Top Banner

of 31

kgd frktur

Nov 04, 2015

Download

Documents

Ninit Yulisti

ASKEP
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

27

BAB ITINJAUAN TEORITIS

Konsep DasarPengertian Fraktur terbukaFraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2002). Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh dan luka (Bleby & Bishop, 2003). Anatomi dan Fisiologi Anatomi Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses Osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :a.Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebutdiafisisdan dua ujung yang disebutepifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapatmetafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebutlempeng epifisisatau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan olehosteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh.Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteronmerangsang pertumbuhan tulang panjang.Estrogen,bersama dengantestosteron,merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebutkanalis medularis.Kanalis medularis berisi sumsum tulang.b.Tulang pendek (carpals)bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.c.Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous.d.Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.e.Tulang sesamoidmerupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).Tulang tersusun atassel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalampembentukan tulangdenganmensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas98% kolagen dan 2% subtansi dasar(glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteositadalah sel dewasa yang terlibat dalampemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon(unit matriks tulang ).Osteoklas adalah selmultinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapatkapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakanlamella. Didalam lamella terdapatosteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalamkanalikuliyang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakanperiosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen.Periosteummengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.Endosteumadalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).

Fisiologi Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulangbelakang(hema topoiesis).Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.EtiologiKekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan.

PatofisiologiMenurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah periostinum dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamine pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrome compartement.(Musliha, 2010)

KlasifikasiBerikut terdapat beberapa klasifikasi fraktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli :1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :

a. Fraktur komplitAdalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.b. Fraktur inkomplitAdalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang utuh).Tanda dan GejalaManifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.

KomplikasiKomplikasi AwalKerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.Kompartement SyndromKomplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).Fat Embolism SyndromMerupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.InfeksiSystem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.ShockShock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

Komplikasi Dalam Waktu Lama1). Delayed Union (Penyatuan tertunda)

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.2). Non union (tak menyatu)Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis..3). MalunionKelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.PenatalaksanaanEmpat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :Untuk menghilangkan rasa nyeri.Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.

Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

Pemasangan gips :Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :oImmobilisasi dan penyangga frakturoIstirahatkan dan stabilisasioKoreksi deformitasoMengurangi aktifitasoMembuat cetakan tubuh orthotikSedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :oGips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaanoGips patah tidak bisa digunakanoGips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klienoJangan merusak / menekan gipsoJangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggarukoJangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

Pemeriksaan DiagnostikX.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera.Bone scans, Tomogram, atau MRI ScansArteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.CCT kalau banyak kerusakan otot.Pemeriksaan Darah LengkapLekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.

Asuhan Keperawatan Teoritis1. Pengkajian primer

a. AirwayAdanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.b. BreathingKelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas terdengar rochi/aspirasi.c. CirculationTD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardia, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.2. Pengkajian sekundera. Aktivitas/istirahat1) Kehilangan fungsi pad bagian yang terkena2) Keterbatasan mobilitasb. Sirkulasi1) Hipertensi (kadang terlihat sebgai respon nyeri/ansietas)2) Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)3) Tachikardia4) Penurunan nadi pada bagian distal yang cedera5) Capillary refill melambat6) Pucat pada bagian yang terkena7) Masa hematoma pada sisi cederac. Neurosensori1) Kesemutan2) Deformitas, krepitasi, pemendekan3) Kelemahand. Kenyamanan1) Nyeri tiba-tiba saat cedera2) Spasme/kram otote. Keamanan1) Laserasi kulit2) Perdarahan3) Perubahan warna4) Pembengkakan lokal(Musliha, 2010)

2. Pengkajian sekunderPengkajian merupakan awal dalam proses keperawatan, meliputi identitas klien (nama, alamat, no .MR, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, data penanggung jawab dan lain lain) (Muttaqin, 2011)Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulangRiwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain

Riwayat Kesehatan Keluarga (RKD)

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Biasanya Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih,

tidak ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.Mata: Biasanya Simetris, tidak konjungtivitis, tidak ada

perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus Hidung : Biasanya Nafas cuping hidung tidak ada, Secret / ingus

tidak ada, oedem pada mukosa tidak ada, kebersihan bersih, deformitas tidak ada, pemberian O2 tidak ada.Bibir: Biasanya Bibir simetris, tidak sianosis, mukosa bibir

keringLeher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar

tyroid atau kelenjar getah beningDada / Thorak

Inspeksi : Biasanya simetris kiri dan kananPalpasi : Biasanya fremitus kiri dan kananPerkusi : Biasanya SonorAuskultasi : Biasanya vesicular

Jantung

Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihatPalpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal

2 linea deksta sinistraPerkusi : Biasanya PekakAuskultasi : Biasanya irama jantung teratur

Perut / Abdomen

Inspeksi :Biasanya distensi, dan tidak acites

Auskultasi : Biasanya penurunan bising ususPalpasi : Biasanya ada nyeri tekan, pembesaran tidak adaPerkusi : Biasanya Hipertympani

Genitalia

Biasanya genitalia bersih, dan tidak ada perlukaan7). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:a). Look (inspeksi)Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).Cape au lait spot (birth mark).Fistulae.Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)b)Feel (palpasi)Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang perlu dicatat adalah:(1)Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.Capillary refill timeNormal > 3 detik(2)Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian.(3)Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal).Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.c)Move (pergerakan terutama lingkup gerak)Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik.Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.

3. Diagnosa Keperawatana. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.b. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)c. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)d. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)e. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC)INTERVENSI (NIC)1Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.NOCPain Level,Pain control,Comfort levelKriteria Hasil :Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeriMampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangTanda vital dalam rentang normal

NICPain ManagementLakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasiObservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananGunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasienEvaluasi pengalaman nyeri masa lampauEvaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampauBantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukunganKurangi faktor presipitasi nyeriAjarkan tentang teknik non farmakologiEvaluasi keefektifan kontrol nyeriTingkatkan istirahatKolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasilMonitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)NOC :Respiratory Status : Gas exchangeRespiratory Status : ventilationVital Sign StatusKriteria Hasil :Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuatMemelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasanMendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)Tanda tanda vital dalam rentang normalNIC :Airway ManagementBuka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perluPosisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasiIdentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatanPasang mayo bila perluLakukan fisioterapi dada jika perluKeluarkan sekret dengan batuk atau suctionAuskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahanLakukan suction pada mayoBerika bronkodilator bial perluBarikan pelembab udaraAtur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.Monitor respirasi dan status O2Respiratory MonitoringMonitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasiCatat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostalMonitor suara nafas, seperti dengkurMonitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biotMonitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahanTentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utamaauskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya3Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).NOC :Joint Movement : ActiveMobility LevelSelf care : ADLsTransfer performanceKriteria Hasil :Klien meningkat dalam aktivitas fisikMengerti tujuan dari peningkatan mobilitasMemverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindahMemperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

Latihan KekuatanAjarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutinLatihan untuk ambulasiAjarkan teknik Ambulasi & perpindahan yang aman kepada klien dan keluarga.Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursi roda, dan walkerBeri penguatan positif untuk berlatih mandiri dalam batasan yang aman.Latihan mobilisasi dengan kursi rodaAjarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya.Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuhAjarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi rodaLatihan KeseimbanganAjarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.Perbaikan Posisi Tubuh yang BenarAjarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk menghindari kelelahan, keram & cedera.Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

4Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)NOC:Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil :Integritas kulit yang baik bisa dipertahankanMelaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguanMenunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulangMampumelindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC:Pressure ManagementAnjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgarHindari kerutan padaa tempat tidurJaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan keringMobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekaliMonitor kulit akan adanya kemerahanOleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekanMonitor aktivitas dan mobilisasi pasienMonitor status nutrisi pasienMemandikan pasien dengan sabun dan air hangat5Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)NOC :Immune StatusRisk control

Kriteria Hasil :Klien bebas dari tanda dan gejala infeksiMenunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normalMenunjukkan perilaku hidup sehat

NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lainPertahankan teknik isolasiBatasi pengunjung bila perluInstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasienGunakan sabun antimikrobia untuk cuci tanganCuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtanGunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindungPertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alatGanti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umumGunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencingTingktkan intake nutrisiBerikan terapi antibiotik bila perluInfection Protection (proteksi terhadap infeksi)Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokalMonitor hitung granulosit, WBCMonitor kerentanan terhadap infeksiBatasi pengunjungSaring pengunjung terhadap penyakit menularPartahankan teknik aspesis pada pasien yang beresikoPertahankan teknik isolasi k/pBerikan perawatan kuliat pada area epidemaInspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainaseIspeksi kondisi luka / insisi bedahDorong masukkan nutrisi yang cukupDorong masukan cairanDorong istirahatInstruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resepAjarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksiAjarkan cara menghindari infeksiLaporkan kecurigaan infeksiLaporkan kultur positif

6Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang adaNOC :Kowlwdge : disease processKowledge : health BehaviorKriteria Hasil :Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatanPasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benarPasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnyaNIC :Teaching : disease ProcessBerikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifikJelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepatGambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepatIdentifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepatSediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepatHindari harapan yang kosongSediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepatDiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakitDiskusikan pilihan terapi atau penangananDukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikanEksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepatRujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepatInstruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

4.Implemetasi Keperawatan Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.5.Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.Saran

Dengan adanya proposal ini diharapkan bertambahnya wawasan bagi para pembaca, dan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.Brunner, Suddarth. 2002.Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. JakartaCarpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 .Jakarta: EGCDoengoes, M.E., 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.Ircham Machfoedz, 2007.Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan.Yogyakarta: FitramayaMansjoer, A dkk. 2007.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media AesculapiusSantosa, Budi. 2007.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima MedikaSmeltzer, S.C., 2001,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR TERBUKA

DOSEN PEMBIMBING : Ns. LOLA DESPITA SARI S.KEP M.KEO

NINIT YULISTI14122206

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN PROGRAM BSTIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Sistem Pencernaan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur Terbuka.Penyusunan proposal ini tidak banyak mendapatkan kesulitan, maka dari itu penulis dapat meyelesaikannya dalam waktu yang tepat.Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima sebagai suatu amal baik dan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT.Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belum sempurna dan bayak kekurangannya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat menghasilkan proposal yang lebih baik. Permohonan maaf penulis ucapkan jika ada kesalahan dalam penulisan proposal ini. Semoga proposal ini dapat berguna bagi mahasiswa, para dosen dan pembaca lainnya.

Padang, Juni 2015

Penulis