Top Banner
REFERAT KONJUNGTIVITIS VERNAL Disusun oleh : Aswin Prayogo 1110221004 FK UPN Narasumber : Dr. Juniati V P. Sp.M KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SUBROTO 1
35

KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Jul 31, 2015

Download

Documents

Aswin Prayogo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

REFERAT

KONJUNGTIVITIS VERNAL

Disusun oleh :

Aswin Prayogo

1110221004

FK UPN

Narasumber :

Dr. Juniati V P. Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SUBROTO

JAKARTA

Periode 23 April 2012 – 26 Mei 2012

1

Page 2: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

2

Page 3: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul

“KONJUNGTIVITIS VERNAL” dengan baik dan tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara lebih

mendalam mengenai salah satu penyakit mata, yaitu konjungtivitis vernal. Pada

referat ini akan dibahas berbagai segi mengenai konjungtivitis vernal mulai dari

definisi, etiologi, patogenesis, faktor resiko, epidemiologi, gejala klinis, diagnosis,

penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, hingga pencegahan.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh dokter pembimbing di

Departemen Mata RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, khususnya kepada dr. Juniati

V P, Sp.M selaku pembimbing dalam penulisan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terjadi kesalahan dalam

penulisan maupun dalam pembahasan materi. Penulis juga mengharapkan kritik

dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 7 Mei 2012

Penulis

3

Page 4: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 5

I.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 5

I.2 TUJUAN .................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7

II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI .................................................................. 7

II.2 KONJUNGTIVITIS VERNAL ................................................................. 10

II.2.1 PENDAHULUAN.................................................................................. 10

II.2.2 DEFINISI ............................................................................................... 11

II.2.3 KLASIFIKASI .......................................................................................11

II.2.4 ETIOLOGI ............................................................................................. 13

II.2.5 PATOFISIOLOGI ..................................................................................13

II.2.6 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK ..................................................... 14

II.2.7 GEJALA ................................................................................................. 16

II.2.8 DIAGNOSTIK ....................................................................................... 18

II.2.9 PENGOBATAN ..................................................................................... 19

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

4

Page 5: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva .................................................................... 7

Gambar 2. Konjungtiva dengan Pelebaran A. Ciliaris .................................... 8

Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone ......... 12

Gambar 4. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot ............ 13

Gambar 5. Histologi Konjungtivitis Vernal Terlihat Banyak Sel Radang Terutama Eosinofil .......................................................................................................................... 16

5

Page 6: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Konjungtiva merupakan bagian dari mata yang berfungsi sebagai proteksi bagi

mata terhadap benda-benda asing yang masuk. Dimana konjungtiva adalah

mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan anterior mata.

Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak

(margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak

menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik

melapisi bola mata hingga tepi kornea.

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput

lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat

disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti, bakteri, virus, klamidia, alergi

toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum.

Sedangkan konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai “konjungtivitis musiman”

atau “konjungtivits musim kemarau”, yang merupakan penyakit bilateral yang

jarang yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun

prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyebaran konjungtivitis vernal merata

di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut.

Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas.

6

Page 7: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

I.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai

definisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta

penatalaksanaan pada konjungtivitis vernal.

7

Page 8: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan

anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi

kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal

kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan

melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. (1,2)

Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian :

1. Konjungtiva palpebra

2. Konjungtiva forniks

3. Konjungtiva bulbi

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

8

Page 9: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Yang melapisi bagian palpebra disebut konjungtiva palpebra, di forniks disebut

konjuntiva fornicis dan yang di bola mata disebut konjuntiva bulbi.

Secara histologis lapisan konjuntiva dimulai dari epitel konjuntiva yang terdiri

atas epitel superficial mengandung sel goblet yang memproduksi mucin dan epitel

basal, di dekat limbus dan epitel ini mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat

stroma konjuntiva yang terdiri atas lapisan adenoid yang mengandung jaringan

limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat.

Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri dari kelenjar Krause (ditepi atas tarsus)

yang menyerupai kelenjar air mata. Arteri- arteri konjungtiva berasal dari a.ciliaris

anterior dan a. palpebralis yang keduanya beranastomosis. Yang berasal dari a.

ciliaris anterior berjalan ke depan mengikuti m. rectus menembus sclera dekat

limbus untuk mencapai bagian dalam mata dan cabang- cabang yang mengelilingi

kornea.

Gambar 2. Konjungtiva dengan Pelebaran A. Ciliaris

9

Page 10: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n. trigeminus yang

berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian palpebra. Konjuntiva

mengandung sangat banyak pembuluh limfe.

Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di forniks

atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada

bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak.

Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan mengalir ke tepi nasal

menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu

basah. Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme

atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu

keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease.

Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi

epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada

kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat

tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata. (1,2,3)

10

Page 11: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

II.2. KONJUNGTIVITIS VERNALIS

II.2.1. PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput

lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat

disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi toksik seperti konjungtivitis

vernal, dan moluscum contangiosum.

Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai “konjungtivitis musiman” atau “konj

ungtivits musim kemarau”, yang merupakan penyakit bilateral yang jarang yang

disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas dan

berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki

daripada anak perempuan. Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal

ini karena penyakit ini sering kambuh dan menyerang anak-anak, dengan

demikian memerlukan pengobatan jangka panjang dengan obat yang aman.

Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga

0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim

panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika Selatan) daripada

iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman). Penyakit ini

tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi pada pasien usia di bawah 3 tahun

atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi

pada pasien dengan usia 5 hingga 20 tahun.

Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan).

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa 65% penderita konjungtivitis vernal

memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki penyakit turunan

11

Page 12: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

(misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir

hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada

pasien itu sendiri. Kurun waktu konjungtivitis vernal rata-rata berkisar 4 sampai

10 tahun. Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya

kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi

utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis ”vernal” (atau musim semi). Di

belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim

dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin

disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun. (1,2)

Allergen sulit dilacak,  namun  pasien  konjungtivitis  vernalis kadang-kadang

menampakkan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas

tepung sari rumput. (4)

II.2.2. DEFINISI

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipeI)

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. (5)

II.2.3. KLASIFIKASI

Terdapat  dua  bentuk  utama  konjungtivitis  vernalis  (yang  dapat  berjalan 

bersamaan), yaitu:

12

Page 13: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

1. Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.

Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr

et yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan

kelainan kornea lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar

ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata

dan dengan kapiler ditengahnya.

Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone

2. Bentuk Limbal hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat

membentuk  jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang

merupakan degenarasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel

limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil. (2,4)

13

Page 14: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Gambar 4. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot

II.2.4. ETIOLOGI

Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada

musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya

dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. (2)

II.2.5. PATOFISIOLOGI

Perubahan struktur konjungtiva  erat  kaitannya  dengan  timbulnya  radang

insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV.

Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan

cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi jaringan yang

menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini  akan

diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga

14

Page 15: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan

memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva

tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva tarsal,

oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada

konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus

yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea.

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan

hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada

limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam

kualitas maupun kuantitas stem cells limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin

berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan dikem

udian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda.

Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami

degenerasi. (1,2,4)

II.2.6. GAMBARAN HISTOPATOLOGIK 

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan

ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang

ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara

papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan

dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan sel mast.Hasil

penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata yang

dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma

pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid.

15

Page 16: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil,

menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis.

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak

hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada beberapa

kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. Fase vaskular dan

selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase,

peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara

keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan

terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaanklinis.

Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai

dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan

mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 5–10 lapis sel epitel

yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil,

lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel

yang kemudian akan mengalami keratinisasi. (6,7)

Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhan

epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel (acanthosis).

Horner-Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri atas

eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan

limfosit. (6,7)

16

Page 17: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Gambar 5. Histologi Konjungtivitis Vernal Terlihat Banyak Sel Radang Terutama

Eosinofil

II.2.7. GEJALA

Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata berserat,

terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Biasanya

terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan

terdapat banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior.

Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla raksasa mirip batu kali.

Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung

berkas kapiler. Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran

fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang

negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu

pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering

terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik-bintik

putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis

17

Page 18: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

selama fase aktif dari penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada

konjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai.

Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva kecuali jika pasien telah menjalani

krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak

konjungtiva. (1,2)

Gambaran klinis konjungtivitis vernal:

Keluhan utama: gatal

Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal

ini menurun pada musim dingin.

Ptosis

Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan

dibandingkan yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-

sel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil,

juga adanyadegenarasi hyalin pada stroma konjungtiva.

Getah mata

Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berserat-

serat.Konsistensi getah mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor).

Kelainan pada palpebra

Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva tarsalis

pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil raksasa).

Inilah yang disebut “cobble stone appearance”. Susunan papil ini rapat

dari samping tampak menonjol. Seringkali dikacaukan dengan trakoma.

Di permukaannya kadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri dari

sekret yang mukoid. Papil ini permukaannya rata dengan

18

Page 19: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

kapiler di tengahnya. Kadang-kadang konjungtiva palpebra menjadi

hiperemi, bila terkena infeksi sekunder.

Horner Trantas dots

Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi menebal, 

berwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin. Merupakan

penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang patognomosis pada

konjungtivitis vernal yang berlangsung selama fase aktif.

Kelainan di kornea

Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas

ini sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea

yang berbentuk  bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para

sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang

ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh

permukaan kornea, sering berupa mikropanus, namun

panus besar jarang dijumpai. Penyakit ini mungkin juga disertai

keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak membutuhkan pengobatan

khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik terhadap

terapi standar.

II.2.8. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva

untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak

19

Page 20: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat

basofil dan granula basofilik bebas. (6)

II.2.9. PENGOBATAN

Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat

bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek,

berbahaya jika dipakai jangka panjang. (1,2)

Pilihan perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya gejala yang muncul

dan durasinya, yaitu: 

1. Tindakan Umum

Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu

mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis.

Beberapatindakan tersebut antara lain:

o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan

atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang

pembebasan mekanis dari mediator-

mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah super

infeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya

glaukoma sekunder dan katarak.

o Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;

o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga 

membawa serbuk sari;

20

Page 21: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

o Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi

kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak

justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi

allergen;

o Kompres dingin di daerah mata;

o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata 

juga berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;

o Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering

juga disebutsebagai climato-therapy.

2. Terapi topikal

o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi

saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%-

20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas

eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini,larutan 10% lebih

dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalinseperti 1-

2% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau

mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.

o Antihistamin

o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)

o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid 

topikal prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari

selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis

sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.

21

Page 22: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid

terbukti sangat efektif.

o Antibiotik broad-spectrum.

3. Terapi Sistemik

o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik

seperti prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau

deksamethason fosfat 2–3 tablet 4 kali sehari selama 1–2 minggu.

Satu hal yang perlu diingat dalam

kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah

“gunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin”.

o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan

sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa

gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan 

vasokonstriktor, dapat memberikan  kontrol yang memadai

pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.

4. Tindakan Bedah

Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa

konjungtiva  tarsal  kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek

samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh

lagi.

22

Page 23: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

BAB III. KESIMPULAN

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipeI)

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi

akibatalergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal

sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan

berhenti sebelum usia20.Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret

mukus yang kentaldan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang

spesifik adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari

konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebradan bentuk limbal. Konjungtivitis

vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan, namun

dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpadi

obati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan

menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat

diberikanmenghindari menggosok-gosok mata, kompres dingin di daerah mata,

memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein,

antihistamin, NSAID, steroid,  stabilisator  sel mast, 

dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. (1,2,6)

23

Page 24: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

24

Page 25: KONJUNGTIVITIS VERNALIS

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya

Medika,2000.Hal268, 274-287.

2. Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188.

3. A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter

12-New Age International 2007. P 288-96.

4. Wijana Nana S,D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 6, Abdi Tegal.Jakarta

1993.Hall 332-342.

5. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29.

Jakarta : EGC

6. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Diunduh dari

http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.

ht ml . (Diakses 4 Mei 2012)

7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 4 Mei

2012)

25