Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan Agama Islam yang seharusnya mampu mencetak pribadi serta moral bangsa seolah-olah kehilangan perannya. Hal itu terbukti dari berbagai kasus kekerasan, asusila, korupsi dan lain-lain yang muncul di berbagai media. Meskipun evaluasi telah dilakukan di berbagai aspek, pendidikan agama islam masih saja belum mampu meredam kerusakan moral bangsa yang justru semakin menjadi-jadi. Dalam makalah ini penulis akan mencoba menerangkan sekaligus mengevaluasi Pendidikan Agama Islam dari aspek komponen-komponennya. Mulai dari kelebihan serta kekurangan komponen-komponen yang ada. Karena komponen tersebut amatlah sangat penting keberadaanya dalam mengantarkan tujuan yang diperankan oleh pendidikan Islam. B. Tujuan Pembahasan 1.Memahami dan mengerti tentang komponen-komponen pokok dalam pendidikan Islam. 1
37

Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

Oct 22, 2015

Download

Documents

nmiftan

Makalah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pendidikan Agama Islam yang seharusnya mampu

mencetak pribadi serta moral bangsa seolah-olah kehilangan perannya. Hal

itu terbukti dari berbagai kasus kekerasan, asusila, korupsi dan lain-lain yang

muncul di berbagai media. Meskipun evaluasi telah dilakukan di berbagai

aspek, pendidikan agama islam masih saja belum mampu meredam

kerusakan moral bangsa yang justru semakin menjadi-jadi.

Dalam makalah ini penulis akan mencoba menerangkan sekaligus

mengevaluasi Pendidikan Agama Islam dari aspek komponen-komponennya.

Mulai dari kelebihan serta kekurangan komponen-komponen yang ada.

Karena komponen tersebut amatlah sangat penting keberadaanya dalam

mengantarkan tujuan yang diperankan oleh pendidikan Islam.

B. Tujuan Pembahasan

1. Memahami dan mengerti tentang komponen-komponen pokok dalam

pendidikan Islam.

2. Mengerti akan pentingnya komponen-komponen pokok dalam pendidikan

Islam dalam suatu lembaga pendidikan.

1

Page 2: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMPONEN – KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM

1. Tujuan Pendidikan

Membahas masalah tujuan pendidikan kita harus terlebih dahulu

mengetahui definisi dari kata pendidikan. Pendidikan adalah usaha

mengembangkan seseorang agar terbentuk perkembangan yang maksimal

dan positif.1 Maka jelaslah tujuan pendidikan adalah mengembangkan

seseorang ke arah yang positif dan semaksimal mungkin. Adapun binaan

pendidikan dalam garis besarnya mencakup tiga daerah: (1) daerah

jasmani, (2) daerah akal, dan (3) daerah hati.2

a. Jasmani

Hakikatnya manusia berkembang dipengaruhi oleh

pembawaan dan lingkungannya. Al-Qur’an menjelaskan bahwa

manusia itu mempunyai aspek jasmani, dan itu sungguh-

sungguh. Dalam al-Qur’an surat al-Qashash ayat 77 Allah

berfirman:

Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah

kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan urusan duniawi.

Yang dimaksud dunia dalam ayat ini, adalah hal-hal yang

diperlukan oleh jasmani.3 Dalam uraian di atas, maka manusia di

tuntut untuk selalu menjaga kesehatan jasmani melalui berbagai

kegiatan seperti pendidikan dan latihan yang bertujuan untuk

kesehatan dan kekuatan jasmani tentunya. Makan dan minum

juga diperlukan jasmani tetapi dalam ajaran agama Islam tidak

boleh berlebihan karena selama hidup di dunia aspek jasmani

1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012) h. 382 Ibid., h. 363 Ibid., h. 53

2

Page 3: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

tidak dapat di dipisahkan dari aspek ruhani. Sebab jasmani yang

baik, sehat dan kuat akan mempunyai indera yang baik untuk

dapat menguasai filsafat dan sains lebih maksimal.

Dalam sejarah peradaban Islam, kesehatan jasmani

kadangkala diperlukan bagi umat muslim untuk

memperjuangkan agama Islam. Hal itu terbukti dari berbagai

peperangan yang telah di lalui umat muslim.

b. Akal

Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai.4 Hal

itulah yang juga merupakan tujuan pendidikan akal. Selain umat

muslim di tuntut untuk sehat jasmani melalui pendidikan jasmani

umat muslim juga dituntut untuk cerdas serta pandai. Dengan

demikian umat muslim dapat berfikir logis untuk dapat

menguasai berbagai ilmu dan menciptakan berbagai teori ilmu.

Akal juga dapat menyelesaikan berbagai masalah yang ada,

termasuk masalah filsafat.

c. Hati / Ruhaniah

Seperti telah diuraikan sebelum ini, ruhani yang dimaksud

di sini adalah aspek manusia selain jasmani dan akal. Ruhani itu

samar, ruwet, belum jelas batasannya; manusia tidak memiliki

cukup pengetahuan untuk mengetahui hakikatnya. Kebanyakan

buku tashawwuf dan pendidikan islami menyebutnya alb (kalbu)

saja.

Kekuatan jasmani terbatas pada objek-objek berwujud

materi yang dapat di tangkap oleh indera. Kekuatan akal atau

pikir betul-betul sangat luas, dapat mengetahui obyek yang

abstrak, tetapi sebatas dapat difikirkan secara logis. Kekuatan

rohani (tegasnya kalbu) lebih jauh daripada kekuatan akal.

4 Ibid., h. 60

3

Page 4: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

Bahkan ia dapat mengetahui obyek secara tidak terbatas. Karena

itu Islam amat mengistimewakan aspek kalbu. Kalbu dapat

menembus alam gaib, bahkan menembus Tuhan. Kalbu inilah

yang merupakan potensi manusia yang mampu beriman secara

sungguh-sungguh. Bahkan iman itu menurut Al-Quran, tepatnya

dalam kalbu:

Orang-orang arab badui itu berkata, kami telah beriman.

Katakan kepada mereka, kamu sebenarnya belum beriman,

kamu seharusnya mengatakan kami telah tunduk karena

sebenarnya iman itu belum masuk kedalam hati kalian. (Al-

Hujarat: 14)

Dalam ayat ini Tuhan menjelaskan bahwa iman itu ada di

dalam hati.5 Maka jasmani yang sehat, akal yang cerdas serta

panda, dan ruhani (hati) yang beriman, semuanya itu adalah

manusia sempurna menurut pandangan Islam.

2. Pendidik

Jika kita sepakati definisi pendidikan seperti pada bab Tujuan

Pendidikan di atas maka, saya kira pendidik adalah mediator yang

mengantarkan seseorang menuju perkembangan yang maksimal dan

positif.

Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat di bagi menjadi

tiga: (1) kegiatan pendidikan oleh diri sendiri, (2) kegiatan pendidikan

oleh lingkungan, (3) kegiatan pendidikan oleh orang lain.6

Kegiatan pendidikan pada poin pertama menurut kami merupakan

suatu hal yang sulit untuk di definisikan dan dijelaskan. Meski terdapat

berbagai metode yang ada, namun tidak seberapa perkembangannya. Pada

5 Ibid., h. 626 Ibid., h. 36

4

Page 5: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

poin kedua pendidikan oleh lingkungan juga sulit untuk direncanakan,

karena lingkungan tidak dapat di prediksi dan banyak faktor yang

mempengaruhinya. Sedangkan pada poin terakhir yaitu kegiatan

pendidikan oleh orang lain lebih mudah untuk direncanakan daripada

kedua poin di atas. Seperti halnya guru di sekolah, guru sebagai pendidik

dapat merencanakan jadwal kegiatannya sekaligus komponen-komponen

materinya.

Adapun pemberian bimbingan (pendidikan) ini dilakukan oleh orang

tua di dalam lingkungan rumah tangga, para guru di dalam lingkungan

sekolah dan masyarakat.

a. Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi

anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula

menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari

pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.7

Jadi menurut saya peran keluarga khususnya orang tua

mempunyai peran penting dalam proses pendidikan anak.

Sebelum berlanjut kepada pendidikan yang dilakukan di luar

keluarga, yaitu sekolah dan lingkungan masyarakat, maka

keluarga harus mampu untuk menanamkan dasar kehidupan

yang baik kepada anak. Dengan melalui penuturan yang baik,

tingkah laku yang baik, tindakan serta ucapan orang tua yang

baik kepada anak dengan sengaja maupun tidak diseengaja

seorang anak pasti tertanam semua hal-hal baik tersebut.

Terkecuali jika sebaliknya, ketika orang tua memberikan contoh

yang buruk maka, seorang anak juga akan mengikutinya. Itulah

yang kemudian terdapat istilah, jika menanam hal baik maka

akan menghasilkan hal baik pula.

7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 35

5

Page 6: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

b. Guru

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara

implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

semua tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para

orang tua.8 Seperti pada umumnya setelah seorang anak cukup

umur, para orang tua akan mendidiknya di sekolahan atau

lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan disekolah yang

dilakukan oleh para guru profesional seharusnya dapat lebih

maksimal karena pendidikan ini dapat direncanakan.

c. Masyarakat

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab

pendidikan.9 Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial.

Saling membutuhkan satu sama lainnya. Dari situlah berbagai

komunikasi terjalin, berbagai hal dapat tampak dengan jelas

dalam masyarakat. Maka dari itu lingkungan masyarakat dapat

dikatakan bertanggung jawab atas pendidikan. Karena manusia

selalu ingin tau, maka manusia itu ibarat kotak kosong yang

terisi berbagai hal yang menurutnya baru dan ingin

mengetahuinya entah apapun itu, baik atau tidak itu menurut

manusia itu sendiri.

3. Anak Didik

Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan

yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut, maka

pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu, faktor anak didik

tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.

Dalam menjawab problem tentang apakah anak itu dapat dididik,

maka timbul 3 aliran, yakni:

8 Ibid., h. 399 Ibid., h. 44

6

Page 7: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

a. Aliran Nativisme: Berpendapat bahwa anak sejak lahir telah

mempunyai pembawaan yang kuat, sehingga tidak dapat menerima

pengaruh dari luar. Aliran ini dikemukakan oleh Schopenhauer dari

Jerman.

b. Aliran Empirisme, yang dipelopori oleh John Locke. Ia mengatakan

bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak terbatas. Anak

bagaikan kertas putih yang masih bersih, sedangkan baik buruknya

anak tergantung kepada pendidikan yang diterimanya.

c. Alliran Convergensi, yang merupakan perpaduan antara dua aliran

tersebut. Aliran ini dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat

bahwa perkembangan jiwa anak adalah tergantung pada dasar dan

ajar. Jadi keduanya memiliki perana yang sama penting dalam

mengembangkan pribadi anak.

Sedangkan dalam tinjauan segi Islam dalam Al Qur’an maupun hadits

telah disebutkan sejak lahir manusia telah dibekali oleh Allah dengan

adanya fithrah beragama. Disebutkan dalam Hadits Nabi yang artinya

Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fithrah

(kecenderungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua orang

tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani

ataupun Majusi.

Dari hadits diatas, jelas bahwa pada dasarnya anak itu telah

membawa fithroh beragama, dan kemudian tergantung kepada pendidikan

selanjutnya. Jika pendidikan agama yang diterima baik, maka mereka

akan menjadi orang yang taat beragama. Tetapi jika sebaliknya, maka

anak itu akan menjadi orang yang tidak beragama ataupun jauh dari

agama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam tersebut

pararel dengan aliran Convergensi yang mengakui adanya pembawaan

dan perlunya ada pendidikan.

Dalam tinjauan dari segi psikologi dibuktikan bahwa anak-anak semenjak

kecilnya telah membawa benih atau potensi untuk beragama. Potensi

7

Page 8: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

tersebut kemudian akan berkembang sesuai dengan pendidikan yang

diterimanya, dan sesuai dengan pengaruh dari lingkungannya.

Disinilah pentingnya pendidikan Agama dilaksanakan semenjak

kecil, agar dengan demikian jiwa agama yang telah mereka miliki dapat

terbina dengan baik.

Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari

orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-

kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini.10

4. Bahan / Media

a. Pengertian alat/Media Pendidikan

Vernous11 menyebutkan bahwa media pendidikan adalah sumber

belajar dan dapat juga diartikan dengan manusia dan benda atau

peristiwa yang membuat kondisi siswa mungkin memperoleh

pengetahuan, keterampilan atau sikap. Di satu sisi alat kadang-kadang

digolongkan sebagai media, dan di sisi lain media dimasukkan ke

golongan alat.12 Over lapping mungkin saja terjadi karena perbedaan

dalam sudut pandang penggunaannya.

(1) Jenis Alat/Media Pendidikan

Alat pendidikan yang bersifat benda

Menurut Zakiah Daradjat,13 alat pendidikan yang berupa benda

yakni, Pertama: media tulis, deperti al-Qur’an, Hadits, Tauhid,

Fiqh, Sejarah. Kedua: benda-benda alam seperti hewan,

manusia, tumbuh-tumbuhan, dsb. Ketiga: gambar-gambar yang

dirancang seperti grafik. Keempat: gambar yang

diproyeksikan, seperti video, transparan, in-focus. Kelima:

Audio recording seperti kaset, tape radio.

(2) Alat pendidikan yang bukan benda

10 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1 (Bandung: Pustaka Setia, 1997) h. 8511 Vernous dalam, Zakiah Daradjat, op. cit., h. 8012 Oemar Hamatik, op. cit., h. 1113 Zakiah Daradjat , op. cit., h. 81

8

Page 9: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

- Keteladanan

- Perintah/larangan

- Ganjaran dan hukuman

b. Pengaruh Alat/Media dalam Pendidikan Islam

Apabila pendidikan Islam memanfaatkan dan mengembangkan

alat/media pengajaran tersebut di dalam pelaksanaan pendidikannya,

maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang

materi yang didapatkan, dan juga akan memiliki moral atau akhlak

yang tinggi. Sehingga besar kemungkinan dengan memerhatikan

alat/media pengajaran itu tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara

efektif dan efisien.

Sumber Pembelajaran Pendidikan Islam

(1) Pengertian Sumber Pelajaran

Sumber belajar merupakan bahan untuk menambah ilmu

pengertahuan yang mengandung hal-hal baru. Sebab pada

hakikatnya belajar adalah mendapatkan hal-hal yang baru.14

(2) Macam-macam Sumber Belajar

Sumber pokok : Al-Quran dan Hadits.

Sumber tambahan :

a. Manusia sumber (orang, masyarakat)

b. Bahan pengajaran

c. Situasi belajar

d. Mass media

e. Alat dan perlengkapan belajar

f. Aktivis (teknik)

g. Alam lingkungan

h. Perpustakaan

14 Lihat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Jakarta, Dirjen Bimbaga Islam, 1984/1985.

9

Page 10: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

1. Fungsi dan Pemanfaatan Sumber Belajar

a. Fungsi Sumber Belajar

Menurut Zainuddin, HRL, d.k.k,15 fungsi sumber belajar adalah :

1. Meningkatkan produktivitas pendidikan

2. Memberikan kemungkinan pendidika yang sifatnya lebih

individual

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran

4. Lebih memantapkan pelajaran

5. Memungkinkan belajar secara seketika

b. Pemanfaatan Sumber Belajar

Dalam pemanfaatan sumber belajar ada beberapa langkah yang

perlu dilakukan:16

1. Identifikasi kebutuhan sumber daya

2. Mengidentifikasi potensi sumber belajar yang ada dan

dimanfaatkan untuk pembelajaran.

3. Pengelompokan sumber belajar dalam kelompok

4. Mencari dan menganalisis relevansi antara kelompok sumber

belajar degan mata pelajaran yang dimampu guru.

5. Menentukan materi dan kompetensi untuk pembelajaran

6. Pemanfaatan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran.

c. Metode

a. Metode Ceramah

15 Zainuddin HRL, d.k.k, Pusat Sumber Belajar, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 1985, h.h 6-7

16 Lihat K.B.K. Kegiatan Pembelajaran Fiqh Madrasah Tsanawiyah, Jakarta. Departemen Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dan Pendidikan Agama Islam Pada sekolah Umum. 2003, h.h 39-41

10

Page 11: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

Metode Ceramah ialah suatu metode di dalam pendidikan dimana

cara menyampaikan pengertian-pengertian materi kepada anak didik

dengan jalan penerangan dan penuturan secara lisan.

(1) Metode ceramah tepat digunakan:

i. Apabila akan menyampaikan materi kebanyak orang

ii. Apabila tidak ada waktu untuk berdiskusi dan materi

yang akan disampaikan banyak

iii. Apabila materi yang akan disampaikan hanya

merupakan keterangan/penjelasan (tidak terdapat

alternative lain yang didiskusikan)

(2) Segi Positif Metode Ceramah:

i. Dalam waktu relative singkat dapat menyampaikan

bahan sebanyak-banyaknya.

ii. Oganisasi kelas lebih sederhana.

iii. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.

iv. Metode ini lebih fleksibel dalam arti jika waktu

terbatas, bahan dapat dipersingkat.

(3) Segi Negativ Metode Ceramah:

i. Guru sukar mengetahui pemahaman anak terhadap

materi yang disampaikan.

ii. Pendengar cenderung menjadi pasif.

iii. Penceramah dapat bersifat melantur-lantur dan

membosankan.

b. Metode Tanya Jawab

11

Page 12: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan

jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini

dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu

yang sudah diajarkan untuk merangsang perhatian murid dengan

berbagai cara.

(1) Metode Tanya Jawab tepat Digunakan:

i. Untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah k

materi yang disampaikan.

ii. Untuk mengarakan proses berfikir anak.

iii. Sebagai evaluasi pelajaran yang telah diberikan.

iv. Sebagai selingan dalam ceramah.

(2) Segi Positif Metode Tanya Jawab:

i. Situasi kelas akan lebih hidup, karena anak-anak aktif.

ii. Sangat positif karena melatih anak agar berani

mengemukakan pendapatnya.

iii. Timbulnya pendapat akan membawa pada situasi

diskusi.

iv. Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh.

(3) Segi Negatif Metode Tanya Jawab:

i. Apabila terjadi perbedaan pendapat, akan memakan

banyak waktu untuk menyelesaikan.

ii. Dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok

persoalan.

iii. Kurang dapat sevara tepat merangkum materi pelajaran.

c. Metode Diskusi

12

Page 13: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

Metode Diskusi ialah suatu m etode di dalam mempelajari

bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya,

sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah

laku murid. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang murid berfikir

dan mengeluarkan pendapatnya sendiri.

(1) Metode Diskusi Tepat Digunakan:

i. Untuk mencari keputusan atau pendapat bersama

mengenai suatu masalah.

ii. Untuk mengajarkan kepada anak didik agar

merumuskan pikirannya secara teratur dan dapat

diterima oleh orang lain.

iii. Apabila ada soal-soal (masalah) yang sebaiknya

pemecahannya diserahkan kepada murid.

iv. Untuk membiasakan anak didik suka mendengar

pendapat orang lain.

(2) Segi Positif:

i. Suasana kelas lebih hidup, dan partisipasi anak dalam

metode ini lebih baik.

ii. Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu,

seperti: toleransi, sabar, kritis, berpikir dll.

iii. Kesimplan hasil diskusi mudah difahami oleh anak.

iv. Anak-anak dilatih untuk mematuhi peraturan-peraturan

dan tata tertib dalam bermusyawarah.

(3) Segi Negatif:

i. Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga

diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri

dari tanggungjawab.

ii. Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang

digunakan untuk diskusi cukup panjang.

13

Page 14: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

d. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana

seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri

memperlhatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses melakkan

sesuatu. Misalnya: proses cara mengambil air wudlu.

Metode Eksperimen adalah metode pengajaran dimana guru

dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis

dari apa yang diketahui. Misalnya: eksperimen untuk merawat jenazah.

(1) Metode Demonstrasi dan Eksperimen Tepat Digunakan:

i. Apabila akan memberikan ketrampilan tertentu.

ii. Untuk memudahkan berbagai jenis penjelasan.

iii. Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas

jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab

lebih menarik.

(2) Segi Positif:

i. Anak-anak dapat menhayati dengan sepenuh hatinya

mengenai pelajaran yang diberikan.

ii. Member pengalaman praktis yang dapat membentuk

perasaan dan kemauan anak.

iii. Perhatian anak akan terpusat kepada apa yang

didemonstrasikan.

iv. Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil

kesimpulan.

(3) Segi Negatif:

14

Page 15: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

i. Memerlukan waktu yang banyak.

ii. Membutuhkan sarana peralatan yang memadai.

iii. Sukar dilaksanakan apabila anak belum matang untuk

melaksanakan eksperimen.

e. Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)

Metode pemberian tugas belajar sering disebut dengan metode

pekerjaan rumah, adalh metode dimana murid diberi tugas khusus

diluar jam pelajaran.

(1) Metode Resitasi Tepat Digunakan:

i. Apabila guru mengharapkan semua pengetahuan yang

telah diterima murid lebih lengkap.

ii. Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri

suatu masalah dengan membaca sendiri.

iii. Merangsang anak agar lebih aktif dan rajin.

(2) Segi Positif:

i. Untuk mengisi waktu luang murid.

ii. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas

pekerjaan.

iii. Memberikan kebiasaan anak untuk giat belajar.

iv. Memberkan tgas anak yang bersifat praktis.

(3) Segi Negatif:

i. Seringkali tugas di rumah dikerjakan oleh orang lain.

ii. Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan

individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.

iii. Seringkalai anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan

baik, cukup hanya menyalin hasil kerjaan temennya.

15

Page 16: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

iv. Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu

mental anak.

f. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah kelompok kerja dari kumpulan

beberapa individu yang bersifat paedagogis yang di dalamnya terdapat

hubungan timbal balik antar individu serta saling mempercayai.

(1) Metode Kerja Kelompok tepat Digunakan:

i. Apabila dalam keadaan kekurangan alat/sarana

pendidikan di kelas.

ii. Apabila terdapat perbedaan kemampuan individual

anak-anak.

iii. Apabila minat individual anak-anak berbeda-beda.

iv. Apabila terdapat beberapa buah unit pekerjaan yang

perlu diselesaikan dalm waktu yang bersamaan.

(2) Segi Positif:

i. Ditinjau dari segi pendidikan: kegiatan kelompok

murid-murid akan meningkatkan kualitas kepribadian,

seperti: kerja sama, toleransi, disiplin dls.

ii. Ditinjau dari segi ilmu jiwa: akan timbul persaingan

yang positif karena anak akan lebih giat bekerja dalam

kelompok masing-masing.

iii. Ditinjau dari segi Didaktik: anak-anak yang pandai

dalm kelompoknya dapat membantu teman-temannya

yang kurang pandai, terutama dalam memenangkan

“kompetisi” antara kelompok.

(3) Segi Negatif:

16

Page 17: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

i. Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang agak

rumit.

ii. Apabila terjadi persaingan negative, hasil pekerjaan

akan lebih memburuk.

iii. Bagi anak-anak yang malas ada kesempatan tetap pasif

dalm kelompok itu. Sehingga menimbulkan kegagalan

dalam kelompok tersebut.

g. Metode Kisah

Dalam pendidikan islam kisah sebagai metode pendidikan amat

penting. Alasannya karena :

i. Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca

atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya,

merenungkan maknanya. Selanjutnya, makna-makna

itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau

pendengar tersebut.

ii. Kisah Qur’ani dan Nabawi dapat menyentuh hati

manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam

konteksnya yang menyeluruh. Karena tokoh cerita

ditampilkan dalam konteks yang menyeluruh, pembac

atau pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan

isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi

tokohnya.

iii. Kisah Qur’ani mendidik perasaan keimanan dengan

cara:

- Membandingkan berbagai perasaan seperti khauf,

ridha, Dan cinta.

- Mengarahkan seluruh perasaan sehingga

bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan

kisah.

17

Page 18: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

- Melibatkan pembaca atau pendengar ke dalam

kisah itu sehingga ia terlibat secara emosion

iv. Tujuan kisah Qur’ani adalah sebagai beriikut :

- Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah.

Mewujudkan rasa mantap dalam menerima

Qur’an dan keutusan Rosul-Nya. Kisah itu

menjadi bukti kebenaran wahyu dan kebenaran

Rosul.

- Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, ad din itu

datangnya dari Allah.

- Menjelaskan bahwa Allah menolong dan

mencintai Rosul-Nya, menjelaskan bahwa kaum

mukmin adalah umat yang satu dan Allah adalah

Rabb mereka.

- Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan

kaum muslimin, menghibur mereka dari

kesedihan ats musibah yang menimpa.

- Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin

adalah setan, menunjukkan permusuhan abadi itu

lewat kisah akan tampak lebih hidup dan jelas.

Bila ditinjau secara mendalam, ternyata kisah Nabawi berisi

rincian yang lebih khusus seperti menjelaskan pentingnya keiklasan dalam

beramal, menganjurkan bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.

h. Metode Amtsal (perumpamaan)

Cara seperti ini dapat juga digunakan oleh guru dalam mengajar.

Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah, yaitu dengan

18

Page 19: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

berceramah atau membaca texs. Kebaikan metode ini antara lain

adalah sebagai berikut:

(1) Mempermudah siswa memahami konsep abstrak,ini terjadi karena

perempamaan itu mengmbil benda kongkret seperti kelemahan

tuhan orang kafir diumpamakan dengan sarang laba-laba. Sarang

laba-laba memang lemah sekali, disentuh dengan lidi pun dapat

rusak.

(2) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang

tersirat dalam perumpamaan tersebut. Dalam hal ini Abduh

menyatakan tatkala penafsiran kata Dharaba dalam surat Al

Baqoroh: 26, “penggunaan kata dlaraba dimaksudkan untuk

mempengaruhi dan membangkitkan kesan, seakan-akan si pembuat

perumpamaan menjewer telinga pembaca dengannya sehingga

pengaruh jeweran itu meresap kedalam kalbu.”

(3) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan

haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai dengan

menggunakan perumpamaan malah pengertiannya kabur atau

hilang sama sekali. Perumpamaan dalam Al Qur’an adalah natijah

(konklusi) silogismenya justru tidak disebutkan konklusi setelah

premis. Konklusi silogisme dari Allah kebanyakan harus ditebak

sendiri oleh pendengar atau pembaca.

(4) Amtsal Qur’ani dan Nabawi memberikan motivasi kepada

pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.

i. Metode Peneladanan

Kita mungkin saja dapat menyusun system pendidikan yang

lengkap, tetapi semua itu masih memerlukan realisasi, dan realisasi itu

dilaksanakan oleh pendidik.Pelaksanaan realisasi itu memerlukan

seperangkat metode, metode itu merupakan pedoman untuk bertindak

dalam merealisasika tujuan pendidikan.Pedoman itu memang

diperlukan karena pendidik tidak dapat bertindak secara alamiah saja

19

Page 20: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

agar tindakan pendidikan dapat dilakukan lebih efektif dan lebih

efisien. Disinilah teladan merupakan salah satu pedoman bertindak.

Banyak contoh yang diberikan oleh Nabi yang menelaskan bahwa

orang jangan hannya berbicara, tetapi juga harus memberikan contoh

secara langsung.

Dari uraian diatas ada beberapa konsep yang dapat dipetik.

(1) Metode pendidikan islami berpusat pada keteladanan. Yang

memberikan teladan itu adalah guru, kepala sekolah, dan semua

aparat sekolah. Dalam pendidikan masyarakat, teladan itu adalah

para pemimpin masyarakat, para da’i. konsep ini jelas diajarkan

oleh Rosul SAW seperti uraian diatas.

(2) Teladan untuk guru-guru adalah Rosulullah saw. Guru tidak boleh

mengambil tokoh yang diteladani selain Rosulullah saw. Sebab

Rosul itulah teladan yang terbaik.

Secara psikologis ternyata manusia memang memerlukan

tokoh teladan dalam hidupnya.Ini adalah sifat pembawaan.Taqlid

(meniru) adalah salah satu sifat pembawaan manusia.Peneladanan itu

ada dua macam, yaitu sengaja dan tidak sengaja.Keteladanan tidak

sengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat

keikhlasan, dan sebangsanya, sedangkan keteladanan disengaja adalah

seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengerjakan sholat

yang benar.

j. Metode Pembiasaan

Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman.Yang dibiasakan

itu adalah sesuatu yang diamalkan.Oleh karena itu, uraian tentang

pembiasaan selalu menjadi satu dengan uraian tentang perlunya

mengamalkan kebaikan yang telah diketahui.

20

Page 21: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jiks guru setiap masuk kelas

mengucapkan salam, itu telah dapat diartikansebagai usaha

membiasakan. Bila murid masuk kelas tida mengucapkan salam, maka

guru mengingatkan agar bila masuk ruangan mengucapkan salam.

Dalam pembinaan sikap, metode pembiasaan sebenarnya cukup

efektif.Pembiasaan tidak hannya perlu bagi anak-anak yang masih

kecil. Tidak hannya perlu di taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Diperguruan tinggi pun pembiasaan masih diperlukan.Pembiasaan

merupakan metode pendidikan yang jitu, tetapi sayangnya kita tidak

mampu menjelaskan mengapa pembiasaan itu amat besar pengaruhnya

pada pembentukan pribadi seseorang.Ternyata pembiasaan tidak hann

ya mengenai yang batini, tetapi juga lahiri.

Kadang-kadang ada kritik terhadap pendidikan dengan pembiasaan

karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis

apa yang dilakukannya. Kelakuannya berlaku secara otomatis tanpa ia

mengetahui baik buruknya. Sekalipun demikian tetap saja medote

pembiasaan sangat baik digunakan karena yang kita biasakan biasanya

adalah yang benar, kita tidak boleh membiasakan anak-anak kita

melakukan atau berperilaku yang buruk. Ini perlu disadari oleh guru

sebab perilaku guru yang berulang-ulang. Karena pembiasaan

berintikan pengulangan, maka metode pembiasaan juga berguna untuk

hafalan.

k. Metode Targhib dan Tarhib

Targhib adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat

yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang

dilakukan. Targhib bertujuan agar orang mematuhi agama Allah. Tarhib

demikian juga. Akan tetapi, tekanannya adalah tarhib agar melakukan

kebaikan, sedangkan tarhib agar menjauhi kejahatan.

Targhib dan tarhib dalam pendidikan islam berbeda dari metode

ganjaran dan hukuman dalam pendidikan barat. Perbedaan utamanya

21

Page 22: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

adalah targhib dan tarhib bersandarkan ajaran Allah, sedangkan

ganjaran dan hukuman bersandarkan hukuman dan ganjaran duniawi.

Perbedaan itu mempunyai implikasi yang penting.

(1) targhib dan tarhib mengandung aspek iman, sedangkan metode

hukuman dan ganjaran tidak mengandung aspek iman karena

hannya bersifat duniawi.

(2) Secara operasional targhib dan tarhib lebih mudah

dilaksanakan daripada metode hukuman dan ganjaran karena

materi targhib dan tarhib sudah ada dalam Al qur’an dan

Hadits.

(3) Targhib dan tarhib lebih universal, dapat digunakan pada siapa

saja dan dimana saja sedangkan jenis hukuman dan ganjaran

harus disesuaikan dengan orang dan tempat tertentu.

Dipihak lain, targhub dan tarhib lebih lemah daripada hukuman dan

ganjaran karena hukuman dan ganjaran lebih nyata dan waktu itu juga, sedangkan

targhib dan tarhib pembuktiannya di akhirat nanti.

22

Page 23: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari deskripsi di atas adalah, dalam

pendidikan agama islam terdapat beberapa aspek komponen-komponen pokok di

antaranya : (1) tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan seseorang ke arah

yang positif dan semaksimal mungkin, (2) pendidik adalah mediator yang

mengantarkan ke arah perkembangan belajar yang maksimal dan positif. Dalam

kegiatan pendidikan di bagi menjadi 3 bagian di antaranya : kegiatan pendidikan

oleh diri sendiri, oleh lingkungan dan oleh orang lain, (3) peserta didik / anak

didik adalah faktor atau komponen yang paling penting di dalam proses

pendidikan karena tanpa anak didik, maka pendidikan tidak akan berlangsung, (4)

dan adanya bahan atau media sebagai pendukung terlaksananya proses belajar

pendidikan agamaIslam.

Oleh karena itu pendidikan agama islam memiliki sumber yang sama

dengan agama islam, yakni Al-Qur’an dan Hadist, karena di dalamnya termuat

sejumlah penjelasan tentang nilai penting untuk mengembangkan pendidikan

agama. Terutama mengenai metode-metode yang di butuhkan untuk proses

belajar pendidikan agama islam.

Mengingat betapa pentingnya peranan pendidikan agama islam dalam

kehidupan manusia, dengan itu perlunya kita memahami dan mengerti tentang

komponen-komponen pokok dalam pendidikan agama islam baik di lingkungan

sekitar maupun di suatu lembaga pendidikan. Hal itu di maksudkan agar kita bisa

berkembang secara maksimal dan ke arah yang positif.

23

Page 24: Komponen-Komponen Dalam Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Chayyi fanany, Ilmu pendidikan islam (Surabaya : taruna media pustaka,

2010)

Daradjat, zakiyah. 2006. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : bumi aksara.

Darajat, zakia. 1991. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : bumi aksara.

M. Arifin. 1993. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : bumi aksara.

Ramayulis. 1998. Ilmu pendidikan islam. Jakarta : kalam mulia.

Rasyid, anwar. 2011. Ilmu pendidikan islam. Surabaya : taruna media pustaka.

Tafsir, ahmad. 2012. Ilmu pendidikan islam. Bandung : remaja rosdakarva offset.

Uhbiyati, nur. 1997. Ilmu pendidikan islam. Bandung : pustaka setia.

Uhbiyati, nur. 1998. Ilmu pendidikan islam. Bandung : pustaka setia.

Zuharini, dkk. 1983. Metode khusus pendidikan agama. Surabaya : usaha

nasional.

24