Top Banner
KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING NATAL DAN RELEVANSINYA DENGAN ‘URF SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : DESI PURNAMA 1150440000008 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H
85

KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

Jan 21, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING

NATAL DAN RELEVANSINYA DENGAN ‘URF

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

DESI PURNAMA

1150440000008

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 3: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 4: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 5: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

iv

ABSTRAK

Adat samondo merupakan penggabungan diri seorang suami kepada keluarga

istri setelah terjadinya pernikahan. Permasalahan utama yang terdapat penelitian ini

adalah setelah adanya ikatan pernikahan akan menimbulkan kewarisan dan

bagaimana sebenarnya sistem pembagian adat samondo dikecamatan Muarasipongi

dan bagaimana tanggapan tokoh adat Samondo Muarasipongi Mandailing Natal ini

terhadap sitem pembagian warisannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

sitem pembagian kewarisan Adat Samondo yang ada dikecamatan Muarasipongi

Mandailing Natal apakah sistem pembagiannya sesuai dengan hukum Islam atau

bertentangan dengan hukum Islam.

Metode penelitian yang di gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penulisan

skripsi ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan metode pendekatan

hukum normatif yaitu pendekatan penelitian menggunakan sumber dari data primer

dan sekunder. Adapun yang menjadi data primer adalah hasil wawancara dengan

ketua tokoh adat atau yang dinamakan dengan ninik mamak dan data sekunder yang

berasal dari buku-buku yang berhubungan dengan skripsi ini diuraikan dan

dihubungkan sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih

sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam praktiknya perempuan di

kecamatan Muarasipongi ini mendapatkan harta waris yang lebih banyak

dibandingkan laki-laki. Penerapan kewarisannya adat samondo ini tercermin dari

ketentuan adat yang menetapkan pembagian warisan yang dilakukan dengan jalan

mengedepankan perdamaian dan mufakat dengan seorang datuk. Pembagian warisan

dalam adat samondo ini masuk kedalam ‘urf yang fasid atau urf yang salah, karena

sistem pembagiannya bertentangan dengan hukum Islam

Kata Kunci : Samondo, Waris, Adat

Pembimbing : Hotnidah Nasution S.Ag.,M.A.

Daftar Pustaka : Tahun 1973-2017

Page 6: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

v

KATA PENGANTAR

هللا الرحمن الر حيمبسم

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

kekuatan dan Rahmat-Nya atas nikmat yang berlimpah bagi seluruh mahluk, kepada-

Nya kita meminta pertolongan dan ampunan, kepada-Nya kita mmemohon

perlindungan. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi dan Rasul junjungan

ummat Islam, yakni Baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga beliau,

sahabat dan seluruh pejuang ummat Islam, yang selalu di muliakan oleh Allah SWT.

Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul’’ Kewarisan Masyarakat Adat Samondo Mandailing Natal dan Relevansinya

Dengan ‘Urf’’ dapat di selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana S1, Sarjana Hukum pada

prodi Hukum Keluarga di Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam peroses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan

yang dialami penulis, baik yang berhubungan dengan pengaturan waktu,

pengumpulan data-data maupun sebagainya. Namun berkat bantuan dan motivasi

berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan ini dapat diatasi tentunya dengan

izin Allah SWT oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak, terutama pada:

1. Prof.Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A.

Page 7: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

vi

3. Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Dr. Hj. Mesraini, S.H., M.Ag

dan Ahmad Chairul Hadi, M.A yang telah memberikan fasilitas dan dorongan

yang sangan berharga bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Hotnidah Nasution, S.AG., M.A. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada penulis guna menyelesaikan tugas skripsi

ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Hukum Keluarga yang telah membekali penulis dengan

ilmu yang berharga. Seluruh Staf dan karyawan perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum yang telah memberikan pelayanan yang baik.

6. Ibu tersayang Nur Intan terima kasih telah memberi kasih sayang yang tak

terhingga untuk penulis serta bantuan dalam bentuk meteril, doa, dukungan,

dan semuanya yang terus menerus tanpa lelah.

7. Keluarga yang di rumah Khususnya buat abang ku Rahmad Lubis S.H., M.H.

yang selalu memberikan dukungan berupa materil selama kuliah dan

dukungan juga agar penulis bisa menyelesaikan kuliah mulai dari awal sampai

selesai.

8. Terimakasih penulis ucapkan kepada semua keluarga di rumah buat kakak,

adek, abang ipar, dan juga semua keluarga yang turut mendukung dan selalu

memberi motivasi buat penulis.

9. Teman-teman dekat yang jadi tempat pelampiasan keluh kesah penulis,

teman-teman seperjuangan Khususnya buat Tiyas Puji Istanti, Nurdiana

Ramadhan, Ilham Ramadhan, Muhammad Iqbal dan semua teman-teman yang

seperjuangan lainnya yang sudah memberikan motivasi buat penulis.

10. Teman yang selalu memberi masukan saat penulis mengalami kesulitan

skiripsi ini yaitu makasih buat abang Zukfikar Siregar, S.T sebagai

penyemangat dan pendorong motivasi buat penulis.

11. Pihak perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia terimakasih telah

Page 8: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

vii

menyediakan buku-buku yang lumayan lengkap sehingga penulis tidak

kebingungan mencari referensi .

12. Penulis artikel, skripsi, opini, dan yang lainnya yang membantu penulis dalam

peroses penulisan.

13. Seluruh pihak yang secara langsung dan tidak langsung sudah membantu,

menyemangati, dan mendoakan penulis.

Atas seluruh bantuan dari pihak material maupun immaterial, penulis berdoa

semoga Allah memberi balasan yang berlipat. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, 26 Juli 2019

DESI PURNAMA

Page 9: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………..…………..…… i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI …………………………………………. ii

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………..……………..…. iii

ABSTRAK …………………………………………………..…………………..…. iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….….. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….…. viii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………...

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………….……………..... 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………….… 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………………….…. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………………………………… …………... 6

E. Kajian (Review) Studi Terdahulu ……………………………………….…... 6

F. Metode Penelitian …………………………………....…………………..…...7

G. Sistematika Penulisan ……………………………………………………….. 9

BAB II ‘URF DAN KEWARISAN ISLAM

A. ‘URF

1. Defenisi ‘Urf Secara Bahasa Dan Istilah ………………...………… 10

2. Pembagian ‘Urf …………………………………………………...... 11

3. Dalil-Dalil ‘Urf ……………………………………….…...……….. 13

4. Syarat ‘Urf …………………………………………….....……….... 14

B. Kewarisan Islam

1. Pengertian Kewarisan ………………...……..……………………... 15

2. Dasar Hukum Kewarisan ………………………..………….……… 16

Page 10: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

ix

3. Rukun Dan Syarat Kewarisan ………………………….………... .. 19

4. Sebab-Sebab Dan Penghalang Kewarisan …………………………. 22

5. Macam-Macam Ahli Waris Dan Hak Masing-Masing ……..... …… 24

BAB III KEWARISAN ADAT SAMONDO DAN WILAYAH PENELTITIAN

A. Kewarisan Adat Samondo

1. Pengertian Adat Samondo …………………………………...…… 31

2. Gambaran Umum Kewarisan Adat Samondo ……………...…….. 32

3. Sistem Pembagian Kewarisan Dalam Adat Samondo ……….…… 33

B. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Letak dan Kondisi Geografis ………….…………………..….….. 37

2. Demografis Masyarakat

a. Penduduk ……..……………………….……………..…… 37

b. Pendidikan………..……………....…………………... ….. 37

c. Sosial Ekonomi………….……….…………..….………… 38

d. Keagamaan …………………….……………..……….….. 40

BAB IV PEMBAGIAN WARIS DALAM ADAT SAMONDO MANDAILING NATAL

A. Dalam Kewarisan Adat Pembagian Waris Dalam Adat Samondo Mandailing

Natal

1. Pembagian Waris Dalam Hal Yang Meninggal Istri ………..………...… 43

2.Pembagian Waris Dalam Hal Yang Meninggal Suami……....….……….. 44

3. Pembagian Waris Dalam Hal Jika Yang Meninggal Suami dan Istri…,,,.. 47

B. Analisis ‘Urf Samondo Mandailing Natal…...……………………………...… 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………….….….……….……. .. 51

B. Saran …………………………………………………………..…………… 51

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………53

LAMPIRAN……………..………………………………………………………….

Page 11: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kewarisan Islam mengatur peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal

kepada yang masih hidup. Aturan tentang peralihan harta ini disebut dengan berbagai

nama. Dalam literatur hukum Islam ditemui beberapa istilah untuk menamakan hukum

kewarisan Islam, seperti faraid, Fiqh mawaris, dan hukum Al-Waris.1

Hukum kewarisan Islam diikuti dan dijalankan oleh ummat Islam seluruh dunia

terlepas dari perbedaan bangsa, negara maupun latar belakang budayanya. Pada masa

sebelum faraid atau kewarisan Islam dilaksanakan, biasanya mereka telah memakai dan

melaksanakan aturan tertentu berkenaan dengan pembagian warisan berdasarkan adat

istiadat yang menjadi hukum tidak tertulis diantara mereka. Hukum tidak tertulis ini

dirancang dan disusun oleh nenek moyang mereka berdasarkan apa yang baik dan adil

menurut mereka dan disampaikan kepada generasi berikutnya secara lisan dari mulut ke

mulut.2

Demikian juga kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada

diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, kematian tersebut

menimbulkan kewajiban orang lain bagi dirinya (simayit) yang berhubungan dengan

pengurusan jenazahnya (fardu kifayah). Dengan kematian itu timbul pula akibat hukum

lain secara otomatis, yaitu adanya hubungan adanya ilmu hukum yang menyangkut hak

para keluarganya terhadap seluruh harta peninggalannya. Bahkan masyarakat dan negara

(Baitul Mal), dalam keadaan tertentu, mempuyai hak atas peninggalan tersebut.

Adanya kematian seseorang mengakibatkan timbulnya cabang ilmu hukum yang

menyangkut bagaimana cara pengoperan atau penyelesaian harta peninggalan kepada

keluarga (ahli waris)nya, yang dikenal dengan nama: Hukum waris. Dalam hukum positif

1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), h.5

2 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), h.39

Page 12: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

2

Indonesia selain dikenal hukum waris yang berasal dari syariat Islam, dikenal juga

dengan hukum waris lain, yaitu hukum waris yang berasal dari hukum adat bangsa

Indonesia dan hukum waris dari kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yang

terdapat pada buku II (erfecht).

Dari seluruh hukum, hukum perkawinan dan hukum kewarisanlah yang menentukan

dan mencerminkan sistem kekeluargaan yang berlaku dalam masyarakat. Demikian

pentingnya hukum kewarisan karena sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup

kehidupan manusia, bahwa setiap manusia akan mengalami peristiwa yang merupakan

peristiwa hukum yang lazim disebut meninggal dunia.3

Hukum waris di Indonsia merupakan dari bagian hukum perdata, maka sampai

sekarang hukum waris ini beraneka ragam, yang pada garis besarnya adalah:

1. Hukum waris yang terdapat dalam kitab Undang-Undang perdata ( KUHP/BW ),

Buku ke II, BAB XII s/d XVIII dari pasal 80-1130.

2. Hukum waris yang terdapat dalam hukum adat, yaitu dalam bagian hukum waris

adat.

3. Hukum waris yang terdapat dalam hukum waris Islam. Yaitu ketentuan hukum waris

dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh.

Dalam bagian hukum waris adat, terdapat juga berbagai macam ketentuan hukum

waris yang tidak seragam. Hal ini antra lain disebabkan oleh adanya perbedaan sistem

kekeluargaan yang berlaku di Indonesia, yaitu matrinileal, patrilineal, dan parental.

Disamping itu juga adanya kenyataan sistem hukum adat yang berbeda-beda ditiap

lingkungan hukum adat diseluruh Indonesia.

Kenyataan lain, bahwa dalam ketentuan hukum Islam juga terdapat perbedaan

pendapat hasil ijtihad dari para ahli hukum islam (mujtahid) dalam hal-hal yang di

benarkan ijtihad.

Dari uaraian singkat diatas, nampaklah bahwa sampai dewasa ini di Negara Indonesia

masih terdapat macam-macam hukum waris yang semuanya berlaku bagi bangsa

Indonesia menurut ketentuan berlakunya masing-masing jenis hukum tersebut. Sehingga

3 Suparman Usman, Yusuf Soma Winanata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Gaya Media

Pratama, 1997), h.1-2

Page 13: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

3

dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa hukum waris yang berlaku tersebut masih

beraneka ragam (pluralisme).4

Hukum kewarisan adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang

sistem dan asas-asas hukum kewarisan, tentang harta warisan, pewaris dan ahli waris

serta bagaimana cara harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari

pewaris kepada waris. Hukum kewarisan adat sesungguhnya adalah hukum penerusan

harta kekayaan dari suatu kegenerasi kepada keturunannya.5

Hukum adat waris yang berlaku di Indonesia sangat beraneka ragam tergantung pada

daerahnya. Dalam kewarisan adat ini ada yang bersifat patrilineal, matrilineal. Hal ini

menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan daerah hukum adat yang satu dengan yang

lainnya, berkaitan dengan sistem kekeluargaan dengan jenis serta status harta yang di

wariskan.

Waris adat diwarnai oleh sistem kekeluargaan dalam masyarakat, sistem tersebut di

bedakan sebagai berikut:6 Pertama, sistem patrilineal adalah sistem kekeluargaan yang

menarik garis keturunan pihak nenek moyang laki-laki. Kedua, sistem matrilineal adalah

sistem kekeluargaan yang menarik garis keturunan nenek moyang dari perempuan.

Ketiga, sistem parental atau bilateral adalah sistem yang menarik garis keturunan dari dua

sisi, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.7

Ahli waris matrilineal adalah anak-anak perempuan, sedangkan anak laki-laki bukan

ahli waris. Anak perempuan sulung berkedudukan sebagai ‘’ tunggu tubang’’ (penunggu

harta) dari semua warisan orang tuanya, yang tidak terbagi-bagi penguasaan dan

pemilikannya kepada ahli waris anak perempuan yang lain. Ia di bantu saudara laki-laki

yang tertua yang di sebut ‘’ payung jurai’’ (pelindung keturunan). 8

Masayarakat desa Muarasipongi Kabupaten Mandailing Natal, mempunyai cara

tersendiri dalam menyelesaikan hubungan hukum yang ditimbulkan berkaitan dengan

harta seseorang yang meninggal dunia dengan anggota keluarga yang ditinggalkannya.

4 Suparman Usman, Ikhtisar Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Serang:

Darul Ulum Press, 1990), h. 17 5 Hilman Hadikususma, Hukum Waris Adat, (Bandung: PT Citra Aditiya Bakti, 2003), h. 7

6 Habiburrahman, Rekontrusksi rukun kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Agama, 2011).

H. 97 7 Soerjono Soekanto,Hukum Adat Indonesia, (Jakata: Rajawali, 2002) h. 97

8 Wahyu Kuncoro, Waris Permasalahannya dan Sousinya, (Jakarta Timur: Raih Asa Sukses, 2015), h. 115

Page 14: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

4

Masyarakat adat Muarasipongi menganut sistem matrilineal, yaitu anak perempuan lebih

besar bagian warisnya dibandingkan dengan laki-laki.

Adat yang hampir sama dengan adat Samondo ini yaitu adat dari Minangkabau,

dimana dalam ketentuan pewarisan harta pusako tinggi di Minangkabau jika ibu

meninggal, maka yang mendapatkan warisan adalah anak perempuannya saja. Sedangkan

jika yang meninggal itu adalah sang bapak, maka yang menjadi ahli waris bukanlah anak

kandungnya, melainkan anak-anak saudara wanita si bapak tersebut atau para

kemenakannya yang perempuan.9

Jika ditinjau dari sisi ‘urf. sebagaimana ‘urf itu sendiri ialah sesuatu yang telah sering

dikenal oleh manusia dan telah menjadi tradisinya, baik berupa ucapan ataupun

perbuatannya atau hal meninggalkan sesuatu juga disebut adat. Dan menurut istilah syara’

tidak ada perbedaan antara ‘urf dengan adat.10

Pemakaian ‘urf juga mempunyai beberapa syarat diantaranya yaitu: ‘’ ‘urf tidak boleh

dipakai untuk hal-hal yang akan menyalahi nash yang ada, ‘urf tidak boleh dipakai bila

mengesampingkan kepentingan umum, ‘urf bisa di pakai apabila tidak membawa kepada

keburukan-keburukan atau kerusakan’’11

Adapun mengenai pembagian ‘urf itu ada dua diantara yaitu: ‘urf al-fasidah (‘urf yang

rusak/salah), yaitu adat kebiasaan masyarakat yang bertantangan dengan ketentuan dan

dalil-dalil syara’. Maka adat kebiasaan yang salah adalah menghalalkan hal-hal yang

haram, dan mengharamkan yang halal. Demikian juga, adat masyarakat yang

mengharamkan perkawinan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram, hanya

karena keduanya beasal dari komunitas adat yang sama (atau pada msyarakat adat Riau

tertentu). Atau hanya karena keduanya semarga pada masyarakat Tapanuli Selatan,

Sumatra Utara).

Para Ulama sepakat bahwa ‘urf al-fasidah tidak dapat menjadi landasan hukum, dan

kebiasaan tersebut batal demi hukum. 12

9 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minangkabau,

(Jakarta: PT Midas Surya Grafindo, 1982), h.269 10

Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushulul Fiqh, ( Jakarta: PT Raja Grafindo,

2000), h. 130 11

Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh (satu & dua), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 166. 12

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), h. 211

Page 15: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

5

Dari uraian diatas maka penulis ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai sistem

kewarisan adat samondo ini ditinjau dari ‘urf dengan judul ‘’Kewarisan Dalam

Masyarakat Adat Samondo Mandailing Natal Dan Relevansinya Dengan ‘Urf’’.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa masalah berkaitan dengan kewarisan

masyarakat adat samondo Mandailing Natal dan Relevansinya dengan ‘urf maka peneliti

menuliskan beberapa permasalahan yaitu diantaranya:

a) Apakah pembagian kewarisan dalam adat Samondo sudah sesuai menurut kewarisan

Islam?

b) Bagaimana Penerapan ‘Urf Dalam Sistem Pembagian Kewarisan Adat Samondo?

c) Bagaimana Analisis ‘urf dalam Pembagian Kewarisan Adat Samando Mandailing

Natal?

2 . Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan sesuai dengan studi yang dikaji maka untuk

mempermudah penyusunan proposal ini penulis membatasi penelitian ini seputar

’’Kewarisan Adat Samondo Dilihat Dari ‘Urf Di Kecamatan Muarasipongi’’.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah, maka peneliti akan memfokuskan:

‘’Bagaiamana Hukum Pembagian Kewarisan Menurut Adat Samondo Mandailing Natal

Di Analisis Dari Pendekatan ‘urf ?’’

Page 16: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

6

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui secara hukum pembagian kewarisan adat samondo Mandailing

Natal ditinjau dari pendekatan ‘urf.

b) Untuk mengetahui sistem pembagian kewarisan dalam masyarakat adat Samondo di

Muarasipongi.

2. Manfaat Penelitian

Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

memperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Secara Akademis

Diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuwan bagi peneliti, untuk dapat di

kembangkan dikemudian, apalagi dalam kajian hukum Islam dan hukum positif. Dan

diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi perkembangan penelitian-penelitian

yang tema dan kajian hampir sama dengan yang dilakukan oleh penulis ini.

b. Secara Praktis

Diharapkan dapat memberikan pencerahan buat masyarakat, mahasiswa

khususnya tentang persoalan Sistem pembagian kewarisan dalam adat samondo di

Kecamatan Muarasipongi. Dan dapat memberikan kontribusi khazanah bagi lembaga-

lembaga yang menangani masalah sistem pembagian kewarisan dalam adat samondo

di Kecamatan Muarasipongi.

D. Review Terdahulu

Tinjauan pustaka adalah kajian literatur yang relevan dengan pokok bahasan penelitian

yang akan dilakukan, atau bahkan memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya

penelitian. Penulis menemukan karya, yaitu:

1. Dalam skripsi karya Muhammad Hafizz, yang berjudul: ‘’ Pergeseran Hukum Waris

Adat Minangkabau (jual-beli harta pusako tinggi di kecamatan Banuhampu Kabupaten

Page 17: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

7

Agam Sumatra Barat)’’ skripsi ini menjelaskan mengenai masalah terhadap pergeseran

hukum waris adat minangkabau. Yang ditulis pada tahun 2013 M.

2. Dalam Skripsi karya Muhammad Faudzan, yang berjudul: ‘’ Pembagian Hak 1:1 Waris

Laki-Laki dan perempuan ( Analisis Putusan Agama Medan ). Yang ditulis pada tahun

2014 M.

3. Dalam skripsi karya Ikhwan Lubis, yang berjudul:’’ Pelaksanaan Waris Bagi Rata

Menurut Penuturan Pemuka Masyarakat Desa Hutanopan Dalam Presfektif Hukum

Islam. Yang ditulis pada tahun 2013.

Dari beberapa skripsi diatas, terlihat adanya beberapa perbedaan dengan penelitian ini.

Adapun penulis disini memebahas tentang sistem pembagian kewarisan dalam

masyarakat samondo dan relevansinya dengan ‘urf. Selain akan ditinjau dari segi hukum

Islam maka ini akan ditinjau dari hukum adat juga serta relevansinya dengan penerapan

‘urf.

E. Metode Penelitian

Penenelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Untuk penelitian

lapangan penulis memilih kecamatan Muarasipongi sebagai objek penelitian, ini dikarenakan

adat diwilayah ini menarik untuk dikaji khususnya didalam bidang kewarisannya.Adapun di

lapangan penulis akan mencari informasi dari tokoh adat yang ada dalam desa kecamatan

tersebut. sebelum penulis melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mengadakan kajian

kepustakaan untuk merumuskan dan mengungkapkan kajian teoritis yang berhubungan

dengan kajian penelitian ini, dalam library research penulis memilih perpustakaan umum dan

perpustakan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, namun tidak

tertutup kemungkinan penulis juga mengambil data dari beberapa buku, jurnal, artikel, yang

terdapat di luar perputakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Adapun untuk penelitian lapangan ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Metode

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.13

Penelitian ini bersifat

13

Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan Tindakan, ( Bandung: PT Refika

Aditama, 2012 ), h. 181

Page 18: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

8

prespektif, yang berusaha memaparkan tentang kewarisan dalam adat samondo di kecamatan

Muarasipongi.

Dan pendekatan yang digunakan juga adalah pendekatan hukum normatif. Pada

penelitian ini, dikonsepkan sebagai suatu pendekatan tentang hukum pendekatan normatif,

yaitu pendekatan dengan menggunakan sudut pandang Islam yakni penulis akan

menggunakan metode ushul fiqh yang berarti bahwa AL-Quran, Hadis, dan pendapat para

ulama menjadi rujukan pada pendekatan ini.

1.Sumber Data

Penelitian ini mengungkapkan mengenai Sistem pembagian Kewarisan dalam

masyarakat adat samondo dan relevansinya dengan ‘urf, maka yang menjadi sumber data

penelitian ini adalah terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer, data yang dapat dari hasil observasi, wawancara dengan tokoh adat,

masyarakat, ulama, termasuk keberadaan penulis berasal dari masayarakat yang

pernah tinggal di kecamatan tersebut.

.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data tambahan yang digunakan untuk mendukung

sumber data primer. Dalam data sekunder penulis memberikan data yang berupa bahan

tidak langsung atau data yang didapatkan selain dari data primer. Data ini juga di

kumpulkan melalui studi pustaka yang berkaitan diantaranya buku-buku tentang waris,

buku tentang adat samondo di kecamatan Muarasipongi atau adat yang hampir sama,

dan data lain yang terkumpul yang mempunyai hubungan dengan tema ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan teknik

mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan Sistem pembagian kewarisan dalam

adat Samando di Kecamaan Muarasipongi, observasi ke lapangan, wawancara dengan

tokoh adat.

Page 19: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

9

3. Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik menganalisa data penulis menggunakan metode deskriftif

kualitatif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menuturkan, menafsirkan, serta

menguraikan data yang bersifat kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi,

dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Teknik Penulisan

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan ini adalah buku pedoman

penelitian Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 2017.

F. Rancangan Sistematika Peneltian

Sitematika penelitian yang ditulis peneliti terdiri dari judul penelitian, Latar Belakang

Masalah, Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Tinjauan (Review), Metode Penelitian, Rancangan Sistematika Penelitian, dan

Daftar Pustaka.

Page 20: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

10

BAB II

PEMBAHASAN

A. ‘Urf

1. Defenisi ‘Urf

„Urf secara bahasa berarti sesuatu yang telah dikenal dan dipandang baik serta

dapat diterima akal sehat. ‘Urf yang bermakna berbuat baik dapat ditemukan dalam

surah Al-A’raf (7) : 199 yang berbunyi:

يه أػشض ػه اىجا أمش تاىؼشف خز اىؼف

Artinya: „‟Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang yang mengerjakan yang makruf,

serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh‟‟.

Dalam kajian ushul fiqh, ‘urf adalah suatu kebiasaan masyarakat yang sangat

dipatuhi dalam kehidupan mereka sehingga mereka merasa tentram. Kebiasaan yang

telah berlangsung lama itu dapat berupa ucapan dan perbuatan, baik yang bersifat

khusus maupun yang umum. Dalam konteks ini, istilah ‘urf sama dengan istilah al-

adah (adat istiadat).1

Menurut defenisi ahli Ushul Fiqh ‘urf adalah:

مااػرادي اىيىاس فى مؼامال ذم اسرقامد ػي امسم

Artinya:„‟Sesuatu yang sudah dibiasakan oleh manusia dalam pergaulannya dan telah

mantap dalam urusan-urusannya‟‟.2

Secara harfiyah ‘urf berarti „‟sesuatu yang dikenal‟‟. Sedangkan adat menurut

penggunannya dalam bahasa Arab mengandung arti berbilang atau adanya

pengulangan.3

Ibnu Abidin mendefenisikan ‘urf dengan kata‟ اىؼادج . Kata ini menurutnya terambil

dari kata اىماد yaitu suatu pekerjaan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa dan

ma‟ruf. Kemudian diterima oleh jiwa dan akal sekalipun tanpa ada hubungan dan

keterangan sehingga menjadi kebenaran yang terbiasa.4

1 Firdaus, Usul Fiqh Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensif, ( Depok: PT

Grafindo Persada), h.108. 2 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h. 71

3 Busriyanti, Ushul Fiqh Metodologi Istinbath Islam, (Bengkulu: LP2 STAIN Curup), h. 100.

4 Mualiadi Kurdi, Ushul Fiqh Sebuah Pengenalan Awal, ( Ulee Kareng Banda aceh: Lembaga Naskah

Aceh, 2015),h. 226

Page 21: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

11

Oleh sebab itu perbuatan yang baru dilakukan satu kali, belum dinamakan adat.

Dalam pemakaiannya kata adat dan ‘urf ini sering diidentikkan walaupun sebenarnya

terdapat perbedaan. Kata ‘urf tidak selalu menghendaki perbuatan tersebut dilakukan

secara berulang kali, namun lebih ditekankan pada sejauh mana perbuatan tersebut

dikenal dan diakui oleh orang banyak.

Dilihat dari kata selain ‘urf dan adat adat adalah kata adat memiliki arti yang

netral , dalam arti dalam kata adat terkandung arti yang baik dan buruk karena

penilaiaannya hanya berdasarkan kepada berulang kalinya suatu perbuatan dilakukan.

Sedangkan kata ‘urf mengandung pengertian perbuatan yang baik. Kata ‘urf lebih di

tekankan pada kualitas perbuatan yang sudah dikenal atau sudah diterima oleh orang

banyak tersebut.

Mustafa Syalabi melihat perbedannnya dari segi ruang lingkup penggunaannya.

Kata ‘urf selalu digunakan untuk jama‟ah atau segolongan orang, sedangkan kata adat

juga melingkupi perbuatan seseorang (individu).

Walaupun antara adat dan ‘urf dapat dibedakan seperti diatas, namun didalam

ushul fiqih antarara adat dan ‘urf sering disamakan.Jadi adat atau ‘urf menurut

pengertian ushul fiqih adalah “segala sesuatu yang sudah dikenal ditengah-tengah

kehidupan manusia dan menjadi kebiasaan atau tradisi, baik berbentuk perkataan

maupun perbuatan.’Urf ini dapat dijadikan dalil dalam menetapkan hukum.5

2. Pembagian ‘Urf

Pemggolongan macam-macam adat atau ‘urf itu dapat dilihat dari beberapa segi:

1. Ditinjau dari segi ucapan dan perbuatan. Dari segi ini ‘urf itu ada dua macam:

a. ‘Urf Qauli

Yaitu sebuah kata yang dalam masyarakat tertentu dipahami bersama dengan

makna tertentu bukan dengan makna yang lainnya. ‘Urf ini kalau berlaku umum

diseluruh negeri muslim ataupun beberapa daerah saja maka bisa dijadikan

sandaran hukum. Misalnya: Kalau ada seseorang yang berkata „‟ Demi Allah,

saya hari ini tidak akan makan daging‟‟. Ternyata kemudian dia makan ikan,

maka orang tersebut tidak dianggap melanggar sumpahnya, karena

5 Busriyanti, Ushul Fiqh Metodologi Istinbath Islam, (Bengkulu: LP2 STAIN Curup), h. 101

Page 22: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

12

kata‟‟daging‟‟ dalam kebiasaan masyarakat kita tidak dimasukkan kecuali

daging binatang darat seperti kambing, sapi dan lainnya.

b. ‘Urf Amali

Yaitu sebuah perbuatan yang sudah menjadi ‘urf dan kebiasaan masyarakat

tertentu. Ini juga bisa dijadikan sandaran hukum meskipun tidak sekuat qauli.

Misalnya: Dalam masyarakat tertentu bahwa orang kerja dalam sepekan libur

dalam satu hari yaitu hari Jum‟at. Lalu kalau orang yang melamar pekerjaan

jadi tukang jaga toko dan kesepakatan dibayar tiap bulan sebesar Rp 500.000

maka pekerjaan tersebut berhak libur setiap hari jum‟at dan tetap mendapatkan

gaji tersebut.6

2. Dari segi ruang lingkup penggunannya, ‘urf terbagi kepada:

a. Adat atau ‘Urf Umum

Yaitu kebiasaan yang telah berlaku umum dimana-mana, hampir diseluruh

penjuru dunia, tanpa memandang negara, bangsa, dan agama.

Umpamanya:‟‟menganggukkan kepala tanda menyetujui dan menggelengkan

kepala tanda menolak atau menidakkan. Kalau ada orang yang berbuat kebalikan

dari itu, maka dianggap aneh atau ganjil‟‟.

b. Adat atau ‘Urf Khusus

Yaitu kebiasaan yang dilakukan sekelompok orang ditempat tertentu atau

pada waktu tertentu; tidak berlaku di semua tempat dan disembarang waktu.

Umpamanya: (1) adat menarik garis keturunan dari ibu atau perempuan

(Matrilineal) di Minangkabau dan garis keturunan dari bapak (Patrilineal) di

kalangan suku Batak.7

3. Dari segi keabsahannya, ‘urf terbagi kepada:

a. Al-‘Urf ash-Shahihah (‘Urf yang absah)

Yaitu adat kebiasaan masyarakat yang sesuai dan tidak bertentangan dengan

aturan-aturan hukum Islam. Dengan kata lain, ‘urf yang tidak mengubah

ketentuan yang haram menjadi halal, atau sebaliknya, mengubah ketentuan halal

menjadi haram. Misalnya, kebiasaan yang terdapat dalam suatu masyarakat,

6 Ahmad Sabiq bin Abdul Latif Abu Yusuf, Kaedah-Kaedah Praktis Memahami Figh Islami, Purwodadi

Sidayu Gresik: Pustaka Al-Furqon, 2009), h.109-110. 7 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), h.392

Page 23: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

13

hadiah (hantaran) yang diberikan kepada pihak wanita ketika peminangan, tidak

dikembalikan kepada pihak laki-laki, jika peminangan dibatalkan oleh pihak

laki-laki. Sebaliknya, jika yang membatalkan peminangan adalah pihak wanita,

maka‟‟hantaran‟‟ yang diberikan kepada pihak wanita dikembalikan dua kali

lipat jumlahnya kepada pihak laki-laki. Demikian juga dalam jual-beli dengan

cara pemesanan (inden), pihak pemesan memberi uang muka atau panjar atas

barang yang di pesannya. Adapun ‘urf yang benar dapat juga berupa saling

mengerti manusia tentang kontrak pemborongan, atau saling mengerti mereka

tentang pembagian mas kawin (mahar) kepada mahar yang didahulukan dan di

akhirkan.8

b. Al-‘Urf al-Fasidah (‘urf yang Rusak/Salah)

Yaitu adat kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan ketentuan dan

dalil-dalil hukum syara’. Sebalik dari ‘urf as-shahihah, maka adat kebiasaan

yang salah adalah yang menghalalkan hal-hal yang haram, atau mengharamkan

yang halal. Demikian juga perkawinan adat masyarakat yang mengharamkan

perkawinan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram, hanya karena

keduanya berasal dari komunitas adat yang sama (pada masyarakat adat Riau

tertentu), atau hanya karena keduanya semarga pada adat masyarakat Tapanuli,

Sumatra Utara9. Adat kebiasaan yang tidak benar ini juga bisa berupa

menyajikan minuman memabukkan pada upacara-upacara resmi, apalagi upacara

keagamaan, serta mengadakan tari-tarian wanita berbusana seksi pada upacara

yang di hadiri peserta laki-laki.10

3. Dalil-Dalil ‘Urf

Dalil mengenai dijadikannya Adat dan ‘Urf sebagai bagian dari dalil hukum Islam

diantaranya adalah firman Allah Ta'ala:

يه أػشض ػه اىجا أمش تاىؼشف خز اىؼف

Artinya: „‟Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta

berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. QS Al-A'raf: 199.

8 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002),h.131 9 Abd.Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, ( Jakarta: Amzah,2010), h.210-211

10

Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), h.141

Page 24: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

14

Kata „urf dalam ayat tersebut di pahami sebagai perintah untuk mengerjakan sesuatu yang

telah di anggap baik sehingga telah menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Kata al-

ma‟ruf artinya ialah kata umum yang mencakup setiap hal yang di akui.

تإدسان فاذثاع ت أداء إى اىمؼشف

Artinya: „‟Hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah

(yang diberi ma'af) membayar (diyat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik

(pula)". QS Al-Baqarah: 178.

ىيمط يقاخ مراع تاىمؼشف دقا ػيى اىمرقه

Artinya: ‟‟ Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya)

mut'ah (pemberian) menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang

bertakwa". QS Al-Baqarah: 241

ه تاىمؼشف ػاشش .

Artinya: „‟Dan bergaulah dengan mereka secara patut". QS An-Nisaa : 19.

Kata ma’ruf (yang baik) dalam ayat tersebut mencakup syariat, juga yang baik menurut

akal.

Adapun didalam As-Sunnah diantaranya adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu

Alaihi Wasalam :

ىذك تاىمؼشف خزي ما نفل

Artinya: „‟Ambillah hartanya untuk mencukupi kebutuhanmu serta anakmu dengan cara

yang ma'ruf". HR. Bukhori, Muslim, Syafi'i, Abu Dawud, An-Nasa'i, dll.

ىا أن ؤمو مىا تاىمؼشف ال جىاح ػيى مه

Artinya: „‟…dan tidak mengapa bagi orang yang mengurusnya untuk memakan darinya

dengan cara yang ma'ruf"‟. HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dll.

ذ تاىمؼشف ى مس يمميك غؼام

Artinya: „‟Bagi budak ada hak untuk diberi makan dan pakaian dengan cara yang ma'ruf".

HR. Malik, Al-Baihaqi, dll.

ػىذللا دسه. اخشج أدمذ ػه إته مسؼد ن دسىا ف ماسآي اىمسيم

Artinya: „‟Apa yang dipandang baik oleh orang Islam, maka baik pula di sisi Allah". HR

Ahmad dari Ibnu Mas‟ud dengan derajat Mauquf.

Pada dasarnya syariat Islam dari masa awal banyak menampung dan mengakui adat dan

tradisi itu selama tidak bertantangan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasul. Maksud dari ayat

Page 25: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

15

ma’ruf ini adalah dengan cara yang baik dan diterima akal sehat dan kebiasaan manusia

yang berlaku.

4. Syarat ‘Urf

Para Ulama Ushul Fiqh menyatakan bahwa suatu ‘urf, baru dapat dijadikan sebagai

salah satu dalil dalam menetapkan hukum syara‟ apabila memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

1. ‘Urf itu (baik yang bersifat khusus dan umum, maupun yang bersifat perbuatan dan

ucapan), berlaku secara umum. Artinya ‘urf itu berlaku dalam mayoritas kasus yang

terjadi ditengah-tengah masyarakat dan keberlakuannya di anut oleh mayoritas

masyarakat tersebut.

2. Urf itu tidak bertentangan dengan nash, sehingga meneyebabkan hukum yang di

kandung nash itu tidak bisa di terapkan. ‘Urf seperti ini tidak bisa dijadikan dalil

syara‟, karena kehujjahan ‘urf bisa diterima apabila tidak ada nash yang mengandung

hukum permasalahan yang dihadapi11

.

3. Adat itu telah berlaku sebelum itu, dan tidak ada yang datang kemudian.

4. Adat itu bernilai maslahat dalam arti dapat memberikan kebaikan kepada ummat dan

menghindarkan ummat dari kerusakan dan kebururkan.12

B. Kewarisan Islam

1. Pengertian Kewarisan

Mawaris secara etimonologis adalah bentuk jamak dari kata tunggal mirats

artinya warisan. Dalam hukum Islam dikenal adanya ketentuan-ketentuan tentang

siapa yang termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan, dan ahli waris yang

tidak berhak menerimanya. Istilah fiqh mawaris di maksudkan ilmu fiqh yang

memepelajari siapa-siapa yang berhak menerima ahli warisan, siapa yang tidak

berhak menerima, serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya. Fiqh mawaris di

sebut juga ilmu faraid bentuk jamak dari kata tunggal faridah artinya ketentuan-

ketentuan bagian ahli waris yang diatur secara rinci di dalam Al-Quran.

11

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Jakarta: Logos Publishing House, 1996), h.143-144 12

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.74

Page 26: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

16

Secara terminologis, fiqh atau ilmu yang mempelajari tentang siapa orang-orang

termasuk ahli waris, siapa yang tidak, berapa bagian-bagiannya dan bagaimana cara

menghitungnya. 13

1. Pengetahuan tentang kerabat-kerabat yang menjadi ahli waris.

2. Pengetahuan tentang bagian setiap ahli waris.

3. Pengetahuan tentang cara menghitung yang dapat berhubungan dengan

pembagian harta waris.14

Faraid menurut istilah bahasa artinya: Ketentuan, menurut istilah ahli fiqh atinya:

Bagian yang tertentu yang dibagi menurut agama Islam untuk orang yang berhak.

Pada masa jahiliyyah hanya orang laki-laki saja yang mendapat warisan. Orang

perempuan, orang tua, dan anak-anak tidak mendapat. Setelah Islam lahir Allah

menghapus cara itu ( Jahiliyyah)15

.Dengan demikan, ilmu faraid mencakup tiga

unsur penting di dalamnya:

Hukum Waris menduduki tempat amat penting dalam hukum Islam. Ayat Al-

Quran mengatur hukum waris dengan jelas dan terperinci. Hal ini dapat dimengerti

sebab masalah warisan pasti dialami oleh setiap orang. Kecuali itu, hukum waris

langsung menyangkut harta benda yang apabila tidak diberikan ketentuan pasti, amat

mudah menimbulkan sengketa di antara ahli waris. Setiap terjadi kematian seseorang,

segera timbul pertanyaan bagaimana harta peninggalannya harus diperlakukan dan

kepada siapa harta itu dipindahkan serta bagaimana caranya. Sedemikian penting

kedududukan hukum waris Islam dalam hukum Islam sehingga hadis nabi riwayat

Ibnu Majah dan Addaraquthni mengajarkan,‟‟Pelajarilah faraidh dan ajarkanlah

kepada orang banyak karena faraid adalah setengah ilmu dan mudah dilupakan serta

merupakan ilmu yang pertama kali hilang dari ummatku‟‟.16

2. Dasar Hukum Kewarisan

Ayat 7 Surah An-Nisa

13

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1995),h.1-2 14

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Hukum Waris Terlengkap, (Jakarta Selatan: Senayan

Abadi Publishing, 2004), h.13 15

Abdul Fatah Idris, Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), h.204 16

Destri Budi Nugraheni, Haniah Ilhami, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2014), h.1-2

Page 27: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

17

القش اىذان ا ذشك اى ىيىساء وصة مم القشتن اىذان ا ذشك اى جاه وصة مم مصش تن ىيش ا قو مى أ وصثا مم

مفشظا

Artinya: „‟Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan

kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa

dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.”

Ayat 11

الدمم ف أ ه صنم للا مش مصو دظ الوص ه فيهفإن مه و ىيز ق اشىر ادذج فيا شيصا ما ذشك ساء ف إن ماود

ىذ اىىصف اذشك إن مان ى ذس مم ادذ مىما اىس ىنو لت اىصي اي فلم سش أت ىذ فإن مان س فإن ىم نه ى

ج ذس ى إخ اىس ه فلم د صح ص تا أ م مه تؼذ أتىاإمم ال ذذسن أ فشعح مه قشب ىنم وفؼا ا آتاإمم

مان ػيما دنما للا إن للا

Artinya: „‟“Allah mensyari´atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-

anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak

perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua

pertiga dari harta y ng ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia

memperoleh setengah harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagian masing-masingnya

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika

orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),

maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara,

maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah

dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang

tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat

(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

An-Nisa Ayat 12

ىذ فإن اجنم إن ىم نه ىه ىنم وصف ما ذشك أص صح صه تا أ ا ذشمه مه تؼذ تغ مم ىذ فينم اىش مان ىه

ىذ فيه اىصمه ىذ فإن مان ىنم ا ذشمرم إن ىم نه ىنم تغ مم ىه اىش ه ا ذشمرم مه تؼ د مم صح ذصن تا أ ذ

ذس ادذ مىما اىس أخد فينو ى أر أ امشأج إن مان سجو سز مالىح أ ه ىل فم د فإن ماوا أمصش مه ر

صح ص ػيم ديمششماء ف اىصيس مه تؼذ للا صح مه للا ش معاس ه غ د ى تا أ

Page 28: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

18

Artinya: „‟Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan

oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu

mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya

setelah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) setelah dibayar hutangnya. Para

isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai

anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta

yang kamu tinggalkan setelah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) setelah dibayar

hutang-hutangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang

tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang

saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-

masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu

itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu,

setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau (dan) setelah dibayar hutangnya dengan

tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Penyantun.‟‟

An-Nisa Ayat 33

اىزه ػقذخ أ القشتن اىذان ا ذشك اى مم اى ىنو جؼيىا م مان ػيىمى نم فآذم وصثم إن للا

ذا ء ش مو ش

Artinya: „‟dan tiap-tiap dari kalian itu Kami jadikan wali-wali (ahli waris) dari apa-apa

yang ditinggalkan kedua orang tua dan kaum kerabat. Dan orang-orang yang kalian

mengikat perjanjian dengan kalian, maka berikanlah bagian mereka, sesungguhnya Allah

itu Maha menyaksikan atas segala sesuatu.‟‟

An-Nisa Ayat 176

ى أخد فيا وص ىذ س ى فرنم ف اىنالىح إن امشإ يل ى ششا إن ىم نه ىا سرفرول قو للا ف ما ذشك

ه فيما اىص ىذ فإن ماورا اشىر ه ثه للا مش مصو دظ الوص وساء فييز ج سجاال إن ماوا إخ ا ذشك ىنم أن يصان مم

ء ػيم تنو ش للا ا ذعي

Page 29: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

19

Artinya: „‟Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah

memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia

tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang

perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki

mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika

saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang

ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-

saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian

dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu

tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Hadis Kewarisan

Hadis dari Abdullah bin „Amr.

س سيم اىؼيم شالشح فما ػي صيى للا ته ػمش قاه قاه سسه للا ػه ػثذ للا سىح قائمح أ فعو آح مذنمح أ اء رىل ف

فشعح ػادىح

Artinya: „‟dari Abdullah bin „Amr, bahwa Nabi saw. bersabda: “Ilmu itu ada tiga macam

dan yang selain yang tiga macam itu sebagai tambahan saja: ayat muhkamat, sunnah yang

datang dari Nabi dan faraidh yang adil”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).‟‟

Hadis dari Ibnu Mas‟ud berikut:

ػيمي اىىاس سيم ذؼيما اىؼيم ػي صيى للا ذؼيما اىفشائط قاه اته مسؼد قاه ى سسه للا

ػيمي ذظش اىفره اىؼيم سقثط ػيمي اىىاس فإو امشإ مقثض درىاىىاس ذؼيما اىقشآن

ىما خريف اشىان ف فشعح ال جذان أدذا فصو ت

„‟Ibnu Mas'ud pernah berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda

kepadaku: Hendaklah kalian belajar ilmu, dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah

ilmu fara`idl dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah Al Qur`an dan ajarkanlah kepada

manusia, karena aku seorang yang akan dipanggil (wafat), dan ilmu senantiasa akan

berkurang sedangkan kekacauan akan muncul hingga ada dua orang yang akan berselisih

pendapat tentang (wajib atau tidaknya) suatu kewajiban, dan keduanya tidak

mendapatkan orang yang dapat memutuskan antarakeduanya."(HR.ad-Darimi)‟‟17

17

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris IslamDalam Pendekatan Teks&Konteks, (Depk: PT

Raja Grafindo Persada, 2013), h. 27.

Page 30: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

20

3. Rukun Dan Syarat Kewarisan

a. Rukun Mewarisi

Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam hal waris-mewarisi, tiap-tipa unsur

tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan. Unsur-unsur ini dalam kitab fiqh di

namakan rukun, dan persayaratan itu dinamakan syarat untuk tiap-tiap rukun.

Rukun merupakan bagian dari permasalahan yang menjadi pembahasan.

Pembahasan ini tidak sempurna, jika salah satu rukun tidak ada misalnya wali dalam

salah satu rukun perkawinan.

Sehubungan dengan pembahasan hukum waris, yang menjadi rukun waris-

mewarisi ada tiga, yaitu sebagai berikut:

1) Harta Peninggalan

Harta peninggalan (mauruts) ialah harta benda yang ditinggalkan oleh si mayit

yang akan di pusakai atau dibagi oleh para ahli waris setelah diambil untuk

biaya-biaya perawatan, melunasi utang dan melaksanakan wasiat. Harta

peninggalan dalam kitab fiqh biasa di sebut tirkah, yaitu apa-apa yang di

tinggalkan oleh orang meninggal dunia berupa harta secara mutlak. Jumhur

fuqaha berpendapat bahwa tirkah ialah segala apa yang menjadi milik

seseorang, baik harta benda maupun hak-hak kebendaan yang diwarisi oleh

ahli warisnya setelah ia meninggal dunia. Jadi, disamping harta benda, juga

hak-hak, termasuk hak kebendaan maupun bukan kebendaan yang dapat

berpindah kepada ahli warisnya. Seperti hak menarik hasil dari sumber air,

piutang, benda-benda yang digadaikan oleh simayit, barang-barang yang telah

dibeli simayit sewaktu masih hidup yang harganya sudah dibayar, tetapi

barangya belum diterima, barang yang dijadikan maskawin untuk istrinya

yang belum di serahkan sampai ia meninggal, dan lain-lain.

2) Orang Yang Meninggalkan Harta Warisan

Muwarrits adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta waris.

Didalam kasus di Indonesia disebut‟‟Pewaris‟‟ sedangkan dalam kitab fiqh

disebut muarrits.

Bagi muwarrits berlaku ketentuan bahwa harta yang ditinggalkan

miliknya dengan sempurna, dan ia benar-benar telah meninggal dunia, baik

Page 31: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

21

menurut kenyataan baik menurut hukum. Kematian muwarist menurut para

ulama fiqh di bedakan menjadi 3 macam, yaitu:

a) Mati haqiqy (sejati)

b) Mati hukmy (berdasarkan keputusan hakim)

c) Mati taqdiry (menurut dugaan)

Mati haqiqy ialah hilangnya nyawa seseorang yang semula nyawa itu

telah berwujud padanya. Kematian ini dapat disaksikan oleh panca indra dan

dapat dibuktikan dengan alat pembuktian. Sebagai akibat dari kematian

seluruh harta ditinggalkannya setelah dikurangi untuk memenuhi hak-hak

yang bersangkutan dengan harta peninggalannya, beralih dengan sendirinya

kepada ahli waris yang masih hidup disaat kematian muwarist, dengan syarat

tidak terdapat salah satu halangan mempusakai.

Mati hukmy, suatu kematian yang disebabkan oleh adanya vonis hakim,

baik pada hakikatnya, seseorang benar-benar masih hidup, maupun dalam dua

kemungkinan antara hidup dengan mati.

Mati taqdiry, yaitu suatu kematian yang bukan haqiqy dan bukan hukmy,

tetapi semata-mata hanya berdasarkan dugaan keras. Misalnya kematian

seorang bayi yang baru dilahirkan akibat terjadi pemukulan terhadap perut

ibunya atau pemaksaan agar ibunya minum racun. Kematian tersebut hanya

semata-mata berdasarkan dugaan keras, dapat juga disebabkan oleh yang lain,

namun kuatnya perkiraan atas akibat perbuatan semacam itu.

3) Ahli Waris atau Waarist

Waarist adalah orang yang akan mewarisi harta peninggalan si

muarrist lantara mempuyai sebab-sebab untuk mewarisi.Pengertian ahli warist

disini ialah orang yang mendapat harta waris, karena memang haknya dari

lingkungan pewaris. Namaun tidak semua keluarga dari pewaris dinamakan

(termasuk ahli waris). Demikian pula orang yang berhak menerima

(mendapat) harta waris mungkin saja diluar ahli waris.18

b. Syarat-Syarat Mewarisi

18

Moh Wahibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif Di

Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011), h.56-61

Page 32: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

22

Selain harus memenuhi rukun waris, kewarisan itu juga memiliki syarat-syarat yang

harus dipenuhi:

1). Matinya Pewaris

Seseorang diketahui sebagai pewaris apabila ia telah mati. Kematiannya

dapat diketahui secara pasti melalui informasi yang didukung oleh fakta atau

mungkin melalui peroses hukum, apabila alternatif ini tidak dapat maka calon

pewaris masih dinyatakan hidupnya.19

2). Hidupnya Ahli Waris Disaat Kematian Pewaris

Kepastian hidup pewaris ketika wafat orang yang mewariskan, orang yang

sudah meninggal harus dianggap masih hidup, karena orang mati tidak

mungkin untuk menguasai harta apalagi mengalihkannya kepada yang lain

(ahli waris).20

3). Tidak Ada Penghalang Kewarisan

Walaupun kedua syarat diatas telah ada pada pewaris dan ahli waris,

namun salah satu dari mereka tidak dapat mewariskan harta peninggalannya

kepada yang lain atau mewarisi harta peninggal dari yang lain selama masih

terdapat dari salah satu empat penghalang kewarisan yaitu perbudakan,

pembunuhan, perbedaan agama, dan perbedaan negara. Hal-hal yang dapat

menyebabkan terhalangnya waris anatara lain adalah sebab membunuh

pewaris, sebab berlainan agama, sebab perbudakan.21

4. Sebab-Sebab Dan Penghalang Kewarisan

Sebab-Sebab dapat saling mewarisi sesuai hukum kewarisan Islam:

a. Perkawinan

19

Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Quran, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995), h.66 20

Muhammad Ali Ash-Shobuni di terjemahkan oleh A. M. Basalamah, Ilmu Hukum Waris Menurut Ajaran

Islam, (Jakarta: Gema Insani Press), h.33 21

Muhammad Abu Zuhrah, Hukum Waris Menurut Imam Ja’far Shadiq, (Jakarta:PT Lantera

Basritama,2001), h.70

Page 33: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

23

Perkawinan yang dimaksud adalah perkawinan yang sah menurut ummat

Islam, perkawinan dikatakana sah apabila syarat dan rukunnya terpenuhi sesuai

syariat Islam, sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 (1) UU RI No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan yang maksudnya bahwa; perkawinan yang dapat

dinyatakan sah, apabila perkawinan itu dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya yang kedua mempelai anut. Apabila

salah seorang seorang suami atau istri ada meninggal dunia yang

perkawinannya masih dalam keadaan utuh atau talak raj‟i yang masih dalam

keadaan iddah, maka dia berhak untuk saling mewarisi sebagaimana yang telah

di tetapkan oleh Allah SWT dalam QS an-nisa ayat 12. 22

b. Kekerabatan

Hubungan kekerabatan bersifat adanya hubungan nasabiah (genetik) antara

pewaris dengan para ahli waris. Hubungan tersebut baik bersifat lurus kebawah

(furu’iyyah) yakni anak keturunan, ataupun keatas atau (ushuliyyah) yakni para

saudara pewaris. Walaupun demikian dalam pembagian kekerabatan, ada

klasifikasi-klasifikasi tertentu yang menjadi perbedaan antar ulama yang

berakibat sejumlah orang tidak memperoleh bagian waris dan sebaliknya

orang-orang tertentu akan mendapatkan bagian dalam situasi tertentu.23

c. Wala

Wala itu hak mendapat warisan karena memerdekakan hamba. Jelasnya

apabila seseorang memerdekakan hamba kemudian hamba itu mati dengan tidak

meninggalkan ‘ashabah laki-laki, maka orangtuannya itu dapat bagian.24

Di anatara ahli waris, ada yang tidak mendapat warisan, karena beberapa

sebab:

1) Pembunuh tidak berhak mendapat warisan dari keluarganya yang

dibunuhnya. Rasulullah SAW bersabda:

س ىيقا ذو مه اىمشا ز ش ء )سي اىىا ئ تا سىادصذخ( ه

22

Syamsulbahri Salihima, Perkembangan Pemikiran Pembagian Warisan Dalam Hukum Islam dan

Implementasinya Pada Pengadilan Agama, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 63-64 23

Sukris Sarnadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transpormatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1997), h. 28. 24

A. Hassan, Al-Fara’id Ilmu Pembagian Waris, (Surabaya: Penerbit Pustaka Progressif, 1988), h.43

Page 34: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

24

Artinya: „‟Tidak berhak si pembunuh mendapat sesuatupun dari harta

warisan‟‟(H.R An-Nasai dengan isnad yang shohih).

Mengenai masalah ini ada beberapa pendapat:

a) Segolongan kecil berpendapat, bahwa si pembunuh tetap memiliki hak

warisan, selaku ahli waris.

b) Kemudian golongan lain memisahkan sifat pembunuhan itu. Pembunuhan

yang disengaja dan yang tersalah. Siapa yang melakukan pembunuhan

dengan sengaja, dia tidak memiliki hak warisan sama sekali. Siapa yang

melakukan pembunuhan karena tersalah, dia tetap memiliki hak warisan.

Pendapat ini di anut oleh Malik bin Anas dan pengikutnya.25

c) Orang yang murtad tidak berhak mendapat warisan dari keluarganya yang

beragama Islam, demikian pula sebaliknya.26

d) Berlainan tempat (Negeri), ialah berlainan pemerintahan yang diikuti oleh

warits dan muwarrits (yang mewariskan). Umpamanya waris menjadi

rakyat bagi suatu negara yang merdeka, Sedang muwarrits menjadi rakyat

bagi negara merdeka yang lain. Semua Ulama sependapat menetapkan

bahwasanya berlainan tempat tidak menjadi penghalang bagi pusaka

mempusakai antara sesama Islam, karena negeri-negeri Islam walaupun

berbilang-bilang pemerintahannya, dan jauh-jauh jarak yang satu dan yang

lainnya, serta berbeda pula tata aturan pemerintahannya, namun dipandang

sebagai suatu negara dengan ijma’ segenap fuqaha Islam.27

5. Macam-Macam Ahli Waris dan Hak Masing-Masing

Macam-macam ahli waris yaitu: Ahli waris dari kalangan laki-laki secara

terperinci ada 15 yaitu:

a. bapak

b. Kakek

c. Suami

d. Saudara Laki-laki seibu

25

M.Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1973), h. 13-14

26

Eman Suparman, Hukum Waris Indonesia Dalam Prespektif Islam, Adat, dan BW, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2007), h. 23 27

Mawaris Hukum-Hukum Warisan Dalam Syari’at Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973) h. 64-65.

Page 35: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

25

e. Anak laki-laki

f. Cucu laki-laki

g. Saudara Laki-laki sekandung

h. Saudara laki-laki sebapak

i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

j. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak

k. Saudara ayah yang sekandung

l. Saudara ayah yang sebapak

m. Anak laki-laki dari saudara ayah yang sekandung

n. Anak laki-laki dari saudara ayah yang sebapak

o. Seorang laki-laki yang memerdekakan hamba sahaya.

Ahli Waris dari kalangan perempuan secara terperinci ada 10

a. Anak perempuan

b. Anak perempuan dari anak laki-laki, dan seterusnya kebawah

c. Ibu

d. Nenek dari pihak ibu, dan seterusnya keatas

e. Nenek dari pihak bapak, dan seterusnya keatas

f. Saudara perempuan sekandung

g. Saudara perempuan sebapak

h. Saudara perempuan seibu

i. Istri

j. Seorang perempuan yang memerdekakan hamba sahayanya.28

Bagian dari masing-masing ahli waris:

1. Istri/janda

Bagian istri/janda mendapat ¼ jika suami tidak mempunyai far’u waris baik laki-

laki maupun perempuan. Dan istri mendapat 1/8 jika suami mempunyai far’u

waris, laki-laki maupun perempuan.

2. Suami

28

Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Tuntunan Praktis Hukum Waris Lengkap dan Padat Menurut Al-

Qur’an dan As-Sunnah Yang Shahih, (Bogor: Pustaka Ibnu „Umar, 2010), h. 21

Page 36: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

26

Dalam mempusakai harta istri, suami nendapat ½ apabil istri tidak mempunyai

far’u waris laki-laki maupun perempuan. Suami mendapat ¼ apabila meninggalkan

atau mempunyai far’u waris laki-laki atau perempuan.

3. Anak perempuan

Anak perempuan mendapat ½ apabila ia sendirian atau seorang saja, dan tidak

bersama anak laki-laki. Dan mendapat 2/3 apabila ia dua orang atau lebih dan tidak

bersama anak laki-laki. Anak perempuan mendapat ashabah jika ia bersama dengan

anak laki-laki baik keduanya sendiri-sendiri atau lebih dari satu. Dalam

pembagiannya anak laki-laki mendapat 2 bagian dan anak perempuan mendapat 1

bagian.

4. Anak laki-laki

Bagian anak laki-laki ketika ayahnya meninggal dunia maka bagian anak laki-laki

adalah Ashabah. Hanya saja jika anak laki-laki bersama dengan anak perempuan

maka bagian anak laki-laki 2 bagian dan anak perempuan 1 bagian.

5. Cucu perempuan

½ bila ia sendiran dan tidak bersama dengan cucu laki-laki atau tidak bersama

dengan anak perempuan atau anak laki-laki. 2/3 apabila ia dua orang atau lebih dan

ia tidak bersama dengan cucu laki-laki, serta tidak bersama dengan anak laki-laki

atau perempuan. Ashabah bila ia mewarisi bersama dengan cucu laki-laki. 1/6

adalah bagian cucu sebagai penyampuran bagian 2/3 bila ia bersama dengan anak

perempuan.

6. Cucu laki-laki

Cucu laki-laki adalah termasuk far’u waris yang statusnya sama dengan anak turun

sampai beberapa derajat menurunnya. Pusaka cucu laki-laki dari anak laki-laki

mendapat bagian Ashabah selamanya dengan syara: Jika simayit tidak mempunyai

anak laki-laki. Jika bersama dengan cucu perempuan maka bagiannya menurut

perbandingan 2 untuk laki-laki dan 1 untuk perempuan.29

7. Ibu

1/6 apabila ia mewarisi bersama-sama far’u waris ( anak/cucu maupun laki-laki

atau perempuan). Atau apabila ia bersama 2 orang atau lebih saudara

perempuan/laki-laki sekandung seayah, atau seibu. Baik ketika mereka termasuk

tidak termahjub baik dia satu kelompok saja maupun campuran. 1/3 jika ia tidak

bersama dengan far’u waris atau tidak bersama dengan 2 orang atau lebih

saudara/saudari secara mutlak baik sekandung, seayah, seibu. Meski

saudara/saudari tersebut termahjub oleh keluarga lain.1/3 sisa harta peninggalan

jika ibu bersama dengan suami/istri dan ayah. Masalah ini disebut dengan masalah

29

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta Timur: Prenada Media, 2003), h. 164-165.

Page 37: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

27

gharawwin yang mana ibu akan mendapat 1/3 sisa, ayah dapat bagian Ashabah dari

suami 1,2 atau istri ¼.30

8. Ayah

1/6 bila bersamanya ada anak atau cucu. Mendapat sisa harta bila bersamanya tidak

ada anak atau cucu laki-laki. 1/6 dan kemudian mengambil sisa harta bila

bersamanya ada anak atau cucu perempuan.

9. Kakek

1/6 apabila bersamanya ada anak atau cucu. Mendapat sisa harta bila bersamanya

tidak ada anak atau cucu laki-laki. 1/6 kemudian sisa harta apabila bersamanya ada

anak atau cucu perempuan.31

10. Saudara perempuan kandung

½ bila dia seorang saja. 2/3 apabila 2 orang atau lebih dan tidak bersamanya

saudara laki-laki. Mengambil sisa harta bila bersamanya ada anak perempuan.

11. Saudara Perempuan Seayah

½ Bila dia seorang saja. 2/3 bila 2 orang atau lebih apabila tidak bersamanya

saudara laki-laki. 1/6 apabila bersama dengan seorang saudara perempuan kandung.

Mengambil sisa harta apabila bersama dengan anak perempuan.

12. Saudara Perempuan Seibu

1/6 bila dia sendiri. 1/3 untuk 2 orang atau lebih.

13. Saudara Laki-laki Seibu

1/6 apabila dia sendiri. 1/3 untuk 2 orang atau lebih.32

Menurut hukum Islam, ahli waris dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Asabah dan Zawl Al-Furud

Secara bebas, arti logawi zawl al-furud adalah orang-orang yang mempunyai

saham (bagian) pasti. Lebih kurang demikian pulalah arti teknis (istilah) yang di

kandung istilah tersebut, yaitu ahli waris yang sahamnya telah ditentukan secara

terperinci ( seperdua, sepertiga, seperempat, seperenam, atau seperdelapan dari

warisan). Menurut jumhur ulama mereka ini adalah: Istri, Suami, Anak Perempuan,

Ibu, Nenek, Ayah, Kakek, Saudara Seibu laki-laki atau perempuan, Saudara

perempuan kandung atau seayah.33

Suami dan istri disebut ashhabul furudh as-sababiyyah yang memperoleh bagian

tertentu karena satu sebab. Sebab pewarisan mereka adalah pernikahan bukan sebab

30

M. Ali Hasan, Hukum Warisan Dalam Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996), h. 40 31

Syarifuddin Arief, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta Peninggalan, (Jakarta:

Darunnajah Production House), h.18 32

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqh Mawaris, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001), h.

62 33

Abu Bakar, Al Yasa, Ahli Waris Sepertlian Darah, (Jakarta: Inis, 1998), h. 140.

Page 38: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

28

kekerabatan. Sementara yang lainnya disebut ashhabul furudh an-nasabiyyah

kalangan yang berhak memperoleh bagian warisan tertentu dengan kekerabatan.34

2. Dzawil Arham

Secara harfiah, istilah ini berarti orang yang mempunyai hubungan darah. Secara

teknis ulama fikih mendefenisikannya sebagai anggota kerabat yang tidak menjadi

dzawil furud dan ashabah.35

Hal-hal yang terkait dengan asas-asas hukum kewarisan Islam dapat digali dari ayat-ayat

hukum kewarisan serta sunnah nabi Muhammad SAW. Asas-asas dapat diklasifikasi sebagai

berikut:36

Asas Ijbari (Paksaan)

Dalam hukum Islam, peralihan harta seseorang yang telah meninggal

dunia kepada ahli warisnya yang masih hidup berlaku dengan sendirinya

menurut ketetapan Allah, tanpa digantungkan kepada usaha dan kehendak

pewaris maupun ahli warisnya. Cara peralihan seperti ini disebut asas ijbari.

Atas dasar ini, pewaris tidak perlu merencanakan penggunaan dan pembagian

harta peninggalannya setelah ia meninggal dunia kelak, karena dengan

kematiannya harta yang ia miliki otomatis akan berpindah kepada ahli

warisnya dengan peralihan yang sudah ditentukan. Kata ijbari secara

refleksikan mengandung arti paksaan, yaitu melakukan sesuatu diluar

kehendaknya sendiri. Unsur paksaan (ijbari) ini terlihat dari segi ahli waris

yang berhak menerima harta warisan beserta besarnya penerimaan yang diatur

dalam ayat-ayat Al-Quran yaitu surah An-Nisa ayat 11, 12, dan 176. Bentuk

ijbari dari segi jumlah yang diterima, tercermin dari kata mafrudan, bagian

yang telah di tentukan. Istilah ijbari di refleksikan sebagai hukum mutlak.

Asas Bilateral

Yang dimaksud dengan asas bilateral dalam hukum kewarisan

Islam adalah seorang menerima hak kewarisan bersumber dari kedua

belah pihak kerabat, yaitu dari garis keturunan perempuan maupun

keturunan laki-laki.37

Asas kebilateralan itu mempunyai dua dimensi saling

mewarisi dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 7, 11, 12, dan 176, yaitu(1)

antara anak dan orangtuanya, (2) antara orang yang bersaudara bila

34

Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim di terjemahkan oleh Darwis, Shahih Fikih Sunnah Jilid 4, (Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2017), h. 618.

35 Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam, h. 63

36 Suharawardi K Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap dan Praktis, (Jakarta: Sinar

Grafika, 1995), h. 37 37

Suhrawardi Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap dan Praktis, (Cetakan Kedua,

h. 40.

Page 39: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

29

pewaris tidak mempunyai anak dan orangtua. Hal ini diuraikan sebagai

beriku:38

Pertama, dimensi saling mewarisi antara anak dengan orangtuanya.

Dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 7 ditegaskan bahwa laki-laki dan

perempuan berhak mendapat harta warisan dari ibu-ayahnya. Demikian

juga dalam garis hukum surah An-Nisa ayat 11 ditegaskan bahwa anak

perempuan berhak menerima warisan dari orangtuanya sebagaimana

halnya dengan anak laki-laki dengan perbandingan bagian seorang anak

laki-laki sama dengan perempuan. Dengan demikian juga dalam garis

hukum surah An-Nisa ayat 11 ditegaskan bahwa ayah dan ibu mendapat

warisan dari anaknya, baik laki-laki maupun perempuan, sebesar

seperenam, bila pewaris meninggalkan anak.39

Kedua: Dimensi saling mewarisi antara orang yang bersaudara

juga terjadi bila pewaris tidak mempunyai keturunan atau orang tua.

Kedudukan saudara sebagai ahli waris dal Al-Quran Surah An-Nisa ayat

12, ditentukan bahwa bila seorang laki-laki mati punah dan mempunyai

saudara, maka saudaranya (saudara laki-laki atau perempuan) berhak

mendapat harta warisannya. Demikian juga dalam Al-Quran surah An-

Nisa ayat 12, bila pewaris yang mati punah seorang perempuan dan

mempunyai saudara, maka saudaranya laki-laki atau perempuan berhak

menerima harta warisannya. Selain itu, dalam Al-Quran Surah An-Nisa

ayat 176 menegaskan bahwa seorang anak laki-laki yang tidak mempunyai

keturunan, sedangkan ia mempunyai saudara perempuan, saudaranya yang

perempuan itulah yang berhak menerima warisannya. Demikian juga bila

seorang laki-laki yang tidak mempunyai keturunan, sedangkan ia

mempunyai saudara laki-laki, saudaranya yang laki-laki itulah yang

berhak menerima harta warisannya.40

Asas Individual

Asas individual adalah setiap ahli waris secara individu berhak atas

bagian yang didapatkannya tanpa terikat kepada ahli waris lainnya

sebagaimana halnya dengan pewaris kolektif yang dijumpai ketentuan

dalam hukum adat. Seperti adat msayarakat Minangkabau di Sumatra

Barat.41

Dengan demikian, bagian yang diperoleh ahli waris dari harta

pewaris dimiliki secara perorangan, dan ahli waris yang lainnya tidak

ada sangkut paut sama sekali dengan bagian yang diperolehnya

38

Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia, h. 54.

39

Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia, h. 55-54. 40

Suhrawardi Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap dan Praktis, Cetakan Kedua, h.

40. 41

Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum Kewarisan Islam, h. 34-35.

Page 40: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

30

tersebut, sehingga individu masing-masing ahli waris bebas menetukan

atas bagian yang diperolehnya.

Asas Keadilan Berimbang

Asas keadilan yang dimaksud harus ada keseimbangan antara hak

yang diperoleh seseorang dari harta warisan dengan kewajiban atau

beban biaya kehidupan yang harus ditunaikannya. Laki-laki dan

perempuan misalnya, mendapat bagian yang sebanding dengan

kewajiban yang dipikulnya masing-masing kelak dalam kehidupan

keluarga dan masyarakat. Seorang laki-laki menjadi penanggung

jawab dalam kehidupan keluarga, mencukupi keperluan hidup anak

dan istrinya sesuai Al-Quran 2: 233 dengan kemampuannya.

Tanggung jawab merupakan kewajban yang harus dilaksanakan,

terepas dari persoalan apakah istri mampu atau tidak, anak-anaknya

memerlukan bantuan atau tidak.42

42

Sahrawardi Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap dan Praktis, Cetakan Kedua, h.

Page 41: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

31

BAB III

KEWARISAN ADAT SAMONDO DAN WILAYAH PENELITIAN

A. Kewarisan Adat Samondo

1. Pengertian Adat Samondo

Adat samondo Muarasipongi yaitu adalah adat yang lahir jika seorang laki-laki

menikahi perempuan salah satu dari warga Muarasipongi dan laki-laki tersebut

menggabungkan dirinya ke rumah istrinya dan menetap tinggal di rumah istrinya

setelah adanya pernikahan.Adat Muarasipongi ini adalah salah satu suku yang

mendiami wilayah kabupaten Mandailing Natal tepatnya kecamatan

Muarasipongi.Berdasarkan cerita dari para orang tua terdahulu, suku ulu berasal dari

Rao, Sumatra Barat. Sampai dengan tulisan ini dibuat belum ada penelitian lebih

lanjut terkait dengan asal usul dari suku ulu ini. Tak ada bukti tertulis tentang asal

usul dari suku ulu ini. Salah satu informasi tentang asal usul atau sejarah tanah ulu

bersumber dari cerita lisan yang dituturkan oleh orang- orang tua terdahulu, menitik

beratkan bahwasanya suku ulu ini berasal dari Rao, Sumatra Barat.Orang ulu

muarasipongi mempunyai tiga suku besar yaitu Mondoiligh ( Mandailing), Pungkik (

Pungkut), Kandang Kepuh ( Kandang Kapuh). Tiga suku besar di atas hanya di temui

di daerah Muarasipongi, Rao, Rokan Hulu dan Sumatra Barat. 1

Istilah Sumando itu yaitu bahasa tersendiri berbeda dengan bahasa Batak,

Mandailing maupun bahasa-bahasa lain yang ada di wilayah Mandailing Natal dan

Tapanuli Selatan.Apabila di perhatikan bahasa ulu ini bernuansa melayu, tetapi lebih

tua dari bahasa Melayu nya sendiri dan juga menyerap penbendaharaan kata dari

bahasa Mandailing, walaupun terjadi perubahan penglafalan bunyi yang

menyesuaikan dialek suku ulu.

Secara tidak langsung letak geografis ini mempengaruhi aspek kehidupan

masyarakat Muarasipongi termasuk di dalamnya dalam penerapan hukum Islam. Adat

samondo di Muarasipongi ini terhimpit antara adat Mandailing dan Adat Sumatra

Barat, ini merupakan salah satu keunikan dari adat samondo ini. Masyarakat

Muarasipongi memiliki toleransi yang begitu kuat sehingga tidak ada yang merasa

mendominasi dan di dominasi. Dalam pernikahan masyarakat Muarasipongi

1Burhanuddin Datuk Rimambang, Tokoh Adat, Wawancara pribadi, Pasar Muarasipongi 19 Juni 2019

Page 42: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

32

mengambil unsur kebudayaan Mandailing yaitu mempelai laki-laki sebagai pihak

yang memiliki kewajiban memberikan mahar. Namun dalam hal kewarisan

masyarakat Muarasipongi mengambil kebudayaan Minang yang mengutamakan hak-

hak kaum perempuan.

Masyarakat Muarasipongi menjalankan bentuk perkawinan Samondo.Bentuk

perkawinan samondo adalah bentuk perkawinan tanpa pembayaran jujur dari pihak

pria kepada pihak wanita.Bagi keluarga istri, suami merupakan orang datang kerumah

istrinya.Oleh karena itulah perkawinan masyarakat adat samondo itulah bersifat

matrilokal yaitu istri tidak ikut kerumah suami dan tidak pula masuk sebagai anggota

keluarga dalam keluarga suaminya namun si suamilah yang berdiam diri di rumah

istri. Pengertian ‘’berdiam di rumah istri’’ di dalam perkawinan samondo, sebenarnya

suami tidak menetap di rumah istrinya tapi ia menetap di rumah keluarga asalnya. 2

Masyarakat matrilineal mengenal pula bentuk perkawinan eksogami, dengan

beberapa perbedaan dengan masyarakat patrilineal.Misalnya perkawinan samondo

ini, kedudukan suami semata-mata berstatus sebagai tamu, yang bertandang ke

keluarga istrinya.Ia tidak berhak atas anaknya, harta benda istri, dan segala hal yang

bersangkutan dengan rumah tangga. Harta kekayaan yang di hasilkan suami hanya

untuk dirinya sendiri, ibunya, saudara-saudaranya, dan anak-anaknya (harta

suarang).3

2. Gambaran Kewarisan Adat Samondo

Pada umumnya, bentuk harta warisan dalam waris adat yaitu harta warisan

berwujud dan tidak berwujud.Harta warisan berwujud seperti sawah, kebun, tanah,

bangunan rumah dan hewan ternak.Harta warisan tidak berwujud seperti gelar adat,

kedudkan dan jabatan adat.Gelar-gelar adat dalam masyarakat masih tetap di

pertahankan hingga kini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat kecamatan Muarasipongi yang

beragama islam ternyata masih menggunakan hukum adat untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan yang mereka hadapi termasuk dalam bidang waris. Ketika

penulis menayakan hukum manakah yang digunakan untuk menyelesaikan

2Burhanuddin Datuk Rimambang, Tokoh Adat, Wawancara pribadi, Pasar Muarasipongi 19 Juni 2019 3 Dewi Sulastri, Pengantar Hukum Adat, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 113

Page 43: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

33

pembagian harta waris, tanpa ada keraguan sedikitpun para informan menjawab

hukum adat.Ketika pertanyaan ini dilanjutkan, mengapa harus hukum adat kenapa

tidak dengan hukum Islam?Jawaban yang di kemukakan informan sangat sederhana

menyatakan bahwa hukum adatlah yang pertama hadir di kecamatan Muarasipongi

ini.Lalu kemudian Islam datang dengan pranata hukumnya.Artinya sejak lama

mereka telah tunduk pada hukum adat.4

Adat Samondo Muarasipongi ini menempatkan bahwa laki-laki dan perempuan

dalam posisi yang tidak seimbang. Anak perempuan sebagai pembawa marga

mendapatkan kehormatan-kehormatan di dalam pelbagai peristiwa adat, termasuk di

dalamnya dalam peroses harta waris.Kedudukannya yang tinggi juga menempatkan

sebagai orang yang harus didahulukan dan diutamakan. Menariknya laki-laki

Muarasipongi ini sangat menyadari posisi yang tidak seimbang tersebut. Oleh sebab

itu, ekspresi inferirioritas ditunjukkan dengan sikap mengalah, tidak menuntut harta

waris, dan merelakan harta warisan orang tuanya jatuh kepada saudara yang

perempuan.

Disamping itu, perempuan Muarasipongi ini juga menyadari aturan-aturan adat

yang menempatkan mereka sebagai mahluk kelas pertama.Pada satu sisi, anak

perempuan biasanya menjadi tempat orang tua mengadukan pelbagai hal.Anak

perempuan menjadi teman berbagai cerita.Bahkan ketika orang tua sakit, anak

perempuanlah yang mengurusnya.Ini dipandang sebagai kewajiban.Bahkan tidak

jarang, anak perempuan bukan hanya sekedar mengurus tetapi juga menanggung

biaya pengobatannya.Dalam kenyatannya, orang tua pun merasa lebih nyaman tinggal

dengan anak perempuannya ketimbang dengan anak laki-lakinya (bersama menantu

perempuannya). Namun dalam sisi lain, pada saat pembagian harta waris, mereka

mendaptkan harta warisan yang lebih besar di banding dengan bagian dari saudara

laki-lakinya.

3. Sistem Pembagian Kewarisan Dalam Adat Samondo

Penulis menemukan pola pembagian harta waris yang berkembang pada

masyarakat Muarasipongi ini dalam kaitannya dengan harta warisan untuk anak

perempuan.Pola tersebut yaitu anak perempuan mendapat harta warisan lebih besar di

4Syahrul, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kotoboru 18 Juni 2019

Page 44: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

34

bandingkan anak laki-laki.Penelitian ini menujukkan bahwa diantara informan

ternyata masih ada yang melaksanakan hukum adat secara utuh. Hal ini sebagaimana

yang ditunjukkan oleh beberapa informan bahwa selaku anak perempuan ia mendapat

warisan yang lebih dibandingkan dari saudara laki-lakinya. Adapula informan

mengatakan bahwa disebabkan harta waris yang sedikit, saudara laki-lakinya rela

untuk tidak mendapatkan apapun dari harta warisan tersebut. Tidak kalah menariknya

bahwa saudara laki-laki tidak menuntut apapun dari harta warisan tersebut di pahami

bahwa sebagai bentuk kesadaran dan kepatuhan saudara laki-laki tersebut terhadap

hukum adat.5

Hukum waris menurut hukum adat Muarasipongi senantiasa menjadi masalah

aktual dalam berbagai pembahasan.Seperti telah dikemukakan, bahwa sistem

kekeluargaan di Muarasipongi adalah sistem menarik garis keturunan ibu, yakni

saudara laki-laki dan saudara perempuan, nenek beserta saudara-saudaranya, baik

laki-laki mapun perempuan.

Mengenai warisan dalam adat samondo ini yaitu ada yang dinamakan dengan

harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah, dimana yang dimaksud dengan harta

pusaka tinggi yaitu harta yang turun temurun dari nenek moyang yang perempuan

dan kemudian turun ke ibu dan seterusnya ke keturunan dari kaum perempuan dan

jelas pasti untuk anak perempuan. Dan mengenai harta pusaka tinggi ini yaitu dia

berupa harta yang sangat tidak bisa dibagi atau dijual Seperti dalam contohnya

pusaka tinggi itu yaitu ada yang namanya rumah gedak ( rumah harta peninggalan)

maka rumah tersebut didiami oleh keturunan perempuan.Sedangkan harta pusaka

rendah adalah harta yang didapatkan setelah terjadinya pernikahan, yaitu berupa

harta bersama.

Harta pusaka di Muarasipongi menjadi milik kaum perempuan, karena sistem

kekerabatan di Muarasipongi di susun berdasarkan garis ketururnan dari ibu.Sistem

inilah yang di sebut dengan sistem matrilineal.

5Syafei, Camat Muarasipongi,Wawancara pribadi, Kantor Camat Muarasipongi 19 Juni 2019

Page 45: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

35

Alasan berlakunya sistem matrilineal dalam urusan harta pusaka adalah karena

harta di Muarasipongi adalah milik kaum perempuan.Dengan demikian, segala hak

terhadap harta pusaka berada pada pihak perempuan.6

Tujuan lain dari sistem ini adalah untuk keselamatan hidup kaum perempuan. Hal

ini dikarenkan menurut kodrat, kaum perempuan bertulang lemah. Meskipun seorang

perempuan tidak lagi mempunyai seorang suami, ia masih tetap bisa menghidupi

dirinya dan anak-anaknya, karena harta pusaka yang menjadi miliknya. Oleh karena

itulah pewarisan harta dilakukan berdasarkan sistem matrilineal.

Ciri-ciri khas sistem matrinileal yang memebedakan dari sistem patrilineal adalah

sebagai berikut:7

1) Ketururnan ditelusuri melalui garis wanita.

2) Anggota kelompok keturunan di rekrut melalui garis ketururnan wanita.

3) Pewarisan harta pusaka dan suksesi politik melalui garis wanita.8

Sturuktur Organisasi Ninik Mamak/ Pemangku Adat

Tanah Ulu Muarasipongi

6 Yulfian Azrial, Budaya Alam Minangkabau, (Padang: Angkasa Raya, 2008), h. 40

7 Jurnal Adat dan Budaya Minangkabau, Edisi Kedua/Vol.2/Maret-Mei/Jakarta: 2004, h. 12

8Burhanuddi Datuk Rimambang, Tokoh Adat,Wawancara pribadi, Pasar Muarasipongi18 Juni 2019

Urak Tuo Adet

Datuk Urak Samondo Tuo Bapak Datuk/ Endek

Datuk

Mamak Rumah Mamak Rumah Mamak Rumah

Page 46: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

36

Ket: 1). Urak Tuo Adet yaitu orang tua yang diangkat sebagai orang yang terlebih

dahulu menangani masalah keluarga sebelum menyelesaikan adatnya ke seorang

Datuk. 2). Datuk yaitu orang yang diangkat sebagai pemangku adat atau disebut

dengan tokoh adat. 3). Mamak rumah yaitu keluarga dari seorang istri yang laki-laki

baik itu abang atau adek istri. 4). Urak Samondo Tuo yaitu seseorang yang

melakukan adat samondo atau seorang suami yang sudah melakukan adat samondo.

5). Bapak Datuk/ Endek Datuk yaitu bapak atau ibu atau yang sering di sebut dengan

orang tua yang mengerti adat di dalam desa.

Kewarisan dalam adat samondo ini dibagi langsung oleh seorang Datuk didalam

suatu suku itu, dimana dalam satu suku ada yang dinamakan datuk atau disebut juga

dengan ketua adat, datuk inilah yang berperan sebagai pembagi warisan ditengah-

tengah keluarga dan didepan mamak rumah. Datuklah yang melihat kepada siapa

harta pusaka tinggi ini cocok diberikan dan siapa yang paling berhak untuk

mendapatkan harta pusaka tinggi ini.

Masyarakat adat Samondo ini memiliki asas-asas hukum waris yang bersandar

pada sistem kemasyarakatan dan bentuk perkawinannya. Asas-asas hukum waris adat

Samondo yaitu:

1. Asas Unilateral

Artinya, hak kewarisannya didasarkan hanya pada satu garis keturunan yaitu

garis ibu (matrilineal) dan harta warisannya adalah harta warisan yang

diturunkan dari nenek moyang melalui garis ibu, diteruskan kepada anak

cucu-cucu melalui anak perempuan.

2. Asas Kolektif

Asas kolektif berarti bahwa harta pusaka tersebut di warisi bersama-sama oleh

para ahli waris dan tidak dapat dibagi-bagi kepemilikannya kepada masing-

masing ahli waris.Yang dapat dibagikan hanyalah hak penggunannya.

3. Asas Keutamaan

Asas keutamaan atau garis pokok keutamaan ialah suatu garis yang

merupakan lapisan keutamaan antara golongan-golongan yang satu lebih di

Page 47: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

37

utamakan diantara golongan yang lainnya.Akibatnya adalah sesuatu golongan

belum boleh dimasukkan dalam perhitungan jika masih ada golongan yang

lebih utama.9

B. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Letak dan Kondisi Geografis

Kecamatan Muarasipongi adalah salah satu kecamatan dari kabupaten Mandailing

Natal, yang masih jauh dari ibu kota kabupaten Mandailing Natal berjarak lebih

kurang 13 km. Kecamatan ini terletak di awal dari permulaan provinsi Sumatra Utara

atau bisa disebut perbatasan antara Sumatra Utara dengan Provinsi Sumatra Barat.

Kecamatan Muarasipongi ini memiliki 16 desa.

Kecamatan Muarasipongi merupakan daerah yang terletak didaerah kawasan

pegunungan, berbukit, dan suram sekali yang datar, sehingga rata-rata mata

pencaharian penduduk kecamatan Muarasipongi adalah bertani.Karena itu, sektor

pertanian menjadi andalan masyarakat di daerah ini, disamping sektor lainnya.

Batas wilayah kecamatan Muarasipongi ialah sebagai berikut:

Utara : Kec. Kotanopan

Selatan : Prov. Sumatra Barat

Barat : Kecamatan Kotanopan

Timu : Prov. Sumatra Barat

2. Demografis Masyarakat

a. Penduduk

Kecamatan Muarasipongi ini mempunyai beberapa desa yang di pinpin

atau di kepalai oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh perangkat desa yang

lainnya. Luas wilayah kecamatan Muarasipongi ini lebih kurang 13.149 Ha.

Jumlah penduduk saat ini adalah laki-laki 5214 jiwa, dan perempuan 5272 jiwa,

sebagai jumlah penduduk pada tahun 2019 ini sebanyak 10486 jiwa.

Pada tahun 2019 mutasi penduduk terjadi dengan gambaran

Lahir : 4 orang

9 Burhanuddin Datuk Rimambang, Tokoh Adat, Wawancara Pribadi, Pasar Muarasipongi 18 Juni 2019

Page 48: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

38

Pindah : 0 orang

Meninggal : 0 orang

Datang : 0 orang

Mayoritas kecamatan Muarasipongi dari etnis Batak Mandailing, yang

masih kental dengan adat dan budayanya.Hal ini tercermin dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari, misalnya dalam masalah waris. Masyarakat disini

memakai sistem matrilineal diantara ahli waris., karena menurut mereka sudah

adil dalam pembagian seperti itu.

b. Pendidikan

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi bangsa dan

merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan

manusia.Untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.Baik

oleh pemerintah maupun oleh masyarakat secara keseluruhan. Pembangunan

yang sedang di laksanakan di Indonesia tidak akan terwujud bila sumber daya

manusianya tidak disiapkan dengan baik.Di sisi lain, pendidikan merupakan

sarana yang ampuh dalam mempersiapkan tenaga kerja yang professional.

Dengan tingkat pendidikan yang semakin baik, setiap orang akan dapat secara

langsung memeperbaiki tingkat kehidupan yang layak, sehingga kesejahtraan

masyarakat akan semakin cepat diwujudkan.

Sarana pendidikan didaerah ini mulai dari pendidikan taman kanak-kanak,

Sampai tingkat menengah atas, baik yang berstatus negeri, maupun yang di

kelola oleh swasta, dapat dilihat pada table dibawah ini:

Komposisi Jumlah Sarana Pendidikan Di Kecamatan Muarasipongi

No Nama

Desa

TK SD SLTP MTS SLTA MA PT

1 Ranjo

Batu

1 1 0 0 0 0

Page 49: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

39

2 Kampung

Pinang

1 0 0 0 0 0

3 Simpang

Mandepo

1 0 0 0 0 0

4 Bandar

Panjang

1 0 0 0 0 0

5 Pasar

Muara

Sipongi

2 0 0 0 0 0

6 Sibinail 1 1 0 0 0 0

7 Koto

Beringin

0 0 0 0 0 0

8 Tanjung

Alai

1 0 0 0 0 0

9 Limau

Manis

1 0 0 0 0 0

10 Bandar

Panjang

Tuo

1 0 0 0 0 0

11 Tamiang

Mudo

1 0 0 0 0 0

12 Tanjung

Medan

0 0 0 0 0 0

13 Aek

Botung

1 0 0 0 0 0

14 Koto

Boru

1 1 0 0 0 0

15 Muara

Kumpulan

1 0 0 1 0 0

Page 50: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

40

16 Tanjung

Larangan

0 0 O 0 0 0

Sumber data: Dinas pendidikan Kab. Mandailing Natal

c. Sosial Ekonomi

Komposisi penduduk masyarakat kecamatan Muarasipongi

Petani : 745 orang

Pedagang : 320 orang

PNS/TNI/Polri : 39 orang

Buruh : 456 orang

Sumber utama kehidupan masyarakat adalah pertanian, selain pedagang, menjadi

PNS, dan buruh.Secara umum dapat dirinci dalam presentase keadaan lahan

pertanian, industri, dan perdagangan.10

d. Keagamaan

Kecamatan Muarasipongi ini dikenal juga sebagai desa yang agamis

karena di kecamatan ini banyak terdapat alumni-alumni pondok pesantren.

Mayoritas penduduk kecamatan Muarasipongi ini adalah Islam, pemeluk agama

lain adalah minoritas. Hubungan antara ummat beragama baik.Di kecamatan ini

terdapat banyak masjid dan tempat ibadah lainnya.11

Secara faktual kehidupan agama di kecamatan Muarasipongi ini berjalan

dengan lancer.Hal ini dapat di perhtikan dalam realita kehidupan masyarakat yang

aman, damai, dan sejahtra.Masyarakat Muarasipongi termasuk penganut agama

yang taat, hal ini dapat dilihat bahwa hampir setiap kampung atau nagari

mempunyai beberapa masjid dan mushalla yang di jadikan sebagai tempat ibadah

dan upacara-upacara keagamaan lainnya.Mesjid dan mushalla juga berfungsi

sebagai tempat pertemuan dan musyawarah dalam membicarakan perbaikan

kampung setempat.

10

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, Kecamatan Muarasipongi Dalam Angka 2018,

(Mandailing Natal: CV Rilis Grafika, 2018), h. 61 11

Syahrul, Ulama Muarasipongi, Wawancara Pribadi, Kotoboru 19 Juni 2019

Page 51: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

41

Bnyaknya rumah ibadah menurut jenisnya dan desa/ kelurahan

No Desa Mesjid Surau Gereja Kuil Vihara Jumlah

1 Ranjo Batu 3 2 0 0 0 5

2 Kampung

Pinang

1 0 0 0 0 1

3 Simpang

Mandepo

1 0 0 0 0 1

4 Bandar

Panjang

1 0 0 0 0 1

5 Pasar

Muarasipo

ngi

4 5 1 0 0 10

6 Sibinail 2 1 0 0 0 3

7 Koto

Beringin

1 4 0 0 0 5

8 Tanjung

Alai

2 1 0 0 0 3

9 Limau

Manis

1 1 0 0 0 2

10 Bandar

Panjang

Tuo

2 0 0 0 0 2

11 Tamiang

Mudo

1 0 0 0 0 1

12 Tanjung

Medan

1 0 0 0 0 1

13 Aek

Botung

2 0 0 0 0 2

14 Koto Boru 3 0 0 0 0 3

Page 52: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

42

15 Muara

Kumpulan

1 1 0 0 0 2

16 Tanjung

Larangan

1 0 0 0 0 1

Sumber data: Kantor Camat Muarasipongi

Page 53: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

43

BAB IV

PEMBAGIAN WARIS DALAM ADAT SAMONDO MANDAILING NATAL

A. Pembagian Waris Adat Samondo Mandailing Natal

1. Pembagian Waris Dalam Hal Yang Meninggal Istri

Meninggalnya istri menimbulkan adanya pembagian kewarisan, pembagiannya

baik itu hak anak maupun hak suami.Adapun mengenai pembagian kewarisan setelah

isrinya meninngal terlebih dahulu datuk didalam desa ini melihat harta yang

ditinggalkan terlebih dahulu, baik itu harta pusaka tinggi atau harta pusaka

rendah.Harta pusaka tinggi terlebih dahulu dipisah dari harta pusaka rendah, dimana

harta pusaka tinggi ini tidak bisa dibagikan kepada ahli waris dan hanya diturunkan

atau dipindah alihkan kepada anak perempuan atau saudara perempuan dari istri.

Dan selanjutnya dilakukan pembagian harta pusaka rendah kepada ahli warisnya,

terlebih dahulu warisannya dibagi kepada suami yaitu ¼ jika tidak mempunyai

keturunan dan 1/8 jika ia mempunyai keturunan. Menurut penuturan bapak

Burhanuddin bahwa apabila meninggal seorang istri maka suami juga mendapatkan

warisan seperti halnya jikalau suami yang meninggal.1

Apabila seorang istri meninggal maka akan ada pembagian harta peninggalan

setelah selesai semua dilaksanakan kepentingan yang menyangkut kepada si mayit,

maka sebelum pembagian harta warisan kepada masing-masing ahli waris, terlebih

dahulu harta bersama dibagi dua, kemudian mengenai bagian suami seharusnya

mendapat 1/4 apabila bersama dengan anak laki-laki dan perempuan dan ½ apabila

tidak bersama dengan anak laki-laki dan perempuan, akan tetapi kalau ada

kesepakatan bahwa suami tidak mendapatkan lagi harta yang sudah dibagi dua,

diperbolehkan apabila ada persetujuan diantara ahli waris yang lain.

Bagian Yang didapatkan oleh suami setelah harta bersama dibagi dua yaitu lebih

sedikit dibanding dengan bagian istri.Kemudian Bapak Burhanuddin menambahkan

bahwa selain suami mendapatkan harta bersama, dia juga masih ber hak katas bagian

seorang istri, tetapi apabila ada hasil musyawarah atau hasil kesepakatan diantara ahli

waris, maka suami boleh tidak mendapatkan selain harta bersama, karena menurut

1Burhanuddin Datuk Rimambang, Tokoh Adat, Wawancara Pribadi, Pasar Muarasipongi 18 Junil 2019

Page 54: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

44

beliau kesepakatan lebih diutamakan dalam pembagian warisan untuk mempererat

hubungan kekeluargaan.Kalau tidak ada kesepakatan diantara ahli waris, maka

pembagian warisan dilaksanakan sesuai dengan hukum adat.2

Dalam pembagian waris dalam adat Samondo ini bagian dari perempuan lebih

besar dibanding dengan bagian laki-laki, bagian ahli waris laki-laki yaitu 1 dan

bagian ahli waris perempuan 2. Demikian juga Bapak Sahrul menambahkan apabila

yang meninggal seorang istri dan mempunyai ahli waris selain anak maka akan

mendapatkan bagian apabila ada terlebih dahulu kesepakatan para ahli waris, dan

kalau tidak ada kesepakatan maka ahli waris selain anak akan mendapatkan bagian

sesuai dengan hukum adat yang berlaku.3

Menurut keterangan dari para tokoh adat (Hatobangon), apabila seorang istri

meninggal dan meninggalkan suami dengan meninggalkan dua orang anak laki-laki

dan satu orang anak perempuan, maka dalam pembagian waris suami akan

mendapatkan 1/8 dari harta yang ditinggalkan istri, Dan bagian dari anak laki-laki

lebih sedikit dibanding dengan anak perempuannya.4

2. Pembagian waris dalam hal yang meninggal suami

Kasus pembagian waris dari salah satu masyarakat desa Muarasipongi yang

bernama bapak haji, Meninggal setelah beberapa bulan yang lalu, Beliau

meninggalkan anak laki-laki 2 orang dan anak perempuan 2 orang, adapun yang

beliau tinngalkan berupa kebun dan sawah.

Dalam kasus pembagian waris ini masing-masing ahli waris baik anak laki-laki

maupun anak perempuan mendapatkan bagiannya masing-masing sesuai dengan

hukum adat waris yang berlaku yaitu untuk bagian anak laki-laki 1 dan untuk bagian

anak perempuan 2, begitu juga dengan bagian istri mendapatkan ¼ sesuai dengan

hukum adat waris yang berlaku didesa ini. Karena sebelum dibagikan kepada anaknya

terlebih dahulu diberikan kepada istri harta bersama yang didapatkan selama

perkawinan.5

2Syafei, Camat Muarasipongi, Wawancara Pribadi, Pasar Muarasipongi 18 Juni 2019

3Syafei, Camat Muarasipongi, Wawancara Pribadi, Kantor Camat Muarasipongi 18 juni 2019

4Marzuki, Kepala Desa Kotoboru, Wawancara Pribadi, Kotoboru 19 Juni 2019

5Siri, Masyarakat, Wawancara pribadi, Kotoboru 19 Juni 2019

Page 55: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

45

Dalam surah An-Nisa ayat 11 sudah dijelaskan bahwa anak laki-laki dan anak

perempuan mendapatkan bagian yang berbeda, yaitu bagian laki-laki dua kali bagian

anak perempuan, sebagaimana dalam firman-Nya

في أولدكم كس مثل حظ الوثييه يىصيكم للاه للره

Artinya: ‘’Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan

untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua

orang anak perempuan.’’(An-Nisa ayat 11).6

Setelah selesai memutuskan beberapa bagian semua ahli waris, maka akan

dilaksanakan pembagian harta baik sawah maupun kebun, dengan cara langsung ke

persawahan atau perkebunan untuk mengukur atau memetakkan bagian masing-

masing ahli waris yang mana menurut mereka lebih baik, supaya nantinya tidak

terjadi kecemburuan diantara bagian masing-masing ahli waris, Karena kualitas

kebun ataupun sawah yang tidak sama, maka oleh karena itu semua ahli waris di

suruh untuk memilih mana bagian yang baik menurut mereka masing-masing.7

Harta peniggalan pewaris akan dibagikan kepada semua hali waris tergantung

kesepakatan para ahli waris, tetapi biasanya dibagikan setelah dua minggu atau

sebulan setelah selesai putusan dari hasil masing-masing pembagian buat ahli waris,

dan bisa juga lebih lama dari sebulan. Namun biasanya sebelum dilakukan eksekusi

terhadap harta yang dibagikan, biasanya seluruh keluarga atau ahli waris melakukan

musyawarah terlebih dahulu dirumah salah satu keluarga untuk membicarakan

masalah kapan ahli waris masing-masing dapat melakukan eksekusi terhadap harta

yang akan di terima pewaris.8

Dan apabila dilihat dari kitab-kitab fiqh klasik maka disitu sudah

dilihat jelas bagian dari seorang istri apabila suaminya meninggal

sebagaimana firman Allah

ا تسكتم إن لميكه لكم ولد فإن كان بع ممه ا تسكتم ولههه الس لكم ولد فلههه الثمه ممه

6 Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama, 2002

7Syahrul, Ulama Muarasipongi,Wawancara Pribadi Kotoboru 18 Juni 2019

8Burhanuddin Datuk Rimambang, Tokoh Adat, Wancara Pribadi, Pasar Muarasipongi 19 Juni 2019

Page 56: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

46

Artinya: ‘’Para istri memeperoleh ¼ harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh 1/8 dari

harta yang kamu tinggalkan.(An-Nisa ayat 12)’’.9

Bagian seorang istri juga disebutkan dalam kompilsai hukum Islam dalam pasal

180, yang isinya sesuai dengan ketentuan fiqh yang sudah dijelaskan di atas yaitu:

Janda mendapat ¼ bila pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris

meninggalkan anak maka janda akan mendapatkan 1/8 bagian.’’10

Jika dilihat dari pembagian secara hukum adat maka istri akan mendapatkan bagian

yang tidak sesuai dengan hukum Islam dan KHI, adapun bagiannya yaitu:

a. Istri mendapatkan ½ apabila tidak ada keturunan

b. ¼ apabila ada keturunan anak laki-laki maupun perempuan.11

Saat seorang istri ditinngal oleh suaminya maka disini terlihat jelas bagaimana

sebenarnya adat samondo ini berlaku, dan begitu kuatnya kedudukan pusaka tinggi itu

juga, sehingga harta pencaharian orang samondo misalnya rumah yang dibuatnya

untuk anak-anaknya dan istri, tidak terletak ditanah pusaka istrinya, tidaklah berhak ia

menjualnya kembali, meskipun harta pencahariannya sendiri,. Ia tercela keras oleh

adat berbuat demikian. Sebab itu kalau seorang laki-laki meninggal dan meninggalkan

istri dan anak-anaknya rumahnya itu tinggalnya menjadi hak milik istrinya. Kalau si

istri bersuami baru, suami yang baru itupun tidak berhak atas rumah itu. Kalau

bercerai, yang dibawa keluar hanyalah pakaiannnya sehari-hari saja.Dan kalau istri itu

meninggal, yang mengusai harta itu adalah anak-anaknya.Terutama anak perempuan.12

9Al-Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama, 2002

10Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo,2010), h. 158

11Siri, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kotoboru 19 Juni 2019

12Burhanuddin Datuk Rimambang, Tokoh Adat, Wawancara Pribadi, Pasar Muarasipongi 18 Juni 2019

Page 57: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

47

3. Pembagian Waris Dalam Hal Jika Yang Meninggal Suami Dan Istri

Pembagian waris jika suami dan istri sudah meninggal maka yang berhak

menerima warisan yaitu anak laki-laki dan perempuan dari suami istri dan juga ahli

waris lainnya. Didalam pembagian warisan jika didalam satu keluarga tersebut suami

dan istrinya sudah meninggal dunia dan meninggalkan keturunan maka semua harta

nya akan dibagi kan oleh datuk didesa tersebut dan dibagi sesuai dengan hukum

adatnya, diamana terlebih dahulu dipisahkan dulu antara harta pusaka tinggi dan

harta bersama, baru dilakukan musyawarah tentang bagaimana pembagiannya kepada

saudara dari si istri dan terhadap saudara si suami itu tidak mendapatkan harta

warisan, karena didalam adat samondo ini sudah menggap bahwa laki-laki atau suami

itu hanya menggabungkan diri kepada keluarga si perempuan pada saat terjadinya

perkawinan, dan si uami juga tidak memberikan barang apapun kepadasi istri kecuali

maharnya. Maka jika dilihat dari awal perkawinana si suami hanya menggabungkan

diri saja kepada keluarga si perempuan dan semua harta si perempuan juga yang di

pergunakan selama pernikahan itu.13

Seperti contoh dalam penulisan ini yaitu seorang istri yang bernama Risdawati

dan seorang Suami yang bernama Muhammad, mereka melangsungkan pernikahan

sekitar 24 tahun yang lalu. Sampai sekarang bapak Muhammad ini melaksanakan adat

samondo dalam pernikahannya dan tinggal dirumah si istri sampai hari tuanya

sekarang, si suami meninggalkan rumah keluarganya dan menggabungkan diri

kerumah si istri dan menetap tinggal dirumah istri mulai dari terjadinya awal

pernikahan sampai nanti hari tua nya, mengenai warisannya nanti akan dibagikan

kepada keluarga semuanya dari istrinya dan tidak ada campur tangan dari keluarga

suami, karena dalam adat samondo ini kaum laki-laki juga sudah mengetahui

bagaimana sebenarnya posisi dia didalam rumah tangga tersebut dan begitu juga

keluarga dari si suami tidak akan menuntut harta warisan dari saudaranya yang laki-

laki jika sudah meninggal dunia, karena mereka mengetahui bahwa saudaranya yang

laki-laki dulu pada saat melaksanakan pernikahan tidak membawa harta sedikitpun

atau mempunyai harta buat yang akan di kasih sama istri.

13

Risdawati, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kotoboru 19 Juni 2019

Page 58: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

48

B. ANALISIS URF

Islam merupakan agama yang fleksibel dan dinamis, cocok untuk semua kalangan,

untuk semua waktu dan kondisi. Islam juga sebenarnya mengatur tentang kehidupan

bermasyarakat, dalam fiqh tidak detail membahas mengenai cara bermasyarakat.

Namun itulah fungsi manusia diberikan akal supaya berfikir, penyelesaian masyarakat

dengan cara yang islami. Hukum Islam juga ditetapkan untuk kesejahtraan ummat,

baik secara perorangan maupun secara bermasyarakat.14

Fiqh memang tidak menjelaskan mengenai tradisi adat Samondo, tradisi ini hanya

dijelaskan didalam salah satu adat di Indonesia.Meskipun demikian, pada dasarnya

yang sudah memenuhi syarat dapat diterima secara prinsip.15

Masyarakat Muarasipongi ini menyangkut persoalan nasab dan warisan menjadi

sorotan tajam pandangan agama Islam. Meskipun pada dasarnya adat samondo ini

yaitu ‘’ Adat basandi syara’, Syara’ basandi Kitabullah’’ akan tetapi falsafah ini tidak

diterapkan secara seimbang karena pada kenyataannya masyarakat Muarasipongi

lebih dominan kepada adat dari pada syara’ padahal seharusnya falsafah Adat basandi

syara’ dan syara’ basandi kitabullah dipahami sebagai landasan agar adat dipertajam

makna dan fungsinya oleh kuatnya peran syariat. Adat samondo ini seharusnya

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan ajaran agama Islam yang berlandaskan

kepada Alquran dan Hadis Rasulullah SAW, akan tetapi pada kenyatannya adat

Muarasipongi ini lebih banyak berpegang teguh kepada adat.

Apalagi jika dilihat dari kacamata pendidikan agama Islam.Dalam pendididkan

agama Islam khususnya dalam fiqh mawaris yang menjadi modul pembelajaran

perihal adat yang membagi harta warisan kepada anak perempuan lebih besar

daripada anak laki-laki tentu saja menimbulkan ketidak seimbangan antara pandangan

hukum adat dan agama.Hal ini dikarenakan melihat begitu berbedanya sistem

pembagian harta warisan adat di Muarasipongi ini dengan sistem pembagian warisan

menurut ukum Islam.

14

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2010), h.13

15 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 74

Page 59: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

49

Urf diakui oleh ulama sebagai salah satu dalil yang dijadikan pertimbangan dalam

menetapkan hukum syarak. Namun, tidak semua urf bisa dijadikan pertimbangan

dalam menetapkan hukum syarak apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai

berikut:

1. Urf bernilai maslahat dan dapat diterima akal sehat.

2. Urf berlaku umum dan merata.

3. Urf yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum itu telah ada berlaku pada

saat itu, bukan yang akan muncul kemudian.

4. Urf itu tidak bertantangan dan melalaikan dalil syarak yang ada atau bertantangan

dengan perinsip yang pasti.

Adat Istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat yang merupakan bagian dari budaya

manusia, mempunyai pengaruh didalam penentuan hukum.Tetapi yang perlu dicatat,

bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam

syariat.

Adat istiadat, kebudayaan ataupun tradisi yang kebaikannya Nampak

(mengandung kebaikan) dapat dianggap sebagai hukum agama yang disandingkan

dengan tatanan hukum agama secara menyeluruh, meliputi berbagai bidang kehidupan.

Pada saat itulah tradisi yang baik dianggap sebagai bagian dari agama ketika tidak ada

nas yang berkaitannya dengannya., dan ketika tidak bertentangan dengan nas yang

ada.

Para ulama sepakat bahwa adat istiadat yang baik itu wajib dipelihara dan diikuti

jika menjadi norma kemasyarakatan. Seorang mujtahid wajib menjadikannya sebagai

acuan dalam menggali hukum-hukum syariat..Rasionalitasnya, suatu kebiasaan yang

berlaku secara umum dan konstan disuatu masyarakat telah menjadi suatu kebutuhan

masyarakat primer-elementer.

Tradisi kewarisan adat samondo ini merupakan urf yang fasid, dimana dalam

sistem pembagian kewarisannya bertantangan dengan pembagian kewarisan dalam

hukum Islam.

Dengan demikian tradisi adat samondo ini dalam sistem pembagian kewarisnnya

dimasukkan dalam kategori urf yang fasid, urf yang fasid ini yang telah berjalan dalam

masyarakat, tetapi kebiasaan itu bertantangan dengan hukum Islam.

Page 60: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

50

Dalam Al-Quran juga jelas disebutkan bahwa hukum yang berasal dari Allah tidak bisa di

tinggalkan atau d larang.Surat An-Nisa Ayat 13 juga menjelaskan bahwa hukum itu adalah

ketentuan dari Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT:

وزسىله يدخله جىهات تجسي مه تحتها الوهاز خالديه ومه يطع للاه لك الفىش العظيم تلك حدود للاه فيها وذ

Artinya: ‘’(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat

kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir

didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah kemenangan yang

besar’’.16

16

Al-Quran Surah An-Nisa ayat 13

Page 61: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

51

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapatlah

diambil kesimpulan berkenaan dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian skripsi ini. Adapun kesimpulan tersebut:

1. Berdasarkan dari adat samondo ini maka sistem pembagian

kewarisannya lebih dominan kepada perempuan. Perempuan lebih

besar bagiannya dibandingkan dengan laki-laki.

2. Penerapan kewarisan adat dalam kewarisan adat Samondo ini

tercermin dari ketentuan adat yang menetapkan bahwa untuk

membagikan harta warisan pewaris harus dilakukan dengan jalan yang

mengedepankan perdamaian,kekeluargaan dan kerelaan dengan jalan

musyawarah mufakat para ahli waris dan dibagikan oleh seorang

datuk.

3. Analisis‘urf dalam pembagian warisan dalam adat samondo ini yaitu

masuk kedalam ‘urf yang fasid atau ‘urf yang salah, karena sistem

pembagiannya bertentangan dengan hukum Islam dan tidak sesuai

dengan ilmu faraid.

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah tertulis dalam skripsi ini, penulis

ingin menyampaikan beberapa saran sebagai penutup, yakni:

1. Penulis mengharapkan kepada alim ulama/tokoh agama dan

masyarakat yang memahami kewarisan Islam dengan baik, khususnya

dikecamatan Muarasipongi ini untuk menyampaikan dan memberi

pelajaran ilmu agama dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat awam

khususnya ilmu kewarisan agar masyarakat dapat memahami

kewarisan Islam dengan baik.

2. Penulis mengharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat

Muarasipongi di kecamatan Muarasipongi ini untuk lebih mendalami

Page 62: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

52

ilmu pengetahuan agama, khususnya dalam kewarisan. Karena walau

bagaimana agama haruslah didahulukan dari pada adat istiadat.

Page 63: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

53

DAFTAR PUSTAKA

A. Hassan, Al-Fara’id Ilmu Pembagian Waris, Surabaya: Penerbit: Pustaka

Progressif, 1988.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo,2010.

Abdul Ghofur, Anshari, Filsafat Hukum Kewarisan Islam.

Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam.

Abu Bakar Al Yasa, Ahli Waris Sepertalian Darah, Jakarta: Inis 1998.

Suma, Muhammad Amin, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan

Teks&Konteks, Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

Arief,Syarifuddin, Hukum Waris Islam dan Praktek Pembagian Harta

Peninggalan, Jakarta: Darunnajah Production House.

Ash-Shiddieqy,Teungku Muhammad Hasbi, FiqhMawaris, Semarang: PT

Pustaka Rizki Putra, 2001.

Ash-Shobuni, Muhammad, Ilmu Hukum Waris Menurut Ajaran Islam.

Azrial,Yulfian, Budaya Alam Minangkabau, Padang: Angkasa Raya, 2008.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, Kecamatan Muarasipongi

Dalam Angka2018, Mandailing Natal: CV Rilis Grafika, 2018.

.Busriyanti, UshulFiqh Metodologi Istinbath Islam, Bengkulu: LP2 STAIN

Curup

Dahlan,Abd. Rahman, Ushu lFiqh, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.

Dahlan,Abd.Rahman ,Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah,2010.

Djalil,Basiq, Ilmu Ushul Fiqh (satu&dua), Jakarta: Prenada Media Group, 2010.

Effendi,Satria,Zein Muhammad, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2017.

Firdaus, Usul Fiqh Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara

Komprehensif, Depok: PT Grafindo Persada.

Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2010.

Habiburrahman, Rekontrusksi rukun kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta:

Kementrian Agama, 2011.

Hadikusuma,Hilman, Hukum Waris Adat, Bandung: PT Citra AditiyaBakti,

2003.

Page 64: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

54

Haroen,Nasrun, Ushul Fiqh, Jakarta: Logos Publishing House, 1996.

Hasan, M. Ali, Hukum Warisan Dalam Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996.

Hasan,M.Ali, Hukum Warisan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,1973.

Idris, Abdul Fatah, Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2004.

Jurnal Adat dan Budaya Minangkabau, Edisi Kedua/Vol.2/Maret-Mei/Jakarta:

2004

.

Kamal, Abu Malik bin as-Sayyid Salim, Tuntunan Praktis Hukum Waris Lengkap

Dan Padat Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah Yang Shahih, Bogor:

Pustaka Ibnu ‘Umar, 2010.

Khallaf, Abdul Wahhab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Khallaf,AbdulWahhab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushulul Fiqh,

Jakarta: PT Raja Grafindo, 2000.

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Hukum Waris Terlengkap, Jakarta

Selatan: Senayan Abadi Publishing, 2004.

Kuncoro,Wahyu, WarisPermasalahannya dan Solusinya, jakartaTimur: Raih

Asa Sukses, 2015.

Mawaris Hukum-Hukum Warisan Dalam Syari’at Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1973.

Moh,Wahibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan

Hukum Positif Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011.

Mualiadi Kurdi, Ushul Fiqh Sebuah Pengenalan Awal,Ulee Kareng Banda aceh:

Lembaga Naskah Aceh, 2015.

Muchcit A. Karim, Pelaksanaan Hukum Waris Di Kalangan Ummat Islam Di

Indonesia, Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

Muhammad, Abu Zuhrah, Hukum Waris Menurut Imam Ja’far Shadiq, Jakarta:PT

Lantera Basritama,2001.

Nugraheni,Destri Budi, Haniah Ilhami, Pembaruan Hukum Kewarisan Islam Di

Indonesia, Yogyakarta: GadjahMada University Press, 2014.

Parman, Ali, Kewarisan Dalam Al-Quran, Jakarta: Grafindo Persada, 1995.

Page 65: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

55

Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1995.

Sabiq, Ahmad bin Abdul Latif Abu Yusuf, Kaedah-Kaedah Praktis Memahami

Figh Islami, Purwodadi Sidayu Gresik: Pustaka Al-Furqon, 2009.

Salihima,Syamsul bahri, Perkembangan Pemikiran Pembagian Warisan Dalam

Hukum Islam dan Implementasinya Pada Pengadilan Agama, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015.

Samadi,Sukris, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transpormatif,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997.

Soekanto,Soerjono,Hukum Adat Indonesia, Jakata: Rajawali, 2002.

Suharawardi, K Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam Lengkap dan

Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 1995.

Suharsaputra,Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan

Tindakan,Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sulastri,Dewi, Pengantar Hukum Adat, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.

Suparman,Eman , Hukum Waris Indonesia Dalam Prespektif Islam, Adat, dan

BW, Bandung: PT RefikaAditama, 2007.

Syarfuddin, Amir, Garis-GarisBesar UshulFiqh, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta Timur: Prenada Media, 2003.

Syarifuddin, Amir, Garis-GarisBesarUshulFiqh,Jakarta: KencanaPrenada

Media Group, 2012.

Syarifuddin, Amir, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, 2011

Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan

Adat Minangkabau, Jakarta: PT Midas Surya Grafindo, 1982.

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh,Jakarta: KencanaPrenada Media Group,2009.

Usman,Suparman ,Ikhtisar Hukum Waris Menurut KitabUndang-Undang

HukumPerdata, Serang: Darul Ulum Press, 1990.

Usman,Suparman, Yusuf Soma Winanata, Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan

Islam,Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Di Indonesia

Page 66: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 67: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 68: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 69: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 70: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 71: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 72: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 73: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 74: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 75: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 76: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian
Page 77: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

Foto saat melaksanakan wawancara di Kecamatan Muarasipongi

Saat melaksanakan wawancara dengan Camat Muarasipomgi

saat melaksanakan wawancara dengan Bapak Burhanuddin Datuk Rimambang Sebagai tokoh adat

Page 78: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

Saat melaksanakan wawancara dengan kepala desa Koto Boru

Saat melaksanakan wawancara dengan masyarakat dan ulama Muarasipongi

Page 79: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

Kutipan wawancara dengan tokoh adat kecamatan Muarsipongi

Wawancara dengan tokoh adat Kecamatan Muarasipongi

1. Penulis : Bagaimana tatacara perkawinan adat Sumondo?

Narasumber : Tatacara pernikahan sumondo( Suku Ulu) ini yang

artinya si pihak laki-laki menggabungkan diri

kepada pihak perempuan.

2. Penulis : Apakah bapak tau tentang tradisi adat Samondo di

kecamatan Muarasipongi ini?

Narasumber : iya, saya tahu tentang adat sumondo di kecamatan

Muarasipongi ini. Karena saya juga disini sebagai

salah satu Datuk di adat Sumondo ini.

3. Penulis : Apakah manfaat dari adat Samondo ini?

Narasumber :Adapun manfaat dari adat sumondo ini yaitu

berupa besar manfaat- manfaatnya buat anak

perempuan dan orang tua, dimana saat orang tua itu

sudah mulai tua, maka yang mengasuh orang tua

tersebut anak perempuannya, bukan menantu

perempuan dari anak laki-laki.

4. Penulis :Apakah tradisi Adat Samondo ini menjadi suatu

Adat yang harus di patuhi oleh seluruh masyarkat

kecamatan Muarasipongi ini?

Narasumber : Tidak, karena di kelurahan pasar Muarasipongi ini

ada sebagian yang tidak melaksanakan adat

Samodo

5. Penulis : Bagaimana ketentuan adat tentang kewarisan

dalam adat Samondo ini?

Narasumber : Kalau dia pusaka tinggi( harta yang turun temurun)

dari nenek moyang itu tidak bisa di jual dan itu

Page 80: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

hanya sifatnya turun temurun, seperti contohnya

rumah gadang.

6. Penulis : Mengapa ketentuan kewarisan adat Samondo tidak

menetapkan besarnya bagian ahli waris sesuai

bagian yang di tetapkan hukum Islam?

Narasumber : Karena pada dasarnya sebelum Islam datang

hukum adat duluan yang udah di terapkan di

kecamatan Muarasipongi ini, maka dari itu bukan

berarti masyarakat mengesampingkan agama Islam.

7. Penulis : Apa saja sanksi yang di berikan jika terjadi

pelanggaran terhadap hukum adat?

Narasumber : Jika seseorang itu melanggar aturan maka semua

hubungan dia dengan adat tidak di masuki kedalam

adat, dan akan di keluarkan dari daerah ini dan tidak

di urusi oleh datuk-datuk yang ada di kecamatan

Muarasipongi ini.

Kutipan Wawancara dengan Kepala Desa Koto Boru

1. Penulis : Apakah bapak mengerti tentang sejarah kewarisan

adat sumondo disini ?

Narasumber : Mengerti, tapi tidak begitu lebih paham karena

karena orang tua terdahulu sudah banyak yang

meninggal dunia atau di sebut dengan datuk yang

paham dengan adat ini, tapi saya juga sedikit paham

kalau adat sumondo ini berasal dari Rao.

2. Penulis : Bagaimana kehidupan keagamaan di desa ini ?

Narasumber : Keagamaan di desa ini menyeimbangkan antara

hukum adat dengan hukum Islam.

3. Penulis : Menurut bapak seberapa kuatkah masyarakat di

desa ini memegang adat istiadat?

Page 81: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

Narasumber : Klo di persenkan 90% masyarakat di desa ini

memegang hukum adat tapi hukum Islam juga di

seimbangkan dengan hukum adat.

4. Penulis :Apakah ada hukuman jika tidak membagi

kewarisan tidak berdasarkan adat Samondo?

Narasumber :tidak, karena pembagian warisan itu tergantung

dari keluarga memilih apakah di bagi sesuai hukum

islam atau di bagi dengan melalui datuk di depan

adat.

5. Penulis :Siapa saja yang menjadi ahli waris dalam

kewarisan adat Samondo?

Narasumber : Keturunan dari ibu, karena laki-laki dalam adat

samondo sudah mengerti posisi dia sebagai laki-laki

yang sumondo.

Kutipan Wawancara dengan Tokoh Ulama desa Koto Boru

1. Penulis : Bagaimana kehidupan keagamaan di desa Koto

Boru ini?

Narasumber : Kehidupan keagamaan di desa ini begitu kuat dan

juga masyarakat disini menyeimbangkan anatara

hukum adat dengan hukum Islam.

2. Penulis : Menurut bapak seberapa kuatkah masyarakat di

desa ini memegang adat istiadatnya?

Narasumber : Masyarakat di desa ini begitu kuat memegang

adat, dan kuat juga dengan keagamaan.

3. Penulis : Bagaimana sebenarnya posisi Islam terhadap adat

istiadat?

Narasumber : Posisi Islam di Muarasipongi ini masih bisa di

katakana paling tinggi di banding dengan Hukum

adat, dimana apabila permasalahan ada, maka

Page 82: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

hukum Islam yang di lihat dulu baru di lihat hukum

adatnya. Tapi bukan berarti hukum adat juga di

lupakan.

4. Penulis : Apa yang bapak ketahui tentang kewarisan adat

Samondo disini?

Narasumber : Mengenai kewarisan di kecamatan Muarasipongi

ini dan di desa Koto Boru ini khususnya yang

memegang adat sumondo maka kewarisannya

semuanya di ambil dari keturunan dari ibu dan

bukan dari bapak. Apabila ada pusaka tinggi maka

itu akan di turunkan kepada saudara perempuan,

dan apabila ada harta gono gini maka itu lebih

besar kepada perempuan.

5. Penulis : Apakah adat Samondo ini di dalam Islam di

perbolehkan?

Narasumber : Memang kami mengetahui bahwa adat ini tidak di

perbolehkan dalam Islam, tapi karena kami sudah

terlebih dahulu memakai hukum adat dari situ

hukum kewarisannya di pakai, dan apabila ada

masyarakat yang memakai hukum Islam maka itu di

perbolehkan.

6. Penulis : Apakah pedoman masyarakat dalam system

kewarisan adat Samondo ini?

Narasumber : Pedoman masyarakat dalam adat sumondo ini

yaitu memakai hukum adat.

7. Penulis : Bagaimana menurut bapak sebagai masyarakat

Muarasipongi apakah tradisi ini

Perlu dihapus atau tidak?

Narasumber : Tidak perlu, karena hukum adat ini bukan yang

harus di hapuskan, melainkan yang harus di

Page 83: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

lestarikan dan di kembangkan, dan apabila terdapat

kesalahanm maka itu bisa di luruskan.

8. Penulis : Bagaimana pandangan Islam mengenai kewarisan

adat Samondo ini?

Narasumber : Pandanga Islam terhadap kewarisan ini memang

jelas-jelas bertantangan dari hukum Islam, tapi

alasan adat sumondo ini masih di pakai karena itu

juga masyarakat memandang bahwa perempuan itu

sebagai rajam dimana harus di muliakan.

Kutipan wawancara dengan masyarakat yang menganut adat Samondo

1. Penulis : Apa yang Ibu ketahui tentang kewarisan adat

Samondo ini?

Narasumber : Yang saya ketahui tentang adat Samondo ini yaitu

berupa pembagian kewarisannya yang berbanding

terbalik dengan adat patrilineal dimana dalam adat

sumondo ini kewarisan ini di berikan kepada pihak

perempuan saja.

2. Penulis : Bagaimana system pembagian kewarisan jika

dalam keluarga istri yang meninggal?

Narasumber : Jika dalam suatu keluarga seorang istri yang

meninggal, maka harta si suami turun kepada anak

perempuannya, dan saudara-saudara perempuannya.

Dan adapun mengenai harta bersama itu di

musyawarahkan mengenai harta nya dan pembagian

kewarisannya, dan itu tetap anak perempuan lebih

tinggi bagiannya di bandingkan dengan anak laki-

laki.

Page 84: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

3. Penulis : Bila tidak mempunyai keturunan, diberikan kepada

siapa warisan tersebut?

Narasumber : Jika tidak memepunyai keturnunan maka hartanya

di lihat dulu terlebih dahulu apakah itu harta

pusaka tinggi atau harta gono gini, jika harta

tersebut gono gini maka bisa di bagi oleh keluarga

nya, dan harta pusaka tinggi itu akan kembali

kepada tokoh adat mengenai pembagian atau

penempatan harta pusaka tinggi itu.

4. Penulis :Kapankah dan dimana pembagian harta warisan di

berikan kepada ahli waris?

Narasumber : Pembagian warisan itu setelah si pewaris

meninggal dunia, dan keluarga membagi

warisannya itu di depan datuk atau tokoh adat.

5. Penulis : Apakah dalam pembagian kewarisan mengenal

yang namanya harta bersama?

Narasumber : iya, di dalam adat sumondo ini ada yang namanya

harta bersama dan harta pusaka tinggi.

Kutipan Wawancara dengan Camat Muarasipongi

1. Penulis : Berapa Jumlah desa se Kacamatan Muarasipongi

Ini?

Narasumber : 16 desa.

Penulis :Mengenai batas wilayah kecamatan apa saja yang

dekat dengan kecamatan Muarasipongi ini Utara,

Selatan, Barat, Timur ?

Narasumber : Utara: Kec. Kotanopan, Selatan: Prov. Sumatra

Page 85: KEWARISAN MASYARAKAT ADAT SAMONDO MANDAILING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dalam fiqh Islam, yang disebut fiqh mawaris atau ilmu faroidh. Dalam bagian

Barat, Kec. Pakantan, Barat: Kec. Kotanopan, T

imur: Prov Sumatra Barat.

2. Penulis : Mengenai Jumlah penduduk, berapa yang lahir

Pada tahun 2019, Pindah, Meninggal, Pendatang,

dan jumlah penduduk se kecamatan Muarasipongi

ini.

Narasumber : Lahir 4 orang, Pindah 0, Meninggal 0, Datang 0,

dan jumlah penduduknya 10486 jiwa. Dalam bidang

pendidikan berapa jumlah sekolah TK, SD, SLTP,

MTS, SLTA, MA, PT?

Narasumber :SD 14, SLTP 3, MTS 1, SLTA 1, MA 1 dan PT 0.

3. Penulis :Dalam bidang ekonomi di Kecamatan Muarsipongi

ini berapa jumlah petani, Pedagang, Buruh.

Narasumber : Ptani 745 orang, Buruh 456 orang, PNS 39 orang.

4. Penulis : Berapa jumlah luas wilayah kecamatan

Muarasipongi?

Narasumber : 13 149 km

5. Penulis : Berapa jumlah penduduk Laki-Laki dan jumlah

Perempuan?

Narasumber : Laki-laki 5214 dan Perempuan 5272 jiwa.