Top Banner
Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016 180 KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG Firman Farid Muhsoni Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura E-mail : [email protected], [email protected] ABSTRACT Tujuan penelitian ini memetakan kondisi tutupan lahan dan terumbu karang di Pulau Mandangin, serta melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk ekowisata selam di Pulau Mandangin. Metode yang digunakan pemodelan SIG dengan pendekatan model indeks. Pemetaan terumbu karang menggunakan metode Lyzenga. Metode survei karang dengan metode LIT. Luas pulau Mandangin hasil digitasi 134,7 ha, dengan luas lahan sebagai bangunan 57,5 ha (42,6%), lahan terbuka 38,6 ha (28,6%) dan lahan yang ditanami vegetasi 38,7 ha (28,7%). Pemetaan sebaran terumbu karang hasil analisis citra dengan tutupan karang hidup rendah seluas 42,8 Ha dan tutupan karang hidup sangat rendah seluas 53,6 Ha. Hasil survei terumbu karang, tutupan karang hidup 16,5% untuk wilayah barat, 12,2 % untuk wilayah selatan dan 7,8 % untuk wilayah timur. Kesesuaian ekowisata selam untuk wilayah barat, selatan dan timur dengan kategori sesuai bersyarat. Kata Kunci: Kesesuaian ekowisata selam, Mandangin, terumbu karang PENDAHULUAN Data Rencana Tata Ruang Wilayah Sampang (2011) menjelaskan bahwa Kabupaten Sampang mempunyai satu satunya pulau disebut Pulau Mandangin atau juga sering dikenal dengan Pulau Kambing. Luas Pulau Mandangin mencapai 1,65 Km 2 , dan dari Kabupaten Sampang (Pelabuhan Tanglok) ditempuh selama ± 1,5 jam menggunakan perahu. Pelabuhan Tanglok ini merupakan pelabuhan yang menghubungkan Kecamatan Sampang dengan Pulau Mandangin. Dalam Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten Sampang Pulau Mandangin ditetapkan sebagai kawasan cagar alam laut berupa kawasan perlindungan terumbu karang. Kawasan lindung pada terumbu karang diatasnya boleh dimanfaatkan untuk budidaya perairan laut (rumput laut dan mutiara) dan aktivitas wisata (seperti berenang, snorkelling, diving) selama tidak menganggu kelangsungan hidup dari terumbu karang tersebut. Masalah yang sampai saat ini masih belum terselesaikan dan masih terus bertambah di pulau Mandangin adalah rusaknya terumbu karang akibat penangkapan yang menggunakan alat tangkap yang merusak. Selain itu juga masalah sampah. Dengan padatnya penduduk di Pulau Mandangin ditambah tidak adanya tempat pembuangan akhir sampah dan pengolahan sampah menyebabkan masyarakat membuang sampah dimana saja. Hal ini menyebabkan banyaknya tumpukan sampah dimana-mana yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan pesisir. Sampah ini yang juga menyebabkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan memetakan kondisi tutupan lahan dan terumbu karang di Pulau Mandangin, serta melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk ekowisata selam di Pulau Mandangin. MATERI DAN METODE Metode dalam penelitian ini adalah pemodelan Sistem Informasi geografis untuk kesesuaian ekowisata dengan pendekatan model indeks. Suharyadi dan Danoedoro (2004) menjelaskan model indeks adalah penggunaan skor untuk setiap kategori yang berbeda, dapat diterapkan pada SIG vektor maupun raster, Tumpang susun melibatkan proses kalkulasi aritmatik, baik jumlah, pengurangan, perkalian atau pembagian. Pemodelan SIG dengan pemodelan indeks dimana menggunakan bobot dan skor dalam melakukan pemodelan. Kriteria pemodelan dapat dilihat pada tabel 1.
9

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Feb 01, 2018

Download

Documents

vohanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

180

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

Firman Farid Muhsoni

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura E-mail : [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Tujuan penelitian ini memetakan kondisi tutupan lahan dan terumbu karang di Pulau Mandangin, serta melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk ekowisata selam di Pulau Mandangin. Metode yang digunakan pemodelan SIG dengan pendekatan model indeks. Pemetaan terumbu karang menggunakan metode Lyzenga. Metode survei karang dengan metode LIT. Luas pulau Mandangin hasil digitasi 134,7 ha, dengan luas lahan sebagai bangunan 57,5 ha (42,6%), lahan terbuka 38,6 ha (28,6%) dan lahan yang ditanami vegetasi 38,7 ha (28,7%). Pemetaan sebaran terumbu karang hasil analisis citra dengan tutupan karang hidup rendah seluas 42,8 Ha dan tutupan karang hidup sangat rendah seluas 53,6 Ha. Hasil survei terumbu karang, tutupan karang hidup 16,5% untuk wilayah barat, 12,2 % untuk wilayah selatan dan 7,8 % untuk wilayah timur. Kesesuaian ekowisata selam untuk wilayah barat, selatan dan timur dengan kategori sesuai bersyarat.

Kata Kunci: Kesesuaian ekowisata selam, Mandangin, terumbu karang

PENDAHULUAN

Data Rencana Tata Ruang Wilayah Sampang (2011) menjelaskan bahwa Kabupaten Sampang mempunyai satu satunya pulau disebut Pulau Mandangin atau juga sering dikenal dengan Pulau Kambing. Luas Pulau Mandangin mencapai 1,65 Km2 , dan dari Kabupaten Sampang (Pelabuhan Tanglok) ditempuh selama ± 1,5 jam menggunakan perahu. Pelabuhan Tanglok ini merupakan pelabuhan yang menghubungkan Kecamatan Sampang dengan Pulau Mandangin. Dalam Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten Sampang Pulau Mandangin ditetapkan sebagai kawasan cagar alam laut berupa kawasan perlindungan terumbu karang. Kawasan lindung pada terumbu karang diatasnya boleh dimanfaatkan untuk budidaya perairan laut (rumput laut dan mutiara) dan aktivitas wisata (seperti berenang, snorkelling, diving) selama tidak menganggu kelangsungan hidup dari terumbu karang tersebut.

Masalah yang sampai saat ini masih belum terselesaikan dan masih terus bertambah di pulau Mandangin adalah rusaknya terumbu karang akibat penangkapan yang menggunakan alat tangkap yang merusak. Selain itu juga masalah sampah. Dengan padatnya penduduk di Pulau Mandangin ditambah tidak adanya tempat pembuangan akhir sampah dan pengolahan sampah menyebabkan masyarakat membuang sampah dimana saja. Hal ini menyebabkan banyaknya tumpukan sampah dimana-mana yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan pesisir. Sampah ini yang juga menyebabkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan memetakan kondisi tutupan lahan dan terumbu karang di Pulau Mandangin, serta melakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk ekowisata selam di Pulau Mandangin.

MATERI DAN METODE

Metode dalam penelitian ini adalah pemodelan Sistem Informasi geografis untuk kesesuaian ekowisata dengan pendekatan model indeks. Suharyadi dan Danoedoro (2004) menjelaskan model indeks adalah penggunaan skor untuk setiap kategori yang berbeda, dapat diterapkan pada SIG vektor maupun raster, Tumpang susun melibatkan proses kalkulasi aritmatik, baik jumlah, pengurangan, perkalian atau pembagian.

Pemodelan SIG dengan pemodelan indeks dimana menggunakan bobot dan skor dalam melakukan pemodelan. Kriteria pemodelan dapat dilihat pada tabel 1.

Page 2: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

181

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian untuk Ekowisata

No Parameter Bobot Sesuai Skor Sesuai Bersyarat

Skor Tidak sesuai

Skor

1 Jenis ikan karang (sp) 5 >75 3 20-75 2 <20 1

2 Kecerahan perairan (%) 5 >80 3 50-80 2 <50 1

3 Tutupan Komunitas karang (%)

3 >65 3 25-65 2 <25 (tidak ada karang)

1

4 Jenis life-form (sp) 3 >10 3 4-10 2 <4 (tidak ada karang)

1

5 Suhu perairan (0C) 3 23-25 3 26-36 2 <23 dan >36

1

6 Salinitas (0/00) 3 30-36 3 28-30 2 <28 dan >36

1

7 Kedalaman karang (m) 3 3-20 3 21-30 2 <3 dan >30

1

8 Kecepatan arus (cm/dt) 1 0-25 3 26-50 2 >50 1

(Romadhon, A. 2013; Yulianda et al., 2010; Muhsoni, 2016; Muhsoni dan Efendy, 2016) Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan algoritma Lyzenga, dimana citra yang dipergunakan adalah citra Landsat . Pada metode lyzenga yang digunakanadalah band biru dan band merah yang dalam data Landsat adalah band 1 dan band 2 dan 3. (Muhsoni, 2011).

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis dan Tutupan Lahan Pulau Mandangin

Ketinggian pulau mandangin hanya 2,75 m di atas permukaan laut. Posisi Pulau Mandangin berada pada posisi bujur 1120 12’ 7,20” BT - 1130 13’ 30” BT dan posisi lintang 70 18’ 21,6” LS - 70 18’ 54” LS. Luas pulau Mandangin berdasarkan citra satelit hasil digitasi seluas 134,7 ha, dengan luas lahan sebagai bangunan mencapai 57,5 ha (42,6%), lahan terbuka mencapai luas 38,6 ha (28,6%) dan lahan yang ditanami vegetasi seluas 38,7 ha (28,7%). Pulau Mandangin secara administrasi berada Desa Mandangin Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang. Desa ini terdiri dari tiga dusun. Dusun barat terdiri dari 6 RT, dusun Kramat terdiri dari 5 RT, sedangkan dusun Candin terdiri dari 5 RT. Jumlah penduduk dari keseluruhan dusun sebanyak 19.570 jiwa pada tahun 2016, Jumlah kepala rumh tangga 5.838 KK (Buku Desa, 2016)

Citra Satelit

Restorasi Citra

Basis data Sistem Informasi Geografis

Survey Lapang : tutupan karang, jenis karang dan ikan, kecerahan,

suhu, salinitas, kedalaman,

Data Sekunder : arus

Peta Batimetri

Algoritma Lyzenga

Peta Kedalaman Perairan

Peta Sebaran Terumbu Karang

Model Kesesuaian lahan untuk Ekowisata

Kriteria kesesuaian untuk ekowisata

selam

Page 3: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

182

Tabel 2. Luas Tutupan lahan di Pulau Mandangin

No Tutupan Lahan Luas (m2) Luas (ha) %

1 Pemukiman 574,529 57.5 42.6

2 Tanah Terbuka 385,525 38.6 28.6

3 Pohon 387,120 38.7 28.7

Total 1,347,173 134.7 100.0

Sumber : hasil digitasi citra GE

Gambar 2. Peta Pulau Mandangin

Gambar 3. Peta tutupan lahan Pulau Mandangin

Kondisi Karang Berdasarkan Analisis menggunakan Citra Satelit Landsat

Pemetaan sebaran terumbu karang di Pulau Mandangin dengan menggunakan citra satelit Landsat dengan metode Lyzenga mendapatkan luas wilayah perairan dengan dasar perairan pasir sebesar 244,1 Ha. Sedangkan wilayah yang teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup rendah (0-10%) seluas 42,8 Ha dan wilayah yang teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup sangat rendah (11-30%) seluas 53,6 Ha. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Page 4: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

183

Tabel 3. Luas Sebaran terumbu karang hasil analisa citra satelit Landsat menggunakan metode Lyzenga.

No Tutupan Lahan Luas (m2) Luas (Ha) %

1 Pasir 2.440.837,1 244,1 71,7

2 Karang Hidup (Rendah) 427.523,7 42,8 12,6

3 Karang Hidup (Sangat Rendah) 535.500,0 53,6 15,7

340,4 100,0

Gambar 4. Citra Landsat di Pulau Mandangin

Gambar 5. Sebaran terumbu karang hasil analisis dengan menggunakan metode Lyzenga.

Kondisi Karang Berdasarkan Survei menggunakan metode LIT

Kondisi perairan di Barat Pulau Mandangin dapat memiliki dasar berpasir yang landai. Bagian tepi pantai berupa hamparan pasir putih. Persentase tutupan karang keras (Hard Coral) yang diperoleh dengan metode Line Intercept Transect (LIT) adalah 13,7 % termasuk dalam kategori rendah. Jenis karang yang ada adalah Acropora Branching (ACB) mencapai 0,3%, Coral massive (CM)mencapai 13,4%, Fauna lain jenis Soft Coral 1% dan jenis Sponge 1,8%. Kondisi ekosistem terumbu karang dalam tekanan ekologi yang cukup besar. Kategori tutupan karang hidup dengan metode line intercept transect (LIT) hanya sebesar 16,5 %, kondisi ini menunjukkan bahwa terumbu karang pada kategori rendah.

Kondisi perairan di selatan Pulau Mandangin persentase tutupan karang keras (Hard Coral) pada bagian selatan ini dengan metode Line Intercept Transect (LIT) adalah 9,7 % termasuk dalam kategori sangat rendah. Jenis karang yang ada adalah Acropora Branching (ACB) mencapai 1%, Coral massive (CM) mencapai 6%, karang Encrusting 2,5%, Fauna lain jenis Soft Coral 2,7%. Daerah ini banyak

Page 5: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

184

dipergunakan sebagai tempat tambat perahu nelayan. Kategori tutupan karang hidup dengan metode line intercept transect (LIT) hanya sebesar 12,2 %, kondisi ini menunjukkan bahwa terumbu karang pada kategori rendah.

Kondisi perairan di timur Pulau Mandangin dapat dilihat pada gambar 10 dan 11, dan memiliki dasar berkarang. Persentase tutupan karang keras (Hard Coral) yang diperoleh dengan metode Line Intercept Transect (LIT) adalah 7,8 % termasuk dalam kategori sangat rendah. Jenis karang yang ada adalah Acropora Branching (ACB) mencapai 3,7%,Acropora Submassive (ACS) mencapai 0,8%, Coral non Acropora massive (CM) mencapai 2%,Coral non Acropora Submassive (CS) mencapai 1,3%. Kategori tutupan karang hidup dengan metode line intercept transect (LIT) hanya sebesar 7,8 %, kondisi ini menunjukkan bahwa terumbu karang pada kategori sangat rendah.

Tabel 4. Presentasi penutupan lifeform terumbu karang pada bagian barat Pulau Mandangin

No Lifeform Barat Selatan Timur

Tutupan karang

(cm)

Presentase Tutupan

karang (%)

Tutupan karang

(cm)

Presentase Tutupan

karang (%)

Tutupan karang

Presentase Tutupan

karang (%)

1 ACB 8 0,3 30 1,0 110 3,7

2 ACS 25 0,8

3 CM 403 13,4 181 6,0 59 2,0

4 CE 74 2,5

5 CS 39 1,3

6 SC 30 1,0 80 2,7

7 SP 55 1,8

8 DC 1779 59,3 1457 48,6 2767 92,2

9 S 725 24,2 1178 39,3

Keterangan : ACB = Hard Coral Acropora Brancing ACS = Hard Coral Acropora Submassive CM = Hard Coral Non-Acropora Massive CE = Hard Coral Non-Acropora Encrusting CS = Hard Coral Non-Acropora Submassive SC = Soft Coral DC = Dead Coral S = Sand

Kondisi Kualitas air di Perairan Pulau Mandangin

Suhu Air (oC), Suhu air hasil pengukuran di Pulau Mandangin pada 3 stasiun antara 30,9- 31.6 0C untuk suhu permukaan dan 30,5-31,4 0C untuk suhu kedalaman 1,5 m. Baku mutu air laut dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004, suhu di area terumbu karang berkisar antara 28-30 0C. Suhu air yang terukur di Pulau mandangin relatif lebih tinggi 1-1,5 0C. Suhu di lokasi pengamatan ini selain dipengaruhi oleh kedalaman air juga dipengaruhi intensitas cahaya matahari, di Pulau Mandangin tidak terdapat sumber sungai.

pH Pengukuran pH di Pulau Mandangin berkisar antara 6,5 – 6,7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut baik untuk wisata bahari maupun untuk biota laut yaitu 7-8,5. Ini menunjukkan nilai pH di perairan Pulau Mandangin lebih rendah dari baku mutu. Effendi (2003) menjelaskan pH dipengaruhi oleh aktivitas metabolisme biota dan dan buangan dari dasar perairan secara langsung.

Salinitas (ppt) Salinitas di pulau Mandangin berkisar 34-35 0/00. Salinitas dipengaruhi oleh aliran atau masuknya air dari daratan dan curah hujan, tetapi di Pulau Mandangin tidak terdapat Sungai dan air sumur di Pulau Mandangin cenderung asin. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 salinitas baku mutu air laut untuk terumbu karang dan lamun 33-34 0/00. Salinitas di Pulau Mandangin relatif lebih tinggi 1 0/00 di bagian timur pulau.

Page 6: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

185

DO (mg/L) Pengukuran Oksigen terlarut di pulau Mandangin sebesar 4,29-6,08 mg/L untuk pwrmukaan laut dan 4,95-5,92 mg/L pada kedalaman 1,5m. Nilai DO menurut baku mutu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 tahun 2004 untuk wisata bahari dan biota laut nilain DO diatas 5 mg/L. Pengukuran DO di Pulau Mandangin > 5 mg/L kecuali bagian timur mendekati 5 mg/L.

Kecerahan Air (%) Pengukuran kecerahan di Pulau Mandangin untuk semua stasiun menunjukkan nilai 100%, artinya cahaya masih bisa menembus dasar perairan. Ini berarti kondisi perairan masih jernih dan tidak terdapat sedimentasi dari daratan. Baku mutu air laut untuk kecerahan perairan > 5m, hal ini menunjukkan perairan Pulau Mandangin sesuai dengan baku mutu air laut.

Tabel 5. Kondisi kualitas air di bagian barat Pulau Mandangin

Lokasi Barat

Mandangin Selatan

Mandangin Timur

Mandangin

pH 6,5 6,5 6,7

salinitas 34 34 35

suhu (C) permukaan 30,9 31,6 31,1

Kedalaman 1,5 m 30,5 31,4 30,6

DO (mg/l) permukaan 6,08 5,7 4,29

Kedalaman 1,5 m 5,92 5,43 4,95

kecerahan dasar dasar dasar

kedalaman perairan(m) 3,2 4,6 3,7

Sumber : Pengukuran lapang, 2013

Kesesuaian Ekowisata Selam untuk Pulau Mandangin

Pulau Mandangin dengan pantai landai dan berpasir, di wilayah barat, selatan dan timur terdapat terumbu karang. Wisata yang bisa dikembangkan adalah selam. Hasil pengukuran lapang menunjukkan sebagai berikut : Jenis ikan karang di Pulau ini <20 jenis ikan karang, kecerahan perairan 100% disemua wilayah, tutupan komunitas terumbu karang menggunakan metode LIT mencapai 7,8 – 16,5%, jenis life-form yang disemua lokasi ada 4 jenis, suhu perairan antara 30,5-31,40C , salinitas antara 34-35 %0, kedalam perairan di wilayah karang rata-rata 4-5 m dan kecepatan arus antara 10,47-28,8 cm/dt.

Tabel 6. Kesesuaian Ekowisata selam di Pulau Mandangin

No Parameter

Wilayah skor

Bobot

Skor x bobot

Barat Selatan Timur Barat

Selatan

Timur

Barat

Selatan

Timur

1 Jenis ikan karang (sp)

<20 <20 <20 1 1 1 5 5 5 5

2 Kecerahan perairan (%)

100 100 100 3 3 3 5 15 15 15

3 Tutupan Komunitas karang (%)

16,5 12,2 7,8 1 1 1 3 5 5 5

4 Jenis life-form (sp) 4 4 4 2 2 2 3 10 10 10

5 Suhu perairan (0C) 30,5 31,4 30,6 2 2 2 3 10 10 10

6 Salinitas (0/00) 34 34 35 3 3 3 3 15 15 15

7 Kedalaman karang (m)

5,92 5,43 4,95 3 3 3 1 15 15 15

8 Kecepatan arus (cm/dt)

10.47-28.8

10.47-28.8

10.47-28.8

3 3 3 1 15 15 15

90 90 90

Nilai Maksimum 72 72 72

IKW 69 69 69

Hasil analisis kesesuaian untuk ekowisata jika dikalikan skor dan bobot masing-masing parameter mendapatkan nilai 55. Nilai Maximal dari kesesuaian lahan ini adalah 72. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) menurut Romadhon (2013): IKW = (Ni/N max) × 100%

Page 7: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

186

Kelas Kesesuaian lahan Wisata adalah Sesuai (S) 78%-100%, Sesuai bersyarat (SB) 56%-77% dan Tidak sesuai (TS) mencapai 22%-55%. Nilai indeks kesesaian wisata Pulau Mandangin nilainya 69% untuk semua lokasi pengukuran (barat, selatan dan timur). Disimpulkan bahwa Pulau Mandangin dalam kategori sesuai bersyarat untuk ekowisata selam. Masalah utama yang perlu diperbaiki adalah kondisi tutupan terumbu karang. Jika wilayah ini akan di buat ekowisata selam, maka kondisi terumbu karang perlu diperbaiki dan kesadaran masyarakat agar menjaga terumbu karang perlu ditingkatkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Luas pulau Mandangin berdasarkan citra satelit hasil digitasi seluas 134,7 ha, dengan luas lahan sebagai bangunan mencapai 57,5 ha (42,6%), lahan terbuka mencapai luas 38,6 ha (28,6%) dan lahan yang ditanami vegetasi seluas 38,7 ha (28,7%).

2. Pemetaan sebaran terumbu karang di Pulau Mandangin teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup rendah (0-10%) seluas 42,8 Ha dan wilayah yang teridentifikasi karang dengan tutupan karang hidup sangat rendah (11-30%) seluas 53,6 Ha. Tutupan karang hidup 16,5% untuk wilayah barat, 12,2 % untuk wilayah selatan dan 7,8 % untuk wilayah timur.

3. Jenis ikan karang di Pulau Mandangin<20 jenis ikan karang, kecerahan perairan 100%, tutupan komunitas terumbu karang 7,8 – 16,5%, jenis life-form ada 4 jenis, suhu perairan antara 30,5-31,4 0C , salinitas antara 34-35 %0, kedalam perairan di wilayah karang rata-rata 4-5 m dan kecepatan arus antara 10,47-28,8 cm/dt. Nilai indeks kesesaian ekowisata selam Pulau Mandangin 69% untuk wilayah barat, selatan dan timur dengan kategori sesuai bersyarat untuk ekowisata selam

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. (2004). Jakarta.

Muhsoni, F. F. (2016). Pemodelan Daya Dukung Pemanfaatan Pulau Sapudi dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Keluatan, 9(1), 73-84.

Muhsoni, F. F., & Efendy, M. (2016). Analisis Daya Dukung Pemanfaatan Pulau Gili Labak Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Prosiding Semnas Perikanan dan Kelautan VI, UB

Muhsoni, F. F. (2011). Pemetaan terumbu karang menggunakan citra alos di pulau kangean Kabupaten sumenep. Jurnal Kelautan, 8(1), 53-59

Romadhon, A. (2013). Penilaian Daya Dukung Pulau-Pulau Kecil Bagi Wisata. Bangkalan : UTM Press. Universitas Trunojoyo Madura.

Suharyadi & Danoedoro (2004). Sistem Informasi Geografis : Konsep Dasar dan Beberapa Catatan Perkembangannya Saat ini. editor Danoedoro P. dalam Sains Informasi Geografis dari Perolehan dan Analisis Citra hingga Pemetaan dan pemodelan Spasial. Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Yulianda, F., Fachrudin, A., Hutabarat, A. A., Hartati, S., Kusharjani, & Kang, H. S. (2010). Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Bogor: Pusdiklat Kehutanan Departemen Kehutanan RI-SECAM-Korea International Cooperation Agency.

Page 8: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

187

Lampiran 1. Kondisi Terumbu Karang Pulau Mandangin

Pengambilan data karang dengan metode transek garis (LIT) di wilayah Barat Pulau mandangin

Pengambilan data karang dengan metode transek garis (LIT) di Selatan Pulau Mandangin

Page 9: KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU …ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/26_Pro... · Pemetaan Terumbu Karang, Identifikasi terumbu karang dengan menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kelautan 2016 Universitas Trunojoyo Madura, 27 Juli 2016

188

Pengambilan data karang dengan metode transek garis (LIT) di wilayah Timur Pulau Mandangin