Top Banner
KONSEP DASAR KEDARURATAN PSIKIATRI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa didalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan emosional. Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut
21

konsep dasar kedaruratan psikiatri

Aug 08, 2015

Download

Documents

Abdul Rasyied

konsep dasar kedaruratan psikiatri untuk mahasiswa kedokteran
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: konsep dasar kedaruratan psikiatri

KONSEP DASAR KEDARURATAN PSIKIATRI

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter

psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang

mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa didalam psikiatri

termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan emosional.

Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi

darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri,

penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada

perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang

kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan

kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an,

terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat

kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik

umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka.

Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan

lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik

pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala

atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.

B. Tujuan Penyusunan

a.       Tujuan umumAdapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran

umum tentang keperawatan gawat darurat psikiatri serta mampu berperan sebagai perawat

jiwa baik di Rumah Sakit atau di komunitas.

b. Tujuan khusus

Setelah menyusun makalah ini diharapkan

1.      Memenuhi tugas keperawatan Gadar Psikiatri

2.      Untuk memperdalam pengetahuan dalam keperawatan Gadar Psikiatri

3.      Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keperawatan Gadar Psikiatri

Page 2: konsep dasar kedaruratan psikiatri

4.      Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan faktor penyebab diadakannya keperawatan

Gadar Psikiatri

5.      Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala bunuh diri

6.      Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala prilaku kekerasan

7.      Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala gaduh/gelisah

8.      Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala withdrawal

9.      Teman-teman mahasiswa mampu menjelaskan dasar hukum yang melatarbelakangi

keperawatan Gadar Psikiatri

10.  Teman-teman mahasiswa mampu menyebutkan adta mengenai psikosis, neurosis dan

NAPZA

C.     Sistematika Penulisan

Dalam menyusun makalah ini, penyusunannya dibagi menjadi 3 bab dengan urutan

sebagai berikut :

Bab1  :   Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penyusunan, dan sistematika penulisan.

Bab 2 :   Tinjauan teoritik terdiri dari konsep dasar mengenai jiwa terdiri dari definisi, ciri-ciri/

karakteristik jiwa sehat dan sakit, faktor penyebab gangguan jiwa, tanda dan gejala,

pendekatan,  peran dan fungsi perawat, perkembangan keperawatan kesehatan jiwa,

pelayanan keperawatan, perkembangan pelayanan keperawatan jiwa psikiatri, dan

perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia.

Bab 3 :   Penutup berisi kesimpulan materi.

BAB II

KONSEP DASAR KEDARURATAN PSIKIATRI

A.    Pengertian

Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh

perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.

Page 3: konsep dasar kedaruratan psikiatri

Keperawatan Kegawat Daruratan (emergency Nursing) Adalah bagian dari

keperawatan dimana perawat memberikan asuhan kepada klien yang sedang mengalami

keadaan yang mengancam kehidupan karena sakit atau kecelakaan.

Unit Gawat Darurat Adalah tempat/unit di RS yang memiliki tim kerja dengan

kemampuan khusus & peralatan yang memberikan pelayan pasien gawat darurat, merupakan

rangkaian dari upaya penanggulangan pasien dengan gawat darurat yang terorganisir

Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,

ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan

panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis

lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan

psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk

mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.

Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu

keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-

psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang

mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis akibat trauma, proses

kehidupan ataupun bencana.

B.     Faktor Penyebab Gadar Psikiatri

Kondisi Kedaruratan Adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas

fisiologis atau psikologis secara mendadak. Semua masyarakat berhak mendapat perawatan

kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer, spesialistik serta kronik. Perawatan GD harus

dilakukan tanpa memikirkan kemampuan pasien untuk membayar. Semua petugas medis

harus diberi kompensasi yang adekuat, adil dan tulus atas pelayanan kesehatan yang

diberikannya. Diperlukan mekanisme pembayaran penggantian atas pelayanan gratis, hingga

tenaga dan sarana tetap tejaga untuk setiap pelayanan. Ini termasuk mekanisme kompensasi

atas penderita yang tidak memiliki asuransi, bukan penduduk setempat atau orang asing.

Semua pasien harus mendapat pengobatan, tindakan medis dan pelayanan memadai yang

diperlukan agar didapat pemulihan yang baik dari penyakit atau cedera akut yang ditindak

secara gawat darurat.

Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai

Psychiatric Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau Comprehensive

Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin, mencakup

kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas,

Page 4: konsep dasar kedaruratan psikiatri

kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang

menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam. Di dalam lingkungan yang

terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk memperoleh suatu

kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk

memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis

tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada keadaan

kritis.

Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan pasien,

memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama 24 jam ,

mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien,

menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut,

memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan

pelayanan konseling lewat telepon.

C.     Tanda dan Gejala Awal pada

1.      Bunuh diri

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri

kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang

tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat,

1993). Perilaku bunuh diri atau destruktif diri langsung terjadi terus menerus dan intensif

pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah berlebihan, gejala atau ucapan

verbal ingin bunuh diri, luka atau nyeri (Rawlin dan Heacock, 1993).

Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, berikut ini adalah tanda-tanda bunuh

diri yang mungkin terjadi:

1.      Bicara mengenai kematian: Bicara tentang keinginan menghilang, melompat, menembak diri

sendiri atau ungkapan membahayakan diri.

2.      Baru saja kehilangan: kematian, perceraian, putus dengan pacar atau kehilangan pekerjaan,

semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Kehilangan

lainnya yang bisa menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan beragama dan

hilangnya ketertarikan pada seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

3.      Perubahan kepribadian: seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, keraguan

atau kecemasan yang tidak biasa.

4.      Perubahan perilaku: kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-hari,

seperti pekerjaan rumah tangga.

Page 5: konsep dasar kedaruratan psikiatri

5.      Perubahan pola tidur: tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur lainnya bisa

menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri.

6.      Perubahan kebiasaan makan: kehilangan nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan.

Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan berat badan.

7.      Berkurangnya ketertarikan seksual: perubahan seperti ini bisa mencakup impotensi,

keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi.

8.      Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi seperti malu, minder

atau membenci diri sendiri.

9.      Ketakutan atau kehilangan kendali: seseorang khawatir akan kehilangan jiwanya dan

khawatir membahayakan dirinya atau orang lain.

10.  Kurangnya harapan akan masa depan: tanda bunuh diri lainnya adalah seseorang merasa

bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal tidak akan pernah bertambah baik.

Beberapa tanda bunuh diri lainnya meliputi pernah mencoba bunuh diri, memiliki

riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, belanja berlebihan, hiperaktivitas, kegelisahan dan

kelesuan.

2.      Perilaku kekerasan

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit

Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan

oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang,

diri sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau sexua litas ( Nanda, 2005 ).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,

1993 dalam Depkes, 2000). Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul

sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang

dirasakan sebagai ancaman ( Stuart dan Sunden, 1997 ).

Pengertian Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang

tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat

membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan.

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit adalah

perilaku kekerasan di rumah. Dapat dilakukan pengkajian dengan cara:

1. Observasi:

Page 6: konsep dasar kedaruratan psikiatri

         Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi, berdebat.

         Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak

senang

2. Wawancara

         Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klien.

Keliat (2002) mengemukakan bahwa tanda -tanda marah adalah sebagai berikut :

a.       Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel.

b.      Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,

penyalahgunaan obat dan tekanan darah.

c.       Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.

d.      Spiritual : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan, tidak

bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.

e.       Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan humor.

Tanda ancaman kekerasan (Kaplan and Sadock, 1997) adalah:

a.       Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang milik.

b.      Ancaman verbal atau fisik.

c.       Membawa senjata atau benda lain yang dapat digunakan sebagai senjata

(misalnya : garpu, asbak).

d.      Agitasi psikomator progresif.

e.       Intoksikasi alkohol atau zat lain.

f.       Ciri paranoid pada pasien psikotik.

g.      Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua pasien

berada pada resiko tinggi.

h.      Penyakit otak, global atau dengan temuan lobus fantolis, lebih jarang pada

temuan lobus temporalis (kontroversial).

i.        Kegembiraan katatonik.

j.        Episode manik tertentu.

k.      Episode depresif teragitasi tertentu.

l.        Gangguan kepribadian (kekerasan, penyerangan, atau diskontrol implus).

Gambaran klinis menurut Stuart dan Sundeen (1995) adalah sebagai berikut:

a.       Muka merah

b.      Pandangan tajam

Page 7: konsep dasar kedaruratan psikiatri

c.       Otot tegang

d.      Nada suara tinggi

e.       Berdebat

f.       Kadang memaksakan kehendak

Gejala yang muncul :

a.       Stress

b.      Mengungkapkan secara verbal

c.       Menentang

Gambaran klinis menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan

Kesehatan Departemen Kesehatan RI (1994) adalah sebagai berikut :

a.       Pasif agresif

1)      Sikap suka menghambat

2)      Bermalas-malasan

3)      Bermuka masam

4)      Keras kepala dan pendendam

b.      Gejala agresif yang terbuka (tingkah laku agresif)

1)      Suka membantah

2)      Menolak sikap penjelasan

3)      Bicara kasar

4)      Cenderung menuntut secara terus-menerus

5)      Hiperaktivitas

6)      Bertingkah laku kasar disertai kekerasan

3.      Gaduh/Gelisah

Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami gaduh gelisah diantaranya:

a. Gelisah

b. Mondar-mandir

c. Berteriak-teriak

d. Loncat-loncat

e. Marah-marah

f. Curiga +++

g. Agresif

h. Beringas

Page 8: konsep dasar kedaruratan psikiatri

i. Agitasi

j. Gembira +++

k. Bernyanyi +++

l. Bicara kacau

m. Mengganggu orang lain

n. Tidak tidur beberapa hari

o. Sulit berkomunikasi

p. Dll

4.      Withdrawal

Tanda dan gejala pada orang yang withdrawal diantaranya:

a. Nafsu makan hilang

b. Ansietas, gelisah

c. Mialgia, arthralgia

d. Lesu-lemas

e. Tremor, kram perut, kejang

f. ‘Craving’

D.    Dasar Hukum Pelayanan Kedaruratan Psikiatri

Penaturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan gawat darurat

adalah UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989

tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988

tentang Rumah Sakit.

Dipandang dan segi hukum dan medikolegal, pelayanan gawat darurat berbeda

dengan pelayanan non-gawat darurat karena memiliki karakteristik khusus. Beberapa isu

khusus dalam pelayanan gawat darurat membutuhkan pengaturan hukum yang khusus dan

akan menimbulkan hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat.

Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur

dalam pasal 5l UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter wajib

melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam

UU No.23/1992 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat darurat namun

secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenamya merupakan hak setiap

orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal (pasal 4) Selanjutnya pasal 7

Page 9: konsep dasar kedaruratan psikiatri

mengatur bahwa “Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan

terjangkau oleh masyarakat” termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu.

Tentunya upaya ini menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik yang diselenggarakan

oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta).

Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan

gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan

gawat darurat tidak diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian

pelayanan.

Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah sakit

dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit telah

terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit, di mana

dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan

gawat darurat selama 24 jam per hari

Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang spesifik. Secara umum

ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah pasal 7 UU No.23/1992 tentang

Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan pengaturan yang spesifik untuk pelayanan gawat

darurat fase pra-rumah sakit Bentuk peraturan tersebut seyogyanya adalah peraturan

pemerintah karena menyangkut berbagai instansi di luar sektor kesehatan.

Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU No.23/1992 tentang

Kesehatan sebagai berikut: tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan”. Melihat ketentuan tersebut nampak bahwa profesi kesehatan

memerlukan kompetensi tertentu dan kewenangan khusus karena tindakan yang dilakukan

mengandung risiko yang tidak kecil.

Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan

dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan bahwa “pelaksanaan pengobatan dan

atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu “. Ketentuan

tersebut dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak

mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan pengobatan/perawatan, sehingga

akibat yang dapat merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan pasien dapat dihindari,

khususnya tindakan medis yang memelakukanngandung risiko.

Page 10: konsep dasar kedaruratan psikiatri

Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medik diatur

dalam pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan yang merumuskan bahwa “tenaga

kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan

bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan”. Pengaturan di

atas menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di rumah sakit, di mana pada dasarnya

setiap dokter memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan medik termasuk

tindakan spesifik dalam keadaan gawat darurat. Dalam hal pertolongan tersebut dilakukan

oleh tenaga kesehatan maka yang bersangkutan harus menemelakukanrapkan standar profesi

sesuai dengan situasi (gawat darurat) saat itu.

Pelayanan gawat darurat fase pra-rumah sakit umumnya tindakan pertolongan

pertama dilakukan oleh masyarakat awam baik yang tidak terlatih maupun yang teriatih di

bidang medis. Dalam hal itu ketentuan perihal kewenangan untuk melakukan tindakan medis

dalam undang-undang kesehatan seperti di atas tidak akan diterapkan, karena masyarakat

melakukan hal itu dengan sukarela dan dengan itikad yang baik. Selain itu mereka tidak dapat

disebut sebagai tenaga kesehatan karena pekerjaan utamanya bukan di bidang kesehatan.

Jika tindakan fase pra-rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga terampil yang telah

mendapat pendidikan khusus di bidang kedokteran gawat darurat dan yang memang tugasnya

di bidang ini (misainya petugas 118), maka tanggungjawab hukumnya tidak berbeda dengan

tenaga kesehatan di rumah sakit. Penentuan ada tidaknya kelalaian dilakukan dengan

membandingkan keterampilan tindakannya dengan tenaga yang serupa.

Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi hubungan

hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan gawat darurat Karena

secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung menimbulkan privilege tertentu bagi tenaga

kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat darurat. Menurut The American Hospital

Association (AHA) pengertian gawat darurat adalah. An emergency is any condition that in

the opinion of the patient, his family, or whoever assumes the responsibility of bringing the

patient to the hospital-remelakukanquires immediate medical attention. This condition

continues until a determination has been made by a health care professional that the patient’s

life or well-being is not threatened.

Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat Dalam hal

pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien menggugat tenaga kesehatan karena diduga

terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis atau pemberian terapi maka pihak pasien

harus membuktikan bahwa hanya kekeliruan itulah yang menjadi penyebab

kerugiannya/cacat (proximate cause). Bila tuduhan kelalaian tersebut dilamelakukankukan

Page 11: konsep dasar kedaruratan psikiatri

dalam situasi gawat darurat maka perlu dipertimbangkan faktor kondisi dan situasi saat

peristiwa tersebut terjadi. Jadi, tepat atau tidaknya tindakan tenaga kesehatan perlu

dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang berkuamelakukanlifikasi sama, pada pada situasi

dan kondisi yang sama pula.

Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed consent).

Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53

ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis.

Dalam keadaan gawat darurat di mana harus segera dilakukan tindakan medis pada pasien

yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien, tidak perLu persetujuan dari siapapun (pasal 11

Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh

dalam bentuk tertulis, maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam

medis.

E.     Data Tentang Psikosis

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental

berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi

sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.

Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi

penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada

usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap

kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan

lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan

intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak

diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin

kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan

psikolog.

Pasien dengan gejala psikosis sering ditemukan di bagian kegawatdaruratan psikiatrik.

Menentukan sumber psikosis dapat menjadi sulit. Kadang pasien masuk ke dalam status

psikosis setelah sebelumnya putus dari perawatan yang direncanakan. Pelayanan

kegawatdaruratan psikiatrik tidak akan mampu menyediakan penanganan jangka panjang

untuk pasien jenis ini, cukup dengan istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada

orang yang menangani kasus mereka dan/atau memberikan lagi pengobatan psikiatrik yang

diperlukan. Suatu kunjungan pasien yang menderita suatu gangguan mental yang kronis dapat

menandakan perubahan dalam lifestyle dari individu atau suatu pergeseran kondisi medis.

Page 12: konsep dasar kedaruratan psikiatri

Pertimbangan ini dapat berperan dalam perencanaan perawatan.

Seseorang dapat juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi seperti itu dapat disiapkan

untuk diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi pasien, melakukan suatu

pengujian status mental, pelaksanaan pengujian psikologis, perolehan neuroimages, dan

memperoleh pengujian neurofisiologi lain. Berdasarkan ini, tenaga kesehatan dapat

memperoleh suatu diagnosa diferensial dan menyiapkan pasien untuk perawatan. Seperti

pertimbangan penanganan pasien lainnya, asal psikosis akut dapat sukar ditentukan karena

keadaan mental dari pasien.

F.      Data Tentang Neurosis

Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering

sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala

ketuaan. Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan

separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia

(lansia). Gangguan neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah

psikososial dalam memasuki tahap lanjut usia (lansia). Gangguan ini ditandai oleh kecemasan

sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta daya menilai realitasnya yang baik.

Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara

kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh : mandi adalah hal yang biasa

dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang neurosis obsesive untuk mandi,

ia akan mandi berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak puas-puas untuk mandi.

G.    Data Tentang NAPZA

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA)

atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/

Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya

penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,

multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara

berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan

atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila

disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun

Page 13: konsep dasar kedaruratan psikiatri

masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya

dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik

Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi

atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24

tahun.

Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh

karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman

kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam

upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.

Dari hasil identifikasi masalah NAPZA dilapangan melalui diskusi kelompok terarah

yang dilakukan Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat bekerja sama dengan Direktorat

Promosi Kesehatan – Ditjen Kesehatan Masyarakat Depkes-Kesos RI dengan petugas-

petugas puskesmas di beberapa propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur,

Bali ternyata pengetahuan petugas puskesmas mengenai masalah NAPZA sangat minim

sekali serta masih kurangnya buku yang dapat dijadikan pedoman.