BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangEpidemiologi adalah bagian dari ilmu kesehatan
masyarakat yang mempelajari penyakit atau masalah kesehatan yang
terjadi di masyarakat. Epidemiologi mempelajari besar (frekuensi),
penyebaran (distribusi) dan faktor-faktor yang mempengaruhi
(determinan) penyakit /masalah kesehatan. Tujuan dari penerapan
epidemiologi adalah untuk menentukan pencegahan dan penanggulangan
yang tepat (Isna, 2011).Dalam penerapan ilmu epidemiologi akan
sering dilakukan berbagai penelitian. Ada beberapa jenis rancangan
penelitian yang biasa diterapkan, salah satunya adalah desain
kohort. Kohort adalah jenis desain penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan paparan dengan penyakit dengan membandingkan
kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar
berdasarkan status penyakit (Dyah, 2011). Berdasarkan uraian diatas
maka perlu dipelajari tentang rancangan penelitian kohort.
B. Rumusan MasalahApakah rancangan penelitian kohort?
C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui rancangan
penelitian kohort.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian
rancangan penelitian kohort.b. Mengetahui tujuan rancangan
penelitian kohort.c. Mengetahui ciri-ciri rancangan penelitian
kohort.d. Mengetahui jenis rancangan penelitian kohort.e.
Mengetahui skema rancangan penelitian kohort.f. Mengetahui
kelemahan rancangan penelitian kohort.g. Mengetahui kelebihan
rancangan penelitian kohort.BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian KohortPenelitian Kohort adalah
rancangan penelitian epidemiologi analitik observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar
berdasarkan status penyakit (Nuraini, 2010). Rancangan penelitian
kohort disebut juga sebagai survai prospektif meskipun sesungguhnya
kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan
penelitan epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji
hubungan antara faktor resiko dengan dampak atau efek suatu
penyakit (Budiharto, 2008). Rancangan penelitian ini menggunakan
pendekatan longitudinal ke depan, dengan mengkaji dinamika hubungan
antara faktor resiko dengan efek suatu penyakit. Pendekatan yang
dilakukan adalah mengidentifikasi faktor resiko, kemudian
dinamikanya diikuti atau diamati sehingga timbul suatu efek atau
penyakit (Budiharto, 2008).Penelitian prospektif merupakan salah
satu penelitian yang bersifat logitudinal dengan mengikuti proses
perjalanan penyakit ke depan bedasarkan urutan waktu. Penelitian
prospektif ini dimaksudkan untuk menemukan insidensi penyakit pada
kelompok yang terpajan oleh faktor resiko maupun pada kelompok yang
tidak terpajan, kemudian insidensi penyakit pada kedua kelompok
tersebut secara sistematik dibandingkan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan sebab-akibat antara pajanan dan penyakit yang
diteliti. Kelompok yang diteliti tersebut dinamakan kohort.
Peneliti prospektif kohort ini mengikuti paradigma dari sebab ke
akibat (Budiarto, 2002).Dari uraian singkat di atas dapat
dijelaskan bahwa secara garis besar proses perjalanan penelitian
prospektif sebagai berikut:1. Pada awal penelitian, kelompok
terpsjsn msupun kelompok tidsk terpsjsn belum mensmpsksn gejala
penyakit yang diteliti.2. Kedua kelompok diikuti ke depan
berdasarkan sekuens waktu (prospektif).3. Dilakukan pengamatan
untuk mencari insidensi penyakit (efek) pada kedua kelompok.4.
Insidensi penyakit pada kedua kelompok dibandingkan menggunakan
perhitungan statistik untuk menguji hpotesis tentang hubungan sebab
akibat antara pajanan dan insidensi penyakit (efek) (Budiarto,
2002).
Kesimpulan hasil penelitian diketahui dengan membandingkan
subyek yang mempunyai efek positif (sakit) antara kelompok subyek
dengan faktor resiko positif dan faktor resiko negatif (Kelompok
kontrol) (Budiharto, 2008).
B. Karakteristik Penelitian Kohort1. Bersifat observasional2.
Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat3. Disebut sebagai studi
insidens4. Terdapat kelompok kontrol5. Terdapat hipotesis
spesifik6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif7. Untuk
kohort retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder
(Nuraini, 2010).
C. Langkah-Langkah Penelitian Kohort
1. Mengidentifikasi faktor resiko, dengan menentukan variabel
terikat/bergantung, variabel bebas, variabel yang dikendalikan atau
variabel kontrol.2. Menetapkan subyek penelitian dengan menetapkan
populasi sampel.3. Memilih subyek dengan faktor resiko positif dari
subyek efek negatif.4. Memilih subyek yang akan dijadikan kelompok
kontrol.5. Mengobservasi perkembangan subyek sampai batas waktu
tertentu atau ditentukan, diikuti dengan mengidentifikasi timbul
atau timbulnya efek pada kedua kelompok.
D. Kegunaan Rancangan Penelitian KohortSecara garis besar
rancangan analisis diperlukan agar orang dapat mengetahui analisis
yang akan dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan evaluasi
terhadap hasil penelitian.Kegunaan yang diperoleh dengan penelitian
kohort sebagai berikut :1. Penelitian kohort dapat digunakan untuk
mengetahui perkembangan normal (ontogenik) yang terjadi dengan
berjalannya waktu karena intervensi yang dilakukan oleh alam berupa
waktu. Misalnya, mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak
selama 5 tahun sejak dilahirkan.2. Penelitian ini dapat pula
digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara alamiah
akibat pemajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan secara sengaja, misalkan merokok atau tidak sengaja
memakan makanan atau minuman yang tercemari bakteri patogen.
Misalnya mempelajari hubungan antara rokok dan penyakit jantung
koroner atau mempelajari terjadinya kejadian luar biasa pada
keracunan makanan.3. Penelitian kohort dapat digunakan untuk
mempelajari perjalanan klinis suatu penyakit (patogresif), misalnya
perkembangan penyakit karsinoma payudara.4. Rancangan penelitian
ini dapat digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-akibat.5.
Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi
penyakit yang diteliti.6. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan
masalah etis.7. Besarnya risiko relatif dan risiko atribut dapat
dihitung secara langsung.8. Pada penelitian kohort dapat dilakukan
perhitungan statistik untuk menguji hipotesis.9. Pada penelitian
kohort dapat diketahui lebih dari satuout cometerhadap satu
pemaparan, misalnya penelitian tentang hubungan antara rokok dan
karsinoma paru-paru ternyata mempunyai hubungan juga dengan
penyakit jantung, gastritis, karsinoma kandung kemih, dan lain-lain
(Lesmana, 2012).
E. Kelebihan Dan Kekurangan Penelitian KohortKelebihan
Penelitian Jenis Kohort1. Adanya kesesuaian dengan logika studi
eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian
dimulai dengan menentukan faktor penyebab yang diikuti dengan
akibat.2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal
yang hampir tidak mungkin dilakukan pada studi kasus kontri,
sehingga raju insidensi (idr).3. Sesuai untuk meneliti paparan yang
langka.4. Memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek secara
serentak dan sebuah paparan.5. Bias yang terjadi kecil6. Tidak ada
subyek yang sengaja dirugikan.7. Dapat mempelajari beberapa akibat
dari suatu paparan8. Disain terbaik untuk menentukan insidens dan
perjalanan penyakit.9. Menerangkan hubungan faktor risiko &
outcome secara temporal dengan baik.10. Pilihan terbaik untuk kasus
yang bersifat fatal dan progresifKelemahan Penelitian Kohort1.
Membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang mahal.2. Pada
kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal.3.
Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang
langka. : hilangnya subyek amatan selama masa penelitian.4. Tidak
cocok menentukan merumuskan hipotesis tentang faktor etiologi
lainnya untuk penyakit amatan.5. Risiko untuk hilangnya subyek
selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah atau
meninggal (Ayu, 20010)
Sedangkan menurut Budiharto, 2008 keunggulan dan keterbatasan
penelitian kohort sebagai berikut: 1. Dapat membandingkan dua
kelompok, yaitu kelompok subyek dengan faktor resiko positif dan
subyek dari kelompok kontrol sejak awal penelitian.2. Secara
langsung menetapkan besarnya angka resiko dari waktu ke waktu.3.
Keseragaman observasi terhadap faktor resiko maupun efek dari waktu
ke waktu.
Selain keunggulan, penelitian kohort juga mempunyai
keterbatasan, yaitu:1. Memerlukan waktu penelitian yang relatif
cukup lama2. Memerlukan sarana dan prasarana serta pengolahan data
yang lebih rumit.3. Kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop
out sehingga mengurangi ketepatan dan kecukupan data untuk
dianalisis.4. Menyangkut etika sebab faktor resiko dari subyek yang
diamati sampai terjadinya efek, menimbulkan ketidaknyamanan bagi
subyek.BAB IIIPEMBAHASAN
A. Pengertian Observasional KohortPenelitian Observasional
kohort merupakan penelitian epidemiologis analitis noneksperimental
yang didasarkan pada pengamatan sekelompok penduduk tertentu dalam
satu jangka waktu tertentu. Kelompok kohort adalah sekelompok
penduduk yang memiliki persamaan dalam hal tertentu dan merupakan
kelompok yang diamati sampai batas waktu tertentu. Dalam
epidemiologi, subjek dalam studi kohort dipilih berdasarkan
beberapa karakteristik tertentu yang dianggap sebagai faktor risiko
terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan tertentu. Pada dasarnya
studi kohort didasarkan pada pertanyaan "apa yang akanterjadi?"
sehingga dengan demikian pengamatan ini bersifat
prospektif.Kelompok penduduk yang diamati/diteliti (kelompok
kohort) merupakan kelompok penduduk dengan dua kategori tertentu
yakni yang terpapar dan yang tidak terpapar terhadap faktor yang
dicurigai sebagai faktor risiko atau penyebab. Pada awal
penelitian,semua anggota kelompok kohort harus bebas/tidak
menderita penyakit atau mengalami gangguan kesehatan yang sedang
diteliti, artinya semua yang menderita atau yang dicurigai
menderita penyakit/out put yang akan diteliti harus dikeluarkan
dari kelompok kohort.Pengamatan (studi) kohort dapat bersifat
deskriptif maupun analitis. Kohort deskriptif adalah pengamatan
kohort yang bertujuan hanya untuk menjelaskan insidensi atau akibat
yang terjadi terhadap populasi kohort setelah diamati dan diikuti
selama jangka waktu tertentu. Sedangkan pengamatan kohort analitis
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor risiko (efek
keterpaparan) dengan kejadian penyakit atau gangguan kesehatan yang
terjadi selama/setelah waktu pengamatan.
B. Bentuk-Bentuk Studi KohortStudi kohort pada dasarnya dapat
dibagi dalam dua kelompok utama yakni kohort prospektif dan kohort
retrospektif (historical cohort study). Di samping itu, dikenal
pula suatumodi-fikasi studi kohort yakni nested case-control study
yakni suatu bentuk pengamatan kohortyang menggunakan analisis
bentuk kasus-kelola (case control study).
1. Kohort Prospektif Bentuk pengamatan ini merupakan bentuk
studi kohort yang murni sesuai dengan sifatnya. Pengamatan dimulai
pada saat populasi kohort belum mengalami akibat yang ditelitidan
hanya diketahui kelompok yang terpapar (berisiko) dan yang tidak
terpapar. Bentuk ini ada dua macam yaitu (1) kohort prospektif
dengan pembanding internal, di mana kelompok yang terpapar dan yang
tidak terpapar sebagai kelompok pembanding atau kontrol) berasal
dari satu populasi yang sama; (2) kohort prospektif dengan
pembanding eksternal di mana kelompok terpapar dan kelompok
pembanding tidak berasal dari satu populasi yang sama.Pada bentuk
pertama, populasi kohort dibagi dalam dua kelompok yakni yang
terpapar dan yang tidak terpapar sebagai kelompok pembanding. Kedua
kelompok tersebut diikuti secara prospektif sampai batas waktu
penelitian, di mana akan muncul dari kelompok terpapar dua
subkelompok yakni subkelompok yang mengalami akibat/efek (a) dan
yang tida kmengalami akibat (b). Sedangkan dari kelompok yang tidak
terpapar akan muncul juga duasubkelompok yakni yang mengalami
akibat (c) dan yang tidak mengalami akibat (d).Dari hasil
pengamatan kohort tersebut, peneliti dapat menghitung insiden
kejadian darikelompok yang terpapar dan insiden kejadian dari
kelompok yang tidak terpapar dankemudian dapat dihitung; angka
resiko relatif hasil pengamatan.
Pada bentuk kedua dari kohort prospektif adalah populasi kohort
terdiri dari dua populasi yangberbeda, dengan satu populasi
mengalami keterpaparan (ada faktor risiko) dan populasi
lainnyatanpa faktor risiko. Bentuk studi kohort dengan pembanding
eksternal ini harus memperhatikan sifat keduapopulasi awal
(populasi yang terpapar dan pembanding) yakni sifat-sifat populasi
di luar factor keterpaparan atau faktor risiko yang diteliti. Hasil
luaran terjadinya efek yang diamati pada kedua populasi ini,
memberikan nilai rate insiden populasi yang terpapar dan rate
insiden populasi yang tidak terpapar.
2. Kohort RetrospektifUmumnya studi kohort bersifat prospektif,
di mana peneliti memulai pengamatan dengan mengidentifikasi
kelompok dengan faktor risiko (terpapar) dan kelompok tanpa faktor
risiko (tidak terpapar), kemudian diamati akibat yang diharapkan
terjadi sepanjang waktu tertentu. Namun demikian, studi kohort
dapat pula dilakukan dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan
pada waktu yang lalu yang tersimpan dalam arsip atau bentuk
penyimpanan data lainnya. Umpamanya seorang peneliti yang ingin
menganalisis faktor-faktor risiko dari 78 orang penderita stroke
yang berasal dari kelompok pegawai perusahaan tertentu yang
dijumpai nyadalam dua tahun terakhir, dengan menelusuri catatan
kesehatan penderita tersebut sejakbekerja pada perusahan yang
dimaksud. Contoh lain adalah pengamatan terhadap sejumlah pegawai
bagian produksi dari suatu pabriksemen tertentu yang sedang
menderita sejenis penyakit gangguan pernapasan. Peneliti mencoba
mengamati factor risiko yang berhubungan dengan penyakit tersebut
dengan menelusuri data kesehatan dan factor lingkungan tempatnya
bekerja sejak pegawai tersebut mulai bekerja pada pabrik tadi.
Prinsip studi kohort retrospektif tetap sama dengan kohort biasa,
namun pada bentuk ini, pengamatan dimulai pada saat akibat (efek)
sudah terjadi. Yang terpenting dalam bentuk ini adalah populasi
yang diamati tetap memenuhi syarat populasi kohort dan yang diamati
adalah faktor risiko masa lalu yang diperoleh melalui pencatatan
data yang lengkap. Dengan demikian, bentuk penelitian retrospektif
kohort hanya dapat dilakukan bila data tentang faktor risiko
tercatat dengan baik sejak terjadinya keterpaparan pada populasi
yang sama dengan efek yang ditemukan pada awal pengamatan.Pada
dasarnya keunggulan studi kohort prospektif dijumpai pula pada
kohort retrospektif, namun kohort retrospektif membutuhkan biaya
yang lebih rendah. Kelemahannya terletak pada kualitas pengukuran
dan pencatatan faktor risiko yang telah berlalu sehingga sangat
ditentukan oleh kualitas data yang telah dikumpulkan pada waktu
yang lalu.
C. Lankah-Langkah Kegiatan Pada Penelitian KohortUntuk
melaksanakan suatu studi kohort, dianjurkan melakukan persiapan
disertai dengan tahapan-tahapan kegiatan yang sistematis untuk
memudahkan pelaksanaannya.1. Merumuskan Pertanyaan
PenelitianLangkah awal dari suatu studi kohort adalah merumuskan
masalah atau pertanyaan penelitian yang kemudian akan mengantar
peneliti merumuskan hipotesis penelitian yang lebih tepat/sesuai.
Dari formulasi hipotesis tersebut, akan tercermin berbagai variable
yang menjadi variabel penelitian, baik yang bersifat variabel
bebas, variabel terikat dependent) maupun variabel-variabel lainnya
yang harus menjadi perhatian peneliti, antara lain variabel kendali
(kontrol), variabel pengganggu serta variabel lainnya yang harus
dipertimbangkan.2. Penetapan populasi KohortDalam memilih populasi
kohort harus diperhatikan beberapa hal tertentu seperti berikut:a.
Populasi Kohort dapat bekerja sama selama penelitian.b. Populasi
kohort mudah diamati dan mudah terjangkau untuk follow up selama
penelitianc. Populasi kohort memiliki derajat keterpaparan yang
cukup.d. Anggota kohort tidak sedang menderita penyakit yarig akan
diamati.
Dalam hal ini peneliti harus yakin bahwa kelompok kohort dan
kelompok control betul-betul tidak sedang menderita atau dicurigai
sedang menderita (suspect case) efekyang akan diteliti. Subjek yang
terpilih dari populasi harus memenuhi kriteria pemilihan,meliputi
kriteria inklusif dan eksklusif. Disebut kriteria inklusif adalah
karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan
populasi kontrol. Sering terdapat kendala untuk mendapatkan
kriteria yang sesuai dengan masalah penelitian yang telah
ditetapkan. Untuk menghadapi hal tersebut dapat dilakukan
penyimpangan ilmiah sampai batas-batas tertentu, tetapi hal ini
harus dijelaskan dalam laporan penelitian tentang penyimpangan
tersebut yang merupakan jarak antara idealis ilmiah dengan kondisi
yang dihadapi. Kriteria eksklusif bila dalam memilih subjek
penelitian, sebagian subjek yang telah memenuhi kriteria inklusif,
namun harus dikeluarkan dari pengamatan karena beberapa hal antara
lain :a. Terdapat keadaan atau penyakit lain pada subjek yang dapat
mengganggu pengukuranmaupun interpretasi hasil penelitian,
umpamanya bila terdapat predisposisi atau faktor genetis yang dapat
mempengaruhi hasil pengamatan.b. Terdapat keadaan yang dapat
mengganggu pelaksanaan studi, umpamanya mereka yangtidak mempunyai
alamat yang tetap sehingga sulit diamati.c. Adanya hambatan etis,
kultur atau kepercayaan individual maupun masyarakat untuk dapat
berpartisipasi.d. Kemungkinan subjek yang akan diteliti, akan
menolak berpartisipasi.Sumber populasi kohort dapat berasal dari
berbagai kelompok populasi.(1) Kelompok penduduk yang
tergabung/berada dalam satu wilayah pelayanan kesehatan
tertentu.(2) Kelompok pekerja pada satu perusahaan tertentu/atau
instansi tertentu.(3) Kelompok penduduk dengan kondisi kesehatan
yang menggunakan pelayanan tertentuseperti kelompok akseptor,
kelompok dengan pengobatan radiasi dan lain-lain.(4) Kelompok
penduduk dengan asuransi kesehatan tertentu.Untuk populasi yang
tidak terpapar (sebagai pembanding) dapat berasal dari : Penduduk
kelompok kohort yang sama, Populasi umum asal populasi kohort
Populasi lain yang memiliki keadaan yang sama dengan populasi
kohort yangterpapar (populasi target), tetapi tidak terpapar.Semua
anggota kelompok tersebut harus diperiksa sebelum pengamatan
dimulai. Dalam memilih populasi kohort ada beberapa faktor yang
secara rinci perlu diperhatikan pula:a. Komparabilitas sampel,
artinya sedapat mungkin kelompok studi memiliki atribut yang sama
(tidak berbeda atau sebanding) dengan kelompok kontrol untuk
menghindari bias seleksi yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.b. Frekuensi faktor risiko, artinya bila faktor risiko
tinggi maka diusahakan memilih populasi penelitian yang berasal
dari masyarakat umum (komunitas). Sebaliknya, bila faktor risiko
rendah atau jarang diketemukan, maka populasi penelitian dapat
dipilih dari orang-orang (individu) yang mempunyai risiko tinggi
untuk menderita penyakit yang diteliti.c. Frekuensi penyakit, di
mana semakin kecil atau rendah frekuensi kejadian penyakit dalam
masyarakat, semakin besar sampel yang diperlukan, yang disertai
dengan waktu follow up yang lebih lama.d. Derajat sensitivitas
pengamatan, dimana setiap peningkatan faktor risiko dengan presisi
yang tinggi akan menyebabkan ukuran besarnya sampel yang diperlukan
akan menjadi bertambah besar pula.e. Representatif populasi
penelitian, artinya populasi yang dipilh sedapat mungkin mendekati
ciri-ciri yang diinginkan untuk dianalisis, baik untuk kelompok
studi maupun untuk kelompok kontrol.f. Tingkat asesibilitas,
artinya populasi yang dipilih harus mampu memberikan informasi
lengkap mengenai segala sesuatunya yang berhubungan dengan faktor
risiko dan proses terjadinya penyakit.
3. Besarnya SampelSebagaimana diketahui bahwa pada hipotesis nol
(Ho) biasanya dinyatakan bahwa besarnya kelompok yang akan
menderita penyakit yang diteliti pada kelompok terpapar tidak
berbeda dengan kelompok yang tidak terpapar sehingga nilai Risiko
Relatifnya menjadi satu (RR = 1). Sedangkan hipotesis alternant
dapat bersifat satu sisi atau dua sisidengan RR > 1 atau RR <
1 atau tidak sama dengan satu (RR1). Dalam menentukan besarnya
sampel pada penelitian ini, umumnya pada sebagian kasus, besarnya
RR dan P2 ditentukan terlebih dahulu sedangkan P1 dihitung dari
kedua nilai tersebut. Besarnya sampel untuk pengujian dua sisi
menjadi
4. Sumber Keterangan KeterpaparanSumber keterangan tentang
adanya dan besarnya derajat keterpaparan dapat diperoleh dari
berbagai sumber yang dapat dipercaya kebenarannya. a. Dari
status/kartu pemeriksaan kesehatan berkala dengan berbagai sifat
tertentu seperti tekanan darah, kadar kolesterol, dan lain lain.b.
Dari kartu pelayanan kesehatan khusus seperti kartu KB, kartu
pengobatan radiologis dan lain lain.c. Wawancara langsung dengan
anggota kohort, terutama tentang kebiasaan sehari hari seperti
merokok, pola makanan, kebiasaan olah raga dan lain lain.d.
Keterangan hasil pemeriksaan Lingkungan (fisik, biologis dan
sosial) termasuk lingkungan kerja, tempat tinggal, dan lain
lain.
5. Identifikasi SubjekSubjek pada pengamatan kohort dapat dengan
efek negatif maupun dengan efek positif. Pada studi kohort
prospektif umpamanya, kedua kondisi ini dapat terjadi pada akhir
pengamatan di mana efek positif dan negatif dapat dijumpai baik
pada kelompok terpapar (kelompok target) maupun pada kelompok yang
tidak terpapar (kelompok kontrol). Pada pengamatan kohort
prospektif dengan kontrol internal, kelompok kontrol terbentuk
secara alamiah, artinya diambil dari populasi kohort yang tidak
terpapar dengan faktor resiko yang diamati. Pada bentuk kohort
dengan pembanding internal seperti ini, mempunyai keuntungan
tersendiri karena: pertama, kedua kelompok (target dan kontrol)
berasal dari populasi yang sama, dan kedua, terhadap kedua kelompok
tersebut dapat dilakukan follow-up dengan tatacara dan waktu yang
sama. Dalam pelaksanaannya, perbedaan adanya faktor risiko pada
kelompok target dan absennya pada kelompok kontrol dapat berupa
faktor risiko internal (seperti rentannya kelompok target terhadap
gangguan kesehatan atau penyakit tertentu), dapat pula sebagai
faktor risiko eksternal (umpamanva adanya faktor lingkungan atau
perilaku maupunkepercayaan kelompok tertentu yang dapat mempermudah
seseorang terkena penyakit atau gangguan kesehatan tertentu). Di
samping itu, pada kelompok kontrol internal. Perbedaan faktor
risiko antara dua kelompok yang diamati dapat pula hanya berbeda
pada intensitas,kualitas, dan waktu keterpaparan, umpamanva perokok
aktif dan mereka yang berada di sekitar perokok aktif tersebut.
Pada penelitian kohort, pemilihan anggota kelompok kontrol biasanya
tidak diperlukan teknik matching (penyesuaian) dengan anggota
kelompok target, terutama bila subjek yang diteliti jumlahnya cukup
besar, atau bila proporsi subjek dengan faktor risiko (kelompok
target) jauh lebih besar bila dibanding dengan kelompok kontrol.
Namun dalam beberapa keadaan tertentu, teknik matching perlu
dipertimbangkan, misalnya apabila peneliti ingin mengetahui
besarnya pengaruh pemapaparan yang lebih akurat, pada penelitian
dengan besarnya sampel terbatas, atau pada keadaan di mana proporsi
kelompok target lebih kecil bila disbanding dengan kelompok
kontrol. Namun demikian, bila variabel luar cukup banyak ragamnya,
teknik matching akan sulit dilakukan, dan apabila tetap dipaksakan,
akan mengakibatkan jumlah subjek akan lebih kecil sehingga sulit
mengambil kesimpulan yang definitif.Untuk penelitan kohort, perlu
mendapatkan perhatian utama dalam menentukan hasil luaran secara
standar, apa positif atau negatif (menderita atau tidak menderita
penyakit yang diteliti). Pada penelitian ini kemungkinan timbulnya
negatif palsu cukup besar bila tidak dilakukan standar penentuan
diagnosis.
6. Memilih Kelompok Kontrol (Pembanding)Kelompok kontrol dalam
penelitian kohort adalah kumpulan subjek yang tidak mengalami
pemaparan atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target.
Perbedaan antara kelompok target dengan kelompok kontrol dapat
dalam beberapa bentuk.a. Pada subjek dengan taktor risiko internal
maka kelompok target dengan variabel faktor risiko tersebut,
sedangkan kelompok kontrol tanpa variabel tersebut pada populasi
yang sama.b. Subjek dengan faktor risiko eksternal yang biasanya
berupa variabel lingkungan, dimana kelompok target berada/hidup
pada lingkungan tersebut sedangkan kelompok kontrol bebas dari
pengaruh lingkungan bersangkutan.c. Bila keduanya mengandung faktor
risiko maka kelompok kontrol dipilih dari mereka dengan dosis
faktor risiko yang lebih sedikit (intensitas, kualitas, kuantitas,
dan waktu pemaparan yang lebih rendah) dibanding kelompok target.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa pemilihan kelompok kontrol
pada rancangan kohort biasanya tidak disertai dengan teknik
matching. Keadaan tanpa teknik matching biasanya pada pemilihan
kelompok kontrol seperti berikut:a. Penelitian yang melibatkan
subjek yang besar.b. Penelitian dalam satu populasi atau sampel
yang proporsi kelompok yang terpapar dengan faktor risiko jauh
lebih besar dibanding dengan kelompok tanpa risiko (kontrol).
Sedangkan yang dianjurkan melakukan teknik matching pada pemilihan
kelompok kontrol adalah pada kondisi berikut.a. Penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko secara teliti dan
mendalam.b. Penelitian yang subjeknya sangat terbatas jumlahnya.c.
Penelitian dengan proporsi subjek yang terpapar jauh lebih
kecil.
7. Pengamatan Hasil Luaran (Timbul Kejadian)Pengamatan terhadap
kedua kelompok (target dan kontrol) dilakukan secara bersamaan
selama jangka waktu tertentu. Lamanya waktu pengamatan prospektif
kohort tergantung pada karakteristik penyakit atau kejadian yang
diharapkan timbul, dan hal ini sangat dipengaruhi oleh sifat
patogenesis serta perkembangan penyakit/masalah kesehatan yang
diteliti. Untuk jenis penyakit keganasan, misalnya timbulnya kanker
hati pada kelompok target dengan faktor risiko adanya HBs-Ag
positif, diperlukan periode pengamatan yang cukup lama (dapat
sampai puluhan tahun), sedangkan sebaliknya hubungan antara perokok
pasif (asap rokok sebagai faktor risiko)dengan keadaan kelahiran
bayi (BBLR) dari satu proses kehamilan dibutuhkan masa pengamatan
hanya 9 bulan untuk setiap subjek. Pengamatan terhadap timbulnya
akibat, dapat dilakukan dengan hanya pengamatan tunggal yakni
menunggu sampai terjadinya efek sebagai hasil akhir, tetapi dapat
pula dengan pengamatan berkala, caranya setiap subjek diamati
secara periodik menurut interval waktu tertentu, termasuk
pengamatan pada akhir penelitian. Di samping itu, dapat pula
dilakukan analisis perbandingan antara kelompok target dan kelompok
kontrol dengan memperhitungkan unsur waktu sebagai unit analisis
sehingga dengan demikian perbandingannya menggunakan skala
rasio.Penentuan hasil akhir yakni penentuan tentang timbulnya
akibat harus dilakukan berdasarkan kriteria baku yang telah disusun
pada awal penelitian. Untuk mengurangi bias, sebaiknya penilaian
dilakukan dengan sistem "Blind" di mana penilai tidak mengetahui
apakah yang dinilainya adalah kelompok target atau kelompok
kontrol, walaupun hal demikian agak sulit diterapkan.Salah satu
masalah yang sering terjadi pada pengamatan bentuk kohort adalah
hilangnya subjek dari pengamatan (lost to follow up), terutama pada
pengamatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu
bila sejak awal diketahui bahwa ada subjek yang akan berpindah
tempat, sebaiknya tidak diikutsertakan pada penelitian. Bila subjek
dipilih dengan teknik matching, maka setiap subjek yang hilang dari
pengamatan, pasangannya harus dihapus pula dari pengamatan. Apabila
jumlah subjek yang hilang dari pengamatan cukup besar,pengamatan
harus dihentikan.Untuk mengantisipasi adanya mereka yang hilang
dari pengamatan, dapat dilakukanperhitungan person years pada akhir
pengamatan.8. Perhitungan hasil penelitian (Insiden dan Ratio)Hasil
penelitian kohort biasanya dianalisis berdasarkan besarnya insiden
kejadian pada akhir pengamatan terhadap kelompok yang terpapar
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dalam analisis demikian ini,
selain mereka yang tidak terpapar sebagai kelompok kontrol, juga
dimungkinkan membandingkan tingkat keterpaparan yang berbeda antara
kelompok target dengan kelompok kontrol. Hasil perhitungan adalah
dengan menentukan besarnya pengaruh keterpaparan atau hubungan
tingkat keterpaparan dengan hasil luaran(efek). Ukuran yang sering
digunakan untuk menilai besarnya pengaruh taktor keterpaparan
terhadap kejadian adalah tingkat risiko relatif(RR)
a = Jumlah yang terpapar dan menderitab = Jumlah yang terpapar
dan tidak menderitac = Jumlah yang tidak terpapar dan menderitad =
jumlah yang tidak terpapar dan tidak menderitaa + c = Jumlah
seluruhnya yang menderita pada akhir pengamatanb + d = Jumlah
mereka yang tidak menderita pada akhir pengamatana + b = Jumlah
mereka yang terpapar pada awal pengamatanc + d = Jumlah mereka yang
tidak terpapar pada awal pengamatan yang diamatiN = Jumlah
populasiRisiko relatif (RR) disebut juga Rasio Insiden Kumulatif
(Cumulatif Incidence Ratio) adalah ukuran yang menunjukkan berapa
kali (lebih besar atau lebih kecil) risiko secara relatif untuk
mengalami kejadian (penyakit atau kematian) pada populasi terpapar
bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar. Perhitungan RR
dapat dilihat pada contoh tabel di atas.Besarnya rate insiden (IR)
umum : Jumlah penderita/jumlah yang diamati (ingat perhitungan
terhadap drop out dan Iain-lain):IR = a + c NBesarnya rate insiden
kelompok terpapar (IRT): Jumlah penderita dari kelompok terpapar/
jumlah semua anggota kohort yang terpapar:IRT =aa+bBesarnya rate
insiden yang tidak terpapar (IRTT ) : Jumlah pen-derita dari
kelompok yang tidak terpapar/jumlah anggota kohort yang tidak
terpapar.IRTT =cc+dBesarnya risk relatif (RR) : Rate insiden yang
terpapar/rate insiden yang tidak terpapar.RR = IRTIRTTNilai RR
menyatakan besarnya risiko (kemungkinan) untuk menderita bagi
mereka yang terpapar dibanding dengan mereka yang tidak terpapar
atau memperlihatkan besarnya pengaruh keterpaparan terhadap
timbulnya penyakit. Risiko relatif merupakan nilai perbandingan
(rasio) antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden
kelompok yang tidak terpapar, pada akhir pengamatan. Bila nilai RR
= 1 artinya tidak ada pengaruh antara keterpaparan dengan kejadian
penyakit. Bila nilai RR > 1 artinya ada pengaruh positif dimana
faktor keterpaparan mempunyai peranan dalam timbulnya kejadian yang
diamati. Makin besar nilai RR, makin besar pula nilai kelipatan
pengaruh tersebut. Sedangkan bila nilai RR < 1, artinya faktor
keterpaparan bukan merupakan risiko kejadian penyakit, tetapi
mempunyai efek pencegahan terjadinya penyakit. Selain nilai risiko
relatit tersebut di atas, dikenal pula nilai perbedaan rate insiden
dari kedua kelompok yang diamati, dan nilai ini disebut risiko
atribut (Attributable Risk). Besarnya risiko atribut (RA) adalah
selisih antara rate insiden kelompok terpapar dengan rate insiden
kelompok yang tidak terpapar.RA =IRT IRTTNilai RA ini menunjukkan
besarnya pengaruh bila faktor keterpaparan dihilangkan atau untuk
melihat besarnya kemungkinan dalam usaha pencegahan penyakit. Kedua
nilai tersebut di atas mempunyai arti tersendiri yaitu risiko
relatif menunjukkan berapa besarnya pengaruh faktor keterpaparan
terhadap kejadian penyakit maupun kematian, sedangkan risiko
atribut mempunyai kepentingan dalam kesehatan masyarakat di mana
frekuensi kejadian dapat diperkirakan pada suatu populasi
tertentu.Untuk menganalisis hasil akhir suatu pengamatan kohort,
harus dianalisis apakah setiap nilai yang diperoleh pada
pengamatan, memenuhi syarat serta betul-betul sesuai dengan
ketentuan penelitian. Di samping itu, nilai yang dicapai harus
memberikan gambaran hubungan penyebab (causality associated) dengan
memperhatikan syarat-syarat yang telah dikemukakan terdahulu.Di
bawah ini diberikan suatu contoh perbandingan antara nilai risiko
relatif dengan risiko atribut antara perokok ringan dengan perokok
berat untuk penyakit kanker paru-paru dengan penyakit jantung
kardiovaskuler.
Sebab KematianAngka Kematian/ 100 per tahunRisiko RelatifRisiko
Atribut
Perokok RinganPerokok Berat
Kanker Paru-paru0.072.2732.432.20
Penyakit Jantung7.329.931.362.61
Dari tabel tersebut tampak bahwa risiko relatit kanker paru-paru
dengan perokok berat sampai 32 kali dan jauh lebih besar bila
dibanding dengan penyakit jantung kardiovaskuler, tetapi resiko
atribut keduanya hampir sama.
D. Kelebihan Dan Kekurangan Studi KohortAda beberapa kelebihan
dari penelitian kohort bila dibanding dengan bentuk penelitian
epidemiologi lainnya;a. Pada prinsipnya, penelitian ini memberikan
gambaran yang cukup lengkap tentang pengaruh dan sifat keterpaparan
(hubungan keterpaparan dengan kejadian penyakit serta sifat
penyakit yang diteliti).b. Memungkinkan mengamati/meneliti pengaruh
efek ganda dari suatu sifat keterpaparan (penyebab) sehingga dapat
memberikan gambaran besarnya pengaruh taktor keterpaparan seperti
halnya pengaruh taktor risiko.c. Memungkinkan perhitungan rate
secara langsung yakni insiden penyakit pada kelompok terpapar dan
tidak terpapar.d. Memungkinkan mencatat berbagai variabel yang
dapat ditemukan/diamati secara jelas dan sistematis.e. Memungkinkan
melakukan quality control (pengawasan kualitas) dalam setiap
pengukuran variabel yang diamati.Namun di lain pihak, penelitian
ini memiliki berbagai keterbatasan pula, antara lain:a. Membutuhkan
jumlah penduduk yang cukup besar untuk pengamatan penyakit yang
jarang terjadi dalam masyarakat (rate insidennya rendah).b.
Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk follow up pengamatan.c.
Kemungkinan pada faktor keterpaparan, sifat karakteristik penduduk
atau jenis kegiatan kelompok yang diamati mengalami perubahan
selama pengamatan, yang dapat menyebabkan hasil akhir kurang
relevan.d. Biaya penelitian umumnya relatif mahal.e. Dalam
pelaksanaan follow up yang cukup lama, berbagai kesulitan dapat
timbul sehingga mengganggu follow up.f. Kontrol terhadap variabel
eksternal/variabel yang tidak diperhitungkan mungkin kurang lengkap
dan mempengaruhi hasil penelitian.g. Dapat menimbulkan masalah
etika oleh karena peneliti membiarkan subyek terkena pajanan yang
dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek.
BAB IVPENUTUPA.KesimpulanPenelitian Kohort adalah rancangan
penelitian epidemiologi analitik observasional yang mempelajari
hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan
kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status
penyakit. Peneitian kohort sendiri dibagi menjadi 2 bentuk yaitu
retrospektif dan prospektif yang dibagi bagi lagi menurut kelompok
pembandingnya.Adapun kelebihan dari penelitian kohort yaitu :1.
Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan
insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.2. Studi
kohort yang baik dalam menerangkan hubungan antara factor-faktor
resiko dengan efek secara temporal.3. Studi kohort merupakan
pilihan terbaik untuk kasus yang bersifat fatal dan progesif.4.
Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus
dari suatu factor resiko tertentu.5. Karena pengamatan dilakukan
secara kontinyu dan longitudinal, studi kohort memiliki kekuatan
yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang makin
meningkat.Namun, kohort juga memiliki kelemahan yaitu :1.
Memerlukan waktu yang lama2. Sarana dan biaya biasanya mahal3.
Sering kali rumit4. Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk
meneliti kasus yang jarang terjadi5. Terancam terjadinya drop out
atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau factor resiko
dapat mengganggu analisis hasil6. Dapat menimbulkan masalah etika
oleh karena peneliti membiarkan subyek terkena pajanan yang
dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek.
DAFTAR PUSTAKA
Aksara Noor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi. Makassar :
Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas HasanuddinAyu, Sanyta.
2010. Desain Penelitian. (Online),
(http://sanytaayu.blogspot.com/2010/12/desain-penelitian.html,
Diakses pada Tanggal 6 Maret 2015)Budiarto, Eko. 2003. Metodologi
Penelitian Kedokteran. Jakarta : Penerbit EGCBudiarto, Eko dan Dewi
Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta:
EGCBudiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh
Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: EGCGordis, Leon. 2004.
Epidemiology. Philadelphia : Elsevier SaundersHikmati, Isna. 2011.
Buku Ajar Epidemiologi. Yogyakarta: Numed Nugrahaeni, Dyah Kunti.
2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: EGC.Nuraini, Siska. 2010.
Penelitian Kohort. (Online),
(http://siskanuraini08.students-blog.undip.ac.id/2010/11/04/penelitian-kohort/,
Diakses pada Tanggal 6 Maret 2015)Sastroasmoro, Sudigdo dkk. 1995.
Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa
22