BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Setelah era efisiensi pada tahun 1950an dan 1960an, era kualitas pada tahun 1970an dan 1980an, serta fleksibilitas dalam tahun 1980an dan 1990an, maka kini kita hidup dalam era inovasi (Janszen,2000). Era inovasi ini muncul karena situasi bisnis saat ini dipengaruhi oleh banyak sekali perubahan yang berjalan cepat dan sulit diramalkan, perubahan perubahan tersebut terutama disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi, terjadinya globalisasi, serta demokratisasi (Business Week,2001:Garvin,2000;Schiro 2000). Beragam inovasi yang mampu dihasilkan oleh Perusahaan dalam rangka bersaing ditengah ketatnya para competitior adalah bentuk konsekuensi logis dari adanya dinamika masalah dan kebutuhan hidup manusia yang selalu hadir dan semakin meningkat. Setiap perusahaan atau organisasi manapun berlomba-lomba untuk memenangkan persaingan global atau minimal mampu bertahan hidup. Usaha yang dilakukan adalah dengan terus menerus melakukan inovasi dalam produk atau jasa yang menjadi kompetensi inti perusahaan, sebagaimana yang dikatakan oleh Josepth Schumpeter bahwa inovasi merupakan: komersialisasi semua kombinasi yang didasari oleh pemanfaatan (1) bahan dan komponen baru, (2) proses baru, (3) pasar baru, dan (4) bentuk organisasi baru (Janszen,2000). Dengan kata lain, menurut definisi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Setelah era efisiensi pada tahun 1950an dan 1960an, era kualitas pada tahun 1970an
dan 1980an, serta fleksibilitas dalam tahun 1980an dan 1990an, maka kini kita hidup
dalam era inovasi (Janszen,2000). Era inovasi ini muncul karena situasi bisnis saat ini
dipengaruhi oleh banyak sekali perubahan yang berjalan cepat dan sulit diramalkan,
perubahan perubahan tersebut terutama disebabkan oleh pesatnya perkembangan
teknologi informasi, terjadinya globalisasi, serta demokratisasi (Business
Week,2001:Garvin,2000;Schiro 2000). Beragam inovasi yang mampu dihasilkan oleh
Perusahaan dalam rangka bersaing ditengah ketatnya para competitior adalah bentuk
konsekuensi logis dari adanya dinamika masalah dan kebutuhan hidup manusia yang
selalu hadir dan semakin meningkat.
Setiap perusahaan atau organisasi manapun berlomba-lomba untuk memenangkan
persaingan global atau minimal mampu bertahan hidup. Usaha yang dilakukan adalah
dengan terus menerus melakukan inovasi dalam produk atau jasa yang menjadi
kompetensi inti perusahaan, sebagaimana yang dikatakan oleh Josepth Schumpeter
bahwa inovasi merupakan: komersialisasi semua kombinasi yang didasari oleh
pemanfaatan (1) bahan dan komponen baru, (2) proses baru, (3) pasar baru, dan (4)
bentuk organisasi baru (Janszen,2000). Dengan kata lain, menurut definisi ini,inovasi
merupakan komposit dari kedua bidang, yaitu bidang teknis dan bidang bisnis. Bila hanya
melibatkan teknologi, maka Schumpeter menamakannya invensi (invention), begitu
bidang bisnis dilibatkan, maka muncul inovasi (innovation).
Untuk melakukan inovasi setiap organisasi memerlukan ide-ide intelektual yang
terus berkembang dari setiap individu pekerjanya. Terdapat 3 (tiga) komponen utama
modal intelektual, yaitu :
1. Human Capital
Meliputi knowledge, skill dan kompetensi individu dalam organisasi . Human capital
adalah milik staf dan manager yang terlibat dalam proses produksi .
2. Customer capital
Nilai yang dimiliki antara perusahaan dengan customernya termasuk loyalitas
customer, jaringan distribusi, brand, licensi dan franchise
1
3. Structural capital
Proses, struktur, sistem informasi dan kepemilikan intelektual yang secara
independent diciptakan oleh manager dan para stafnya.
Dari ke 3 (tiga ) modal tersebut, Human Capital adalah salah satu bentuk modal
intelectual yang harus selalu dijaga dan dimanage oleh setiap perusahaan, sebagaimana
aset organisasi yang dirumuskan dengan 5M (man, money, method, machine, dan
market) dimana Faktor man atau manusia merupakan aset yang paling berharga dalam
penciptaan dan pengelolaan pengetahuan karena pada dasarnya penciptaan knowledge
berasal dari individu. Knowledge yang terdapat dalam organisasi adalah hasil kreasi dari
orang-orang yang berada dalam organisasi tersebut. Tetapi, benarkah semua orang dalam
organisasi merupakan aset organisasi? Thomas A. Stewart dalam bukunya Intelectual
Capital, secara tegas mengatakan yang pekerjaannya berkaitan dengan penambahan
pengetahuan dalam organisasi, yaitu The Stars. (Stewart Membagi karyawan dalam
empat kelompok yaitu: pekerja biasa; pekerja terampil tetapi bukan faktor penentu;
pekerja yang melakukan hal yang dihargai oleh pelanggan tetapi dapat di outsource; dan
the Stars, yaitu orang-orang dengan peran yang tidak tergantikan sebagai individu).
Sebagai contoh kelompok the Stars, salah satunya adalah peneliti. Mereka yang termasuk
kelompok keempatlah yang benar-benar merupakan aset bagi organisasi. Organisasi
perlu memberikan perhatian penuh pada kelompok ini, karena di tangan merekalah masa
depan organisasi. Persoalannya, bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang mereka
miliki, sehingga dapat terakumulasi dan akhirnya menjadi aset organisasi. Disisi lain
Knowledge yang melekat pada anggota suatu organisasi juga perlu diuji, dimutahirkan,
ditransfer, dan diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai Knowledge yang merupakan
konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Knowledge
merupakan aset kunci agar suatu perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan Penciptaan Knowledge tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta,
namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru.
Penciptaaan Knowledge melibatkan perasaan dan system kepercayaan (belief systems)
dimana perasaan atau system kepercayaan itu bisa tidak disadari.
Penciptaan Knowledge dilakukan dengan merancang kerangkanya yang diawali dari
data, informasi, dan knowledge yang telah dimiliki sebelumnya, sedangkan fungsi
organisasi sendiri dalam penciptaan knowledge adalah memberikan dukungan kepada
individu yang ada di dalam organisasi. Individu organisaasi yang memiliki knowledge
2
penting, perlu dijaga dan dikelola agar tidak terbuang percuma, ketika staf/pekerjanya
telah melakukan resign dari perusahaannnya.
Knowledege yang ada dalam individu akan menghasilkan inovasi sebagai produk
berkelanjutaan. Setiap hasil Inovasi akan menghasikan knowledge baru yang akan
digunakan untuk proses penciptaan berkelanjutan dan begitu seterusnya. Berbagai
rujukan mendukung adanya indikasi bahwa inovasi menjadi indicator adanya proses
penciptaaan Knowledge baru di organisasi. Nonaka dan Takeuchi (1995) mengemukakan
bahwa penciptaan Knowledge merupakan esensi dari inovasi: “organizational knowledge
creation is the key to the distinctive ways of Japanese companies innovate. They are
especially good at bringing about innovation continuously ,incrementally,and spirally”.
sebagaimana dikatakan oleh Leibold, bahwa jaringan inovatif serta gerakan knowledge
ekonomi global menambah momentum, sehingga perusahaan-perusahaan menyadari
bahwa persaingan dan metode pengelolaan perusahaan secara strategik berbasis
informasi di abad sebelumnya berubah secara fundamental menuju ke knowledge-based,
dalam mana kolaborasi strategik menjadi penting sebagai mindset dan praktek strategi
bersaing (Leibold et al., 2005).
Saat ini knowledge management (KM) menjadi fokus perhatian dari berbagai
kalangan praktisi maupun akademisi. Organisasi-organisasi telah menyadari bahwa
untuk mampu bersaing dalam kondisi pasar yang berkembang secara cepat, dibutuhkan
pengembangan kompetensi dan knowledge yang ada di dalam organisasi (Orr dan
Persson, 2003). Konsep KM ini menjadi populer karena kompetisi yang kian tajam
dalam memperoleh keunggulan. Ketatnya kompetisi menyadarkan orang bahwa hanya
penguasaan Knowledgelah yang akan menentukan keunggulan suatu organisasi.
Chauhan dan Bontis (2004) serta Kawalek (2004) menyatakan bahwa saat ini
merupakan”knowledge era”, dimana hanya organisasi yang mampu mengelola
knowledge-nya secara optimal saja yang mampu bertahan di lingkungan yang kompetitif.
Menurut Riset Delphi Group menunjukkan Knowledge dalam organisasi tersimpan
dalam struktur antara lain 42 % dipikiran atau otak karyawan, 26 % dokumen kertas, 20
% dokumen elektronik dan 12 % knowledge base elektronik (Bambang setiarso,2009:
hal.8).
Peranan KM di dunia pendidikan sangatlah diperlukan. Terlebih karena pendidikan
merupakan proses transfer nilai – nilai yang didalamnya mencakup knowledge creating
dan knowledge sharing oleh tenaga pendidik agar menghasilkan perubahan skill,
knowledge dan psikomotor peserta didik. Sebuah kegiatan yang sarat knowlege
3
memerlukan pengelolaan knowledge yang konsisten agar knowledge yang ada pada
guru/dosen dapat secara kontinue diperbaharui bahkan ditingkatkan.
Di dunia pendidikan menciptakan lulusan yang dapat langsung bekerja dan di serap
oleh lapangan kerja merupakan tantangan tersendiri. Kelemahan pendidikan yang
berorientasi pada pasar, adalah lemahnya dasar teori mereka dan juga landasan untuk
melakukan pekerjaan ICT di tempat kerja mereka. Alangkah bagusnya apabila ke dua hal
tersebut yaitu kebutuhan pasar dan teori dapat dikuasai. Sehingga lulusannya tidak saja
mampu untuk bekerja berdasar permintaaan tempat kerja tetapi juga dapat berinovasi
dalam pekerjaannya. Hal ini terutama dapat dilakukan apabila mereka juga menguasai
teorinya dan dapat dilakukan bertahap apabila dosan dan staf mulai mengelola
knowledge dosen dan staf mereka. Sebagai individual dosen dan staf, maka mereka harus
dirangsang (encourage) untuk mau melakukan apa yang sekarang sedang diminati yaitu
pembelajaran (learning) dan pembelajaran akan terjadi melalui praktek,misalnya masuk
sebagai anggota komunitas ICT atau diskusi dengan para ahli di luar negeri melalui
internet. Hasil diskusi dan pembelajaran tersebut harus dishare (dibagi) dengan dosen
lainnya. Sehingga terjadilah suatu mekanisme yang disebut sharing knowledge. Semua
itu harus pula terdokumentasi, sehingga apabila terjadi regenerasi dari dosen atau
struktural dapat dilacak perubahan apa yang terjadi di lembaga terebut Sehingga
knowledge dari setiap dosen atau pakar dapat menjadi knowledge dari sebagai institusi.
Knowledge secara bersamaan merupakan kecanggihan yang tinggi (baik tacit maupun
explicit) dan tersebar di tangan dan pikiran banyak orang yang tidak mudah diproduksi
atau ditangkap dari dalam institusi. Dengan demikian lembaga dapat berkembang
sebagai suatu tempat yang berbasis learning dengan mempelajari baik pasar maupun ICT
di dunia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep Knowledge Management (KM) itu?
2. Bagaimana bentuk Knowledge Managememt dalam Learning Organization?
3. Bagaiman strategi dan implementasi mewujudkan KM dalam rangka meningkatkan
inovasi organisasi?
4
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memberikan penjelasan dan menggali secara komprehensif konsep
Knowledge Manaement (KM) itu?
2. Untuk mengetahui peranan Knowledge Managememt dalam Learning Organization?
3. Untuk mengetahui strategy dan implementasi mewujudkan KM dalam rangka
meningkatkan inovasi organisasi?
5
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Definisi Knowledge
Isu keorganisasian saat ini mencakup critical task, sense of mission dan autonomy ;
serta perspektif analitis organisasi, yakni operator, manajer dan eksekutif. Sinergisitas
antara ketiga pelaku organisasi, diharapkan mampu menjawab tantangan perubahan
kedepan dan mencapai keunggulan kompetitif organisasi. Tuntutan perubahan secara
tidak langsung memaksa setiap organisasi untuk meninggalkan paradigma resource-based
competitivenesss, dan mulai untuk mempergunakan paradigma knowledge-based
competitiveness (Yuliazmi 2005), yaitu meninggalkan tumpuan yang berpusat pada
keunggulan sumber daya dan lokasi menuju tumpuan baru berupa pengelolaan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sumber daya pengetahuan.
Dalam organisasi, knowledge diperoleh dari individu-individu atau kelompok orang-
orang yang mempunyai knowledge, atau kadang kala dalam rutinitas organisasi.
Knowledge diperoleh melalui media yang terstruktur seperti: buku dan dokumen,
hubungan orang-ke-orang yang berkisar dari pembicaraan ringan hingga ilmiah. Davidson
dan Voss (2003 ) mengatakan bahwa sebenarnya mengelola knowledge merupakan cara
organisasi mengelola karyawan mereka dan berapa lama mereka menghabiskan waktu
untuk menggunakan teknologi informasi. Sebenarnya menurut mereka ,”Knowledge
Management” adalah bagaimana orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda mulai
saling bicara. Oleh karena itu, yang sekarang populer untuk digunakan adalah label
informasi ekonomi seperti: e-commerce, learning organization, dsb.
Knowledge sering didefinisikan sebagai "keyakinan dan kebenaran pribadi". Ada
banyak taksonomi yang menentukan berbagai macam Knowledge. Para ahli dibidang
informasi menyebutkan bahwa informasi adalah Knowledge yang disajikan kepada
seseorang dalam bentuk yang dapat dipahami; atau data yang telah diproses atau ditata
untuk menyajikan fakta yang mengandung arti. Sedangkan Knowledge berasal dari
informasi yang relevan yang diserap dan dipadukan dalam pikiran seseorang. Knowledge
juga berkaitan dengan apa yang diketahui dan dipahami oleh seseorang. Informasi
cenderung nyata, sedangkan Knowledge adalah informasi yang diinterpretasikan dan
diintegrasikan.
Sebelum muncul Knowledge Management (KM), pembedaan antara data, informasi,
knowledge dan wisdom tidak begitu menyita perhatian para praktisi bisnis, walaupun
6
sebenarnya proses distilasi data menjadi informasi dan informasi menjadi knowledge
sudah menjadi bagian rutinitas mereka. Pembedaan data, informasi, kowledge dan wisdom
menjadi penting dalam KM, karena ketidakjelasan pembedaan potensial menimbulkan
inefisiensi dan kesalahan dalam penerapan KM, karena ada kemungkinan suatu organisasi
menyatakan telah menerapkan KM, tetapi pada kenyataannya yang terjadi baru sampai
kepada tahapan data atau informasi
Menurut Whitten. Beda data, Informasi dan Pengetahuan adalah bahwa informasi
adalah data yang telah diproses atau diorganisasi ulang menjadi bentuk yang berarti.
Informasi dibentuk dari kombinasi data yang diharapkan memiliki arti ke penerima.
Sedangkan Knowledge adalah data dan information yang disaring lebih jauh berdasarkan
fakta, kebenaran, kepercayaan, penilaian, pengalaman dan keahlian si penerima.
Sedangkan Bryan Bergeron, memberikan perbedaan istilah data, informasi,
metadata, knowledge, understanding dan wisdom sebagai berikut :
1. Data adalah bilangan-bilangan. Ia terdiri dari bentuk kuantitatif atau atribut lain
yang diperoleh dari observasi, experiment atau calculation. Contoh : (temperatur
pasien:1020F ; Pulse:109 beat perminute; Age : 75). Tiwana (2000) dalam bukunya
Knowledge Management Toolkit, memberikan ilustrasi yang sangat jelas tentang
makna data yang merupakan kumpulan dari transaksi – transaksi . Ilustrasinya
sesudah diadaptasi adalah sebagai berikut: ketika anda keluar dari toko, maka setiap
transaksi pda cash register akan menambah lapisan data pada basis data toko tersebut.
Setiap rekaman transaksi akan memberi deskripsi tentang: produk apa yang dibeli,
kapan dan jumlahnya berapa. Rekaman transaksi itu tidak menjelaskan kepada
pemilik toko alasan anda membeli produk tersebut, memilih merek tertentu,
jumlahnya dan mengapa anda berbelanja saat itu.
2. Informasi adalah data dalam konteksnya. Informasi adalah sebuah kumpulan data
dan perencanaan yang disatukan, interpretasi dan material teks lainnya yang
memperhatikn objec yang khusus, kejadian atau proses. Misalkan: “Deman akan
terjadi jika suhu tubuh melebih 1000 F, ; “tachyardia” is a pulse greater than 100 beats
per minute; “elderly” is someone with an age greater than 75. Proses perubahan data
menjadi informasi menurut Davenport dalam buku Paul L. Tobing dilakukan melalui
beberapa tahap:
a. Contextualized: memahami manfaaat data yang dikumpulkan
b. Categorized: memahami unit analisis atau komponen kunci dari data
c. Calculated: menganalisis data secara matematik atau secara statistik
7
d. Corected: menghilangkan kesalahan dari data
e. Condensed: meringkas data dalam bentuk yang lebih singkat dan jelas
Contoh kasusnya adalah, Jika kita ingin mendapat informasi dari data transaksi
toko tersebut, kita harus memulai dari konteks, untuk apa kita mengumpulkan
data tersebut?. Misalkan konteksnya adalah untuk melihat jam-jam berapa atau
hari apa saja terjadinya puncak penjualan. Maka kita mulai melakukan
kategorisasi, baik itu berdasarkan waktu, volume, jenis barang dan hasil
penjualan (rupiah). Kemdian berdasarkan metode statistik digambarkan berbagai
pola yang mungkin muncul. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan
dan menghilangkan anomali anomali atau data yang tidak relevan yang muncul
seperti data penjualan pada hari libur, sehingga diperoleh gambaran yang
konsisten. Langkah terakhir adalah meringka hasil tperhitungan statistik yang
sudah dilakukan, antara lain dengan menyimpulkan bahwa puncak penjualan
terjadi antara pukul 12.00 s/d 13.00, jenis produk yang paling banyak terjual
adalah minuman ringan merk tertentu dan keimpulan lainnya.
3. Metadata adalah data tentang informasi. metada termasuk kumpulan deskriptif
dan kategori level tinggi dari data dan informasi, lebih jelasnya lagi meta data
adalah informasi tentang contect dalam mana informsi itu digunakan.contohnya
adalah Kombinasi dari “demam” dan “tachycardia” dalam usia senja dapat
mengancam kehidupan.
4. Knowledge adalah informasi yang dikelola, disusun, disintesa atau disimpulkan
secara komprehensif, disadari atau dipahami. Lebih jelasnya, knowledge adalah
kombinasi meta data dan sebuah konteks yang disadari ketika meta data dapat
diaplikasikan secara sukses. Contoh : dari informasi dan data yang ada, pasien
kemungkinan memiliki Kasus flu yang serius
Sedangkan Davenport dan Prusak memberikan metode mengubah informasi
menjadi Knowledge melalui kegiatan yang dimulai dengan huruf C: comparation,
consequences, connections, dan conversation.
a. Comparison: membandingkan informasi pada situasi tertentu dengan situasi-
situasi lain yang telah diketahui
b. Onsequences: menemukan implikasi-implikasi dari informasi yang bermanfaat
untuk pengambilan keputusan dan tindakan
c. Connections: menemukan hubungan-hubungan bagian-bagian kecil dari
informasi dengan hal-hal lainnya.
8
d. Conversations: membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang lain
terkait informasi tersebut.
Melanjutkan contoh kasus pada butir b, ketika pengelola toko menerima
informasi berupa “puncak jam paling sibuk” dan “jenis produk paling laku pada
jam paling sibuk”, pengelola toko lalu memproes informasi itu dengan melakukan
komparasi, konsekuensi, koneksi dan mungkin diskusi/konversasi dengan para
penjaga tokonya. Selanjutnya pengelola toko menyimpulkan informasi terebut
sebagai hal yang perlu ditindak lanjuti atau sudh berupa knowledge. Ia lalu
memutuskan bahwa semua karyawan toko harus berada di toko antara pukul 12.00
s/d 13.00 untuk melayani pembeli, menyesuaikan jam istirahat karyawan,
memastikan tersedianya suplai minuman ringan merk tertetu dan menambah
produk minuman ringan merk lain yang diperkirakan juga akan diminati oleh
pembeli pada jam-jam tersebut.
5. Understanding adalah ide yang komplek dan jelas dari bentuk awal, yang significan
atau untuk menjelaskan sesuatu. ini adalah wujud personal, kekuatan dari dalam
untuk menjelaskan pengalamannya secara intelektual melalui keterhubungan
pengetahuan dan konsep-konsep yang diperluas. Contoh: dari data-data dan informasi
yang ditemukan, pasien harus dikirim ke Rumah sakit ASAP dan terancam penyakit
flu.
Adapun hierarkinya dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar Hierarki Knowledge Management
9
6. Wisdom: evaluasi dari understanding
Menurut Xioming Cong dan Kaushik V Pandya (2003) yang mengatakan
bahwa wisdom merupakan pemanfaatan dari knowledge yang telah
diakumulasikan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Davenport dan Prusak
(1998) knowledge sebagian besar ditarik dari pengalaman, yang akan
menghasilkan soud judgement dan wisdom, sehingga wisdom merupakan
knowledge yang digunakan dalam membuat keputusan-keputusan yang
menyangkut masa depan. Lebih jelasnya Acroff memberikan karakteristik wisdom
sebagai berikut:
a. Wisdom merupakan tingkat pemahaman dan kesadaran (counsciousness)
yang tertinggi dari manusia
b. Wisdom merupakan jawaban terhadap permasalaha n manusia yag dalam
periode waktu tertentu belum terjawab.
c. Wisdom berada dalam jiwa (soul) dan pikiran (mind) yang hanya dimiliki
oleh manusia. Soul merupakan bagian yang bersifat ilahi/spiritual dari
manusia yang tidak dimiliki oleh ciptaan yang lain.
d. Wisdom mengandung etika dan moral.
Ackoff mengindikasikan bahwa empat kategori konten yang pertama
berhubungan dengan masa lalu; keempat kategori tersebut berurusan dengan apa
yang telah terjadi dan apa yang telah diketahui. Sedangkan kategori konten yang
kelima, wisdom berkaitan dan berurusan dengan masa depan, dimana visi dan
rancangan dimasukkan sebagai bagian dari wisdom. Dengan wisdom , manusia
tidak hanya memahami masa kini dan masa lalu, tetapi manusia akan mampu
merencanakan masa depannya. Transisi dari data ke wisdom tersebut
digambarkan dalam bentuk hyrarki DIKW (Data, informasi, Knowledge, dan
Wisdom). Understanding mendukung transisi tersebut namun tidak merupakan
level tersendiri dalam DIKW.
10
Gambar Keterkaitan Wisdom dengan Komponen Knowledge Lainnya
B. Siklus Knowledge
Polanyi seorang ahli kimia merupakan orang pertama yang memperkenalkan
bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yaitu: tacit knowledge dan explicit knowledge dan
Knowledge dapat dipahami sebagai aset individu atau organisasi yang bersifat tacit
maupun explicit (Hansen dan Avital, 2005). Ada banyak taksonomi yang menentukan
berbagai macam Knowledge. Perbedaan yang paling mendasar adalah antara Knowledge
" Tacit" dan "Eksplisit":
1. Explicit Knowledge
Knowledge yang dapat atau sudah terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau bentuk
berwujud lainnya sehingga dapat dengan mudah ditransfer dan didistribusikan
dengan menggunakan berbagai media. Knowledge eksplisit ada dalam bentuk kata-
kata, kalimat, dokumen, data yang terorganisir, program komputer dan dalam bentuk
eksplisit lainnya Bentuk Knowledge sudah terdokumentasi/dimanfaatkan serta
ditransfer ke pihak lain. Contohnya antara lain: buku, koran, majalah, rekaman dialog
dan multimedia based learning (tape/ kaset, video dan media pembelajaran lainnya).
Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu forum tanya jawab pada milis dan
penulisan artikel di blog maupun di website, Lecture note atau bahan kuliah, yang
keseluruhannya adalah bentuk dari Explicit Knowledge yang telah
terdokumentasikan, mudah dimodifikasi dan diartikulasikan serta bersifat objektif.
11
2. Tacit Knowledge
Tacit knowledge adalah knowledge yang belum terdokumentasikan dan melekat di
dalam diri seseorang, tidak mudah untuk diungkapkan dan bersifat subjektif (Nonaka
dan Takeuchi, 1995, Nonaka dan Konno, 1998; Akamavi dan Kimble, 2005; Tobing,
2007). Tacit knowledge merupakan knowledge yang diam didalam benak manusia
dalam bentuk instuisi, judgemenet, skill, values dan belief yang sangat sulit
diformulasikan dan dishare dengan orang lain. Konsep tacit Knowledge, merupakan
masalah mendasar dari KM untuk menjelaskan tacit Knowledge dan kemudian
membuatnya tersedia untuk digunakan oleh orang lain melalui usaha yang tidak
kenal lelah, dan kurang dimanfaatkan karena "organisasi tidak tahu apa itu
knowledge" (O'Dell dan Grayson, 1998). Knowledge yang berbentuk know how,
pengalaman, skill, pemahaman, maupun rules of thumb. Tacit knowledge ini kadang
susah kita ungkapkan atau kita tulis, karena knowledge tersebut tersimpan pada
masing-masing pikiran (otak) para individu dalam organisasi sesuai dengan
kompetensinya. Contohnya, seorang koki hebat kadang ketika menulis resep
masakan, terpaksa menggunakan ungkapan “garam secukupnya” atau “gula
secukupnya”. Soalnya memang dia sendiri tidak pernah mengukur berapa gram itu
garam dan gula, semua menggunakan knowhow dan pengalaman selama puluhan
tahun memasak.
Kedua jenis (Tacit dan Explicit) Knowledge tersebut oleh Nonaka dan Takeuci
(1995) dapat dikonversi melalui empat proses konversi, yaitu: Sosialisasi, Ekternalisasi,
Kombinasi dan Internalisasi.. Keempat jenis pros konversi ini disebut SECI Process
(S=Socialization; E=Externaliation; C=Combination, dan I= Internalization). Profesor
Nonaka menyatakan bahwa proses penciptaan knowledge orgaisasi terjadi karena
adanya interaksi (konversi) antara tacit knowledge dan explicit knowledge.
1. Sosialization
Yaitu : proses sharing yang diciptakan berdasarkan interaksi dan pengalaman
langsung, hal ini menyebakan terjadinya transfer tacit knowledge ke tacit
knowledge. Contohnya seperti: percakapan baik dalam pertemuan tatap muka
(rapat, diskusi dan permuan bulanan) bagi SDM di orgamniasi. Melalui pertemuan
tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman yang
dimilikanya sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka. Rapat dan diskusi yang
dilakukan secara berkala harus memiliki notulen rapat. Notulen rapat ini kemudian
menjadi bentuk eksplisit (dokumentasi) dari knowledge. Proses sosialisasi
12
merupakan perubahan pengetahuan dari tacit knowledge ke tacit knowledge. Proses
sosialisasi dapat dilakukan melalui pertemuan tatap muka seperti rapat, diskusi,
pertemuan bulanan, pendidikan dan pelatihan (training) dengan mengubah tacit
trainier menjadi tacit knowledge para karyawan. Sementara untuk proses
eksternalisasi merupakan perubahan pengetahuan dari tacit knowledge ke explicit
knowledge.
Di dalam sistem KM yang akan dikembangkan, fitur-fitur
colaboration, seperti email, diskusi elektronik, komunitas praktis (communities of
Doktor/Sp-2. Ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dosen masih perlu
ditingkatkan lagi terutama yang berpendidikan S1/Diploma yang jumlah lebih dari
50%, dan yang berpendidikan S3 baru 6,5%. Adapun dari indikator lain yang
bermakna perlu peningkatan kualitas knowledge worker di Perguruan Tinggi dapat
dilihat dari jabatan akademik para Dosen. Jumlah Dosen yang belum mempunyai
jenjang kepangkatan akademik mencapai separuh jumlah dosen yang terdaftar di
DIKTI yaitu 137.384 orang (53.36%). Secara nasional mereka yang mempunyai
jabatan akademik Guru Besar relatif sangat sedikit yakni hanya 4.915 (1,91%).
Dalam rangka meningkatkan capaian MP3EI maka peran Perguruan Tinggi harus
makin ditingkatkan dengan cara menciptakan sebuah ekosistem learning
organization yang mampu mendorong para knowledge worker yaitu para dosen
produktif untuk menulis dan meneliti yang terdiri dari : a) organizational learning
yaitu pembelajaran keorganisasian dari k-worker sesuai dengan levelnya masing –
masing (tingkat pendidikan dan jenjang jabatan akademiknya), b) learning at work
pembelajaran yang dilakukan di tempat kerja (on the job) dengan memandang
pembelajaran dan pengetahuan sebagai kontek terikat (context-dependent) yang harus
diterapkan di tempat kerja. Contohnya dengan meningkatkan kualitas belajar
mengajar, meningkatkan resource pembelajaran dan up grade keahlian yang dimiliki
para dosen serta mengaplikasikannya di dalam penelitian dan pengabdian
masyarakat, sebagai bentuk kontribusi k-worker terhadap lingkungannya. Selanjutnya
c) learning climate yaitu Perguruan Tinggi memfasilitasi pembelajaran para dosen
sehingga mampu mencreate climate learning dan academic atsmosfere yang tinggi.
Seperti akses internet wifi, akses berlangganan jurnal nasional maupun internasional,
laptop, printer, teleconference, memfasilitasi pembuatan buku ajar dan lain-lain.
67
Terakhir adalah membentuk Learning Structure, menurut Ortenblad (2004) adalah
pembelajaran terus menerus yang dilakukan oleh organisasi sampai muncul
kepermukaan bahwa pembelajaran tersebut telah berkembang dan bertahan secara
fleksibel dan menjadi outcome bagi organisasi. Dari proses ini akan menciptakan
ikllim yang baik bagi k-worker sehingga menjadi dosen-dosen yang handal untuk
mencetak generasi unggul di Indonesia.
2. Aktualisasi Peran Knowledge Leader
Kinerja Knowledge Worker tidak terlepas dari kepemimpinan Knowledge Leader
yaitu orang yang membuat dan menggunakan pengetahuan untuk meningkatkan
professional mereka sendiri maupun efektivitas organisasi yang dipimpinnya.
Selanjutnya menurut Debowski (2006) pemimpin pengetahuan memiliki peran
memberikan visi strategis, memotivasi orang lain, berkomunikasi secara efektif,
bertindak sebagai agen perubahan, pelatih orang lain disekitarnya, memberikan
model praktik-praktik yang baik dan melaksanakan agenda pengetahuan. Dalam
Perguruan Tinggi yang menjadi Knowledge Leader mulai dari yang terendah adalah
Ketua Program Studi, Dekan, dan Para Pembantu Rektor serta Rektor sebagai Top
Leadernya. Para pemimpin pengetahuan di Perguruan Tinggi perlu memahami fakta
bahwa kekuasaan berasal dari kepemilikan pengetahuan khusus serta memfasilitasi
dalam mempengaruhi pekerja pengetahuan (Macneil,2003). Pemimpin yang
mendorong rangsangan intelektual ditemukan memiliki dampak positif pada
perolehan pengetahuan (Politis, 2001 dan 2002), berbagi pengetahuan (Chen, 2004).
Hal ini lebih didukung oleh temuan-temuan yang menyatakan hubungan positif
antara kekuasaan pemimpin yang memiliki keahlian. Sharmila et al (2010)
mendefinisikan Pemimpin Pengetahuan yaitu kemampuan pemimpin yang harus
mampu mempengaruhi dan meyakinkan manajemen puncak dan pekerja pengetahuan
yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi untuk proses dinamis dari
penciptaan, berbagi dan aplikasi pengetahuan.
Adapun kerangka yang dibuat oleh Sharmila (2010) adalah seperti pada Gambar
berikut ini :
68
Gambar . Leadership Behavior For Knowledge Leaders
Sumber : Sharmila et al (2010)
Implementasi knowledge management di lingkungan Perguruan Tinggi dapat dalam
bentuk :
1) Proses mengkoleksi, mengorganisasikan, mengklasifikasi, dan menyebarkan
informasi/pengetahuan ke seluruh unit di organisasi agar informasi/pengetahuan
itu berguna bagi siapa yang memerlukannya;
2) Kebijakan, prosedur dan teknologi yang dipakai untuk mengoperasikan
pangkalan data yang terhubungkan dalam jaringan intranet agar tetap up to date;
3) Menggunakan teknologi informasi untuk menangkap pengetahuan yang terdapat
didalam pikiran para peneliti, dosen sehingga pengetahuan itu bisa secara mudah
dipakai bersama. KM bertujuan mengumpulkan pengetahuan yang benar-benar
diperlukan oleh peneliti atau dosen di dalam sebuah tempat penyimpanan
terpusat (server besar), dan membuang informasi atau pengetahuan yang tidak
perlu;
4) Memastikan adanya lingkungan yang lengkap untuk pengembangan
penggunaan expert systems;
Dimensi dari knowledge leader yang mempengaruhi pekerja pengetahuan dalam
mengadopsi praktek-praktek manajemen pengetahuan yaitu :
a. Intelectual Stimulator
Bagi pemimpin pengetahuan mempengaruhi pekerja pengetahuan memerlukan
keahlian khusus untuk memimpin melalui kekuatan intelektual, keyakinan,
persuasi dan dialog interaktif (Sharmila et.al 2010). Pemimpin yang memiliki
69
keahlian dapat merangkap peran sebagai trainer atau expert pengetahuan untuk
membantu para pekerja pengetahuan belajar bagaimana membuat dan
memanfaatkan pengetahuan melalui pengalaman yang dipandu (Ammar, 2002).
Pemimpin ahli di perguruan tinggi dapat menginformasikan pekerja pengetahuan
yaitu dosen apa yang mereka kurang mengerti dan merangsang perdebatan yang
sehat yang mengarah pada penciptaaan pengetahuan di lingkungannya.
b. People Person
Pada hakekatnya pekerja pengetahuan yang sudah matang dan independen seperti
di perguruan tinggi tidak begitu memerlukan seorang pemimpin yang selalu
mengontrol kegiatan mereka seperti pekerja di pabrik. Sebaliknya, mereka ingin
para pemimpin mereka untuk menjadi contoh, bukan hanya sekedar memberi
contoh. Seperti yang dikatakan oleh Yukl (2006) people person mengacu pada
para pemimpin yang berorientasi hubungan, disukai, dihormati dan dianggap
layak untuk ditiru dan diteladani. Kepemimpinan yang efektif dikaitkan dengan
individu sangat menampilkan kualitas. Sehingga people person di
perguruan tinggi bermakna pemimpin yang menampilkan kualitas kepribadian
(memenuhi janji, keterbukaan, kejujuran, kebijaksanaan, konsistensi dan
integritas) akan menjadi pantuan untuk dan dapat ditiru oleh anak buahnya (dosen
maupun tenaga adminstrasi) yang kemudian mempengaruhi mereka untuk
senantiasa aktif menciptakan pengetahuan ataupun berinovasi dengan pengetahuan
baru.
c. Reinforcer
Reinforcer dalah kondisi dimana pemimpin pengetahuan dapat memberikan
penghargaan baik berupa imbalan moneter (misalnya insentif dan bonus) atau
yang intangible seperti penghargaan berupa tugas-tuga yang menantang, promosi,
pengakuan social, pujian dan penghargaan yang mempengaruhi pekerja
pengetahuan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa pemberian hadiah sebagai motivator
yang sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku dan komitmen pekerja
pengetahuan (Sharmila et al, 2009). Perlu juga dipertimbangkan dalam Perguruan
Tinggi yaitu menjaga keseimbangan kehidupan kerja, diikuti oleh pengakuan
karir, prestasi professional, renumerasi, prospek perkembagan karir, dan
tantangan intelektual, pemanfaatan tenaga kerja, hubungan rekan kerja dan
pertumbuhan pribadi diprediksi mampu menguatkan komitmen para Dosen.
70
d. Disciplinarian Not
Dalam organisasi berbasis pengetahuan, penggunaan kekuatan dan
kekuasaan oleh pemimpin dengan cara formal akan berdampak efek negatif
sehingga knowledge worker menjadi kurang puas dan tidak berkomitmen kepada
organisasinya bahkan mereka bisa bersikap apatis.
Sehingga menurut Politis (2005), tindakan mengontrol dan menegur pekerja
dengan penggunaan kekuasaan dan status formal dianggap sebagai
penghalang untuk praktek-praktek manajemen pengetahuan seperti akusisi
pengetahuan. Sedangkan menurut Jong & Hartog (2007) akan menghalangi
transfer pengetahuan dan penerapan pengetahuan. Pada akhirnya untuk
mempromosikan sebuah ide dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan, para
pemimpin pengetahuan diharapkan mendelegasikan dan mengadopsi langkah-
langkah konsultatif, bukan menggunakan cara-cara yang berlebihan dalam
pemantauan kinerja bawahannya.
e. Flexible Gatekeeper
Dosen membutuhkan informasi tentang kebutuhan dan pengembangan dirinya
dalam lingkungan kerja di Perguruan Tinggi untuk memproses dan menciptakan
pengetahuan yang berharga serta merangsang penyebaran informasi diantara
mereka sehingga ide-ide kreatif dan kebaharuan akan muncul. Oleh karena itu
menurut Sharmila et al (2010) perilaku ini paling tepat digambarkan sebagai
“Gatekeeper”, mereka memegang kunci sumber informasi dan mereka memegang
kekuasaan untuk mengendalikan ketersediaan an keakuratan informasi dengan
kata pemegang kekuatan informasi.
Pemimpin pengetahuan bisa menggunakan mekanisme untuk memfasilitasi
kemudahan akses pengetahuan yang dilindungi seperti penggunaan password
untuk memungkinkan akses yang berwenang. Ini membawa dimensi bahwa
“Fleksibel Gatekeeper” sebagai orang yang lebih fleksibel atas akses informasi
dan memfasiitasi penyebaran informasi kepada para pekerja pengetahuan.
f. Networker
Para pemimpin pengetahuan harus semakin berfokus pada organisasi dan
membentuk para pekerja pengetahuan untuk menampilkan perilaku yang
berstandar terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sehingga para pemimpin
pengetahuan harus mencari, memenuhi kebutuhan, keinginan tahuan, merangsang
71
kecerdasan, mengakui prestasi dan memasok para pekerja pengetahuan dengan
semua sumber daya (misalnya jaringan dan informasi).
Riset di Perguruan Tinggi adalah bagian dari upaya akademik untuk menemukan
solusi ilmiah bagi persoalan-persoalan manusia atau proses penciptaan
pengetahuan baru. Menurut Setiarso (2006) proses penelitian dan pengembangan
suatu ilmu dan teknologi tidak dapat dilepaskan dari kondisi tiga elemen dasarnya,
yakni (1) komunitas ilmuwan dan teknologi itu sendiri, (2) sistem ilmu dan
teknologi yang berkaitan dengan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya
tempat ilmu dan teknologi itu berkembang, serta (3) organisasi yang menjadi
semacam katalis bagi komunitas untuk tumbuh kembang di dalam sistem yang
lebih luas.
72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Knowledge Manajemen adalah suatu disiplin yang memperlakukan modal aset
intelektual yang dikelola sebab menurutnya konsep manajemen nnowledge
(knowledge management) pada dasarnya adalah berkembang dari kenyataan bahwa
dimasa sekarang dan dimasa depan, aset utama sebuah organisasi agar mampu
berkompetisi adalah aset intelektual atau knowledge bukan aset kapital.
2. Proses knowledge manajemen dimulai dari penciptaan pengetahuan, akuisisi
pengetahuan, dan transfer pengetahuan serta penggunaan kembali.
3. Membangun knowledge manajemen untuk membangun inovasi organisasi dalam
proses penciptaan pengetahuan hingga transfer dan penggunaan kembli diperlukan
penyesuaian strategi dalam organisasi baik perubahan struktur, penguatan sumber
daya manusia, dan penyediaan fasilitas untuk menjadi organisasi yang unggul.
B. Saran
1. Praktik yang dikembangkan dalam knowledge managemen di bidang pendidikan
masih berupa data dan informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan belum
sampai pada pengembangan inovasi organisasi.
2. Membangun sistem informasi knowledge yang memadai sebagai modal utama dalam
kemudahan akses pengetahuan secara eksplisit.
73
DAFTAR PUSTAKA
Bargeron, Bryan, (2003) , Essensial of Knowledge Management, United state amerika
Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman , (2014) Jurnal hubungan knowledge sharing behavior dan individual innovation capability , Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung
Rossi S Wahyuni , Marti Riastuti, Jurnal : implementasi knowledge management di perguruan tinggi Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Universitas Gunadarma - Depok 20-21 Oktober 2009 Vol.3 Oktober 2009 , ISSN: 1858-2559
Setiarso, Bambang, (2009), Penerapan Knowledge Management Pada Organisasi,
Yogyakarta, Penerbit : Graha Ilmu,
Tobing, Paul (2007 ), Knowledge Manajemen, Konsep, Arsitektur dan Implementasi, Yogyakarta, Penerbit :Graha Ilmu
Sangkala (2007), Knowledge Management: Suatu Pengantar memahami bagaimana organisasi mengelola pengetahuan sehingga menjadi orgaisasi yang unggul, Jakarta : Rajagrafindo Persada
Reniati, SE.,M.Si, (2009) Jurnal praktek knowledge management pada perguruan tinggi melalui knowledge worker dan knowledge leader berbasis strategi MP3EI (sebuah critical review), Jurusan Manajemen-Fakultas Ekonomi-Universitas Bangka Belitung
William R. King , Journal Knowledge Management and Organizational Learning