Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat 21 KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI JAWA BARAT Oleh: Elis Dwiana Ratnamurni Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan tentang implementasi Kinerja pada Usaha Kecil agroindustri makanan dan minuman. Hasil Penelitian diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengetahuan di bidang sosial, maupun bagi pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan bagi para wirausaha kecil agroindustri makanan dan minuman. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dengan ukuran sampel 267 usaha kecil agroindustri makanan dan minuman. Responden dalam penelitian ini adalah para pemilik dan sekaligus pengelola usahanya sendiri. Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan menyebar kuesioner. Kesimpulan penelitian, Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa Barat, lebih dominan ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan kinerja usaha kecil masih rendah yang tercermin dari rendahnya omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh serta aset yang masih rendah. Kata Kunci: Kinerja, Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan Minuman Abstract : This study aims to obtain findings on the implementation of performance at small and agro food and beverages. Research results are expected to contribute to knowledge in the social field, as well as for the government as an input in setting policy for small entrepreneurs agro-food and beverages. The study was conducted in West Java with a small sample size of 267 agro-food and beverages. Respondents in this study is the owner and manager of his own business. Research used descriptive method with qualitative and quantitative approaches. Techniques of data collection by interview and questionnaire spread. Conclusions of the study, performance of small agro-food and beverages in West Java, more dominant and non-financial performance demonstrated by the performance of small enterprises is still low which is reflected in the low turnover of sales and assets are still low. Keywords: Performance, Small Agro Industry Food and Beverage PENDAHULUAN Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi global. Perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Usaha kecil menengah dapat menopang kekuatan perekonomian negara di dalam menghadapi krisis keuangan global yang dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data yang dimiliki Depdag, 90
19
Embed
KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN … · Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat 21 ... mulai dari sayuran dan tanaman pangan, peternakan, perikanan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
21
KINERJA USAHA KECIL AGROINDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
DI JAWA BARAT
Oleh:
Elis Dwiana Ratnamurni
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan tentang implementasi
Kinerja pada Usaha Kecil agroindustri makanan dan minuman. Hasil Penelitian
diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengetahuan di bidang sosial, maupun bagi
pemerintah sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan bagi para wirausaha
kecil agroindustri makanan dan minuman. Penelitian dilakukan di Jawa Barat dengan
ukuran sampel 267 usaha kecil agroindustri makanan dan minuman. Responden dalam
penelitian ini adalah para pemilik dan sekaligus pengelola usahanya sendiri. Metode
penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan menyebar kuesioner.
Kesimpulan penelitian, Kinerja usaha kecil agroindustri makanan dan minuman di Jawa
Barat, lebih dominan ditunjukkan oleh kinerja nonkeuangan dan kinerja usaha kecil
masih rendah yang tercermin dari rendahnya omzet penjualan dan keuntungan yang
diperoleh serta aset yang masih rendah.
Kata Kunci: Kinerja, Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan Minuman
Abstract : This study aims to obtain findings on the implementation of performance at
small and agro food and beverages. Research results are expected to contribute to
knowledge in the social field, as well as for the government as an input in setting policy
for small entrepreneurs agro-food and beverages. The study was conducted in West
Java with a small sample size of 267 agro-food and beverages. Respondents in this
study is the owner and manager of his own business. Research used descriptive method
with qualitative and quantitative approaches. Techniques of data collection by interview
and questionnaire spread. Conclusions of the study, performance of small agro-food
and beverages in West Java, more dominant and non-financial performance
demonstrated by the performance of small enterprises is still low which is reflected
in the low turnover of sales and assets are still low.
Keywords: Performance, Small Agro Industry Food and Beverage
PENDAHULUAN
Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari
terpaan krisis ekonomi global. Perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan
menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Usaha kecil menengah dapat
menopang kekuatan perekonomian negara di dalam menghadapi krisis keuangan global
yang dirasakan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Data yang dimiliki Depdag, 90
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
22
persen kegiatan usaha di Indonesia ternyata ditopang oleh UKM. Berkat UKM
perekonomian nasional tumbuh positif, walaupun hanya sebesar 3-4 persen.
Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the
Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, mempunyai daya
tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama
krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan
penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu
mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal
birokrasi.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4
(empat) hal, yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi
(consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih
mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha, (3) Pada
umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya
memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UKM baru sebagai
akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.
UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang
perekonomian. Fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1)
Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung
di sektor formal, (2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara
melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.
Sedangkan Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu
(1) nilai tambah. Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun
2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik
Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar
harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari
tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3
persen dari total PDB Indonesia. Bila dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006
kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan
Usaha Besar sebesar 46,7 persen. (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas. Pada
tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen
terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4
juta orang. (3) nilai ekspor. Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri
mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun
pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas
nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada
tahun 2006.
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
23
Daerah Jabar diketahui sebagai salah satu sentra produksi agro makanan olahan,
yang terdukung budaya dan potensi ekonomi daerahnya selaku sentra agrobisnis
nasional. Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-produk agro daerahnya untuk
lebih berdaya jual, mulai dari sayuran dan tanaman pangan, peternakan, perikanan,
sampai perkebunan, dengan cara bisnis dalam bentuk produk olahan. Perkembangan
produk agro makanan olahan di Jabar terindikasi akan terus berkembang keragamannya.
Saat ini saja sudah ada 2.500 jenis yang terdaftar.
Produk agro Jawa Barat terus meningkat, sektor hilir khususnya industri kecil
yang bergerak pada makanan olahan, menjadi pusat perhatian karena memberikan nilai
tambah yang sangat besar untuk pengusahaan produk.
Data dari Dinas Indag Agro menyebutkan, dalam kurun waktu 2007, perusahaan
atau usaha industri agro terdiri dari 256.383 usaha, yang meliputi kelas rumah tangga
237.524 usaha, kecil 16.446 usaha, sedang 1.965 usaha, dan besar 448 usaha. Jumlah ini
naik dari tahun 2006 yang secara total 256.216 usaha atau tumbuh 167 usaha.
Sedangkan berdasarkan data BPS (2007), penyerapan tenaga kerja industri dan
perdagangan agro mampu menyerap 24,6 persen total tenaga kerja bidang industri dan
perdagangan. Apalagi, dilihat dari pertumbuhan ekonomi Jabar untuk tahun 2006,
sektor industri tumbuh 8,7 persen perdagangan 7,1 persen sedangkan pertanian turun
0,6 persen. BPS dalam menyajikan statistik industri nasional, mengklasifikasikan
industri makanan dan minuman ke dalam kelompok industri pengolahan, masuk ke
dalam subsektor 31 (industri Makanan, Minuman dan Tembakau).
Kinerja perusahaan merupakan suatu tingkat hasil kerja yang dicapai oleh suatu
organisasi dalam suatu periode operasional yang dibandingkan dengan sasaran, standar,
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. (Siegel dan Marconi,1989). Kinerja
perusahaan antara lain dilihat dari data keuangan yang dihasilkan dalam suatu periode
tertentu.
Kinerja UKM mengalami fluktuasi dengan adanya peningkatan perekonomian.
Hal ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang mampu meningkatkan kinerjanya akan
bertahan dan tumbuh dalam lingkungan usaha yang kompetitif.
Penelitian ini mengambil objek penelitian pada Usaha Kecil Makanan dan
Minuman, dengan pembatasan masalah ”Bagaimana Kinerja Pada Usaha Kecil
Agroindustri Makanan dan Minuman di Jawa Barat”. Adapun tujuan penelitian ini yaitu
untuk menyajikan hasil kajian Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan dan
Minuman di Jawa Barat.
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif, yaitu metode yang cocok
diaplikasikan karena penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan situasi dan
kondisi pada masa penelitian dilakukan. Secara spesifik metodenya menggunakan
metode survai.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
24
Survai dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta melalui bertanya kepada
orang-orang atau subjek sebagai sumber informasi untuk menghimpun fakta-fakta yang
langsung dari sumber primer mengenai Kinerja.
Karena aplikasi survai tersebut untuk mendeskripsikan/menjelaskan
karakteristik anggota populasi di lapangan, maka jenis survai yang digunakan adalah
survai eksplanatory. Survai eksplanatory adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui karakteristik variabel dengan meneliti sejumlah sampel.
Data yang dikumpulkan berasal dari data primer dan sekunder. Untuk mengukur
Kinerja, dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur berupa “kuesioner”. Kuesioner
yang dikembangkan menggunakan jenis teknik pengembangan alat ukur “skala
Numerik lima”, dengan skala ordinal. Penyebaran kuesioner diberikan kepada pimpinan
yang merangkap pemilik atau pengelola sesuai dengan karakteristik usaha kecil. Sumber
data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari
studi literatur, jurnal-jurnal ilmiah, majalah ilmiah, makalah seminar, dokumen
perusahaan, dokumen institusi terkait di antaranya Pemda, Kadin Jabar, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Agro Provinsi Jawa Barat dan Dinas KUKM Propinsi Jawa Barat.
Teknik Pengumpulan Data
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability
sampling. Population target dalam penelitian ini adalah usaha kecil agroindustri
makanan dan minuman di Jawa Barat. Menurut data Dinas Indag Agro menyebutkan,
dalam kurun waktu 2007, sebaran industri agro di Jabar terbesar ada di Ciamis (7,3 %),
Garut (6,2%), Kabupaten Sukabumi (5%), Tasikmalaya (4,9%), Majalengka (4,8%),
Cianjur (4,4%), dan Kabupaten Bandung (4%).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling.
Area sampling di Provinsi Jawa Barat, terdiri dari 25 kota atau kabupaten. Ukuran
sampel yang diambil menurut Schumacker dan Lomax (1996:20) dalam Hair (1998)
adalah sekitar 100-150 subjek untuk ukuran sampel minimum atau 1:5 antara jumlah
item (indikator), sedangkan menurut Kelloway, 1998; Marsh et al, dalam Bahrudin &
Tobing, (2003:68) banyaknya variabel 3-10 ukuran sampel minimal 200.
Selanjutnya karena dalam penelitian ini hanya usaha kecil saja, maka berdasarkan
data Dinas Indag Agro, dalam kurun waktu tahun 2007, usaha kecil terdiri dari 16.446
usaha. Menurut golongan industri, bahwa hampir “sepertiga“ bagian dari seluruh
industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau
(Mudrajat, 2008).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut yang merupakan acuan untuk syarat sampel
yang digunakan, sampel yang dipilih sebanyak 267 unit usaha kecil agroindustri
makanan dan minuman dengan teknik Two Stage Cluster Sampling. Daerah yang
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
25
tingkatannya lebih besar dibagi dalam daerah atau wilayah yang lebih kecil. Jawa Barat
yang terbagi ke dalam 26 kota/kabupaten, kemudian dipilih secara random 7 kota/
kabupaten. Penyebaran ketujuh kota/kabupaten, yaitu Ciamis, Garut, Sukabumi,
Tasikmalaya, Majalengka, Cianjur, dan Bandung.
Metode pengumpulan data yang diterapkan, termasuk ke dalam survai self
administered interview yaitu teknik wawancara yang diawali dengan wawancara face-
to-face, kemudian responden diminta mengisi sendiri kuesioner, dan metode drop-0ff
questionaire yaitu cara menyebar kuesioner yang pertama-tama petugas mengadakan
wawancara terbatas meliputi penjelasan maksud dan tujuan studi kepada responden, lalu
mereka mengisinya sendiri dan pada waktu berikutnya petugas mengumpulkan
kuesioner tersebut atau responden dapat mengembalikannya.(Sugiama, 2008:152).
Metode Analisis
Data yang terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner dan pengumpulan data
sekunder dilakukan dalam 4 langkah yaitu coding, editing, processing data, dan
selanjutnya menganalisis data. Analisis data deskriptif dalam penelitian ini,
menggunakan kategori interval. Pada analisis deskriptif ini dilakukan dengan
menganalisis nilai rata-rata, frekuensi, dan median.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja
Stoner (1995), mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motivasi,
kecakapan, dan persepsi peranan. Sedangkan Bernardin and Russel (1993: 379)
mendefinisikan kinerja adalah ”Performance is the record of outcome prodused on a
specified job function or activity during a specified time periode”.
Prawiro Suntoro dalam Pabundu (2006: 121), mengemukakan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi pada periode waktu tertentu.
Menurut Gibson (2003), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam
melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan
baik.
Sedangkan prestasi kerja merupakan hasil kerja yang diperoleh dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang. Pengertian Prestasi Kerja dapat
digunakan untuk menilai suatu organisasi atau perusahaan atau unit dan divisi dalam
perusahaan. Untuk menentukan kinerja organisasi atau perusahaan maka dilakukanlah
penilaian kinerja. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam
mencapai sasaran organisasi dan untuk menilai kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
26
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mengkuantifikasikan secara akurat
dan valid tingkat efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan yang telah terealisasi dan
membandingkannya dengan tingkat prestasi yang direncanakan. Efektivitas adalah
tingkat pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi menunjukkan seberapa ekonomis
pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai tujuan.
Terdapat beberapa fungsi kegiatan yang terkait dengan kinerja perusahaan, yaitu
strategi perusahaan, pemasaran, operasional, sumberdaya manusia, dan keuangan.
Beberapa hal penting dalam sumberdaya manusia yang perlu dievaluasi antara lain
mengenai produktivitas kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja, pelatihan dan
pengembangan, serta kepemimpinan. Dilihat dari sisi keuangan menurut J.D. Martin
dalam Pabundu (2006), bidang studi keuangan yang semula bersifat deskriptif dengan
penekanan pada merger, dan cara-cara meningkatkan modal, telah berkembang menjadi
studi komprehensif yang mempelajari semua aspek pencarian dan penggunaan dana
secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Husein Umar, bahwa tujuan
mengevaluasi bisnis dari aspek keuangan adalah mengetahui apakah realisasi investasi
telah sesuai dengan yang diharapkan. Analisisnya dapat ditinjau dari laba dengan
membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, ketersediaan dana, biaya modal,
kemampuan proyek untuk membayar utang dan menilai apakah proyek akan
berkembang.
Dua metode untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Metode UCLA
Seperti yang dikemukakan oleh Alkin dalam Pabundu (2006: 124), evaluasi kinerja
perusahaan terbagi ke dalam lima macam, yaitu:
a.Sistem assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau
posisi terakhir dari seluruh elemen program promosi yang tengah diselesaikan.
b.Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitas-aktivitas dalam
program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.
c.Program implementation, yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program
sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.
d. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana
program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-
masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.
e.Program certification, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai-nilai
atau manfaat program
2. Metode Balanced – Scorecard
Metode ini dikemukakan oleh Kaplan dan Norton (1996:24), dalam mengukur
kinerja perusahaan. Balanced berarti keseimbangan, sedangkan scorecard adalah kartu
yang dapat dipakai untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau kelompok. Jadi
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
27
balanced scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau
kelompok/organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat skor hasil-hasil
kinerja. Balanced scorecard merupakan ide untuk menyeimbangkan aspek keuangan
dan nonkeuangan serta aspek internal dan eksternal perusahaan. Melalui balanced
scorecard mengukur kinerja dengan mempertimbangkan empat aspek atau perspektif,
yaitu perspektif keuangan, konsumen, proses bisnis internal, dan proses belajar dan
berkembang yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Persepektif Keuangan, pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan,
perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan strategis. Menurut kaplan dan Norton
(1996), sasaran keuangan berbeda pada tiap tahap dari siklus kehidupan bisnis.
Tahapan tersebut terdiri dari tahap pertumbuhan, tahap bertahan, dan tahap panen
b. Perspektif Pelanggan, untuk memuaskan pelanggan, perusahaan perlu menciptakan
dan menyajikan suatu produk dan jasa yang bernilai lebih bagi konsumen. Untuk
mengukur perspektif konsumen/pelanggan digunakan dua cara:
1.kelompok pengukuran inti yakni mengukur tingkat kepuasan, loyalitas, keterikatan,
akuisisi konsumen dari pasar yang ditargetkan dan profitabilitas pelanggan atau
tingkat keuntungan yang diperoleh dari target pasar yang dilayani.
2.Preposisi nilai pelanggan merupakan kinerja pemicu yang menyangkut apa yang
harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan
akuisisi konsumen tinggi.
c. Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inovasi, operasi, dan layanan purnajual.
1.Inovasi, merupakan tahap penelitian dan pengembangan produk. Inovasi diukur
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a.Banyaknya produk-produk baru yang dihasilkan
b.Besarnya penjualan produk-produk baru
c.Lamanya waktu pengembangan dan menjual produk-produk baru jika
dibandingkan dengan pesaing
d.Besarnya biaya produk-produk baru
e.Frekuensi selama proses pengembangan produk-produk baru
2.Operasi, merupakan tahapan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan transaksi
jual beli dengan pelanggan. Diukur dengan kriteria sebagai berikut:
a.Tingkat kerusakan produk prapenjualan
b.Banyaknya bahan baku yang terbuang sia-sia
c.Adanya pengerjaan ulang produk karena kerusakan
d.Banyaknya permintaan pelanggan tidak terpenuhi
e.Penyimpangan biaya produksi dari anggaran yang sebenarnya.
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
28
3.Layanan Purnajual, merupakan layanan transaksi jual beli produk/jasa seperti
layanan pemeliharaan produk, penggantian suku cadang, perbaikan kerusakan, dan
sebagainya. Layanan purnajual dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:
a.Jangka waktu untuk memenuhi permintaan pemeliharaan produk
b.Perbaikan kerusakan atau penggantian suku cadang pelanggan
c.kecepatan pelayanan dan banyaknya pelanggan yang dilayani
d.Jangka waktu perolehan pembayaran bagi pelanggan yang mencicil
e.Kadar limbah berbau/beracun.
d. Perspektif Proses belajar dan Berkembang
Kinerja ini bertujuan mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi, yang
dapat diukur melalui kriteria sebagai berikut:
1. kemampuan pegawai mencakup tingkat kepuasan pegawai, tingkat perputaran
pegawai, besarnya pendapatan perusahaan per pegawai, nilai tambah pegawai, dan
tingkat pengembalian balas jasa.
2. kemampuan sistem informasi meliputi, ketersediaan informasi yang dibutuhkan,
tingkat ketepatan informasi yang tersedia, dan jangka waktu perolehan informasi.
3. Motivasi, pemberdayaan dan keserasian individu perusahaan. Tolok ukurnya,
jumlah saran pegawai, jumlah saran yang direalisasikan, jumlah saran yang berhasil
guna, dan jumlah pegawai yang tahu visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Lingkungan bisnis yang stabil dan persaingan yang tidak signifikan, kinerja
perusahaan berupa penciptaan kekayaan dalam jumlah memadai. Dalam lingkungan
bisnis yang kompetitif, untuk dapat bertahan hidup dan tumbuh, penciptaan kekayaan
yang memadai tidak cukup sebagai kinerja perusahaan. Organisasi perusahaan harus
mampu melipatgandakan kekayaan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif
(Mulyadi,2001:293-294).
Mulyadi (2001:253) menjelaskan manfaat penilaian kinerja oleh organisasi,yaitu:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
personel secara maximum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel.
4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
Kinerja keuangan merupakan prestasi keuangan yang dicapai perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Indikator keuangan dapat digunakan sebagai referensi untuk
pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada posisi perusahaan di daur
hidup bisnisnya (business life cycle).
Dalam studi kewirausahaan di sektor informal, Morris, Pitt, dan Berthon (1996)
tidak sekedar menggunakan kondisi bisnis saat ini sebagai indikator kinerja wirausaha,
tetapi juga prediksi kondisi wirausaha di masa mendatang. Mengukur kinerja saat ini
Kinerja Usaha Kecil Agroindustri Makanan Dan Minuman Di Jawa Barat
29
Market in which firm operate
Financial Performance
Entrepreneur’s Characteristics
Entrepreneur objectives
Managerial Practice
mereka menggunakan indikator jumlah karyawan, turnover bulanan, dan kinerja bisnis
secara keseluruhan. Sedangkan kinerja kedepan sebagai prediksi kinerja wirausaha di
masa depan meliputi keadaan bisnis tiga tahun kedepan, kesempatan bisnis baru di masa
depan, niat untuk mencari tambahan pembiayaan bisnis, serta berhenti berbisnis jika
mendapat pekerjaan tetap.
Dalam menjelaskan bagaimana proses pencapaian tujuan di bisnis wirausaha kecil,
Glancey dan Pettigrew (1977) membangun model konseptual seperti pada gambar 1.
Model tersebut menunjukkan bahwa pencapaian tujuan organisasi yang merupakan
kinerja suatu bisnis dipengaruhi oleh karakteristik wirausaha, lingkungan dimana usaha
berada, praktek manajemen, serta kinerja keuangan bisnis. Model tersebut menjelaskan
bahwa kinerja keuangan suatu bisnis bukan merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Hal tersebut, sesuai dengan pendapat Osborne (1995) bahwa esensi
dari keberhasilan wirausaha ditentukan oleh strategi dan kreativitas yang digunakan
terhadap lingkungan bisnisnya. Model tersebut juga menunjukkan bahwa dari unsur
karakteristik wirausaha merupakan suatu unsur yang sangat menentukan tercapainya
tujuan. Hal ini dikarenakan karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi faktor-faktor lainnya.
Gambar 1. Model kinerja Bisnis Kecil
Sumber: Glancey dan Pettigrew (1977)
Berdasarkan uraian dari pendapat tersebut di atas dapat dikaji bahwa
keberhasilan wirausaha dapat diukur dari kinerja kondisi saat ini maupun kinerjanya di
Portofolio Vol. 8 No. 2 Nopember 2011 : 21 - 39
30
masa depan. Kinerja saat ini diukur dengan pencapaian-pencapaian indikator bisnis
dilihat dari jumlah karyawan, turnover bulanan, maupun jumlah investasi yang
dilakukan. Sedangkan pengembangan di masa datang merupakan potensi kinerja di
masa depan, yaitu seberapa berhasilnya suatu wirausaha di masa depan. Dari kajian
pustaka menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja wirausaha.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Daerah Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi industri kecil menengah
(IKM) agro makanan olahan, yang terdukung budaya dan potensi ekonomi daerahnya
selaku sentra agrobisnis nasional. Hal Ini memberikan peluang bagi pengusaha produk-
produk agro daerahnya untuk lebih berdaya jual, mulai dari sayuran dan tanaman
pangan, peternakan, perikanan, sampai perkebunan, dengan cara bisnis dalam bentuk
produk olahan. Produk agro Jawa Barat terus menggeliat. Sektor hilir, khususnya IKM
yang bergerak pada makanan olahan, kini menjadi pusat perhatian karena memberikan
nilai tambah yang sangat besar untuk pengusahaan produk.
Banyak pengusaha IKM agro makanan olahan memanfaatkan kesempatan, dengan
membuka sejumlah gerai, dan memperoleh peningkatan pesanan dari pasar modern, dll.
Sejumlah produk agro asal Jabar, mulai dari buah-buahan dan sayuran, produk pangan,
perikanan, sampai peternakan, yang sudah diolah menjadi keripik, dendeng, opak,