LOMBA ESAI NASIONAL (LENSA) 2015 KIMIA HIJAU MENUJU MEA DIUSULKAN OLEH NAMA : SAIDAH JAMBAK NIM :131620567 ANGKATAN : 2013 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2015
LOMBA ESAI NASIONAL (LENSA) 2015
KIMIA HIJAU MENUJU MEA
DIUSULKAN OLEH
NAMA : SAIDAH JAMBAK
NIM :131620567
ANGKATAN : 2013
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2015
KIMIA HIJAU MENUJU MEA
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN yaitu adanya sistem
perdagaangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan negara anggota
ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Menurut situs Bank Indonesia,yang dimuat dalam liputan6.com5 bahwa, implemetasi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan diberlakukan pada tahun 2015. Tujuan yang
ingin dicapai MEA adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih,
serta aliran investasi yang lebih bebas. Saat MEA di berlakukan, tenaga ahli dari luari
,barang-barang elektronik,otomotif dan produk dari energi-energi terbarukan lainnya
akan mudah masuk ke Indonesia. Oleh sebab itu kita sebagai bangsa pribumi
khususnya sebagai mahasiswa harus mampu memepersiapkan diri, salah satu yang di
persiapkan adalah kimia hijau.
Kata kimia hijau mungkin masih asing di telinga sebagian orang. Pertanyaan
yang muncul pertama kali adalah apa itu kimia hijau? Apa yang bisa dimanfaatkan
dari kimia hijau dalam menghadapi MEA? Lalu adakah tindakan yang dapat kita
lakukan dalam mendukung penggunaan kimia hijau? Banyak sekali pertanyaan yang
muncul ketika kita mendengar kata kimia hijau. Kimia hijau atau green chemistry
adalah sebuah paradigma baru yang menggiatkan rancangan proses dan produk yang
bisa memperkecil bahkan menghilangkan penggunaan maupun pembentukan bahan
kimia beracun dan berbahaya. Lingkungan kimiawi disini melingkupi lingkungan
alami dan green chemistry di lingkungan alami berfungsi untuk mengurangi dan
mencegah polusi lansung dari sumbernya. Green Chemistry sangat efektif karena
mengakplikasikn solusi saintifik yang inovatif bagi situasi lingkungan dunia.
Lalu apa hubungan anatara kimia hijau dengan MEA. Kimia hijau lebih
mengarahkan pandangannya pada persoalan mencari metode proses kimia yang lebih
ramah lingkungan, mengurangi, dan mencegah polusi serta sumber polusinya.
Paradigma kimia hijau ini telah mengundang dan menuntun penulis untuk
mengembangkan inovasi proses kimia yang menggeser, menambah/mengurangi atau
memperbaharui proses kimia tradisional-konvensional menjadi lebih ramah terhadap
1
lingkungan maupun manusia tanpa meninggalkan prinsip-prinsip optimasi proses
produksi. Sehingga apabila masyarakat ekonomi asean (MEA) diberlakukan kita
sebagai mahasiswa khususnya bisa meciptakan proses kimia atau energi- energi
terbarukan yang tidak merugikan, melainkan ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan pencemaran sehingga produk atau energi terbarukan yang diciptakan
dapat bersaing di era MEA nanti. Dan yang terpenting kita siap ketika ada arus bebas
tenaga kerja terampil.
Green Chemistry adalah pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan
lingkungan dari pencemaran. Apa itu pencemaran? Pencemaran adalah berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tempat tertentu yang menyebabakan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya (Ganeca, 2008).
Bagaimana suatu zat dapat dikategorikan sebagai pencemar lingkungan (polutan)?
Suatu zat dapat disebut sebagai polutan jika jumlahnya melebihi jumlah normal,
berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat.Bagaimana dengan pencemaran ini?
Apakah kita harus mengurangi penggunaan zat kimia? bukan itu jawaban yang
sebenarnya, tetapi bagaimana cara kita mencari substitusi untuk zat kimia yang tidak
ramah lingkungan tersebut menjadi energi yang ramah lingkungan dan dapat
diperbaharui. Solusi yang tepat untuk menjawab pertanyaan tadi adalah penggunaan
kimia hijau sebagi sumber energi yang sedikit meninggalkan residu berbahaya
berikut ini merupakan 12 prinsip yang mendefinisikan Kimia Hijau
1. Mencegah terbentuknya sampah sisa proses kimia dengan cara merancang sintesa
kimia yang mencegah terbentuknya sampah atau polutan.
2. Merancang bahan kimia dan produk turunannya yang aman yang menghasilkan
produk kimia yang efektif tapi tanpa atau rendah efek racunnya.
3. Merancang sintesa kimia yang jauh berkurang efek bahayanya, berarti merancang
proses dengan menggunakan dan menghasilkan senyawa yang memiliki sedikit atau
tanpa efek beracun terhadap manusia dan lingkungan
2
4. Memanfaatkan asupan proses kimia dari material terbaharukan. Bahan baku dari
produk agrikultur atau aquakultur bisa dikatakan sebagai bahan baku terbaharukan,
sedangkan hasil pertambangan dikatakan sebagai bahan tak dapat diperbaharui.
5. Menggunakan katalis. Reaksi yang memanfaatkan katalis memiliki keunggulan
karena hanya menggunakan sedikit material katalis untuk mempercepat dan
menaikkan produktifitas dan proses daur reaksi.
6. Menghindari proses derivatisasi tehadap senyawa kimia. Artinya menghindari
tahapan pembentukan senyawa antara atau derivat ketika melakukan reaksi, karena
agen derivat tersebut menambah hasil samping atau hanya terbuang percuma sebagai
sampah.
7. Memaksimalkan ekonomi atom dengan jalan merancang proses sehingga hasil
akhir mengandung perbandingan maksimum terhadap asupan awal proses sehingga
tidak menghasilkan sampah atom.
8. Penggunaan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman dengan cara mencoba
menghindari penggunaan pelarut, agen pemisah, atau bahan kimia pembantu lainnya.
Pelarut digunakan seminimal mungkin dan tidak menimbulkan masalah pencemaran
atau kerusakan terhadap lingkungan dan atmosfer. Air adalah contoh pelarut segala
(universal solvent) yang ramah lingkungan.
9. Meningkatkan efisiensi energi yaitu melakukan reaksi pada kondisi mendekati atau
sama dengan kondisi alamiah, misalnya suhu ruang dan tekanan atmosfer.
10. Merancang bahan kimia dan produknya yang dapat terdegradasi setelah
digunakan menjadi material tidak berbahaya atau tidak terakumulasi setelah
digunakan.
11. Analisis pada waktu bersamaan dengan proses produksi untuk mencegah polusi.
Dalam sebuah proses, dimasukkan tahapan pengawasan dan pengendalian bersamaan
dengan dan sepanjang proses sintesis untuk mengurangi pembentukan produk
samping.
12. Memperkecil potensi kecelakaan yaitu merancang bahan kimia dan wujud
fisiknya yang dapat meminimalkan potensi kecelakaan kimia misalnya ledakan,
kebakaran, atau pelepasan racun ke lingkungan.
3
Sebagai contoh penelitian ahli mengenai kimia hijau, Vitamin C (asam
askorbat) untuk proses pembuatan polimer,. Proses ATRP ini dilakukan dengan
Vitamin C sebagai pereduksi.Hal ini menghemat pemakaian katalis serta aman bagi
lingkungan. Gula dan minyak sayur sebagai bahan baku cat. Procter and Gamble
mengembangkan cat yang yang dapat diperbaharui. Produsen cat biasanya memakai
senyawa alkid sebagai bahan baku cat karena sifatnya tahan lama, mengkilap dan
dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya bahan bangunan, industri logam,
alat pertanian dan konstruksi, tetapi senyawa ini beracun. Oleh karena itu Procter dan
Gamble menciptakan formulasi cat berbahan baku minyak Sefose menggantikan
bahan baku yang berasal dari turunan minyak bumi. Minyak Sefose dibuat dari gula
dan minyak sayur yang jauh lebih aman bahkan pemakaiannya hanya separuh dari
senyawa alkid. Pati dan selulosa sebagai bahan bakar. Virent Energy Systems, Inc.
membuat bahan bakar yang berasal dari pati dan selulosa. Cadangan minyak bumi
yang semakin habis mendorong perusahaan ini mencari bahan bakar alternatif dari
sumber yang dapat diperbaharui.Dengan bahan dasar air dan katalis, pati dan selulosa
dapat diubah menjadi bahan bakar alternatif melalui proses yang hemat energi dan
mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan. Ini suatu terobosan yang menarik untuk
mengimbangi harga minyak bumi yang tidak stabil.
Sehingga muncul ide penulis untuk membuat green chemistry sedehana
dengan menanam tumbuh-tumbuhan yang dapat menyerap logam seperti kangkung,
bayam dan lain sebagainya di sekitar aliran pembuangan limbah di laboratoorium
yang menggunakan bahan-bahan kimia. Dan tumbuh-tumbuhan tersebut bukan untuk
di konsumsi melainkan di daur ulang untuk menghilangkan bahan logam yang ada di
dalamnya, sehingga area disekitar pembuangan limbah laboratorium terbebas zat
kimia dan logam-logam berbahaya lainnya .
Melalui aksi nyata dalam mendukung kimia hijau menuju MEA ini upaya
yang dapat dilakukan seperti pernyataan diatas dan yang lainnya lagi kita bisa
mengadakan praktikum yang berbasis kimia hijau, sehingga apabila praktikum
berbasis kimia hijau ini menghasilkan produk, produk itu bisa di publikasikan ke
4
masyarakat luas dan tentunya dengan harapan dapat bersaing dengan Masyarakat
Ekonomi Asean(MEA).
5
DAFTAR PUSTAKA
http://www.epa.gov/greenchemistry/pubs/whats_gc.html
http://www.liputan6.com/tag/mea-2015