Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penegakan Diagnosis dan Rencana Perawatan Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi ketepatan dan keberhasilan perawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan maka terdapat 4 tahap yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi, disingkat dengan "SOAP", yakni S (pemeriksaan Subyektif), O (pemeriksaan Objektif), A (Assessment), dan P (treatment Planning) (Abu, 2002) . 2.1.1 Pemeriksaan Subyektif Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medik, riwayat dental, riwayat keluarga, dan riwayat social (Abu, 2002). a. Identitas Pasien/Data Demografis Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu- waktu dokter gigi perlu menghubungi pasien pasca- tindakan, dapat pula sebagai data ante mortem (dental forensic). Data identitas pasien ini meliputi: 3
44

Konservasi Gigi

Oct 22, 2015

Download

Documents

Dausbenchong

Berisi tentang ilmu konservasi gigi dan bahan tambalan estetik yang digunakan dalam kedokteran gigi.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Konservasi Gigi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penegakan Diagnosis dan Rencana Perawatan

Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang sangat

penting dilakukan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi

ketepatan dan keberhasilan perawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam

menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan maka terdapat 4 tahap

yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi, disingkat dengan "SOAP", yakni S

(pemeriksaan Subyektif), O (pemeriksaan Objektif), A (Assessment), dan P

(treatment Planning) (Abu, 2002) .

2.1.1 Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan subyektif setidak-tidaknya berkaitan dengan 7 hal, yakni

identitas pasien, keluhan utama, present illness, riwayat medik, riwayat dental,

riwayat keluarga, dan riwayat social (Abu, 2002).

a. Identitas Pasien/Data Demografis

Data identitas pasien ini diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu

menghubungi pasien pasca-tindakan, dapat pula sebagai data ante mortem

(dental forensic). Data identitas pasien ini meliputi:

1. Nama (nama lengkap dan nama

panggilan)

2. Tempat dan tanggal lahir

3. Alamat tinggal

4. Golongan darah

5. Status pernikahan

6. Pekerjaan

7. Pendidikan

8. Kewarganegaraan, serta

9. Nomor telepon/handphone yang

bisa dihubungi

b. Keluhan Utama (Chief Complaint/CC)

Berkaitan dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien dan alasan pasien

datang ke dokter gigi. Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh

terhadap pertimbangan dokter gig dalam menentukan prioritas perawatan.

3

Page 2: Konservasi Gigi

4

Gambar 1.1 Keluhan Utama dan Prioritas Perawatan

c. Present illness (PI)

Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka diperlukan pula

pengembangan akar masalah yang ada dalam keluhan utama, yaitu dengan

mengidentifikasi keluhan utama. Misalnya dengan mencari tahu kapan

rasa sakit/rasa tidak nyaman itu pertama kali muncul, apakah keluhan itu

bersifat intermittent (berselang) atau terus menerus, jika intermittent

seberapa sering, adakah faktor pemicunya, dan sebagainya.

Jika rasa sakit terdeskripsikan sebagai masalah utama, maka ada beberapa

hal yang dapat dikembangkan, misalnya sebagai berikut :

Rasa sakit Deskripsi

Lokasi Gigi-gigi tertentu atau menyeluruh

Faktor pemicu Panas/dingin, bertambah parah saat mengunyah

Karakter Tumpul, tajam, berdenyut

Keparahan Apakah sampai minum obat (analgesic) atau

membuat sulit tidur

Penyebaran/Radiasi Menyebar ke struktur yang dekat, sebagai referred

pain

Tabel 1.1 Rasa Sakit dan Deskripsi

Rasa sakit ataupun ngilu, rasatidak nyaman, pembengkakan.

perdarahan, halitosis, rasamalu , alasan estetis

Page 3: Konservasi Gigi

5

d. Riwayat Medik (Medical History/MH)

Riwayat medik perlu ditanyakan karena hal itu akan berkaitan dengan

diagnosis treatment, dan prognosis. Beberapa hal yang penting ditanyakan

adalah :

1. Gejala umum, seperti demam, penurunan berat badan, serta gejala

umum yang lainnya.

2. Gejala yang dikaitkan dengan sistem dalam tubuh, seperti batuk

dengan respirasi, lesi oral dengan kelainan gastrointestinal dan lesi

kulit, kecemasan depresi dengan kelainan kejiwaan

3. Perawatan bedah dan radioterapi yang pernah dilakukan

4. Alergi makanan dan obat

5. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya

6. Riwayat rawat inap

7. Anastesi

8. Prolem medis spesifik seperti terapi kortikosteroid, diabetes,

kecenderungan perdarahan, penyakit jantung, dan resiko endokarditis

yang dapat mempengaruhi prosedur operasi.

e. Riwayat Dental (Dental History/DH)

Selain riwayat medik, riwayat dental juga perlu ditanyakan karena

akan mempengaruhi seorang dokter gigi dalam menentukan rencana dan

manajemen perawatan yang akan dilakukan. Beberapa riwayat dental yang

dapat di ditanyakan yaitu :

1. Pasien rutin ke dokter gigi atau tidak

2. Sikap pasien kepada dokter gigi saat dilakukan perawatan

3. Problem gigi terakhir yang relevan

4. Perawatan restorasi/ pencabutan gigi terakhir

f. Riwayat Keluarga (Family History/FH)

Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan kondisi

keluarga, seperti kasus amelogenesis imperfekta, hemofili, angiodema

herediter, recurrent aphtous stomatitis (RAS) dan diabetes. Beberapa

Page 4: Konservasi Gigi

6

penyakit yang berkaitan dengan kelompok etnik tertentu, misal pemphigus

pada orang Yahudi, dan behcet's syndrome pada orang di area mediterania.

g. Riwayat Sosial (Social History/SH)

Riwayat sosial yang dapat diungkap antara lain;

1. Apakah pasien masih memiliki keluarga

2. Keadaan sosio-ekonomi pasien

3. Pasien bepergian ke luar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit

infeksi, misalnya penyakit di daerah tropis atau wabah di negara

tertentu)

4. Riwayat seksual pasien

5. Kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan, dan

6. Informasi tentang diet makan pasien.

2.1.2 Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan obyektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu

pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.

a. Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan ekstra oral ini bertujuan untuk melihat penampakan

secara umum dari pasien misalnya, pembengkakan di muka dan leher, pola

skeletal, kompetensi bibir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara palpasi

limfonodi, otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ (Temporo

Mandibular Joint).

1. Pemeriksaan Limfonodi

Pemeriksaan limfonodi dengan palpasi dapat dilakukan pada

bagian kepala leher dengan area seperti terlihat pada gambar 1.2.

Page 5: Konservasi Gigi

7

Gambar 1.2. Limfonodi kepala dan leher

(Sumber : buku Oral And Maxilofacial Medicine, The Basis Of Diagnosis And

Treatment, Second Edition, Elsevier Churchill Livingstone,Scullly. C, 2008 ")

2. Pemeriksaan Otot-Otot Mastikasi

Untuk melakukan palpasi pada otot/musculus, maka teknik

palpasi yang dilakukan tergantung dengan otot mastikasi

(pengunyahan) (tabel 3).

Otot /Musculus PalpasiMasseter Palpasi dilakukan secara

bimanual, tangan yang satu (dengan satu jari) dibagian intraoral

Temporalis Palpasi langsung pada regio temporal, dan meminta pasien untuk mengoklusikan gigi-geliginya

Pterygoid lateral Dengan menempatkan sedikit jari di belakang tuberositas maksila

Pterygoid Medial Palpasi secara intra oral pada bagian lingual pada ramus mandibula

Tabel 1.2. Pemeriksaan Otot-Otot Pengunyahan

3. Pemeriksaan Temporo Mandibular Joint (TMJ)

Dalam melakukan pemeriksaan TMJ, seorang dokter gigi dapat

melakukan palpasi pada bagian pre aurikuler pasien dengan

Limphonodi kepala dan leher

SubmentalSubmaxilaryParotidPreauriculerSubdigastricNodi lymphaticy cervicalesNodi lymphaticy supra clavicularesNodi lymphatici post auriculares

Page 6: Konservasi Gigi

8

menggunakan jari telunjuk atau menggunakan stetoskop untuk

mendengarkan adanya kliking atau krepitasi.

Sumber gambar 1.3 dan 1.4Examination of Temporomandibular Disorders In The Orthodintic Patient : A Clinical Guide Conti,

Oltramari, Navarro, Almeida J Appl Oral Sci. 2007;15(1) : 77-82

b. Pemeriksaan Intra Oral

Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan dalam

rongga mulut. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan jaringan

sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras). Beberapa gambaran yang

dapat ditemukan pada pemeriksaan intraoral ada dalam tabel berikut :

Bagian yang diperiksa

Gambaran yang dapat ditemukan

Bibir Sianosis (pada pasien dengan penyakit respirasi atau jantung), angular cheilitis, fordyce spots, mucocele

Mukosa labial Normalnya tampak lembab dan prominent.Mukosa bukal Kaca mulut dapat digunakan untuk melihat mukosa

bukal dalam keadaan normal kaca mulut licin bila ditempelkan dan diangkat. Bila menempel di mukosa, maka bisa disimpulkan adanya xerostomia

Dasar mulut dan bagian ventral lidah

Bila terdapat adanya benjolan, maka kemungkinan permulaan penyakit tumor

Bagian Dorsal Lidah Tes indra pengecap dapat dilakukan dengan mengaplikasikan gula, garam, dilusi asam asetat asam dan 5% asam sitrat pada lidah dengan menggunakan cotton bud atau cotton swab. Dengan menggunakan kaca mulut dapat dilihat keadaan posterior lidah, orofaring, tonsil

Palatum (palatum keras dan palatum lunak)

Rugae terletak pada papila incisivus. Bisa dilihat pula adanya benjolan atau tidak. Pada palatum dapat dilihat adanya tidaknya torus palatina.

Gambar 1.3. Penggunaan Stetoskop dalam mendeteksi

suara artikular (kliking,krepitasi)

Gambar 1.4. Palpasi TMJ. Respon pasien untuk palpasi, Skor 0-tidak adanya nyeri

pada palpasi, 1-nyeri ringan, 2- nyeri sedang, 3- sakit parah, refelks palpebral

Page 7: Konservasi Gigi

9

Gingiva Gingiva sehat tampak datar, pink pucat, permukaan stipling.

Gigi Geligi Dilihat adanya ekstra teeth (supernumary teeth), kurang gigi (hypodontia, oligodontia), atau tidak ada gigi sama sekali (anodontia), karies, penyakit periodontal, polip, impaksi, malformasi, hipoplasi, staining, kalkulus, dan kelainan gigi lainnya

Tabel 1.3. Gambaran Tiap Bagian pada pemeriksaan intra oral yang diperiksa

Pada kasus dengan adanya pembengkakan, sebaiknya diperiksa lebih

teliti dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Batas-batas pembengkakan :

b. Konsistensi :

c. Fluktuasi :

d. Warna :

e. Mobilitas :

f. Bentuk Permukaan :

g. Mudah Berdarah :

h. Tangkai :

i. Palpasi :

j. Supurasi :

Jelas atau tidak jelas

Keras, Kenyal, Lunak

Positif atau Negatif

Sama atau beda dengan jaringan sekitar

Bergerak atau tidak bergerak

Rata atau tidak rata

Positif atau negatif

Sessile atau pedinculated

Sakit atau tidak sakit

Positif atau negatif

Pemeriksaan obyektif pada gigi dapat ditempuh dengan beberapa cara,

antara lain berikut :

1. Inspeksi : Memeriksa dengan mengamati obyek (gigi) bagaimana

dengan warna, ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan,

permukaan jaringan, permukaan, karies, abrasi, dan resesi

2. Sondasi : Dengan menggunakan sonde atau eksplorer dapat diketahui

kedalaman kavitas dan reaksi pasien. Rasa sakit yang menetap atau

sebentar dan adanya rasa ngilu.

Page 8: Konservasi Gigi

10

Gambar 1.5. Alat Diagnostik (dokumentasi pribadi)

3. Perkusi : Dilakukan dengan cara mengetukkan jari atau instrumen ke

arah jaringan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya

peradangan pada jaringan periodontal atau tidak.

4. Palpasi : Dilakukan dengan cara menekan jaringan ke arah tulang atau

jaringan sekitarnya. Untuk mengetahui adanya peradangan pada

jaringan periosteal tulang rahang, adanya pembengkakan dengan

fluktuasi atau tanpa fluktuasi.

5. Tes mobilitas : Gigi dimobilisasi untuk memeriksa ada tidaknya

luksasi

6. Tes Suhu : Tes yang dilakukan dengan iritan dingin ataupun panas,

untuk mengetahui vitalitas gigi. Lazim digunakan chlor ethyl,

disemprotkan pada kapas kemudian ditempelkan pada bagian servikal

gigi.

7. Tes Elekrik : Pemakaian alat pulp tester untuk mengetahui vitalitas

gigi.

8. Transiluminasi : Menggunakan iluminator dari arah palatal atau

lingual. Untuk mengetahui adanya karies di lingual palatal,

membedakan gigi nekrosis dan gigi vital, serta membantu

mendetekasi fraktur yang tidak terlihat.

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

a. Radiografi

Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan

diagnosis, merencanakan perawatan, dan mengevaluasi hasil perawatan

Gambar alat diagnostik:Kaca mulut untuk melakukan inspeksiSonde/eksplorer untuk melakukan sondasiEkskavator, untuk membersihkan jaringan kariesPinset

Page 9: Konservasi Gigi

11

untuk melihat keadaan gigi secara utuh. Dalam mempelajari radiologi oral

ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yakni :

1. Teknik atau cara untuk mendapatkan hasil yang optimal, dan

2. Interpretasi atau menafsirkan radiogram yang telah dibuat.

Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi,

yaitu:

1. Radiografi intraoral ; teknik periapikal, teknik bite wing atau sayap

gigit, teknik oklusal.

2. Radiografi ekstra oral ; panoramic, oblique lateral, posteroanterior

(PA) jaw, reverse town’s projection.

Radiografi Intra Oral

Radiografi intra oral dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu :

1. Proyeksi Periapikal

Proyeksi ini akan memperlihatkan gambaran suatu gigi berikut tulang

sekitarnya.

Gambar 1.6 Ronsen Periapikal (memperlihatkan lesi di periapikal )

Radiografi Periapikal

Ada dua teknik dalam radiografi periapikal, yaitu :

1. Teknik kesejajaran (Paralleling Technique)

2. Teknik Bidang Bagi (Bisecting Angle Technique)

Page 10: Konservasi Gigi

12

Gambar 1.7. Teknik Parallel dan Bidang Bagi

2. Proyeksi Sayap Gigit (Bitewing)

Proyeksi ini akan memperlihatkan beberapa mahkota gigi dan

mahkota gigi-gigi antagonis krista alveolarnya. Selain itu, teknik ini

juga berguna untuk mendeteksi karies interproksimal dini sebelum

terlihat secara klinis,mendeteksi karies sekunder di bawah tumpatan,

untuk evaluasi jaringan periodontal, perubahan tulang krista alveolaris

dibandingkan gigi sebelahnya, dan dapat mendeteksi kalkulus

interproksimal.

3. Proyeksi Oklusal

Teknik ini menunjukkan bagian lengkung gigi relatif luas, di

antaranya adalah palatum, dasar mulut dan sebagian struktur lateral.

Berguna pula untuk pasien yang tidak dapat membuka mulut cukup

lebar. Digunakan film ukuran besar (7,7 x 5,8 cm = 3 x 2,3 inci)

Indikasi :

1. Mencari dengan tepat letak akar, gigi supernumerary, gigi tidak

tumbuh dan impaksi,

2. Mencari benda asing dalam rahang, batu dalam duktus glandula

sublingualis dan submandibularis,

3. Memperlihatkan dan mengevaluasi keutuhan sinus maksilaris

bagian anterior, medial dan lateral,

4. Membantu pemeriksaan pasien dengan kasus trismus,

5. Menyediakan informasi tentang lokasi, sifat, perluasan dan

perpindahan mandibula atau maksila yang fraktur, dan

Page 11: Konservasi Gigi

13

6. Menentukan perluasan penyakit kearah media dan lateral (misalnya

osteomyelitis, kista dan keganasan) dan untuk mendeteksi penyakit

pada palatum dan dasar mulut.

Radiografi Ektra Oral

Salah satunya adalah ronsen panoramik yang dapat

memperlihatkan mandibula dan maksila secara lebih luas.

Diindikasikan pada pasien dengan trismus dan keterbatasan membuka

mulut, perkembangan dan pola erupsi gigi desidui dan permanen.

Prosedur ronsen, panoramik lebih mudah dan cepat serta radiasi yang

ditimbulkan kecil.

Gambar 1.8 Hasil Ronsen Panoramik

Posisi Pasien

Untuk pengambilan radiograf lengkung maksila, kepala pasien

ditegakkan dengan bidang sagital arah vertikal dan bidang oklusal

horisontal. Untuk mandibula, kepala pasien sedikit menengadah untuk

mengimbangi perubahan bidang oklusal pada saat mulut dibuka.

Radiogram yang terlihat di rahang atas dan rahang bawah

Ada beberapa gambaran radiogram anatomis yang dapat

terlihat, baik pada rahang atas dan bawah. Radiogram tersebut akan

membantu seorang dokter gigi dalam menentukan diagnosis penyakita

dan kelainan dental yang telah menyebar atau melibatkan tulang

rahang.

Page 12: Konservasi Gigi

14

1. Radiogram rahang atas gigi belakang

1. Trabekula; dapat horizontal maupun vertikal, bentuknya seperti

renda

2. Tulang zygomatikus; jika terlihat merupakan gambaran

radiopak yang berbentuk huruf U,

3. Keadaan sinus maksilaris

4. Bentuk anatomi; terutama bentuk anatomi molar pertama,

akarnya adalah 3

5. Terlihat prosesus koronoideus; apabila radiografi dilakukan

pada region molar ke tiga.

6. Terlihat tuber maksilaris apabila radiografi dilakukan pada

region molar ke dua atau ke tiga.

2. Radiogram rahang bawah gigi belakang:

1. Trabekula ; jalannya horizontal,

2. Foramen mentalis; apabila terlihat, maka berada di antara pre

molar kedua dan pertama, atau premolar pertama dan premolar

kedua,

3. Terlihat adanya kanalis mandibularis,

4. Bentuk anatomi, terutama molar pertama akarnya adalah dua,

5. Linea oblique interna dan eksterna kadang akan terlihat.

Kesalahan dalam Pengambilan Radiografi

Seorang dokter gigi terkadang menemukan hasil ronsen foto yang

tidak dapat dibaca atau menimbulkan intepretasi yang salah dalam

membaca hasil ronsen. Hal tersebut dapat berakibat fatal karena akan

mempengaruhi diagnosis dari suatu perawatan. Oleh karena itu, penting

bagi seorang dokter gigi untuk memahami beberapa kesalahan yang terjadi

dalam pengambilan radiografi yang menyebabkan hasil ronsen bisa terlihat

sangat gelap maupun sangat terang. Sebuah foto ronsen dapat terlihat

Page 13: Konservasi Gigi

15

sangat gelap karena tiga alasan, dengan beberapa penjelasan kemungkinan

dapat dilihat pada tabel 1.6.

Alasan Kemungkinan penyebab

Over Exposure Biasanya waktu expose terlalu lama, karena waktu yang

disetting oleh operator tidak tepat atau mungkin terjadi

kesalahan pada x-ray set timer

Over Development Cairan developer terlalu panas atau konsentrasi terlalu

tinggi, karena fota ronsen terlalu lama ditinggal didalam

cairan developper

Fogged Film Kebocoran cahaya di ruang gelap, kegagalan safe

lighting atau buruknya penyimpanan foto ronsen

Tabel 1.6. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Gelap

Sebaliknya, sebuah ronsen foto dapat terlihat sangat terang karena

dua alasan. Masing-masing alasan memiliki beberapa penjelasan

kemungkinan (lihat tabel 7).

Alasan Kemungkinan Penyebab

Under Exposure Biasanya waktu ekspose lebih singkat karena

kesalahan operator dalam memilih exposure

setting atau mungkin terjadi kesalahan pada x-ray

set timer

Under Development Larutan developer mungkin terlalu dingin atau

terlalu encer. Atau foto ronsen ditinggal terlalu

cepat di letakkan di dalam larutan developer.

Tabel 1.7. Alasan dan Kemungkinan Penyebab Ronsen Foto Terlihat Sangat Terang

Page 14: Konservasi Gigi

16

Intepretasi Radiograf

Dalam melakukan intepretasi lesi pada radiograf ada 7 hal yang

perlu diperhatikan yaitu :

1. Jumlah :

2. Densitas :

3. Tempat :

4. Ukuran :

5. Lobus :

6. Batas Sepi :

Single atau Multiple

Radiopak atau Radiolusen

Posisi Anatomis

Diameter Besar, Sedang Kecil

Satu Lobus (Unilokuler) atau berlobus-lobus (multilokuler)

Jelas atau Tidak Jelas

Proses melakukan intepretasi gambaran diagnostik ronsen foto baik

dengan ekstra oral maupun intra oral, maka secara umum ada 2 gambaran

yang didapatkan, yaitu gambaran radiolusen dan radiopak.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk evaluasi pasien dengan

sakit atau tanda dan gejala pada orofasial yang menjurus ke arah penyakit

otorinologik, kelenjar saliva atau penyakit jaringan adneksa lainnya.

Prosedur laboratorium biasanya dikelompokkan menurut divisi dari

pelayanan laboratorium yang melakukan satu kelompok tes tertentu, yaitu

hematologi, kimia darah, urinalisis, histopatologi dan sitologi,

mikrobiologi dan imunologi.

1. Pengambilan specimen darah

Specimen darah kapiler, vena, dan arteri semuanya segera

digunakan untuk melakukan pemeriksaan hematologi dan kimia darah.

Pemilihannya tergantung pada nilai apa yang dibutuhkan. Berikut ini

adalah tabel yang menunjukkan nilai normal dari pemeriksaan yang

dilakukan:

Tes Nilai NormalJumlah total sel darah merah 4-5,5 juta/mm3 darah

Page 15: Konservasi Gigi

17

Jumlah total sel darah putih 4-10.000/mm3 darahKadar hemoglobin 14-18 g/dl untuk pria

12-16 g/dl untuk wanitaJumlah trombosit 150.000-450.000/mm3 darahHematoktit 40-50%Waktu perdarahan < 5-6 menitKadar gula darah Puasa 70-100 mg/dl

2 jam postprandikal < 120 mg/dlAsam urat serum 2-8 mg/dlKolesterol serum < 300 mg/dl

2. Pemeriksaan Biopsi

Dalam rongga mulut, pemeriksaan biopsi digunakan untuk

mengukuhkan suatu diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang

dicurigai dan sebagai penunjang diagnosa dalam mengevaluasi

kelainan non-neoplastik, seperti misalnya nodul mukosa dan papiloma,

lichen planus erosive, eritema multiformis, lupus eritematosus,

pemfigus, serta gingivitis deskuamatika.

Macam-macam pemeriksaan biopsi dalam rongga mulut yang

dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Eksisi/Eksisional Biopsi

Eksisi dilakukan dengan mengambil seluruh lesi yang dicurigai.

Dilakukan untuk lesi-lesi yang kecil (diameter <1 cm) dan mudah

dilakukan, serta harus melibatkan jaringan sehat di sekitarnya, baik

lesi superficial ata profunda, lunak atau keras.

2. Insisi

Insisi dilakukan dengan mengambil sebagian kecil jaringan lesi,

biasanya untuk lesi-lesi yang luas atau melibatkan jaringan lain

atau pada kasus potensial ganas atau untuk menghindari struktur

penting di sekitarnya (arteri atau saraf).

3. Aspirasi Jarum Halus

Aspirasi jarum halus dilakukan untuk mengambil jaringan di

daerah yang tertutup dimaksud untuk melihat sel-sel jaringan lesi

yang dicurigai.

Page 16: Konservasi Gigi

18

4. Usapan

Usapan dilakukan untuk mengambil sel-sel jaringan lesi terutama

yang diduga adanya keganasan.

2.1.4 Diagnosis

Diagnosis adalah cara-cara menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala

(simptom) dan tanda (sign) yang ada. Macam-macam diagnosis :

a. Diagnosis medis, yaitu proses penentuan jenis penyakit berdasarkan

tanda dan gejala menggunakan cara dan alat penunjang seperti

laboratorium, foto dan klinik.

b. Diagnosis banding/differential diagnosis (DD), yaitu diagnosis yang

dilakukan dengan membandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan

tanda klinis penyakit lain.

2.1.5 Prognosis

Prognosis adalah prakiraan/ramalan tentang jalannya penyakit (termasuk

sesudah diberikan pengobatan/perawatan tertentu). Jenis prognosis :

1. Prognosis Bona(m) : ramalan baik

2. Prognosis dubia ad bona (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke baik

3. Prognosis dubia ad mala (m) : ramalan ragu-ragu tapi condong ke buruk

4. Prognosis mala (m) : ramalan buruk

2.1.6 Assessment

Assessment (penilaian) terhadap status yang diperlukan pasien, baik itu

dalam hal status gigi dan jaringan mulut apakah masih bisa dirawat atau

tidak, ataupun status pasien yang berhubungan dengan kondisi sistemik

sehingga memengaruhi rencana perawatan yang akan dilakukan.

Klasifikasi assessment yang telah ditentukan oleh ASA (American Society of

Anesthesiology) dapat dilihat pada Tabel 1.9 di bawah ini.

Klasifikasi Tekanan Darah Kondisi Fisik Pasien

Kelas 1 < 140/90 Pasien dengan kesehatan baik

Kelas 2 140-160/90-95 Pasien dengan penyakit sistemik ringan

sampai sedang, masih dapat melakukan

aktivitas rutin

Page 17: Konservasi Gigi

19

Kelas 3 160-200/95-115 Pasien dengan penyakit sistemik yang

berat, dan terbatas melakukan aktivitas,

masih dapat diramalkan untuk anestesi dan

operasi (predictable risk)

Kelas 4 >200/>115 Pasien dengan penyakit sistemik yang

mengancam kehidupannya, dan tidak

mampu melakukan aktivitas fisik, perlu

perawatan intensif sebelum dilakukan

operasi (unpredictable risk)

Kelas 5 Pasien yang hampir meninggal yang

harapan hidupnya tidak lebih dari 24 jam

Kelas E Pasien dengan keadaan gawat darurat

Tabel 1.9 Status Fisik yang diklasifikasikan ASA

2.1.7 Rencana Perawatan

Perencanaan perawatan (treatment planning) diperlukan oleh seorang

dokter gigi untuk membuat jadwal kerja dan prioritas perawatan. Prinsip

rencana perawatan yang dapat diaplikasikan sebagai berikut :

1. Menghilangkan rasa sakit/keluhan

2. Mencabut gigi yang sudah tidak dapat dirawat

3. Memberikan edukasi

4. Meningkatkan kondisi periodontal

5. Restorasi gigi yang mengalami karies

6. Prosedur perawatan yang lebih lanjut : endodontic, prostodontik,

ortodontik, dan

7. Fase pemeliharaan (recall).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi treatment planning, yakni :

1. Pasien : riwayat kesehatan yang dapat mengalami komplikasi, kecemasan,

kooperatif,

2. Dokter gigi : kemampuan dokter gigi untuk melakukan perawatan,

Page 18: Konservasi Gigi

20

3. Biaya : kemampuan pasien untuk mengeluarkan uang untuk biaya

perawatan,

4. Faktor-faktor lain seperti kesediaan alat dan bahan, ataupun gigi yang

terlibat dalam satu segmen/kuadran.

Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat treatment planning,

antara lain :

1. Urgensi perawatan, dilakukan untuk mempertimbangkan seberapa penting

dan mendesak (darurat) perawatan tersebut dilakukan.

2. Urutan perawatan, dilakukan untuk menentukan prioritas dan perawatan

lanjutan.

3. Kemungkinan hasil perawatan, berkaitan dengan prognosis perawatan

penyakit.

2.2 Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras, yaitu email, dentin dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang dapat difermentasikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya

(Abu, 2002). Beberapa etiologi karies adalah:

1. Karbohidrat : sukrosa dan glukosa, dapat difermentasikan oleh bakteri

2. Bakteri : membentuk asam

3. Waktu : penurunan ph dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi

4. Gigi : kedalaman pit dan fisur dari gigi.

Klasifikasi karies:

1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)

a. Karies Superfisialis

Karies Superfisialis yaitu kedalaman karies baru

mengenai email saja (sampai dentino enamel junction),

sedangkan dentin belum terkena(Mansjoer, 2000).

Gbr. Karies Superficialis

Page 19: Konservasi Gigi

21

b. Karies Media

Karies Media yaitu karies sudah mengenai

dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin

(Mansjoer, 2000).

Gbr. Karies Media

c. Karies Profunda

Di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah

dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa

(Mansjoer, 2000).

Gbr. Karies Profunda

2. Berdasarkan Letaknya ( Klasifikasi G. V Black)

Klasifikasi karies menurut Prof GV. Black. Dibagi dalam lima kelas.

1). Karies Kelas I

a). Semua karies pada Pit dan fissure yang terjadi pada :

1. Permukaan oklusal posterior (permukaan pengunyahan gigi

geraham)

2. 2/3 bagian oklusal, permukaan bukal dan lingual/palatal gigi

posterior ( bagian pengunyahan, permukaan dekat pipi dan

dekat lidah/langit-langit gigi geraham)

3. Permukaan palatal incisal insisivus rahang atas (Kidd, 1992).

b). Karies pada permukaan halus yang terjadi pada 2/3 oklusal atau incisal

semua gigi (Kidd, 1992).

Page 20: Konservasi Gigi

22

gambar: 1.1

2). Karies kelas II

Karies pada permukaan proksimal gigi posterior (sela antar gigi

geraham) (Kidd, 1992).

gambar : 1.2

3). Karies kelas III.

Karies pada permukaan proksimal incicivus dan caninus (sela antar

gigi depan), belum melibatkan sudut atau tepi incisal (Kidd, 1992).

Page 21: Konservasi Gigi

23

Gambar 1.3

permukaan proximal gigi anterior dengan kemungkinan perluasan ke

arah labial atau lingual.

4). Karies Kelas IV.

Karies pada permukanan proksiamal incicivus dan caninus (sela antar

gigi depan), sudah melibatkan sudut incisal (Kidd, 1992).

Gambar 1.4

5). Karies kelas V

Karies pada 1/3 gusi (gingival third) permukaan labial (dekat bibir),

lingual (dekat lidah) atau permukaan bukal (dekat pipi) semua gigi

(Kidd, 1992).

Page 22: Konservasi Gigi

24

Gambar 1.5

3. Berdasarkan permukaan yang terkena

1. Simple Caries

Karies yang mengenai satu permukaan gigi, misal karies mengenai

bagian lingual saja (bagian gigi dekat lidah) (Manson, 1993)

2. Compound Caries

Karies yang mengenai / melibatkan dua permukaan gigi, misalnya

karies mesio oklusal, karies disto oklusal (Manson, 1993)

3. Complex Caries

Karies yang mengenai / melibatkan tiga permukaan atau lebih,

misalnya karies mesio oklusal distal atau karies distal oklusal bukal

(Manson, 1993)

4. Berdasarkan permukaan yang terkena

1) Pit dan Fissure karies

Karies yang mengenai permukaan kasar gigi yaitu pada bagian

pit dan fissure (Mansjoer, 2000).

2) Smooth Surface Cavity

Karies yang mengenai bagian halus gigi yaitu bagian lingual

(dekat lidah), palatal (dekat langit-langit), bukal (dekat pipi), dan

labial (dekat bibir) (Mansjoer, 2000).

5. Berdasarkan waktu terjadinya

Page 23: Konservasi Gigi

25

a) Karies Primer

Karies yang terjadi saat serangan pertama pada gigi (Mansjoer,

2000).

b) Karies Sekunder / Recurrent Caries

Karies yang terjadi pada tepi restorasi gigi yang dikarenakan

permukaan yang kasar, tepi menggantung (overhanging margin),

pecahnya bagian-bagian gigi posterior yang mempunyai

kecenderungan karies karena sulit di bersihkan (Mansjoer, 2000).

2.3 Abrasi

Didefinisikan sebagai pelepasan suatu bahan atau struktur melalui suatu

proses mekanik seperti grinding, penggosokan, atau pengikisan.(Annusavice,

2003).

Menurut kamus kedokteran gigi (Harty,1991) Abrasi adalah keausan yang

ditimbulkan akibat gesekan antar gigi atau mengunyah makanan yang kasar

atau sikat gigi yang salah.

Faktor-faktor yang menyebabkan abrasi :

1. Penggunaan bahan abrasif yang berlebihan pada pada pasta gigi.

Bahan abrasif yang terdapat pada pasta gigi umumnya berbentuk bubuk

pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk

dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah

kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif antara lain silica atau hydrated

silica, sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium

karbonat.( Herdiyati dan sasmita, 2010)

2. Kekerasan partikel abrasif

3. Bentuk partikel bahan abrasif

4. Besar partikel bahan abrasif

5. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif

6. Kecepatan gerakan menggosok

7.Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok

8. Sifat-sifat bahan yang akan digosok

2.4 Restorasi Estetik

Page 24: Konservasi Gigi

26

2.4.1 Syarat Bahan Restorasi Estetik

1. Biokompatibilitas

2. Berikatan secara permanen pada struktur gigi dan tulang

3. Memiliki estetik seperti struktur gigi dan jaringan lainnya yang tampak.

4. Memiliki sifat yang sama dengan email, dentin, dan jaringan lainnya

5. Dapat memicu terjadinya proses regenerasi pada jaringan yang rusak

(Annusavice, 2003)

2.4.2 Macam Bahan Restorasi Estetik

1. Komposit

Komposit adalah suatu campuran dari dua material atau lebih, masing-

masing materialnya memberikan kontribusi pada sifat resin komposit.

Ada 3 komponen utama pada resin komposit, yaitu:

a. Matriks resin organic

b. Bahan pengisi anorganik (filler)

c. Bahan pengikat (coupling agent)

Sifat resin komposit:

a. Adaptasi tepi baik

b. Resistensi terhadap abrasi baik

c. Ekspansi termal rendah

d. Pengkerutan selama polimerisasi

e. Perlekatan secara mikromekanis

f. Tidak mengandung fluor

g. Hidrofobik

Mekanisme Perlekatan Terhadap gigi

Adhesi terjadi apabila dua substansi yang berbeda melekat

sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya Tarik menarik yang

timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan

secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara.

Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengna jaringan

Page 25: Konservasi Gigi

27

gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya

porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik.

Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin

dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin

dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent) (Anusavice,

2003).

Macam Resin Komposit

a. Komposit Flowable

Komposit dengan viskositas rendah yang diaktivasi dengan sinar.

Komposit ini diindikasikan terutama unutk lesi servikal, restorasi

untuk gigi desidui, restorasi kecil dan bebas dari tekanan

pengunyahan (Abu, 2002).

b. Komposit Packable

Komposit ini diindikasikan untuk kavitas kelas I, II & IV (mesial,

oklusal distal) dan perlu aktivasi sinar (Abu, 2002).

Keuntungan Resin Komposit :

a. Lebih estetis

b. Mempertahankan struktur gigi (conservative approach)

c. Berikatan pada struktur gigi dengan bahan bonding, menutup

margin restorasi dan memperkuat sisa struktur gigi, dan

d. Radiopak, mengevaluasi kontur, marginal adapatasi dan

membedakan antara restorasi, lesi karies dan struktur gigi sehat

(Abu, 2002).

Kerugian Resin Komposit:

a. Terjadi pengkerutan saat polimerisasi

b. Terjadinya lesi karies sekunder

c. Dapat mengabsorbsi air (hydrolytic breakdown) (Abu, 2002).

2. Glass Ionomer Cement

Komposisi glass ionomer cement adalah serbuk (calcium

fluoroalumino glass) dan cairan (poly alkenoic acid) (Abu, 2002).

Indikasi Glass Ionomer Cement:

Page 26: Konservasi Gigi

28

a. Restorasi pada lesi erosi / abrasi tanpa preparasi kavitas

b. Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal

c. Restorasi gigi desidui

d. Restorasi lesi karies kelas V

e. Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaanya dari

lingual atas palatinal belum melibatkan bagian labial (Abu, 2002).

Tipe Glass Ionomer Cement:

a. Tipe 1: Luting e. Tipe 6: Core build up

b. Tipe 2: Restorasi f. Tipe 7: Fluoride release

c. Tipe 3: Lining/base g. Tipe 8: ART

d. Tipe 4: Fissure sealant h. Tipe 9: Decidui restoration

e. Tipe 5: Orthodontic cement

Mekanisme Perlekatan GIC terhadap gigi

Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin,

perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi

dan ion COOH dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua

kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini

maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi. Semen ionomer kaca

tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara

rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya

polyanion dengan berat molekul yang tinggi. (Anusavice, 2003).

Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah

dengan membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan

kavitas yang bersih dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer

kaca (Baum, 1997).

Page 27: Konservasi Gigi

29

Gambar proses kimiawi perlekatan GIC

Keuntungan GIC:

a. Dapat berikatan secara kimiawi dengan gigi, dapat berikatan pula

dengan email dan dentin.

b. Dapat melepaskan fluoride

c. Memiliki stabilitas dimensi tinggi

d. Mempunyai sifat biokompatibilitas (Abu, 2002).

Kekurangan GIC:

a. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain,

sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima

beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham)

b. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara

jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli

c. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding

tambalan lain (Anusavice, 2003).

2.5 Prinsip Preparasi

Black (1924) menentukan beberapa aturan preparasi yang perlu diikuti untuk

restorasi gigi permanen yang karies. Restorasi gigi sulung masih mengikuti

prinsip preparasi Black dengan beberapa modifikasi.

Page 28: Konservasi Gigi

30

Prinsip – prinsip Black untuk preparasi kavitas ada tujuh, yaitu :

1. Outline form.

2. Removal of caries (Membuang jaringan karies).

3. Resistance form (Membuat bentuk resistensi).

4. Retention form (Membuat bentuk retensi).

5. Convenience form.

6. Finishing the enamel margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas).

7. Toilet of the cavity (Membersihkan kavitas dari debris).

1. Outline Form

Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi

kavitas Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan

outline form antara lain:Tempat atau permukaan yang mudah diserang

karies harus dimasukkan dalam outline form

· Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus

dimasukkan dalam outline form

· Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.

· Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.

Pedodonsia Terapan 8

· Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi – tepi

kavitas harus ditempatkan pada daerah – daerah gigi yang imun

terhadap karies, yaitu pada tempat – tempat di mana kemungkinan

terjadinya karies kecil.

Perluasan preparasi dapat dilakukan ke arah :

a. Oklusal.

b. Mesial, distal

c. Bukal, lingual, palatinal

d. Servikal, gingival.

Pelebaran ke arah oklusal dalam prinsipnya harus dimasukkan pit

dan fisur.

· Jangan membiarkan overhanging enamel yang tidak didukung oleh

dentin yang sehat karena enamel yang demikian sangat rapuh.

Page 29: Konservasi Gigi

31

· Bila ada dua kavitas pada fisur dipisahkan oleh lapisan enamel yang

tipis, maka lapisan enamel itu sebaiknya dipreparasi juga.

4.2 Removal of Caries (Membuang jaringan karies)

Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies

digunakan ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah. Pada kvitas

yang dangkal dilakukan serentak karena jaringan karies sudah

terambil ketika membentuk resistance dan retention form. Karies

tidak boleh ditinggalkan dalam kavitas karena bila terjadi kebocoran

tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan menjadi aktif.

4.3 Resistance (Membuat bentuk resistensi)

Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas

sedemikian rupa sehingga gigi dan tumpatan cukup kuat menerima

tekanan serta menahan daya kunyah. Berikut adalah hal – hal yang

perlu diperhatikan :

· Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada

kavitas Klas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang

tidak disonkong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian

akan menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini

perlu diisi terlebih dahulu bagian undermine (dasarnya) dengan

semen Zn fosfat.

4.4 Retention Form

Retention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa

sehingga tumpatan tersebut memperoleh pegangan yang kuat dan

tidak mudah bergeser terhadap daya kunyah. Tumpatan tidak lepas

ketika gigi berfungsi.

4.5 Convenience Form

Convenience form adalah upaya membentuk kavitas sedemikian

rupa sehingga memudahkan untuk bekerja dengan alat – alat, baik

dalam hal preparasi maupun memasukkan bahan tumpatan ke dalam

kavitas. Pembuatan conviniece form untuk preparasi tumpatan

Page 30: Konservasi Gigi

32

amalgam diperlukan juga sehingga meluaskan lapangan penglihatan

pada waktu preparasi. Misalnya :

· Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas

yang kecil dan sempit. Tetapi bagian dalam kavitas sudah meluas.

Sehubungan dengan ini maka kavitas perlu dilebarkan pada

permukaan luar sebelum kavitas sebelah dalam dipreparasi.

· Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi

tetangga yang letaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya.

Untuk preparasi kavitas tersebut sebelumnya harus dipreparasi

dahulu jaringan gigi sebelah oklusal, bukal, lingual / palatal sekitar

aproksimal kavitas yang baik.

· Memilih alat – alat yang kecil ukurannya.

Pedodonsia Terapan 11

4.6 Finishing the Enamel Margin (Menghaluskan dinding / tepi

kavitas)

Finishing the enamel margin adlah tindakan untuk membuat

dinding yang halus dan rata dengan tujuan mendapatkan kontak

marginal yang baik.

4.7 Toilet of Cavity (Membersihkan kavitas debris / sisa – sisa

preparasi)

Toilet of cavity yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris /

sisa – sisa preparasi.

Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini ialah :

· Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.

· Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat

jaringan karies yang harus segera dikeluarkan.

· Kemudian dinding – dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau

stelirizing agent lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara.

· Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap

dijaga terhadap semua kotoran – kotoran, kuman – kuman dan

saliva dengan memblokir kelenjar ludah dengan cotton roll

sebelum pemberian basis dan mengisi tumpatan.

Page 31: Konservasi Gigi

33