KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Ekonomi Makro Dosen Pengampu: Ulul Hidayati Rofi’ah, SE.Sy, M.Sy Prodi: Ekonomi Syariah Disusun Oleh: Amalia Damayanti Muhammad Widiyan Akbar SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG 2016
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Daftar pustaka....................................................................................................22
~ 4 ~
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem
perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan
keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah
tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa dilakukan dengan
membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan
terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga
untuk melakukan konsumsi disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC). Sedangkan
kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut dengan Marginal
Propensity to Save (MPS).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari perekonomian 2 sektor?
2. Bagaimana hubungan antara konsumsi dan pendapatan?
3. Bagaimana fungsi konsumsi dan tabungan?
4. Apakah investasi (penanaman modal) itu?.
5. Apa penentu-penentu tingkat kegiatan ekonomi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian dari perekonomian 2 sektor
2. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dan pendapatan
3. Untuk mengetahui fungsi konsumsi dan tabungan
4. Untuk mengetahui investasi (penanaman modal)
5. Untuk mengetahui penentu-penentu tingkat kegiatan ekonomi
~ 5 ~
BAB II
PEMBAHASAN
Yang dimaksudkan dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri
dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti dalam perekonomian itu dimisalkan tidak
terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar negeri.
Siklus Aliran Pendapatan dalam Perekonomian 2 Sektor
Ciri-Ciri Aliran Pendapatan Dua Sektor:
Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga.
Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan
untung.
Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi,
yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung
dalam institusi- institusi keuangan.
Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan
meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga.
A. HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI DAN PENDAPATAN
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara seunit
kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting adalah pendapatan rumah tangga. Tabel
~ 6 ~
yang menggambarkan hubungan diantara konsumsi rumah tangga dan pendapatannya dinamakan
daftar (skedul) konsumsi. Daftar konsumsi pada dasarnya menggambarkan besarnya konsumsi
rumah tangga pada tingkat pendapatan yang berubah-ubah. Misalnya seperti dapat dilihat dalam
Tabel dibawah ini, pada waktu pendapatan seseorang adalah Rp 500 ribu, konsumsinya adalah
Rp 500 ribu. Pada waktu pendapatannya Rp 900 ribu, konsumsinya adalah Rp 800 ribu. Tabel
dibawah ini secara terperinci menunjukkan hubungan diantara tingkat pendapatan disposebel
dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.
Pendapatan disposebel (Yd)
(2)
Pengeluaran konsumsi (C)
(2)
Tabungan (S)
(3)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
125
200
275
350
425
500
575
650
725
800
875
-125
-100
-75
-50
-25
0
25
50
75
100
125
Tabel 1
Dalam kolom (1) ditunjukkan berbagai tingkat pendapatan disposebel yang mungkin
diterima oleh suatu rumah tangga, sedangkan dalam kolom (2) ditunjukkan berbagai jumlah
pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh rumah tangga tersebut. Jumlah tabungan (atau
kelebiham pendapatan sesudah melakukan pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh
rumah tangga pada berbagai tingkat pendapatan yang mungkin diterimanya) ditunjukkan dalam
kolom (3).
Contoh angka yang dibuat dalam tabel tersebut adalah contoh yang memberikan
gambaran mengenai ciri-ciri khas dari hubungan diantara pengeluaran konsumsi dan pendapatan
disposebel. Ciri-ciri yang digambarkan dalam tabel tersebut adalah:
~ 7 ~
a. Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan. Pada waktu rumah
tangga tidak memperoleh pendapatan, yaitu pendapatan disposebel adalah nol (Yd = 0),
pengeluaran konsumsi adalah Rp 125 ribu. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan
harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan
negatif, atau mengorek tabungan (dissaving) akan selalu dilakukan oleh rumah tangga
apabila pendapatannya masih dibawah Rp 500 ribu.
b. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi. Biasanya pertambahan
pendapatan adalah lebih tinggi daripada perubahan konsumsi. Contoh dalam tabel
tersebut menunjukkan, apabila pendapatan bertambah sebanyak Rp 100 ribu, konsumsi
bertambah sebanyak Rp 75 ribu. Sisa pertambahan pendapatan itu (Rp 25 ribu) ditabung.
c. Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung. Disebabkan pertambahan
pendapatan selalu lebih besar dari pertambahan konsumsi maka pada akhirnya rumah
tangga tidak “mengorek tabungan lagi”. Ia akan mampu menabung sebagian dari
pendapatannya. Contoh dalam tabel tersebut menunjukkan, apabila pendapatan rumah
tangga lebih dari Rp 500 ribu, konsumsinya lebih rendah dari pendapatannya. Sebagai
contoh, pada pendapatan Rp 900 ribu, konsumsi adalah Rp 800 ribu, dan ini
menunjukkan rumah tangga sudah menabung sebanyak Rp 100 ribu.1
Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung
1. Defenisi Kecondongan Mengkonsumsi (Propensity to Consume)
Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal (MPC) didefenisikan sebagai perbandingan antara
pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (∆Yd)
yang diperoleh. Rumusnya : MPC = ∆C/∆Yd
Kecondongan Mengkonsumsi Rata-Rata (APC) didefenisikan sebagai perbandingan
antara tingkat konsumsi (C) dengan pendapatan disposibel (Yd) ketika konsumsi tersebut
dilakukan. Rumusnya : Apc = C/Yd2
1 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 109 2 http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html
~ 8 ~
Pendapatan
disposebel
(Yd)
(1)
Pengeluaran konsumsi
(C)
(2)
Kecondongan
memngkonsumsi
marjinal (MPC)
(3)
Kecondongan
mengkonsumsi rata-
rata (APC)
(4)
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
Rp 300 ribu
450 ribu
600 ribu
750 ribu
Rp 300 ribu
450 ribu
600 ribu
750 ribu
150/200=0,75
150/200=0,75
150/200=0,75
160/200= 0,80
150/200= 0,75
140/200= 0,70
300/200= 1,50
450/400= 1,125
600/600= 1,00
750/800= 0,9375
300/200= 1,50
460/400= 1,15
610/600= 1,017
750/800= 0,9375
Tabel 2: Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal dan Rata-Rata
Definisi Kecondongan Menabung (Propensity to Save)
Kecondongan Menabung Marjinal (MPS) didefenisikan sebagai perbandingan antara
pertambahan tabungan (∆S) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel
(∆Yd) yang diperoleh. Rumusnya : MPS = ∆S/∆Yd
Kecondongan Menabung Rata-Rata (APS) didefenisikan sebagai perbandingan antara
tingkat tabungan (S) dengan pendapatan disposibel (Yd). Rumusnya : APS = S/Yd3