............................................................................................... 69

2. Komposisi umur dan nisbah kelamin labi-labi dewasa muda dan

dewasa di setiap lokasi pengamatan ........................................................ 70

3. Jumlah labi-labi berdasarkan kelas umur di setiap lokasi

pengamatan ................................................................................................ 71

4. Persentase alokasi waktu pada setiap jenis perilaku .................................. 72

5. Kebutuhan pakan labi-labi di kawasan Cikuya ......................................... 73

6. Panjang lebar lengkung karapas (PLK) dan lebar lengkung

karapas (LLK) labi-labi ............................................................................. 74

Page 19: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerusakan habitat mendorong spesies dan bahkan seluruh komunitas

hidupan liar menuju ambang kepunahan (Indrawan et al. 2007). Ancaman utama

keanekaragaman hayati akibat kegiatan manusia adalah kerusakan habitat,

fragmentasi habitat, degradasi habitat, perubahan iklim global, pemanfaatan

spesies berlebihan, invasi spesies-spesies asing dan meningkatnya penyebaran

penyakit (Indrawan et al. 2007). Hal tersebut mengakibatkan ekosistem alamiah

menjadi habitat yang lebih kecil dan terpecah-pecah. Daerah urban yang banyak

dihuni oleh manusia dilihat sebagai area buatan dan bukan area yang alami

(Collins et al. 2000). Kerusakan habitat dan fragmentasi habitat merupakan faktor

utama menurunnya keragaman amfibi dan reptil di Indonesia (Iskandar & Walter

2006).

Kelangsungan hidup spesies dalam berbagai lingkungan tergantung pada

kemampuan adaptasinya yang mencirikan sejarah hidupnya (Stearns 1977).

Adaptasi ini termasuk usia dan ukuran kedewasaan, fekunditas, ketahanan hidup

dan mortalitas (Williams 1966). Efek urbanisasi terhadap populasi satwa sangat

bervariasi diantara kelompok-kelompok taksonomi (Plummer & Nathan 2008).

Pengaruh urbanisasi pada populasi kura-kura air tawar sedikit sekali

informasinya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kura-kura dapat bertahan

dan lebih melimpah di daerah urban dibandingkan di kawasan yang terganggu

(Plummer et al. 2008). Menurut Kusrini et al. (2007), salah satu jenis kura-kura

yang dapat hidup di daerah urban adalah labi-labi (Amyda cartilaginea).

Salah satu lokasi yang menjadi tempat berkembangnya labi-labi adalah di

Desa Belawa Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat

(Kusrini et al. 2007). Hasil penelitian yang dilakukan Kusrini et al. (2007)

menemukan 226 individu labi-labi yang hidup di kolam-kolam dan parit milik

masyarakat lokal. Keberadaan labi-labi semakin terancam dengan adanya

pengambilan telur oleh masyarakat dan pengurangan habitat labi-labi (Kusrini et

al. 2007).

Page 20: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

2

Pada tahun 2010, terjadi wabah penyakit yang menyerang labi-labi dan

menyebabkan terjadinya penurunan populasi secara tajam (Antaranews 2010).

Labi-labi yang ada di kolam-kolam masyarakat dikumpulkan dalam satu kolam

yang berada di Kawasan Obyek Wisata Cikuya. Kawasan tersebut dikelola oleh

Kelompok Masyarakat Pengawas binaan Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Cirebon. Data populasi labi-labi pasca terjadinya wabah penyakit

hingga saat ini belum ada.

Keberadaan labi-labi di Desa Belawa yang ada di obyek wisata Cikuya dan

lahan masyarakat merupakan dua habitat labi-labi yang potensial untuk

pengembangan labi-labi. Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan satu

kajian mengenai populasi labi-labi dan upaya pengelolaannya di Desa Belawa

sehingga dapat memprediksi kelestarian A. cartilaginea di tempat tersebut.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendapatkan data dan informasi tentang populasi labi-labi (Amida

cartilaginea) setelah kasus kematian masal tahun 2010 yang meliputi jumlah

individu, nisbah kelamin dan struktur umur.

b. Memperoleh data dan informasi tentang pola aktivitas dan alokasi waktu

harian yang digunakan oleh labi-labi.

c. Mengidentifikasi upaya pengelolaan yang telah dilakukan serta persepsi

masyarakat Desa Belawa terhadap keberadaan labi-labi.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi sebagai

bahan masukan bagi stakeholders dalam pengelolaan labi-labi di Desa Belawa,

Kecamatan Lemah Abang, Kabupaten Cirebon serta penetapan kebijakan-

kebijakan terkait Amyda cartilaginea. Selain itu penelitian ini dapat memberikan

informasi tentang bagaimana satwaliar dapat hidup bersama dengan kehidupan

manusia di daerah urban.

Page 21: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

3

1.4. Perumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran Penelitian

Ancaman utama keanekaragaman hayati akibat kegiatan manusia adalah

kerusakan habitat, fragmentasi habitat, degradasi habitat, perubahan iklim global,

pemanfaatan spesies berlebihan, invasi spesies asing dan meningkatnya

penyebaran penyakit (Indrawan et al. 2007). Fragmentasi habitat mengakibatkan

ekosistem alamiah terbagi menjadi habitat yang lebih kecil dan terpecah-pecah.

Salah satu penyebab fragmentasi adalah pembangunan perumahan dan perkotaan.

Daerah urban yang banyak dihuni oleh manusia dilihat sebagai area buatan dan

bukan area yang alami (Collins et al. 2000). Keberadaan daerah urban tidak selalu

bersifat negatif bagi satwa liar yang mampu hidup berdampingan dengan manusia,

salah satunya labi-labi di Desa Belawa (Kusrini et al. 2007).

Pada tahun 2010, terjadi wabah penyakit yang menyerang labi-labi Belawa

dan menyebabkan terjadinya penurunan populasi secara tajam. Data populasi

labi-labi di Desa Belawa pasca terjadinya wabah penyakit hingga saat ini belum

ada.

Perhatian dan pengelolaan labi-labi pasca terjadinya wabah penyakit

semakin intensif agar populasi labi-labi di Desa Belawa dapat pulih kembali.

Salah satu bentuk keseriusan tersebut adalah adanya pembangunan sarana

penetasan telur dan renovasi kolam obyek wisata Cikuya serta upaya

pengelolaannya. Kebijakan pengelolaan labi-labi di kawasan Cikuya dan Desa

Belawa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pemulihan.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan guna

menjawab hal-hal sebagai berikut :

a. Bagaimanakah parameter populasi labi-labi yang meliputi jumlah individu,

nisbah kelamin dan struktur umur labi-labi di Desa Belawa, Kecamatan

Lemah Abang, Kabupaten Cirebon.

b. Bagaimanakah pola aktivitas dan alokasi waktu harian yang digunakan labi-

labi

c. Bagaimanakah upaya pengelolaan yang telah dilakukan serta persepsi

masyarakat Desa Belawa terhadap keberadaan labi-labi.

Tarumingkeng (1994) menyatakan bahwa sifat-sifat khas yang dimiliki oleh

suatu populasi adalah kerapatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian

Page 22: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

4

(mortalitas), sebaran (distribusi) umur, potensi biotik, sifat genetik, perilaku dan

pemencaran (dispersi). Parameter populasi yang utama adalah struktur populasi,

yang terdiri dari nisbah kelamin, distribusi kelas umur, tingkat kepadatan dan

kondisi fisik. Kerangka pemikiran penelitan ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran yang melandasi penelitian.

Daerah Urban Desa Belawa

Fragmentasi Habitat

Habitat Labi-labi

Populasi Perilaku Kondisi Habitat

Persepsi Masyarakat

Inventarisasi, Observasi, dan

Wawancara

Pengelolaan Populasi Labi-labi

Pemanfaatan Jasa Wisata

Analisis Kuantitatif dan Deskriptif

Kelestarian Populasi Labi-labi

di Desa Belawa

Lingkungan

Fisik

Pola Aktivitas Harian

Ukuran Populasi,

Sex Rasio, Struktur Umur

Page 23: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Habitat Labi-labi

Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

penyebaran dan produktivitas satwa liar. Habitat yang mempunyai kualitas yang

tinggi nilainya akan menghasilkan kehidupan satwa liar yang berkualitas tinggi.

Sebaliknya, habitat yang rendah kualitasnya akan menghasilkan kondisi populasi

satwaliar yang rapuh dengan daya reproduksi rendah dan mudah terserang

penyakit (Alikodra 2010).

Menurut Iskandar (2000), labi-labi umumnya dijumpai di daerah yang

tenang dan berarus lambat. Selain itu hewan ini banyak ditemukan di kolam yang

berhubungan dengan sungai atau danau. Menurut Amri & Khairuman (2002),

labi-labi lebih menyukai perairan yang tergenang dengan dasar perairan berpasir

dan sedikit berlumpur. Sungai yang menjadi habitat labi-labi adalah sungi-sungai

kecil dan sungai-sungai besar. Labi-labi hidup di sungai yang memiliki lebar

hingga 25 meter dengan kedalaman hingga 10 meter (Kusrini et al. 2009).

Pada beberapa tempat di Jawa dijumpai labi-labi di kolam alami dengan

jumlah yang besar dan dianggap keramat. Labi-labi selalu bersembunyi di dalam

lumpur atau di dalam pasir di dasar kolam atau sungai sehingga sulit ditemukan

(Iskandar 2000). Di sisi lain, labi-labi kadang-kadang menampakkan diri di atas

batu-batuan atau bagian yang tidak terendam air untuk berjemur (Amri & Toguan

2007).

Menurut Liat & Das (1999), makanan labi-labi terdiri atas serangga air,

kepiting, udang, ikan, bangkai, serta buah dan biji. Selain itu ada pula yang

makan siput (Dijk 2000). Iskandar (2000) menambahkan bahwa makanan utama

labi-labi adalah ikan tetapi tidak menolak sisa makanan manusia.

Suhu merupakan faktor penting dalam kehidupan labi-labi karena dapat

mempengaruhi metabolisme dimana pada suhu air rendah maka derajat

metabolisme akan rendah, begitu pula sebaliknya. Perubahan suhu yang tiba-tiba

dapat menyebabkan stres pada labi-labi. Suhu yang paling cocok untuk

kehidupan labi-labi adalah 22-32ºC (Amri & Khairuman 2002).

Page 24: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

6

Derajat keasaman atau pH (puisanche of the Hidrogen) merupakan ukuran

konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu

perairan. Pada siang hari, pH air akan lebih tinggi dibandingkan dengan malam

hari karena adanya proses respirasi fitoplankton. Nilai pH air yang ideal untuk

kehidupan labi-labi adalah 7-8 (Amri & Khairuman 2002).

Kekeruhan merupakan suatu ukuran kisaran biasan cahaya dalam perairan.

Kekeruhan tidak langsung membahayakan kehidupan labi-labi tetapi dapat

menghambat penetrasi sinar matahari ke dalam air. Kekeruhan yang baik untuk

labi-labi berkisar antara 20 cm hingga 40 cm (Amri & Khairuman 2002).

Kualitas habitat diduga akan mempengaruhi penyebaran kura-kura jenis

Graptemys geographica (Conner et al. 2005). Dalam penelitiannya dijumpai

perbedaan komposisi satwa tersebut di berbagai lokasi. Hal tersebut

dimungkinkan karena adanya distribusi yang tidak merata dari moluska air yang

merupakan mangsa utama satwa tersebut.

2.2. Strategi Perkembangbiakan Satwa

Menurut Tarumingkeng (1994), pada dasarnya populasi dibatasi oleh dua

faktor. Faktor tersebut adalah faktor fisik lingkungan yang bekerja tidak

tergantung kerapatan seperti adanya perubahan cuaca yang mematikan sebagian

populasi. Faktor lainnya adalah pengaturan oleh kerapatan populasi itu sendiri.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan populasi antara lain adalah

adanya kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), imigrasi dan emigrasi (Krebs

2005). Emigrasi dan kematian merupakan faktor yang menyebabkan penurunan

populasi, sedangkan imigrasi dan kelahiran berdampak pada peningkatan

populasi.

Strategi spesies dalam persaingan dengan spesies-spesies lain di habitatnya

dan untuk bertahan di lingkungannya menentukan keberhasilan spesies tersebut

mempertahankan populasinya. Secara umum spesies satwa dalam melangsungkan

hidupnya dapat dikelompokkan kedalam strategi-r dan strategi-K. Karakteristik

satwa dengan strategi-r dan strategi-K disajikan pada Tabel 1.

Page 25: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

7

Tabel 1 Karakteristik satwa strategi-r dan strategi-K

Seleksi-r Seleksi-K

Iklim Beragam, tak menentu Konstan, dapat diramalkan

Kerapatan

populasi

Sangat berfluktuasi menurut

waktu, tidak dalam

keseimbangan, dibawah K, tiap

tahun berkolonisasi

Konstan, dalam keadaan

keseimbangan, dekat K, tidak

berkolonisasi

Persaingan intra

dan antar populasi

Umumnya lamban Umumnya gesit

Seleksi mengarah

ke

a. perkembangan yang cepat

b. r tinggi

c. reproduksi lebih awal

d. ukuran badan relatif lebih

kecil

e. reproduksi per generasi satu

kali

a. perkembangan lambat

b. r rendah

c. reproduksi lambat

d. ukuran badan relatif lebih

besar

e. reproduksi berulang

Lamanya hidup Pendek, kurang dari satu tahun Lebih dari satu tahun

Strategi Produktivitas Efisiensi

Sumber: Pianka (1970, diacu dalam Krebs 1978)

2.3. Manajemen Labi-labi di Daerah Urban

Pengelolaan kura-kura di beberapa wilayah telah dilakukan terutama di

daerah urban. Hal itu ditujukan untuk memperbaiki populasi kura-kura di habitat

yang dekat dengan kehidupan manusia. Salah satu strategi untuk meningkatkan

ukuran populasi adalah dengan introduksi satwa (Spink et al. 2002). Salah satu

contoh yang dilakukan Spink et al. (2002) adalah introduksi kura-kura muda jenis

Emys marmorata yang sebagian dapat bertahan dan telah berubah morfologisnya

menjadi individu dewasa yang siap bereproduksi. Hal ini dibuktikan dengan

membedah dua kura-kura yang mati dan menemukan folikel yang telah

berkembang pada indung telur mereka.

Menurut Spink et al. (2002), elemen kunci untuk mempertahankan populasi

yang sehat E. marmorata di saluran air perkotaan tampaknya mudah dan dapat

dicapai. Elemen-elemen kunci tersebut yaitu habitat kura-kura harus

dipertahankan agar sesuai dengan persyaratan hidup kura-kura. Habitat bersarang

dan berjemur adalah dua elemen kunci yang sering hilang, dan kedua habitat

tersebut harus selalu ada dalam ekosistem yang dikelola. Kedua, adalah strategi

manajemen yang layak sehingga kematian dapat dihindari. Ketiga adalah kontrol

Page 26: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

8

terhadap populasi kura-kura yang mungkin merupakan langkah penting dalam

melindungi E. marmorata. Kontrol tersebut dapat berupa aturan pelarangan

penjualan kura-kura hidup untuk bahan makanan, penyadaran masyarakat dan

pelarangan pelepasan hewan peliharaan yang tidak diinginkan.

Plummer et al. (2008) menyarankan bahwa untuk mengkonservasi labi-labi

jenis Apalone spinifera adalah sebagai berikut: (a) memelihara kolam dan sungai

sealami mungkin, (b) memelihara koridor yang menjadi penyebaran satwa, (c)

mempertahankan proporsi daratan dan perairan, (d) menentukan langkah-langkah

untuk melindungi populasi labi-labi terutama untuk melindungi dan mengurangi

kematian labi-labi dewasa. Menurut Mitchell (1988), aktivitas manusia di daerah

urban tidak boleh mengakibatkan perbedaan stuktur dan perilaku kura-kura air

tawar dengan di daerah non urban. Tindakan sederhana seperti mempertahankan

koridor penyebaran labi-labi dari dan ke hilir sungai dapat mengurangi dampak

gangguan dari bahaya dan gangguan (Plummer et al. 2008).

Page 27: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

9

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai Juni 2012, diawali

dengan observasi lapangan pada bulan Februari 2012. Pengambilan data

dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2012 di sekitar wilayah Desa Belawa yang

terdiri dari perairan mengalir (parit/sungai) dan kolam-kolam milik masyarakat

serta kolam pengelolaan labi-labi di Desa Belawa, Cirebon, Jawa Barat. Analisis

data hasil penelitian dan penyusunan tesis dilaksanakan dari Mei sampai Juni

2012 di Kampus IPB Dramaga Bogor.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Desa Belawa

PETA LOKASI

PENELITIAN

Page 28: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

10

3.2. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Peta Desa

Belawa, peralatan inventarisasi populasi labi-labi dan peralatan pengukuran

morfometri (pita meter, benang bangunan, penggaris, seser, Global Positioning

System (GPS), kamera digital, tongkat bambu, lampu senter, stop watch dan kutek

untuk tagging). Peralatan wawancara berupa alat perekam dan alat tulis menulis.

Peralatan pengolahan dan analisis data terdiri atas note book, kalkulator, serta

perlengkapan alat tulis menulis.

3.3. Jenis Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data

primer yang diambil antara lain:

a. Parameter populasi yang meliputi jumlah individu, jenis kelamin, panjang dan

lebar karapas labi-labi.

b. Jumlah waktu yang digunakan labi-labi dalam setiap aktivitasnya.

c. Manajemen pengelolaan labi-labi meliputi sarana dan prasarana pengelolaan

labi-labi (meliputi luas dan bentuk kolam, luas dan kapasitas tempat

peneluran), pengelolaan pakan, penanganan telur, aturan-aturan yang terkait

pengelolaan labi-labi.

d. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan labi-labi.

Data sekunder yang diambil berupa:

a. Data dan informasi hasil penelitian sebelumnya

b. Peta kawasan dan kondisi umum lokasi

c. Informasi dari instansi terkait dan masyarakat yang ada di lokasi penelitian

mengenai pengelolaan yang meliputi sejarah adanya labi-labi di Desa Belawa,

perkembangan populasi dari sebelum terjadi wabah penyakit hingga saat ini,

jumlah dan struktur umur labi-labi yang mati akibat wabah penyakit.

Page 29: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

11

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Keadaan Populasi Labi-labi

3.4.1.1. Jumlah Individu Labi-labi

Pengambilan data populasi dilakukan secara sensus pada seluruh habitat

labi-labi di Desa Belawa yakni: kolam milik masyarakat, kolam wisata Cikuya

dan parit atau sungai. Data yang diambil meliputi panjang dan lebar karapas serta

jenis kelamin labi-labi.

Inventarisasi dilakukan dengan cara menangkap labi-labi Belawa yang ada

di kolam dan parit. Penangkapan individu di kolam Cikuya dengan membuang air

kolam dan penangkap masuk ke kolam untuk mencari keberadaan labi-labi. Labi-

labi yang ditemukan ditangkap dengan menggunakan seser. Pencarian di kolam

masyarakat dilakukan dengan pengamatan dan menunggu munculnya labi-labi ke

permukaan air. Inventarisasi di parit dilakukan dengan cara menyisir parit dan

menggunakan batang bambu untuk menakut-nakuti sehingga labi-labi keluar dari

lumpur atau tempat persembunyiannya. Labi-labi yang terlihat diambil dengan

menggunakan seser, diukur karapasnya, ditandai dan dilepaskan kembali di

tempat ditemukan labi-labi tersebut.

Penandaan pada karapas menggunakan kutek dengan membuat garis tebal di

bagian-bagian karapas. Penandaan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

penghintungan ganda (double counting) pada saat inventarisasi. Penandaan labi-

labi dikombinasikan berdasarkan jumlahnya (Kusrini et al. 2007). Penomoran

dimulai dari karapas bagian atas seperti pada penomoran jam. Tanda pada sudut

30° menyatakan nomor 1, sudut 60° menyatakan nomor 2. Tanda pada sudut 90°,

120, 150°, dan 180° secara berturut-turut menyatakan nomor 3,4,5 dan 10. Tanda

garis pada karapas sebelah kiri yakni sudut 210°, 240°, 270°, 300°, 330° dan 360°

secara berturut-turut untuk penandaan nomor 20, 30, 40, 50, 100 dan 200.

Mekanisme penomoran ini dapat digunakan untuk penomoran individu sampai

urutan ke-465 (Gambar 3).

Page 30: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

12

Gambar 3 Mekanisme penandaan pada karapas labi-labi yang sekaligus sebagai

penomoran individu.

3.4.1.2. Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin diperoleh dari perbandingan jenis kelamin jantan dan betina.

Penentuan jenis kelamin labi-labi didasarkan atas bentuk dan ukuran ekor (Kusrini

et al. 2007). Individu jantan memiliki ekor yang lebih panjang dan ramping

sedangkan labi-labi betina memiliki ekor yang lebih pendek dan tebal. Menurut

Oktaviani (2007), perbedaan bentuk dan ukuran ekor antara jantan dan betina

lebih jelas pada individu dewasa yakni yang mempunyai Panjang Lingkar Karapas

(PLK) ≥ 25 cm. Penentuan jenis kelamin labi-labi seperti disajikan pada Gambar

4.

Gambar 4 Perbedaan bentuk dan panjang ekor labi-labi Belawa jantan dan betina

(Diambil dari Kusrini et al. 2007).

200 1

2

3

4

5 10 20

40

30

100

50

Page 31: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

13

3.4.1.3. Struktur Umur

Panjang karapas merupakan indikator yang baik bagi pertumbuhan

dibandingkan dengan lebar karapas (Prey 1981, diacu dalam Alviola 2003).

Pengukuran panjang dan lebar karapas labi-labi dilakukan dengan metode

curveline (Nuitja 1992). Pada metode ini pengukuran dilakukan mengikuti lekung

karapas labi-labi. Untuk memudahkan dalam pengukuran karapas maka kepala

labi-labi dimasukkan kedalam karapasnya (theca) agar tidak menggigit.

Pengukuran karapas menggunakan benang yang kemudian dikonversi pada

penggaris.

3.4.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian

Pengambilan data aktivitas harian dan distribusi waktu labi-labi dengan

menggunakan metode focal animal sampling (Colgan 1978). Metode ini

merupakan metode pengamatan perilaku satwa dengan cara mengamati satu

individu untuk mewakili kelompoknya. Satwa yang menjadi obyek pengamatan

adalah empat individu labi-labi yang terdiri dari tukik, remaja, dewasa muda dan

dewasa yang mewakili setiap kelas umur labi-labi. Ukuran Panjang Lengkung

Karapas (PLK) dan Lebar Lengkung Karapas (LLK) untuk setiap obyek

pengamatan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Ukuran labi-labi yang menjadi obyek penelitian perilaku

Kelas Umur PLK (cm) LLK (cm) Jenis Kelamin

Dewasa 37,3 28,8 Betina

Dewasa Muda 22,3 17,4 Jantan

Remaja 13,7 11,6 Belum diketahui

Tukik 5,8 4,7 Belum diketahui

Penandaan labi-labi dengan cara memberikan kutek pada karapas bagian

atas, hidung dan lehernya (Gambar 5). Penandaan ini dilakukan sebelum

pengamatan perilaku dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan

dalam mengenali obyek sehingga obyek dapat diamati dan berbeda dari individu

lainnya. Pengamatan dilaksanakan selama 24 jam mulai pukul 05:00 sampai

pukul 05:00 hari berikutnya. Aspek perilaku yang diamati adalah alokasi waktu

Page 32: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

14

labi-labi untuk melakukan aktivitas makan, berendam di lumpur, berenang,

bernafas, membersihkan tubuh, kawin, berkelahi dan istirahat.

Aktivitas makan didasarkan pada aktivitas mengambil makanan pertama kali

hingga kegiatan mengambil makanan berhenti. Aktivitas berendam di lumpur

adalah aktivitas labi-labi di dasar kolam dimana labi-labi tidak berada di darat

maupun permukaan air. Aktivitas berenang adalah aktivitas di dalam air tanpa

mengeluarkan hidungnya ke udara untuk bernafas. Aktivitas bernafas adalah

aktivitas labi-labi di permukaan air atau di dalam lumpur dengan cara

mengeluarkan hidungnya ke luar air dimana perhitungan lama waktu bernafas

dimulai dari labi-labi mengeluarkan hidung hingga memasukakan hidungnya

kembali ke air. Aktivitas istirahat didefinisikan sebagai aktivitas labi-labi di

dalam air tanpa mengeluarkan hidung atau berlumpur.

Gambar 5 Penandaan obyek pengamatan perilaku labi-labi a) tukik, b) remaja, c)

dewasa muda dan d) dewasa.

Aktivitas membersihkan tubuh adalah aktivitas labi-labi untuk membuang

lumpur di karapas dengan cara membalikan tubuhnya sehingga bagian karapas

atas berada di bawah. Aktivitas kawin yaitu aktivitas labi-labi jantan naik ke

karapas betina untuk melakukan perkawinan hingga keduanya terpisah. Aktivitas

berkelahi adalah aktivitas menggigit atau mengejar labi-labi lain untuk

menggigitnya.

Dalam pengamatan perilaku labi-labi, diamati pula lokasi dimana labi-labi

beraktivitas. Lokasi tersebut dikelompokkan menjadi empat tipe yaitu daratan

dekat taman kolam, pinggir tembok, permukaan air dan dasar kolam. Pengamatan

pola aktivitas harian dan distribusi penggunaan waktu dilakukan oleh satu tim

yang terdiri dari 5 orang. Hal ini dilakukan agar semua lokasi dapat teramati

sehingga tidak terjadi keadaan dimana labi-labi target tidak terpantau

keberadaannya.

b) a) c) d)

Page 33: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

15

3.4.3. Pengelolaan Populasi Labi-labi

Data dan informasi pengelolaan labi-labi di Desa Belawa dan obyek wisata

Cikuya diperoleh dari wawancara mendalam dengan para informan dan observasi

lapangan. Didalam pelaksanaan wawancara peneliti tidak terlampau terikat pada

aturan-aturan yang ketat seperti adanya kuisioner. Peneliti hanya menggunakan

alat berupa pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok yang ditanyakan

(Ashshofa 2007).

Wawancara dimulai dari informan pangkal dengan pertimbangan bahwa

informan yang dipilih adalah pelaku baik individu maupun lembaga yang dinilai

mengerti permasalahan. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap informan

dari orang-orang yang menurut informan sebelumnya merupakan orang yang

mengetahui informasi yang dibutuhkan (snowball sampling). Beberapa informan

yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi di Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Kuwu/Kepala Desa Belawa, perangkat Desa

Belawa (5 orang), sesepuh desa (5 orang) dan pengelola obyek wisata Cikuya (5

orang).

Observasi di lapangan dilakukan terhadap sarana dan prasarana seperti

kolam pemeliharaan dan penetasan telur labi-labi di kawasan Cikuya. Pengamatan

bentuk kolam dilakukan dengan cara pengamatan bentuk luar dan dalam kolam.

Luas kolam dilakukan dengan mengukur sisi-sisi kolam yang berbentuk

heksagonal. Selain itu juga diukur luas daratan di dalam kolam tersebut. Data

sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-

dokumen hasil penelitian, laporan serta data pendukung lainnya yang berkaitan

dengan populasi labi-labi Belawa.

3.4.4. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Labi-labi

Persepsi masyarakat Desa Belawa terkait keberadaan labi-labi diketahui

dengan membuat kuisioner yang dibagikan ke responden-responden. Wilayah

desa dibagi dalam 3 blok yaitu blok timur, tengah dan barat. Responden dipilih

secara acak yang menyebar di seluruh blok. Metode yang digunakan untuk

menentukan jumlah responden yaitu (Slovin 1960, diacu dalam Sevilla et al.

1993).

Page 34: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

16

n = 21 Ne

N

Notasi n = Jumlah responden, N = ukuran populasi (kepala keluarga) dalam waktu

tertentu, e = nilai kritis (batas ketelitian 0,1).

Jumlah responden mengacu pada data Desa Belawa tahun 2010 yaitu

terdapat 1700 kepala keluarga (kk) yang dikompilasi dengan rumus di atas.

Berdasarkan rumus di atas sampel yang harus diambil minimal sebanyak:

n = 2)1,0(17001

1700

x

= 94,44

95

Jumlah responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 97 responden

dimana satu kuisioner diisi oleh kepala keluarga atau yang mewakilinya.

3.5. Metode Analisis Data

3.5.1. Populasi Labi-labi

3.5.1.1. Jumlah Populasi

Perhitungan jumlah populasi menggunakan persamaan:

N

= k

iix

Notasi 𝑁 = jumlah populasi (individu), k =jumlah kolam yang terdapat labi-labi,

xi = jumlah labi-labi pada kolam ke- i (individu).

3.5.1.2. Perbandingan Jenis Kelamin (Nisbah kelamin)

Nisbah kelamin yang diperoleh kemudian dianalisis dari perbandingan jenis

kelamin jantan dan betina. Untuk memperoleh nisbah kelamin menggunakan

persamaan sebagai berikut (Kartono 2000):

nnx

xRyxRyZR iiii

)1.(

)2(.ˆ

2

222

2/

Notasi R = jumlah jantan:jumlah betina,

x = rata-rata jumlah betina, yi = jumlah

jantan pada ku ke-i, xi = jumlah betina pada ku ke-i, n = banyaknya kolam.

Page 35: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

17

3.5.1.3. Struktur Umur

Struktur umur labi-labi diklasifikasikan berdasarkan kelas ukuran panjang

karapas labi-labi. Menurut Kusrini et al. (2007), labi-labi (Amyda cartilaginea)

dapat diklasifikasikan kedalam empat kelas umur yakni tukik, remaja, dewasa

muda dan dewasa seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Klasifikasi kelas ukuran labi-labi

Kelasa Umur Panjang Lengkung Karapas (cm)

Tukik ≤ 5,9

Remaja 6 -19,9

Dewasa Muda 20 - 24,9

Dewasa ≥ 25

3.5.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian

Analisis data dilakukan dengan cara menyusun tabulasi data hasil

pengamatan. Hal ini untuk menghitung persentase aktivitas harian dan alokasi

waktu yang digunakan untuk aktivitas harian labi-labi. Persentase masing-masing

aktivitas dihitung dengan rumus sebagai berikut (Walpole 1993, Johnson & Gouri

1987):

iF = %100xk

xi

Notasi Fi = persentase jenis aktivitas ke-i (%), xi = aktivitas jenis ke-i (menit), k =

jumlah waktu untuk seluruh aktivitas (menit). Persentase setiap aktivitas pada

setiap individu target, selanjutnya dihitung persentase waktu rata-rata aktivitas labi-

labi dengan menggunakan rumus:

iF = N

Fn

i

i1

Notasi Fi = persentase aktivitas obyek pengamatan ke-i (%), n = jumlah obyek

pengamatan (ind.), N = jumlah total obyek pengamatan (ind.).

Page 36: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

18

3.5.3. Pengelolaan Populasi Labi-labi

Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan pengelolaan populasi

labi-labi di Desa Belawa dan Taman Wisata Cikuya. Hasil observasi dan

wawancara dengan informan dibandingkan dengan literatur yang ada.

Perhitungan luas kolam dengan menggunakan rumus:

L = 6

2

AxT

Notasi L = luas segi enam (m²), A = panjang alas / sisi heksagonal (m), t = jarak

sisi dari pusat heksagonal (m). Luas daratan di dalam kolam yang berbentuk

lingkaran diperoleh dengan menggunakan rumus :

𝐴 = 𝜋𝑟2

Notasi A = luas lingkaran/daratan (m²), 𝜋 = 3,14, r = jarak tepi daratan ke pusat

lingkaran (m).

3.5.4. Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Labi-labi

Analisis data kuisioner tentang persepsi masyarakat dilakukan dengan cara

menyusun tabulasi data hasil pengamatan. Hal ini untuk menghitung persentase

masyarakat dari pertanyaan-pertanyaan kuisioner yang dibagikan dengan rumus

sebagai berikut (Walpole 1993, Johnson & Gouri 1987):

iF = %100xN

n

Notasi Fi = persentase masyarakat yang menjawab pertanyaan ke-i (%), n =

jumlah responden yang memilih jawaban sesuai pertanyaan ke-i (KK), N = jumlah

responden (KK).

Page 37: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Jumlah Individu, Nisbah Kelamin dan Struktur Umur

Pada penelitian ini ditemukan 177 individu labi-labi yang sebagian besar

terkonsentrasi pada kolam-kolam di obyek wisata Cikuya yaitu pada kolam

penetasan, kolam pembesaran 1-3 dan kolam Cikuya. Jumlah labi-labi di kawasan

obyek wisata Cikuya berjumlah 166 individu, sedangkan yang ditemukan di

habitat alami yakni kolam-kolam masyarakat dan parit sebanyak 11 individu yang

tersebar dalam 6 lokasi. Keenam lokasi tersebut yaitu di kolam masyarakat,

Sungai Cikuya 1, Sungai Cikuya 2 (Curug/jumbleng), Sungai Cipinang, Sungai

Legon Bulan dan Sungai Kopo (Gambar 6).

19

48

50

12

37

1 3 2 212Kolam Penetasan

Kolam Pembesaran 1

Kolam Pembesaran 2

Kolam Pembesaran 3

Kolam Cikuya

Kolam Masyarakat

Sungai Cikuya 1

Sungai Cikuya 2 (curug)

Sungai Cipinang

Sungai Legon Bulan

Sungai Kopo

Gambar 6 Sebaran populasi labi-labi pada setiap lokasi di Desa Belawa.

Labi-labi di Desa Belawa berdasarkan informasi dari masyarakat sebenarnya

lebih banyak dari yang ditemukan, namun setelah dilakukan pengamatan di

lokasi-lokasi tersebut tidak semuanya ditemukan labi-labi. Penyebaran labi-labi

di Desa Belawa disajikan pada Gambar 7. Labi-labi yang ditemukan saat ini

relatif terisolasi antar satu sub populasi dengan populasi lainnya dengan jumlah

sub populasi berkisar 1-3 individu kecuali untuk labi-labi yang ada di kawasan

Page 38: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

20

Obyek Wisata Cikuya yang iumlahnya berkisar 19-50 individu. Kolam-kolam

yang terdapat di dalam Obyek Wisata Cikuya telah dibuat permanen dengan

dikelilingi tembok yang tidak dapat dinaiki oleh labi-labi, demikian juga sebagian

besar dari kolam-kolam ikan masyarakat.

Legon Bulan

Cikembang

Mungkal

Cangkir

Cipeujeh Kulon

Ciawi Asih

Panongan Lor

Kedung Banteng

Kikamar

S. Ciwadok

Cigayam

Pangadegan Wetan

Cikelepuh

Traman Gaok

Indra Mukti

Garawuan

Garawuan Kidul

Kopo

Munjul

Gumulung Tonggoh

Geger Kemuning

Tonggoh

Legenda:

: Lokasi ditemukan labi-labi

: Keberadaan labi-labi

berdasarkan informasi dari

masyarakat

: Ditemukan jejak labi-labi

: Kolam Cikuya

: Sungai

: Jalan Raya Wangkelang-

Cipeujeuh Kulon

Gambar 7 Penyebaran labi-labi di Desa Belawa.

Labi-labi yang hidup di sungai Cikuya (curug) berjumlah dua individu dan

hanya satu yang diketahui jenis kelaminnya. Labi-labi tersebut berjenis kelamin

betina dan satu individu lainnya masih remaja. Nisbah kelamin labi-labi dewasa

di Desa Belawa (1:2,22) ± 0,19 dan dewasa muda (1:0,67) ± 0,00. Nisbah

kelamin dewasa menunjukkan bahwa labi-labi betina lebih banyak dibandingkan

dengan labi-labi jantan. Di sisi lain, labi-labi dewasa muda jantan lebih tinggi

dibandingkan dengan dewasa muda betina.

Page 39: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

21

Struktur umur labi-labi di Desa Belawa dibedakan atas kelas umur tukik,

remaja, dewasa muda dan dewasa. Jumlah labi-labi di setiap kelas umur tersebut

disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi labi-labi di Desa Belawa berdasarkan kelas umur

Kelas Umur PLK (cm) Jumlah Labi-labi di (ind.)

Kolam Penangkaran Alam Total

Tukik ≤ 5,9 87 1 88

Remaja 6 -19,9 48 6 54

Dewasa Muda 20 - 24,9 6 1 7

Dewasa ≥ 25 25 3 28

Jumlah: 166 11 177

Jumlah labi-labi pada kelas umur tukik sebanyak 88 individu, remaja 54

individu, dewasa muda 7 individu dan labi-labi dewasa sebanyak 28 individu.

Persentase labi-labi didominasi oleh kelas umur tukik dan remaja yakni sebanyak

49,72% dan 30,51% (Gambar 8). Tukik yang ada sebagian besar berada di kolam

penangkaran, sedangkan di alam hanya satu individu saja. Labi-labi dewasa muda

mempunyai jumlah yang paling sedikit dibandingkan dengan kelas umur lainnya

yakni hanya sebanyak 3,95%. Kelas umur dewasa muda merupakan kelas umur

terganggu.

49,72%

30,51%

3,95%

15,82%

Tukik

Remaja

Dewasa Muda

Dewasa

Gambar 8 Persentase labi-labi di Desa Belawa berdasarkan kelas umurnya.

4.1.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian

Pengamatan perilaku labi-labi dilakukan pada empat individu labi-labi yang

terdiri dari tukik, remaja, dewasa muda dan dewasa yang mewakili setiap kelas

Page 40: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

22

umur labi-labi. Pola aktivitas labi-labi di keempat obyek pengamatan disajikan

pada Gambar 9.

Gambar 9 Pola aktivitas labi-labi di Desa Belawa.

Aktivitas labi-labi cenderung lebih banyak berdiam diri dalam lumpur serta

istirahat pada waktu malam hingga siang hari. Ketika sore hari, labi-labi mulai

beraktivitas untuk mencari makan. Labi-labi dewasa dan dewasa muda lebih

banyak melakukan kegiatan istirahat dan berdiam diri dalam lumpur pada malam

hingga pagi hari yakni pukul 22:00 hingga 15:00 WIB. Ketika labi-labi dewasa

berdiam diri dalam lumpur, labi-labi remaja banyak melakukan istirahat di tempat

yang panas pada siang hingga sore hari. Pada saat labi-labi dewasa mulai

beraktivitas dengan melakukan perpindahan dari tempat satu ke tempat lainnya,

labi-labi remaja cenderung berdiam diri di dalam lumpur.

Tabel 5 Penggunaan waktu aktivitas harian berdasarkan kelas umur

KU

Lama Perilaku (detik)

Istirahat Berlumpur Makan Berenang Kawin Bernafas Berkelahi Bersih

Tubuh

Tukik 0 56729 0 0 0 29671 0 0

Remaja 15385 67132 0 3135 0 748 0 0

Dewasa Muda

47563 32028 41 2384 0 4384 0 0

Dewasa 39977 31414 242 3680 889 10173 11 14

Jumlah 102925 187303 283 9199 889 44976 11 14

Berenang

Bernafas

Istirahat

Berdiam

diri dalam

lumpur

Page 41: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

23

Distribusi waktu yang digunakan labi-labi selama satu hari pada setiap kelas

umur di setiap jenis perilaku berbeda-beda (Tabel 5). Aktivitas labi-labi bisa

dikelompokkan dalam delapan jenis perilaku yaitu berlumpur, istirahat, makan,

berenang, kawin, bernafas, berkelahi dan bersih tubuh. Satwa ini mengalokasikan

waktunya secara tidak merata. Jenis perilaku dominan adalah berlumpur,

istirahat, bernafas dan berenang. Alokasi waktu yang digunakan labi-labi untuk

masing-masing jenis aktivitas disajikan pada Gambar 10.

29,782%

54,196%

0,257%

13,014% 0,003%0,004%

0,082%

2,662%

Istirahat

Berlumpur

Makan

Berenang

Kawin

Bernafas

Berkelahi

Bersih Tubuh

Gambar 10 Persentase waktu yang digunakan labi-labi untuk setiap perilaku.

Labi-labi dewasa, dewasa muda dan remaja lebih banyak mengalokasikan

waktunya untuk aktivitas istirahat, berlumpur berenang dan bernafas (Gambar 11),

sedangkan tukik hanya mengalokasikan waktunya untuk dua jenis kegiatan yaitu

berlumpur dan bernafas. Kegiatan berlumpur mencapai 65,66%, sedangkan

perilaku bernafas hanya 34,34%.

Gambar 11 Persentase waktu yang digunakan setiap kelas umur labi-labi untuk

setiap jenis perilaku.

Page 42: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

24

Labi-labi remaja melakukan aktivitas hariannya sebanyak empat jenis

perilaku. Perilaku tersebut yaitu berlumpur, berenang, bernafas dan istirahat. Di

sisi lain labi-labi dewasa muda melakukan lima jenis perilaku. Kelima jenis

perilaku tersebut yaitu berlumpur, istirahat, makan, berenang dan bernafas.

Perilaku yang ditunjukkan oleh labi-labi dewasa merupakan perilaku yang

lengkap yakni terdiri dari delapan jenis perilaku. Perilaku-perilaku tersebut yaitu,

istirahat, berlumpur, makan, berenang, kawin, bernafas dan berkelahi. Jenis

perilaku yang dominan yaitu istirahat, berlumpur, bernafas dan berenang dengan

alokasi waktu 98,66%. Keempat perilaku lainnya yakni kawin, makan, berkelahi

dan bersih tubuh dilakukan hanya sebanyak 1,34%.

4.1.2.1. Perilaku Istirahat

Labi-labi dewasa muda lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk

beristirahat yaitu berdiam diri di dalam air dibandingkan dengan labi-labi dewasa,

remaja dan tukik. Labi-labi dewasa muda dan dewasa mengalokasikan lebih dari

40% waktunya untuk beristirahat. Di sisi lain, labi-labi kelas umur tukik tidak

mengalokasikan waktunya untuk beristirahat. Tukik lebih banyak berdiam diri

dalam lumpur sambil bernafas.

Labi-labi remaja dan dewasa muda cenderung istirahat di dinding tembok

dan pinggir taman kolam pada waktu pagi hari. Diduga hal ini dilakukan untuk

menghindari labi-labi dewasa yang berukuran lebih besar. Labi-labi remaja

beristirahat selama 83 hingga 6.058 detik. Di sisi lain, kegiatan istirahat

merupakan kegiatan yang paling dominan dilakukan oleh labi-labi dewasa muda

yaitu selama 47.563 detik dalam sehari atau sebesar 55,05%. Kegiatan ini

dilakukan di dinding kolam dengan cara mencengkeramkan kakinya di dinding

kolam. Pada saat pagi hingga sore hari labi-labi dewasa cenderung untuk

berlumpur. Labi-labi tersebut berada di tempat yang dangkal dengan kedalaman

air 12,8-13,1 cm sehingga tubuhnya mendapat cahaya yang lebih banyak guna

menghangatkan tubuhnya.

Perilaku istirahat dilakukan labi-labi setelah berenang atau ketika menjelang

tidur. Labi-labi dewasa muda tidur dengan posisi kepala kebawah dan kaki-

kakinya dicengkeramkan ke dinding tembok. Perilaku ini dilakukan pada pukul

Page 43: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

25

02:41 sampai pukul 05:00. Labi-labi dewasa lebih banyak istirahat pada waktu

siang hari yakni pukul 14:04 hingga pagi hari pukul 05:00 labi-labi. Kegiatan

beristirahat disertai kegiatan berenang dan bernafas.

Perilaku beristirahat juga ditunjukkan oleh labi-labi remaja yang hidup di

parit (habitat alami). Labi-labi remaja pada pagi hari jam 09:00 terlihat berada di

tempat dangkal. Labi-labi berada di atas batu atau daratan yang dangkal agar

mudah bernafas (Gambar 12).

Terdapat 2 ekor labi-labi dewasa yang dan 1 ekor labi-labi remaja yang lebih

sering menghangatkan tubuhnya dengan naik ke daratan taman kolam. Satwa

tersebut naik dan mencari lokasi yang kering. Labi-labi terkadang juga hanya

naik ke daratan dan langsung turun ke air lagi. Selain itu, kegiatan beristirahat

juga dilakukan di pinggir daratan taman yang ada di dalam kolam. Hal ini

dilakukan agar labi-labi mudah untuk bernafas dan menghindari labi-labi yang

lebih besar.

Gambar 12 Beberapa posisi labi-labi beristirahat di tempat yang panas; a) labi-

labi remaja di kolam Cikuya, b) labi-labi remaja di parit, c) & d)

labi-labi di kolam Cikuya yang beristirahat di darat.

4.1.2.2. Perilaku Berdiam Diri Dalam Lumpur

Labi-labi banyak mengalokasikan waktunya untuk berdiam diri dalam

lumpur. Alokasi waktu yang digunakan labi-labi sebanyak 54,196%. Ini

menunjukkan bahwa labi-labi banyak berdiam diri, bahkan labi-labi remaja lebih

dari 70% waktunya untuk berlumpur. Labi-labi dewasa berlumpur dari pagi hari

hingga sore hari.

b) a)

d) c)

Page 44: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

26

Labi-labi remaja berlumpur di tempat yang dangkal, sementara labi-labi

dewasa berlumpur di tempat yang lebih dalam. Pemilihan lokasi tersebut diduga

untuk kenyamanan labi-labi dalam berlumpur. Saat labi-labi berlumpur tidak

hanya menenggelamkan tubuhnya ke lumpur, namun sesekali harus bernafas

dengan mengeluarkan hidungnya ke udara atau keluar dari lumpur dan air.

Diduga ukuran panjang leher labi-labi menjadi faktor penentu pemilihan

kedalaman air tertentu untuk berlumpur.

Tanda-tanda awal ketika labi-labi berlumpur terlihat dari masuknya labi-labi

ke lumpur. Kegiatan ini menciptakan adanya gelembung-gelembung udara yang

cukup besar hingga labi-labi tidak melakukan pergerakan lagi untuk

menenggelamkan diri di lumpur. Semakin besar ukuran labi-labi, maka

gelembung udara juga makin banyak dan besar. Labi-labi tukik dan remaja dalam

berlumpur sedikit mengeluarkan gelembung.

Kegiatan berlumpur labi-labi berfungsi pula untuk perlindungan labi-labi

dari bahaya. Labi-labi remaja berlumpur lebih lama dibandingkan dengan labi-

labi dewasa dan dewasa muda. Hal ini untuk menghindari dari penyerangan labi-

labi lebih tua. Fungsi berlumpur untuk menyembunyikan diri, juga terlihat ketika

kolam dikuras dimana tidak terlihat satu indvidupun labi-labi karena

menenggelamkan diri ke dalam lumpur sehingga seolah-olah dalam kolam

tersebut tidak ada labi-labi.

Labi-labi akan keluar dari lumpur bila merasa terancam, atau jika lumpur

mengering dan tidak ada airnya lagi. Hal ini disebabkan labi-labi membutuhkan

air untuk menjaga kelembabannya. Pemilihan lokasi berlumpur diduga untuk

menjaga keamanan dari labi-labi yang lebih besar.

Tukik dalam melakukan kegiatan sekali berlumpur tanpa bernafas selama 25

hingga 5.254 detik. Rata-rata waktu yang digunakan tukik untuk melakukan

kegiatan berlumpur adalah 766,6 detik. Lama waktu tukik untuk melakukan

sekali perilaku bernafas adalah 4 hingga 3.985 detik dengan lama waktu rata-rata

406,45 detik.

Labi-labi remaja banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan berlumpur

yaitu selama 67.132 detik dalam satu hari atau sebanyak 77,70%. Kegiatan ini

dilakukan labi-labi remaja pada sore hari hingga siang hari yaitu pada pukul 16:19

Page 45: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

27

sampai pukul 11:12. Labi-labi dalam berlumpur diselingi dengan kegiatan

bernafas, kecuali pada pukul 23:43 hingga 05:05 labi-labi tidak bernafas. Hal ini

diduga labi-labi tidur dimana kepala labi-labi disandarkan ke lumpur dan

badannya masuk ke dalam lumpur.

Kegiatan berlumpur labi-labi remaja lebih banyak dilakukan di tempat yang

dangkal yaitu di lumpur yang digenangi sedikit air dengan ketinggian air 5 cm.

Hal ini dengan tujuan agar labi-labi akan mudah untuk bernafas. Lokasi

berlumpur labi-labi remaja terlindungi oleh bebatuan yang diduga untuk

melindungi tubuhnya dari serangan labi-labi yang lebih besar.

Kegiatan berlumpur labi-labi dewasa muda dilakukan selama 32.028 detik

atau sebanyak 37,07%. Kegiatan ini dicirikan dengan keluarnya gelembung udara

saat labi-labi masuk ke dasar kolam. Labi-labi dewasa muda berlumpur dua kali

yaitu pada pagi sampai siang hari yaitu pada pukul 05:00 sampai 11:48 dan pukul

18:10 sampai 21:48.

Labi-labi dewasa berlumpur sebanyak dua kali yaitu pagi dari pukul 05:00

sampai 14:02 dan malam hari pada pukul 19:49 sampai 19:57. Kegiatan

berlumpur dilakukan dengan memasukkan badannya ke dalam lumpur dan

sesekali menjulurkan lehernya ke atas agar hidungnya keluar air untuk bernafas.

Setelah berlumpur, tubuh labi-labi dewasa banyak dipenuhi lumpur terutama pada

karapas bagian atas sehingga labi-labi melakukan kegiatan bersih tubuh.

4.1.2.3. Perilaku Makan

Labi-labi di kolam Cikuya makan pada waktu sore hari yaitu sekitar pukul

17.00 karena pada jam ini pengelola memberi makanan berupa ayam mentah

sebanyak 0,5 kg. Secara serentak labi-labi datang ke lokasi tempat makanan.

Labi-labi dewasa lebih berani untuk datang mendekati tempat makanan

dibandingkan dengan labi-labi dewasa muda dan remaja. Labi-labi dewasa

mendekati makanan walaupun masih ada orang yang sedang memotong-motong

makanan tersebut. Pengamatan menunjukkan pada sore hari yakni pada pukul

17:49 labi-labi makan selama 242 detik.

Perilaku makan dilakukan dengan cara labi-labi naik ke daratan dimana

pengelola meletakkan ayam mentah yang telah dipotong-potong kecil. Setelah

Page 46: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

28

makan labi-labi istirahat diselingi dengan aktivitas berenang dan bernafas.

Makanan diambil labi-labi dengan mulutnya secara cepat lalu dibawa ke air atau

tempat lain yang aman sebelum ditelan utuh. Hal ini dikarenakan untuk

menghindari makanan direbut oleh labi-labi lainnya.

Labi-labi dewasa mengambil lebih banyak makanan daripada labi-labi

dewasa muda. Labi-labi remaja tidak makan bersamaan dengan labi-labi dewasa,

namun terlihat makan sisa-sisa makanan yang jatuh ke air dan sela-sela batu yang

tidak dimakan oleh labi-labi dewasa dan dewasa muda. Hal ini diduga karena

labi-labi remaja takut kepada labi-labi yang lebih besar. Walaupun demikian,

labi-labi remaja lainnya yang bukan menjadi obyek pengamatan terlihat berani

untuk berebut makanan bersama labi-labi dewasa. Perilaku makan tukik tidak

teramati dan makanan yang diberikan masih banyak hingga pengamatan berakhir.

Satu hari setelah pengamatan makanan tersebut habis dan diduga tukik makan

pada waktu malam hari.

4.1.2.4. Perilaku Berenang

Labi-labi berenang dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas.

Labi-labi akan berenang ke tempat yang lebih dangkal dan terkena sinar matahari

untuk berjemur atau berenang ke pinggir taman kolam dan dinding pagar kolam

untuk beristirahat.

Labi-labi berenang selain untuk memilih tempat tertentu, juga untuk

menghindari dari ancaman atau bahaya dari labi-labi yang lebih besar. Labi-labi

remaja dan dewasa muda bahkan labi-labi dewasa akan berenang dengan cepat

untuk menghindari labi-labi yang lebih besar. Hal ini ditunjukkan oleh labi-labi

remaja yang mengubah aktivitas beristirahat menjadi berenang saat didekati labi-

labi yang lebih besar. Labi-labi dewasa yang sedang berlumpur, tiba-tiba

berenang karena ada labi-labi besar yang mau menggigit lehernya.

Labi-labi dewasa lebih sering berenang pada pukul 16:00 hingga 17:00

dibandingkan waktu lainnya. Selama 60 menit, labi-labi berenang hingga 12 kali.

Di sisi lain, labi-labi dewasa hanya berenang 1-8 kali setiap jamnya, bahkan

dalam beberapa jam labi-labi tidak berenang.

Page 47: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

29

Labi-labi remaja lebih aktif pada waktu siang hingga sore hari yaitu pada

pukul 11:12 hingga pukul 16:19. Labi-labi melakukan kegiatan pergerakan yakni

berenang dan kegiatan istirahat yang disertai dengan bernafas dengan

mengeluarkan hidungnya ke udara.

4.1.2.5. Perilaku Kawin

Labi-labi akan melakukan perkawinan di saat memasuki musim kawin.

Labi-labi di Desa Belawa kawin pada bulan April dan Mei. Tiga obyek

pengamatan yaitu labi-labi tukik, remaja dan dewasa muda tidak melakukan

kegiatan perkawinan, hanya satu obyek pengamatan yaitu labi-labi dewasa yang

melakukan perkawinan.

Perilaku kawin labi-labi yang teramati sebanyak 3 kali, namun dari tiga kali

pengamatan perilaku kawin hanya satu kali saja sang jantan berhasil mengawini

labi-labi betina. Labi-labi betina menghindar atau berlari saat labi-labi jantan

sudah menaiki karapas betinanya sebanyak dua kali. Perilaku kawin terkadang

didahului dengan pengejaran labi-labi betina oleh labi-labi jantan jika sang betina

menghindar.

Perilaku kawin diawali dengan naiknya labi-labi jantan ke atas karapas labi-

labi betina. Labi-labi jantan sesekali menggigit karapas atas labi-labi betina untuk

pegangan. Labi-labi betina sebelum dinaiki oleh labi-labi jantan menyandarkan

tubuhnya ke di dinding kolam. Perilaku ini diamati pada pukul 15:49 hingga

16:03. Aktivitas ini diakhiri dengan lepasnya gigitan labi-labi jantan dan

memasukkan kepalanya ke lehernya yang disertai dengan kegiatan berputar-putar.

Akibat gigitan ini maka pada karapas akan terdapat bekas-bekas gigitan berwarna

putih. Tahapan labi-labi kawin disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Tahapan labi-labi dewasa kawin.

Page 48: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

30

Lama waktu labi-labi untuk melakukan aktivitas kawin yaitu 836 detik.

Selama waktu pengamatan, labi-labi menunjukkan aktivitas kawin sebanyak 3 kali

namun pada pukul 14:25 dan 17:31, labi-labi jantan tidak berhasil mengawini

labi-labi betina karena labi-labi betina lari menghindari labi-labi jantan walaupun

labi-labi jantan telah naik ke karapas labi-labi betina.

4.1.2.6. Perilaku Bernafas

Labi-labi bernafas dengan cara mengeluarkan hidungmya ke luar permukaan

air. Labi-labi akan lebih lama bernafas ketika tidak ada gangguan. Hal ini

ditunjukkan oleh labi-labi tukik yang berada dalam kolam pembesaran dimana

dalam satu kolam berisi hanya satu kelas ukuran saja. Rata-rata waktu bernafas

tukik adalah 106,45 detik.

Labi-labi dewasa bernafas sebanyak 101 kali, dewasa muda 68 kali dan

remaja 44 kali. Rata-rata waktu yang digunakan labi-labi dewasa, dewasa muda

dan remaja disajikan pada Gambar 14. Rata-rata waktu yang digunakan labi-labi

dewasa lebih banyak dibandingkan labi-labi dewasa muda dan remaja. Semakin

besar ukuran labi-labi maka akan semakin merasa tidak takut untuk bernafas. Hal

ini disebabkan dalam bernafas labi-labi mengeluarkan lehernya yang terkadang

digigit oleh labi-labi yang lebih besar.

406,45

17

64,47100,72

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Tukik Remaja Dewasa

Muda

Dewasa

Kelas Umur

Lam

a A

kti

vit

as

(deti

k)

Gambar 14 Rata-rata waktu bernafas labi-labi.

Page 49: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

31

Waktu yang digunakan labi-labi dalam sekali bernafas selama beberapa

detik hingga ribuan detik bahkan labi-labi dewasa bernafas hingga 2408 detik.

Lama waktu bernafas dipengaruhi juga oleh keadaan sekeliling labi-labi. Jika

terdapat gangguan seperti keberadaan orang maka labi-labi akan bernafas dalam

beberapa detik saja.

Selama pengamatan perilaku, tukik tidak melakukan perpindahan tempat.

Tukik berlumpur dengan menenggelamkan tubuhnya ke pasir dan membuat

lubang untuk mengeluarkan hidungnya ke air. Diantara waktu berlumpur, tukik

melakukan kegiatan bernafas yaitu dengan mengeluarkan hidungnya ke udara.

Cara ini lebih banyak dilakukan oleh beberapa tukik, namun terdapat tukik yang

mengeluarkan hidung dan kepalanya saat bernafas (Gambar 15).

Gambar 15 Posisi tukik bernafas; (a) mengeluarkan kepala, (b) hanya

mengeluarkan hidung, labi-labi dewasa bernafas; (c) dalam posisi

berlumpur, (d) istirahat.

4.1.2.7. Perilaku Berkelahi

Labi-labi di kolam Cikuya akan melakukan perkelahian jika bertemu dengan

labi-labi yang lain yang hampir sama ukurannya. Perilaku ini ditujukan untuk

merebut tempat yang dikehendaki oleh labi-labi secara bersamaan. Mereka saling

bersaing untuk memperebutkan atau memperoleh ruang yang dibutuhkan.

(a) (b)

(c) (d)

Page 50: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

32

Perilaku berkelahi lebih ditunjukkan oleh labi-labi dewasa. Hal ini

dikarenakan labi-labi dewasa hampir memiliki ukuran karapas yang sama. Labi-

labi remaja dan dewasa muda yang ukurannya lebih kecil akan memilih

menghindar bila datang labi-labi dewasa sehingga tidak digigit oleh labi-labi yang

lebih besar.

4.1.2.8. Perilaku Membersihkan Tubuh

Perilaku membersihkan tubuh adalah perilaku labi-labi untuk

menghilangkan lumpur yang ada di karapasnya. Labi-labi setelah berlumpur dan

keluar ke air dipenuhi oleh lumpur yang banyak. Lumpur-lumpur tersebut bahkan

menempel di karapas labi-labi terutama di karapas bagian atas. Lumpur yang

menempel tersebut tentunya mengganggu pergerakan labi-labi dan labi-labi

merasa lebih berat sehingga perlu dibuang.

Labi-labi dewasa muda, remaja dan tukik tidak melakukan kegiatan

membersihkan diri. Di sisi lain, labi-labi dewasa melakukan aktivitas ini. Labi-

labi dewasa muda, remaja dan tukik setelah berlumpur terdapat lumpur yang

menempel, namun ketika keluar dari lumpur dan berenang dalam air lumpur-

lumpur tersebut terkikis oleh air sehingga lumpur tersebut jatuh ke air. Lumpur

yang menempel dan terbawa oleh labi-labi dewasa jumlahnya banyak sehingga

sebelum melakukan aktivitas lainnya labi-labi membuang lumpur tersebut dengan

membalikan tubuhnya sehingga lumpur tersebut jatuh ke air. Kegiatan bersih

tubuh dilakukan labi-labi dewasa selama 14 detik. Kegiatan membersihkan tubuh

dilakukan dengan membalikan badan labi-labi dimana karapas bagian atas terletak

dibawah dan ventralnya (plastron) di bawah, sehingga lumpur-lumpur yang

berada di karapas labi-labi berjatuhan ke dalam air (Gambar 16).

Gambar 16 Tahapan kegiatan labi-labi membersihkan tubuhnya; (a) labi-labi

dipenuhi lumpur, (b) Labi-labi memiringkan tubuhnya, (c) Labi-labi

membalikan tubuhnya.

(a) (b) (c)

Page 51: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

33

4.1.3. Pengelolaan Populasi

4.1.3.1. Sejarah Keberadaan Labi-labi di Desa Belawa

Awal mula keberadaan labi-labi di Desa Belawa banyak dipercaya

masyarakat merupakan jelmaan dari Alquran yang disobek-sobek oleh santri yang

sedang kecewa. Pada awalnya mitos ini menceritakan adanya seseorang yang

memiliki wajah dengan dua warna yaitu hitam dan merah sehingga pemuda

tersebut berguru di pesantren di desa ini. Oleh gurunya agar wajahnya dapat

normal maka diperintahkan untuk banyak membaca Alquran. Pada saat gurunya

pergi santri tersebut membaca di atas batu yang sebelahnya terdapat sumur.

Setelah lama membaca ternyata wajah santri tersebut tidak berubah dan akhirnya

Alquran tersebut disobek-sobek dan dibuang ke air. Menurut mitos sobekan

Alquran tersebut berubah menjadi labi-labi kecil yang banyak dan wajah santri

tersebut telah berubah menjadi normal.

55,74%31,15%

1,64%6,56%

3,28% 1,64%

Orang Tua

Kakek/Nenek

Paman

Teman

Sesepuh Desa

Internet

Gambar 17 Persentase sumber penyebaran cerita adanya labi-labi di Desa Belawa.

Ada mitos lain yang juga dipercaya oleh masyarakat bahwa keberadaan labi-

labi di Desa Belawa merupakan jelmaan Alquran kecil yang dibuang oleh seorang

Kyai. Kyai tersebut membuang Alquran yang sering dipakai untuk mengajarkan

ilmu kepada santri-santrinya. Suatu hari sang Kyai membuang Alquran kecil

tersebut karena telah hafal Alquran dan tidak memerlukannya dalam mendidik

murid-muridnya. Alquran kecil tersebut dipercaya berubah menjadi labi-labi.

Page 52: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

34

Keberadaan labi-labi di Desa Belawa dipercaya merupakan jelmaan dari

Alquran yang disobek-sobek. Cerita ini diketahui oleh sebanyak 62,89%

masyarakat desa. Di sisi lain, terdapat 37,11% masyarakat desa yang tidak

mengetahuinya. Cerita adanya labi-labi di Desa Belawa diketahui masyarakat

dari orang tua, teman, sesepuh desa, kakek/nenek, paman dan internet. Persentase

sumber informasi penyebaran cerita adanya labi-labi di Desa Belawa disajikan

pada Gambar 17 .

Masyarakat tidak mengetahui secara pasti kapan mulai adanya labi-labi di

Desa Belawa. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan sesepuh desa

bahwa sejak mereka kecil sudah terdapat labi-labi di desa tersebut. Menurut

informasi dari kepala desa Belawa yang bertanya kepada orang yang paling tua di

desa tersebut sejak lahirnya yakni pada tahun 1900-an sudah ada labi-labi di Desa

Belawa. Kepercayaan bahwa labi-labi keramat membuat labi-labi tidak

dimanfaatkan dan banyak pengunjung yang mencari berkah dengan minum air

sumur yang dipercaya keberadaan labi-labi putih.

Labi-labi hidup di daerah Cikuya baik di kolam Cikuya, kolam-kolam

masyarakat atau sungai. Labi-labi yang berada di kolam masyarakat hidup

berdampingan dengan ikan-ikan peliharaan masyarakat sedangkan yang di sungai

hidup dan makan dari sisa-sisa makanan orang. Berdasarkan hasil wawancara dan

pengamatan langsung, labi-labi hidup di kolam-kolam ikan masyarakat dan tidak

memakan ikan yang dipelihara. Labi-labi makan makanan yang diberikan pemilik

kolam untuk ikannya seperti pellet, nasi sisa makanan orang, limbah manusia serta

ikan-ikan yang hampir mati ataupun sudah mati.

Jumlah labi-labi pada tahun 1980-an masih melimpah bahkan labi-labi

sering datang menghampiri masyarakat ketika mereka sedang mencuci makanan

seperti ubi, ayam dan makanan lainnya. Jika ada yang memotong ayam, banyak

labi-labi yg berada di kolam akan naik karena mencium bau darah. Pada saat

panen ikan di kolam, labi-labi yang berada di kolam juga ikut makan ikan-ikan

kecil yang sudah tidak berenang karena tidak ada airnya. Berdasarkan informasi

dari masyarakat, pada tahun 1950 hingga 1980-an banyak labi-labi di Desa

Belawa yang memiliki panjang lengkung karapas (PLK) hingga 1 meter. Labi-

labi yang besar dijadikan hewan mainan yang dapat dinaiki oleh anak usia 6

Page 53: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

35

tahun. Jumlah labi-labi pada masa tersebut sangat banyak dan bertelur di lahan-

lahan penduduk. Diinformasikan pula bahwa karena terlalu banyaknya jumlah

labi-labi di Desa Belawa, satwa ini berpindah-pindah hingga ke jalan raya dan

banyak labi-labi yang tertabrak mobil.

Labi-labi yang kini masih hidup di kolam masyarakat serta sungai-sungai di

Desa Belawa merupakan sisa-sisa labi-labi yang dulu hidup secara alami di

kolam-kolam masyarakat. Pada tahun 2008 kuya-kuya yang ada di kolam-kolam

masyarakat dikumpulkan di satu kolam Cikuya. Kolam ini merupakan kolam

yang dikeramatkan sehingga masyarakat tidak akan berani mengambilnya. Labi-

labi yang terkumpul berjumlah 117 ekor. Selain labi-labi lokal, pada kolam ini

dimasukkan juga kura-kura Brasil (Trachemys scripta elegans) dan labi-labi Cina

(Pelodiscus sinensis).

Keberadaan labi-labi di kolam Cikuya dijadikan sebagai obyek wisata yang

banyak dikunjungi pengunjung. Para pengunjung sering member makanan berupa

kerupuk dan ikan asin kepada labi-labi. Kios-kios makanan banyak dibangun di

dekat kolam untuk melayani pengunjung. Untuk menambah ramainya obyek

wisata maka didekat kolam Cikuya dibangun kandang-kandang satwa lainnya

seperti beruk, monyet, ular dan beberapa jenis burung.

Berdasarkan data yang ada di POKMASWAS (Kelompok Masyarakat

Pengawas) Kuya Asih Mandiri, pada bulan Pebruari 2010 terjadi kematian labi-

labi sebanyak 212 individu yang disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri

(Tabel 6). Kematian massal tersebut diduga disebabkan oleh bakteri Aeromonas

hydrophila, Edwardsiella tarda, Saprolegnia sp. dan Aspergilus sp. Labi-labi

yang paling banyak mati adalah kelas umur tukik. Labi-labi yang masih hidup

yaitu sebanyak 30 ekor dipindahkan ke kolam masyarakat. Dari 30 ekor labi-labi

yang dipindahkan hanya 9 ekor saja yang dapat bertahan. Akibat serangan dan

jamur tersebut, kolam Cikuya dikeringkan selama 3 bulan. Pengisian labi-labi ke

kolam Cikuya dilakukan secara bertahap. Mula-mula kolam diisi dengan 1 ekor

labi-labi, setelah labi-labi tersebut tidak mati secara bertahap labi-labi yang ada di

kolam-kolam masyarakat dikumpulkan kembali. Pada saat ini labi-labi yang ada

di kolam Cikuya berjumlah 37 ekor. Pada saat terjadinya wabah penyakit, tukik

yang tersisa berjumlah 39 ekor yang terdiri 25 ekor tukik sakit yang ditebar ke

Page 54: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

36

kolam-kolam masyarakat dan 14 ekor tukik sehat yang saat ini berada di kolam

pembesaran 3.

Berdasarkan keterangan dari pengelola bahwa pada tahun 2011, labi-labi

yang bertelur di kolam cikuya sedikit dan hanya ada 9 ekor tukik. Tukik-tukik

tersebut dilepas ke kolam-kolam masyarakat karena ada indikasi terserang jamur.

Labi-labi remaja yang ditemukan di sungai-sungai diduga merupakan labi-labi

yang dulu dilepas pada tahun 2010 dan 2011.

Tabel 6 Kematian labi-labi akibat wabah penyakit pada tahun 2010

Kelas Umur Labi-labi Perkiraan Umur

(tahun)

Banyaknya

Kematian (ind.)

Dewasa > 80 7

Produktif 3-20 80

Tukik 0-1 125

Jumlah: 212

*Data diambil dari catatan Dadan Hendrawan (Pengurus POKMASWAS)

Selain labi-labi lokal (Amyda cartilaginea) ditemukan juga labi-labi jenis

lain yakni labi-labi Cina (Pelodiscus sinensis) sebanyak satu individu. Labi-labi

ini memiliki Panjang Lengkung Karapas (PLK) 22,9 cm dan Lebar Lengkung

Karapas (LLK) 19,9 cm. Labi-labi Cina ditemukan di salah satu kolam

masyarakat yang berdekatan dengan kolam Cikuya. Berdasarkan informasi dari

masyarakat labi-labi Cina tersebut merupakan labi-labi yang dulu pernah

dipelihara oleh pengelola namun telah dibuang ke parit.

4.1.3.2. Struktur Organisasi Pengelola

Labi-labi (Amyda cartilaginea) yang kerap disebut kura-kura belawa

ditetapkan sebagai fauna identitas Kabupaten Cirebon berdasarkan Surat

Keputusan Bupati No.522.51/SK.29-PEREK/1993 tentang Penetapan Identitas

Flora dan Fauna Daerah Kabupaten Tingkat II Cirebon. Kabupaten Cirebon

berkeinginan untuk melindungi keanekaragaman dan keunikan labi-labi di Desa

Belawa sehingga melalui Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Cirebon nomor

13 tahun 1997 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menetapkan Desa Belawa

sebagai Kawasan Suaka Margasatwa.

Page 55: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

37

Pengelolaan labi-labi di Desa Belawa dilakukan oleh Kelompok Masyarakat

Pengawas (POKMASWAS) Kuya Asih Mandiri. Kelompok ini dibentuk melalui

Surat Keputusan Bupati Cirebon Nomor 523/Kep.596-Dislakan/2008 tentang

Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas Pemanfaatan Sumber Daya

Kelautan dan Perikanan. Susunan pengurus POKMASWAS Kuya Asih Mandiri

disajikan pada Gambar 18. Tujuan pembentukan kelompok ini adalah sebagai

pelaksana pengawasan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan khususnya labi-labi, menampung usulan dan

membina kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian labi-labi serta untuk

mengelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan jenis labi-labi.

Gambar 18 Struktur organisasi Kelompok Masyarakat Pengawas Kuya Asih

Mandiri.

Pengurus Pokmaswas menjalankan tugas-tugasnya antara lain dengan

meningkatkan fungsi kolam Cikuya sebagai tempat wisata labi-labi hingga tahun

2010 . Masyarakat juga menyewa kios-kios yang dibangun oleh pengelola. Para

pengunjung yang masuk ke kawasan Cikuya dikenakan tarif retribusi sebesar Rp

Pembina:

Kadin Kelautan & Perikanan Kab.

Cirebon

Muspika Lemah Abang

Kuwu Belawa

Ketua:

Dudi Fathurohman

Bendahara:

Dadan Hendarman

Sekretaris:

Oo Sugiartu

Bidang Pengawasan:

Koordinator: Eya DS

Anggota : Kartim

Saryam

Nano S

Adih

Bidang Pelestarian:

Koordinator: Kusna

Anggota : Abidin

Yayat

Darnya

Riki

Bidang Usaha:

Koordinator: Asep D.

Anggota : Yayat S.

Ahyadi

Iman N.

Irfan

Dedi

Page 56: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

38

2.000,00. Pada tahun 2010 kegiatan wisata di desa ini terhenti akibat jumlah

populasi labi-labi yang menajdi obyek wisata turun drastis akibat serangan

penyakit. Pengurus Pokmaswas juga tidak semuanya aktif lagi.

Pada saat ini hanya 3 orang pengurus POKMASWAS yang masih aktif yaitu

Dadan, Kusna dan Riki. Kepedulian mereka kepada pelestarian labi-labi sangat

tinggi. Riki bertugas untuk merawat labi-labi yang ada di kolam Cikuya dan

menarik retribusi kepada pengunjung, Kusna bertugas melakukan survey labi-labi

di kolam-kolam masyarakat dan Dadan sebagai pengambil kebijakan jika ada

permasalahan terkait pengelolaan labi-labi.

Pencarian labi-labi di kolam-kolam masyarakat dan parit dilakukan

pengelola secara kontinyu. Labi-labi yang ditemukan akan ditangkap dan

dimasukan ke kolam-kolam di kawasan Cikuya. Pengelola juga akan melakukan

survey jika ada masyarakat yang melaporkan keberadaan labi-labi di tempat lain.

Pokmaswas Kuya Asih Mandiri dibawah binaan Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Cirebon. Dua orang pengurus yaitu Dadan dan Kusna

mendapatkan honor setiap bulannya sebesar Rp 150.000,00 dan bantuan

pemberian pakan labi-labi sebanyak Rp 400.000,00 per bulan. Pengelola mencari

tambahan dana pengelolaan melalui penarikan tiket retribusi.

4.1.3.3. Pengelolaan Kolam

4.1.3.3.1. Kolam Cikuya

Kolam Cikuya adalah kolam pemeliharaan yang dibangun oleh Yayasan

Bina Lingkungan pada tahun 1997. Pembangunan kolam pemeliharaan ditujukan

agar labi-labi tidak berkeliaran serta untuk menjaga keamanannya. Labi-labi yang

ada di kolam-kolam masyarakat mulai dikumpulkan dan dimasukkan dalam kolam

ini. Pengumpulan labi-labi dimulai tahun 2008 hingga akhirnya terjadi kematian

masal pada tahun 2010. Pengumpulan labi-labi dilakukan kembali setelah

terjadinya wabah penyakit.

Kolam ini berbentuk segi enam dengan luas total 192,75 m² yang terdiri dari

luas daratan 71,11 m² dan luas perairan 121,64 m² (Gambar 19). Kolam ini

dikelilingi oleh pohon-pohon yang besar sehingga kolam menjadi teduh. Kolam

Cikuya dialiri air secara langsung dari mata air didekat kolam tersebut. Pada sisi

Page 57: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

39

kolam lainnya terdapat saluran pembuangan sehingga air tetap mengalir.

Ditengah-tengah kolam terdapat daratan seperti taman dalam kolam yang

berbentuk lingkaran yang berfungsi untuk tempat berjemur labi-labi dan lokasi

bertelur. Vegetasi yang menyusun taman kolam meliputi beringin (Ficus

benjamina) sebanyak sebanyak 3 batang, Srirejeki (25 batang), talas (3 batang),

talas hitam (1 batang) dan tanaman padi-padian 1 (batang).

Kolam Pemeliharaan Cikuya merupakan kolam utama dalam pelestarian

labi-labi di Desa Belawa. Pengelolaan kolam ini meliputi pembersihan sampah

dan serasah yang masuk ke kolam, pembersihan tempat peneluran dari rumput-

rumputan serta penggantian air kolam. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh

pengurus Pokmaswas Kuya Asih Mandiri, namun dalam intensitas yang tidak

pasti. Selain itu, pengelola juga memberikan pakan kepada labi-labi secara rutin.

Gambar 19 Rancangan kolam Cikuya Desa Belawa.

Pemberian pakan dilakukan sehari sekali berupa ayam sebanyak 0,5 kg per

hari. Pemberian pakan biasanya dilakukan pada sore hari jam 17.00 atau pada

pagi hari jam 07.00. Selain itu, diberikan pula singkong sebagai pakan

tambahannya. Hal ini dilakukan karena anggaran untuk pemberian pakan

sebanyak Rp 400.000 per bulan.

Page 58: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

40

4.1.3.3.2. Kolam Penangkaran

Kolam penangkaran adalah kolam yang dibangun oleh Dinas Pariwisata,

Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon pada tahun 2009. Kolam

ini berfungsi untuk memelihara labi-labi yang berumur 0-3 tahun. Kolam

penangkaran terdiri dari 3 kolam yang saat ini 2 kolam untuk pembesaran tukik

yang berumur 0-1 tahun dan 1 kolam untuk pembesaran labi-labi berumur 2-3

tahun.

Ukuran bagian dalam ketiga kolam tersebut adalah 285 cm x 22 cm. Kolam

1 dan 2 digunakan untuk pemeliharaan tukik. Kolam ini terdiri dari 3 bagian

yaitu pasir yang tidak tergenang air (tinggi pasir lebih tinggi dari tinggi air), pasir

yang terendam air dan bagian yang hanya berisi air. Bagian yang berisi pasir yang

tidak tergenang berukuran 175 cm x 78 cm sedangkan yang tergenang berukuran

230 cm x 47 cm (Gambar 20).

Gambar 20 Rancangan kolam penangkaran tukik usia 0-1 tahun.

Ketinggian air di kolam 1 dan 2 adalah 6,3 cm. Ketinggian pasir di bagian

yang terendam air adalah 4,3 cm dan yang tidak terendam adalah 7,2 cm. Bagian

kolam yang berisi pasir yang tidak terendam ditujukan untuk tempat berjemur

labi-labi sedangkan yang terendam air untuk tempat berlumpur. Ketiga kolam

tersebut ternaungi atap asbes dan tidak terdapat sinar matahari yang langsung ke

kolam tersebut.

Pembersihan atau penggantian air di kolam penangkaran dilakukan rata-rata

1 minggu sekali agar air terbebas dari jamur dan bakteri, namun bila terdapat

Page 59: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

41

tukik yang teridentifikasi terserang jamur atau bakteri, maka dilakukan

pembersihan dan penggantian air. Pembersihan kolam biasanya hanya mengganti

air namun jika ada labi-labi yang terserang jamur, maka kolam dikuras dan

dibersihkan dengan menggunakan pembasmi kuman. Pembersihan kolam dan

penggantian air memerlukan waktu yang cukup lama yaitu hingga 2 jam. Hal ini

disebabkan saluran pembuangan air kolam yang kecil sehingga air tidak cepat

habis.

Tukik yang sakit atau terserang jamur dan bakteri dibersihkan dan direndam

dalam PK (Pembasmi Kuman) yang telah dicampur dengan air. Pembasmi kuman

yang digunakan adalah Kalium Permanganat. Tukik-tukik yang terserang jamur

atau bakteri dijadikan satu kolam untuk dikarantinakan atau dipisah dari yang

sehat. Biasanya pengelola memisahkannya di bak plastik dan membawanya

pulang. Hal ini dikarenakan tidak adanya tempat/kolam untuk karantina. Selain

itu, bila dirumah dapat dilakukan penanganan secara intensif.

Gambar 21 Gejala kematian tukik; a) luka berwarna putih, b) luka berwarna

kemerahan, b) tukik direndam dalam larutan air dan pembasmi

kuman.

Kematian tukik terjadi setiap tahunnya dan pada tahun 2012 terdapat 35 ekor

tukik yang mati. Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Stasiun

Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Cirebon

bahwa pada tukik yang mati terdapat serangan jamur Saprolegniaceae serta

bakteri Citrobacter freundii dan Aeromonas hydrophila. Gejala adanya luka-luka

di tubuhnya, luka berlendir dengan warna luka putih dan kemerahan, aktivitas

lemah dan sering berada di darat (Gambar 21).

Kolam Penangkaran 3 merupakan kolam pembesaran labi-labi yang berumur

2-3 tahun. Kolam 3 ini berisikan pasir yang dicampur dengan tanah sebagai dasar

kolam. Ketinggian lumpur di kolam 3 adalah 6,2 cm dan ketinggian air 7,3 cm.

a) b) c)

Page 60: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

42

Pembersihan dan penggantian air di kolam 3 tidak dilakukan dalam jangka waktu

yang pasti. Penggantian air dilakukan hanya ketika dirasa air sudah kotor dan

berbusa.

4.1.3.3.3. Penanganan Telur Labi-labi

Labi-labi bertelur di kolam Cikuya (kolam induk) yakni di daratan kolam

yang berisi campuran pasir dan tanah. Telur labi-labi yang ada di kolam Cikuya

dibawa ke tempat penetasan. Tempat penetasan telur labi-labi merupakan ruangan

yang tertutup dimana dalam ruangan tersebut terdapat 3 bak penetasan yang

berukur 64 cm x 56 cm. Bak penetasan tersebut berisikan ember/baskom

berdiameter 50 cm yang berisikan pasir yang digenagi air. Ember tempat

meletakkan telur berdiameter 37 cm yang berisikan pasir murni dengan ketinggian

pasir 20,8 cm (Gambar 22).

Gambar 22 Tempat penetasan telur labi-labi di Desa Belawa.

Pengambilan telur labi-labi dilakukan secara langsung jika pengelola

mengetahui adanya labi-labi yang bertelur, namun bila telur tersebut baru

diketahui keesokan harinya maka telur tersebut dibawa pada hari disaat

ditemukannya telur. Pengelola membawa telur-telur labi-labi dengan

menggunakan ember yang berisi pasir atau keresek untuk diletakkan di ember

tempat penetasan telur. Telur-telur tersebut dimasukkan kedalam ember yang

telah diisi pasir kemudian ditata secara memutar dan ditutupi pasir yang tipis.

Page 61: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

43

Setelah tertutup, kemudian pasir tersebut disirami air untuk menjaga kelembaban.

Penyiraman pasir penetasan telur dilakukan 2 hari sekali yang dilakukan pada sore

atau pagi hari menggunakan botol air mineral yang telah dilubangi bagian atasnya.

Pada bagian atas ember penetasan diterangi dengan lampu 5 watt untuk

memberikan suhu yang diinginkan. Suhu pasir pada bak penetasan adalah 27,9

°C.

Labi-labi bertelur tidak dalam waktu yang bersamaan, sehingga bila terdapat

labi-labi yang menetas lagi maka telur-telur tersebut diletakkan di sebelah telur

yang lama. Telur-telur yang lama dirapatkan agar dapat menampung telur yang

baru. Pada bak penetasan terdapat 3 ember penetasan dan jika banyak telur-telur

yang baru, maka telur-telur yang lama disatukan dalam satu ember. Hal ini

bertujuan agar telur-telur yang akan menetas berada dalam satu ember sehingga

akan mudah diketahui ember mana yang telurnya akan menetas. Pengelola secara

rutin yaitu setiap hari akan memonitor bak penetasan.

Dibawah ember penetasan terdapat baskom yang lebih besar berisikan pasir

dan air agar tukik labi-labi yang baru menetas dapat langsung bersentuhan dengan

air. Bila pada keesokan harinya telah diketahui menetas maka tukik dipindahkan

ke kolam tukik yang berukuran 68 cm x 56 cm hingga plasenta yang menempel

pada tukik terlepas. Setelah plasenta terlepas tukik-tukik tersebut dipindahkan ke

kolam penangkaran.

Kegiatan penetasan telur labi-labi biasanya dilakukan di rumah-rumah

pengelola, namun sejak adanya kolam penetasan yang dibangun pada tahun 2011

penetasan telur dilaksanakan di areal Cikuya. Pada tahun ini labi-labi mulai

bertelur pada bulan Agustus sampai februari dengan jumlah total telur labi-labi

sebanyak 187 butir. Telur-telur yang berhasil menetas sebanyak 115 butir.

4.1.4. Persepsi Masyarakat

Masyarakat Desa Belawa mengetahui keberadaan labi-labi atau yang sering

disebut kuya atau kura-kura secara langsung. Seluruh responden yang berjumlah

97 responden pernah melihat labi-labi secara langsung. Mereka melihat labi-labi

di kolam baik kolam masyarakat maupun kolam Cikuya. Terdapat 3,09 % yang

pernah melihat labi-labi di kolam dan parit/sungai yang ada di Desa Belawa.

Page 62: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

44

Masyarakat Desa Belawa mempunyai kepercayaan bahwa labi-labi

merupakan satwa yang dikeramatkan. Namun berdasarkan hasil quisioner

sebanyak 5,15 % masyarakat pernah mengkonsumsi daging labi-labi. Mereka

memperolehnya dari sungai/parit, kolam dan diberi neneknya sewaktu masih

kecil.

Selain itu mereka juga ada yang pernah mengkonsumsi telur labi-labi.

Masyarakat yang pernah mengkonsumsi telur labi-labi adalah sebanyak 10,31%.

Mereka mendapatkan telur labi-labi dari kolam atau kebun mereka sendiri. Selain

itu ada pula yang membelinya dari teman atau tetangga dengan harga yang

bervariasi yakni berkisar antara Rp 2.000,00 hingga Rp 15.000,00 per butir.

Masyarakat Desa Belawa sangat mempercayai manfaat mengkonsumsi telur

labi-labi. Manfaat atau khasiat yang paling dipercayai adalah dapat meningkatkan

stamina dan vitalitas. Selain itu khasiat yang lain adalah dapat menyuburkan

kandungan, menghilangkan pegal-pegal dan sakit pinggang serta berkhasiat

sebagai obat untuk segala macam penyakit.

Keberadaan labi-labi di Desa Belawa dirasakan masyarakat telah membawa

manfaat bagi masyarakat desa. Adanya labi-labi di Desa Belawa telah

menjadikan desa mereka banyak dikunjungi pendatang, sehingga suasana desa

menjadi ramai. Manfaat lain yang dirasakan adalah terciptanya peluang usaha di

Desa belawa yaitu dapat berdagang untuk memenuhi kebutuhan pengunjung serta

dapat meningkatan pendapatan desa.

Labi-labi di Desa Belawa ada yang hidup di kolam-kolam masyarakat.

Mereka (62,51%) lebih banyak bersikap untuk membiarkannya berada di kolam

mereka. Ada pula masyarakat yang ingin mengeluarkan dari kolam mereka

(29,17%) dan ada pula yang akan menyerahkan ke pengelola untuk dimasukkan

ke kolam Cikuya (8,33%).

Sikap masyarakat desa bila menemukan labi-labi di kolam orang lain atau di

parit/sungai sangat bervariasi. Sebagian besar mereka memilih untuk

membiarkannya. Selain itu ada pula yang akan menangkapnya untuk dipelihara

atau diserahkan ke pengelola. Ada pula sikap masyarakat yang memilih untuk

melaporkan saja ke pengelola yakni POKMASWAS Kuya Asih Mandiri.

Masyarakat tidak ada yang berkeinginan untuk menjualnya.

Page 63: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

45

Seluruh masyarakat menghendaki agar keberadaan labi-labi di Desa Belawa

dapat dipertahankan. Sebanyak 93,81 % menghendaki adanya aturan untuk

melindungi labi-labi dari pemanfaatan telur dan daging labi-labi, sedangkan

5,15% tidak setuju adanya aturan tersebut. Mereka berkeinginan agar labi-labi

dapat berkembangbiak, meningkatnya kepedulian dan perhatian dari masyarakat,

perangkat desa dan pemerintah terhadap keberadaan labi-labi, perbaikan sarana

dan prasarana pengelolaan serta adanya sangsi-sangsi terhadap orang yang

mengambil/mencuri labi-labi. Terdapat pula masyarakat yang menginginkan agar

labi-labi di habitatnya dibiarkan saja. Di sisi lain, masyarakat juga setuju bila ada

pemanfaatan labi-labi. Terdapat 63,92% masyarakat yang setuju adanya

pemanfaatan tersebut.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Jumlah Individu, Nisbah kelamin dan Struktur Umur

Populasi labi-labi di Desa Belawa saat ini berjumlah 177 individu terdiri

atas 166 individu berada di kolam buatan di kawasan Cikuya dan 11 individu di

habitat alami yaitu di kolam dan parit masyarakat. Penelitian Kusrini et al. (2007)

menemukan 226 individu dimana 6 individu terdapat di kolam Cikuya dan 220

individu berada di kolam masyarakat.

Jumlah populasi labi-labi di Desa Belawa berpotensi untuk dapat

berkembang pesat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, labi-labi bertelur

sebanyak 7 butir dalam satu kali peneluran. Menurut Liat & Das (1999), jumlah

telur labi-labi antara 5 - 30 butir, sedangkan menurut Iskandar (2000) sekitar 40

butir. Dalam satu tahun, satu individu betina dapat bertelur hingga empat kali

(Iskandar 2000). Labi-labi dapat bertelur dengan mudah bahkan Shepherd (2000)

menyatakan bahwa labi-labi (Amyda cartilaginea) sering bertelur di dalam

kontainer ketika akan diekspor.

Labi-labi pada tahun 2007 sebagian besar berada di habitat alaminya yaitu

di kolam-kolam masyarakat, namun saat ini telah berubah. Labi-labi lebih banyak

terkonsentrasi di kawasan Cikuya dibandingkan dengan yang di alam. Sedikitnya

hasil inventarisasi labi-labi di kolam-kolam masyarakat dan di parit/sungai diduga

Page 64: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

46

disebabkan oleh sulitnya menemukan tukik di alam karena tukik berukuran kecil

dan mudah bersembunyi.

Parameter populasi yang penting untuk menentukan keberhasilan

perkembangbiakan adalah nisbah kelamin. Jika labi-labi di Desa Belawa

semuanya jantan, maka tidak akan terjadi kelahiran/natalitas. Pembedaan jenis

kelamin labi-labi dapat dilakukan setelah masuk usia dewasa dan dewasa muda

yaitu yang memiliki panjang lengkung karapas lebih dari 20 cm. Labi-labi yang

ada di Desa Belawa tidak semuanya dapat diketahui jenis kelaminnya. Labi-labi

yang berada di kawasan Obyek Wisata Cikuya (kolam Cikuya) dapat dibedakan

jenis kelaminnya, sedangkan labi-labi yang hidup di kolam penetasan dan

pembesaran belum dapat dibedakan karena masih berusia tukik dan remaja. Labi-

labi yang hidup di tempat lainnya tidak dapat diketahui jenis kelaminnya dari

panjang dan bentuk ekornya karena tidak dapat ditangkap. Hal ini disebabkan

kolam-kolam masyarakat banyak diberi bambu dan ranting-ranting untuk menjaga

agar ikan tidak dicuri orang. Selain itu kolam masyarakat masih banyak ikannya

sehingga tidak diijinkan untuk dikuras atau ditangkap labi-labinya karena akan

mengganggu ikan peliharaannya. Pendugaan jenis kelamin dilakukan dengan

melihat permukaan karapas. Berdasarkan pengalaman masyarakat setempat, labi-

labi jantan cenderung memiliki karapas yang relatif datar sedangkan betina

memiliki karapas yang cembung. Nisbah kelamin labi-labi dewasa di Desa

Belawa (1:2,22) ± 0,19 dan dewasa muda (1:0,67) ± 0,00. Nisbah kelamin

dewasa menunjukkan bahwa labi-labi betina lebih banyak dibandingkan dengan

labi-labi jantan. Perbandingan ini mengindikasikan kondisi yang baik karena

potensi untuk memperoleh keturunan lebih tinggi yang akan dihasilkan dari

individu betina. Labi-labi betina bahkan mempunyai mekanisme untuk

menyimpan sel sperma dalam saluran perkembangbiakannya. Sel-sel sperma

tersebut dapat bertahan hingga satu tahun dalam kondisi yang fertil (Iskandar

2000). Selain itu, labi-labi jantan tidak perlu melakukan perkelahian jika mau

mengawini betinanya yang dapat menyebabkan terjadinya luka dan kematian.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jantan dewasa jumlahnya lebih

banyak dibandingkan dengan betina dewasa (Alviola et al. 2003, Plummer &

Nathan 2008). Nisbah kelamin pada Apalone spinifera adalah 2:1 dan pada

Page 65: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

47

Coura amboinensis 1:0,875. Di sisi lain, Spink et al. (2002) menyatakan bahwa

nisbah kelamin Emys marmorata di daerah urban berdasarkan hasil penelitiannya

adalah 13:19.

Nisbah kelamin labi-labi dewasa muda di Desa Belawa menunjukkan

jumlah jantan yang lebih banyak dibandingkan dengan betina. Kondisi ini akan

berdampak di masa yang akan datang ketika labi-labi dewasa mati sedangkan

generasi dibawahnya lebih banyak jantannya maka perebutan betina akan terjadi

jika labi-labi memiliki system perkawinan monogami. Selain itu, jumlah telur

yang dihasilkan akan lebih sedikit karena jumlah betina yang relatif sedikit dan

tentunya akan mengancam kelestarian labi-labi.

Untuk meningkatkan jumlah betina, dapat dilakukan dengan pengelolaan

sistem penetasan telur yaitu pengaturan suhu penetasan. Penetasan telur

dilakukan dengan suhu di atas 29°C, sehingga diperoleh tukik betina. Menurut

Ewert & Nelson (1991), penetasan telur kura-kura pada suhu sekitar 29°C akan

menghasilkan tukik dengan jenis kelamin jantan dan betina yang sama. Penetasan

telur pada suhu dibawah 29°C akan menghasilkan tukik berjenis kelamin jantan

dan di atas suhu 29°C akan menghasilkan tukik betina. Di sisi lain Iskandar

(2000) menyatakan bahwa suhu pengeraman dibawah 25°C akan menghasilkan

hewan jantan, di atas 30°C akan menghasilkan betina dan diantara 25-30°C akan

menghasilkan kedua jenis kelamin dengan perbandingan tertentu.

Struktur umur labi-labi di Desa Belawa dibedakan atas kelas umur tukik,

remaja, dewasa muda dan dewasa. Pembagian ini seiring dengan penelitian

Kusrini et al. (2007) yang membagi distribusi umur labi-labi dalam empat kelas

umur yakni tukik, remaja, dewasa muda dan dewasa. Distribusi umur pada tahun

2012 berbeda dengan distribusi umur pada tahun 2007. Jika digambarkan dalam

sebuah piramida, maka labi-labi di Desa Belawa disajikan pada Gambar 23.

Pada tahun 2012, labi-labi di Desa Belawa mempunyai struktur umur seperti

piramida yang tidak terbalik dimana jumlah labi-labi pada kelas umur yang lebih

muda lebih banyak dibandingkan kelas umur di atasnya. Hal ini akan sangat

berpengaruh terhadap kelestarian labi-labi. Pada usia lebih muda jumlah populasi

harus lebih banyak karena labi-labi tersebut masih rentan terhadap kematian.

Page 66: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

48

Gambar 23 Piramida umur labi-labi di Desa Belawa tahun 2007 dan 2012.

Dari piramida umur tersebut (Gambar 23) terlihat bahwa pada kelas umur

dewasa muda memiliki jumlah yang sedikit sehingga dapat dikatakan bahwa labi-

labi pada kelas umur ini memiliki struktur umur yang terganggu. Menurut

Alikodra (2002), struktur umur adalah perbandingan jumlah individu di dalam

setiap kelas umur dari suatu populasi. Perbandingan tersebut dapat juga

dibedakan menurut jenis kelaminnya. Struktur umur dapat dipergunakan untuk

menilai keberhasilan perkembangbiakan satwa liar, sehingga dapat dipergunakan

pula untuk menilai prospek kelestarian satwa liar.

Menurut Tarumingkeng (1994), struktur umur populasi labi-labi di atas

termasuk kedalam struktur umur menurun yaitu struktur umur yang memiliki

kerapatan populasi kecil pada kelas umur dewasa muda. Di sisi lain Alikodra

(2002) menyatakan bahwa struktur umur labi-labi seperti di atas merupakan

struktur dalam keadaan populasi yang mengalami gangguan sehingga terjadi

kematian yang tinggi pada kelas umur tertentu.

Labi-labi pada kelas umur dewasa muda lebih sedikit dibandingkan dengan

labi-labi dewasa. Hal ini akan berpengaruh terhadap komposisi umur labi-labi di

masa yang akan datang. Jumlah labi-labi dewasa di masa yang akan datang akan

jauh lebih sedikit sehingga reproduksinya akan terganggu. Menurut Indriyanto

(2006), sebaran umur merupakan salah satu karakteristik populasi yang

mempengaruhi mortalitas dan natalitas, karena perbandingan dari berbagai

golongan umur individu-individu didalam populasi akan menetukan status

reproduktif yang sedang berlangsung pada populasi dan menyatakan kondisi yang

dapat diharapkan pada masa mendatang.

Pada piramida umur tahun 2007 terlihat bahwa terjadi gangguan populasi

pada kelas umur tukik. Pada kelas umur ini jumlah labi-labi paling lebih sedikit

Keterangan:

: Dewasa

: Dewasa

Muda

: Remaja

: Tukik

Tahun 2007 Tahun 2012

Page 67: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

49

dibandingkan dengan kelas umur remaja dan dewasa muda. Sedikitnya jumlah

tukik yang ada diduga disebabkan oleh sulitnya inventarisasi labi-labi pada kelas

umur ini. Labi-labi banyak menyembunyikan dirinya di dalam lumpur sehingga

tidak terlihat. Hal ini dibuktikan ketika pengurasan kolam di kawasan Cikuya

walaupun air kolam sudah surut yang terlihat hanya hamparan tanah atau lumpur.

Labi-labi banyak bersembunyi di dalam lumpur sehingga untuk mendeteksi

keberadaannya harus menggunakan kaki atau bambu.

Faktor lain yang menyebabkan sedikitnya tukik pada tahun 2007

dibandingkan 2012 adalah tingkat pengelolaan labi-labi. Pengelolaan labi-labi

pada tahun 2007 belum dilakukan melalui penetasan telur sehingga jumlah dan

keberadaan tukik tidak diketahui, sedangkan pada tahun 2012 telah dilakukan

penetasan telur dan pengumpulan tukik. Kemungkinan lainnya adalah adanya

tukik yang dimakan oleh predator seperti biawak. .

4.2.2. Pola Aktivitas dan Penggunaan Waktu Harian

Secara umum, labi-labi di Desa Belawa tidak banyak melakukan aktivitas

hanya berdiam diri dalam lumpur. Labi-labi remaja cenderung beraktivitas pada

saat labi-labi dewasa dan dewasa muda sedang berdiam diri dalam lumpur yakni

pada waktu pagi hingga sore hari. Ketika labi-labi dewasa keluar dari lumpur dan

beraktivitas di permukaan air, labi-labi remaja cenderung untuk menghindar dan

berdiam diri dalam lumpur. Labi-labi remaja takut bila bertemu dengan labi-labi

yang lebih besar karena akan dikejar dan digigit karapasnya.

Labi-labi beraktivitas dalam delapan jenis perilaku yaitu berlumpur,

istirahat, makan, berenang, kawin, bernafas, berkelahi dan membersihkan tubuh.

Jenis perilaku yang dominan dilakukan labi-labi yaitu berdiam diri dalam lumpur,

istirahat dan bernafas. Sebagian besar waktunya yakni 54,196% digunakan labi-

labi untuk berdiam diri dalam lumpur, sehingga tidak terlihat oleh manusia dan

seolah-olah tidak ada di lokasi tersebut. Menurut Priyono et al. (1999), labi-labi

menggunakan sebagian besar waktunya untuk berdiam diri di dasar kolam atau

perairan yang berlumpur. Pergerakan hanya dilakukan untuk mencari makan dan

berpindah tempat.

Page 68: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

50

Bila merasa terancam, labi-labi akan masuk kedalam lumpur dan menahan

untuk tidak bernafas. Labi-labi dapat bertahan untuk tidak bernafas dalam waktu

yang relatif lama yakni hingga 2.408 detik. Menurut Cogger & Zweifel (1998),

labi-labi memiliki tenggorokan yang mampu mengekstrak oksigen dari air dan

yang dapat memungkinkan mereka untuk menunda ke permukaan untuk bernapas.

Kulitnya juga dapat menyerap oksigen dari air di sekitarnya, sehingga labi-labi

dapat berbaring di bawah air untuk periode yang lebih lama dibandingkan dari

kura-kura lainnya.

Perilaku labi-labi yang banyak berada di bawah air menyebabkan satwa ini

sulit terdeteksi keberadaannya terutama bila di habitat alaminya. Masyarakat di

Kalimantan Timur untuk memperoleh labi-labi hanya menggunakan pancing di

tempat yang diduga terdapat labi-labi, bahkan berdasarkan penelitian Kusrini et

al. (2009) bahwa peluang untuk dapat menangkap labi-labi cukup kecil. Hasil

pemancingan selama 17 hari dengan rata-rata pemancingan 8 jam per hari dan

rata-rata jumlah mata pancing sebanyak 19 buah hanya menghasilkan 7 individu.

4.2.3. Pengelolaan Populasi

Kegiatan pengumpulan labi-labi dalam satu kolam yakni di kolam Cikuya

tanpa disadari pengelola telah menyebabkan terjadinya pemusatan penyebaran

labi-labi. Pemusatan keberadaan labi-labi menjadikan satwa ini akan rentan

terhadap kepunahan. Serangan wabah penyakit dapat menyebabkan kematian

yang mengakibatkan penurunan populasi (Indrawan et al. 2007). Hal tersebut

telah terbukti pada tahun 2010 dimana bakteri dan jamur menyerang kolam ini

yang menyebabkan kematian labi-labi sebanyak 212 individu.

Pengumpulan labi-labi juga berdampak kepada penyebaran umur dan jenis

kelamin yang tidak seimbang di beberapa lokasi di alam. Populasi labi-labi di

alam yakni di parit atau kolam terdiri dari 1-3 individu dan terkadang hanya

terdapat 1 individu dewasa. Kondisi ini menyebabkan tidak terjadinya proses

perkawinan antara jantan dan betina. Populasi labi-labi di Desa Belawa yang

tidak berada pada satu kesatuan tempat yang bisa saling berinteraksi mengurangi

peluang terjadinya perkembangbiakan labi-labi di alam. Labi-labi hidup di 11

lokasi tidak berhubungan satu sama lain sehingga labi-labi tidak dapat melakukan

Page 69: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

51

perpindahan dari tempat satu ke tempat lainnya. Labi-labi di tempat-tempat

tersebut dapat dikatakan merupakan populasi tersendiri dengan jumlah individu

yang kecil. Kolam-kolam masyarakat sebagian besar sudah dibuat permanen

dengan dikelilingi tembok yang tidak dapat dinaiki oleh labi-labi. Bila labi-labi

masuk ke kolam masyarakat maka labi-labi tidak dapat keluar kolam. Hal ini

menyebabkan ancaman terhadap kelestarian labi-labi di habitat alaminya. Sungai

di Desa Belawa tidak seluruhnya digenangi air hanya sebagian kecil saja sehingga

ketika melakukan perpindahan akan terlihat oleh masyarakat/manusia. Menurut

Plummer et al. (2008), tindakan sederhana yang perlu dilakukan untuk dapat

mengurangi dampak gangguan dari bahaya dan gangguan adalah dengan

mempertahankan koridor penyebaran labi-labi dari dan ke hilir sungai. Strategi

lain adalah dengan menyambungkan kembali landskap yang memungkinkan labi-

labi dapat berinteraksi (Hamer & Mark 2008).

Populasi labi-labi dikolam sudah menunjukkan gejala populasi berlebih

yang ditandai adanya luka-luka pada karapas yang ada di seluruh labi-labi. Satwa

liar untuk mempertahankan hidupnya membutuhkan pakan dan ruang. Labi-labi

di kolam Cikuya diberi makan berupa ayam mentah sebanyak 0,5 kg per hari

untuk 37 individu. Jumlah ini dirasakan sangat kurang karena labi-labi yang besar

saja dapat menghabiskan seluruh makanan. Berat badan ke-37 individu labi-labi

dikolam Cikuya bila dikalikan dengan berat badan rata-rata labi-labi disetiap kelas

umur menurut Kusrini (2007) adalah 79,75 kg. Menurut Amri & Khairuman

(2002), jumlah pakan yang diberikan untuk labi-labi sebanyak 3-5% dari berat

tubuhnya, sehingga kebutuhan pakan labi-labi di Cikuya adalah 2,693 – 4,489 kg

per hari. Kekurangan pakan ini menyebabkan labi-labi berebut makanan. Labi-

labi yang berumur lebih muda akan mengalah dan tidak berani berebut makanan

dengan yang lebih dewasa sehingga akan menunggu kesempatan untuk

mengambil makanan. Kekurangan pakan ini juga ditunjukkan dengan perilaku

labi-labi yang sering naik ke daratan untuk mengecek makanan walaupun

makanan sudah habis.

Kebutuhan ruang atau tempat untuk labi-labi adalah 10 m² (Soewarno 1996,

diacu dalam Amri & Khairuman 2002). Luas kolam Cikuya adalah 192,75 m²,

sehingga kapasitas kolam ini idealnya hanya dapat menampung 19 individu saja

Page 70: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

52

padahal terdapat 37 individu labi-labi. Hal ini berdampak labi-labi ketika

bergerak akan selalu bertemu dengan labi-labi lain sehingga terjadi perebutan

ruang.

Perkelahiaan antar labi-labi disebabkan sedikitnya ruang yang ada

dibandingkan dengan jumlah labi-labi yang ada di kolam Cikuya. Luas perairan

kolam cikuya seluas 121,64 m², sedangkan jumlah labi-labi di kolam tersebut

sebanyak 37 individu sehingga ruang rata-rata untuk 1 individu adalah 3,29 m².

Setiap labi-labi bergerak akan bertemu dengan labi-labi lainnya.

Akibat over populasi ini menyebabkan labi-labi sering berkelahi. Semua

labi-labi banyak yang terluka karena terkena gigitan. Seluruh karapas labi-labi

mengalami gigitan terutama dibagian belakang hingga mengeluarkan darah,

bahkan ada satu individu labi-labi dewasa muda yang sobek karapas belakangnya.

Labi-labi di kolam Cikuya melakukan adaptasi dengan keadaan ini dengan

melakukan aktivitas yang menyimpang. Terdapat satu ekor labi-labi yang

berperilaku menyimpang. Labi-labi tersebut berada di darat taman kolam yaitu

dibawah pohon beringin dari malam hingga sore hari. Hal ini diduga guna

menghindari perkelahian atau bertemu labi-labi yang lebih besar.

Lokasi labi-labi di parit atau kolam yang hanya terdiri dari 1 individu

dewasa sebaiknya diberi lawan jenisnya. Labi-labi di kolam Cikuya dapat

dikurangi jumlahnya dan dilepasliarkan di kolam-kolam masyarakat atau parit.

Beberapa tukik hasil penetasan hendaknya di lepasliarkan untuk menjamin

keberadaannya di habitat alaminya.

Pengelolaan telur labi-labi telah menunjukkan hasil yang cukup baik

walaupun ditangani secara sederhana. Tingkat keberhasil penetasan telur labi-labi

di Desa Belawa sebesar 61,50%. Angka ini dapat ditingkatkan dengan

mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya keberhasilan penetasan

terutama meminimalisir adanya guncangan pada telur labi-labi yang akan

ditetaskan dari proses pengambilan telur, pengangkutan telur dari sarang telur ke

bak penetasan dan selama proses penetasan.

Penanganan telur labi-labi di Desa Belawa belum dilakukan dengan

standar yang sama. Pemindahan telur labi-labi ke bak penetasan tidak selalu

menggunakan ember yang berisi pasir, namun terkadang dengan menggunakan

Page 71: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

53

kresek plastik saja. Cara ini dapat meningkatkan goncangan pada telur sehingga

akan mempengaruhi presentase keberhasilan penetasan telur labi-labi (Kuswadi et

al. 2010).

Fasilitas tempat penetasan telur labi-labi berupa ember besar berjumlah 3

buah saja. Telur-telur yang dihasilkan dari beberapa indukan dicampur kedalam 3

ember tersebut dan digeser-geser ketika ada telur baru. Labi-labi sekali bertelur

berjumlah 7-15 buah. Ukuran ember seharusnya disesuaikan dengan jumlah telur

tersebut, sehingga satu ember berisi satu jenis telur yang berasal dari satu induk.

Pendataan telur terkait tanggal bertelur, asal telur (indukan), jumlah telur dan

perkiraan menetas belum dilaksanakan. Pendataan ini sebenarnya sangat

diperlukan, karena pengelola dapat mempersiapkan diri ketika ada informasi

mengenai waktu menetasnya telur.

Permasalahan yang ada yakni pada peluang hidup tukik menjadi remaja.

Kolam penangkaran untuk pembesaran tukik di Desa Belawa tidak mendapatkan

sinar matahari secara langsung. Sinar matahari tertutup asbes bangunan. Substrat

dasar kolam berupa pasir murni tanpa campuran tanah dan air kolam di desain

tidak ada sirkulasinya atau tidak adanya aliran air. Keadaan ini berbeda dengan

kondisi habitat labi-labi di parit. Substrat di parit tersusun dari pasir dan tanah.

Air tergenang dengan arus yang lambat namun selalu mengalir. Sinar matahari

dapat langsung masuk ke air yang berfungsi untuk fotosintesis dan penghasil

oksigen dalam air. Perbedaan kondisi tersebut diduga yang menyebabkan adanya

jamur dan bakteri yang mengakibatkan kematian tukik. Terdapat 35 ekor tukik

labi-labi yang mati yang diduga disebabkan bakteri Aeromonas hydrophila dan

jamur dari famili Saprolegniaceae.

Menurut Yardimci & Yilmas (2011), Aeromonas hydrophila merupakan

salah satu jenis bakteri yang sering menimbulkan penyakit yang menyerang ikan

air tawar seperi mujair. Gejala yang ditunjukkan jika terserang bakteri ini adalah

lemah, kulit kemerahan dan perut buncit. Masa inkubasi bervariasi 2-4 hari yang

tergantung dari kondisi dan perlawanan ikan, kondisi lingkungan dan musim.

Dalam kondisi akut dapat menyebabkan kematian secara cepat. Meskipun bakteri

ini dikenal sebagai pathogen namun bakteri ini juga membuat mikroflora usus

agar ikan sehat. Keberadaan bakteri ini sendiri tidak menyebabkan penyakit.

Page 72: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

54

Perubahan suhu secara tiba-tiba, pakan yang tidak memadai dan kondisi oksigen

merupakan faktor predisposisi yang berkontribusi adanya infeksi A. hydrophila.

Hal ini juga disampaikan oleh Saparianto (2012) bahwa bakteri A. hydrophila

tidak selalu menimbulkan wabah, tetapi sifatnya laten dan akan menyerang pada

saat kondisi lingkungan atau ikan memburuk.

Uzbilek & Yildiz (2002) mengemukakan bahwa dalam waktu 2 bulan

tingkat kematian ikan mas yang terserang oleh bakteri ini mencapai 70%.

Menurutnya, kematian ikan didukung oleh adanya stress pada ikan dan faktor

makanan. Bakteri ini jarang menyerang pada ikan yang sehat tetapi dapat

menginfeksi pada saat system pertahanan tubuh ikan sedang menurun akibat stess.

Ikan dapat mengalami stres apabila terkondisikan pada penanganan yang kurang

baik, kepadatan yang terlalu tinggi, nutrisi yang tidak memadai dan kualitas air

yang buruk. Beberapa faktor kualitas air yang dapat menyebabkan ikan rentan

terserang A. hydrophila antara lain tingginya kandungan nitrit, rendahnya

kandungan oksigen terlarut dalam air atau tingginya kandungan karbon dioksida

terlarut. Berdasarkan hasil uji laboratorium kandungan nitrit di kolam

pemeliharaan tukik sebesar 1,15 ppm. Nilai ini jauh melebihi batas baku mutu

untuk budidaya sebesar 0,03.

Tukik yang sakit (terserang jamur dan bakteri) telah ditangani dengan

direndam dalam larutan pembasmi kuman serta pembersihan kolam. Tukik-tukik

tersebut dikembalikan lagi ke kolam dan ada yang dibawa pulang ke rumah-rumah

pengelola. Tukik yang dibawa ke rumah ternyata tidak ditangani lebih intensif

karena kesibukan pengelola dalam pekerjaannya. Labi-labi tidak dipisahkan

dalam satu kolam karantina karena kapasitas kolam yang tidak memadai. Hal ini

dapat berdampak adanya penularan jamur atau bakteri ke tukik lainnya.

Menurut Sari (2011), pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan

nila dengan cara pemberian ekstrak etil asetat rimpang temu ireng (Curcuma

aeruginosa). Ikan nila direndam dalam air yang telah dicampur bakteri A.

hydrophila dan ekstrak etil asetat rimpang temu ireng konsentrasi 40 ml/L.

Selama perendaman, ikan nila akan mengalami stress, sering ke permukaan air,

dan selanjutnya diam di dasar akuarium. Respon makan ikan nila menurun hingga

Page 73: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

55

50% setelah perendaman, namun setelah 2-3 hari dari waktu perendaman, nafsu

makan akan pulih kembali.

Jamur dari famili Saprolegniaceae merupakan jamur yang sering menjadi

kendala dalam budidaya ikan. Beberapa faktor yang sering memicu terjadinya

infeksi jamur adalah penanganan yang kurang baik sehingga menimbulkan luka

pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen terlarut yang rendah.

Menurut Saparianto (2012), jamur jenis ini menyerang pada bagian yang

mengalami luka dan akan merambat ke jaringan yang tidak terluka. Penyakit ini

menular terutama melalui spora di air. Gejala-gejalanya dapat dilihat secara klinis

adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada luka

(Saparinto 2012).

Tukik-tukik yang dulu terkena penyakit pada tahun 2010 dan 2011 masih

dijumpai di parit-parit. Hal ini mengindikasikan bahwa labi-labi dapat bertahan di

parit-parit dan habitat alami yang berupa parit dan kolam masyarakat lebih baik

dibandingkan dengan kolam pembesaran. Menurut Spink et al (2002), salah satu

strategi untuk meningkatkan ukuran populasi adalah dengan intoduksi satwa,

namun untuk Desa Belawa kegiatan restocking atau penambahan stock labi-labi di

alam lebih tepat.

Masalah lain yang dapat mengurangi kerhasilan konservasi labi-labi di Desa

Belawa adalah tenaga pengelola. Pengelolaan kolam-kolam dilakukan oleh

POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) Kuya Asih Mandiri.

Kelompok ini telah berjalan selama 4 tahun, namun semenjak kematian labi-labi

pada tahun 2010 kelompok ini kurang aktif lagi. Ketua dan beberapa pengurus

sudah tidak aktif lagi. Pengelolaan pelestarian labi-labi di kolam-kolam

dilaksanakan oleh beberapa orang saja yang didasarkan oleh kepedulian mereka.

Honor dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon sebanyak Rp

150.000,00 per orang untuk 2 orang pengurus saja dirasakan kurang. Nilai ini

dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga mereka melakukan

kegiatan pengelolaan sebagai pekerjaan sambilan saja.

Pengelolaan labi-labi seharusnya menjadikan parit-parit dan kolam-kolam

yang ada di desa merupakan kesatuan habitat labi-labi dan pengelolaan secara

terpadu. Kebersihan parit perlu diperhatikan karena saat ini kesadaran masyarakat

Page 74: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

56

termasuk pengelola dalam membuang sampah-sampah masih rendah (Gambar

24).

Gambar 24 Beberapa lokasi penumpukkan sampah masyarakat; a) dan c) parit

dekat kolam Cikuya, b) curug.

Sampah-sampah plastik yang ada di parit/sungai dapat menjadi ancaman

bagi labi-labi. Menurut informasi dari masyarakat labi-labi yang kecil ada yang

terperangkap dalam plastik sehingga labi-labi tersebut mati. Pengelolaan kura-

kura di beberapa wilayah telah dilakukan terutama di daerah urban. Hal itu

ditujukan untuk memperbaiki populasi kura-kura di habitat yang dekat dengan

kehidupan manusia. Menurut Spink (2002) elemen kunci untuk mempertahankan

populasi yang sehat E. marmorata di saluran air perkotaan tampaknya mudah dan

dapat dicapai. Elemen-elemen kunci tersebut yaitu habitat kura-kura harus

dipertahankan agar sesuai dengan persyaratan hidup kura-kura. Habitat bersarang

dan berjemur adalah dua elemen kunci yang sering hilang, dan kedua habitat

tersebut harus selalu ada dalam ekosistem yang dikelola.

Penelitian yang dilakukan oleh Plummer et al. (2008) merekomendasikan

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonservasi labi-labi.

Rekomendasi tersebut yaitu memelihara kolam dan sungai sealami mungkin,

memelihara koridor yang menjadi penyebaran satwa, mempertahankan proporsi

daratan dan perairan, menentukan langkah-langkah untuk melindungi populasi

labi-labi terutama untuk melindungi dan mengurangi kematian labi-labi dewasa.

Kolam-kolam masyarakat yang saat ini telah berubah menjadi permanen

tentunya harus diberi koridor berupa jalan keluar kolam, sehingga labi-labi dapat

berpindah dari kolam satu ke kolam lainnya bahkan ke parit. Lokasi-lokasi yang

menjadi tempat hidup labi-labi dapat terhubungkan sehingga labi-labi dewasa

dapat melakukan perkawinan.

a) b) c)

Page 75: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

57

4.2.4. Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat Desa Belawa sangat mendukung kelestarian labi-labi.

Menurut Alikodra (2002), tingkat kesadaran masyarakat berpengaruh terhadap

upaya perlindungan. Pengetahuan masyarakat Desa Belawa terhadap keberadaan

labi-labi merupakan faktor yang penting terhadap peningkatan kepedulian

kelestarian labi-labi. Seluruh masyarakat (100%) pernah melihat secara langsung

baik di kolam atau di parit. Kepercayaan mereka mengenai asal usul labi-labi yang

berasal dari sobekan Alquran menjadikan satwa ini dikeramatkan di Desa Belawa.

Kepercayaan ini sangat baik untuk melestarikan satwa ini sehingga orang akan

takut untuk mengkonsumsinya.

Masyarakat Desa Belawa yang memiliki kolam (62,51%) lebih memilih agar

labi-labi hidup di kolamnya karena mereka percaya bahwa labi-labi tidak menjadi

predator ikan-ikan peliharaannya. Selain itu, mereka percaya jika labi-labi hidup

di kolam mereka akan lebih aman jika terjadi serangan penyakit seperti yang

terjadi pada tahun 2010. Beberapa kepala keluarga yang memiliki kolam

menghendaki dan bersedia kolamnya dijadikan tempat pemeliharaan labi-labi agar

semakin berkembang. Mereka juga bersedia jika kolamnya didesain agar sesuai

dengan kebutuhan hidup labi-labi. Di sisi lain, sebagian masyarakat (37,49%)

bersikap untuk mengeluarkan labi-labi dari kolam mereka untuk diserahkan ke

pengelola agar dapat dikelola lebih baik.

Sikap masyarakat ini sebenarnya merupakan suatu sikap kepercayaan

terhadap pengelola/pengurus POKMASWAS yang berdampak positif. Pengurus

POKMASWAS juga diperbolehkan mengecek kolam-kolam masyarakat dan

diijinkan untuk mengambil labi-labi yang ada di kolam mereka. Sikap ini juga

memberikan peluang atau dukungan terhadap pengelolaan atau langkah-langkah

pengelolaan yang akan dilakukan untuk melestarikan labi-labi.

Kepedulian masyarakat terhadap labi-labi di Desa Belawa juga ditunjukkan

dengan pembangunan museum labi-labi di kawasan Cikuya. Kelompok-

kelompok masyarakat dan paguyuban memberikan dana sebanyak 18 juta untuk

pembangunan museum sebagai tempat untuk mengenang labi-labi yang telah mati

pada tahun 2010. Lokasi ini sebagai sarana untuk menyadarkan masyarakat agar

lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap pelestarian labi-labi.

Page 76: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

58

Dari hasil kuisioner, sebanyak 5,15% masyarakat pernah mengkonsumsi

daging labi-labi dan sebanyak 10,31% pernah mengkonsumsi telur labi-labi.

Perilaku masyarakat ini terjadi hingga sebelum tahun 2010 yakni sebelum adanya

wabah kematian yang menurunkan populasi labi-labi. Keprihatinan masyarakat

terhadap kematian labi-labi telah menurunkan keinginannya untuk mengkonsumsi

daging atau telur labi-labi, walaupun mereka percaya jika telur labi-labi

mempunyai multi manfaat.

Masyarakat di luar Desa Belawa sering melakukan aktivitas mencari ikan di

sungai-sungai atau parit di Desa Belawa. Mereka mengambil dengan cara

menyetrum ikan yang sekaligus juga mengenai labi-labi. Banyak labi-labi yang

diambil oleh masyarakat luar Desa Belawa. Lokasi yang dicuri biasanya yang

berada di batas-batas desa Belawa yang jauh dari perkampungan masyarakat.

Hasil penangkapan dijual ke pengumpul yang ada di Cirebon.

Menurut Spink et al (2002), kontrol terhadap populasi kura-kura (E.

marmorata) merupakan langkah penting dalam melindungi satwa tersebut.

Kontrol tersebut dapat berupa aturan pelarangan penjualan kura-kura hidup untuk

bahan makanan dan perlunya penyadaran masyarakat. Masyarakat Desa Belawa

tidak ada yang berkeinginan untuk menjual labi-labi dan saat ini mereka tidak lagi

mengkonsumsi daging labi-labi. Seluruh masyarakat menghendaki agar

keberadaan labi-labi di Desa Belawa dapat dipertahankan. Aturan desa terhadap

keberadaan labi-labi belum ada.

Masyarakat lebih dominan (93,81%) menghendaki adanya aturan untuk

melindungi labi-labi dari pemanfaatan telur dan daging labi-labi. Mereka

berkeinginan agar labi-labi dapat berkembangbiak, peningkatan kepedulian dan

perhatian dari masyarakat, perangkat desa dan pemerintah terhadap keberadaan

labi-labi, perbaikan sarana dan prasarana pengelolaan serta adanya sangsi-sangsi

terhadap orang yang mengambil/mencuri labi-labi. Terdapat pula masyarakat yang

menginginkan agar labi-labi di habitatnya dibiarkan saja.

Keberadaan labi-labi lain seperti labi-labi Cina yang masih ditemukan di

kolam masyarakat dikhawatirkan akan berakibat buruk terhadap labi-labi lokal.

Keberadaan labi-labi labi-labi Cina dan labi-labi Brasil yang dulu pernah ada

harus dimusnahkan, karena keberadaan jenis-jenis ini dikhawatirkan menjadi

Page 77: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

59

satwa invasif. Hal tersebut sesuai yang disampaikan Spink (2002), bahwa kontrol

populasi labi-labi adalah dengan melakukan pelarangan pelepasan hewan

peliharaan yang tidak diinginkan.

4.2.5. Strategi Pengelolaan Populasi dan Habitat Labi-labi

Pengelolaan satwaliar adalah kegiatan manusia dalam mengatur populasi

dan habitatnya, serta interaksi antara keduanya untuk mencapai keadaan yang

sesuai dengan tujuan pengelolaan (Alikodra 2002). Tujuan pengelolan labi-labi

di Desa Belawa adalah untuk menjaga kelestarian satwa tersebut yang merupakan

maskot Kabupaten Cirebon (SK Bupati Cirebon 1993; Dislakan 2008).

Keberhasilan pengelolaan labi-labi adalah jika tujuan tersebut dapat tercapai.

Kelestarian atau konservasi labi-labi diperoleh jika populasi, habitat dan peran

masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya (Alikodra 2002).

4.2.5.1. Populasi

Populasi labi-labi yang berkembang merupakan indikator keberhasilan

pengelolaan satwaliar. Penambahan populasi ini tentunya bukan saja dari

jumlahnya, namun juga diperhatikan perbandingan jenis kelamin di setiap kelas

umur dan sebaran umurnya. Perkembangan populasi yang baik adalah jika

penambahan populasi baru memiliki nisbah kelamin atau perbandingan jumlah

betina yang sekurang-kurangnya sama dengan jumlah jantannya, karena labi-labi

betina merupakan individu penghasil keturunan. Menurut Alikodra (2002)

keberhasilan reproduksi sangat menentukan kepadatan populasi. Reproduksi

merupakan faktor penentu dalam memelihara keseimbangan populasi maupun

untuk meningkatkan jumlah satwaliar. Menurunnya kondisi reproduksi dapat

membahayakan kelangsungan hidup populasi.

Struktur umur yang baik adalah jika jumlah labi-labi pada kelas umur

dibawahnya lebih banyak dibandingkan kelas umur di atasnya. Keadaan ini dapat

terwujud bila peluang hidup yakni peluang satwa untuk mencapai kelas umur di

atasnya tinggi. Peluang hidup labi-labi dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab

kematiannya, sehingga pengelolaan harus meminimalkan faktor-faktor tersebut.

Strategi untuk meningkatkan jumlah labi-labi di Desa Belawa adalah dengan

cara:

Page 78: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

60

a. Penghentian pencarian dan pengumpulan labi-labi di berbagai habitat yang

akan dikumpulkan kedalam kolam Cikuya sehingga tidak terjadi pemusatan

penyebarannya.

b. Pengurangan dan pengembalian labi-labi di kolam cikuya ke habitat alaminya

sehingga dapat berkembang biak di alam.

c. Pemulihan stok labi-labi di habitat alaminya dengan pelepasliaran tukik dari

hasil pengembangbiakan di kawasan Cikuya.

d. Pengurangan goncangan dalam pengambilan dan penetasan telur yakni

dengan membawa telur labi-labi dari kolam indukan ke bak penetasan dengan

menggunakan ember yang diisi dengan pasir dan dalam bak penetasan tidak

dipindah-pindah.

e. Penetasan telur dilakukan dengan mengatur suhu di atas 29ºC untuk

memperoleh peluang labi-labi betina lebih tinggi (Ewert & Nelson 1991).

f. Monitoring secara berkelanjutan populasi labi-labi di kolam masyarakat dan

parit untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada populasi

satwa tersebut di alam.

g. Pemusnahan labi-labi Cina yang ada di kolam masyarakat untuk

mengantisipasi perkembangbiakan dan penyebarannya karena satwa ini dapat

menjadi invasif.

h. Tidak melakukan introduksi kura-kura atau labi-labi jenis lain ke Desa

Belawa seperti kura-kura Brasil (Trachemys scripta elegans) dan labi-labi

Cina (Pelodiscus sinensis).

4.2.5.2. Habitat

Habitat yang baik dapat mendorong peningkatan populasi labi-labi. Labi-

labi menyukai habitat perairan seperti kolam, parit dan sungai dengan

kondisi habitat berupa perairan tergenang dan berarus tenang (Iskandar 2000).

Pemilihan habitat oleh satwaliar dipengaruhi oleh variabel biotik dan fisik. Labi-

labi adalah satwa yang banyak mengalokasikan waktunya berada di dalam air,

sehingga kondisi perairan sebagai habitat labi-labi perlu dijaga. Kondisi perairan

harus menjamin kebutuhan hidup baik pakan, ruang ataupun keberlangsungan

perkawinan. Perkelahian labi-labi merupakan indikator yang kurang baik yakni

Page 79: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

61

kurang idealnya sebuah habitat. Kondisi kolam yang tertutup akan dapat menutup

kemungkinan terjadinya perpindahan labi-labi, sehingga dapat menghilangkan

peluang terjadinya perkawinan. Beberapa langkah pengelolaan habitat yang perlu

dilakukan adalah:

a. Merenovasi kolam pembesaran yang disesuaikan dengan kondisi habitat di

alaminya yakni kondisi air selalu mengalir dan terkena sinar matahari secara

langsung.

b. Membuat konektivitas pada kolam-kolam masyarakat, parit dan sungai

sehingga labi-labi dapat berinteraksi.

c. Melakukan uji lab secara berkala terhadap kondisi air di tempat-tempat

keberadaan labi-labi untuk mengetahui kondisi aktual dan perubahan-

perubahan yang dapat mengancam kelestarian labi-labi.

d. Pemberian pakan disesuaikan dengan jumlah berat badan labi-labi yakni

sebanyak 3-5% dari berat tubuhnya per hari yang diberikan dua kali sehari.

4.2.5.3. Sosial Kelembagaan

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan labi-labi di Desa Belawa

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan. Beberapa hal

yang perlu dilakukan untuk lebih mendukung pengelolaan labi-labi di Desa

Belawa adalah:

a. Restrukturisasi kepengurusan Kelompok Masyarakat Pengawas Kuya Asih

Mandiri dengan honor yang memadai sehingga pengelolaan akan lebih efektif

dan bertanggung jawab.

b. Pelarangan penggunaan potasium dan strum dalam mencari ikan di sungai

karena akan dapat meracuni labi-labi yang ada di sungai.

c. Pembuatan aturan desa terkait perlindungan dan pemanfaatan telur dan

daging labi-labi di Desa Belawa.

d. Pembuatan tempat pembuangan sampah pada tempat-tempat tertentu

sehingga masyarakat tidak membuang sampah plastik ke parit atau sungai

yang dapat mengotori habitat labi-labi.

Page 80: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

63

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Populasi labi-labi di Desa Belawa diduga sebanyak 177 individu yang

sebagian besar terkonsentrasi di kolam Cikuya. Nisbah kelamin labi-labi kelas

umur tukik dan remaja tidak teridentifikasi, sedangkan kelas umur dewasa dan

dewasa muda adalah (1:2,22) ± 0,19 dan (1:0,67) ± 0,00. Struktur umur labi-

labi terdiri atas tukik (49,72%), remaja (30,51%), dewasa muda (3,95%) dan

dewasa (15,82%).

2. Labi-labi lebih banyak berdiam diri dalam lumpur (54,196%) dan istirahat

pada waktu malam hingga siang hari dan akan bernafas dan berenang pada

sore hari.

3. Pengelolaan labi-labi belum dilakukan secara optimal dan upaya pengumpulan

labi-labi dari berbagai habitat di Desa Belawa untuk dijadikan satu dalam

kolam Cikuya mengancam populasi labi-labi di Desa Belawa. Masyarakat

Desa Belawa memiliki persepsi bahwa labi-labi merupakan hewan yang

dikeramatkan dan saat ini dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Hal ini

menjadi asset untuk konservasi labi-labi di masa datang.

5.2. Saran

1. Pengelola seharusnya melakukan penyebaran atau pemindahan labi-labi dari

kolam Cikuya ke beberapa lokasi di parit atau kolam-kolam masyarakat yang

struktur umurnya tidak lengkap yaitu hanya terdiri dari satu individu jantan

dewasa atau betina dewasa saja. Hal ini bertujuan agar labi-labi dapat

berkembang biak di parit-parit atau kolam-kolam masyarakat.

2. Sebagian (10%) hasil pengembangbiakan labi-labi di Cikuya perlu dilepas

sebagian ke kolam-kolam masyarakat atau parit agar hidup secara alami.

3. Pembangunan sarana dan prasarana di kolam Cikuya perlu disesuaikan dengan

kondisi alaminya yaitu seperti kondisi habitat di parit atau sungai.

Page 81: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

64

4. Aturan desa terkait perlindungan dan pemanfaatan labi-labi di Desa Belawa

segera dibuat untuk melindungi pengambilan dan pemanfaatan labi-labi baik

oleh warga setempat maupun luar desa.

5. Pengelola labi-labi merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan

sehingga tingkat kesejahteraanya perlu diperhatikan pemerintah daerah dengan

cara penambahan honor atau pengangkatan menjadi pegawai sehingga mereka

akan lebih serius dalam mengelola labi-labi di Desa Belawa yang merupakan

maskot Kabupaten Cirebon.

6. Pendataan terkait pengelolaan labi-labi dari telur hingga labi-labi dewasa lebih

ditingkatkan lagi agar populasi labi-labi dapat dimonitor dan dijadikan bahan

masukan dalam penetapan kebijakan.

Page 82: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit

Fakultas Kehutanan IPB Bogor.

Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka

Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Cetakan kedua).

Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Alviola III PL, Edison AC, Eduardo GE. 2003. Determination of relative age, sex

dan sex ratio of malayan box turtle (Cuora amboinensis Daudin) in

Pinaglubayan River, Polillo Island, Quezon, Philippines. Asia Life Science

12(2): 111-121.

Amri K, Khairuman. 2002. Labi-labi:Komoditas Perikanan Multimanfaat.

Jakarta: Agro Media Pustaka.

Amri K, Toguan S. 2007. Mengenal dan Mengendalikan Predator Benih Ikan.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Antaranews. 2010. Ratusan kura-kura mati di obyek wisata.

http://www.antaranews. com/berita/1268225724/ratusan-kura-kura-mati-di-

objek-wisata [Rabu, 10 Maret 2010].

Ashshofa B. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Cogger HG, Zweizel RG. 1998. Encyclopedia Of Reptiles & Amphibians.

Sydney: University of New South Wales Press Ltd.

Colgan PW, editor. 1978. Quantitative Ethology. New York: John Wiley &

Sons, Inc.

Collins JP, Ann K, Nancy BG, William FF, Diane H, Jianguo W, Elizabeth TB.

2000. A new urban ecology. Am. Sci. 88:416–425.

Conner CA, Brooke AD, Travis JR. 2005. Notes and discussion: Descriptive

ecology of a turtle assemblage in an urban landscape. Am. Midl. Nat.

153:428-435.

Elviana. 2000. Habitat, morfologi dan kariotip labi-labi batu dan labi-labi super

(Trionychidae: Reptilia) di perairan umum Jambi [tesis]. Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ewert MA, CE Nelson. 1991. Sex determination in turtles: diverse patterns and

some possible adaptive values. Copeia 1991:50–69.

Gasith A, Sidis. 1984. Polluted water bodies, the main habitat of the Caspian

terrapin (Mauremys caspica rivulata) in Israel. Copeia 1984:216–219.

Hamer AJ, Mark JM. 2008. Amphibian ecology and conservation in the

urbanising world: A review. Biol. Conserv. 141:2432-2449.

Indrawan M, Primarck RB, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 83: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

66

Iskandar DT. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini.

Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Iskandar DT, Walter RE. 2006. Conservation of amphibians and reptiles in

Indonesia: issues and problems. Amphib. Reptile Conserv. 4(1):60-87.

Johnson R, Gouri B. 1987. Statistics Principles and Methods:Revised Printing.

New York: John Willey & Sons, Inc.

Kabupaten Cirebon. 2005. Peta administrasi Kabupaten Cirebon. Cirebon: Badan

Perencanaan Daerah Kabupaten Cirebon; 2005. 1 lembar.

Kartono AP. 2000. Teknik Inventarisasi Satwaliar. Laboratorium Ekologi

Satwaliar Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Institut Pertanian Bogor.

Krebs CJ. 2005. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and

Abundance (second edition). New York: Harper & Row publishers.

Kusrini MD, Ani M, Boby D, Mediyansyah, Abdul M. 2009. Survey Pemanenan

dan Perdagangan Labi-labi (Amyda cartilaginea) di Kalimantan Timur.

Bogor: NATURE Harmony.

Kusrini MD, Y Wardiatno, A Mashar, N Widagti. 2007. Kura-kura Belawa

(Amyda cartilaginea Boddaert 1770). Technical Report submitted to

Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kuswadi, Dendy W, Hary S, Zaenul A, Susmiati. 2010. Buku Panduan

Konservasi Penyu Taman Nasional Karimunjawa. Semarang: Balai Taman

Nasional Karimunjawa.

Liat LB, I Das. 1999. Turtle of Borneo and Peninsular Malaysia. Kota Kinabalu:

Natural History Publication (Borneo). .

Litzgus JD, Timothy AM. 2006. Geographic variation in reproduction in a

freshwater turtle (Clemmys gutata). Herpetologica 62(2): 132-140.

Mitchell JC. 1988. Population ecology and life history of the freshwater turtles

Chrysemys picta and Sternotherrus odoratus in an urban lake.

Herpetological Monographs 2:40-61.

Nuitja INS. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. Bogor: IPB

Press.

Oktaviani D. 2007. Kajian habitat, biologi, dan perdagangan labi-labi (famili:

Trionychidae) di sumatera selatan dan implikasinya terhadap konservasi

labi-labi di masa datang [tesis]. Depok. Program studi Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Plummer MV, David GK, Larkin AP, Nathan EM. 2008. Effects of habitat

disturbance on survival rates of softshell turtles (Apalone spinifera) in an

urban stream. Journal of Herpetology 42(3):555–563.

Plummer MV, Nathan EM. 2008. Structure of an urban population of softshell

turtles (Apalone spinifera) before and after severe stream alteration.

Herpetological Conservation 3:95-105.

Page 84: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

67

Priyono A, Mirza DK, Kusdinar. 1999. Kajian aspek bioekologi dan konservasi

kura-kura belawa (Amyda cartilaginea). Di dalam: Prosiding Seminar

Nasional konservasi Keanekaragaman Amfibia dan Reptilia di Indonesia.

Bogor, 4 Nopember 1999. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat-Institut

Pertanian Bogor bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan

Biologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 56-64.

Rai UK. 2003. Minimum sizes for viable population and conservation biology.

Our Nature. 1:3-9.

Sevilla CG, Ochave JA, Punsalan TG, Regala BP, Uriarte GG. 1993. Pengantar

Metode Penelitian. Tuwu A, penerjemah. Jakarta. UI Press. Terjemahan

dari: An Introduction to Research Methods.

Sheperd CR. 2000. Export of live freshwater turtles and tortoises from north

Sumatra and Riau, Indonesia: a case study. Di dalam: van Dijk PP, Bryan LS,

Anders GJR., editor. Asian Turtle Trade: Proceedings of a Workshoop on

Conservation ang Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Phnom

Penh, Cambodia, 1-4 December 1999. Chelonian Research Monographs

2:112-119.

Spinks PQ, Gregory BP, John JC, HB Shaffer. 2002. Survival of the western

pond turtle (Emys marmorata) in an urban California environment.

Biological Conservation 113:257-267.

Stearns SC. 1977. The evolution of life history tactics: A critique of the theory

and review of the data. Annu. Rev. Ecol. Syst. 8:145-171

Tarumingkeng RC. 1994. Dinamika Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana.

Uzbulek MK, Yildiz HY. 2001. A report on spontaneous diseases in the culture

of grass carp (Ctenopharyngodon idella Val. 1844). Turk J Vet Anim Sci

26:407-410.

van Dijk PP. 2000. The status of turtles in Asia. Di dalam: van Dijk PP, Bryan LS,

Anders GJR., editor. Asian Turtle Trade: Proceedings of a Workshoop on

Conservation and Trade of Freshwater Turtles and Tortoises in Asia. Phnom Penh, Cambodia, 1-4 December 1999. Chelonian Research Monograph 2:15-

23.

Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia

Williams GC. 1966. Adaptation and Natural Selection. New Jersey: Princenton

University Press.

Yardimci B, Yilmaz A. 2011. Pathological findings of experimental Aeromonas

hydrophila infection in Nile tilapia (Oreochromis niloticus). Ankara Üniv

Vet Fak Derg, 58: 47-54.

Page 85: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

68

LAMPIRAN

Page 86: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

69

Lampiran 1 Sebaran populasi labi-labi di Desa Belawa berdasarkan lokasi

pengamatan

No. Lokasi Jumlah Labi-labi (ind.)

1 Kolam Penetasan 19

2 Kolam Pembesaran 1 48

3 Kolam Pembesaran 2 50

4 Kolam Pembesaran 3 12

5 Kolam Cikuya 37

6 Kolam Masyarakat 1

7 Sungai Cikuya 1 3

8 Sungai Cikuya 2 (curug) 2

9 Sungai Cipinang 2

10 Sungai Legon Bulan 1

11 Sungai Kopo 2

Page 87: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

70

Lampiran 2 Komposisi umur dan seks rasio labi-labi dewasa muda dan dewasa di

setiap lokasi pengamatan

Lokasi

Jumlah Labi-labi (ind.)

Dewasa Dewasa Muda

Jantan Betina Jumlah Jantan Betina Jumlah

Cikuya 8 17 25 3 2 5

Sungai Cikuya 2 curug) 0 1 1 0 0 0

Kolam Masyarakat 0 1 1 0 0 0

Kolam Pembesaran 1 0 0 0 0 0 0

Kolam Pembesaran 2 0 0 0 0 0 0

Kolam Pembesaran 3 0 0 0 0 0 0

Sungai Cikuya 1 0 0 0 0 0 0

Sungai Cipinang 0 0 0 0 0 0

Sungai Legon Bulan 1 0 1 0 0 0

Sungai Kopo 0 1 1 0 0 0

Jumlah 9 20 29 3 2 5

Page 88: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

71

Lampiran 3 Jumlah labi-labi berdasarkan kelas umur di setiap lokasi pengamatan

Lokasi Jumlah Labi-labi pada Kelas Umur

Tukik Remaja Dewasa Muda Dewasa Jumlah

Kolam Penetasan 19 0 0 0 19

Kolam Pembesaran 1 20 28 0 0 48

Kolam Pembesaran 2 48 2 0 0 50

Kolam Pembesaran 3 0 12 0 0 12

Kolam Cikuya 0 6 6 25 37

Kolam Masyarakat 0 0 1 0 1

Sungai Cikuya 1 1 2 0 0 3

Sungai Cikuya 2 (curug) 0 1 0 1 2

Sungai Cipinang 0 2 0 0 2

Sungai Legon Bulan 0 0 1 0 1

Sungai Kopo 0 1 0 1 2

88 54 8 27 177

Page 89: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

72

Lam

pira

n 4

Per

sent

ase

alok

asi w

aktu

pad

a se

tiap

jeni

s pe

rila

ku

KU

Pro

sent

ase

Set

iap

Jeni

s P

eril

aku

(%)

Isti

raha

t B

erlu

mpu

r M

akan

B

eren

ang

Kaw

in

Ber

nafa

s B

erke

lahi

B

ersi

h

Tub

uh

Tot

al

Tuk

ik

0,00

65

,66

0,00

0,

00

0,00

34

,34

0,00

0,

00

100,

00

Rem

aja

17,8

1 77

,70

0,00

3,

63

0,00

0,

87

0,00

0,

00

100,

00

Dew

asa

Mud

a 55

,05

37,0

7 0,

05

2,76

0,

00

5,07

0,

00

0,00

10

0,00

Dew

asa

46,2

7 36

,36

0,28

4,

26

1,03

11

,77

0,01

0,

02

100,

00

Jum

lah

119,

13

216,

79

0,33

10

,65

1,03

52

,06

0,01

0,

02

400,

00

Rat

a-ra

ta

29,7

82

54,1

96

0,08

2 2,

662

0,25

7 13

,014

0,

003

0,00

4 10

0,00

0

Page 90: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

73

Lam

pir

an 5

K

ebutu

han

pak

an l

abi-

labi

di

kaw

asan

Cik

uya

Kel

as U

mur

Jum

lah L

abi-

labi

(ind.)

Ber

at B

adan

Rat

a-r

ata

(gr)

Jum

lah B

erat

Bad

an

(gr)

Keb

utu

han

Pak

an (

gr)

3%

5%

Tukik

87

15,1

0

1313,9

6

39,4

2

65,7

0

Rem

aja

48

207,3

8

9954,4

3

298,6

3

497,7

2

Dew

asa

Muda

6

733,6

4

4401,8

3

132,0

5

220,0

9

Dew

asa

Janta

n

9

2735,1

7

24616,5

0

738,5

0

1230,8

3

Dew

asa

Bet

ina

16

3093,0

7

49489,0

6

1484,6

7

2474,4

5

Jum

lah :

166

88461,8

2

2693,2

7

4488,7

9

Page 91: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

74

Lam

pir

an 6

P

anja

ng l

engk

un

g k

arap

as (

PL

K)

dan

leb

ar l

engk

un

g k

arap

as (

LL

K)

lab

i-la

bi

Kel

as U

mu

r Ju

mla

h

PL

K (

cm)

LL

K (

cm)

Rat

a-ra

ta

Min

imu

m

Mak

sim

um

R

ata-

rata

M

inim

um

M

aksi

mu

m

Tu

kik

8

7

4,9

5

3,5

0

5,9

0

4,1

8

3,0

0

5,5

0

Rem

aja

48

8

,66

6

0,0

0

19

,50

7

,40

4

,40

1

6,0

0

Dew

asa

Mu

da

6

22

,42

2

0,1

0

24

,80

1

8,3

3

16

,80

2

0,5

0

Dew

asa

25

3

1,8

9

25

,50

4

6,6

0

24

,87

2

0,1

0

36

,80

Page 92: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di
Page 93: KONSERVASI LABI-LABI Amyda cartilaginea (Boddaert, 1770 ... · hingga saat ini bel. um ada. ... perangkat desa, ... Pada tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di

72