Top Banner

of 35

Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

Apr 09, 2018

Download

Documents

El-el Wijay
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    1/36

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1Latar BelakangPencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan

    dengan tang, elevator, atau pendekatan transalveolar. Tindakan ekstraksi gigi

    merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi

    Pencabutan bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan komplikasi.

    Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-

    kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.1

    Respon pasien tertentu dianggap sebagai kelanjutan yang normal dari

    pembedahan yaitu perdarahan , rasa sakit dan edema. Tetapi apabila berlebihan ,

    perlu dipikirkan lagi apakah termasuk morbiditas yang biasa atau komplikasi.

    Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera sesudah operasi dan jauh

    sesudah operasi. Pencegahannya tergantung pada pemeriksaan riwayat,

    pemeriksaan menyeluruh, foto rontgen yang memadai, dan formula rencana

    pembedahan.Tanpa memandang pengalaman operator, kesempurnaan persiapan

    dan ketrampilan, komplikasi masih bisa terjadi pada situasi perawatan tertentu.

    Karena itu komplikasi tertentu kadang-kadang tidak terhindarkan. Sebagian besar

    komplikasi disebabkan oleh kesadaran pembedahan, adalah tidak akurat dan

    merupakan kesalahan pengertian.2,3

    1.2Tujuan penulisanMengetahui komplikasi yang terjadi pada intraoperatif, segera sesudah

    operasi dan jauh sesudah operasi ekstraksi gigi serta penatalaksanaannya.

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    2/36

    2

    1.3Manfaat PenulisanMakalah ini disusun untuk menambah wawasan pembaca tentang

    komplikasi yang terjadi pada intraoperatif, segera sesudah operasi dan jauh

    sesudah operasi ekstraksi gigi serta penatalaksanaannya.

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    3/36

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    4/36

    4

    mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat

    pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan

    perdarahan.4,5,6

    b. HemofilliPada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor

    VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX.

    Sedangkan pada von Willebrands disease terjadi kegagalan pembentukan

    platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.4,5,6

    c. Diabetes MellitusBila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga

    penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN

    akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena

    hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya

    perdarahan.4,5,6

    d. Malfungsi AdrenalDitandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma

    Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.4,5,6

    e. Pemakaian obat antikoagulanPada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin)

    menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi

    terlebih dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan

    sebelum pencabutan gigi.4,5,6

    Penatalaksanaan Perdarahan perioperatif

    Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik

    a. Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap

    Kita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki

    tendensi perdarahan yang meliputi :

    y bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahany mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan

    hemostasis (pembekuan darah)

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    5/36

    5

    y pernah dirawat di RS karena perdarahany spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari

    penyebab kecil

    y riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan diatas, dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri

    y mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspiriny Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan

    herediter,misalnya von Willebrands syndrome dan hemofilia

    Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan

    apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting

    untuk kita ketahui bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi

    sebelumnya. Apabila setelah diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan

    menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan bahwa pasien tidak

    memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi pasien sampai

    dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu berhati-hati akan

    adanya penyakit hemoragik.4,5,6

    Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot,

    persendian atau kulit dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah

    (clotting defect). Adanya tanda dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti

    perdarahan spontan dari gingiva, petechiae.4,5,6

    Apabila riwayat kesehatan menunjukkan kecurigaan pada penyakit tertentu,

    sebaiknya menghubungi dokter yang merawat sebelumnya, sebelum melakukan

    perawatan. Bermacam-macam tes laboratorium bisa mengkornfirmasikan/

    menyingkirkan masalah atau mengidentifikasikan bagian khusus yang

    menyebabkan kegagalan mekanisme pembentukan beku darah yang terganggu,

    perawatan adalah merupakan kerjasama antara dokter gigi dan dan dokter umum.2

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    6/36

    6

    Tabel 1 Tes Koagulasi

    Jenis Tes Nilai Normal Kegunaan

    Waktu Perdarahan 2-7 menit Mengamati fungsi vascular dan platelet,

    deteksi penyakit Wilebrand

    Hitung Platelet 150.000-400.000/mm3 Deteksi trombositosis, trombositopenia

    Waktu Protrombin 12-14 detik Lebih lama berkaitan dengan defisiensi

    factor-faktor I,II,V,VII, X. Mungkin

    abnormal pada penyakit hati, defisiensi

    vitamin K, terapi warfarin sodium

    (Coumadin), penggunaan aspirin, dan anti-

    radang non-steroid lain.

    Paruh waktu

    tromboplastin

    60-70 detik Lebih lama, bila ada defisiensi factor

    pembekuan darah kecuali factor VII

    hemophilia.

    b. Menghindari Pembuluh darah

    Pengetahuan mengenai anatomi merupakan jaminan terbaik untuk

    menghadapi kejadian yang tidak diharapkan yaitu perdarahan pada arteri atau

    vena. Region-regio risiko tinggi adalah palatum dengan a. palatine mayor,

    vestibulum bukal molar bawah dengan a. fasialis, margo jalanan dari a. buccalis

    dan region apical molar ketiga yang terletak dekat dengan a. alveolaris inferior.

    Region mandibula anterior juga merupakan sumber perdarahan karena

    vaskularisasinya sangat melimpah. Keadaan patologi kadang-kadang juga

    mengakibatkan risiko perdarahan, missal; hemangioma dan malformasi

    arterovenous adalah yang paling berbahaya. Secara umum, adanya lesi yang

    tumbuh dengan cepat adalah potensial berbahaya karena pertumbuhan tersebut

    memerlukan banyak suplai darah.

    c. Tindakan untuk mengontrol perdarahan

    Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan langsung

    dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    7/36

    7

    darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan, dengan tangan

    atau tekanan tidak langsung dengan perban.

    Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan

    dengan tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung

    vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit

    tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah berhenti.

    Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge dan

    Surgicel yang diletakkan di alveolus.4,5,6

    Perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita

    lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh

    darah dengan benang atau dengan kauterisasi. Apabila tersedia, dapat digunakan

    elektokoagulasi dari pembuluh yang diklem sehingga tidak perlu diikat untuk

    perdarahan dari pembuluh darah yang kecil, atau rembesan.

    Bila perdarahan dari jaringan keras (seperti arteri inferior dental atau vena),

    untuk mengikat pembuluh darah sangat sulit. Tekanan dengan memasukkan

    ribbon gauze dengan varnish Whitehead dapat dilakukan untuk mengatasi

    perdarahan dari jaringan keras. Perdarahan pada pembuluh darah kecil di jaringan

    keras dapat diberikan Bone Wax, dengan kompresi alveolar dengan alat tumpul

    seperti bchisel atau gauge.2,4,5,6,7

    Bahan-bahan hemostatik2:

    y Sepon gelatin penyerap (Gelfoam) yang menyerap darah dari aksi kapiler danmenimbulkan beku darah.

    y Selulosa yang dioksidasi (Surgicel), yang secara fisik mempercepatpembentukan bekuan darah.

    y Hemostat kolagen mikrofibrilar (Avitene, Helistat), yang memicu agregasiplatelet.

    y Trombin hewan topical (Trombinar, Trombostat) yang membekukanfibrinogen dengan segera. Jangan melakukan penyuntikan.

    y Malam tulang (malam tawon) yang diletakkan pada daerah perdarahan ditulang.

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    8/36

    8

    Gambar 1: Penanganan perdarahan

    2.1.2 FrakturFraktur bisa mengenai akar gigi, gigi tetangga, atau gigi antagonis, restorasi,

    prosesus alveolaris, dan kadang-kadang mandibula. Semua fraktur yang dapat

    dihindarkan mempunyai etiologi yang sama; yaitu tekanan yang berlebihan atau

    tidak terkontrol atau keduanya. Cara terbaik unuk menghindari fraktur disamping

    tekanan terkontrol adalah dengan menggunakan gambar sinar-X sebelum

    melakukan pembedahan. Akar yang mengalami delaserasi atau getas atau yang

    dirawat endodontic sering mengharuskan dilakukannya perubahan pada rencana

    pembedahan, biasanya dimulai dari prosedur pencabutan dengan tang (close

    prosedure) sampai melakukan pembukaan flap. Apabila sesudah dilakukan

    pencabutan dengan tang menggunakan tekanan terkontrol tidak terjadi luksasi dan

    dilatasi alveolus, ini menunjukkan perlunya dilakukan pembedahan. Pengenalan

    adanya fraktur biasanya secara klinik dan mudah terlihat, kecuali untuk fraktur

    mandibula. Apabila ini terjadi pada waktu dilakukan pencabutan dengan tang,

    atau pembedahan biasanya melibatkan gigi molar ke tiga. Meskipun garis fraktur

    bisa dilihat pada film periapikal, ketidakberadaannya bukan selalu nerarti tidak

    terjadi fraktur. Jika masih ada keraguan bisa dilakukan panoramic, atau film

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    9/36

    9

    ekstraoral yang lain. Kegagalan mendapatkan gambar sinar-X dari bagian yang

    dicurigai, merupakan kelalaian yang serius.2

    a. Fraktur pada akarKomplikasi fraktur pada akar paling sering trejadi saat dilakukan pencabutan

    gigi dan kadang-kadang tidak dapat dihindarkan jika operatornya masih

    kurang berpengalaman. Fraktur pada gigi dapat disebabkan karena pemberian

    tekanan yang berlebihan atau gigi yang akan dicabut memiliki akar yang

    divergen yang secara mekanis susah dilakukan pencabutan. Pada gigi yang

    non-vital sangat rapuh dan mudah dipatahkan.

    Saat komplikasi ini terjadi, keputusan harus dibuat, antara ingin mengambil

    fraktur akar atau meninggalkan. Jika frakturnya sebesar kurang dari 3 mm

    pada gigi yang vital dan tidak dapat dipisahkan dengan periodontal attachment

    maka bisa ditinggalkan dan tidak perlu dilakukan pengambilan fraktur akar.

    Sebelum keputusan ini diambil, harus dilakukan gambar radiografi untuk

    memastikan ukuran akar dan tidak berhubungan dengan secondary patologi.

    Pasien diberitahu mengenai pertimbangan risiko/manfaat yang mendasari

    keputusan tersebut.7

    Pengeluaran dengan pembedahan: pendekatan yang biasa dilakukan untuk

    mengeluarkan patahan ujung akar atau frakmen adalah dengan pembedahan.

    Pertama-tama bisa diusahakan dahulu dengan pendekatan konservatif dari

    alveolus dengan root picks, elevator cryer atau file saluran akar. Pilihan lain

    adalah pembuatan flap, tulang diambil secara konservatif untuk mendapatkan

    jalan masuk ke akar.2

    Tulang bisa dipotong dengan elevator kecil, elevator periostel, atau instrument

    plastic. Elevator gigi yang lurus dan kecil atau kadang-kadang elevator

    periosteal yang kecil digunakan untuk memisahkan akar dari alveolus. Jika hal

    tersebut tidak berhasil dan sulit mengarahkan tekanan secara benar, maka

    dibuat suatu lubang kaitan pada akar untuk insersi elevator. Seperti prosedur

    flap, operasi diikuti dengan irigasi saline steril dan pemeriksaan bagian yang

    dioperasi sebelum melakukan penghalusan tulang dan penjahitan.2

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    10/36

    10

    b. Fraktur gigi sebelahnya dan antagonisFraktur pada gigi atau restorasi didekatnya, kebanyakan merupakan akibat

    terlalu kuatnya tekanan yang dikenakan melalui elevator. Suatu elevator yang

    tertumpu pada gigi atau restorasi didekatnya bisa menggoyahkan gigi tersebut

    atau restorasi bisa lepas. Pada tumpatan yang lepas selama ekstraksi

    dikhawatirkan masuk ke dalam soket dan dapat menyebabkan komplikasi

    sekunder. Cedera pada gigi antagonis biasanya akibat dari pencabutan

    eksplosif, yaitu gigi terungkit secara tidak diperkirakan dari alveolus akibat

    tekanan berlebih kearah oklusal atau sejajar. Perawatannya bersifat individual,

    mulai dari replantasi gigi yang tercabut tidak sengaja, membuat restorasi

    sementara atau menyemenkan kembali mahkota prostetik atau inlai.

    Pencegahan didasarkan pada penggunaan pinch grasp dan tekanan

    terkontrol.2,7

    c. Fraktur prosesus alveolarisFraktur minor: fraktur prosesus alveolaris yang ringan adalah terikutnya

    bagian tulang bukal/fasial maksila bersama akr pada pada waktu dilakukan

    pencabutan dengan tang. Hal tersebut disebabkan oleh tekanan yang besar

    pada prosesus alveolaris yang tipis.

    Cara penanganannya dengan menggunakan ronguer untuk mengambil tulang-

    tulang tajam didekatnya dan menggunkan bone file untuk menghaluskan tepi-

    tepi tulang. Mukoperiosteum diatasnya perlu dijahit bila sangat terpisah

    dengan tulangnya.

    Fraktur mayor: radiograf bisa membantu memperkirakan fratur mayor pada

    prosesus alveolaris rahang ats. Apabila sinus hiperareasi dan prosesus alveolar

    ekstrusi, jembatan tulang yang teringgal antara lantai sinus dan puncak linger

    kebanyakan setipis kertas. Kondisi ini menunjukkan perlunya pembedahan

    tanpa lebih dulu mencabut menggunakan tang. Pada kasus terjelek, alveolus

    molar atas mungkin fraktur total, kadang-kadang melibatkan seluruh

    tuberositas dan dasar antral. Tulang yang terpisah dari periosteum atau suplai

    darahnya mudah menjadi nekrosis. Karena itu, suatu pendekatan konservatif

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    11/36

    11

    yang dapat melindungi periosteum kalau memungkinkan dipilih. Umumnya

    gerakan dari tuberositas bisa dideteksi sebelum dikeluarkan dan pencabutan

    ditunda. Prosedur ditunda dan gigi atau gigi-gigiyang terlibat displinting dan

    kalau bisa dibebaskan dari oklusi. Karena sinus maksilaris cedera hingga batas

    tertentu, maka kasus ini memerlukan pemberian antibiotic spectrum yang luas

    dan dekongestan sistemik. Pencabutan diselesaikan setelah beberapa saat

    (biasanya 6-8 minggu) melalui pembedahan. Jika prosesus alveolaris atau

    tuberositas terangkat pada waktu pencabutan, maka gigi dikeluarkan dengan

    pembedahan dan tulang dikembalikan pada daerah yang fraktur sebagai graft

    bebas. Jika ini dilakukan, maka penjahitan mukoperiosteum harus dilakukan,

    karena sebagian besar dasar sinus maxilaris harus diganti.

    d. Fraktur mandibulaDalam penelitian Arrigoni dan Lambrecht yang menganalisis 3,980

    pencabutan gigi molar tiga, ditemukan angka komplikasi sebesar 0,29%.

    Insiden tertinggi terjadi pada pasien berusia 25 tahun, dengan usia rata-rata 40

    tahun. Karena memiliki tekanan mastikasi yang lebih besar, pria cenderung

    mengalami late fracture. Fraktur intraoperatif terjadi akibat instrumentasi yang

    tidak tepat dan tekanan yang berlebihan pada tulang. Elevator yang

    diinsersikan pada bagian mesial molar ketiga baik yang erupsi atau impaksi,

    dan ditekan dengan kekuatan yang besar kearah distal atau disto-oklusal

    menjadikan mandibula terancam fraktur. Mandibula cukup lemah dibagian

    molar ketiga yang merupakan pertemuan badan dan prosesus alveolar yang

    berat dan ramus yang tipis.2,8

    Penatalaksanaan fraktur mandibula

    Pendekatan tertutup dan terbuka, ada dua cara penatalaksanaan, pada teknik

    tertutup, reduksi fraktur dan immobilisasi mandibula dicapai dengan cara

    menempatkan peralatan fiksasi maksilomandibular. Pada prosedur terbuka

    bagian yang fraktur dibuka dengan pembedahan dan segmen di reduksi dan di

    fiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat atau plat.teknik terbuka

    dan tertutup tidaklah selalu dilakukan sendiri-sendiri terkadang dilakukan

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    12/36

    12

    secara kombinasi.dasar pemikiran perawatan yang baik adalah respons

    fleksible, yakni kemauan dan kemampuan untuk menggunakan teknik yang

    ada (alat-alat yang diperlukan), dengan profesionalitas yang memadai.9,10

    Periode imobilisasi

    Periode stabilisasi fiksasi diperlukan untuk memastikan perbaikan fungsi

    sepenuhnya adalah berbeda-beda, tergantung dari letak fraktur, ada atau

    tidaknya gigi yang tertinggal pada garis fraktur, umur pasien dan ada tidaknya

    infeksi. Dalam lingkungan yang menguntungkan terbentuknya persatuan

    secara klinis yang stabil rata-rata secara teratur tercapai sesudah 3 miggu

    sehingga pada saat itu fiksasi bisa dilepas.2,9,10

    Pada fraktur korpus madibula suplai darah ke tempat fraktur sangat berarti.

    Tempat vaskularisasi endosteal relatif miskin seperti halnya pada rahang yang

    sudah berumur, dan terutama daerah simfisis, pengobatan bertendensi jadi

    lebih lama. Sebaliknya kayanya suplai darah dan aktivitas osteoblastik yang

    melimpah pada mandibula yang sedang tumbuh pada anak memastikan akan

    terjadi persatuan yang cepat.Sebuah fraktur simfisis pada pasien yang sudah

    berumur 40 tahun yang giginya terdapat pada garis fraktur tetap dipertahankan

    memerlukan waktu 6 minggu untuk imobilisasi (dasar 3 minggu + 1 minggu

    untuk tempat yang kurang menguntungkan + 1 minggu untuk umur yang

    diijinkan + 1 minggu untuk yang ditinggalkan pada garis fraktur).9,10

    y Metode ImobilisasiMetode imobilisasi pada mandibula apabila terdapat gigi dikategorikan dalam

    2 golongan, tergantung dari:

    a.fiksasi yang diterapkan pada gigi-gigi

    1.pengawatan gigi (dental wiring) kemugkinan dapat: a.langsung dan b.

    Eyelet

    Pengawatan gigi geligi digunakan bila pasien memiliki seperangkat gigi

    yang mempunyai bentuk sesuai, baik sempurna maupun hampir sempurna.

    Banyak perbedaan pendapat mengenai jenis kekuatan (gauge) kawat yang

    dipakai, tetapi kawat lunak anti karat berdiameter 0,45 mm efektif. Kawat

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    13/36

    13

    ini memerlukan tarikan sebelum dipakai atau sebaiknya di renggangkan

    kira-kira 10%. Kalau hal ini tidak dilakukan maka kawat akan menjadi

    kendor sesudah dipasang beberapa hari. Harus berhati-hati agar jangan

    sampai regangan berlebih karena kawat menjadi keras dikerjakan dan

    mudah rusak

    Pengawatan langsung yang paling sering digunakan adalah sistem eyelet,

    pada sistem ini kawat dipilinkan satu sama lain untuk membentuk loop,

    kedua ujung kawat di lewatkan ruang interproksimal, dengan loop tetap

    disebelah bukal. Salah satu ujung kawat dilewatkan di sebelah distal dari

    gigi distal dan kembalinya di bawah atau melalui loop, sedangkan ujung

    lainnya ditelusupkan pada celah interproksimal mesial dari gigi distal.

    Kedua ujung kawat dipilinkan satu sama lain, dipotong dan dilipat pada

    aspek mesial gigi mesial. Akhirnya loop dikencangkandengan cara

    memilinnya.9,10

    Beberapa eyelet bisa di tempatkan pada gigi posterior untuk mendapatkan

    tempat perlekatan kawat atau elastik yang digunakan untuk fiksasi

    maksilo-mandibular. Sistem eyelet tidak rumit dan mudah dilakukan ini

    ideal untuk penangan kasus dengan cepat yang membutuhkan stabilitas

    sementara, atau apabila durasi anastesi harus dikurangi. Empat eyelet,

    dengan fiksasi maksilomandibular yang baik sering mendapatkan hasil

    immobilisasi mandibular yang memuaskan untuk merawat fraktur

    subkondilar unilateral dengan pergeseran hanya sedikit.2

    2.berlengkung

    3.splin kap

    B. fiksasi langsung pada tulang

    2.1.3 Perforasi sinus/ oroantral fistula

    Tindakan pencabutan gigi-gigi posterior rahang atas terutama pada gigi

    molar dan premolar yang tidak hati-hati dan penggunaan elevator dengan tekanan

    yang berlebihan ke arah superior dalam upaya pengambilan fragmen atau ujung

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    14/36

    14

    akar gigi molar dan premolar kedua atas melaui alveolus dapat menyebabkan

    terbentuknya lubang antara prossesus alveolaris dengan antrum.2

    Oroantral fistula yang terjadi segera setelah tindakan pencabutan, apabila

    kecil dan segera dilakukan perawatan dengan cepat dan benar cenderung sembuh

    spontan karena adanya proses pembekuan darah yang mampu menutup

    pembukaan yang terjadi.11

    Oroantral fistula yang tidak segera ditangani, sehingga lubang yang

    terbentuk bertahan lebih lama, maka traktus akan mengalami epitelisasi, daerah

    rongga mulut seringkali mengalami proliferasi jaringan granulasi atau jaringan

    ikat dan jika berlanjut dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan dipercepat pada

    pencabutan gigi yang mengalami infeksi periapikal. Perawatan yang tidak benar,

    menyebabkan infeksi dapat menyebar ke arah sinus melaui lubang oroantaral

    sehingga dapat menyebabkan terjadinya sinusitis maksilaris.2

    Secara umum, tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak

    terjadi oroantral fistula adalah dengan melakukan foto rontgen terlebih dahulu

    sebelum tindakan pencabutan gigi untuk mengetahui posisi akar gigi posterior

    rahang atas yang letaknya dekat dengan antrum dan untuk mengetahui ada atau

    tidaknya penyakit periapikal pada jaringan disekitar ujung akar gigi. Pengontrolan

    tekanan yang diberikan pada instrumen dan tindakan yang selalu berhatihati

    multak dilakukan sehingga terjadinya oroantral fistula dapat dihindari.12

    Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk penutupan oroantral

    fistula. Pemilihan metode dibuat berdasarkan cara yang telah dilakukan dalam

    setiap kasus tertentu, dengan mengobservasi prinsip dasar pembedahan yang

    diperlukan.13

    Daerah kerusakan dan adanya suatu oroantral fistula dapat dilakukan

    penutupan dengan pembuatan flap. Penentuan desain flap perlu dipertimbangkan

    agar suplai darah tetap memadai untuk menghindari terjadinya nekrosis dan

    hilangnya jaringan oleh karena hilangnya sirkulasi darah yang sempurna. Flap

    harus bebas dari semua perlekatan periosteal agar dapat berotasi atau berubah

    letak untuk menutupi kerusakan yang terjadi tanpa membuat tekanan pada

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    15/36

    15

    jaringan. Flap harus di desain agar garis sutura tidak diletakkan di daerah

    perforasi dan semua margin yang diperlukan dapat diperoleh dan dipertahankan

    dengan cara penjahitan.13

    Beberapa prosedur yang disarankan untuk menutup oroantral fistula yang

    terjadi diantaranya adalah:14,15

    y Penutupan oroantral fistula yang terletak di antara gigi dilakukandengan insisi melibatkan mukoperiosteum di daerah distal gigi di

    anterior kemudian melewati daerah oroantral fistula dilanjutkan ke

    daerah mesial gigi di posterior. Insisi juga di lakukan pada daerah

    palatal. Setelah itu dilakukan pengurangan tinggi tulang alveol daerah

    yang mengalami pembukaan kemudian tepi mukosa yang di insisidiangkat dan disatukan kemudian dilakukan penjahitan. Luka pada

    bagian palatal dibiarkan terbuka untuk mempercepat penyembuhan.

    y Oroantral fistula yang terjadi pada daerah yang tidak bergigi(kehilangan tuberositas maksilaris) yang tidak sengaja setelah

    pencabutan dapat dilakukan dengan pengurangan pada dinding bukal

    dan palatal agar terjadi adaptasi flap jaringan lunak bukal dan palatal.

    Flap jaringan lunak dibentuk secara konservatif agar membentuk suatu

    garis kemudian flap dijahit.13

    y Flap bukal merupakan prosedur yang sederhana.Flap bukal dapatdikombinasikan dengan prosedur Caldwell-luc yang digunakan

    sebagai jalan masuk ke sinus maksilaris bila diperlukan.15

    Kelebihan

    teknik ini adalah mudah di mobilisasi, keterampilan yang minimun

    dan waktu yang diperlukan lebih singkat. Sedangkan kekurangannya

    adalah penyatuan jaringan pada flap bukal tidak baik sehingga

    disarankan untuk penutupan oroantral fistula yang kecil.13

    y Jaringan yang membentuk lingkaran perifer dari fistula dieksisi dansisa jaringan mukosa palatal di de-epitelisasi untuk memberikan

    vaskularisasi yang baik pada daerah yang mengalami kerusakan agar

    dapat memperlebar flap dan memudahkan penjahitan kemudian

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    16/36

    16

    dilakukan insisi divergen atau melebar melalui mukoperiosteum dibuat

    pada pembukaan oroantral ke superior sampai pada mukobukal fold,

    dan insisi dari flap ini diangkat untuk pembukaan alveolus lateral

    dibawahnya. Melalui insisi periosteal ini dilakukan pengurangan

    ketebalan untuk memperpanjang dan mengendorkan flap dan

    dilakukan penjahitan. Penggunaan antibiotik dan dekongestan

    diindikasikan setelah prosedur diatas untuk mempertahankan

    kesehatan antrum dengan mencegah infeksi dan memberikan drainase

    secara fisiologis.15

    y Teknik flap palatal dilakukan dengan melibatkan insisi dan pengambilan flap mukoperiosteal dan dijahit pada jaringan de-epitelisasi yang sudah disiapkan. Perlu perhatian yang lebih terhadap

    desain flap agar dapat terjadi rotasi dan posisi yang benar. Flap palatal

    yang didesain dengan baik adalah tebal dan memiliki suplai darah

    yang sempurna yang diperlukan untuk penyembuhan. Prosedur

    tersebut mengakibatkan terbukanya tulang palatal dimana perlu

    dilakukan dresing sampai terbentuknya jaringan granulasi.15

    Kelebihan

    teknik ini adalah lebih mudah dibentuk untuk menutup kerusakan yang

    terjadi karena mukosa palatal lebih tebal dan lebih padat serta

    penyatuan dari flap palatal lebih baik sehingga flap palatal lebih

    dipilih untuk fistula yang kambuh dan lebih besar sedangkan

    kekurangannya adalah prosedur pembedahannya lebih sulit.11

    Adapun

    tahapan yang dilakukan adalah melakukan eksisi lingakaran jaringan

    lunak pada oroantral fistula kemudian dibuat desain flap palatal

    dengan ketebalan penuh mengikutsertakan arteri palatine dalam flap

    sehingga dapat ikut terotasi selanjutnya dilakukan pemutaran dan

    penjahitan dari flap.15

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    17/36

    17

    Gambar 2: Pembuatan bukal flap

    Terlepas dari teknik penutupan yang digunakan, keberhasilan penutupan

    oroantral fistula tergantung pada pengontrolan infeksi sinus, pengambilan

    jaringan sinus yang berpenyakit dan drainase nasal yang memadai. Infeksi sinus

    harus dikontrol sebelum pembedahan melalui pemberian antibiotik spectrum luas,

    dekongestan dan tetes hidung.6 Aliran antara oroantral dapat di hindari dengan

    pembuatan basis akrilik yang sesuai yang dapat menutupi kerusakan yang terjadi

    tanpa masuk kedalamnya.5 Jaringan sinus yang berpenyakit seperti adanya polip

    dihilangkan melalui prosedur Caldwell-Luc dan drainase melalui pembuatan

    jendela nasoantral pada meatus nasalis inferior.2

    Dapat diambil satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah

    terjadinya oroantral fistula adalah dengan pengambilan foto rontgen terlebih

    dahulu sebelum pencabutan gigi dikerjakan, tindakan yang selalu berhati-hati

    dalam melakukan pencabutan, melakukan tes tiup dan kumur setelah pencabutan

    untuk mendeteksi apakah terjadi kecelakaan terbukanya antrum atau tidak,

    sehingga bila terjadi dapat segera diketahui dan dilakukan perawatan dengan

    cepat dan benar serta komplikasi yang lebih parah dapat dihindari.12

    2.1.4 Pergeseran ke dalam mandibula

    Pergeseran mandibula biasanya hanya melibatkan gigi molar, sedangkan

    kanalis mandibularis dan ruang submandibularis adalah bagian yang sering

    mengalami pergeseran ini. Ujung akar molar ketiga baik yang sudah

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    18/36

    18

    erupsi/impaksi sering sangat dekat letaknya terhadap tulang kortikal dari bundle

    neuromuscular canalis alveolar inferior, seperti terbukti dari seringnya laserasi.

    Film periapikal prabedah akan mengungkapkan kondisi ini. Apabila terdapat

    dilaserasi maka diperlukan pengeluaran molar ketiga yang menjadi masalah dan

    mengungkit akarnya dengan sangat hati-hati. Radiograf sangat membantu untuk

    menentukan adanya ujung akar yang tergeser sangat dalam ke ruang

    submandibula adalah jarang.2

    Penatalaksanaan pergeseran mandibula: pasien diberitahu tentang

    keadaan yang ada dan dirujuk. Pada kasus pergeseran ke dalam canalis alveolaris

    inferior, pengeluaran harus dilakukan segera sedangkan pada kasus pergeseran ke

    dalam ruang submandibularis, pembedahan biasanya ditunda untuk

    memungkinkan terjadinya fibrosis dulu, sehingga terjadi imobilisasi frakmen

    akar. Pendekatan ke arah canalis adalah dengan flap mukoperiosteal bukal yang

    cukupbesar dan kemudian melalui alveolus dan dekortikasi lateral ke bukal

    (pengambilan segmen datarn bukal). Dekortikasi memberikan jalan masuk yang

    bagus dan memungkinkan dekompresi, atau memperbaiki saraf yang cedera.

    Ruang submandibula biasanya dicapai dengan membuat flap envelope lingual

    yang cukup besar direfleksikan dari secvikal gigi. M.Mylohyoideus disisihkan

    sementara sambil memperhatikan n. lingualis.2

    2.1.5 EmpisemaEmpisema merupakan suatu keadaan terkumpulnya udara dalam jaringan

    atau organ secara patologis. Empisema yang terjadi pada daerah subkutan dapat

    terjadi bila udara masuk ke daerah subkutan kemudian terperangkap di jaringan

    ikat longgar. Udara yag terperangkap sering terbatas hanya pada daerah kepala

    dan leher saja, namun penyebaran yang lebih luas dapat terjadi sampai ke daerah

    parafaringeal dan retrofaringeal. Kondisi ini sangat berotensi untuk meluas ke

    mediastinum samapai ke rongga thorak.16,17

    Etiologi: empisema pada daerah kepala dan leher dapat terjadi karena

    pembedahan molar tiga atau rupturnya barier intra oral. Pada tahun 1957

    Shovelton mengklasifikasikan penyebab empisema subkutan sebagai berikut:18,19

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    19/36

    19

    y Udara yang dikeluarkan langsung pada saat pengambilan tulang danpemotongan gigi dengan bur, pemakaian semprotan udara bertekanan,

    penyemprotan sinus dengan hydrogen perioksida, banyaknya laserasi

    jaringan pada saat odontektomi (kesalahan operator).

    y Selama pembedahan pasien sering berkumur keras, sering batukselama atau setelah pembedahan terutama dengan mulut tertutup,

    meniup terompet atau balon setelah pembedahan/perawatan (kesalahan

    pasien).

    y Banyaknya kasus empisema yang terjadi akibat penggunaan highspeed turbine.

    16,17,18

    Empisema yang terjadi dapat disertai infeksi sekunder karena masuknyaflora normal yang ada di rongga mulut ke dalam jaringan ikat longgar. Laporan

    penelitian Cunliffe dan Ali dkk, mengatakan adanya bakteri yang terdapat di

    dalam kompresor yaitu pseudomonas aerogenosa 15-24% dan Legionella

    pneumophilia. Legionella pneumophilia ini dihubungkan dengan keberadaan

    amuba. Dari sejumlah sampel yang diambil ternyata 12% ditemukan amuba.

    Selain udara yang dapat menyebabkan empisema yang terjadi karena

    terperangkapnya udara dalam jaringan dan infeksi sekunder disebabkan oleh

    dorongan udara yang dapat menimbulkan komplikasi sekunder yang tidak

    terduga.16,17,18

    Penatalaksanaan: pada empisema subkutan, selama atau setalah pembedahan

    tidak ada perawatan aktif yang diperlukan, tetapi perlu diyakinkan pasien agar

    tidak takut dan gelisah. Pada kondisi awal kita dapat memberikan pertolongan

    berupa:

    y Pipi ditekan dengan jari untuk mengeluarkan udara di jaringan.y Penggunaan tampon pada luka, dalam hal ini flap tidak dijahit dengan

    rapat.

    y Penggunaan kompres es pada muka untuk mencegah pembengkakanberlanjut.

    y Pengambilan udara dengan alat suntik (needle puncture).

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    20/36

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    21/36

    21

    y Saraf alveolaris inferior : Jejas pada saraf alveolaris inferior terjadisecara primer karena hubungan anatominya dengan gigi molar tiga

    bawah. Posisi keduanya dapat ditentukan secara radiografi dengan foto

    panoramik. Secara statistik, faktor yang berhubungan dengan insidensi

    kerusakan saraf alveolaris inferior pada waktu tindakan pengangkatan

    gigi molar tiga adalah full bony impaction, impaksi horizontal,

    pengggunaan bur, apeks gigi pada atau dibawah neurovasculer bundle,

    bundle terlihat pada waktu tindakan dan perdarahan yang banyak pada

    waktu waktu operasi.20

    Faktor lain adalah umur pasien karena makin

    tua maka semakin sulit tindakan.

    ySaraf lingualis: Kerusakan saraf lingualis lebih sulit diterangkan danlebih mengganggu pasien karena akan menyebabkan sensasi rasa yang

    abnormal dan lebih sulit mengalami perbaikan. Diseksi anatomi

    menunjukan variasi posisi saraf lingualis dan dapat melintas pada daerah

    retromolar pad. Dengan demikian saraf ini dapat mengalami kerusakan

    oleh elevasi flap dan retraksi, pengeluaran folikel dan penjahitan. Tidak

    seperti pada saraf alveolaris inferior, maka pada kerusakan saraf

    lingualis teknik operasi memegang peran penting. Flap harus didesign

    lebih kearah bukal sehingga dapat menghindari retromolar pad. Flap

    ligual jangan dielevasi, jangan memakai lingual bone-splitting

    technique, dan jangan melakukan kuretase secara agresif serta jahitan

    pada lingual harus ditempatkan superfisial.20

    y Saraf mentalis: paling sering cedera pada pembuatan flap bukal di region premolar bawah. Cabang n. mentalis mudah terpotong selama

    pembuatan flap atau megalami cedera regangan akibat retraksi. Pada

    rahang tak bergigi, kondisi atropik, yang merupakan akibat sekunder

    dari dehisense tulang, n. alveolaris inferior, n. lingualis dan n. mentalis

    mungkin terletak superficial, menempel pada basis mandibula.2

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    22/36

    22

    Evaluasi kerusakan saraf

    Bila terjadi kerusakan saraf, maka daerah yang mengalami sensasi abnormal

    harus didokumentasikan sehingga perbaikan saraf dapat dicatat dengan akurat.

    Demikian pula dengan sensasi rasa pada lidah (Manis, asin, pahit, asam). Terapi

    yang dapat diberikan untuk regenerasi saraf adalah methy cobalt, vitamin B

    kompleks dan fisioterapi.

    Follow up dilakukan secara periodik. Perbaikan saraf dimulai 6-8 minggu

    dan selesai 6-9 bulan. Terdapat pula kemungkinan terjadi perbaikan 18 bulan-24

    bulan. Follow up yang dianjurkan adalah evaluasi tiap 2 minggu selama 2 bulan,

    evaluasi tiap 6 minggu untuk 6 bulan berikut, evaluasi tiap 6 bulan selama 2 tahun

    dan evaluasi tahunan untuk tahun berikutnya. Kerusakan saraf dapat pula

    disebabkan oleh hematoma dan fibrosis akibat penyuntikan anestesi lokal.20,21

    2.2 Kelanjutan dan komplikasi pasca-Pencabutan2.2.1 Perdarahan

    Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada 12-24

    jam pertama sesudah pencabutan atau pembedahan gigi. Penekanan oklusal

    dengan menggunkan kasa jalan terbaik untuk mengontrolnya dan dapat

    merangsang pembentukan bekuan darah yang stabil. Apabila perdarahan cukup

    banyak, lebih dari 1 unit (450 ml) pada 24 jam pertama pada pasien dewasa, harus

    dilakukan tindakan segera untuk mengontrol perdarahan. Periksalah pasien

    sesegera mungkin. Tenangkan pasien, periksalah tanda-tanda vital (denyut nadi,

    pernapasan, tekanan darah). Jika pasien syok, misalnya diaforetik (berkeringat)

    dengan denyut yang lemah, dan cepat serta pernapasan yang dangkal dan cepat,

    disertai dengan turunnya tekanan darah, atau kondisi pasien sedang akan menuju

    syok, maka diperlukan transportasi secepatnya menuju ke rumah sakit yang

    mempunyai fasilitas yang memadai untuk mengatasi hal tersebut.2

    Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :

    y trauma yang berlebihan pada jaringan lunaky mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    23/36

    23

    y tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasieny tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan

    menghisap-hisap

    y kumur-kumur yang berlebihany memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksiYang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan

    panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan

    tidak perlu khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca

    ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan

    langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya

    terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan,

    perdarahan dapat diatasi.4,5,6

    Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan

    dengan tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung

    vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit

    tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah berhenti.

    Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge

    (alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan

    biasa.2,5

    Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada

    soket gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita

    gunakan adalah teknik matras horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif

    pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya adalah silk 3.0,

    vicryl 3.0, dan catgut 3.0.

    perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita

    lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh

    darah dengan benang atau dengan kauterisasi.

    Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan

    siapkan segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam

    traneksamat secara intravena atau intra muskuler.4,5,6

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    24/36

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    25/36

    25

    y Penekanan dilakukan dengan sebungkus es pada region fasial maupunservical. Pembalut tekanan biasanya digunakan pada pembedahan oral

    mayor untuk membatasi terjadinya edema maupun hematoma.

    y Obat yang paling sering digunakan adalah jenis steroid yang diberikansecara parenteral, oral atau topical sebagai pembalut alveolar. Absorsi

    sistemik yang cukup besar dari steroid yang diaplikasikan secara topical

    juga ditemukan kerusakan. Walaupun pembengkakan pasca bedah

    mengganggu estetik tetapi hanya sementara, biasanya pada kebanyakan

    pasien sampai 7-20 hari.2

    Gambar 3: Penekanan dilakukan dengan sebungkus es pada region fasial

    2.2.4 Reaksi terhadap obatReaksi alergi obat terhadap analgesic bisa terjadi, tetapi relative jarang.

    Yang umum adalah alergi aspirin yang termanifestasi sebagai ruam kulit

    (urtikaria), angiodema atau asma. Reaksi alergi yang akut terhadap antibiotic

    (umumnya penisilin), dapat mematikan. Apabila diperhatikan obat berpotensi

    merangsang reaksi alergi, pasien dianjurkan untuk menghentikan pemakaian obat

    sesegera mungkin. Pasien yang menunjukkan tanda-tanda reaksi yang

    mencurigakan sebaiknya sesegera mungkin dibawa ketempat fasilitas perawatan

    yang lebih lengkap. Respon alergi sejati dapat diatasi dengan antihistamin

    (dyphenhidramin, 50 mg secara oral atau intramuskular), epinefrin (0,3 ml dari

    larutan 1:1000 subkutan atau intramuskular), dan steroid (hydrocortisone, 50-100

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    26/36

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    27/36

    27

    darah di rahang bawah lebih sedikit daripada rahang atas). Kurangnya irigasi saat

    dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket. Gerakan

    menghisap dan menyedot seperti kumur-kumur dan merokok segera setelah

    pencabutan dapat mengganggu dan merusak bekuan darah.

    Selain itu, kontaminasi bakteri adalah faktor penting, oleh karena itu, orang

    dengan kebersihan mulut yang buruk lebih beresiko mengalami dry socket paska

    pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis (radang gusi),

    periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gusi), dan perikoronitis

    (peradangan gusi di sekitar mahkota gigi molar tiga yang impaksi).

    Gambaran klinis

    Daerah paska pencabutan yang mengalami dry socket awalnya terisi oleh

    bekuan darah yang berwarna keabu-abuan yang kotor, kemudian bekuan ini

    hilang dan meninggalkan soket tulang yang kosong (dry socket). Tulang

    terekspos dan sangat sensitif. Penderita biasanya mengeluhkan sakit yang parah,

    dan dapat timbul bau tak sedap. Hal ini dapat terjadi kurang dari 24 jam setelah

    gigi dicabut, namun dapat juga terjadi 3-4 hari paska pencabutan. Kadang-kadang

    dapat terjadi pembengkakan dan limfadenopati.

    Frekuensi alveolar osteitis lebih tinggi pada rahang bawah dan di gigi

    daerah belakang (posterior). Dry socket dapat saja terjadi pada setiap pencabutan

    gigi namun lebih sering terjadi pada saat pencabutan gigi molar tiga impaksi.

    Kemungkinan terjadinya dry socket paling besar pada kelompok umur 40 tahun.

    Penatalaksanaan

    Bila pasien mengeluhkan rasa sakit paska pencabutan gigi, perlu dilakukan

    pemeriksaan radiograf untuk mengetahui apakah ada ujung akar yang tertinggal

    atau ada benda asing.

    Dry socket adalah suatu reaksi peradangan, namun dapat terinfeksi oleh

    bakteri. Oleh karena itu, tidak setiap kejadian dry socket membutuhkan perawatan

    dengan antibiotik. Hal penting dalam perawatan dry socket adalah irigasi. Irigasi

    dilakukan dengan larutan saline, atau hidrogen peroksida 3 % bila sudah terjadi

    infeksi. Palpasi yang hati-hati dengan menggunakan aplikator kapas membantu

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    28/36

    28

    dalam menentukan sensitivitas. Pembalut obat-obatan dimasukkan ke dalam

    alveolus. Pembalut diganti sesudah 24-48 jam., kemudian diirigasi dan diperiksa

    lagi. Kadang-kadang diperlukan resep analgesic.

    Tabel 2. Pembalut obat-obatan

    Salep benzocaine Salep acrithesin Pasta BIPP

    Benzocaine Augenol 5% Benzocaine 1%

    Minyak cengkeh 6% Cholrobutanol 8% Bismuth subnitrate 20%

    Hyd. Wool fat 25% Benzocaine Iodoform 40%

    Petrolum 63% Aquaphor Petrolum 39%

    Preparat Komersial

    Pasta Sultans Dry socket: guaiacol, balsam peru, eugenol, dan chlorobutanol

    Pembalut D.S: kasa radiopak dijenuhkan dengan eugenol dalam petroleum putih

    Catatan: kasa biasa berukuran atau inci digunakan dan dianjurkan untuk pembalut obat-

    obatan. Iodoform tidak dianggap sebagai bahan bakterisidal yang efektif dan mempunyai rasa

    yang tidak enak.

    Proses penyembuhan dilai secara obyektif dan subyektif. Berkurangnya rasa

    sakit dan granulasi dengan epitelisasi ulang yang perlahan menggunakan tanda-

    tanda resolusi yang paling nyata. Jika terlihat nanah, maka diperlukan terapi

    antibiotic dan kultur. Kebanyakan dry socket sembuh sesudah 4-5 hari. Persistensi

    yang berkepanjangan, yaitu sampai lebih dari 10 hari, kemungkinan adanya

    osteitis akut atau osteomielitis.

    Pada perawatan dry socket yang timbul 2-3 bulan sesudah pencabutan.

    Kondisi ini dimanifestasikan sebagai sepsis dan kegagalan pembentukan bekuan

    darah yang terjadi bersama proses penyembuhan mukosa. Secara klinis, dry

    socket yang tertunda termanifestasi berupa pembengkakan dari daerah operasi

    yang sedang mengalami penyembuhan. Penatalaksaannya dengan jalan membuka

    kembali daerah pencabutan dibantu dengan anestesi local, kuretase ringan dan

    irigasi, diikuti dengan pengisian longgar menggunakan pembalut obat-obatan.

    Terapi antibiotic misalnya penisilin atau bila alergi eritromisin diberikan segera.

    Diperlukan pula penggantian pembalut setiap 24-48 jam sampai 2-3 kali. Apabila

    infeksi sudah terkontrol, biasanya ada suatu cacat menetap yang besar pada

    mukosa yang menimbulkan kendala dalam pembersihan mulut. Menganjurkan

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    29/36

    29

    pasien melakukan irigasi sendiri dirumah dengan menggunakan spuit disposable

    10 ml, sering meningkatkan upaya kebersihan selam di rumah.2

    Pencegahan:

    Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lebih beresiko mengalami dry

    socket saat pencabutan. Oleh karena itu sebaiknya tindakan pencabutan

    dijadwalkan pada hari di mana kadar estrogen rendah (yaitu saat tidak ada

    suplementasi estrogen, sekitar hari ke-22 hingga 28 dari siklus menstruasi).Irigasi

    yang baik selama tindakan pencabutan juga dapat mencegah terjadinya dry

    socket.Beberapa penelitian menganjurkan pemakaian obat kumur chlorhexidine

    0.12 % segera setelahpencabutan dan 7 hari paska pencabutan dapat mencegah

    terjadinya dry socket.

    2.3.2 Hematoma

    Dapat terjadi sedikit echymosis setelah pencabutan gigi terutama pada

    penderita usia lanjut. Pada hematoma terlihat luka memar pada jaringan.

    Pembengkakan dapat juga terjadi pada hematoma jika pada daerah tersebut

    mengalami banyak perdarahan dan lunak disentuh. Temperature tubuh dapat

    meningkat.

    Gambar 5: hematoma dalam rongga mulut

    Pada hematoma yang besar, perawatannya dapa diberikan antibiotic untuk

    mencegah infeksi pada clot/ bekuan darah. Aspirasi tidak pada tempatnya pada

    pasien terlihat dalam beberapa jam pada sebelum pembentukan bekuan darah.

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    30/36

    30

    Pasien harus diinformasikan bahwa pembengkakan akan menunjukkan perubahan

    warna dan terlihat luka memar dan akan menyebar hingga leher. Bila terdapat

    echymosis dan hematoma dapat diatasi dengan kompres es pada hari pertama dan

    selanjutnya dengan terapi panas.14

    2.3.3 Trismus

    Trismus merupakan susahnya membuka mulut setelah ekstraksi gigi sering

    terjadi. Trismus dapat disebabkan oleh edema pasca bedah. Hal ini didukung

    pendapat Osmani, edema sekitar bekas pembedahan molar ketiga akan

    meyebabkan perubahan jaringan sekitarnya dan muskulus pengunyahan

    mengalami kontraksi sehingga akan menimbulkan trismus. Menurut Vriezen,

    trismus terjadi bukan karena meningkatnya volume dari muskulus karena edema

    dan infiltrate tetapi lebih disebabkan karena reaksi atas rasa sakit yang disebabkan

    oleh gerakan rahang.22,23

    Gambar 6: salah satu perawatan pada trismus

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    31/36

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    32/36

    32

    biasanya menunjukkan adanya infeksi. Apabila ada tanda-tanda tersebut, maka

    perlu dilakukan tindakan untuk merawat infeksi, yaitu terapi antibiotic serta

    tindakan pembedahan dan terapi pendukung.2

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    33/36

    33

    BAB 3

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita

    lakukan sebagai dokter gigi Pencabutan bersifat irreversible dan terkadang

    menimbulkan komplikasi.

    Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera sesudah operasi dan

    jauh sesudah operasi. Penatalaksanaan dari sebagian besar komplikasi baik

    intraoperatif, segera sesudah operasi dan jauh sesudah operasi merupakan bagian dari

    pekerjaan seorang dokter gigi. Beberapa kejadian bisa ditangani baik dengan jalan

    rujukan, misalnya, perdarahan akut atau berkepanjangan, pergeseran gigi atau

    frakmrn akar dan cedera saraf.

    4.2 Saran

    Dengan adanya tulisan ini dokter gigi diharapkan lebih menguasai tentang

    pencegahan, pengenalan dan penatalaksanaan komplikasi ekstraksi gigi baik

    intraoperatif, segera sesudah operasi dan jauh sesudah operasi.

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    34/36

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    35/36

  • 8/8/2019 Komplikasi Peri Dan Pasca Operative

    36/36

    36