Top Banner

of 14

Kliping Seni Budaya

Jul 18, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Kliping Seni Budaya Aneka Batik Indonesia

Di Susun Oleh

:

Bayu Prasetyo Aji XI TKR 2 / 11 SMK N 7 (STM Pembangunan) Semarang Tahun Ajaran 2011 / 2012

Kata Pengantar Kliping aneka batik Indonesia ini di rancang dan di susun untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan utama adalah untuk memenuhi tugas-tugas yang telah di berikan oleh guru pengampu dan membantu penuntasan nilai-nilai yang belum tercapai. Dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut, penulis mencoba membuat pemikiran dari beberapa sumber informasi, media masa, dan internet. Tentu saja kliping ini belum sepenuhnya dapat menuntaskan semua progam studi yang di ampu. Akhirnya, saya menanti kritik, saran, dan pesan baik dari para guru pendamping maupun para pembaca sekalian untuk menyempurnakan kliping ini di kemudian hari. Semoga kliping in ibisa bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Semarang, awal Februari 2012

Bayu Prasetyo Aji

BAB I URAIAN

Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motifmotif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009.

B

atik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain.

Etimologi batik sendiri adalah kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik".

Sejarah Tekhnik Batik

S

eni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi

yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik. G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal. Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar

sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik. Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.

Batik tulis

BAB II PEMBAHASANBudaya Batik

B

atik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata

pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

Corak Batik

R

agam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai

pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warnawarna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Batik Cirebon

Pembuatan Batik Secara umum proses pembuatan batik melalui 3 tahapan yaitu pewarnaan, pemberian malam(lilin) pada kain dan pelepasan lilin dari kain. Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap berwarna putih sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan proses batik tulis dengan canting tangan atau dengan proses cap. Pada bagian kain yang diberi malam maka proses pewarnaan pada batik tidak dapat masuk karena tertutup oleh malam (wax resist). Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai keinginan, berapa warna yang diinginkan. Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam dilunturkan dengan proses pemanasan. Batik yang telah jadi direbus hingga malam menjadi leleh dan terlepas dari air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur.

Mlorot dan Pewarnaan

Batik tulis dengan canting

Jenis-jenis Batik Menurut teknik

Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Menurut asal pembuatan1. Batik Jawa batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motifmotif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.

Batik Tiga Negeri

Batik Jawa Hokokai 1942-1945

Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh Eropa

Batik Buketan

Batik Lasem 2. Batik Bali Bali menyimpan potensi motif dan desain lokal. Puluhan desain batik khas Bali telah lahir yang biasanya dikawinkan dengan motif batik yang ada dari berbagai wilayah di Tanah Air dan pengaruh motif China.

3. Batik Pekalongan Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibanding dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama dengan batik Solo atau Yogya, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai

kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani, dan kombinasi yang dinamis. Motif yang paling populer di dan terkenal dari pekalongan adalah motif batik Jlamprang. Batik Pekalongan banyak dipasarkan hingga ke daerah luar jawa, diantaranya Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Minahasa, hingga Makassar. Biasanya pedagang batik di daerah ini memesan motif yang sesuai dengan selera dan adat daerah masing-masing. Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan jaman . Misalnya pada waktu penjajahan Jepang, maka lahir batik dengan namaBatik Jawa Hokokai,yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada umumnya batik jawa hokokai ini merupakan batik pagi-sore. Pada tahun enampuluhan juga diciptakan batik dengan nama tritura. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif SBY yaitu motif batik yang mirip dengankain tenun ikat atau songket. Motif yang cukup populer akhir-akhir ini adalah motif Tsunami. Memang orang Pekalongan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.

Batik Jlamprang Jepara

4. Batik Solo Batik Solo dikenal memiliki berbagai macam jenis corak. Namun, kebanyakan orang tidak memusingkan corak apa yang mana dalam hal batik. Bagi mereka, semua batik tampak sama, asalkan berwarna cokelat dan bermotif batik. Bagi orang-orang yang lebih teliti dan khususnya menggemari batik, mereka tahu bahwa jenis batik beragam, berdasarkan wilayah penyebarannnya, teknik pembuatannya, serta pola dan corak yang digunakan. Untuk wilayah penyebarannya, wilayah batik yang terkenal tentu saja Solo dan Yogyakarta, sehingga kemudian dikenal istilah batik Solo dan batik Yogyakarta. Sedangkan untuk teknik pembuatannya, dikenal teknik batik cap dan batik tulis. Untuk urusan pola dan corak, batik memiliki berbagai macam jenis pola dengan berbagai macam nama, yang dikenal dengan berbagai sebutan yang berbeda antara batik Surakarta dan batik Yogyakarta. Tiap pola dan corak melambangkan suatu makna tertentu. Pola dan corak ini berasal dari kerajaan Mataram dahulu kala. Untuk mengenal pola batik dengan lebih mudah, terdapat dua kategori berdasarkan bentuknya. Batik Solo geometris Terdapat corak dan pola geometris pada sebagian batik Solo. Pola geometris adalah batik yang memiliki pola dasar segi dan bangun, seperti bujur sangkar, segitiga, belah ketupat, jajar genjang, trapezium, segi empat, dan lain-lain. Terdapat beberapa jenis pola batik Solo yang menggunakan pola seperti ini, pola tersebut meliputi corak ceplok, corak ganggong, corak parang dan lereng dan corak banji. Corak ceplok merupakan corak yang terdapat bentuk lingkaran dan variasinya. Corak ganggong hampir sama dengan corak ceplok, Anda harus teliti untuk dapat membedakannya. Perbedaannya terlihat pada bentuk isen dan ujung garis terpanjangnnya. Corak parang dan lereng merupakan corak dengan sekumpulan garis miring bersudut 45 derajat. Corak banji memiliki dasar bentuk lambang swastika, kemudian lambang tersebut saling dihubungkan. Batik Solo non-geometris Batik Solo non-geometris merupakan pola yang terdiri dari garis-garis tanpa bentuk yang tidak dapat diukur secara jelas. Bentuk garis-garis ini diulang-ulang untuk

mendapatkan sebuah motif. Jenis pola batik Solo yang termasuk dalam jenis ini adalah; corak semen, corak lung-lungan, corak buketan, corak pinggiran dan corak dinamis. Corak semen memiliki corak dasar berbentuk gunung yang merupakan perlambang gunung Mahameru. Ragamnya adalah bentuk sawat, mirong, lar dan garuda. Corak lung-lungan hampir sama dengan corak semen, perbedaanya adalah corak lung-lungan tidak memiliki motif dasar gunung. Corak buketan merupakan gambaran bunga, kelopaknya dan kupu-kupu, yang saling jalin. Corak pinggiran dinamakan seperti ini karena unsure penghiasnya biasa digunakan di pinggir kain sebagai hiasan untuk pembatas antara bidang berhias dan bidang kosong. Corak dinamis merupakan perpaduan antara batik tradisional dan batik modern. Unsurunsurnya masih merupaka unsur corak yang dikenal, namun hiasannya bukan lagi terdiri dari ornament tradisional. Jenis batik Solo yang memiliki corak semen adalah semen gurdha dan semen jolen. Contoh batik yang menggunakan corak lung-lungan adalah babon angrem dan grageh waluh. Untuk corak buketan dan corak dinamis, ini merupakan corak yang umum dipakai pada umumnya dan mudah dikenali. Sedang untuk corak pinggiran, biasa digunakan sebagai pembatas pada kemben, dodot, dan udheg. Semua batik ini bisa ditemukan di berbagai toko atau pasar khusus batik yang akan banyak Anda jumpai di kota batik itu sendiri, Solo. Kenali dan lengkapi koleksi batik Anda dengan batik Solo.

Batik Bokor Kencono