4. dilaserasi adalah suatu angulasi akar yg abnormal thd aksis
memanjang dari mahkota gigi. Umumnya deviasi anguasi terlihat
sangat tajam , hampi tegak lurus
Klasifikasi Maloklusi
1.Sistem Klasifikasi Angle.Edward Angle memperkenalkan sistem
klasifikasi maloklusi ini pada tahun 1899. Klasifikasi Angle ini
masih digunakan dikarenakan kemudahan dalam penggunaannya.Menurut
Angle, kunci oklusi terletak pada molar permanen pertama maksila.
Berdasarkan hubungan antara molar permanen pertama maksila dan
mandibula, Angle mengklasifikasikan maloklusi ke dalam tiga klas,
yaitu :a.Klas IKlas I maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan
dengan adanya hubungan normal antar-lengkung rahang. Cusp
mesio-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada
groove buccal dari molar permanen pertama mandibula. Pasien dapat
menunjukkan ketidakteraturan pada giginya, seperti crowding,
spacing, rotasi, dan sebagainya. Maloklusi lain yang sering
dikategorikan ke dalam Klas I adalah bimaxilary protusion dimana
pasien menunjukkan hubungan molar Klas I yang normal namun
gigi-geligi baik pada rahang atas maupun rahang bawah terletak
lebih ke depan terhadap profil muka.b.Klas IIKlas II maloklusi
menurut Angle dikarakteristikkan dengan hubungan molar dimana cusp
disto-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada
groove buccal molar permanen pertama mandibula.Klas II, divisi
1.Klas II divisi 1 dikarakteristikkan dengan proklinasi insisiv
maksila dengan hasil meningkatnya overjet. Overbite yang dalam
dapat terjadi pada region anterior. Tampilan karakteristik dari
maloklusi ini adalah adanya aktivitas otot yang abnormal.Klas II,
divisi 2.Seperti pada maloklusi divisi 1, divisi 2 juga menunjukkan
hubungan molar Klas II. Tampilan klasik dari maloklusi ini adalah
adanya insisiv sentral maksila yang berinklinasi ke lingual
sehingga insisiv lateral yang lebih ke labial daripada insisiv
sentral. Pasien menunjukkan overbite yang dalam pada
anterior.c.Klas IIIMaloklusi ini menunjukkan hubungan molar Klas
III dengan cusp mesio-buccal dari molar permanen pertama maksila
beroklusi pada interdental antara molar pertama dan molar kedua
mandibula.True Class IIIMaloklusi ini merupakan maloklusi skeletal
Klas III yang dikarenakan genetic yang dapat disebabkan karena
:Mandibula yang sangat besar.Mandibula yang terletak lebih ke
depan.Maksila yang lebih kecil daripada normal.Maksila yang
retroposisi.Kombinasi penyebab diatas.Pseudo Class IIITipe
maloklusi ini dihasilkan dengan pergerakan ke depan dari mandibula
ketika rahang menutup, karenya maloklusi ini juga disebut dengan
maloklusi habitual Klas III. Beberapa penyebab terjadinya maloklusi
Klas III adalah :Adanya premature kontak yang menyebabkan mandibula
bergerak ke depan.Ketika terjadi kehilangan gigi desidui posterior
dini, anak cenderung menggerakkan mandibula ke depan untuk
mendapatkan kontak pada region anterior.Klas III,
subdivisiMerupakan kondisi yang dikarakteristikkan dengan hubungan
molar Klas III pada satu sisi dan hubungan molar Klas I di sisi
lain.
2.Modifikasi Dewey dari Klasifikasi Angle.Dewey memperkenalkan
modifikasi dari klasifikasi maloklusi Angle. Dewey membagi Klas I
Angle ke dalam lima tipe, dan Klas III Angle ke dalam 3
tipe.a.Modifikasi Dewey Klas I.Tipe 1: maloklusi Klas I dengan gigi
anterior yang crowded.Tipe 2: maloklusi Klas I dengan insisiv
maksila yang protrusif.Tipe 3: maloklusi Klas I dengan anterior
crossbite.Tipe 4: maloklusi Klas I dengan posterior crossbite.Tipe
5: maloklusi Klas I dengan molar permanen telah bergerak ke
mesial.b.Modifikasi Dewey Klas III.Tipe 1: maloklusi Klas III,
dengan rahang atas dan bawah yang jika dilihat secara terpisah
terlihat normal. Namun, ketika rahang beroklusi pasien menunjukkan
insisiv yang edge to edge, yang kemudian menyebabkan mandibula
bergerak ke depan.Tipe 2: maloklusi Klas III, dengan insisiv
mandibula crowded dan memiliki lingual relation terhadap insisiv
maksila.Tipe 3: maloklusi Klas III, dengan insisiv maksila crowded
dan crossbite dengan gigi anterior mandibula.
3.Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle.Lischer memberikan
istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion pada Klas
I, Klas II, dan Klas III Angle. Sebagai tambahan, Lischer juga
memberikan beberapa istilah lain, yaitu :Neutrocclusion: sama
dengan maloklusi Klas I Angle.Distocclusion: sama dengan maloklusi
Klas II Angle.Mesiocclusion: sama dengan maloklusi Klas III
Angle.Buccocclusion: sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak
lebih ke buccal.Linguocclusion: sekelompok gigi atau satu gigi yang
terletak lebih ke lingual.Supraocclusion: ketika satu gigi atau
sekelompok gigi erupsi diatas batas normal.Infraocclusion: ketika
satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas
normal.Mesioversion: lebih ke mesial daripada posisi
normal.Distoversion: lebih ke distal daripada posisi
normal.Transversion: transposisi dari dua gigi.Axiversion:
inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi.Torsiversion:
rotasi gigi pada sumbu panjang.
4.Klasifikasi Bennet.Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi
berdasarkan etiologinya.Klas I: posisi abnormal satu gigi atau
lebih dikarenakan faktor lokal.Klas II: formasi abnormal baik satu
maupun kedua rahang dikarenakan defek perkembangan pada tulang.Klas
III: hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan
antar kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan
formasi abnorla dari kedua rahang.1
Sumber : 1.Bhalaji Sundaresa Iyyer.Orthodontics The Art and
Science. New Delhi : Arya (MEDI) Publishing House. 2006.
P.69-78
OKLUSI DAN MALOKLUSIOKLUSI DAN MALOKLUSIOKLUSI1.definisiOklusi
adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan
mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir
dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi
terjadi karena adanya interaksi antara Dental system,Secara
teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi
yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam
suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem
stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam
keadaan berfungsi berkontak dalam keadaan berfungsi2.macam :
statis,fungsional=LIOklusi ideal : Adalah merupakan suatu konsep
teoritis oklusi yang sukar atau bahkan tidak mungkin terjadi pada
manusia.Oklusi fungsional gerakan fungsional dari mandibula shg
menyebabkan kontak antar gigi geligiOklusi normal : Adalah suatu
hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang yang sama
dan rahang yang berlawanan, apabila gigi geligi dikontakkan dan
condylus berada dalam fossa glenoidea.Oklusi gigi-gigi secara
normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu(1)oklusi statik
merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah
(RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi
dalam keadaan tidak berfungsi (statik), dan(2)oklusi dinamik
merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang
melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun
kedepan (antero-posterior).Pada oklusi statik, hubungan cusp
fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp
to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp
to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak
gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter
(mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal
edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus
pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal
antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.Oklusi dinamik timbul
akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan
kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan
mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral
akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan
adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi
keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik
digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada
balancing side.Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :1) Intercupal Contact Position
(ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan
antagonisnya.2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak
maksimal gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke
posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas
ke lateral.3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi
geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior.4) Working Side
Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB
digerakan ke lateralSelain klasifikasi diatas, secara umum pola
oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1.
Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja
dan sisi keseimbangn, keduanya dalam keadaan kontak;2. Unilateral
balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja
kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak;3. Mutually protected
occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang
pada gigi posterior tidak kontak;4. Tidak dapat ditetapkan, bila
tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas (Hamzah,
Zahreni; dkk).3.syarat/karakteristikmaloklusi1.definisiMaloklusi
adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi
diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler.Maloklusi adalah
oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar
lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam
posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam
pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler.
Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara
oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi
sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan
termodifikasi pemakaian gigi.1Maloklusi terjadi pada
kondisi-kondisi berikut ini :1.Ketika ada kebutuhan bagi subjek
untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula.2.Jika ada
gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat
atau dari posisi postural adaptif ke posisi interkuspal.3.Jika
posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme
refleks yang merugikan selama fungsi pengunyahan dari
mandibula.4.Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan
lunak mulut.5.Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias
merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal dan
gigi.6.Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi
gigi.7.Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang
normal.32.etiologiEtiologi darimaloklusi dapat terbagi 2, yaitu
:Primary etiologi siteEtiologi pendukungPrimary etiologi site
terbagi menjadi :1.System NeuromuskularBeberapa pola kontraksi
neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal /
malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah
bagian penting dari hamper semua maloklusi.1.TulangKarena tulang
muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk
dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat
merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi
ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni
osseus.1.GigiGigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan
bentuk dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran,
bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi.
Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi
dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi
merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang
terlalu besar.1.Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)Peran dari
jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi,
dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi
sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit
periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi
jaringan lunak termasuk struktur TMJ.Etiologi Pendukung antara lain
:1.HerediterHerediter telah lama dikenal sebagai penyebab
maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi
sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah
kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam
pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial
telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah
kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis
transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada
beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa
syndrome craniofacial).1.Perkembangan abnormal yang tidak diketahui
penyebabnyaMisalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan
embrio. Contoh : facial cleft.1.TraumaBaik trauma prenatal atau
setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk
dentofacial.1.Prenatal trauma / injuri semasa kelahiranHipoplasia
dari mandibulaDisebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan)
atau trauma selama proses kelahiran.AsymetriDisebabkan karena lutut
atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian
pertumbuhan muka.1.Prostnatal traumaRetak tulang rahang dan
gigiKebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang
lama.1.Agen Fisik1.Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi
sulung.2.MakananMakanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang
bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti
ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.1.HabitsMengisap jempol /
jariBiasanya pada usia 3 tahun 4 tahun anak-anak mulai mengisap
jempol jika M1 nya susah saat erupsi. Arah aplikasi tekanan
terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus
maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan
lingual terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung
dental.Desakan lidahAda 2 tipe, yaitu :Simple tounge, desakan lidah
yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan.Kompleks tounge,
normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir sedikit
tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior.
Simple tounge dihubungkan dengan digital sucking walaupun
kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah untuk
mendesak ke depan kea rah open bite untuk menjaga anterior seal
dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge dihubungkan dengan
stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut.Lip sucking and lip
bitingMenyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula (
terkadang).Menggigit kukuDan lain- lainPenyakitPenyakit
sistemikMengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada
kuantitas pertumbuhan gigi.Gangguan endokrinDisfungsi endokrin saat
prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin saat
postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah
bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi
dan resorpsi gigi sulung.Penyakit localPenyakit gingival
periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya
gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma,
ancylosis gigi.TraumaKariesMalnutrisiBerefek pada kualitas jaringan
dan kecepatan dari kalsifikasi.23.klasifikasiKlasifikasi angelClass
ILengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap
lengkung maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila
menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual
cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula
ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.Class
IICusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio
bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula.
Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual
cusp dari M1 permanen mandibula.Angle membagi class II maloklusi
dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi labiolingual
dari maksila, yaitu ;Class II divisi IDengan relasi Molar terlihat
seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.Class
II divisi IIDengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II,
Insisivus maksila mendekati normal secara anteroposterior atau
secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped
secara labial atau mesial.Class II sbdivisiSaat relasi kelas II
molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.Class
IIILengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila
dengan cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang
interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada M1
permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2
mandibula.Class III terbagi 2, yaitu :Psedo class III maloklusiIni
bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini
mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak
premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang berada
pada oklusi sentrik.Kelas III subdivisiMaloklusi sesuai denagn
unilaterally.Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal
begitu juga gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red).Pada
maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis
oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak
tepat.Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak
lebih belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi
normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.Pada
maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar
pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama
bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang disebut
gigitan terbalik.Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle
kelas I dan kelas IIIModifikasi angles kelas I1.Tipe 1Anle Class I
dengan gigi anterior maksila crowding.Tipe 2Angle Class I dengan
gigi I maksila labio versionTipe 3Angle Class I dengan gigi I
maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior cross bite
).Tipe 4M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C
dalam jajaran normal ( cross bite posterior ).Tipe 5M kea rah mesio
version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut, (
contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).Modifikasi angles kelas
III1.Tipe 1Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang
pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to
edge.Tipe 2I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila
yang terletak kea rah lingual ).Tipe 3Lengkung maksila belum
berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding
dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.klasifikasi
Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angelNeutroklusiSama halnya
dengan klasifikasi Angel kelas 1DistoklusiSama halnya dengan
klasifikasi Angel kelas 2MesioklusiSama halnya dengan klasifikasi
Angel kelas 3Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi
geligi menyangkut penambahan versi pada sebuah kata untuk
mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal.MesioversiLebih ke
mesial dari posisi normalDistoversiLebih ke distal dari posisi
normalLingouversiLebih ke lingual dari posisi normallabioversiLebih
ke labial dari posisi normalInfraversiLebih rendah atau jauh dari
garis oklusiSupraversiLebih tinggi atau panjang melewati garis
oklusiAxiversiInklinasi aksial yang salah, tipped.TorsiversiRotasi
pada sumbunya yang panjangTransversiPerubahan pada urutan
posisi.Klasifikasi BennetteKlasifikasi ini berdasarkan
etiologinya:Kelas 1Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai
faktor lokal.Kelas IIAbnormal bentuk atau formasi dari sebagian
atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan
perkembangan tulang.Kelas IIIAbnormal hubungan diantara lengkung
atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial
sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.Klasifikasi
SimonsSimons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi
terhadap wajah dan kranial dalam tiga bidang ruang:Frankfort
Horizontal Plane (vertikal)Frankfort Horizontal Plane atau bidang
mata- telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga
margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin
atas meatus eksternal auditory (derajat di ats tragus telinga).
Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam bidang
vertikal.AttraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup
bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu attraksi
(mendekati).AbstraksiSaat lengkung gigi atau atau bagian dari
penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu abstraksi
(menjauhi).Bidang Orbital (antero-posterior)Maloklusi menggambarkan
penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya,
adalah:rotraksiGigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau
rahang terlalu jauh ke depan.RetraksiSatu gigi atau lebih lengkung
gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.Bidang Mid-Sagital
(transversal)Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan
garis melintang dari bidang midsagital.KontraksiSebagian atau
seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang
midsagitalDistraksi (menjauhi)Sebagian atau seluruh lengkung gigi
berada pada jarak yang lebih dari normal.Klasifikasi
SkeletalSalzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan
struktur lapisan skeletal.Kelas 1 SkeletalMaloklusi ini dimana
semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni dengan
satu yang lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya
orthognatic.Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental
:divisi IMalrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar.divisi
IIProtrusi insisor maksiladivisi IIILingouversi insisor
maksiladivisi IVprotrusi bimaksilarikelas II Skeletalini menyangkut
maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal dalam
hubungannya terhadap maksila.Dibagi menjadi dua divisi:divisi
Ilengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada
regio caninus, crossbite bisa saja ada ketinggian wajah vertikal
menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya
retrognatic.divisi IImerupakan pertumbuhan berlebih mandibula
dengan sudut mandibula yang tumpul. Profilnya prognatic pada
mandibula.3Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama
normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar
pertama tersebut tidak tepat.Pada maloklusi kelas 2, tampak molar
pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar atasnya
sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite /
gigitan berlebih.Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan
dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih belakang
daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau
terkadang disebut gigitan terbalik.a.klas Ib.faktor yang
berpengaruh (bad habit)c.pemeriksaand.pencegahane.perawatanklas
IIdivisi 1a.etiologi : herediter, bad habit- faktor yang
berpengaruh (bad
habit)b.syarat,ciri,karakteristikpemeriksaanradiografi, analisa
model study,..c.pencegahanmenghilangkan bad habit spt menghisap
jempol, edukasid.perawatanLIdivisi 2a.etiologiLIb.syarat, cirigigi
anterior retrusifc.pemeriksaan = idemd.pencegahan = sesuai
etiologie.perawatansubdivisiLIklas IIIpseudoklas
IIIa.etiologib.cirimandibula bergeser ke anterior dengan fossa
glenoid..subdivisiLIPencegahanEdukasiMeminimalisir penggunaan
dotPenggunaan space maintenerMENCEGAH terjadinya maloklusi atau
susunan gigi yang tidak teratur atau berantakan pada anak bisa
digunakan dengan perawatan ortodonti interseptif. Perawatan ini
juga dapat membantu malolkusi yang lebih parah dan juga
menghilangkan maloklusi ringan yang sudah ada.ada beberapa jenis
ortodonti intersentif, antara lain, pertama, dengana.pemakaian
space regainer. Space regainer merupakan alat yang dapat digunakan
untuk melebarkan kembali ruangan yang telah menyempit sehingga gigi
tetap dapat erupsi dengan baik pada tempat yang seharusnya. gigi
sulung yang tanggal sebelum waktunya, biasanya akan menyebabkan
ruangan yang ditinggalkannya mengalami penyempitan, sehingga benih
gigi tetap yang ada di bawahnya akan kesulitan untuk erupsi dan
cenderung untuk erupsi di luar lengkung gigi yang
seharusnya.Normalnya gigi sulung tanggal akibat desakan gigi tetap
yang ada di bawahnya. Gigi sulung dapat tanggal sebelum waktunya
akibat berlubang yang mengharuskannya untuk dicabut, trauma, dan
lain sebagainya,ujarnya.bperawatan serial ekstraksi. Misalnya ada
pasien usia 8 atau 9 tahun yang memiliki keluhan gigi bagian depan
yang berjejal. Bila tidak segera dirawat susunan gigi yang tidak
teratur tersebut akan bertambah parah nantinya. Kondisi ini dapat
dihindari dengan perawatan serial ekstraksi.Perawatan serial
ekstraksi merupakan perawatan dengan cara mencabut gigi sulung
secara berkala pada saat-saat tertentu sesuai dengan
keperluan,ungkapnya.c pemakaian oral screen. Anak-anak yang
memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut akan menyebabkan lengkung
gigi dan rahang menyempit serta cenderung cembung ke depan atau
istilah awamnya tonggos.Kondisi ini dapat diatasi dengan penggunaan
alat oral screen. Namun, sebelum dilakukan perawatan dengan
menggunakan oral screen, penyebab kebiasaan bernapas melalui mulut
ini harus dihilangkan,tuturnya.Biasanya, terang Bambang, penyebab
dari kebiasaan ini adalah adanya gangguan saluran nafas anak
terutama pada bagian hidung. Akibat gangguan tersebut anak merasa
lebih nyaman dengan bernafas melalui mulut. Gangguan saluran nafas
hidung ini perlu ditindak lanjuti oleh spesialis THT (Telinga
Hidung Tenggorokan).d pemakaian oral grid yaitu, anak yang
mempunyai kebiasaan mendorong gigi depan dengan lidah lama kelamaan
akan menyebabkan gigi depan akan semakin maju ke depan (tonggos).
Kebiasaan buruk ini dapat diatasi dengan penggunaan grid dengan
alat ortodonti lepasan,tukasnya.e.gejalaAnak yang masih memiliki
kebiasaan menghisap jari setelah ia berumur 4 tahun dengan
intensitas atau frekuensi tinggi cukup beresiko tinggi untuk
mengalami masalah gigi atau masalah bicara saat ia dewasa.Pada saat
tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara
gigi-gigi yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya
abrasi pada permukaan atas gigi-geligi rahang atas dan rahang
bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul
rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat
adanya jejas atau tanda yang tidak rata pada tepi lidahtambahan
:DAFTAR CONTOH KASUS-KASUS ORTODONTIK:1. Maloklusi klas I Angle
dengan gigi anterior berjejal2. Maloklusi klas I Angle dengan gigi
anterior spacing3. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior
protrusif4. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior protrusif
bimaksiler5. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior
crossbite6. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior
crossbite7. Maloklusi klas I Angle dengan gigi anterior deep
overbite8. Maloklusi klas I Angle dengan gigi posterior telah telah
dicabut9. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior berjejal10.
Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas protrusif (divisi
1)11. Maloklusi klas II Angle dengan gigi anterior atas retrusif
(divisi 2)12. Maloklusi klas II Angle subdivisi13. Maloklusi klas
II Angle dengan gigi anterior berjejal14. Maloklusi klas II Angle
dengan gigi anterior spacing15. Maloklusi klas II Angle dengan gigi
anterior cross bite16. Maloklusi klas II Angle dengan gigi
posterior cross bite17. Maloklusi klas II Angle dengan gigi
posterior telah telah dicabut18. Maloklusi klas III Angle dengan
gigi anterior berjejal19. Maloklusi klas III Angle dengan gigi
anterior cross bite20. Maloklusi klas III Angle dengan gigi
posterior cross bite21. Maloklusi klas III Angle dengan gigi
anterior cross bite22.Maloklusi klas III Angle subdivisi1.perbedaan
ketika punngung jempol menghadap ke atas n ke bawah?Gambar :
Ilustrasi anak yang memiliki kebiasaan menghisap jempol. Perhatikan
jempol yang menghadap ke langit-langit, saat anak melakukan gerakan
menghisap jempol tersebut akan memberi tekanan ke arah atas dan
gigi depan, dan bagian bawah jempol akan menekan lidah sehingga
mendoron gigi bawah dan bibir sedangkan dagu terdesak ke dalam.
Akibatnya anak dapat memiliki profil muka yang cembung akibat gigi
depan yang maju.2.kapan seorg anak harus menghentikan kebiasaan
menghisap jempolBayi mempunyai dorongan alami/natural untuk
menghisap, yang hal itu akan berkurang setelah usia 6 bulan. Namun
terkadang kebiasaan itu berlanjut, yang akhirnya akan menjadi
kebiasaan bayi atau anak kecil karena dengan menghisap jempol/ibu
jari, mereka akan merasa nyaman/tenang ketika lapar, takut,
gelisah, kesepian, ngantuk dan bosan.3.bagaimana patofisiologi isap
jempol menjadi maloklusi4.kenapa klasifikasi maloklusi memakai
M1?5.5.apakah sama oklusi normal dengan oklusi Klas 1?So, mau
bagaimanapun daerah di bagian depan gigi geraham tersebut, mau
berdesakan atau tampak teratur tetapi untuk menentukan klasifikasi
maloklusi, tetap dilihat dahulu dari molar pertamanya.Pada kondisi
normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi
yang ada di anteriornya (depan-red).Pada maloklusi kelas 1, relasi
antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah
depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.Pada maloklusi kelas
2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar
atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan
overbite / gigitan berlebih.Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan
kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih
belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan
underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.
BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangKelainan kongenital merupakan
kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat
merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau
kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital
yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan
dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula
sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah
dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik,
radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan
kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/-
ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan
tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air
ketuban dan darah janin. (www.yuwie.com/blog/entry.asp)Kelainan
kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan
saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara
bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu
kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu
bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran
bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang-
kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan
fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru
lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital
ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih
kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya kelainan
kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila
ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan
ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
(www.yuwie.com/blog/entry.asp)Keadaan patologis ini dapat
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, misalnya lingkungan dan faktor
intrinsik, yaitu gen. Cacat lahir dapat berasal dari perubahan
lingkungan selama dalam kandungan, seperti keadaan toksik, hipoksia
yang menyebabkan terjadinya palsi serebral, dan cacat mental.
Keadaan seperti malnutrisi, kelainan hormonal, dan bahan kimiawi
seperti thalidomide juga dapat menyebabkan malformasi. (Sudiono,
2008)Sumbing bibir dan palatum merupakan kelainan kongenital yang
sering kali terjadi. Sumbing bibir dan palatum menyebabkan
menurunnya fungsi bicara, pengunyahan, dan penelanan yang sangat
berat. Seringkali terjadi peningkatan prevalensi gangguan yang
berhubungan dengan malformasi kongenital seperti ketidakmampuan
bicara sekunder serta menurunnya fungsi pendengaran. Kelainan lain
adalah mikrognatia, makrognasia, makroglosia, mikroglosia, dan
fibromatosis gingival herediter. (Sudiono, 2008)1.2.Rumusan
MasalahAdapun rumusan masalah pada laporan tutorial ini adalah :1.
Apa sajakah macam-macam kelainan kongenital skeletal yang sering
terjadi dan bagaimanakah patogenesisnya?2. Bagaimanakah cara
pemeriksaan kelainan congenital skeletal?3. Apakah definisi
maloklusi dan apa sajakah klasifikasinya?4. Bagaimanakah hubungan
antara celah bibir dan celah palatum?5. Bagaimanakah hubungan
antara kelainan kongenital skeletal dengan
maloklusi?1.3.TujuanAdapun tujuan penulisan laporan tutorial ini
adalah :1. Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam kelainan
kongenital skeletal yang sering terjadi beserta patogenesisnya.2.
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kelainan
kongenital skeletal, baik fisik, radiologis, dan laboratoris.3.
Agar mahasiswa dapat mengetahui definisi maloklusi dan
klasifikasinya.4. Agar mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara
celah bibir dan celah palatum.5. Agar mahasiswa dapat mengetahui
hubungan antara kelainan kongenital skeletal dengan maloklusi.BAB
IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Kelainan Kongenital SkeletalCacat bawaan
merupakan suatu keadaan cacat lahir pada neonatus yang tidak
diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis. Cacat
bawaan adalah keadaan cacat yang terjadi sebelum terjadi kelahiran.
Istilah anomali kongenital adalah cacat fisik maupun non fisik,
sedangkan malformasi dan dismorfi kongenital diartikan berupa cacat
fisik saja.Gangguan pettumbuhan dan perkembangan struktur skeletal
banyak disebabkan olehfaktor herediter selain iu juga lingkungan1.
Faktor genetikII. Faktor lingkungan1. Infeksi1. Rubella2. Influenza
A3. Injuri fisikal1. Radiasi2. Perubahan temperatur3. Hormon1.
Insulin2. Esterogen3. Kortison4. Androgens5. ACTH1. Nutrisi1.
Vitamin A2. Vitamin D3. Vitamin E4. Vitamin K5. Amino acids6.
Unsaturated fatty acid7. Protein1. Pernafasan1. hipoksia2. carbon
monoxide3. carbon dioxide exess1. Obat-obatan dan bahan kimia1.
Nikotin2. Aminopterin3. Anti metabolisme1. Penyakit dari ibu1.
Stres2. Usia3. Tumor rahim1. Ganguan pada embrionik1. Reaksi
antigen dan antibodi2. Ketidaknormalan ovum3. Ketidaknormalan
cairan semenMacam-macam kelainan kongenital skeletal di antaranya
yaitu :1. Gangguan Perkembangan Rahang1. Agnathia (tidak memiliki
maksila atau mandibula)2. Micrognathia (ukuran rahang lebih kecil
dari normal)3. Macrognathia (ukuran rahang lebih besar dari
normal)4. Gangguan Perkembangan Bibir dan Palatum1. Celah palatum2.
Celah bibir3. Celah bibir dan celah palatum4. Gangguan Perkembangan
Lidah1. Microglossia (ukuran lidah lebih kecil dari normal)2.
Macroglossia (ukuran lidah lebih besar dari normal)3. Ankyoglossia
(frenululum lingual pendek)4. Celah lidah5. Gangguan Perkembangan
Gigi (Ukuran, Bentuk, Jumlah, Struktur, Pertumbuhan)1. Ukuran
(microdontia, macrodontia)2. Bentuk (fusi, dislaserasi)3. Jumlah
(anodonsia, supernumeri)4. Struktur (amelogenesis imperfekta,enamel
hipoplasia)5. Pertumbuhan (erupsi premature, erupsi yang tertunda,
embedded, dan impaksi)2.2. Maloklusi dan KlasifikasinyaMaloklusi
didefinisikan sebagai ketidakteraturan gigi-gigi di luar ambang
normal. Maloklusi dapat meliputi ketidakteraturan lokal dari
gigi-gigi atau malrelasi rahang pada tiap ketiga bidang ruang
sagital, vertikal, atau transversal. (Huoston, 1989)ETIOLOGI
MALOKLUSIGraber menentukan klasifikasi faktor-faktor etiologi
maloklusi sebagai berikut ini:1. Faktor umum : faktor yang tidak
berpengaruh langsung pada gigi yang meliputi1. Herediter2. Kelainan
kongenital3. Lingkungan:- Prenatal- Postnatal1. Penyakit atau
gangguan metabolisme2. Problema diet3. Kebiasaan jelek dan aberasi
fungsional:- Abnormal sucking- Thumb and finger sucking- Tongue
thrust and tongue sucking- Lip and nail biting- Abnormal swallowing
habits- Speech defects- Respiratory abnormalities- Tonsils and
adenoids- Bruxism1. Posture2. Trauma dan kecelakaan3. Faktor lokal
: faktor yang berpengaruh langsung pada gigi, yang terdiri atas1.
Anomali jumlah gigi:- Gigi kelebihan- Missing1. Anomali ukuran
gigi2. Anomali bentuk gigi3. Frenulum labial abnormal4. Kehilangan
prematur5. Retensi6. Erupsi gigi permanen terlambat7. Pola erupsi
gigi abnormal8. Ankilosis9. Karies gigi10. Restorasi gigi yang
tidak baikPENGGOLONGAN MALOKLUSIMaloklusi dapat dibagi dalam 4
golongan:1. Malposisi dan malrelasi tiap gigi2. Malrelasi dari
lengkung gigi dan tulang rahang3. Kurangnya perkembangan dari
bentuk lengkung gigi4. Malformasi dari tulang rahangKLASIFIKASI
ANGLEAngle mendeskripsikan tujuh malposisi untuk satu gigi:1. Bukal
atau labial2. Lingual3. Mesial4. Distal5. Torso (berotasi)6. Infra
(erupsi tidak sampai garis oklusal)7. Supra (erupsi melebihi garis
oklusal)Penggolongan malposisi gigi ini dapat digunakan unruk
menggambarkan maloklusi dengan lebih lengkap.(orthodontics:
diagnosis and treatment)Klasifikasi maloklusi Angle berdasar pada
hubungan rahang di bidang sagital. Kunci klasifikasi Angle adalah
hubungan antara molar pertama permanen rahang atas dan rahang
bawah. Molar pertama permanen digunakan sebagai kuncinya karena
dianggap sebagai gigi yang paling stabil, jarang berubah
kedudukannya, karena gigi ini tertanam dalam tulang zygomaticus
yang sangat kuat.Pada oklusi normal, cusp mesiobukal M1 permanen
atas beroklusi dengan groove bukal depan M1 permanen bawah.Angle
Klas 1Maloklusi dimana terdapat hubungan antero-posterior rahang
yang normal dilihat dari M1 permanen.Angle Klas 2Rahang bawah
sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke distal dari rahang atas,
dilihat dari hubungan M1 tetap.Klas 2 dibagi menjadi dua
divisi:Divisi 1 : insisivus atas proklimasi sehingga terdapat
peningkatan overjetDivisi 2: insisivus pertama atas retroklinasi.
Insisivus kedua selalu proklinasi dan overbite dalam.Angle Klas
3Rahang bawah sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke mesial dari
atas, dilihat dari hubungan M1.BAB IIIPEMBAHASAN3.1. Maping3.2
PEMBAHASAN3.2.1Patogenesis Kelainan Kongenital SkeletalPatogeneis
celah bibir bibir dan palatumPertumbuhan dan perkembangan wajah
serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks.
Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan
wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan (congenital).
Kelainan bawaan adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun
metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan.
Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit. Sumbing bibir
merupakan kegagalan bersatunya jaringan selama perkembangan.
Gangguan pola normal pertumbuhan muka dalam bentuk defisiensi
prosesus muka merupakan penyebab kesalahan perkembangan bibir.
Karena tidak menyatunya sebagian atau seluruh proc. maksila dengan
proc nasalis medialis pada satu atau kedua sisi. Sebagian besar
ahli embriologi percaya bahwa defisiensi jaringan terjadi pada
semua deformitas sumbing sehingga stuktur anatomi normal tidak
terbentuk. Periode perkembangan struktur anatomi bersifat spesifik
sehingga sumbing bibir dapat terjadi terpisah dari sumbing palatum,
meskipun keduanya dapat terjadi bersama-sama dan bervariasi dallam
derajat keparahannya bergantung pada luas sumbing yang dapat
bervariasi mulai dari lingir alveolar (alveolar ridge) sampaii ke
bagian akhir dari palatum lunak.Sumbing bibir umumnya terjadi pada
minggu ke 6 hingga 7 itu, sesuai dengan waktu perkembangan bibir
normal dengan terjadiinya kegaggalan penetrasi dari sel mesodermal
pada groove epitel di antara proc. nasalis medialis dan
lateralis.Kelainan Kongenital Skeletal adalah suatu kelainan pada
struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi
ketika dia dilahirkan. Salah satunya adalah celah bibir dan
langit-langit.Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada
organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa
embrio. Gangguan pertumbuhan ini tidak saja menyulitkan penderita,
tetapi juga menimbulkan kesulitan pada orangtua, terutama ibu.
Tidak saja dalam hal pemberian makan, tetapi juga efek psikologis
karena mempunyai anak yang tidak sempurna.Beberapa teori yang
menggambarkan terjadinya celah bibir :1. Teori FusiDisebut juga
teori kalsik. Pada akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa
kehamilan, processus maxillaries berkembang kea rah depan menuju
garis median, mendekati processus nasomedialis dan kemudian
bersatu. Bila terjadi kegagalan fusi antara processus maxillaries
dengan processus nasomedialis maka celah bibir akan terjadi.1.
Teori Penyusupan MesodermalDisebut juga teori hambatan
perkembangan. Mesoderm mengadakan penyusunan menyebrangi celah
sehingga bibir atas berkembang normal. Bila terjadi kegagalan
migrasi mesodermal menyebrangi celah bibir akan terbentuk.1. Teori
Mesodermal sebagai Kerangka Membran BrankhialPada minggu kedua
kehamilan, membran brankhial memrlukan jaringan mesodermal yang
bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke arah muka. Bila
mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan embrio membran
brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir.D.
Gabungan Teori Fusi dan Penyusupan MesodermalPatten, 1971, pertama
kali menggabungkan kemungkinan terjadinya celah bibir, yaitu adanya
fusi processus maxillaris dan penggabungan kedua processus
nasomedialis yang kelak akan membentuk bibir bagian
tengah.3.2.2Macam-macam Kelainan Kongenital Skeletal SumbingSumbing
bibir dan palatum merupakan kelainan congenital yang sering kali
menyebabkan menurunnya fungsi bicara, pngunyahan, dan penelanan
yang sangat berat. Sering kali terjadi peningkatan prevalensi
gangguan yang berhubungan dengan malformasi congenital seperti
ketidakmampuan bicara sekunder serta menurunnya fungsi
pendengaran.Sumbing bibir dan palatum ditemukan pada hampir 50%
kasus. Sumbing bibir saja merupakan 25% kasus, dapat terjadi pada 1
diantara 700-1000 kelahiran dengan predileksi ras yang bervariasi.
Sumbing palatum saja lebih sedikit disbanding sumbing bibir,
insidennya anatara 1 daiantara 1500-3000 kelahiran. Sumbing bibir
dengan atau tanpa sumbing palatum lebih sering pada pria dan
sumbing palatum saja lebih sering pada wanita.Umumnya sumbing bibir
dan palatum dibagi dalam empat kelompok besar Sumbing bibir Sumbing
palatum Sumbing bibir dan palatum unilateral Sumbing bibir dan
palatum bilateralSumbing bibir dan mulut lainnya adalah: Pit pada
bibir Cekungan linear pada bibir Sumbing palatum submukosa Bifid
uvula dan lidah Sumbing muka yang meluas melalui hidung, bibir, dan
rongga mulutDeformitas sumbing dapat sangat bervariasi dari alur
dalam kulit dan mukosa sampai meluas membelah tulang dan otot.
Kombinasi sumbing bibir dan palatum merupakan deformitas sumbing
yang paling sering terlihat .Beberapa pendapat tentang klasifikasi
celah :1. Berdasarkan organ yang terlibata. Celah di bibir
(labioskizis)b. Celah di gusi (gnatoskizis)c. Celah di langit
(palatoskizis)d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis =
terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)2.
Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentukTingkat kelainan bibr
sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :a. Unilateral
Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.b. Unilateral Complete.
Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.c. Bilateral Complete. Jika celah
sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Defek tabung sarafTerjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat
terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. Dalam keadaan normal,
struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah
pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan
terjadi defek tabung saraf.Bayi yang memiliki kelainan ini banyak
yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah
lahir.2 macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan:-
Spina bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara
sempurna di sekeliling korda spinalis.- Anensefalus, terjadi jika
beberapa bagian otak tidak terbentuk.- Cerebral palsyBiasanya baru
diketahui beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir,
tergantung kepada beratnya kelainan.- Sindroma DownMerupakan
sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan
dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada sel-selnya.Mereka mengalami
keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik
lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan
jantung.3.2.3Pemeriksaan Kelainan Kongenital Skeletal1. Tes
darahJenis pemeriksaan ini dianjurkan dokter setelah Anda
dinyatakan positif hamil. Contoh darah akan diambil untuk diperiksa
apakah terinfeksi virus tertentu atau resus antibodi. Contoh darah
calon ibu juga digunakan untuk pemeriksaan hCG. Dunia kedokteran
menemukan, kadar hCG yang tinggi pada darah ibu hamil berarti ia
memiliki risiko yang tinggi memiliki bayi dengan sindroma Down.2.
Alfa Fetoprotein (AFP)Tes ini hanya pada ibu hamil dengan cara
mengambil contoh darah untuk diperiksa. Tes dilaksanakan pada
minggu ke-16 hingga 18 kehamilan. Kadar Maternal-serum
alfa-fetoprotein (MSAFP) yang tinggi menunjukkan adanya cacat pada
batang saraf seperti spina bifida (perubahan bentuk atau
terbelahnya ujung batang saraf) atau anencephali (tidak terdapatnya
semua atau sebagian batang otak). Kecuali itu, kadar MSAFP yang
tinggi berisiko terhadap kelahiran prematur atau memiliki bayi
dengan berat lahir rendah.3. Sampel Chorion Villus (CVS)Tes ini
jarang dilakukan oleh para dokter karena dikhawatirkan berisiko
menyebabkan abortus spontan. Tes ini dilakukan untuk memeriksa
kemungkinan kerusakan pada kromosom. Serta untuk mendiagnosa
penyakit keturunan. Tes CVS ini mampu mendeteksi adanya kelainan
pada janin seperti Tay-Sachs, anemia sel sikel, fibrosis berkista,
thalasemia, dan sindroma Down.4. Ultrasonografi (USG)Tes ini
dilakukan untuk mendeteksi kelainan struktural pada janin, seperti;
bibir sumbing atau anggota tubuh yang tidak berkembang. Sayangnya
USG tidak bisa mendeteksi kecacatan yang disebabkan oleh faktor
genetik. Biasanya USG dilakukan pada minggu ke-12 kehamilan. Pada
pemeriksaan lebih lanjut USG digunakan untuk melihat posisi
plasenta dan jumlah cairan amnion, sehingga bisa diketahui lebih
jauh cacat yang diderita janin.Kelainan jantung, paru-paru, otak,
kepala, tulang belakang, ginjal dan kandung kemih, sistem
pencernaan, adalah hal-hal yang bisa diketahui lewat USG.5.
AmiosentesisPemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu
berusia di atas 35 tahun. Karena hamil di usia ini memiliki risiko
cukup tinggi. Terutama untuk menentukan apakah janin menderita
sindroma Down atau tidak. Amniosentesis dilakukan dengan cara
mengambil cairan amnion melalui dinding perut ibu. Cairan amnion
yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan
mikroorganisme, mampu memberikan informasi tentang susunan genetik,
kondisi janin, serta tingkat kematangannya. Tes ini dilakukan pada
minggu ke-16 dan 18 kehamilan. Sel-sel dari cairan amnion ini
kemudian dibiakkan di laboratorium. Umumnya memerlukan waktu
sekitar 24 sampai 35 hari untuk mengetahui dengan jelas dan tuntas
hasil biakan tersebut.6. Sampel darah janin atau
cordosentesisSampel darah janin yang diambil dari tali pusar.
Langkah ini diambil jika cacat yang disebabkan kromosom telah
terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Biasanya dilakukan setelah
kehamilan memasuki usia 20 minggu. Tes ini bisa mendeteksi kelainan
kromosom, kelainan metabolis, kelainan gen tunggal, infeksi seperti
toksoplasmosis atau rubela, juga kelainan pada darah (rhesus),
serta problem plasenta semisal kekurangan oksigen.7. FetoskopiMeski
keuntungan tes ini bisa menemukan kemungkinan mengobati atau
memperbaiki kelainan yang terdapat pada janin. Namun tes ini jarang
digunakan karena risiko tindakan fetoskopi cukup tinggi. Sekitar 3
persen sampai 5 persen kemungkinan kehilangan janin. Dilakukan
dengan menggunakan alat mirip teleskop kecil, lengkap dengan lampu
dan lensa-lensa.Dimasukkan melalui irisan kecil pada perut dan
rahim ke dalam kantung amnion. Alat-alat ini mampu memotret janin.
Tentu saja sebelumnya perut si ibu hamil diolesi antiseptik dan
diberi anestesi lokal.8. Biopsi kulit janinPemeriksaan ini jarang
dilakukan di Indonesia. Biopsi kulit janin (FSB) dilakukan untuk
mendeteksi kecacatan serius pada genetika kulit yang berasal dari
keluarga, seperti epidermolysis bullosa lethalis (EBL). Kondisi ini
menunjukkan lapisan kulit yang tidak merekat dengan pas satu sama
lainnya sehingga menyebabkan panas yang sangat parah. Biasanya tes
ini dilakukan setelah melewati usia kehamilan 15-22
minggu.3.2.4Maloklusi dan klasifikasi maloklusiMaloklusi
didefinisikan sebagai ketidakteraturan gigi-gigi di luar ambang
normal.Maloklusi dapat meliputi ketidakteraturan lokal dari
gigi-gigi atau malrelasi rahang pada tiap ketiga bidang ruang
sagital, vertikal, atau transversal.(Huoston, 1989)ETIOLOGI
MALOKLUSIGraber menentukan klasifikasi faktor-faktor etiologi
maloklusi sebagai berikut ini:1. Faktor umum : faktor yang tidak
berpengaruh langsung pada gigi yang meliputi:- Herediter- Kelainan
kongenital- Lingkungan:- Prenatal- Postnatal- Penyakit atau
gangguan metabolisme- Problema diet- Kebiasaan jelek dan aberasi
fungsional:- Abnormal sucking- Thumb and finger sucking- Tongue
thrust and tongue sucking- Lip and nail biting- Abnormal swallowing
habits- Speech defects- Respiratory abnormalities- Tonsils and
adenoids- Bruxism- Posture- Trauma dan kecelakaanb. Faktor lokal :
faktor yang berpengaruh langsung pada gigi, yang terdiri atas:-
Anomali jumlah gigi:- Gigi kelebihan- Missing- Anomali ukuran gigi-
Anomali bentuk gigi- Frenulum labial abnormal- Kehilangan prematur-
Retensi- Erupsi gigi permanen terlambat- Pola erupsi gigi abnormal-
Ankilosis- Karies gigi- Restorasi gigi yang tidak baikMALOKLUSI1.
Maloklusi dapat dibagi menjadi 3 golongan yakni :2. Dental
dysplasia3. Skeleto dental dysplasia4. Skeletal dysplasia1. Dental
dysplasiaAdalah maloklusi yang disebabkan oleh relasi yang tidak
harmonis dari gigi-gigi. Berbagai posisi gigi dapat terjadi dalam
deretan lengkung gigi, seperti misalkan terjadinya : rotasi,
labioversi, linguoversi, impaksi, gigi yang berjejal-jejal,
ektopioc, dsb.dalam hal ini maka relasi dari tulang rahangnya masih
normal dan fungsi dari otot-otot adalah baik.1. Skeleto dental
dysplasiaDalam hal ini tidak adanya gigi-giginya yang maloklusi,
tapi juga meliputi rahang. Dimana hubungan antara tulang maksila
dan mandibula adalah tidak normal, atau dapat pula maksila atau
mandibulanya atau kedua-duanya hubungannya dengan cranium adalah
tidak normal. Maloklusi ini adalah sangat kompleks dan memerlukan
perawatan yang khusus.1. Skeletal dysplasiaMaloklusi ini disebabkan
karena malrelasi antara maksila dan mandibula, atau karena
malrelasi dari tulang rahang dan kraniumnya.kedudukan gigi-giginya
ada kemungkinan normal. Maloklusi semacam ini sering menunjukkan
bentuk muka yang maju ke depan (forward facial divergent) atau
bentuk muka yang mundur ke belakang (backward facial divergent).
Hal ini disebabkan karena perkembangan kurang atau lebih dari
tulang rahang.1. B.Secara lebih terperinci maloklusi dapat dibagi
menjadi 4 golongan :1. Malposisi dan malrelasi dari tiap-tiap
gigi2. Malrelasi dari lengkung gigi dan tulang rahang3. Kurangnya
perkembangan dari bentuk lengkung gigi4. Malformasi dari tulang
rahang1. 1.Malposisi dan malrelasi gigiDalam keadaan ini terdapat
kedududukan gigi yang abnormal, seperti : mesioversi, distoversi,
labioversi, torsiversi, infraversi, supraversi, dan perversi.1.
2.Malrelasi lengkung gigi dan tulang rahangHal ini merupakan relasi
yang tidak baik antara lengkungan geligi atas dan lengkungan geligi
bawah, dan hubungan yang tidak baik dari maxilla dan mandibula
dalam dataran sagital atau relasi antero-posterior.1. 3.Kurangnya
perkembangan dari bentuk lengkung gigiKadang-kadang oleh karena
adanya pertumbuhan dan perkembangan yang tidak baik, maka
lengkungan gigi menjadi sempit, dan untuk mempelajari anomaly yang
berhubungan dengan ini kita berpangkal pada raphe median line
(median sagital plane of the face).Garis median ini pada muka orang
ialah melalui : trichion, glabella, pertengahan garis inter pupil,
ujung dari hidung, pertengahan dari bibir, pertengahan dari gnation
dan pada model ialah melalui papilla isisivus, perpotongan rugea
kedua kanan kiri, pertengahan fovea palatine kanan-kiri.Bila lebih
dekat dengan median line disebut contraction, = compression =
introversion.Bila menjauhi median line disebut distraction =
extraversion.1. 4.Malformasidari rahang dan gigi dan malposisi dari
mandibula.Maloklusi seperti ini adalah sering disebabkan karena
adanya mandibula displacement baik kekiri maupun ke kanan. Bila
mandibula displace kekiri maka teraba bahwa kondil sebelah kanan
kedudukannya lebih kebawah dan kedepan serta ke medial (glides
downward & medialto medial line, sedangkan yang sebelah kiri
kondilnya hanya memutar. Terlihat dalam keadaan oklusi, maka
terlihat gigi-gigi sebelah kanan gigi-gigi bawahnya lebih ke mesial
adri pada normal an hubungan bucco-lingual sebelah kanan tetap tak
berubah, yang berubah adalah hubungan antero-posteriornya.
Sedangkan yang sebelah kiri akan berubah ke jurusan atau dalam
jurusan bucco-lingual, sehingga menyebabkan cross-bite, gigi bawah
lebih keluar.1. C.Maloklusi dapat berkembang dalam 3 dimensi:1.
Sagital (antero-posterior) ialah ditinjau dari orbital plane ada
atau tidak adanya protraction-retraction. Misalkan maloklusi kelas
II atau kelas III.2. Transversal (medio-lateral) ialah ditinjau
dari raphe median line. Ada atau tidaknya :
contraction/distravtion.3. Vertical ditinjau dari suatu garis yang
menghubungkan tragus dan foramen infra orbitalis dan tegak lurus
orbital plane serta sejajar dengan bidang horizontal. Garis ini
disebut Frankfurt Horizontal Plane (F.P.H) tau sering pula disebut
sebagai gaya Eye Ear Plane (E.E.P). perkataan Frankfurt berasal
dari tempat dimana para sarjana anthtropology berkongres di
Frankfurt.Klasifikasi AngleKlasifikasi maloklusi Angle berdasar
pada hubungan rahang di bidang sagital. Kunci klasifikasi Angle
adalah hubungan antara molar pertama permanen rahang atas dan
rahang bawah. Molar pertama permanen digunakan sebagai kuncinya
karena dianggap sebagai gigi yang paling stabil, jarang berubah
kedudukannya, karena gigi ini tertanam dalam tulang zygomaticus
yang sangat kuat.Pada oklusi normal, cusp mesiobukal M1 permanen
atas beroklusi dengan groove bukal depan M1 permanen bawah.Angle
Klas 1Maloklusi dimana terdapat hubungan antero-posterior rahang
yang normal dilihat dari M1 permanen.Angle Klas 2Rahang bawah
sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke distal dari rahang atas,
dilihat dari hubungan M1 tetap.Klas 2 dibagi menjadi dua
divisi:Divisi 1 : insisivus atas proklimasi sehingga terdapat
peningkatan overjetDivisi 2: insisivus pertama atas retroklinasi.
Insisivus kedua selalu proklinasi dan overbite dalam.Angle Klas
3Rahang bawah sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke mesial dari
atas, dilihat dari hubungan M1.Oleh Dr. martin Dewey, maka kelas
Idibagi menjadi atas beberapa tipe maloklusi dari Angle yakni:1.
type I : Gigi-gigi insisiv berjejal-jejal dan gigi caninus sering
terletak dilabial2.type II : Protusi atau labio versi dari insisiv
atas3.type III : Satu atau lebih dari satu gigi insisiv atas adalah
lebih dari kea rah lingual terhadap gigi insisiv bawah. (cross bite
gigi depan/ anterior crossbite)4.type IV :Crossbite pada gigi-gigi
molar atau premolar (posterior cross bite)5.type V : Mesial
drifting dari molar yang disebabkan karena tanggalnya gigi
depannya6.type VI : Spacing, openbite,dllKelas II maloklusi (Angel)
dapat dibagi atas:1. Divisi I : bilateral distal - insisiv atas
protusiSubdivisi. Unilateral distal (hanya menggunakan satu sisi
saja)1. Divisi II : Bilateral dital - insisiv atas retrusi / step
biteSubdivisi. Unilateral distalKelas III Angle (Mesioklusi). Dapat
berupa : Bilateral atau Unilateral subdivisi. Kelas III maloklusi
dapat pula dibagi beberapa type yakni:1. type 1 : hubungan
incisornya adalah edge to edge2. type 2 : insisiv atas menumpang
pada insisiv bawah, seperti hubungan yang normal dan insisiv bawah
agak berjejal-jejal3. insisiv atasnya adalah linguoversi - cross
bite dan hal ini merupakan progenik.KLASIFIKASI ANGLEAngle
mendeskripsikan tujuh malposisi untuk satu gigi: Bukal atau labial
Lingual Mesial Distal Torso (berotasi) Infra (erupsi tidak sampai
garis oklusal) Supra (erupsi melebihi garis oklusal)Penggolongan
malposisi gigi ini dapat digunakan unruk menggambarkan maloklusi
dengan lebih lengkap.(orthodontics: diagnosis and
treatment)3.2.5Hubungan celah bibir dan celah palatumPertumbuhan
dan perkembangan craniofasial dimulai pada trismeter pertama
kehamilan. Pada minggu ke lima terjadi pertumbuhan yang cepat pada
tonjolan nasal media. Secara simultan tonjolan maksila yang ada
dilateral bergerak ke median. Pada minggu-minggu selanjutnya
tonjolan maksila bertemu dengan tonjolan nasal medial dan menekan
tonjolan nasal medial ke arah midline. Selanjutnya terjadi fusi
membentuk segmen intermaksilari yaitu bibir atas dan philtrum,
rahang atas yang menyangga gigi anterior dan palatum primer. Jika
terjadi kegagalan fusi akan terjadi celah bibir. Pada minggu ke
delapan palatum sekunder tumbuh vertikal sampai sejajar dengan
lidah lalu tumbuh horizontal dan keduanya berfusi dengan palatum
primer. Jika terjadi kegagalan fusi pada pemebentukan palatum akan
terjadi celah palatum. Jika ada celah bibir mungkin ada celah
palatum tetapi kebanyakan kasus jika ada celah bibir juga akan
terdapat celah palatum. Tetapi jika ada celah palatum belum tentu
ada celah bibir karena pembentukan bibir lebih dulu daripada
pembentukan palatum.3.2.6Hubungan Kelainan Kongenital Skeletal
dengan MaloklusiHubungan Kelainan Kongenital Skletal dengan
Maloklusi1. Kelainan celah palatum primerKelainan yang ada
bervariasi dari lekukan bibir sampai celah bibir menyeluruh dengan
kelainan alveolar. Kelainan ortodonti dan gigi bersifat lokal serta
tercermin pada maloklusi yang masih dalam ambang normal. Celah
alveolar terdapat pada daerah gigi seri kedua sehingga kelainan
gigi ini sering terlihat; gigi mungkin tidak tumbuh atau tumbuh
tidak sempurna dan/atau malposisi; atau terdapat dikkotomi gigi
seri kedua dengan satu gigi peg shaped kecil pada kedua sisi garis
celah.1. Kelainan celah palatum sekunderCelah palatum lunak saja
menimbulkan gangguan skletal ringan tetapi dapat berhubungan dengan
mikrognasia dan glosoptopis yang keduanya dapat menyebabkan
maloklusi.Bila palatum keras telah diperbaiki, rahang atas
seringkali sempit sehingga gigi berjejal-jejal (crowding) dan
terdapat gigitan terbalik (crossbite, uni atau bilateral)1. Celah
yang mengenai palatum primer dan sekunderKasus ini menunjukan
problem yang besar; operasi, gigi, ortodonsi, dan bicara. Faktor
yang menyebabkan maloklusi adalah kelainan maksila, bibir atas yang
telah diperbaiki dan kelainan gigi pada daerah celah yang semuanya
dapat menimbulkan maloklusi.1. Cerebral PalsyParalysis atau kurang
koordinasinya otot karena lesi intrakranial kelainan neuromuskular,
yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi; misalnya lengkung
geligi tidak normal atau colaps.1. TorticollisBerkaitan dengan
kekuatan otot yang abnormal, dimana terjadi pemendekan otot
cleidomastoid yang menyebabkan perubahan bentuk tulang cranium dan
muka sehingga terjadi asimetri muka.1. Cleidoeranial
DysotosisKelainan kongenital yang dapat menyebabkan maloklusi,
dapat unilateral maupun bilateral, tidak terbentuk clavicula
parsial atau keseluruhan karena keterlambatan penutupan sutura
cranial, retrusi maksila, dan protrusi mandibula, gangguan erupsi
gigi permanen dan gigi sulung yang tidak tanggal. Akar gigi
permanen pendek dan tipis dan gigi kelebihan juga sering
dijumpai.1. Congenital SyphilisDapat menyebabkan bentuk gigi
abnormal dan malposisi gigi.BAB IVKESIMPULANKesimpulan yang
dihasilkan yaitu :1. Kelainan kongenital adalah kelainan yang ada
pada bayi sejak ia dilahirkan.2. Etiologi dari kelainan kongenital
adalah genetik dan non genetik (lingkungan, nutrisi, trauma,
obat-obatan, paparan radiasi, umur ibu hamil, infeksi pada ibu,
aktivitas ibu terlalu berat selama hamil dan psikologis ibu selama
hamil)3. Macammacam kelainan kongenital pada kraniofasial gangguan
wajah, perkembangan kista, gangguan lidah, gangguan rahang, dan
gangguan gigi.4. Patogenesis dari cleft lips dan cleft palate dapat
dijelaskan dengan berbagai teori, namun pada dasarnya adalah
terjadinya kegagalan pada penyatuan prosesus maksilaris dan
prosesus nasalis medialis selama proses tumbuh kembang kraniofasial
janin.5. Kelainan kongenital dapat dideteksi dengan pemeriksaan
fisik, laboratoris, dan radiologi.DAFTAR PUSTAKAShafer, William G.
1983.A Textbook of Oral Pathology. Toronto : W.B. Saunders
CompanyKerr, Donald A. 1960.Oral Pathology. Philadelpia : Lea &
FebingerSudiono, Janti. 2008.Gangguan Tumbuh Kembang
Dentokraniofasial.Jakarta : EGCSperber, G.H. 1991.Embriologi
Kraniofasial. Jakarta : HipokratesFoster, T. D. 1997.Buku Ajar
Ortodonsi. Jakarta : EGC