Top Banner
Kata Pengantar Buku ini merupakan kenang-kenangan yang diberikan penulis kepada mahasiswa Teknik Industri Universitas Gunadarma Kalimalang yang berisi gambaran umum dari teknik keselamatan dan kesehatan kerja. Bahan-bahan materi yang dipaparkan diambil dari hasil kumpulan tugas-tugas mahasiswa mata kuliah Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Isi dari buku ini meliputi sejarah K3, organisasi dan perundang-undangan K3, faktor manusiawi dan keselamatan kerja bidang kebakaran, keselamatan ketel uap dan bejana tekan dengan bahaya peledakan. Kiranya buku ini dapat memberi manfaat yang besar bagi kita semua dan dapat membuka pemikiran lebih lanjut tentang betapa pentingnya penerapan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kehidupan sehari-hari. Jakarta, Juli 2013 Penulis
50

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Jul 12, 2016

Download

Documents

Mas Aby

1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Kata Pengantar

Buku ini merupakan kenang-kenangan yang diberikan penulis kepada

mahasiswa Teknik Industri Universitas Gunadarma Kalimalang yang berisi

gambaran umum dari teknik keselamatan dan kesehatan kerja. Bahan-bahan

materi yang dipaparkan diambil dari hasil kumpulan tugas-tugas mahasiswa

mata kuliah Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Isi dari buku ini meliputi sejarah K3, organisasi dan perundang-undangan

K3, faktor manusiawi dan keselamatan kerja bidang kebakaran, keselamatan

ketel uap dan bejana tekan dengan bahaya peledakan.

Kiranya buku ini dapat memberi manfaat yang besar bagi kita semua dan

dapat membuka pemikiran lebih lanjut tentang betapa pentingnya penerapan

ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kehidupan sehari-hari.

Jakarta, Juli 2013

Penulis

Page 2: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Era sebelum revolusi Industri

Zaman Pra-Sejarah

Pada zaman ini (Paleolithic dan Neolithic), manusia telah memikirkan

untuk membuat peralatan yaitu kapak dan tombak yang mudah untuk

digunakan dan tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan. Desain

tombak dan kapak yang dibuat umumnya mempunyai bentuk yang lebih

besar proporsinya pada mata kapak atau ujung ombak. Hal ini bertujuan

untuk mengurangi tenaga yang harus dikeluarkan ketika menggunakan kapak

atau tombak tersebut. Desain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan

untuk tidak membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.

Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) Di Irak

Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar

aman dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya selain itu

masyarakat sudah mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan

untuk membantu pekerjaan mereka. Masyarakat juga sudah mengenal

konstruksi bangunan dengan menggunakan batubata yang dibuat dengan

proses pengeringan menggunakan sinar matahari bukti nyatanya sudah ada

saluran air dari batu sebagai fasilitas sanitasi.

Zaman Mesir Kuno

Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali

dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang

sebagai tenaga kerja. Pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan

pembangunan terusan dari Mediterania ke Laut Merah. Disamping itu Raja

Page 3: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangun “temple”

Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses II

menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.

Zaman Yunani Kuno

Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah

Hippocrates. Hippocrates berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada

awak kapal yang ditumpanginya.

Zaman Romawi

Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai

memperkenalkan adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan karena

adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja seperti timbal dan

sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung sudah

dilakukan pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.

Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap

pekerja yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau

meninggal. Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di

lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada

lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.

Abad Ke-16

Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus

Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal

dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat

kerja terutama yang dialama oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang ahli

Page 4: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica bahkan sudah mulai

melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan dengan

menerapkan prinsip ventilasi.

Abad Ke-18

Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 –

1714) dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang

terkenal : Discourse on the diseases of workers, (buku klasik ini masih sering

dijadikan referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang). Ramazzini melihat

bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang melihat hubungan antara

pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat

dia mendiagnosa seseorang yaitu “ What is Your occupation ?”. Ramazzini

melihat bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat

kerja, yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika

bekerja dan adanya gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para

pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).

B. Era sesudah revolusi Industri

Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)

Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :

1. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap

yang baru ditemukan sebagai sumber energi.

2. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia

3. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku

(khususnya bidang industri kimia dan logam).

4. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar

berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-

mesin baru.

Page 5: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

5. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-

penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-

bahan sisa pembakaran.

Era Industrialisasi (Modern Idustrialization)

Sejak era revolusi industri di ata samapai dengan pertengahan abad 20

maka penggnaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga

mengikuti perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat pelindung diri,

safety devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga turut

berkembang.

Era Manajemen dan Manajemen K3

Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an

hingga sekaran. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941)

yang meneliti penyebabpenyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi

karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman

(unsafe condition). Pada era ini berkembang system automasi pada pekerjaan

untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor

manusia. Namun system otomasi menimbulkan masalah-masalah manusiawi

yang akhirnya berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-

blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan.

Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI)

pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang

menyatakan bahwa factor manajemen merupakan latar belakang penyebab

yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan perkembangan

tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada

akhir abad 20 berkembanglah suatu konsep keterpaduan system manajemen

K3 yang berorientasi pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya.

Page 6: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety, health dan masalah

lingkungan dalam suatu system manajemen juga menuntut adanya kualitas

yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukkan

dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO

14000 dan ISO 18000.

Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan

pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan pekerja.

Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik atau

untuk masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh segala

sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan

martabat manusia serta penerapan hak asazi manusia demi terwujudnya

kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu saja lebih bayak berorientasi

kepada aspek perilaku manusia yang merupakan perwujudan aspek-aspek

K3. Pada erarevolusi industri, untuk mengetahui/mengusulkan dan

menganalisis sistem K3 sudah menerapkan pendekatan ilmu statistik.

Revolusi Industri Sebelum Sesudah

- Era Industrialisasi

- Era Manajemen dan

Manajemen K3

- Era Mendatang

Menggunakan pendekatan

statistik dalam menganalisis

sistem K3

- Zaman Pra-Sejarah

- Zaman Bangsa Babylonia

- Zaman Mesir Kuno

- Zaman Yunani Kuno

- Zamana Romawi

- Abad Pertengahan

- Abad 16

- Abad 18

Page 7: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

KESELAMATAN

KERJA BIDANG KEBAKARAN

A. Definisi Kebakaran

Adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya

dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi

kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi beberapa

unsur atau elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat menimbulkan

api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh

api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian

nyawa dan harta.

Ditinjau dari jenis, api dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak

dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai/dikendalikan

oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai/dikendalikan oleh

manusia oleh karena itu sering dikenal dengan istilah kebakaran.

B. Unsur-unsur Penyebab Kebakaran

Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari

teori segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa

salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri

harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang

diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran. Sedang

mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain:

1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam

beraktivitas seperti: masak, las, dan lain-lain.

2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan

atau rangkaian listrik seperti: setrika, atau karena adanya korsleting.

Page 8: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion

negatif dengan ion positif seperti: peti.

4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan

benda seperti: gerinda, memaku, dan lain-lain.

Prinsip dasar pencegahan kebakaran adalah mengontrol atau mengisolasi

sumber bahan bakar dan panas sehingga tidak terjadi pembakaran

C. Klasifikasi Kebakaran

Merupakan penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis

bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih mudah, cepat dan

lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang digunakan untuk

memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar (Depnaker, Traning

Material K3 bidang penanggulangan kebakaran :1997:14).

Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24) terdapt

dua versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak berbeda.

Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC (Loss

Prevention Committee) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi dalam dua

klas A, B, C, D, E sedangkan Standar Amerika yaitu NFPA (National Fire

Prevention Assosiation), menetapkan klasifikasi kebakaran menjadi klas A,

B, C, D.

Page 9: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Kelas A: Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas,

tekstil, plastik dan sejenisnya

Kelas B: Bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang, kertas,

tekstil, plastik dan sejenisnya. Bahan cair dan gas, seperti

bensin, solar, minyak tanah, aspal, gemuk alkohol gas

alam, gas LPG dan sejenisnya

Kelas C: Bahan cair, seperti bensin, solar, minyak tanah dan

sejenisnya. Peralatan listrik yang bertegangan. Bahan gas,

seperti gas alam, gas LPG

Kelas D: Bahan logam, seperti Magnesium, aluminium, kalsiun dan

lain - lain D Bahan logam, seperti magnesium, aluminium,

kalsium dan lain-lain

Sedangkan Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam

Peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 yang

pembagiannya adalah sebagai berikut :

Kelas A : Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat

terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas A ini akibat

panas yang datang dari luar, molekul -molekul benda padat

terurai dan membentuk gas dan gas lainlah yang terbakar,

hal kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan

gas akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat

adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup

menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.

Page 10: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Kelas B : Seperti bahan cairan dan gas tak dapat terbakar dengan

sendirinya diatas cairan pada umunya terdapat gas, dan gas

ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar cair ini suatu

bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan

menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah

mengalir dan menyalakan api ketempat lain.

Kelas C: Kebanyakkan pada peralatan listrik yang bertegangan, yang

mana sebenarnya kelas C ini tidak lain kebakaran kelas A

dan kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik.

Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

pemadam yaitu tidak menghantar listrik untuk melindungi

orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.

Kelas D: Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium,

sodium. Lithium, dan potassium. Pada kebakaran jenis ini

perlu dengan alat atau media khusus untuk

memadamkannya.

D. Penyebab Kebakaran

Kebakaran merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya mereka

yang menjadi korban kebakaran. Pada umumnya penyebab terjadinya

kebakaran bersumber pada 3 faktor yaitu:

a. Faktor Manusia

b. Faktor Alam

c. Faktor Teknis

Page 11: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

E. Peyebab Kebakaran Karena Faktor Manusia

a. Tenaga kerja

- Tidak tau atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan atau

penanggulangan bahaya kebakaran.

- Menetapkan barang-barang yang mudah terbakar tampa

menghiraukan norma-norma pencegahan dan penanggulangan

bahaya kebakaran.

- Pemakaian listrik yang belebihan, melebihi kapasitas.

- Merokok ditempat terlarang / membuang punting rokok

sembarangan.

b. Manajemen

- Tidak ada / kurang komitmennya terhadap K3

- Kurang pengawasan terhadap kegiatan

- Tidak ada standar kode yang dapat diandalkan atau penerapannya

tidak tegas.

- System penanggulangan kebakaran tidak memadai

- Tidak dilakukan pelatihan penanggulangan bahaya kebakaran bagi

tenaga kerja.

- Sarana proteksi kebakaran tidak ada atau kurang.

F. Teknik Pemadaman Kebakaran

Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip

menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api.

Menurut panduan Departemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang

Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 17 untuk memadamkan api dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

A. Pendinginan (cooling)

B. Penyalimutan (smothering)

Page 12: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

C. Memutuskan reaksi api

D. Melemahkan (dilution)

G. Jenis Media Pemadaman Kebakaran

Menurut DepartemenTenaga Kerja dalam bukunya Training Material K3

Bidang Penanggulangan Kebakaran, pemadaman kebakaran dapat dilakukan

dengan efektif, efisien dan aman dengan bantuan beberapa media yang

sesuai dengan jenis kebakaran yang terjadi. Dari bentuk fisiknya media

pemadam kebakaran memiliki 5 jenis, yaitu :

1. Air

2. Busa

3. Serbuk kimia kering

4. Kabon dioksida (CO₂)

5. Halon

1. Air

Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat

untuk memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat

menembus sampai bagian dalam.

Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah

seperti kayu, arang, kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya.

2. Busa.

Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang

dapat digunakan untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang

berfungsi untuk memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa

mekanik.

Busa kimia dibuat dari gelembung yang mengandung zat arang dan

carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran zat

Page 13: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui

kombinasi tiga aksi pemadaman yaitu:

- Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar,

sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus.

- Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar.

- Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar

sehingga suhunya menurun.

3. Serbuk kimia kering

Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah

serbuk yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir-

butir serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi.

Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan adalah

Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan

kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah

secara fisik dan kimia.

4. Carbon dioksida (CO₂)

Media pemadam api CO₂ didalam tabung harus dalam keadaan fase cair

bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO₂ dalam memadamkan api ialah

reaksi dengan oxygen (O₂) sehingga konsentarsi didalam udara

berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan

cara menutup.

Namun CO₂ juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam

tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api

padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO₂ tersebut tidak dapat mengikat

oxygen (O₂) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O₂ sebanding

dengan jumlah CO₂ yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat

kebakaran terus berlangsung.

Page 14: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

5. Halon

Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan

api maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi

yang sudah mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena

panas api kebakaran pada suhu sekitar 485⁰C maka akan mengalami

penguraian, dan zat – zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen

dan oxygen. Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa

unsur baru dan zat baru tersebut beracun dan cukup membahayakan

terhadap manusia.

H. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) merupakan

bagian dari manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, prosedur, proses dan sumber daya manusia yang dibutuhkan

bagi pengembangan, penerapan dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam

rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Tujuan penerapan manajemen K3 adalah untuk menciptakan suatu

sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga

kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang berintegrasi dalam rangka

mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

menciptakan tempat kerja terhadap kebakaran, peledakan dan kerusakan

yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada.

Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu

sistem penataan dini dalam rangka mencegah dan mengendalikan

bahaya kebakaran sehingga kerugian berupa meterial dan jiwa

Page 15: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik

berupa kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti

inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan pelatihan bagi

penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran,

maupun penyediaan sarana pemadam kebakaran.

Program Penanggulangan Kebakaran

Program penanggulangan kebakaran adalah segala upaya yang

dilakukan untuk mencegah atau memberantas

kebakaran.(Depertemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang

Penanggulangan Kebakaran, 1997). Tindakan untuk menanggulangi

kebakaran antara lain :

- Mengendalikan setiap perwujudan energi panas, seperti listrik,

rokok, gesekan mekanik, api terbuka, sambaran petir, reaksi

kimia dan lain-lain.

- Mengendalikan keamanan setiap penanganan dan penyimpanan

bahan yang mudah terbakar.

- Mengatur kompartemenisasi ruangan untuk mengendalikan

penyebaran/penjalaran api, panas, asap dan gas.

- Mengatur lay out proses, letak jarak antar bangunan, pembagian

zone menurut jenis dan tingkat bahaya.

- Menerapakan sistim deteksi dini dan alarm.

- Menyediakan sarana pemadam kebakaran yang handal.

- Menyediakan sarana evakuasi yang aman.

- Membentuk regu atau petugas penanggulangan kebakaran.

- Melaksanakan latihan penanggulangan kebakaran.

- Mengadakan inspeksi, pengujian, Perawatan terhadap sistem

proteksi kebakaran secara teratur.

Page 16: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Pembentukkan petugas penanggulangan kebakaran

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186 tahun

1999 tentang unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja dalam

pasal 5 meyebutkan bahwa unit penanggulangan kebakaran terdiri

dari: Petugas peran kebakaran, regu penanggulangan kebakaran,

koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis

penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.

Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran

Tujuan dari latihan evakuasi untuk menetapkan suatu prosedur

untuk bertindak bila terjadi kebakaran dan untuk mengembangkan

kebiasaan para karyawan terhadap situasi api pada masa yang akan

datang. Adapun frekuensi latihan dan pendidikan evakuasi untuk

setiap perusahaan akan selalu tergantung kepada berat ringan bahaya

kebakaran dari masing – masing perusahaan. Pada umumnya latihan

dilakukan sebagai berikut :

a. Bahaya kebakaran ringan : 1 – 2 kali / tahun

b. Bahaya kebakaran sedang : 3 – 4 kali / tahun

c. Bahaya kebakaran berat : 6 – 8 kali / tahun

Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang

diberikan kepada para peserta latihan harus memenuhi syarat :

a. Benar, jelas dan singkat

b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan

c. Tidak menimbulkan keragu – raguan

Page 17: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Inspeksi sarana penanggulangan kebakaran

Untuk mengetahui kelayakan sarana penanggualangan kebakaran

yang ada, baik peralatan pendeteksi, pemadam, evakuasi dan sarana

penunjang kebakaran lainnya, maka perlu diadakan pemeriksaan

secara berkala. Kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan ini

merupakan unsur penting guna menjamin segi keandalan peralatan

proteksi bila terjadi kebakaran. Pemeriksaan yang disertai

pengetesan, pemeliharaan dan pemeriksaan terhadap:

a. Sistem deteksi dan alarm kebakaran

b. Sistem sprinkler otomatis

c. Sistem hydrant

d. Sistem pemadaman api

e. Dan lain-lain

Sarana penanggulangan kebakaran

Sarana penanggulangan kebakaran yaitu berupa alat atau sarana

yang dipersiapkan untuk mendeteksi, mengendalikan dan

memadamkan kebakaran.Seperti sistem deteksi dan alarm, APAR,

hydrant, sprinkler, sarana emergency dan evakuasi.

Dalam strategi menghadapi bahaya kebakaran yang pertama

adalah perlu adanya sistem pendeteksian dini, sistem tanda bahaya

serta sistem komunikasi darurat. Agar api bisa lebih mudah

dikendalikan atau dipadamkan. Deteksi kebakaranadalah alat yang

berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal yang

terdiri dari:

- Detektor Asap (Smoke Detector)

Adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu.

Page 18: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Ada dua tipe detektor asap yaitu Detektor Asap optik, digunakan

untuk mendeteksi pada kebakaran yang menghasilkan asap tebal

seperti pada kebakaran PVC. Detektor Asap ionisasi, digunakan

untuk mendeteksi asap kebakaran yang terdiri dari partikel kecil

yang biasa terjadi pada kebakaran yang sempurna.

- Detektor Panas (Heat Detector)

Adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu. Ada tiga tipe detektor panas yaitu :

a. Detektor bertemperatur tetap yang bekerja pada suatu batas

panas tertentu (Fixed temperature)

b. Detektor yang bekerja berdasarkan kecepatan naiknya

tempetatur (Rate of rise).

c. Detektor kombinasi yang bekerja berdasarakan kenaikan

temperatur dan batas temperatur maksimum ditetapkan.

I. Teknik Penanggulangan Kebakaran

Dasar sistem pemadaman api adalah merusak keseimbangan reaksi api,

hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pertama penguraian dengan

menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar, kedua pendinginan

dengan menurunkan panas sehingga suhu bahan yang terbakar berada pada

bawah titik nyala, dan ketiga cara isolasi dengan menurunkan kadar oksigen

dibawah 12% dari ketiga cara diatas dipilih cara mana yang bisa dilakukan

dengan efektif sehingga proses pembakaran terkendali, di ingatkan dalam

penanggulangan kebakaran berpacu dengan waktu, keterlambatan

memanfaatkan waktu, akan berakibat kerugian yang amat besar.

Pada saat kejadian kebakaran, tindakan awal adalah sangat menentukan

karena pada saat itu api masih berkobar kecil mudah dan mudah

dikendalikan, karena itu tindakan awal harus cepat dan tepat, untuk ini

Page 19: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

diperlukan pengetahuan tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan

kebakaran dengan baik.

Dalam dunia industri masalah pencegahan bahaya kebakaran menjadi

perhatian serius, setiap orang yang berada dalam lingkungan industri harus

taat pada semua aturan kaitannya dengan peringatan kebakaran. Pencegahan

bahaya kebakaran dimaknai segala usaha yang dilakukan secara bersungguh-

sungguh agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak dapat dikendalikan.

Pencegahan bahaya kebakaran memiliki dua pengertian pertama

dinyatakan penyalaan api belum ada dan diusahakan agar tidak terjadi

penyalaan api, misalnya di tempat-tempat pembelian bensin di wilayah

gudang penimbunan barang di tempat reparasi kendaraan bermotor. Kedua,

penyalaan api sudah ada diusahakan agar kobaran api tersebut menjadi

terkendali, misalnya pada tempat-tempat pembakaran rutin, bengkel-bengkel

pande besi daerah ketel uap dan lain sebagainya.

Memahami teknik dan taktik pemadaman harus di tempatkan pada

proporsi yang tepat. Dua pemahaman didefinisikan : bahwa teknik

pemadaman adalah kemampuan bagaimana cara yang tepat mempergunakan

alat dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan sebaik-baiknya sehingga

hasil yang dicapai sangat optimal, sedangkan teknik pemadaman adalah

kemampuan menganalisa situasi kebakaran sehingga dapat melakukan

tindakan dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan korban maupun

kerugian yang lebih besar.

Beberapa fenomena kebakaran yang terjadi dapat dipelajari bagaimana

menguasai teknik pemadaman antara lain menempatkan ragu pemadam

kebakaran yang sudah terlatih sanggup menguasai situasi kebakaran, dapat

mempergunakan peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran dengan

cepat dan benar, menguasai dengan baik pengetahuan tentang pencegahan

dan penanggulangan bahaya kebakaran.

Page 20: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Adapun menguasai taktik pemadaman diperlukan menganalisa situasi

kebakaran antara lain menguasai pengaruh angin, warna asap kebakaran,

lokasi kebakaran dan bahaya-bahaya lain yang mungkin bisa terjadi akibat

kebakaran. Terdapat model-model instalasi listrik unit kebakaran yang

dipelajari misalnya alat pemadam api ringan, peralatan pemadam api

instalasi tetap, peralatan pemadam api yang bergerak dan sekarang sudah

banyak ragam alat pemadaman yang lebih baik.

Page 21: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

UNDANG-UNDANG DAN ORGANISASI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. UNDANG-UNDANG

Dasar hukum

Uraian Undang-Undang No1 Tahun 1970

Secara Etimologis :

Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang

lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap

sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien

Secara Filosofi :

Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga

kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam

upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera

Secara Keilmuan :

Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari tentang

cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja

UUD 1945

Pasal 5, 7 dan 27 ayat 2

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU

Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970

Page 22: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Undang-undang ini mengatur tentang:

- Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja)

- Kewajiban dan hak pekerja

- Kewenangan Menteri Tenaga Kerja untuk membentuk Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna

mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi aktif

dari pengusaha atau pengurus dan pekerja di tempat-tempat kerja,

dalam rangka melancarkan usaha berproduksi dan meningkatkan

produktivitas kerja.

- Ancaman pidana atas pelanggaran peraturan ini dengan hukuman

kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-

tingginya Rp.100.000, (seratus ribu rupiah)

Kewajiban pengurus (pimpinan tempat kerja)

1. Kewajiban memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang meliputi :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan

f. Menyediakan alat-alat perlindungan diri (APD) untuk pekerja

g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya

bahaya akibat suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,

hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik

psikis, keracunan, infeksi atau penularan

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

Page 23: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

m. Menciptakan keserasian antara pekerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerja

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,

tanaman atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakuan dan penyimpanan barang

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang berbahaya agar kecelakaan tidak menjadi bertambah tinggi.

2. Kewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental dan

kemampuan fisik pekerja yang baru diterima bekerja maupun yang akan

dipindahkan ke tempat kerja baru sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan

yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara

berkala.

3. Kewajiban menunjukan dan menjelaskan kepada setiap pekerja baru

tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat

kerjanya.

b. Pengaman dan perlindungan alat-alat yang ada dalam area tempat

kerjanya

c. Alat-alat perlindungan diri bagi pekerja yang bersangkutan

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Page 24: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

4. Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat

kerja.

5. Kewajiban menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang

diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca oleh

pekerja.

6. Kewajiban memasang semua gambar keselamatan kerja yang diharuskan

dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah

dilihat dan dibaca.

7. Kewajiban menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-cuma

disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan pada pekerja dan juga bagi

setiap orang yang memasuki tempat kerja tersebut.

Kewajiban dan hak pekerja

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas atau

ahli keselamatan kerja.

2. Memakai APD dengan tepat dan benar

3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan

4. Meminta kepada pimpinan agar dilaksanakan semua syarat keselamatan

dan kesehatan kerja yang diwajibkan

5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan

dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh

pengawas, dalam batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut International Labor Organization (ILO) salah satu upaya

dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja

adalah dengan penerapan peraturan perundangan, antara lain melalui:

Page 25: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

a. Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi (up to date)

b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan

kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap

rekayasa.

c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-

pemeriksaan langsung ditempat kerja

Semua tempat kerja, tanpa terkecuali, dari pengelola/manajemen

sampai pekerja harus mengetahui, memahami dan melaksanakan undang-

undang dan peraturan K3 tersebut. Pada prinsipnya keselamatan dan

kesehatan kerja merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi

risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, yang pada hakekatnya tidak

dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan.

Payung Hukum K3

Sehat merupakan hak azazi manusia. United Nations Declaration on

Human Rights yang dirumuskan pada tahun 1948 di Helzinki menyebutkan

bahwa setiap orang mempunyai hak azasi untuk bekerja, bebas memilih jenis

pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya

sejahtera. Pada tahun 1976, dalam United Nations International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights kembali disebutkan tentang perlunya

kondisi kerja yang selamat dan sehat sebagai hak azasi setiap orang (diakui

oleh kelompok negara-negara dalam perjanjian ini). ILO sebagai organisasi

pekerja sedunia merumuskan pentingnya tempat kerja yang produktif dan

layak (productive and decent work place). Kesehatan dan keselamatan kerja

merupakan masalah dunia. Estimasi Global yang dilaporkan ILO pada tahun

2002 menyebutkan, dari 2,8 milyar tenaga kerja di dunia, dalam satu tahun

terjadi 2,2 juta kematian terkait pekerjaan, 270 juta kecelakan kerja, 160 juta

Page 26: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

penyakit terkait kerja, dengan kerugian sekitar 4% dari GDP global (30

triliun US dolar). Pada awalnya pelaksanaan K3 mengacu kepada

Veiligheidsreglement tahun 1919 (Stbl.No.406), namun sejak dikeluarkannya

Undang-undang nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

mengenai Pekerja, maka disusun undang-undang yang memuat ketentuan-

ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan

perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. Undang-

undang tersebut adalah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, yang mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan

tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. Mengingat

faktor keselamatan sangat terkait dengan kesehatan maka pada tahap

selanjutnya kegiatan keselamatan kerja menjadi keselamatan dan kesehatan

kerja atau disingkat dengan K3. Sebagai penjabaran dan kelengkapan

Undang-undang, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)

dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan

kerja. Untuk memudahkan pelaksanaan K3 di tempat kerja, Departemen

Tenaga Kerja mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan dengan

K3. Bahkan Departemen lain seperti Departemen Kesehatan dan Badan

Atom Nasional (BATAN), juga mengeluarkan peraturan yang menyangkut

aspek K3 berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Departemen tersebut,

misalnya peraturan tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.

Secara umum, mulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan

Menteri hingga Keputusan setingkat eselon 1 atau Dirjen yang terkait K3

adalah mengatur kewajiban perusahaan melindungi tenaga kerjanya.

Misalnya Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

memuat tentang Kewajiban pimpinan tempat kerja, Kewajiban dan hak

pekerja, serta ancaman pidana atas pelanggaran peraturan ini dengan

hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-

Page 27: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

tingginya Rp.100.000, (seratus ribu rupiah). Bahkan secara khusus

perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental

dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke

tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada

pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja

juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan

benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal

23 Tentang Kesehatan Kerja menekankan pentingnya kesehatan kerja agar

setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri

dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang

optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,

pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Undang-

undang inipun memuat ancaman pidana kurungan paling lama 1 tahun atau

pidana denda paling banyak Rp. 15.000.000. (lima belas juta rupiah) bagi

yang tidak menjalankan ketentuan undang-undang tersebut. Untuk tingkat

peraturan pemerintah terkait keselamatan kerja, setidaknya ada peraturan

pemerintah RI No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja Terhadap

Radiasi, yang mengatur nilai ambang batas yang diizinkan. Selain itu ada

Praturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang Izin pemakaian Zat

Radioaktif atau sumber Radiasi lainnya. Dalam kedua peraturan ini diatur

tentang pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, syarat dan

cara memperoleh izin, kewajiban dan tanggung jawab pemegang izin serta

pemeriksaan dan ketentuan pidana. Peraturan yang terkait K3 setingkat

Keputusan Presiden, adalah Kepres RI No. 22 Tahun1993 tentang penyakit

yang timbul karena hubungan kerja. Dalam peraturan ini diatur hak pekerja

bila menderita penyakit karena hubungan kerja, yakni mendapat jaminan

kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah

Page 28: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

hubungan kerja berakhir (paling lama 3 tahun sejak hubungan kerja

berakhir).

Sedangkan peraturan Menteri terkait K3 banyak dikeluarkan oleh

Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kesehatan. Seperti peraturan Menaker

yang mewajibkan perusahaan memeriksakan kesehatan pekerjanya sebelum

bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus.

Pelbagai peraturan lain juga dikeluarkan Menaker antaralain peraturan yang

mengatur syarat-syarat K3 dalam pemakaian lift listrik untuk pengangkutan

orang dan barang, K3 pada konstruksi bangunan, syarat-syarat pemasangan

dan pemeliharaan alat pemadam api ringan, kewajiban melaporkan penyakit

akibat kerja, tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik, dan beberapa

peraturan lain. Menaker juga secara khusus mengeluarkan Peraturan Menteri

Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan

Kerja (SMK3). Dalam peraturan ini dijelaskan mengenai tujuan dan sasaran

system manajemen K3, penerapan system manajemen K3, audit system

manajemen K3, mekanisme pelaksanaan audit dan sertifikasi K3. Dalam

lampiran peraturan tersebut diuraikan mengenai Pedoman Penerapan Sistem

Manajemen K3 Yang terdiri dari: Komitmen dan kebijakan, Perencanaan,

Penerapan, serta Pengukuran dan Evaluasi. Menteri Kesehatan juga

menelurkan sejumlah peraturan terkait pelaksaan K3. Antara lain Keputusan

Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,

Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis, dan

Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.

B. ORGANISASI

Organisasi Pemerintah

Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat

pusat terdapat dalam bentuk direktorat pembinaan norma keselamatan dan

Page 29: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

kesehatan kerja. Direktorat Jendral perlindungan dan perawatan tenaga kerja.

Fungsi-fungsi direktorat tersebut antara lain adalah :

1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma keselamatan kerja di bidang mekanik.

2. Melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma keselamatan kerja di bidang listrik.

3. Melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma keselamatan kerja di bidang uap.

4. Melakukan pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam

penetapan norma-norma keselamatan kerja di bidang pencegahan

kebakaran.

Sub direktorat yang ada sangkut pautnya dengan keselamatan kerja di

bawah direktorat tersebut membidangi keselamatan kerja mekanik,

keselamatan kerja listrik, keselamatan kerja uap dan pencegahan kebakaran.

Seksi-seksi di bawah keselamatan kerja mekanik adalah seksi mesin

produksi, seksi pesawat tekanan, seksi pesawat transport dan angkut dan

seksi pesawat umum. Di dalam sub direktorat keselamatan kerja mekanik

terdapat seksi pembangkit listrik, seksi distribusi listrik dan seksi pesawat

listrik.

Organisasi Tingkat Perusahaan

Organisasi keselamatan kerja di tingkat perusahaan ada dua jenis, yaitu

a. Organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan dan disebut

bidang, bagian, dan lain-lain keselamatan kerja. Oleh karena merupakan

bagian organisasi perusahaan, maka tugasnya kontinyu, pelaksanaanya

menetap dan anggarannya sendiri. Kegiatan-kegiatannya biasanya cukup

banyak dan efeknya terhadap keselamatan kerja adalah banyak dan baik.

Page 30: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

b. Panitia keselamatan kerja, yang biasanya terdiri dari wakil pimpinan

perusahaan, wakil buruh, teknisi keselamatan kerja, dokter perusahaan

dan lain-lain. Keadannya biasanya mencerminkan panitia pada umumnya.

Pembentukan panitia adalah atas dasar kewajiban undang-undang.

Tujuan keselamatan pada tingkat perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Pencegahan terjadinya kecelakaan

2. Pencegahan terhjadinya penyakit-penyakit akibat kerja.

3. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya kematian

akibat kecelakaan oleh karena pekerjaan.

4. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat

pekerjaan.

5. Pengamatan material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin,

pesawat-peawat, instalansi-instalansi, dan lain-lain.

6. Peningkatan produktifitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja yang

tinggi.

7. Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber

produksi lainnya sewaktu bekerja.

8. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, aman, dan nyaman.

9. Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan

pembangunan.

Berdasarkan pengamatan dan kajian terhadap implementasi TI,

khususnya di perusahaan-perusahaan Indonesia, nampaknya hal yang

menjadi kunci sukses utama adalah aspek leadership atau kepemimpinan dari

seorang Presiden Direktur. Pimpinan perusahaan ini harus dapat menjadi

“lokomotif” yang dapat merubah paradigma pemikiran (mindset) terhadap

orang-orang di dalam organisasi yang belum mengetahui manfaat strategis

dari teknologi informasi bagi bisnis perusahaan.

Page 31: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Disamping itu, yang bersangkutan harus memiliki rencana strategis

atau roadmap yang jelas terhadap pengembangan teknologi informasi di

perusahaannya dan secara konsisten dan kontinyu disosialisasikan ke seluruh

jajaran manajemen dan stafnya. Hal-hal semacam business plan, kebijakan

(policy), masterplan, cetak biru, dan lain sebagainya dapat dijadikan sebagai

alat untuk membantu manajemen dalam usahanya untuk mengembangkan TI

secara holistik, efektif, dan efisien.

Tanggung jawab manajerial

Menurut Liang Gie (1982) dalam Maman Ukas (1999), bahwa

kemampuan manajerial ( Managerial Competence) adalah: “Daya

kesanggupan dalam menggerakkan orang-orang dan menggerakkan fasilitas-

fasilitas dalam suatu organisasi. Nilai dalam manajemen sangat menentukan

oleh karena nilai demikian berkenaan dengan aktivitas pokok yaitu

memimpin suatu organisasi yang bersangkutan. Nilai ini dikenakan terutama

kepada manajer organisasi itu. Kadangkala daya kemampuan ini disebut juga

atau dikatagorikan dalam kemahiran manajemen”.

Peter F Drucker yang dikutip dalam jurnal Muhamad Nursadik (2004)

mengungkapkan bahwa “tugas utama dari seorang manajer profesional

adalah bagaimana meningkatkan customer (meningkatkan pelanggan).

Dalam konsep ini dikatakan bahwa seorang manajer profesional yang

pertama-tama harus diketahuinya adalah tujuan perusahaannya. Berangkat

dari tujuan perusahaan tersebut semua stafnya harus mengetahui dengan jelas

dan memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang kerjanya untuk

mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan”.

Tanggung jawab dari seorang manajer yang profesional adalah

memberikan sugesti dan selalu mendengarkan dari staf kemungkinan

penyelesaian masalah dalam suatu persoalan yang spesifik. Dan yang tak

Page 32: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

kalah pentingnya adalah memberikan kesempatan kepada staf untuk

melakukan sesuatu yang dianggap penting dibanding kalau staf itu tinggal

mau menerima perintah baru mengerjakan sesuatu.

Maman Ukas (1999) mengemukakan, sesuai dengan kode etik dari

manajer yang salah satunya mencari dan merekomendasi untuk menaikan

produktivitas dan efisiensi harus didukung oleh kemampuan manajerial dari

seorang manajer. Selanjutnya, Maman Ukas (1999) menyatakan manajer

yang memilki kemampuan manajerial (manajer kompeten) adalah seorang

yang memiliki kompetensi manajerial, yaitu memiliki pengetahuan, dan

sikap perilaku yang turut berkontribusi terhadap penampilan manajerial yang

efektif. Karena seseorang akan mampu mengelola organisasi apabila ia

memiliki kecakapan manajerial (managerial competensy) yaitu suatu

keterampilan atau karakteristik personal yang membantu tercapainya kinerja

yang tinggi dalam tugas manajemen.

Manajer SDM

Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas SDM di dalam perusahaan.

Mengelola, mengkoordinasi, dan menyelaraskan seluruh aktivitas yang

berhubungan dengan SDM untuk mendukung kebutuhan usaha.

Mengkoordinasikan resolusi kebijakan-kebijakan SDM yang khusus/

terperinci, permasalahan seputar prosedur, dan permintaan atas keterangan.

Mencapai kebutuhan tenaga kerja yang efektif melalui proses seleksi dan

rekrutmen di seluruh level, baik internal maupun eksternal. Tanggung jawab

Utama :

a. Menetapkan dan menjaga prosedur dan kebijakan SDM,

mengkoordinasi dan melaksanakan aktivitas pengembangan dan

pelatihan, strategi-strategi perekrutan, membantu memudahkan

program perencanaan penerusan manajemen, mengikuti

Page 33: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

perkembangan hukum dalam ketenagakerjaan dan hubungan

industri, menjaga hubungan dengan pegawai pemerintahan yang

bersangkutan, memeriksa praktek-praktek SDM dan mendukung

divisi-divisi dalam mencapai tujuan bisnis perusahaan.

b. Menyediakan nasihat dan dukungan untuk manajemen atas isu atau

masalah yang berhubungan dengan sumber daya yang

diperlukan, desain dan pengembangan organisasi, pengembangan

dan pembelajaran, pengelolaan performa/ kinerja, kompensasi dan

tunjangan, dan masalah-masalah SDM lainnya.

c. Menyelaraskan SDM dengan strategi bisnis untuk menciptakan

hasil yang selaras dengan kesuksesan bisnis.

d. Meningkatkan performa organisasi dan karyawan melalui motivasi

dan kesempatan pengembangan diri yang menyelaraskan tujuan

perusahaan dan tujuan pribadi karyawan.

e. Memastikan bahwa segala proses SDM yang berlangsung

difokuskan pada penghematan biaya, kualitas, serta kepuasan jasa

dan pelanggan.

f. Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas SDM, termasuk angkatan

kerja/ ketenaga-kerjaan, kompensasi, hubungan dalam

ketenagakerjaan, tunjangan, serta pelatihan dan pengembangan.

g. Kewajiban-kewajiban lain seperti yang telah ditugaskan.

Manajer Pemasaran

Tanggung Jawab Utama adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan strategi pemasaran.

b. Mengadakan pembinaan dan pengembangan jalur pemasaran.

c. Menyelenggarakan riset pasar

d. Mengupayakan dan memenuhi undangan tender yang didapat.

Page 34: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

e. Mengkoordinasikan proses penawaran dengan fungsi terkait.

f. Menyajikan informasi harga perkiraan dari pemilik/pesaing.

g. Melaksanakan penerapan sistem manajemen mutu yang

dikembangkan perusahaan.

h. Membina fungsi di lingkungannya dan SDM yang menjadi

tanggung jawabnya sesuai dengan arah perkembangan perusahaan.

i. Melaksanakan koordinasi dengan pihak eksternal yang terkait

dengan fungsi pemasaran dalam rangka upaya optimalisasi

perolehan pesanan, undangan tender.

j. Evaluasi tender yang kalah dan kondisi pasar

Supervisor

Posisi Supervisor (Penyelia atau Pengawas) menempati peran yang

sangat crucial di dalam suatu organisasi. Di satu sisi, sebagai wakil

Management yang terdekat dengan karyawan, ia memiliki fungsi yang vital

karena harus mampu menjadi jembatan untuk menerjemahkan Visi dan Misi

Perusahaan kemudian menderivasinya untuk diimplementasikan bersama-

sama dengan anak buahnya. Di sisi lain, Supervisor mengemban amanah

untuk mampu menyerap dan mengkomunikasikan aspirasi karyawan sebagai

masukan bagi Perusahaan untuk menjaga situasi dan kondisi yang kondusif

bagi terpeliharanya produktivitas yang maksimal dan kinerja yang optimal.

Secara umum tugas dan tanggung jawab penyelia dalam usaha

keselamatan dan kesehatan kerja hanyalah singkat yaitu : memimpin

pelaksanaan produksi secara aman. Tampak jelas bahwa penyelia merupakan

salah satu pejabat lini yang harus bertanggung jawab terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja yang dipimpinnya (termasuk keslamatan dan kesehatan

bawahannya selama bekerja ). Memang ia bukan satu – satunya pejabat lini

yang peranannya sangat menentukan dalam usaha keselamatan dan

Page 35: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

kesehatan kerja, tetapi sebagai pimpinan pelaksana kerja ia bertanggung

jawab secara langsung terhadap keselamatan dan kesehatan kerja tersebut.

Untuk memenuhi tanggung jawab diatas, penyelia harus melakukan bebarapa

tugas pengawasan yaitu :

a). melakukan induksi/orientasi bagi pekerja baru dan pindahan dari unit

lain

b). memberi contoh bertingkah laku secara aman, sehat dan selamat

c). memimpin, melatih dan memberikan motivasi kepada bawahannya

agar bertindak secara aman sehat dan selamat

d). melakukan komunikasi yang baik dengan kelompok – kelompok

pekerja yang dipimpinnya

e). memberikan instruksi kerja yang benar dan jelas sehingga dapat

dihindarkan pelaksanaan kerja yang salah

f). menilai proses operasi dan menentukan kemungkinan bahaya yang

ada di unit kerja/ pekerja yang dipimpinnya

g). melaksanakan pengamatan dan analisa pelaksanaan kerja yang aman

(job safety observation & job safety analysis)

h). menentukan cara terbaik untuk mengatasi bahaya serta perbaikan cara

kerja yang tak aman

i). memilih dan menentukan penggunaan alat keselamatan kerja di

daerah yang di pimpinnya

j). mengawasi pelaksanaan pareturan keselamatan dan kesehatan kerja

di daerah yang dipimpinnya

k). melakukan inpeksi berkala yang berencana

hal – hal yang harus diperhatikan dalam inpeksi adalah :

1) alat dan mesin berada dalam keadaan aman untuk digunakan

2) semua perlindungan mesin dan tanda peringatan bahaya pada

tempat yang semestinya

Page 36: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

3) alat pemadam api/ kebakaran dan alat keselamatan kerja

diletakkan/disimpan pada tempat yang semestinya secara baik

4) tidak ada titik- titik atau daerah berbahaya yang tak berpelindung

5) lorong – lorong tak terhalang dan jarak antara mesin diperhatikan

6) tata letak /rumah tangga ( house keeping ) berada dalam keadaan

baik

7) bahan/peralatan kerja kerja disimpan dengan baik di daerah

tempat kerja

8) pekerja mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja

yang berlaku

l). membina kesiagaan unit kerja yang dipimpinnya terhadap keadaan

gawat darurat

m). mengusahakan agar pembuangan bahan buangan pabrik ( limbah.

Ampas, dan gas buang) tidak sampai menimbulkan pencemaran yang

merugikan masyarakat

n). melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan da insiden yang terjadi

dan membuat laporan usul perbaikan untuk mencegah agar hal yang

sama tak terulang kembali

Karyawan

Pekerja dalam istilah K3 adalah orang yang melakukan pekerjaan atau

memberikan jasa yang mendapat upah atas kegiatannya dari perusahaan.

Dalam kaitannya terhadap Sistem Manajemen K3, pekerja memiliki

tanggung jawab, antara lain :

1. Bekerja sesuai dengan peraturan dan persyaratan.

2. Menggunakan peralatan, alat pelindung yang dipersyaratkan

perusahaan.

Page 37: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

3. Melaporkan pada manajemen puncak atau supervisor atas kehilangan

atau kerusakan peralatan pengendali resiko yang dapat berpengaruh

pada K3.

4. Melakukan pekerjaan sesuai prosedur atau instruksi kerja.

5. Tidak memindahkan atau menggunakan secara tidak benar berbagai

peralatan pelindung/pengendali yang dipersyaratkan oleh peraturan,

undang-undang, organisasi.

6. Tidak mengoperasikan atau menggunakan peralatan apapun yang dapat

menimbulkan bahaya bagi pekerja.

7. Melaporkan pada manajemen kondisi ketidaksesuaian apapun yang

terjadi di tempat kerja.

Page 38: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

A. Pengertian

Ketel Uap

Ketel uap adalah pesawat yang digunakan untuk memanaskan air

menjadi uap. Peralatan pesawat penguapan ialah suatu alat yang

dihubungkan pada pesawat uap.

Sumber-sumber bahaya dan akibatnya :

1. Mamometer tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan

ledakan.

2. Safety valve tidak berfungsi mengakibatkan tertahannya tekanan

3. Gelas duga tidak berfungsi mengakibatkan jumlah air tidak

terkontrol.

4. Air pengisi ketel tidak berfungsi mengakibatkan pembengkaan

bejana

5. Boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall

6. Terjadi pemanasan lebih karena kelebihan produksi uap.

7. Tidak berfungsinga pompa air pengisi ketel.

8. Karena perubahan tidak sempurna.

9. Karena boilernya sudah tua sehingga sudah tidak memenuhi syarat.

Page 39: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Gambar 1. Flow Proses Pesawat Uap

Gambar 2. Pesawat Uap

Page 40: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Kunci penting pemakaian ketel uap secara aman

Telah dijelaskan diatas betapa pentingnya suatu ketel Uap pada

perusahaan-perusahaan tertentu, tetapi juga betapa besar potensi bahaya yang

terkandung didalam pemakaian Ketel Uap tersebut. Sebagaimana yang

diatur dalam Peraturan Perundang-undangan K3 yang berlaku di Indonesia,

maka untuk pemakaian suatu Boiler pemakai perlu memperhatikan antara

lain hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam hal pengadaan

Bagi Pengusaha yang akan membeli Ketel Uap yang akan dipakai di

perusahaannya, pilihlah Ketel Uap yang pembuatannya memenuhi

prosedur yang berlaku. Sebagai contoh, misalkan akan membeli Ketel

Uap pipa api ( Fire Tube Boiler ) baru buatan dalam negeri, maka sangat

perlu diperhatikan, apakah Boiler tersebut memiliki dokumen meliputi ;

1) Gambar konstruksi, 2) Gambar detail sambungan, 3) Sertifikat bahan,

4) Perhitungan kekuatan konstruksi, 5) Surat keterangan hasil

Radiography Test dan atau Ultrasonic Test sambungan las dan 6)

Laporan pengawasan pembuatan pesawat uap yang ditandatangani

engineer perusahaan pembuat boiler yang bersangkutan dan Pengawas

Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap.

2. Dalam hal pengoperasian

a. Pemakai jangan mulai memakainya sebelum dilakukan pemeriksaan

dan pengujian pertama oleh Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (

AK3) spesialis Pesawat Uap dari Perusahaan Jasa Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (PJK3) yang memiliki Surat Keputusan Penunjukan

(SKP) dari Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

Kemenakertrans R.I atau Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat

Uap yang kemudian dinyatakan telah memenuhi syarat K3 olehnya

yang dibuktikan dengan diterbitkannya Akte Izin Ketel Uap tersebut

Page 41: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

dari Dinas Tenaga Kerja / Instansi yang berwenang di daerah yang

bersangkutan. Menurut peraturan yang berlaku, khusus untuk Ketel

Uap yang direntalkan, Akte Izinnya diterbitkan oleh Dirjen

Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans R.I.

b. Air umpan Ketel Uap ( Feed Water Boiler ) yang digunakan harus

selalu memenuhi standar dengan melalui proses water treatment. Untuk

mengetahui kepastian memenuhi standar atau tidaknya air umpan

tersebut maka pemakai perlu mengujikannya ke Laboratotium penguji

air yang dinilai mampu dan hasil ujinya akurat. Selanjutnya hasil uji air

umpan bandingkan dengan standar yang berlaku antara lain mengenai ;

pH, kesadahan total, oksigen dan lain-lain dari feed water boiler yang

akan digunakan.

c. Pekerja yang mengoperasikannya harus yang sudah terlatih dan

berpengalaman yang dibuktikan dengan Sertifikat operator Ketel Uap

yang diterbitkan oleh Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

Kemenakertrans R.I. Untuk Ketel Uap berkapasitas 10 Ton/jam atau

lebih, pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifikat operator

Pesawat Uap kelas I, sedangkan untuk Boiler berkapasitas kurang dari

10 Ton/jam , pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifkikat

operator Pesawat Uap kelas II.

d. Ketel Uap yang sedang operasi tidak boleh ditinggalkan oleh operator

yang bertugas melayaninya. Artinya Ketel Uap yang sedang beroperasi

harus selalu ada operator Pesawat Uap yang melayani di ruang Ketel

Uap yang bersangkutan.

e. Setelah beroperasi beberapa lama, maka pemakai wajib memeriksakan

Ketel Uapnya secara berkala kepada AK3 spesialis Pesawat Uap dari

PJK3 yang memiliki SKP dari Dirjen Pembinaan Pengawasan

Kemenakertrans R.I atau kepada Pengawas Ketenagakerjaan spesialis

Page 42: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Pesawat Uap. Untuk Ketel uap yang dipakai di kapal laut perusahaan

pelayaran pemeriksaan berkalanya minimal sekal tiap tahun, untuk

Ketel Uap yang dipakai di darat pemeriksaan berkalanya minimal

sekali tiap 2 tahun, untuk Ketel Lokomotif pemeriksaan berkalanya

minimal sekali tiap 3 tahun.

f. Untuk melakukan perbaikan, penggantian atau perobahan kostruksi

dan atau perlengkapan Ketel Uap, pemakai wajib melaporkan terlebih

dahulu ke Dinas Tenaga Kerja setempat, sehingga pemeriksaan khusus

dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pemakai memperoleh

petunjuk-petunjuk antara lain teknik pengerjaannya, standar bahan,

pengelasan dan sebagainya yang harus dipenuhi.

g. Agar kerak ketel ( scale ) yang terjadi di dalam Ketel Uap tidak

semakin tebal dan keras yang dapat mengakibatkan over heating

( pemanasan lebih ), maka sebaiknya Ketel Uap secara teratur

dilakukan cleaning dengan cara manual, mekanis maupun chemis oleh

orang yang ahlinya. Jika di dalam Ketel Uap bebas scale maka akan

berdampak positip terhadap efisienci dan life time Ketel Uap yang

bersangkutan.

Bejana Tekan

Bejana tekan adalah sesuatu utuk menabung fluida yang bertekanan.

Termasuk bejana tekan adalah bejana penampung, bejana pengangku, botol

baja, pesawat pendingin, reactor Alat perlengkapan dan alat pengaman dari

bejana tekan terdiri dari beberapa perlengkapan yaitu:

1. Alat perlengkapan

Adalah semua perlengkapan yang dipasang pada bejana tekan sesuai

maksud dan tujuan.

2. Alat pengaman

Page 43: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Adalah suatu peralatan yang dapat digunakan bila tekanan dalam

bejana melebihi batas maksimum yang dibutuhkan.

3. Plat nama

Adalah identitas lengkap yang berkaitan dengan bejana dan ditempel

pada dinding bejana.

Menurut sifatnya gas dapat dikelompokan menjadi dua kategori. Beikut

ini adalah pengelompokannya:

1. Gas yang dapat mengurangi kadar zat asam adalah suatu gas yang

dapat bereaksi kimiawi dengan bahan bakar lain.

2. Gas mudah terbakar adalah gas yang mudah bereaksi dengan oksigen

dan menimbulkan kebakaran

Dalam proses ini harus diketahui terlebih dahulu tekanan yang di

butuhkan guna memperhitungkan ketebalan bejana termasuk di dalamnya

ketebalan karena korosi, serta temperatur suhu yang dibutuhkan guna

mempertahankan pada dinding bejana selama bejana dioperasionalkan.

Pemilihan bahan kontruksi terutama ditujukan untuk keperluan keselamatan

kerja serta mendapatkan biaya yang murah dengan tidak terlepas dari

pengaruh zat kimia. Bejana tekan dibedakan menurut bentuk badan (stell),

maupun bentuk front (tutup) atau headnya. Sedangkan kedudukannya

dibedakan menurut sumbu atau garis sentralnya.

Sumber Bahaya dan Akibat yang dapat Ditimbulkan oleh Bejana Tekan

1. Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan,

bila tercampur dengan udara serta sumber panas dapat menimbulkan

kebakaran atau ledakan.

Page 44: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

2. Keracunan dan iritasi. Beberapa jenis gas tertentu mempunyai sifat-sifat

beracun yang sangat membahayakan bagi makluk hidup karena dapat

meracuni darah dalam tubuh melalui sistem pernapasan maupun jaringan

tubuh lainya.

3. Pernapasan tercekik (Aspisia). Sejumlah gas tertentu yang tampaknya

tidak berbahaya karena tidak beracun dan tidak dapat terbakar. tetapi

dapat mengakibatkan kematian apabila gas tersebut telah memenuhi

ruangan tertutup sehingga oksigen dalam ruangan tersebut tidak cukup

lagi memenuhi kebutuhan pernapasan.

4. Peledakan. Semua jenis gas betekanan yang tersimpan di dalam botol baja

maupun tangki gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan

kemasan dalam menahan tekanan gas yang ada didalamnya.

5. Terkena cairan sangat dingin (Crygenic). Apabila terkena cairan yang

sangat dingin, maka cairan tersebur seketika akan menyerap panas tubuh

yang terkena sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka bakar dan

merusak jaringan tubuh, dan luka yang parah dapat menyebabkan

kematian bila tidak mendapatkan pertolongan segera.

Gambar 3. Bejana Tekan 1

Gambar 3. Bejana Tekan

Page 45: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Botol Baja atau Tabung Gas

1. Identitas dengan pewarnaan terdiri dari beberapa kelompok.

a) Kelompok gas penyebab tercekik berwarna Abu-abu

b) Kelompok gas mudah terbakar atau meledak berwarna Merah kecuali

LPG dicat warna biru

c) Kelompok gas beracun berwarna Kuning Tua

d) Kelompok gas yang dapat menyengat berwarna Kuning Muda

e) Kelompok gas untuk keperluan kesehatan berwarna Putih

f) Kelompok gas campuran diberiwarna sesuai dengan jenis campuran

g) Zat asam dan gas-gas lain yang termasuk kelompok gas

pengoksidasian berwarna Biru Muda

2. Identitas dengan huruf, pada bagian botol baja diberi tulisan nama gas

yang diisikan, dibuat huruf balok warna hitam

3. Identitas dengan label, ukuran dan tulisan label disesuaikan dengan jenis,

sifat, dan potensi bahaya serta kapasitas botol baja.

4. Identitas dengan plat nama atau tanda slagletter. Slagletter harus

memberikan keterangan tentang:

a) Nama pemilk

b) Mana penbuat, nomor seri pembatan dan tahun pembeatan

c) Nama gas yang diisikan bukan symbol kimia

d) Berat botol baja tanta gas dan valve

e) Tekanan isis yang diijinkan

f) Berat maksimum gas yang diisikan jenis gas cair

g) Kapasitas tampung air

h) Tanda bahan pengisi bila jenis gas yang diisikan asetylene dan bulan

dan tahun pada waktu uji tekan yang pertama

Page 46: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

B. Instalasi Pipa

Instalansi pipa diberi warna yang berbeda menurut jenis fluida/gas

yang mengalir di dalamnya. Instalansi pipa juga diberi identitas dengan

tanda-tanda sebagai berikut:

1. Nama fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis lengkap, bila

memungkinkan ditulis pada rumus kimianya

2. Besarnya tekanan pada fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis

dengan angka dan satuan tekanan

3. Arah aliran fluida/gas di dalam pipa ditulis dengan tanda panah dengan

warna yang menyolok

C. Dasar Hukum

1. UU Uap tahun 1930

2. Peraturan Uap tahun 1930

3. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

4. Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan

5. Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las

6. Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator

Pesawat Uap

D. Ruang Lingkup

1. Pertimbangan-pertimbangan Desain

a. Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang

cukup dan dapat dibaca dengan jelas

b. Data ukuran-ukuran pesawat serta bagian-bagiannya harus dituliskan

secara jelas

c. Gambar bagian (detail) konstruksi penyambungan antara satu bagian

ke bagian lain harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat

diketahui secara jelas

Page 47: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

d. Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedur sesuai

dengan standar yang jelas

e. Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang

berlaku

2. Penempatan ketel uap. Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus

dimana di dalamnya tidak pasti untuk bekerja. Ketel uap harus

ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan tersendiri yang terpisah

dari ruangan kerja bagian lainnya

3. Penggolongan Bejana Uap

Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dan

operasinya. Ketel uap adalah sebagai penghasil uap sedangkan bejana uap

adalah sebagai penerima uap dalam kelangsungan suatu proses yang

menggunakan instalansi uap.

4. Pengoperasian Pesawat Uap Agar pemeliharaan ketel uap dapat terlaksana

dengan baik, maka perlu diadakan pendidikan dan latihan terhadap

operator ketel uap, juru las untuk pesawat uap, yaitu Pendidikan operator

ketel uap dan Pendidikan dan latihan juru las

E. Pemeriksaan dan Pengujian

Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian serta Penerbitan Ijin

Pesawat uap:

1. Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan dan

pengujian

2. Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan penerbitan ijin pemakaian

3. Prosedur pemeriksaan dan pengujian

4. Prosedur penerbitan ijin pemakaian pesawat uap

Page 48: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Pedoman Pelaksanaan dan Pengujian serta Penerbitan Pengesahan

Pemakaian Bejana Tekan:

1. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh ahli K3 spesialis pesawat

uap dan bejana tekan

2. Persyaratan keselamatan kerja harus dipatuhi bagi suatu bejana tekan

dan ketentuan teknis pelaksanaan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

dan pengujian serta penertiban pengesahan pemakaian bejana tekan,

harus mentaati undang-undang dan pertauran yang berlaku.

Page 49: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Daftar Nama Kontributor

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Gunadarma Kalimalang

Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013

Kelas 3ID03 Kelas 3ID04 Kelas 3ID05

Gangsar Novianto Faisal Abdul Kahfi Febika Wahyu Sa'ban

Andi Setiawan Khoiriah Hadi N Muhammad Hari M

Achmad Taufik Irfan Zidny Ivan Varian P

Amalina Shadrina Muhamad Fajar Hardiono Panjaitan

Matius Andika Linda Setianingsih Andika Febriyanto

Latipah Annum Nasution Hadi Dwi Cahyadi Varina Larasati

Sri Purwanti Fadila Paramitha Feri

Maulana Aji F Asep Solihin Eep Supriyadi

Fahrudin Ferdiansyah Amrin Yahya Deden Hamdani

Deny Purnomo Fitria Rachmawati Hendra Wahyudi

Jaenudin Furkanny Anggy Andryan

Elvis Romiko Aris Prasetyo Wibowo Heri Prasetyo

Rendra D Siti Istiqomah Desmon Aryanto M

Arief Setyo Nugroho Dody Selistyo Lukman Hakim N

Ryan Fathi Rusmana Ferryanto Rahmat Riyanto

Putri Kendaliman Sudrajat Dendi Prayoga

Rizal Maolana Cahyo Purwanto Heru Trijayanto

Rony Rama Senda Eko Saptiyanto M. Faris R

Ruth Giovanny Cindy Leoni Hendry Wijayono

Sutrisno Adityo Dedy Kurniawan Angga Saputra

Tegar Arividian Wibowo Rieja Purnama Habiburrohman

Khairan Mosa R Galang Fernando Nugroho

Kriswanto Albert P Cicilia Ratri Fabriyanto

Nur Ihsan A Oktafiani

Dudi Suhermansah Ahmad Nasrullah

Erwin Faizal Octaviani Ayuningtyas

Fredi Maulana M. Wildan A

Galih Rakka Siwi Theo P Putra

Hendi Herdian Emiliyawati Natalia T

Intan Kartikaningrum Sumadi Firmansyah

Ari Maulana Bagus Pribadi

Page 50: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja K3

Baskoro Adhi Nugroho Agustinus

Dewi Handayani Eki Almaidi

Dewi Yulia Ramadhani Oke Sofyan

Yusuf Iskandarsyah

Adam Badja Manggala

Yogi saputra akbar