BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKetuban Pecah Dini (KPD)
merupakan penyebab terbesar persalinan prematur. KPD sering kali
menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang
cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain
disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian
infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan
partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD
terutama pada pengelolaan konservatif.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
sebanyak 30%.KPD dapat terjadi karena perobekan pada kantung
ketuban akibat trauma atau mulut rahim yang lemah sehingga tidak
bisa menahan kehamilan. Selain itu juga karena ketegangan rahim
yang berlebihan, seperti kehamilan ganda atau hidramnion, kelainan
letak janin seperti sungsang atau melintang, atau kelainan bawaan
dari selaput ketuban.KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang
dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi
terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Dilema sering
terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu
sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan
memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu
kompetensi yang dapat menangani masalah tersebut sehingga dapat
meminimalkan komplikasi baik bagi ibu maupun janin.1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep ketuban pecah dini pada persalinan
serta pendekatan asuhan keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari ketuban pecah dini2. Mengetahui
etiologi dari ketuban pecah dini3. Mengetahui manifestasi klinis
ketuban pecah dini4. Mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini5.
Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada ketuban pecah
dini6. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
ketuban pecah dini7. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien
dengan ketuban pecah dini1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari ketuban pecah dini?
2. Apakah etiologi dari ketuban pecah dini?
3. Bagaimana manifestasi klinis ketuban pecah dini?
4. Bagaimana patofisiologi ketuban pecah dini?
5. Bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan pada ketuban pecah
dini?
6. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
ketuban pecah dini?
7. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban pecah
dini?
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit ketuban pecah dini
serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan ketuban
pecah dini dengan pendekatan Student Center Learning.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Ketuban pecah dini (KPD)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum partus,
pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan
(Nugraha,2010). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah
spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum
persalinan dimulai (William, 2001). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada
primipara kurang dari 3 cm danpada multipara kurang dari 5 cm
(Mohtar,1998). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapattanda persalinan dan ditunggu satu jam belum di mulainya
tanda persalinan (Manuaba,2001). Ketuban pecah dini adalah
keluarnya cairan berupa air darivagina setelah kehamilan berusia 22
minggu sebelum prosespersalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilanpreterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilanaterm
(Saifudin,2002).KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan (Nugraha,2010).
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka
kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD
pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan
untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS
(Respiration Dystress Syndrome) (Nugraha,2010).
2.2 Etiologi Menurut Nugraha (2010), penyebab KPD masih belum
diketahui dan dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun
faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu
terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,
curettage)
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramniom,
gamelli.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi : kejadian ketuban pecah sebelum
waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja7.
Multigraviditas atau pritas tinggi merupakan salah satu dari
penyebab terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya.
(kedokteran dan linux,KPD,2008)
8. Faktor lain:
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak
yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk
kelemahan jaringan kulit ketubanb. Faktor disproporsi antar kepala
janin dan panggul ibuc. Faktor multi graviditas, merokok dan
perdarahan antepartumd. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam
askorbat (vitamin C)Beberapa faktor resiko dari KPD:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek ( 6 jam berupa: Ampisillin
4x500mg atau Gentamycin 1x80mg.c. Umur kehamilan 35 minggu: induksi
oksitosin, bila gagal dilakukan seksio sesaria.3. Cara induksi: 1
ampul syntocinon dalam Dektrose 5% dimulai 4 tetes /menit, tiap 1/4
jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.a. Pada
keadaan CPD, letak lintang dilakukan Seksio sesaria.b. Bila ada
tanda-tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri. 2.7 Pencegahan1. Melakukan ANC secara rutin (melakukan
pemeriksaan USG)
2. Ibu harus curiga jika ada cairan yang keluar secara
berlebihan atau sedikit tetapi terus menerus melalui vagina,
biasanya berbau agak amis, warnanya jernih dan tidak kental.
Kemngkinan besar cairan tersebut keluar/merembes karena selaput
ketuban mengalami robekan. Konsultasi segera untuk memastikan
apakah itu cairan ketuban/bukan
3. Lakukan perawatan perineum dan personal hygiene dengan
benar
4. Konsumsi zat 2.8 KomplikasiKomplikasi yang terjadi pada
ketuban pecah dini antara lain (Nugraha,2010) :1. Komplikasi paling
sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernafasan (RDS : Respiration Dystress Syndrome),
yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir2. Resiko infeksi
meningkatkan pada kejadian KPD3. Selain itu kejadian prolapse atau
keluarnya tali pusat dapat terjadi pada KPD4. Resiko kecacatan dan
kematian janin meningkatkan pada KPD preterm5. Hypoplasia paru
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.6. Partus preterm :
persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang
terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 37 minggu
) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 :
221).2.9 WOC3 4
5
6
7
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN3.1 Pengkajian
1. Biodata klien Biodata klien berisi tentang : nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, no. medical record,
nama suami, umur, pendidikan, pekerjaan , suku, agama, alamat,
tanggal pengkajian.2. Keluhan utama : keluar cairan warna putih,
keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada
periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudahkering 3. Riwayat haid : umur menarchi
pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus4. Riwayat Perkawinan : kehamilan ini merupakan hasil
pernikahan ke berapa, apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak
direstui dengan orang tua5. Riwayat Obstetris : berapa kali
dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh6.
Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah di diderita pada
masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalaninya, dimana
mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat
ini atau kambuh berulang-ulang 7. Riwayat kesehatan keluarga :
adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan
secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg
menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan
kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga8. Kebiasaan
sehari-haria. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD
mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga
mengalami penurunanb. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD
mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien
menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum)c. Pola eliminasi :
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena
rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola
BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet.d. Personal Hygiene : Pola mandi,
kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genitalia, pola berpakaian,tata rias rambut dan wajahe. Aktifitas :
Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di
anjurkan untuk bedresh totalf. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau
tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan
relaks.Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhub. Head to toe1) Rambut: warna rambut, jenis
rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet2) Mata : sklera nya
apakah ikterik/tdk, konjungtiva anemis/tidak, apakah palpebra
oedema/tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik/tidak, apakah
klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya ibu
hamil konjungtiva anemis3) Telinga : apakah simetris kiri dan
kanan, apakah ada terdapat serumen/tidak, apakah klien menggunakan
alat bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien
baik/tidak4) Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping
hidung/tidak, apakah terdapat serumen/tidak, apakah fungsi
penciuman klien baik/tidak5) Mulut dan gigi: bagaimana keadaan
mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan
gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies
gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah keadaan mulut
klien berbau/tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi,
hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium6)
Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tiroid7) Paru-paruI :
warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan,
apakah ada terdapat luka memar/lecet, frekuensi pernafasan nyaP :
apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba
pembengkakan/tidak, getaran dinding dada apakah simetris/tidak
antara kiri dan kananP : bunyi ParuA : suara nafas
8) Jantung I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus
cordis apakah terlihat/tidakP : frekuensi jantung berapa, apakah
teraba ictus cordis pada ICS% MidclavikulaP : bunyi jantungA :
apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien9) Abdomen I :
keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet P :
tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah
masuk PAP/belumP : bunyi abdomen A : bising usu klien, DJJ janin
apakah masih terdengar/tidak 10) Payudara : puting susu klien
apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi ASI
klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum11) EkstremitasAtas :
warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada
oedema/tidakBawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah
oedema/tidak12) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah
ada oedema/tidak pada daerah genitalia klien13) Intergumen : warna
kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidakPemeriksaan
penunjangPemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut
dapat dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH
(asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan
ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif
yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen,
lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui
ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah
air ketuban yang terdapat di dalam rahim.3.2 Analisa Data
DATAETIOLOGIMASALAH
DS: pasien mengatakan keluar cairan berwarna putih jernih dari
vagina seperti air ketuban , demamDO:
Suhu lebih dari 37,5oC, adanya cairan yang keluar dari vagina
berwarna putih jernih, sel darah putih meningkat lebih dari 10000
(rata-rata 8000) millimeter kubik darah
Selaput ketuban pecahCairan ketuban keluar terus menerus
Ruptur membran amniotikResiko tinggi infeksi maternal
DS: -
DO: DJJ cepat, selaput ketuban robek ketuban kering
Ketuban pecah dini
Janin belum cukup bulan untuk dikeluarkan
Pembukaan serviks belum sempurna
Janin sulit dikeluarkan
Resiko tinggi gawat janin
DS: -
DO:
Selaput ketuban robek ketuban kering
Ketuban pecah dini
Janin belum cukup bulan untuk dikeluarkan
Pembukaan serviks belum sempurna/belum membuka
Janin sulit dikeluarkanResiko tinggi cedera pada janin
DS : Bayi rewel dan menangis
DO : Suhu