perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM DI SANGKRAH SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN USIA DINI BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU TUGAS AKHIR DiajukanSebagaiSyaratUntukMencapai GelarSarjanaTeknikArsitektur UniversitasSebelasMaret Disusun Oleh : FEBRIONE PUTRI R. NIM. I0208047 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
SEKOLAH ALAM DI SANGKRAH
SEBAGAI ALTERNATIF PENDIDIKAN USIA DINI BAGI MASYARAKAT
Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di
Indonesia menurun. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA)
Global Monitoring Report 2011: Di Balik Krisis: Konflik Militer dan
Pendidikan yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,
dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang
diluncurkan di New York, Amerika Serikat, Senin (1/3) waktu setempat,
indeks pembangunan pendidikan (education development index/EDI)
menurut data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan
Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.EDI dikatakan tinggi
jika mencapai 0,95-1. Kategori medium di atas 0,80, sedangkan kategori
rendah di bawah 0,80. Indonesia masih tertinggal dari Brunei yang
berada di peringkat ke-34 yang masuk kelompok pencapaian tinggi
bersama Jepang yang mencapai posisi nomor satu di dunia. Sementara
Malaysia berada di peringkat ke-65.4
Edukasi berasal dari bahasa latin educare yang berarti “membawa
keluar”. Sekolah sebenarnya bermula dari sana, membawa anak keluar
sehingga bisa menyentuh realitas langsung masyarakat5. Tapi yang
terjadi saat ini sekolah justru menjauhkan siswa dari masyarakat. Siswa
dipaksa berada dalam ruangan yang disebut kelas untukk menerima
transfer ilmu pengetahuan yang sifatnya kering, yang kebanyakan hanya
berupa teori-teori saja. Di sekolah siswa lebih banyak diajarkan cara
menjawab soal-soal ujian bukan bagaimana memanfaatkan ilmu
4http://www.kopertis12.or.id/2011/03/03/peringkat-pendidikan-indonesia-turun.html 5 Eko Prasetyo, Orang Miskin Dilarang Sekolah, Resist Book, 2006, hal 165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-6
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian berorientasi pada hasil,
bukan proses. Pembinaan mengabaikan EQ dan SQ. Isinya hafalan,
cara cepat membabat soal, dan “ilmu” yang ketika diingat malah makin
membuat lupa, tanpa penekanan soal pemikiran kritis dan pembentukan
sikap mental positif. Trilogi dasar aspek pendidikan kognitif-psikomotor-
afektif diabaikan.
Sekolah bukan tempat untuk menumpahi murid dengan tumpukan
informasi tetapi melatih kematangan berpikir serta kedewasaan
bersikap6. Itulah yang kurang diperhatikan oleh sekolah-sekolah pada
umumnya. Selama ini proses belajar mengajar hanya mengembangkan
fungsi otak kiri saja dan mengabaikan perkembangan otak kanan.
Belahan otak kiri memilki fungsi, ciri, dan respon untuk berpikir logis,
literatur, dan linier. Sebaliknya, belahan otak kanan terutama
dikembangkan untuk kemampuan berpikir holistik, imaginatif, dan
kreatif. Bila anak belajar formal (seperti banyak hafal-menghafal pada
waktu muda, maka belahan otak kiri yang berfungsi linier, logis, dan
teratur amat dipentingkan dalam perkembangannya dan ini sering
berakibat bahwa fungsi belahan otak kanan yang banyak digunakan
dalam berbagai permainan diabaikan. Akibatnya menurut penelitian
(Clark, 1986), kelak anak akan tumbuh dengan sikap yang cenderung
bermusuhan terhadap sesama teman atau orang lain. Hal tersebut
menunjuk pada suatu pertumbuhan mental yang kurang sehat7.
6 Eko Prasetyo, Guru: Mendidik itu Melawan !, Resist Book, 2006, hal 5 7 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, 2008, hal 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-7
2. Mahalnya biaya Pendidikan
Pendidikan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan.
Masyarakat sudah tidak lagi menganggap pendidikan sebagai
kebutuhan kelompokekonomiatausosialtertentu. Sehingga
menyekolahkan anak adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditawar-
tawar lagi. Memang telah ada program pembebasan Biaya Operasional
Sekolah dari pemerintah, namun masih ada biaya penunjang seperti
biaya seragam, buku, ekstra kurikuler, dan iuran-iuran lain yang
jumlahnya tidak sedikit.
3. Pentingnya pendidikan usia dini
Usia dini adalah seseorang yang berusia 0-6 tahun8. Usia dini sering
disebut sebagai Golden Age karena merupakan periode penting dalam
perkembangan seseorang.Golden Age ini merupakan periode kritis bagi
anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya, hingga masa
dewasa. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,
80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi
ketika anak berumur 18 tahun9.
Carl Rogers, seorang psikolog terkenal dari Amerika Serikat,
menyatakan bahwa, “Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh
pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak“.
Hal ini semakin menguatkan pentingnya posisi pendidikan usia dini
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat
perkembangan anak yaitu :
a. Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan
kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi
menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila
sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan
kecurigaan terhadap lingkungan.
b. Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt.
Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan
anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan
bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan
mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik
tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-
ragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu.
c. Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan
dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas
dalam lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab
langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif
sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak disepelekan,
maka anak akan selalu merasa bersalah.
d. Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap
sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun
lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya
anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual
dan kurang percaya diri5.
5http://paud-usia-dini.blogspot.com/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
Klasifikasi pada masa anak-anak dibedakan berdasarkan tahap-tahap
perkembangan anak secara biologis, psikologis, dan pendidikan yang
harus diberikan pada anak usia tertentu (didaktis)
Tabel II.1 - Klasifikasi pada masa anak-anak
Klasifikasi Biologis Psikologis Didaktis
Masa bayi
(0-3 tahun)
Intatik
(masa menyusui)
Ketergantungan
dengan orang lain
Mutlak di bawah
asuhan orang tua
Masa Pra Sekolah
(3-5 tahun)
Latent
(perkembangan awal)
Pengenalan dunia luar
dengan panca indera
Permulaan pendidikan
jasmani dan latihan
panca indera
Masa Sekolah
(6-12 tahun)
Latent-Pra pubertas
(kematangan biologis)
Penemuan diri dan
kepekaan sosial
Memulai pembentukan
watak dan mental
(sumber: http://paud-usia-dini.blogspot.com/)
2. Karakter Anak
a. Karakter psikologis anak
Pada dasarnya anak-anak memiliki kreativitas alamiah yang perlu
dikenali dan dirangsang sejak dini sehingga anak harus mendapatkan
bimbingan dan pengasuhan yang terencana, sistematis dan
terprogram. Dengan pola pengasuhan dan bimbingan yang sistematis
anak mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang maksimal6.
Contoh karakter dominan anak berkaitan dengan psikologi anak7:
· Bebas dan dinamis
· Aktif dan selalu ingin tahu
· Bermain
6Tim Pengembang Dinas, GBPP Kelompok Bermain, Dinas BPKB, Ungaran 2000 7Conny Semiawan, Perspektif Anak Berbakat, Grasindo, Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
b. Karakter gerak anak
Secara umum, anak bergerak secara aktif, bebas dan spontan.
Bergerak dengan bebas karena anak tidak suka diatur. Bergerak
dengan spontan, yaitu melakukan kegiatan yang dianggapnya
menarik. Anak lebih suka melakukan kegiatan seperti berlari,
melompat-lompat daripada kegiatan dengan tenang.
c. Karakter fisik anak
Karakter fisik anak dapat mempengaruhi perancangan. Faktor yang
mempengaruhi adalah tinggi badan dan ruang gerak anak. Tinggi
badan dan ruang gerak akan berpengaruh pada penataan ruang
serta kenyamanan gerak dan visual.
Tabel II.2 - Ruang gerak bermain dalam ruang Usia (tahun) Tinggi (m) Ruang Gerak (m2)
2-4 0.95 0.71
4-7 1.10 0.95
7-11 1.25 1.21
11-13 1.38 1.50
(sumber: Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat Pengembangan Kreativitas Anak di
Yogyakarta, 2000; hal 21)
Tabel II.3 - Ruang Gerak Bermain di Luar Ruang Berdasarkan usia Anak - Social Distance
Usia (tahun) Tinggi (m) Ruang Gerak (m2)
2-4 1.22 1.20
4-7 1.53 1.80
7-11 1.83 2.60
11-13 2.14 3.60
(Sumber: Osmond, 1974 dalam Tesis Pusat Pengembangan Kreativitas Anak di
Yogyakarta, 2000; hal 22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
3. Kebutuhan Anak
Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memberikan rasa aman,
nyaman, bebas, hangat dan akrab, juga dapat merangsang
perkembangan fisik motoriknya8
a. Adanya rasa aman dan nyaman
Menyediakan lingkungan fisik yang aman dan nyaman dimana
kegiatan yang dilakukan oleh anak mudah diawasi orang dewasa
sebagai pengawas sekaligus fasilitator.
b. Adanya rasa bebas
Agar anak dapat dengan bebas bergerak sesuai dengan keinginan
dan kebutuhannya sehingga dapat memberikan kenyamanan gerak
bagi anak untuk melakukan kegiatan. Sebaiknya ruang-ruang yang
disediakan dapat memberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan
tersebut.
c. Adanya rasa hangat dan akrab
Dapat menciptakan suasana ruang yang akrab dapat membantu
anak untuk merasa lebih nyaman. Bisa melalui desain interior
bangunan yang sesuai dengan karakter anak (penggunaan furniture
dan warna interior dinding).
d. Merangsang perkembangan fisik dan motorik
Dengan menyediakan ruang yang menarik bagi anak dengan sarana
dan prasarana yang mendukung.
8Tedjasaputra; Bermain, Mainan, dan Permainan; Grasindo; Jakarta 2001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
4. Pertumbuhan Anak9
a. Penglihatan
Pada anak usia sekolah, penglihatannya lebih tajam daripada waktu-
waktu sebelumnya. Anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun
cenderung memiliki penglihatan jarak jauh, sebab mnta mereka
belum mating (matured) dan dibentuk secara berbeda daripada orang
dewasa. Namun setelah usia tersebut, maka mereka bukan hanya
lebih matang. tetapi juga dapat memfokuskan penglihatan lebih
baik10.
b. Kebugaran anak
Pada dewasa ini latihan fisik bagi anak-anak sangat baik jika
dibandingkan dengan tahun 1960-an. Jantung dan paru-paru mereka
bentuknya kurang baik dibandingkan dengan anak-anak yang suka
berolahraga daripada anak-anak usia pertengahan tahun. Mengapa
anak-anak tersebut sangat jelek bentuk jasmaninya? Hal ini
disebabkan mereka kurang aktif berolahraga, dan hanya setengah
dari kelas mereka yang mengikuti pendidikan jasmani di sekolah dan
hanya sebagian kecil yang suka berolahraga secara individual,
misalnya berenang, senam, lari, berjalan kaki atau bersepeda.
Sedangkan sebagian besar menghabiskan waktunya untuk menonton
program TV di rumah. Hanya mereka yang aktif dalam perkumpulan
olahraga secara kelompok atau tim yang memiliki bentuk rubuh yang
baik dan sehat.
9http://www.bayisehat.com/child-development-mainmenu-35/256-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak.html 10U.S Department of Health Education, and Welfare, USDHEW, 1976
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
5. Perkembangan otak pada masa anak-anak11
Pada awal perkembangan, otak tumbuh lebih cepat daripada organ
lainnya.Stimulan pada otak sangat penting selama periode awal
pertumbuhan. Perampasan awal berkepanjangan, seperti pada beberapa
bayi dibesarkan di panti asuhan, dapat merusak pertumbuhan otak
dan semua aspek perkembangan psikologis secara permanen.
Ekspektasi pengalaman perkembangan otak bergantung pada
pengalaman sehari-hari. Kenyataannya, lingkungan yang memberikan
ekpektasi yang tidak tepat dapat merusak potensi otak.
6. Arsitektur untuk Anak Usia Dini
a. Eksterior
Penampilan luar yang berwarna warni yang memikat kesan anak
sehingga mereka tidak terlalu sulit menangkap kesan edukatif ketika
masuk kelas. Sebuah bangunan yang digunakan sebagai fasilitas
pendidikan untuk anak usia dinitidak harus berbentuk kotak, tapi bisa
berupa ruang lingkaran, elips, segitiga, dan lain sebagainya.
Bentuknya boleh dan lebih baik didesain dengan nuansa yang khas
dengan karakter umum anak usia dini. Bahkan jika memungkinkan
bentuk ruang kelas yang satu dengan yang lain juga berbeda. Tidak
menutup kemungkinan desain gedung dengan kelas-kelas yang
dapat diubah-ubah bentuknya. Jika hal seperti ini berhasil
diwujudkan, maka akan menjadi “surga para pembelajar sejati” yakni
anak usia dini. Anak-anak sejak masuk gedung sudah terkesan oleh
bentuk-bentuk yang berbeda. Demikian pula ketika mereka masuk
kelas dan berbagai area bermain lainnya. Nuansa yang berbeda- 11Exploring Lifespan Development / Laura E. Berk.-lst ed. Page 113, USA, 2003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
beda tersebut membuat anak senantiasa betah dan tidak pernah
merasa bosan di sekolah12.
b. Interior13
1) Penataan Ruangan
Kursi dan meja siswa dan guru perlu ditata sedemikian rupa
sehingga dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar yang
mengaktifkan siswa, yakni memungkinkan hal-hal sebagai berikut:
· Aksesibilitas: siswa mudah menjangkau alat atau sumber
belajar yang tersedia.
· Mobilitas: siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke
bagian lain dalam kelas.
· Interaksi: memudahkan terjadi interaksi antara guru dan siswa
maupun antar siswa.
· Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerjasama secara
perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat mejadikan belajar aktif.
Tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada
beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi
interior kelas harus dirancang yang meungkinkan anak belajar
aktif, yakni yang menyenangkan dan menantang. Formasi kelas
berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang
permanen. Jika mubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas
dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin
12Manajemen PAUD / Suyadi. Pustaka Pelajar, hal.181. Yogyakarta, 2011. 13http://aunjamhur.blogspot.com/2011/03/mengelola-ruang-kelas.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan yang
Mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran atau oblong di
ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi
meja-meja untuk susunan yang paling akrab.
· Formasi Corak Lingkaran
Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa
meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara
langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok
penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat
menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara
cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.
2) Warna
Beberapa warna mampu menarik perhatian anak dan
membuatnya cenderung akan lebih bersemangat dan senang14.
Berikut ini adalah bebeapa warna yang mempunyai pengaruh
positif terhadap anak15
· Merah
Dari semua warna, merah merupakan warna
terkuat dan yang paling menarik perhatian. Warna
14http://www.clarishome.com/claris-kids-zone-philosophy.html 15Swasty Wirania, A-Z Warna Interior Rumah Tinggal, Griya Kreasi, Jakarta, 2010
Gambar II. 3 - Formasi Kelas Lingkaran (sumber: https://lh4.googleusercontent.com/-oC0WHFDv7tw/TYVmNI4WoaI/AAAAAAAAAO /3G7tugX8398 /s1600/model+ligkaran.jpg)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
merah identik dengan warna berani, semangat, agresif, dan
penuh gairah. Warna merah mengandung arti cinta, gairah,
berani, kuat, agresif, merdeka, kebebasan, dan hangat.
· Merah muda (Pink)
Warna pink selalu diidentikkan dengan wanita. Pink
mencerminkan energi dan semangat, dalam koteks
yang lebih tenang. Warna pink bisa juga digunakan sebagai
warna penenang, dan termasuk warna yang cukup netral.
· Kuning
Warna kuning adalah warna hangat yang
merepresentasikan rasa bahagia dan keceriaan.
Karena merupakan warna yang terang, warna kuning mudah
ditangkap mata dan mencolok. Anak-anak akan mudah
menangkap warna kuning ini dan menyukai jenis warna ini.
· Hijau
Warna hijau merupakan warna alam, dan terlihat
kalem. Warna hijau memang terlihat cukup terang
tetapi mempunyai efek menenangkan. Hijau juga
merepresentasikan pertumbuhan, kesehatan, dan kesegaran.
· Biru
Warna biru mencerminkan keramahan dan
ketenangan. Biru adalah jenis warna yang dingin dan
menenangkan, dengan sedikit sentuhan semangat.
Warna biru dipercaya sebagai warna pembawa kedamaian.
B. Sekolah Alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
1. Pengertian
Sekolah Alam adalah sekolah yang memiliki komitmen dan secara
sistematis mengembangkan program-program untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan (alam) dalam seluruh aktivitas
sekolah. Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar di Sekolah alam
tidak dilakukan di dalam ruangan, melainkan di alam terbuka. Siswa
dilatih untuk lebih berani dalam bereksplorasi. Dalam sekolah alam guru
bertindak sebagai fasilitator. Siswa diberikan kebebasan (yang masih
dalam koridor) untuk belajar tentang segala hal yang ingin diketahuinya.
Nilai teori bukan hal utama yang menjadi tolak ukur keberhasilan siswa
dalam menyerap pelajaran di sekolah alam. Siswa justru lebih dididik
untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya dari kegiatan di
sekolah.
2. Latar belakang berdirinya Sekolah Alam
Sekolah alam mula-mula berdirinya diperuntukkan untuk kaum dhuafa
(kurang mampu), tidak ada biaya dipungut sepeserpun alias gratis. Meski
begitu tak ada seorangpun yang mau menyerahkan anaknya untuk di
didik disana. Boleh jadi para orang tua tadi belum siap dengan konsep
sekolah alam. Sehingga walau gratis sekalipun, mereka menolak untuk
menyekolahkan anak mereka di sekolah alam.
Ketika konsep sekolah alam ini kemudian ditawarkan ke kalangan
menengah ke atas, ternyata ada yang menyambut, ada yang tertarik,
ada yang menyekolahkan anaknya di sekolah alam. Walau begitu,
sekolah alam tetap menyediakan tempat bagi mereka yang kurang
mampu. Awalnya sekolah alam mendapat tentangan dari Departmen
Pendidikan Nasional (Depdiknas). Metode yang sangat tidak lazim, juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
membebaskan siswa dari pakaian seragam, di antaranya menjadi alasan
penolakan terhadap sekolah itu. Tetapi kemudian sikap Depdiknas
melunak dan mengizinkan sekolah dengan konsep alam itu berjalan.
Sekolah alam juga didirikan sebagai reaksi terhadap sistem sekolah di
Indonesia yang semakin lama semakin terasing dari lingkungan. Dengan
adanya konsep "alam" ini, diharapkan siswa bisa lebih menghayati apa
yang dipelajarinya, juga menjadikan pembelajaran lebih variatif dan tidak
membosankan. Alam, kehidupan, dan lingkungan dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran, sehingga siswa siap menghadapi problem
kehidupan riil16.
3. Preseden Sekolah Alam di Indonesia
a. Green School Bali17
Terletak di desa Sibang Kaja, 30 km dari pusat kota Denpasar.
Digagas oleh John Hardy, sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah
di dunia yang bangunannya terbuat dari batang bambu yang ramah
lingkungan. Pendingin udaranya tidak lagi memakai Ac, melainkan
kincir angin melalui terowongan bawah tanah. Tenaga listiknya
menggunakan bio-gas yang terbuat dari kotoran hewan untuk
menyalakan kompor. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus
peternakan sapi. Ditambah lagi arena olahraga, laboratorium,
perpustakaan,dll.
Para murid diajarkan untuk dekat dengan alam, mulai dari cara
menanam padi, memproduksi coklat sendiri. Semua itu tak lepas dari
harapan agar murid – murid mereka mengerti tentang berbagai hal
Sekolah Alam Indonesia (SAI) adalah impian yang jadi kenyataan bagi
mereka yang menginginkan perubahan dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Bukan sekadar perubahan sistem, metode, dan target
pembelajaran, melainkan perubahan paradigma pendidikan secara
menyeluruh yang pada akhirnya mengarah pada perbaikan mutu dan
hasil akhir dari proses pendidikan itu sendiri.
Sebagai sekolah berbasis komunitas, penyelenggaraan kegiatan
pendidikan di SAI tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru
dan yayasan, tapi juga orangtua murid. Semua terlibat, semua turun
tangan mengatasi berbagai kendala dan persoalan yang timbul.
Semua peduli dengan pengembangan sekolah karena sekolah bukan
‘milik’ yayasan atau pribadi-pribadi tertentu, tapi milik komunitas.
Semangat kebersamaan komunitas dibangun dengan prinsip anakmu
adalah anakku, yang diterjemahkan dalam sistem subsidi silang, yaitu
yang lebih mampu membantu yang kurang mampu.
Sebagai sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan di Indonesia,
SAI diharapkan menjadi tambahan kekayaan dalam khazanah
pendidikan nasional. Bisa dinikmati oleh lebih banyak anak di seluruh
Indonesia. Bisa lebih melibatkan banyak pihak dalam
mengembangkannya. Karena pada hakikatnya, penyelenggaraan
pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun
seluruh komponen bangsa.
21http://www.sekolahalamindonesia.org
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-22
1) Kurikulum
§ Program kemampuan dasar keislaman:
Tauhid, ahlaq; praktek ibadah; Hafalan Al-Quran yang sesuai;
Hafalan doa harian; sejarah nabi.
§ Program kemampuan dasar umum
Kemampuan berbahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Al-Quran,
Bahasa Inggris); Daya fikir (Matematika dan Sains); Ketrampilan
(melatih kemampuan motorik halus dan kreativitas); Pendidikan
jasmani (outwardbound, renang, kebersihan dan kesehatan).
§ Program kemampuan sosial bermasyarakat dan kemampuan
mengelola emosi.
§ Program alam.
Beternak, berkebun, dan eksplorasi alam.
2) Metode Pembelajaran
Di SAI, anak-anak dibebaskan bereksplorasi, bereksperimen,
berekspresi tanpa dibatasi sekat dinding dan berbagai aturan yang
mengekang rasa ingin tahu mereka, yang membatasi interaksi
mereka dengan kehidupan yang sebenarnya, yang membuat
mereka berjarak dan tak akrab dengan alam lingkungan mereka.
Anak dibebaskan menjadi diri mereka dan mengembangkan potensi
dirinya untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak
mulia, berwawasan ilmu pengetahuan, dan siap menjadi pemimpin
sesuai dengan hakikat penciptaan manusia untuk menjadi
pemimpin di muka bumi. Anak dibebaskan dari tekanan ‘mengejar’
nilai dan rangking. Mereka didorong untuk menumbuhkan tradisi
ilmiah. Prestasi setiap anak tidak dilihat dalam perbandingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-23
dengan anak lain, tapi dari upaya mereka memaksimalkan potensi
diri dan menjadi lebih baik. Belajar menjadi sesuatu yang
menyenangkan, tidak membebani.
SAI membebaskan guru untuk berkreasi dalam mengajar.
Kreativitas guru tidak dibatasi oleh buku paket dan target nilai. Guru
tak sekadar mengajar, tapi mendidik. Guru tak hanya jadi panutan,
tapi juga jadi teman. Guru adalah fasilitator. Guru-guru yang
beridealisme tinggi dan penuh dedikasi di sekolah ini membantu
anak didik mengenali kelebihan dan kekurangannya, dan
menjadikan mereka tidak sekadar tahu, tapi bisa melakukan. Tidak
sekadar kenal, tapi paham. Tidak sekadar berilmu, tapi berkarakter
dan berakhlak mulia. Tidak sekadar mandiri, tapi bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dikerjakan.
3) Permassaan22
Konsep desain adalah membentuk manusia berkarakter sesuai
dengan tujuan pendidikan SAI, memanfaatkan atau menggunakan
lahan sebagai wadah beraktivitas dengan menciptakan suasana
lingkungan binaan baru, pembentukan desain massa dan ruang
yang alami, sehingga menyatu dengan konsep SAI.
Masjid dibangun sebagai pusat kegiatan. Kemudian, konsep desain
tapak mengikuti kondisi alami tapak, kemiringan kontur dan lanskap
yang ada. Desain bangunan dan spesifikasi bahan menggunakan
bahan alam dipadukan dengan bahan berteknologi tinggi. Ini juga
untuk proses pembelajaran siswa. Selain itu, lay out komposisi 22http://saimenjemputimpian.wordpress.com/proposal/gambar-proyek/
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-24
massa bangunan berorientasi ke dalam (cluster) tetapi grid tapak
secara keseluruhan mengikuti arah kiblat. Komposisi zoning dibagi
menjadi tiga zona: Zona Publik, Zona Semi Publik, dan Zona Privat.
Di Zona Publik ada bangunan serba guna, bangunan pengelola,
area bisnis, area outbond, parkir, dan sungai. Pada Zona Semi
Publik akan berdiri bangunan masjid, pengelola, kantor yayasan,
kantin, administrasi, area terbuka, dan sungai. Terakhir, yaitu Zona
Privat akan meliputi bangunan kelas, ruang guru, ruang rapat,
gudang peralatan, bangunan administrasi, lapangan olahraga,
kolam ikan atau reservoir.
4) Interaksi dengan alam
Gambar II. 13 - belajar di alam terbuka
(sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
Gambar II. 14 - Pelajaran Berkebun
(sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
Gambar II. 15 - Permainan kelompok untuk melatih rasa sosial (sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-25
Gambar II. 16– Outbond (sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
5) Biaya pendidikan
Tabel II. 6 - Biaya Sekolah di Sekolah Alam Indonesia No. Jenis Biaya Besar Biaya Keterangan
1. Biaya Formulir Pre School dan
Sekolah Dasar
Biaya Formulir sekolah lanjutan
Rp 195.000,-
Rp 210.000 ,-
Pembayaran dilakukan
saat pengambilan
formulir
2. Biaya Sit In & Observasi
- Pre School
- SD
- SL
Rp 210.000,-
Rp 210.000,-
Rp 210.000,-
Pembayaran dilakukan
pada hari pertama sit
in.
3. Dana pengembangan pendidikan
- Pre School
- SD
- SL
Rp 7.500.000,-
Rp 7.500.000,-
Rp 7.500.000,-
Pembayaran dilakukan
segera setelah
pengumuman hasil Sit
in.
4. Jihad Harta
- Pre School
- SD
- SL
Rp 3.000.000,-/tahun
Rp 3.000.000,-/tahun
Rp 3.500.000,-/tahun
Pembayaran tahun
pertama dilakukan
segera setelah
pengumuman hasil Sit
In.
5. Bea Guru
- Pre School
- SD
- SL
- Inclusive Special Treatment
Rp 470.000,-/bulan
Rp 520.000,-/bulan
Rp 570.000,-/bulan
Rp 1.820.000,-/bulan
Pembayaran tahun
pertama dilakukan
segera setelah
pengumuman hasil Sit
In.
Sumber: www.sekolahalamindonesia.org
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-26
4. Kesimpulan
a. Aktivitas
Aktivitas yang ditekankan adalah aktivitas siswa dan guru serta
interaksi dengan alam yang terjadi dalam proses belajar di sekolah
alam.
Lebih dari 50% kegiatan di sekolah alam mengambil tempat di alam
terbuka.
b. Perwadahan/ Peruangan
Terdapat sebuah bangunan penunjang yang menjadi pusat sekolah,
ruang terbuka untuk outbond, jalur sirkulasi untuk berinteraksi dengan
masyarakat sekitar, dengan tata massa yang cenderung majemuk.
Peruangan sekolah dibuat agar memungkinkan anak untuk
berkegiatan tanpa merasa dibatasi namun tetap aman dan masih
dalam jangkauan pengawasan guru.
Ruang-ruang yang umumnya ada di Sekolah alam adalah:
Alam Sekolah Alam
Siswa
Orang Tua & masyarakat sekitar
(sebagai pendukung)
Guru Kurikulum
Sarana/ Prasarana
Kemampuan Motorik Halus
Kemampuan Motorik Kasar
Kemampuan Emosi
Kemampuan Kognitif
Kemampuan Psikososial
Bagan II. 1 - Kegiatan di Sekolah Alam (Sumber: Dokumen Pribadi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-27
· Ruang kelas
· Area Berkebun
· Area Outbond/ Area Olahraga
· Area Bermain
· Hall
· Perpustakaan
· Ruang Guru
· Ruang Rapat
· Ruang Ibadah
· Dapur
· Toilet anak-anak
· Toilet orang dewasa
· Area Parkir
· Area khusus orang tua siswa
Gambar II. 17 - Ruang kelas di sekolah alam yang dibuat tidak masif dengan open space sebagai "ruang" eksplorasi anak. (sumber: www.sekolahalambogor.org)
a. Permassaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-28
Penataan massa di Sekolah Alam pada umumnya membentuk massa
majemuk yang diletakkan berdekatan dengan spot-spot di alam
terbuka yang telah dipilih, namun tetap memiliki sebuah massa yang
berfungsi sebagai kantor pusat dari sekolah.
Gambar II. 18 - Contoh masterplan sekolah alam, dengan open space, massa-massa
penunjang, dan sebuah massa utama yang menjadi pusat sekolah .
(sumber: http://www.sekolahalamindonesia.org)
b. Korelasi Interaksi
1) Aspek Fisik :
· Memiliki sebuah “bangunan” utama yang berfungsi sebagai
(semacam) kantor pusat;
· Terdapat spot-spot tertentu yang difungsikan sebagai lokasi
outbond;
· Ruang kelas bukan merupakan bangunan masif;
· Memiliki open space;
· Jarak antar massa bangunan tidak terlalu dekat;
· Cenderung bermassa banyak;
· Menyatu dengan alam;
· Menggunakan material lokal derah setempat.
2) Aspek Non fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-29
· Sekolah alam mengembangkan program-program untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan di sekolah;
· Siswa dilatih untuk berani bereksplorasi;
· Guru bertindak sebagai fasilitator yang mendampingi proses
eksplorasi siswa;
· Konsep “alam” menjadikan pelajaran lebih variatif dan tidak
membosankan;
· Nilai teori bukan menjadi tolak ukur keberhasilan;
· Siswa dididik untuk lebih dapat mengaplikasikan ilmunya dalam
kehidupan sehari-hari;
· Aktivitasnya dirancang untuk mendukung perkembangan motorik
halus, motorik kasar, emosi, kognitif, dan psikososial.
C. Bangunan Hemat Biaya
1. Pengertian
Bangunan Hemat Biaya (Frugal Architecture) selalu memperhatikan
lahan dan budaya sekitarnya. Karya arsitektur yang dibangun harus
menyesuaikan dengan keadaan di sekitarnya agar lebih ramah
lingkungan. Begitu pula dengan budaya sekitar. Sebelum membangun,
penting untuk mengetahui tradisi, budaya, bahkan sejarah daerah sekitar
dimana bangunan akan didirikan.
Menggunakan material lokal dan material bekas pakai. Misalnya
penggunaan daun pintu dan jendela bekas, atau batu bata bekas yang
masih layak untuk digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-30
Gambar II. 19- Batu bata
(sumber: Dokumen pribadi)
Gambar II. 20 - Pintu dan jendela bekas
(sumber: Dokumen pribadi)
Bertujuan untuk mengenalkan kembali bentuk-bentuk pembangunan
lokal yang menggunakan keterlibatan masyarakat dan penggunaan
teknologi sederhana. Jenis arsitektur ini bertujuan untuk mengenalkan
lagi penggunaan teknik-teknik arsitektur yang bisa dikatakan sebagai
bagian dari tradisi. Contohnya penggunaan anyaman bambu.
2. Preseden Bangunan Hemat Biaya:
a. METI School (School Handmade) di Rudrapur, Bangladesh
Terletak di Desa Rudrapur, Bangladesh. Bangunan merespon ide ini
dala wujud material, teknik, dan desain arsitektural. Tujuan proyek
adalah untuk memperbaiki teknik bangunan yang ada, untuk memberi
konstruksi kepada keberlanjutan dengan memanfaatkan potensi lokal
dan untuk memperkuat identitas daerah.
Dibangun di daerah miskin, menggunakan material lokal yang
sederhana (batu, tanah liat, bambu, jerami, bahkan campuran kotoran
ternak) dan tampak berbau “ramah lingkungan”, serta diwujudkan
bersama lewat partisipasi warga. Itulah sebabnya proyek inipun sering
disebut “School Handmade”. Dengan teknologi yang sangat sederhana
dan tak rumit dalam program ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-31
Material lokal di udrapur adalah bambu untuk konstruksi, tanah untuk
dinding dan pondasi, jerami untuk atap dan tali rami untuk mengikat