INKLUSI: Journal of Disability Studies Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2017, h. 25-48 DOI: 10.14421/ijds.040102 KESEJAHTERAAN SOSIAL TUNAGRAHITA DI PONOROGO LUTFIA ANDRIANA Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga [email protected]Abstract The research of this paper was carried out in Dusun Tanggungrejo, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, a village that seeks to empower their fellow villagers who are down syndrome. The paper answers the question of does the empowerment by the village help the disabled reach their wellbeing. In answering that question, this article uses James Midgley concept of three wellbeing indicators, including the ability to manage social problems; fulfilment of their need; and the potential of the social opportunity. The result of this paper is presented qualitatively to describe the social wellbeing and social activity of persons with down-syndrome. The data was collected through observation, interview, and documentation. The result of this research shows that those with mild and modest syndrome reach the wellbeing. While those who have a severe syndrome, fail to derive their welfare. Keywords: PWD empowerment; People with down-syndrome; the welfare of people with disability.
24
Embed
KESEJAHTERAAN SOSIAL TUNAGRAHITA DI PONOROGO · ayam kampung. Upaya kepala desa tidak berhenti pada program ternak . Kesejahteraan Sosial Tunagrahita di Ponorogo 29 INKLUSI: Journal
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
mencari biji pohon trembesi dan mengupasnya, kemudian dijual dengan
harga dua ribu rupiah per kilogramnya. Tidak hanya menjual biji trembesi,
Mbah Sipon beserta anaknya yang bernama Bodong juga mencari kayu
bakar dan rumput di hutan. Kayu bakar yang sudah didapatkan, biasanya
dijual dengan harga sepuluh ribu rupiah per ikatnya. Sedangkan
rumputnya digunakan untuk memberi makan kambing piaraannya (Sipon,
2015).
Mengenai permasalahan kesehatan, mayoritas warga tunagrahita jarang
mengalami keluhan rasa sakit, sehingga mereka jarang datang ke pusat-
pusat kesehatan terdekat. Misalnya Mbah Sipon beserta keluarganya, sakit
yang pernah dideritanya yaitu sakit kepala. Namun, hanya digunakan
untuk istirahat, setelah itu sakitnya sembuh (Sipon, 2015). Begitu juga
dengan Bapak Toirin seorang tunagrahita kategori sedang yang “sangat
jarang mengalami sakit, hanya sekedar merasakan capeknya tubuh,
Kesejahteraan Sosial Tunagrahita di Ponorogo
► 39
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1
Jan-Jun 2017
sehingga hanya dengan dipijat sudah hilang rasa capeknya.” (Poniyem,
2015) Aktivitas yang dilakukan sehari-harinya yaitu bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti buruh tani, mencangkul di sawah,
membantu tetangganya untuk memanen kacang tanah, dan menjemur
kunir yang telah diiris tipis-tipis.
Selain dengan bekerja, pemenuhan kebutuhan tunagrahita didapatkan
dari adanya bantuan beras miskin (raskin). Makanan yang dikonsumsi
sehari-hari juga seadanya, misalnya nasi (beras) dan terkadang juga nasi
tiwul (singkong) dengan berbagai lauk pauk dan sayur. Nasi tiwul
bukanlah makanan pengganti nasi putih (beras) bagi masyarakat Dusun
Tanggungrejo, melainkan sebagai pelengkap. Selain sebagai pelengkap
nasi putih, nasi tiwul menjadi makanan khas di Dusun Tanggungrejo
Desa Karangpatihan, bahkan mayoritas masyarakat Dusun Tanggungrejo
mempunyai tanaman singkong dan terkadang mengkonsumsi nasi tiwul
tiga kali dalam seminggu, selebihnya dijual untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Pada tunagrahita kategori berat, mereka sudah tidak mampu bekerja
guna memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka hanya
bergantung kepada orang lain, terutama kepada keluarganya. Mereka
hanya berdiam diri di rumah dan tidak melakukan aktivitas produktif
apapun. Melainkan hanya mandi, makan, mencuci baju sendiri, dan jalan-
jalan tidak bertujuan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Katemi
bahwa anaknya yang bernama Sarikem (tunagrahita kategori berat) tidak
bisa bekerja, aktivitas yang dilakukan sehari-hari yaitu duduk, makan,
minum, mencuci pakaian jika diperintah, mandi, dan tidur (Katemi, 2015).
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Mbah Sipon (tunagrahita kategori
ringan) yang juga mempunyai anak tunagrahita kategori berat dengan
nama Jamun. Aktivitas sehari-hari yang dilakukan Pak Jamun adalah
duduk di depan rumah, jalan-jalan di sekitar rumahnya, makan, mandi,
dan mencuci pakaian. Biasanya ketika diperintah oleh Ibunya, Pak Jamun
selalu menolaknya (Sipon, 2015).
Menurut Kepala Desa, secara pendidikan tunagrahita dewasa tidak
memiliki latar belakang pendidikan seperti Sekolah Dasar, SMP, ataupun
Lutfia Andriana
40 ◄
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1,
Jan-Jun 2017
Sekolah Menengah Atas, akan tetapi mereka mendapatkan pelatihan
pembuatan keset dan beternak. Sedangkan anak dengan tunagrahita pada
usia Sekolah Dasar, mendapatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 4
Karangpatihan yang sudah dinyatakan sebagai sekolah inklusi.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan beberapa informan,
secara kesehatan, tunagrahita jarang mengalami sakit, sehingga mereka
jarang pergi ke pusat-pusat kesehatan terdekat. Kecuali mereka
mengalami kecelakaan, misalnya jatuh akibat bekerja (keseleo) ataupun
kecelakaan di jalan. Sedangkan jika hanya menderita sakit kepala, mereka
hanya beristirahat di rumah.
Secara keamanan, lingkungan Dusun Tanggungrejo Desa
Karangpatihan sangatlah aman, sehingga tidak pernah ada pencurian
ataupun kegaduhan. Hal itu dikarenakan Desa Karangpatihan jauh dari
pusat perkotaan dan mayoritas masyarakatnya mempunyai keberfungsian
sosial yang tinggi, sehingga tidak pernah ada konflik antar tetangga
bahkan antar warga masyarakat Dusun Tanggungrejo.
Berdasarkan hasil pemaparan di atas, bahwasannya mayoritas
tunagrahita kategori ringan dan sedang sudah mampu dalam memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Misalnya masalah keuangan, tunagrahita
mampu dalam mengais rizki melalui bekerja di tempat orang lain dan
berdagang. Secara pangan, mereka terpenuhi meskipun dengan lauk pauk
seadanya. Karena mereka mendapatkan bantuan beras miskin dari
pemerintah dan adanya berbagai macam tanaman sayur mayur dan buah-
buahan yang tumbuh di pekarangan rumahnya, sehingga dari tanaman
jenis sayuran yang tumbuh di pekarangan tersebut bisa diolah menjadi
makanan, misalnya daun pepaya, daun singkong, daun kenikir, dan daun
bayam. Sedangkan tanaman dari jenis buah-buahan meliputi pohon
mangga, pohon pisang, pohon pepaya, pohon jambu biji, dan pohon
jambu monyet atau mente yang buahnya dapat dikonsumsi pada
musimnya.
Pada permasalahan kesehatan, meskipun tunagrahita jarang sakit, akan
tetapi di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan terdapat pusat
kesehatan yang mudah dijangkau dan bertugas melayani kesehatan
Kesejahteraan Sosial Tunagrahita di Ponorogo
► 41
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1
Jan-Jun 2017
masyarakat terutama tunagrahita. Tidak hanya masalah kesehatan,
keamanan di lingkungan Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan juga
terjaga. Sehingga tidak ada konflik yang terjadi antar warga terutama
tunagrahita.
Sedangkan pada tunagrahita kategori berat, mereka hanya bergantung
kepada orang lain, terutama keluarganya. Karena mereka tidak mampu
bekerja dan mengikuti pelatihan yang terdapat di Dusun Tanggungrejo
Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo, seperti
keterampilan pembuatan keset dari kain perca. Namun, orang-orang
tunagrahita kategori berat ini mampu beraktifitas dalam kehidupan
sehari-hari seperti mencuci pakaian, mandi, makan, minum, buang air
besar, dan buang air kecil. Meskipun mereka tidak dapat bekerja, mereka
mempunyai jiwa sosial yang tinggi, seperti ketika bertemu dengan
seseorang dan merasa diperhatikan, mereka sangat senang seakan-akan
mereka ingin terus mengajak berbincang-bincang orang tersebut. Karena
dengan keterbatasannya dalam berkomunikasi, sehingga seseorang
mengalami kesulitan dalam memahami.
3. Peluang Sosial Masyarakat bagi Tunagrahita
Selain dua ukuran kondisi kesejahteraan sosial di atas, ukuran yang ketiga
yaitu ketika peluang sosial dalam masyarakat terbuka secara maksimal
untuk para tunagrahita guna mencapai kesejahteraan sosial. Peluang-
peluang tersebut tidak hanya berasal dari pemerintah Kabupaten
Ponorogo saja, melainkan juga berasal dari Dusun Tanggungrejo Desa
Karangpatihan sendiri.
Adapun peluang-peluang sosial yang terdapat di Desa Karangpatihan
yaitu adanya lembaga Balai Latihan Kerja (BLK) yang kegiatannya
meliputi keterampilan pembuatan keset dari kain perca dan tasbih.
Kegiatan pelatihan ini biasanya dilakukan di rumah Bapak Samuji selaku
koordinasi dari Balai Latihan Kerja. Namun, karena setiap orang
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, pelatihan pembuatan keset
hanya diminati dan diikuti oleh 12 orang warga tunagrahita dengan
kategori ringan dan sedang, karena orang tunagrahita lainnya tidak
mampu di bidang pembuatan keset dan tasbih.
Lutfia Andriana
42 ◄
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1,
Jan-Jun 2017
Gambar 2
Pendampingan Pembuatan Keset dari Kain Perca
Proses pemasaran untuk hasil yang telah jadi, biasanya dijual ketika
ada kunjungan dari masyarakat luar dan pameran hasil karya desa
ataupun expo desa. Pameran desa ini dilakukan setiap satu tahun sekali.
Meskipun proses penjualannya membutuhkan waktu yang cukup lama,
para tunagrahita pengrajin keset telah dibayar sejak mereka mampu
menyelesaikan pembuatan keset. Imbalan yang diberikan menyesuaikan
dengan berapa keset yang mereka hasilkan (Samuji, 2015).
Berdasarkan keuntungan yang didapat tiap kesetnya belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, karena dalam sehari warga
tunagrahita hanya mampu membuat satu keset. Oleh karena itu, seperti
pada gambar di atas, Mbah Sipon dengan dua anaknya merupakan
tunagrahita, menambah penghasilan dengan cara mengupas kulit biji
pohon trembesi di sore hari untuk dijual. Proses penjualannya mereka
titipkan ke tetangganya untuk di jual di pasar.
Selain mengadakan pelatihan pembuatan keset, pemerintah
Kabupaten Ponorogo juga memberikan kartu Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) kepada para warga tunagrahita guna
Kesejahteraan Sosial Tunagrahita di Ponorogo
► 43
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1
Jan-Jun 2017
mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis, seperti Pak Bodong
tunagrahita kategori sedang, Pak Jamun tunagrahita kategori berat, Bu
Parmi tunagrahita kategori ringan yang juga mengikuti pelatihan
pembuatan keset, Pak Toirin tunagrahita kategori sedang, Pak Panimin
Doweh tunagrahita kategori berat, Pak Gimun tunagrahita kategori
ringan, Bu Sarikem tunagrahita kategori berat, Pak Ganimin tunagrahita
kategori sedang, dan Bu Wiji tunagrahita kategori ringan.
Selain upaya-upaya di atas, Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo juga
membagikan hewan ternak kepada beberapa warga tunagrahita untuk
dipelihara, dikembangbiakkan, dan sebagai modal di masa depan. Hewan
ternak itu seperti ayam kampung, kambing, dan lele. Setiap warga
tunagrahita ada yang mendapatkan ketiga jenis hewan ternak tersebut,
tetapi ada pula yang hanya mendapatkan satu atau dua jenis hewan ternak
saja. Seperti halnya Bapak Toirin seorang tunagrahita kategori sedang dan
Ibu Sarikem tunagrahita kategori berat, mereka hanya mendapatkan
bantuan berupa lele.
Gambar 3
SD Inklusi di Karangpatihan
Lutfia Andriana
44 ◄
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1,
Jan-Jun 2017
Pada sektor pendidikan, mengingat cukup banyak anak tunagrahita di
Dusun Tanggungrejo, Pemerintah Dinas Pendidikan Kabupaten
Ponorogo memutuskan Sekolah Dasar Negeri 4 Karangpatihan (Lihat
Gambar 3) sebagai sekolah inklusi yang mayoritas siswanya adalah
tunagrahita dan berasal dari Dusun Tanggungrejo.
Selain itu juga, pemerintah juga memberikan bantuan berupa beras
miskin kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan, terutama
warga tunagrahita. Beras miskin yang diberikan kepada orang-orang
tunagrahita tiap Kartu Keluarga sebesar 15 kilogram (Katiran, 2015).
Pemerintah juga pernah memberikan bantuan berupa bedah rumah
untuk para tunagrahita yang memiliki rumah kurang layak huni.
Bukan hanya berupa bantuan-bantuan, pelatihan, dan juga
pemberdayaan yang diberikan masyarakat Desa Karangpatihan kepada
warga tunagrahita, akan tetapi juga mudahnya terselenggaranya
pernikahan, baik antara warga tunagrahita satu dengan warga tunagrahita
yang lain maupun warga tunagrahita dengan orang normal. Hal itu
membuktikan adanya peluang masyarakat yang terbuka secara lebar bagi
warga tunagrahita yang tidak hanya berupa materi, melainkan juga sosial
dan spiritualnya.
D. Kesimpulan
Secara ukuran kesejahteraan sosial, warga tunagrahita kategori ringan dan
sedang dapat dikatakan sejahtera karena mereka masih berfungsi secara
sosial. Hal ini dapat dilihat dari indikator kesejahteraan sosial menurut
James Midgley, bahwa relasi yang terjalin antara tunagrahita dengan
masyarakat Dusun Tanggungrejo cukup baik dan tidak pernah terjadi
konflik sosial dengan masyarakat. Hubungan tunagrahita dengan
masyarakat bahkan saling timbal balik dan menguntungkan. Secara
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, warga tunagrahita mampu mencukupi
kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja serabutan seperti berjualan,
membantu orang lain, dan buruh tani, serta mendapatkan bantuan dari
pemerintah seperti beras miskin dan hewan ternak. Sedangkan peluang
masyarakat yang bisa dijangkau dan dimanfaatkan tunagrahita juga sudah
Kesejahteraan Sosial Tunagrahita di Ponorogo
► 45
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1
Jan-Jun 2017
tersedia di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan seperti pendidikan,
kesehatan, pelatihan kerja, dan keperluan masyarakat, namun karena
setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, misalnya pada
pelatihan pembuatan keset, jadi hanya beberapa orang tunagrahita yang
mengikuti pelatihan tersebut. Peluang masyarakat tidak hanya berupa
materi, akan tetapi juga sosial dan spiritual.
Warga tunagrahita Dusun Tanggungrejo kategori berat tidak bisa
dikatakan sejahtera, karena mereka tidak mampu bekerja dan hanya bisa
bergantung pada orang lain terutama keluarganya. Namun, tunagrahita
kategori berat masih mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya seperti
mandi, makan, minum, mencuci pakaian, memakai pakaian, buang air
besar, dan buang air kecil. Bahkan warga tunagrahita kategori berat ini
juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal itu dapat dilihat dari
keinginannya dalam berkomunikasi langsung dengan orang-orang di
sekelilingnya.
E. Pengakuan
Artikel ini bersumber dan diolah dari penelitian untuk skripsi di Prodi
Ilmu Kesejahteraan Sosial, UIN Sunan Kalijaga, dengan judul asli:
Kesejahteraan Sosial Tunagrahita (Studi Kasus di Dusun Tanggungrejo Desa
Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo), tahun 2016.
Lutfia Andriana
46 ◄
INKLUSI:
Journal of
Disability Studies,
Vol. 4, No. 1,
Jan-Jun 2017
Daftar Pustaka
Aji Akbar Titimangsa. (2014). Kajian Karakteristik, Persebaran Dan Kebijakan Reog Ponorogo di Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur (Skripsi). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Basori, A. (Ed.). (2015). Hidup dalam Kerentanan: Narasi Kecil Keluarga Difabel (Cetakan pertama). Berbah, Sleman, Yogyakarta: Insist Press.
Data Tunagrahita Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. (2014). Tidak Diterbitkan.
Eko Mulyadi. (2015, June 20).
Eko Mulyadi, Dari “Kampung Idiot” Ponorogo Untuk Indonesia oleh Felix Kusmanto - Kompasiana.com. (n.d.). Retrieved June 23, 2015, from https://www.kompasiana.com/felixkusmanto/eko-mulyadi-dari-kampung-idiot-ponorogo-untuk-indonesia_552983d0f17e616a7dd623ae
“Eko Mulyadi Kepala Desa Muda Kreatif Tulus Mengabdi di Karangpatihan Ponorogo.” (n.d.). Liputan6 Siang. Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=0Bv1nVBlSCw
Huda, M. J. N. (2009). Imajinasi Identitas Sosial Komunitas Reog Ponorogo. Cetakan 1. Balong, Ponorogo: Tips. Retrieved from https://search.library.wisc.edu/catalog/9910084477702121
Katemi. (2015, September 28).
Katiran. (2015, September 27).
Mahendra Ramadhianto. (n.d.). Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Bagi Penyandang Cacat (studi Implementasi Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo). Retrieved March 15, 2015, from http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/291/284
Miftachul Huda. (2009). Pekerjaan sosial & kesejahteraan sosial: sebuah pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Miftachul Huda. (2013). Ilmu Kesejahteraan Sosial Paradigma dan Teori. Yogyakarta: Samudra Biru.
Poniyem. (2015, September 28).
Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, 6 § (1974). Retrieved from http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/418/node/926/
Profil Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. (2015). Tidak Diterbitkan.
Ramawati, D., Allenidekania, A., & Besral, B. (2012). Kemampuan Perawatan Diri Anak Tuna Grahita Berdasarkan Faktor Eksternal dan Internal Anak. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(2), 89–96. https://doi.org/10.7454/jki.v15i2.32
Samuji. (2015, August 15).
Sipon. (2015, September 4).
Tatik. (2015, September 14).
Tim Mitra Guru. (2007). Sosiologi (Vol. 2). ESIS.
Yayuk Nuryati. (2014). Keberlangsungan dan Pergeseran Peran Warok Dalam Pertunjukan Reyog Ponorogo (Tesis). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.