Date post: | 03-Nov-2019 |
Category: | Documents |
View: | 3 times |
Download: | 0 times |
1
ميحرلا نمحرلا هللا مسب
ْحَمد َ ْيمِّ ه ن رِّ
َ ك ْ هِّ ال ْولِّ
ْي َعلَى َرس ِّ َصل
َو ن
KHOTBAH IDUL FITRI Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ( أيده
العزيز بنصره تعاىل هللا , ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 26 Juni 2017/ Syawal 1438 Hijriyah Qamariyah di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK (Britania Raya)
ه َ ْيَك ل رِّ
َ ش
َ َوْحَده َل
ه اّٰلل
ا َل َه إِّ
ٰ ل إِّ
َ ْن َل
َ َهد أ
ْ ش َ ه أ
ْول ه َوَرس ًدا َعْبد َحما نا م
َ َهد أ
ْ ش َ ا َبْعد َو أ ما
َ ِّ فأعوذ ... أ
ه اّٰلل َ بِّ مِّ
ْيم جِّ انِّ الرا َ ْيط ْيمِّ الشا حِّ
ْحٰم ِّ الرا ِّ الرا
ه ْسمِّ اّٰلل ْيَن ( ١)بِّ ِّ
َ َعاَل
ْ ِّ َربِّ ال
ه ّٰللِّ َحْمد
ْ ل َ ْيمِّ ( ٢)ا حِّ
ْحٰم ِّ الرا كِّ ( ٣)الرا َمالِّ
ْي ِّ ( ٤)َيْومِّ الدِّ
ْين ْسَتعِّ َ اَك ن يا َوإِّ
د ْعب َ اَك ن يا يْ (٥)إِّ ْسَتقِّ
ْ اَل َ َراط ا الصِّ
َ ن ْهدِّ َعْمَت ( ٦)َم اِّ
ْ ن َ ْيَ أ ذِّ
ا ال َ َراط صِّ
ْيَن الِّ ْم َوَل الضا ْيهِّ
َ ْوبِّ َعل
ض ْ غ َ ْ ْيرِّ اَل
َ ْم غ ْيهِّ
َ (٧)َعل
Hari ini adalah Hari Id yang mana merupakan hari berbahagia dan bergembira. Kita
merayakan kegembiraan ini berdasarkan perintah Allah. Sebab, Allah Ta’ala telah menetapkan
Hari Id ini bagi kita supaya dirayakan dengan segala sukacita sehubungan dengan memandang
tuntutan-tuntutan fitrah manusiawi yang mana telah menempatkan suatu keinginan untuk
merayakan kegembiraan-kegembiraan itu bersama-sama dengan karib-kerabat dan teman-teman
setiap kali diberikan kesempatan untuk itu. Kita melihat para pemeluk agama-agama dan kaum-
kaum yang lain di dunia, juga telah menetapkan hari-hari untuk merayakan kegembiraan-
kegembiraan sesuai dengan fitrah insaniah tersebut. Namun, hari-hari bahagia kaum-kaum ini
menghilangkan corak ijtimā‘ (pertemuan bersama) sebagaimana yang telah Islam perintahkan hal
mana hari bahagia Id Islam itu memiliki keistimewaan dengan menambahkan Khotbah Id dan juga
Shalat Id di dalamnya. Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan pada
kita bahwa manusia itu seyogianya berkumpul bersama di Hari Id ini untuk mendengarkan
perintah-perintah Allah dan untuk beribadah kepada-Nya disamping juga merayakan
kegembiraan-kegembiraan Id.
Seyogianya keteladanan pengamalan dua tanggung jawab yang Allah Ta’ala tetapkan
terhadap manusia tampak dari amal perbuatannya. Apa kedua tanggung jawab itu? Yang pertama :
adalah menunaikan hak-hak Allah [huqūqullāh] dan yang lainnya : adalah menunaikan hak-hak
hamba [huqūqul-‘ibād].
Guna menjalankan hak-hak Allah Ta’ala, kita akan mengarahkan perhatian pada ibadah, di
hari-hari biasa kita menunaikan shalat lima waktu; adapun di Hari Id yang merupakan hari kita
merayakan kegembiraan-kegembiraan, kita harus melaksanakan enam shalat. Mungkin saja bagi
orang-orang duniawi akan mengatakan yang dituntut dari orang-orang Muslim di hari ini adalah
diharuskan menjalankan shalat-shalat itu dan mereka telah ditarik perhatiannya ke arah ibadah-
ibadah bukannya menikmati kegembiraan, berpesta pora dan berleha-leha.
Tetapi seorang beriman akan memahami betul bahwa kebahagian sejati itu tersembunyi di
balik ibadah-ibadahnya kepada Allah Ta’ala dan bersyukur kepada-Nya karena Dia telah
mengaruniai kita kesempatan ini untuk menunaikan hak-hak beribadah kepada-Nya dan hak-hak
makhluk-Nya; di samping itu kita merayakan kegembiraan kita bersama-sama dengan kerabat dan
teman-teman kita.
2
Di hari ini telah ditetapkan (diwajibkan) pada kita enam shalat, bukan lima dan selanjutnya
kita akan membaca Surah Al-Fātihah lebih banyak lagi daripada hari-hari biasa ketika kita mesti
membaca Surah Al-Fātihah di setiap rakaat shalat. Ketika kita membaca الحمد هلل رب العالمي
[alhamdu lillāhi rabbul-‘ālamiĪn] di dalam Surah Al-Fātihah dan kita bersyukur pada Allah Ta’ala
serta dengan cara demikian kita tengah memuji dan menyanjung-Nya. Berarti kita tengah
membaca Surah Al-Fātihah dan membaca [alhamdu lillāhi rabbul-‘ālamiĪn] di dalamnya, kita
tengah bersyukur pada Allah Ta’ala yang di dalam Fardhu dan shalat-shalat Sunnah di hari-hari
biasa itu sebanyak 32 kali (17 rakaat shalat fardhu lima waktu + 15 rakaat shalat sunnah, rawatib
+ witr) adapun pada hari Id kita akan membaca الحمد هلل رب العالمي [alhamdu lillāhi rabbul-‘ālamiĪn]
sebanyak 34 kali dan kita pun tengah bersyukur pada Allah Ta’ala. Adapun mereka yang
mengamalkan shalat-shalat nafal, mereka membacanya lebih banyak lagi dari pada 34 kali.
[contoh shalat Tahajjud, Dhuha, isyraq dst])
Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda, “Di dalam kata [alhamdu lillāhi] terdapat pengajaran
bagi orang-orang Muslim yaitu apabila mereka ditanya dan dikatakan kepada mereka, ‘Siapa
Tuhan kalian?’, seorang Muslim itu harus menjawabnya, ‘Tuhanku adalah Dia yang seluruh puja-
puji adalah kepunyaan-Nya, tidak ada satu jenis kesempurnaan dan kekuasaan pun melainkan Dia
Pemilik sejatinya.’” – maksudnya, segala macam kesempurnaan dan kekuasaan, Allah Ta’ala saja
pemilik sejatinya.
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud (as) menjelaskan makna-makna الحمد هلل ‘alhamdulillāh’
yang terdapat di dalam Surah Al-Fātihah, beliau bersabda, “Makna الحمد هلل [alhamdu lillāh]
adalah segala puji dan sanjungan seluruhnya dialamatkan pada Dia Yang bernama ‘Allah’.
Sungguh sudah dimulai dengan kalimat الحمد هلل [alhamdu lillāhi] dikarenakan tujuan yang
dikehendaki adalah menjadi hamba-hamba Allah dengan kesadaran jiwa dan tarikan alami.”
(Ibadah itu tidak terbatas hanya menjalankan ritual-ritual lahiriah semata melainkan ibadah itu
dijalankan dengan kesadaran jiwa dan seyogianya timbul ketertarikan dalam fitrah manusia ke
arah ibadah.)
Beliau (as) bersabda, “Tidak mungkin tercipta tarikan yang memancar dengan keasyikan dan
kecintaan terhadap seseorang melainkan apabila terbukti ia merupakan himpunan kesempurnaan-
kesempurnaan yang komprehensif dan ia sesuatu yang dengan perantaraannya secara otomatis
kalbu tersebut menyanjungnya.” [Jika seseorang merenungkan, pujian hakiki itu tidak akan
bergerak dari kalbu manusia melainkan hanya untuk Dzat Allah Ta’ala, karena Dia merupakan
rangkuman seluruh keistimewaan-keistimewaan dan sifat-sifat-Nya. )
Beliau bersabda, “...dan ketahuilah al-hamd – pujian yang sempurna itu sesuai dengan dua
keistimewaan, yaitu kamālul-husn [kesempurnaan kejuitaan/kebagusan] dan kamālul-ihsān
[kesempurnaan kebajikan].” (tiadalah mungkin pujian seseorang itu melainkan apabila berhiaskan
dua keistimewaan ini, salah satunya adalah kejuitaan dan keelokannya; yang kedua adalah ihsān-
nya atau perlakuan baiknya. Dikarenakan kedua keistimewaan inilah manusia menyanjung
seseorang dan berterima kasih padanya. Beliau (as) bersabda,) “Dan apabila pada diri seseorang
berpadu kedua keistimewaan ini, kalbu akan berkorban dengan sendirinya (secara spontan). Secara
lebih gamblang Al-Qur’an bermaksud memunculkan dua bahasan tentang kebenaran kedua
keistimewaan Allah Ta’ala tersebut supaya menarik manusia kepada Zat Yang tidak ada tara
bandingan-Nya, tidak ada tara-Nya dan supaya mereka menyembah-Nya disertai kesadaran jiwa.”
Al-Qur’an bertujuan supaya mengarahkan perhatian manusia kepada Allah Ta’ala dengan
kesadaran jiwa dan tarikan tersebut dengan karunia keistimewaan husn dan ihsān-Nya. Hadhrat
Masih Mau’ud (as) bersabda, “Dikarenakan Allah merupakan kumpulan semua sifat yang
sempurna, perkara yang akan muncul adalah keelokan dan kejuitaan-Nya, dan tatkala sifat-sifat
3
yang sempurna itu berpadu di dalamnya, Dia telah menunjukkan itu pada pantulan kejuitaan-Nya
secara jelas. Sehubungan dengan ihsan (kebaikan), manusia adalah yang lebih banyak meraih
manfaat ihsan Allah Ta’ala dan hal itu karena manusia memperoleh faedah dari semua makhluk
Allah Ta’ala.
Di antara kebaikan-kebaikan Allah Ta’ala terhadap manusia adalah Dia menciptakan setiap
makhluk untuk kemanfaatan manusia sehingga manusia menyerap manfaat dari segi mana saja ia
mau dan kapan pun dia mau. Selama manusia lebih banyak mengambil faedah dengan sifat-sifat
Allah Ta’ala yang tampak dalam corak husn (kejuitaan) dan meraih manfaat dari ihsān (perlakuan
baik) yang terdapat contohnya di setiap makhluk Allah Ta’ala, tidak ayal lagi, kebaikan Allah
T
Click here to load reader