Top Banner
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN SNQS 2010 KONSEP DIRI PERSPEKTIF AL-QUR’AN TERKAIT PEMBENTUKAN MORAL REMAJA ……………………………………………………………………………… Jenis Kegiatan: PKM - GT Disusun Oleh : Nama : Sudrajat NIM : 9. 334. 021. 07 Angkatan : 2007 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2010
28

KonsepDiriPerspektifAl Quran

Jun 24, 2015

Download

Documents

padistya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KonsepDiriPerspektifAl Quran

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN SNQS 2010

KONSEP DIRI PERSPEKTIF AL-QUR’AN

TERKAIT PEMBENTUKAN MORAL REMAJA

………………………………………………………………………………

Jenis Kegiatan:

PKM - GT

Disusun Oleh :

Nama : Sudrajat

NIM : 9. 334. 021. 07

Angkatan : 2007

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

KEDIRI 2010

Page 2: KonsepDiriPerspektifAl Quran

HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an Terkait

Pembentukan Moral Remaja

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( X ) PKM-GT

(Pilih salah satu)

3. Penulis

a. Nama Lengkap : SUDRAJAT

b. NIM : 9. 334. 021. 07

c. Program Studi : Psikologi Islam

d. Jurusan :Ushuluddin dan Ilmu Sosial

e. Universitas/Institut/Politeknik : STAIN Kediri

f. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Ds. Panguragan Lor Blok V No. 12

Kec. Panguragan

Kab. Cirebon 45163

085 235 835 700

g. Alamat email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : - orang

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Moh. Asror Yusuf, M. Ag

b. NIP : 150 327 295

c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : 081 594 967 45

Kediri,15 Februari 2010

Menyetujui

Program Studi Penulis

(M. Shofiyul Huda MF, M. Ag) ( S u d r a j a t )

NIP. 150 327 297 NIM. 9. 334. 021. 07

Pembantu Ketua Sekolah Tinggi Dosen Pendamping

Agama Islam Negeri Kediri

( Drs. H. Syamsul Huda, M. Ag) ( Moh. Asror Yusuf, M. Ag )

NIP. 150 259 589 NIP. 150 327 295

i

Page 3: KonsepDiriPerspektifAl Quran

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sangat besar nikmat Allah,

sangat besar kasih sayang-Nya kepada kita semua. Demikian pula sholawat dan

salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu’ alaihi

wasallam, beserta keluarga beliau, sahabat dan para tabi’in.

Bagaimanakah moral penerus agama dan bangsa kita? Mampukah

pendidikan formal membentuk remaja yang bermoral? Kata itulah yang membuat

penulis bergegas menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

Karya ilmiah yang sedang dihadapkan pada pembaca ini merupakan suatu

usaha untuk menawarkan sebuah wacana tentang realitas masyarakat dan sebagai

kreativitas pemuda muslm dan anak bangsa yang diharapkan mampu memberikan

sumbangsih terhadap dunia akademis. Karya ilmiah dengan judul "Konsep Diri

Perspektif Al-Qur’an terkait Pembentukan Moral Remaja" merupakan suatu

wacana yang ditawarkan penulis kepada pembaca dan diharapkan mampu menjadi

tolok ukur tentang permasalahan moral remaja muslim pada khusunya dan semua

remaja di bangsa kita yang tercinta ini pada umumnya supaya tercapai kehidupan

beragama, berbangsa dan bernegara yang harmonis dan sejahtera .

Tentunya sebagai karya sederhana yang masih terdapat banyak

kekurangan dan masih membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar tercipta

dialektika pengetahuan dan lebih memotivasi penulis untuk lebih kritis terhadap

realitas masyarakat. Tidak lupa penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada bapak-ibu dosen Psikologi STAIN Kediri yang telah membantu penulis

dalam memahami kajian-kajian Psikologi dan teman-teman yang telah

memberikan dukungan penuh, baik secara material, maupun spiritual dalam

menyelesaikan pembuatan karya ilmiah yang sangat terbatas akan keilmuan ini.

Kediri, 15 Februari 2010

S u d r a j a t t

ii

Page 4: KonsepDiriPerspektifAl Quran

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ......................................................…….……….…..….……i

Kata Pengantar ……………………………………………………….......….……ii

Daftar Isi …………………………………………………………...……….........iii

Ringkasan ................................................................................................................v

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah …………………......……………………….….….1

Rumusan Masalah ……………......………………………………………....2

Gagasan pemikiram.........................................................................................2

Tujuan Penulisan ..……………………….......……………………………...2

Manfaat Penulisan ………………………......……………………………....2

TELAAH PUSTAKA

Definisi Konsep Diri……….………….......……..……….……...........….....3

Macam-Macam Konsep Diri……………….…………..…………........…....3

Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an……………… …………......……….......4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri dalam Al-Qur’an...............5

Moral Remaja..................................................................................................8

Teori Perkembangan Moral.............................................................................9

Aspek Pendorong Terbentuknya Moral........................................................11

METODE PENULISAN

Pengumpulan Data/Sumber Data .................................................................11

Metode Pengolahan Data .............................................................................12

Metode Pembahasan Data ............................................................................12

ANALISIS DAN SINTESIS

Analisis.........................................................................................................12

Sintesis..........................................................................................................14

iii

Page 5: KonsepDiriPerspektifAl Quran

PENUTUP

Kesimpulan ………………….........……………………………………….14

Saran …………………………….......……………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI PENULIS

LAMPIRAN

iv

Page 6: KonsepDiriPerspektifAl Quran

RINGKASAN

Karya ilmiah ini merupakan suatu usaha yang ingin untuk menawarkan

sebuah wacana tentang realitas masyarakat mengenai pembentukan moral remaja

yang ditinjau dari konsep diri yang tersirat dalam Al-Qur’an.

Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep

diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi

dengan lingkungan.

Dalam kajian ini terdapat dua masalah yang akan dijawab, yaitu

bagaimanakah pandangan Al-Qur’an tentang konsep diri? Dan bagaimanakah

konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukkan moral remaja?

Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Konsep terbagi menjadi

dua, yakni konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif akan

membawa kepribadian yang mantap, penerimaan diri sebagai seseorang yang

sama berharganya dengan orang lain, memberi kepuasan dalam kehidupannya

dengan dunia sekitarnya tanpa harus menimbulkan gangguan mentalnya.

Sedangkan konsep diri negatif akan cenderung membuat individu bersikap tidak

efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan

lingkungan dalam masyarakat.

Remaja harus menyesuaikan diri terhadap tuntutan dirinya dan harapan

lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan pada kepribadiannya oleh

karena itu remaja terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang baru dan

norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang

menghambat remaja di dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi remaja

yang seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan

pencapaian konsep diri positif.

Al-Qur’an dan hadist sangat menentukan dalam membentuk konsep diri

seseorang. Karena konsep diri berperan dalam menentukan keberhasilan dan

kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam masyarakat

dalam pembentukkan moral remaja.

v

Page 7: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang

berhubungan dengan baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Seseorang

dikatakan bermoral, bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan

norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Perkembangan dan pembentukan

moral yang paling penting terletak pada masa remaja. Hal ini dikarenakan di satu

sisi remaja dituntut dalam pencapaian moral guna persiapan pada masa dewasa, di

sisi lain perkembangan moral remaja biasanya terletak pada tahap 3 yakni norma

interpersonal yang mana remaja pada tahap ini masih menganggap rasa percaya,

sayang dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dalam melakukan

penilaian moral.

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini

terdapat tiga tahap, yakni pengumpulsn data yang mana terdapat data primer dan

data skunder, pengolahan data yang menggunakan metode tematik dan

pembahasan data yang menggunakan metode deduksi dan metode induksi.

Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep

diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso

tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral

remaja.

Ririen Agustin dalam penelitiannya tentang pembinaan moral di Panti

Pamardi Putra Mandiri Sendangguo Kecamatan Tembalang Kota Semarang

terdapat faktor penghambat dalam pembinaan moral remaja, yakni pembina

merasa kesulitan dalam proses pembinaan khususnya membina anak jalanan,

karena latar belakang anak jalanan yang terbiasa hidup di jalan tanpa ada aturan.

Dari pernyataan Ririen Agustin di atas menjelaskan bahwa penentu

pertama pembinaan moral adalah latar belakang orang yang dibina itu sendiri.

Sedangkan latar belakang individu sangat terkait dengan konsep diri.

Dalam mbagian penutup penulis memberikan saran kepada pihak-pihak

terkail dengan oembahasan karya ilmiah ini, yakni remaja, keluarga dan

masyarakat sekitar.

vi

Page 8: KonsepDiriPerspektifAl Quran

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain sebagai

teman hidup, karena manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam menjalani

kehidupannya manusia menempati lingkungan tertentu, sehingga manusia tersebut

dapat melakukan peranannya dan dapat memenuhi kebutuhannya. Manusia dalam

kehidupannya selalu membutuhkan pergaulan dengan orang lain, agar mencapai

taraf tingkah laku yang baik dalam hidupnya.

Dalam kehidupan remaja selalu datang kebudayaan yang belum tentu

positif pengaruhnya bagi kehidupannya. Remaja yang selektif akan mempelajari

dan menerima kebudayaan yang baru untuk menambah wawasan bagi dirinya, dan

sebaliknya remaja yang tidak selektif akan mudah terbawa arus sehingga akan

terjerumus dalam kebudayaan yang merusak kepribadian dan moralnya.

Remaja harus menyesuaikan diri terhadap tuntutan dirinya dan harapan

lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan pada kepribadiannya. Oleh

karena itu remaja terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang baru dan

norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang

menghambat remaja dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi remaja yang

seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan pencapaian

konsep diri positif.

Sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya

merupakan pengertian konsep diri. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan

mampu menghadapi tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya

remaja yang memiliki konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri,

merasa kurang yakin dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan

opini dari orang lain dalam memutuskan sesuatu.

Al-Qur’an dan hadist sangat menentukan dalam membentuk konsep diri

seseorang. Karena konsep diri berperan dalam menentukan keberhasilan dan

kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam masyarakat.

Page 9: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Dalam kondisi seperti ini, remaja butuh suatu pegangan dalam dirinya

yaitu suatu kejelasan konsep yang dapat dijadikan sarana untuk bertingkah laku

dalam menghadapi segala masalah hidupnya dan menjadikan dirinya sebagai

remaja yang bermoral.

Rumusan Masalah

− Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang konsep diri?

− Bagaimanakah konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukan

moral remaja?

Gagasan Pemikiran

Dalam karya ilmiah yang singkat ini penulis mempunyai suatu tujuan yang

tidak dapat diukur secara meteriil. Tujuan tersebut adalah dalam karya ilmiah ini

penulis berusaha menawarkan wacana keilmuan yang bersumber dari nilai-nilai

ajaran Islam. Penulis berusaha menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan

dengan konsep diri yang berfungsi sebagai pembentuk moral manusia pada

umumnya, dan moral remaja pada khususnya.

Tujuan Penulisan

− Untuk mengetahui konsep diri dalam pandangan Al-Qur’an.

− Untuk mengetahui konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukan

moral remaja

Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini ada dua macam, yakni:

Kegunaan Teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an, khususnya

dalam hal bimbingan remaja yang berkonsep diri negatif.

Kegunaan Praktis

Dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan bagi para

pendidik dan orang tua dalam pembentukan moral remaja.

2

Page 10: KonsepDiriPerspektifAl Quran

TELAAH PUSTAKA

Definisi Konsep Diri

Secara umum konsep diri (self-concept) merupakan cara keseluruhan

informasi yang kompleks, yang secara keseluruhan membentuk diri seseorang

(Mokoginta, 200:536).

William H. Fitt (1991) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan

aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan

kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan

(Agustiani, 2006:138).

Menurut Carl Rogers diri atau konsep diri merupakan keseluruhan

konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi

tentang sifat-sifat diri subjek dan persepsi-persepsi tentang hubungan antara

subjek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai

yang melekat pada persepsi-perepsi ini (Hall, 1993:134).

Hurlock menerangkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pembentukan konsep diri. Faktor-faktor tersebut adalah:

− Usia Kematangan.

− Penampilan Diri.

− Kepatutan Seks.

− Nama dan Julukan.

− Hubungan Keluarga.

− Teman Sebaya.

− Kreativitas.

− Cita- Cita (Hurlock, 1999:235).

Macam-Macam Konsep Diri

Setiap individu pasti memiliki konsep diri. Dalam kenyataannya tidak ada

individu yang sepenuhnya memiliki konsep diri yang positif atau sepenuhnya

negatif. Walaupun demikian konsep diri dapat digolongkan menjadi dua, yakni:

Page 11: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Konsep Diri Positif

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert individu yang

memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu :

− Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.

− Ia merasa setara dengan orang lain.

− Ia menerima pujian tanpa rasa malu.

− Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,

keinginan dan perilaku yang tidak sepenuhnya disetujui masyarakat.

− Ia mampu memperbaiki dirinya sendiri (Rakhmat, 2005:105).

Konsep Diri Negatif

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda

individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu :

− Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang

diterimanya, mudah marah dan naik pitam.

− Responsif sekali terhadap pujian, ia tidak dapat menyembunyikan

antusiasmenya pada waktu menerima pujian.

− Memiliki sikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh,

mencela atau meremehkan apapun dan siapapun.

− Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. (Rakhmat, 2005:105).

Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an

Al-Qur'an telah mendorong kepada manusia untuk memperhatikan dirinya

sendiri, keistimewaannya dari makhluk lain dan proses penciptaan dirinya. Ayat-

ayat di bawah ini dapat dijadikan sebagai renungan tentang siapa diri manusia.

و�� أ()'&% أ�# "! �ون) ٢٠(و�� ا�رض ءا��ت �������

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-

orang yang yakin, (20) dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka

apakah kamu tiada memperhatikan? (QS. Adz-Dzariyat:20-21)

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah bahwa di

dunia ini telah terdapat tanda-tanda yang semuanya itu menunjukkan keagungan

Sang Maha Pencipta dan kekuasaannya yang sangat luas, seperti bermacam-

masam tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, padang-padang, gunung-gunung,

4

Page 12: KonsepDiriPerspektifAl Quran

gurun-gurun, dan sungai-sungai, dan perbedaan bahasa dan ras atau warna kulit

pada manusia dan apa-apa yang terdapat dalam diri manusia yaitu akal,

pemahaman, harkat, dan kebahagiaan (Katsir, Jilid IV:281-282).

Adanya perbedaan dalam diri manusia inilah seharusnya membuat setiap

manusia harus memperhatikan dirinya sendiri baik itu dari segi fisik maupun

psikolgis. Karena perbedaan dalam diri manusia tersebut sangat penting kiranya

manusia untuk memiliki konsep diri yang jelas. Dengan mengetahui konsep diri

yang jelas setiap individu akan mengetahui secara terfokus apa yang dapat mereka

kontribusikan, baik dalam hubungan sesama manusia yang mencakup moral,

maupun hubungan dengan sang Kholik.

أو�% �:)&4�وا �� أ()'7% ,� 9�1 ا��84 ا�'4�ات وا�رض و,� 7��3� إ45 �3�012 وأ/. ,'+*

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri

mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada

di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan

waktu yang ditentukan. (QS. Ar-Rum:8)

Ayat di atas memiliki makna bahwa Allah menciptakan seluruh

ciptaaanya dengan tujuan yang benar dan waktu yang telah ditentukan yang

menurut Ibnu Katsir adalah hari kiamat (Katsir, Jilid III:517-518).

Berdasarkan ini, manusia seharusnya memikirkan dan merenungkan

penciptaan diri mereka sendiri. Sehingga dapat mengetahui siapa dirinya

dan apa yang harus ia perbuat semasa hidupnya karena seluruh hidup akan

kembali kepada Sang Pencipta.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep dalam Al-Qur’an

Berpikir Positif

وA)@2� 5 ���7% إن4 ا�;@4ة ��84 /�;� ه� ا�'4�> ا�;��%Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya

kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Yunus: 65)

Allah menegaskan kepada Rasulullah SAW agar tidak bersedih hati

mendengar perkataan orang-orang musyrikin dan mohon pertolongan dan

tawakallah hanya kepada Allah semata karena seluruh kekuasaan adalah

milik Allah (Katsir, Jilid II: 516). Kritik yang dilontarkan seseorang

terhadap orang lain atau diri sendiri bisa saja sebagai keuntungan jika

5

Page 13: KonsepDiriPerspektifAl Quran

diperhatikan dengan objektif, dengan menerimanya apabila jika kritik itu

sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi atau diabaikan karena tidak

sesuai dengan keinginan tanpa harus merasa lemah atas ketidakmampuan

diri. Yang diperlukan adalah bagaimana seseorang dapat memfokuskan pada

tindakannya yang positif, sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah

yang menjadi dasar keyakinannya.

Ayat di atas merupakan anjuran untuk yakin dengan diri sendiri dan

berpikir positif tanpa menghiraukan perkataan orang lain dan sikap orang

lain terhadap dirinya. Kehidupan akan bisa dibina dengan baik melalui cara

berpikir yang benar, keyakinan yang teguh, dan tindakan yang tepat.

Keyakinan dan Tindakan

Jika iman dan amal bergabung dengan ketakwaan maka pengetahuan

pun akan diperoleh. Pengetahuan yang mengantar manusia dekat kepada

Allah bukan hanya pengetahuan teoritis. Kebahagiaan dicapai hanya

manakala pengetahuan dan amal berpadu (Amstrong, 1996:28).

Ayat al-Qur'an yang mengaitkan antara iman dan amal sangat

banyak, yang berarti tidak cukup hanya keimanan atau keyakinan tanpa

adanya tindakan yang membuktikan bahwa ia benar-benar beriman.

%BB7�% و5 هBB�C �فBB9 #BB� E�BBFوأ �BB,ءا �BB� �ر�GBB�,� و��0HBB!, 45إ ���BBI��ا .BBI�) �BB,و 2�@(�ن

Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk

memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang

beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS.Al-

An'am: 48)

Ayat di atas dapat dipahamai bahwa dengan adanya iman dan amal

akan menimbulkan ketenangan. Banyak manusia yang memiliki gagasan dan

keyakinan untuk menggapai kesuksesan yang diimpikan akan tetapi

kebanyakan mereka mengubur gagasan dan keyakinan itu dengan menunda

karena kemalasan atau ketakutan untuk melaksanakannya.

Berserah Diri (Tawakal)

6

Page 14: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Menurut Yusuf Qardhawi, menyerahkan diri sepenuhnya kepada

Allah. Orang yang tawakal akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Ia

senantiasa merasa mantap dan optimis dalam bertindak. Di samping itu juga

akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa, yang

dapat mengalahkan segala kekuatan yang material (Muhammad, 2002:45-

46). Perumpamaan tentang orang yang tawakal digambarkan oleh Buya

Hamka bahwa bukanlah orang yang tawakal itu orang yang tidur dibawah

pohon yang lebat buahnya seumpama buah durian. Karena kalau buah itu

jatuh digoyang angin, dan orang yang tidur tersebut ditimpanya, itu adalah

kesia-sian belaka (Hamka, 1990:185).

�Q3 Rر0ه% �O�P إ�N3 �4ذن ا��84 وC�* ا��84 إ(4� ا��L4�ى ,� ا��J�4Hن �2�@ن ا��G4� ءا,��ا و�� ���:�آ4. ا�S,��ن

Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya

orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu

tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali

dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang

yang beriman bertawakkal.(QS. Al-Mujadalah: 10)

Berserah diri hendaknya hanya kepada Allah. Dalam ayat ini

ditegaskan tentang larangan berbisik-bisik dihadapan orang lain karena

akan menimbulkan kesedihan bagi orang mukmin yang lain. Orang-orang

yang beriman adalah orang yang bertawakal kepada Allah, dan meminta

semua urusannya melalui pertolongan Allah, mohon perlindungan dari

syetan dan kejahatan.

Bersyukur

Setelah bertawakal kepada Allah dalam arti menyerahkan

sepenuhnya kepada Allah dengan usaha yang maksimal. Untuk membentuk

konsep diri positif perlu adanya rasa syukur untuk menimbulkan sikap

positif dan perasaan menerima apa yang telah didapatkan dari tindakan

yang dikerjakan kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat yang ia

berikan.

%&4)Uز�� %"�&P �O� %&W3ذ4ن رX" وإذ

7

Page 15: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan:

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah

(ni`mat) kepadamu,(QS.Ibrahim: 7)

Para ahlul jannah nantinya akan mengucapkan syukur kepada Allah

yang telah menghilangkan kesedihan mereka dan mereka mengakui akan ke-

Maha Pengampunan dan Maha mensyukuri Allah. Jika umat Islam ingin

menjadi ahlul jannah tentunya saat ini umat Islam harus mensyukuri segala

nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka.

Evaluasi Diri (Muhasabah)

Evaluasi Diri adalah salah satu ajaran yang dianjurkan Islam kepada

umatnya dalam setiap hari untuk selalu mengevaluasi diri agar hari esok

lebih baik dari hari ini.

��أ��7W ا��G4� ءا,��ا ا"�Y4ا ا��84 و�:�\� ()UZ� [,4U� �, R وا"�Y4ا ا��84 إن4 ا��84 9!�� 3� ";��ن

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan.(QS.Al-Hasyr:18)

Dengan Muhasabah seseorang akan dapat lebih memahami kondisi

dirinya. Jika anda mati minggu depan, apa yang ingin anda bisa katakan

mengenai hal-hal yang telah anda capai atau sumbangkan pada kehidupan?

Jika anda diberi waktu setahun lagi, apa yang akan anda lakukan dengan

waktu tersebut (Zohar, 2002:232).

Moral Remaja

Pengertian Moral

Moral dalam kamus bahasa indonesia diartikan sebagai ajaran

tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban dan sebagainya, atau kondisi mental yang membuat orang selalu

berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya, atau isi hati atau

keadaan perasaan sebagaimana terungakap dalam perbuatan (Pusat

Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 1997: 665).

8

Page 16: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Moral adalah sesuatu yang menyinggung tentang akhlak, moril,

tingkah laku yang susila, atau ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok

orang dengan perilaku pantas dan baik, atau menyinggung hukum atau adat

kebiasaan yang mengaatur tingkah laku (Chaplin, 2006:309).

Sugeng Hariyadi mendefinisikan bahwa moral merupakan

serangkaian nilai-nilai yang didalamnya memuat kaidah, norma. Tata cara

kehidupan, adat istiadat, dan pranata yang standart baik buruknya perilaku

individu atau kelompok yang dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya dan

religi dari individu atau kelompok masyarakat. Perilaku moral yang baik

diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,

ketertiban, keharmonisan, dan kesejahteraan (Hariyadi, 2003:88).

Pengertian Remaja

Dalam kamus psikologi, remaja diartikan sebagai periode antara

pubertas dan kedewasaan, usia yang diperkirakan antara 12 tahun sampai 21

tahun bagi anak perempuan dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi anak laki-

laki (Chaplin, 2006:12).

Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama.

Pada masa ini juga terjadi transformasi intelektual yang memungkinkan

untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa (Hurlock,

1999:206).

Teori Perkembangan Moral

Teori Perkembangan Piaget

Jean Piaget membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan,

yakni:

Moralitas Heteronom, tahap yang terjadi pada usia 4 sampai 7 tahun. Pada

tahap ini kesdilan dan peraturan dipahami sebagai suatu properti dunia yang

tidak dapat diubah, dalam arti di luar kendali manusia.

9

Page 17: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Transisi Moralitas, yakni tahap transisi dari tahap moralitas heteronom

menuju tahap moralitas otonom yang berada pada usia 4 sampai 7 tahun.

Pada tahap ini anak menunjukkan karakteristik dari kedua tahap tersebut.

Moralitas Otonom, tahap ini muncul pada usia sekitar 10 tahun ke atas.

Pada tahap ini anak menyadari bahwa peraturan dan hukuman dibuat oleh

manusia dan menilai sesuatu tindakan seseorang harus memperhatikan

intensi pelaku dan memikirkan konsekuensinya (Santrock, 2003:439).

Teori Perkembangan Moral Kohlberg

Kohlberg mengembangkan teori Piaget, yakni ia membagi

perkembangan moral menjadi tiga tingkatan yang masing-masing tingkatan

terdiri dari dua tahap, yakni:

Penalaran Prakonvensional, pada tingkatan ini individu tidak

menunjukkan internalisasi moral, dalam arti penalaran moral dikendalikan

oleh hadiah dan hukuman dari luar.

Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.

Tahap 2. Individualisme dan tujuan.

Penalaran Konvensional, pada tingkatan ini individu mematuhi sebagian

standar internal tertentu yang berasal dari luar.

Tahap 3. Norma interpersonal.

Tahap 4. Moralitas sistem sosial.

Penalaran Postkonvensional, pada tingkatan ini individu mampu

menginternalisasikan moralitas sepenuhnya dan tidak didasarkan pada

standar dari luar.

Tahap 5. Hak komunitas dan hak individu.

Tahap 6. Prinsip etis universal (Santrock, 2003:441-442).

Menurut Kohlberg penalaran moral remaja biasanya terletak pada tahap 3,

yakni remaja menganggap rasa percaya diri, sayang dan kesetiaan pada orang lain

sebagai dasar melakukan penilaian moral (Santrock, 2003:441-442).

Dalam pandangan fenomenologisnya, Furter (1965) mengemukakan tiga

macam dalil yang berkaitan dengan remaja dan moral, yakni (Monks, 2002:315):

10

Page 18: KonsepDiriPerspektifAl Quran

− Tingkah laku moral yang sesungguhnya baru muncul pada masa remaja.

− Masa remaja sebagai periode masa muda harus dihayati beetul-betul agar

mencapai tingkah laku moral yang otonom.

− Eksistensi muda sebagai keseluruhan merupakan masalah moral dan hal

ini harus dilihat sebagai hal yang bersangkutan dengan nilai-nilai.

Aspek Pendorong Terbentuknya Moral

Menurut Bambang Daroeso baik secara individual maupun secara

kelompok, moral didorong oleh tiga unsur, yaitu:

− Kehendak yaitu pendorong pada jiwa manusia yang memberi alasan pada

manusia untuk melakukan perbuatan.

− Perwujudan dari kehendak yang berbentuk cara melakukan perbuatan

dalam segala situasi dan kondisi.

− Perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar dan kesadaran inilah yang

memberikan corak dan warna perbuatan tersebut (Agustiningsih, 2005:12).

METODE PENULISAN

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis menggunakan kajian pustaka

dengan pendekatan kualitatif dan menampilkan argumentasi penalaran keilmuan.

Langkah-langkah dalam penyusunan karya ilmiah ini sebagai berikut :

Pengumpulan Data/Sumber Data

Sumber data dalam kajian ini terbagi menjadi dua, yakni:

Data primer

Data primer adalah sejumlah data yang berisi buku-buku atau kitab-

kitab pokok yang membahas masalah yang sesuai dengan topik. Terdiri dari

mushaf Al-Qur’an Utsmani, Tafsir Ibn Katsir, buku Adolescence karya J. W.

Santrock dan buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat.

Page 19: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Data sekunder

Data sekunder disini adalah sejumlah data yang berasal dari buku,

buletin, jurnal atau artikel penunjang, sebagai pelengkap dalam membahas

masalah yang sedang dikaji.

Metode Pengolahan Data

Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah pendekatan tafsir

maudlu’i (metode tematik).

Metode tematik berasal dari disiplin ilmu tafsir, kerja operasionalnya

adalah dengan membahas ayat-ayat suci al-Qur'an sesuai dengan tema. Semua

ayat yang berkaitan dihimpun kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari

berbagai aspek yang terkait dengannya. Aspek-aspek ini dijelaskan dengan rinci

dan tuntas serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari Al-Qur'an,

hadits maupun pemikiran rasional (Baidan, 1998: 151).

Metode Pembahasan Data

Metode Deduksi

Ialah pembahasan data yang berangkat dari pengetahuan yang

sifatnya umum untuk menilai suatu kejadian yang khusus (Sutriano,

1984:42).

Metode Induksi

Adalah pembahasan data yang berangkat dari fakta-fakta khusus

untuk dikembangkan kepada fakta umum Sutriano, 1984:42).

ANALISIS DAN SINTESIS

Analisis

Berdasarrkan uraian di atas menunjukkan bahwa konsep diri adalah

gambaran seseorang tentang dirinya sendiri secara keseluruhan, yang merupakan

Page 20: KonsepDiriPerspektifAl Quran

hasil pengenalan diri yang diperoleh melalui serangkaian proses pemikiran,

perasaan, persepsi, dan evaluasi tentang dirinya sendiri.

Konsep diri positif akan membawa kepribadian yang mantap, penerimaan

diri sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain, memberi

kepuasan dalam kehidupannya dengan dunia sekitarnya. Sedangkan konsep diri

negatif akan cenderung membuat individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat

dari kemampuan interpersonal dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.

Konsep diri perspektif Al-Qur’an terdiri dari pola pikir, keyakinan dan

tindakan, tawakkal, syukur dan evaluasi diri. Ayat 20-21 surat Adz-Dzariyat dan

ayat 8 surat Ar-Rum merupakan suatu anjuran untuk memiliki konsep diri yang

jelas berkenaan dengan pengetahuan tentang dirinya. Bagaimana hakikat diri

menurut dirinya sendiri (aku diri), peran dan tuntutan yang ada dalam masyarakat

kepada dirinya (aku sosial). Dan bagaimana seharusnya aku muncul sesuai dalam

keidealannya (aku ideal). Dengan demikian menjadi penting untuk mengetahui

konsep diri yang jelas agar dapat mengetahui secara terfokus sejauh mana

seseorang memiliki arah dan tujuan. Menurut penulis, konsep diri merupakan

komponen dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia terutama umat Islam

dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini, karena konsep diri merupakan

landasan bagi manusia untuk berperilaku.

Dari beberapa pengertian moral di atas, dapat dilihat bahwa moral

memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan

baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Seseorang dikatakan bermoral,

bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang

terdapat dalam masyarakat. Dengan demikian moral atau kesusilaan adalah

keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk

melaksanakan perbuatan baik dan benar.

Perkembangan dan pembentukan moral yang paling penting terletak pada

masa remaja. Hal ini dikarenakan di satu sisi remaja dituntut dalam pencapaian

moral guna persiapan pada masa dewasa, di sisi lain perkembangan moral remaja

biasanya terletak pada tahap 3 yakni norma interpersonal yang mana remaja pada

13

Page 21: KonsepDiriPerspektifAl Quran

tahap ini masih menganggap rasa percaya, sayang dan kesetiaan terhadap orang

lain sebagai dasar dalam melakukan penilaian moral.

Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep

diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso

tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral

remaja.

Sintesis

Ririen Agustin dalam penelitiannya tentang pembinaan moral di Panti

Pamardi Putra Mandiri Sendangguo Kecamatan Tembalang Kota Semarang

terdapat faktor penghambat dalam pembinaan moral remaja, yakni pembina

merasa kesulitan dalam proses pembinaan khususnya membina anak jalanan,

karena latar belakang anak jalanan yang terbiasa hidup di jalan tanpa ada aturan

(Agustin, 2005:78).

Dari pernyataan Ririen Agustin di atas menjelaskan bahwa penentu

pertama pembinaan moral adalah latar belakang orang yang dibina itu sendiri.

Sedangkan latar belakang individu sangat terkait dengan konsep diri.

Menurut hemat penulis, faktor yang paling mendominasi pembentukan

moral remaja adalah konsep diri. Oleh karena itu dalam pembentukkan atau

pembinaan moral remaja hendaknya pihak-pihak terkait memperhatikan konsep

diri remaja terlebih dahulu. Setelah konsep diri remaja sudah terfokus pada

konsep diri yang positif, menurut asumsi penulis pembentukkan moral remaja

akan berjalan dengan mudah.

PENUTUP

Kesimpulan

Al-Qur’an memandang bahwa konsep diri terdiri dari pola pikir,

keyakinan dan tindakan, tawakkal, syukur dan evaluasi diri. Konsep diri adalah

Page 22: KonsepDiriPerspektifAl Quran

segala hal yang berkenaan dengan pengetahuan tentang dirinya. Bagaimana

hakikat diri menurut dirinya sendiri (aku diri), peran dan tuntutan yang ada dalam

masyarakat kepada dirinya (aku sosial). Dan bagaimana seharusnya aku muncul

sesuai dalam keidealannya (aku ideal).

Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep

diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso

tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral

remaja.

Saran

Bagi Remaja

Dengan adanya konsep diri yang sedang ataupun rendah diharapkan

para remaja untuk lebih meningkatkan konsep dirinya agar tercapailah

remaja yang bermoral. Remaja diharapkan selalu berfikir positif, menerima

segala kekurangannya.

Orang Tua

Orang tua diharapkan dapat ikut lebih meningkatkan pengawasan

terhadap anaknya supaya konsep diri remaja menjadi lebih baik dan menjadi

anak yang bermoral.

Masyarakat

Masyarakat agar senantiasa menciptakan dan mempertahankan

suasana lingkungan yang sehat, harmonis dan mendukung pembentukan

konsep diri yang positif. Dan memberikan aturan yang jelas sebagai norma

dan nilai-nilai yang harus dipatuhi, senantiasa menampakkan suasana

kehidupan yang religius.

15

Page 23: KonsepDiriPerspektifAl Quran

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung; PT. Refika

Aditama.

Agustiningsih, Ririen. 2005. Pembinaan Moral Anak Di Panti Pamardi Putra

Mandiri Sendangguo Kecamatantembalang Kota Semarang. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Amstrong, Amatullah. 1996. Khazanah Istilah Sufi, Kunci Memasuki Dunia

Tasawuf ; Bandung. Mizan.

Baidan, Nashruddin. 1998. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta;

Pustaka Pelajar.

Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Kartini kartono, Penerjemah.

Jakarta: Rajagrafindo Persada. Terjemahan dari: Dictionary of

Psychology.

Depag RI. 1989. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Toha Putra. Semarang.

Hall, Callvin S. 1993. Psikologi Kepribadian 2 “Teori-Teori Holistik

(Organismik-Fenomenologis)”. A. Supratiknya, Penerjemah.

Yogyakarta: Kanisius. Terjemahan dari: Theories of Personality.

Hamka. 1990. Tasawuf Modern. Jakarta; Pustaka Panjimas.

Hariyadi, Sugeng. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang; UNNES Press.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan ”Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Istiwidayanti dan Soedjarwo,

Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Development

Psychology “A Life-Span Approach.

Katsir, Ibnu. tt. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim. Beirut; Dar El-Fikr.

Mokoginta, Urip. 2001. Pengembangan Kualitas SDM Dari Perspektif PIO.

Depok; Bagian PIO Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Monks, F. J., A. M. P. Knoers, dan Siti Rahayu Haditono. 2002. Psikologi

Perkembangan “Pengantar dalam berbagai Bagiannya”. Yogyakarta;

Gadjah Mada University Press.

Page 24: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Muhammad, Hasyim. 2002. Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi ”Telaah atas

Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow”. Yogyakarta;

Pustaka Pelajar.

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan. 1997. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung; PT Remaja

Rosdakarya.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Shinto B. Adelar,

Penerjemah. Jakarta:Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence.

Sutriano, Hadi. 1984. Metodologi Research. Yogyakarta; Fak. Psiko UGM.

Page 25: KonsepDiriPerspektifAl Quran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Sudrajat

Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 13 Februari 1985

Alamat : Ds. Panguraganlor Blok V No. 12 Rt/Rw. 12/05

Kec. Panguragan Kab. Cirebon 45163

No. HP : 085 235 835 700

Email : [email protected]

Blog : ajatbrain.blogspot.com

Riwayat Pendidikan : Awal pendidikan formal penulis di mulai di SDN

Panguragan Lor 1 (1991-1997). Kemudian

melanjutkan di MTs YASALMA Krapyak

Yogyakarta (1997-2000). Setelah itu melanjutkan di

MA HM. Tri Bhakti Kediri (2001–2004). Dan

karena terbentur biaya maka penulis baru

melenjutkan ke jenjang perkuliahan pada tahun

2007, yakni penulis masuk di STAIN Kediri di

Program Studi Psikologi Islam pada tahun 2007

sampai sekarang.

Page 26: KonsepDiriPerspektifAl Quran

SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI PENULIS

ا���م ����� ور �� ا و��آ���

Salam silaturahim kami haturkan, teriring do’a semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita dalam menjalankan aktifitas

sehari-hari. Amin.

Sehubungan dengan diadakannya Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an

Seminar Nasional Al-Qur’an Dan Sains (SNQS) 2010 LDK AL-HURRIYYAH

IPB, maka kami menyatakan bahwa karya ilmiah yang sedang dihadapkan

pembaca ini merupakan hasil karya pribadi penulis dan belum dipublikasikan

sebelumnya, yakni:

Nama : Sudrajat

Judul Karya ilmiah :Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an Terkait

Pembentukan Moral Remaja

Nim : 9. 334. 021. 07

Prodi : Psikologi Islam

Jurusan : Ushuluddin dan Ilmu Sosial

Perguruan tinggi : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri

Demikian surat pernyataan ini penulis buat, semoga dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

وا���م ����� ور �� ا و��آ���

Kediri, 15 Februari 2010

Hormat kami,

Penulis

S u d r a j a t

Lampiran 1

Page 27: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Tabel 1. Teori perkembangan moralitas

No. Tingkatan / Tahap Piaget Kohlberg

01. Tingkatan / Tahap

Moralitas

Heteronom

Penalaran

Prakonvensional

Tahap1. Orientasi

kepatuhan dan

hukuman

Tahap2. Individualisme

dan tujuan

02. Tingkatan / Tahap

Transisi Moralitas Penalaran

Konvensional

Tahap 3. Norma

interpersonal

Tahap 4. Moralitas

sistem sosial

03. Tingkatan / Tahap

Moralitas Otonom Penalaran

Postkonvensional

Tahap 5. Hak

komunitas dan hak

individu

Tahap 6. Prinsip etis

universal

Lampiran 2

Page 28: KonsepDiriPerspektifAl Quran

Tabel 2. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Konsep Diri

No. Ayat Surat Kandungan

01 20-21 Adz-Dzariyat Konsep Diri

02 8 Ar Rum Konsep Diri

03 65 Yunus Berpikir

04 48 Al-An'am Keyakinan dan Tindakan

05 10 Al-Mujadilah Berserah Diri (Tawakal)

06 7 Ibrahim Bersyukur

07 18 Al-Hasyr Evaluasi Diri (Muhasabah)