Top Banner
KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Ekonomi Makro Dosen Pengampu: Ulul Hidayati Rofi’ah, SE.Sy, M.Sy Prodi: Ekonomi Syariah Disusun Oleh: Amalia Damayanti Muhammad Widiyan Akbar SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG 2016
22

Keseimbangan ekonomi 2 sektor

Jan 22, 2018

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

KESEIMBANGAN EKONOMI

DUA SEKTOR

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah: Ekonomi Makro

Dosen Pengampu: Ulul Hidayati Rofi’ah, SE.Sy, M.Sy

Prodi: Ekonomi Syariah

Disusun Oleh:

Amalia Damayanti

Muhammad Widiyan Akbar

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

2016

Page 2: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 2 ~

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya

Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta

Keluarga, Sahabat dan para penerus risalahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan

makalah Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor, guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi

Makro.

Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besar nya kepada:.

1. Ulul Hidayati Rofi’ah, SE.Sy, M.Sy dosen mata kuliah Ekonomi Makro.

2. Orang tua yang selalu memberi dukungan pada kami .

3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini .

Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mempermudah proses belajar dan

bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya . Serta kami menerima kritik

dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun agar tercapainya kesempurnaan makalah

ini.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh .

Tulungagung, 21 Februari 2016

Tim Penyusun

Page 3: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 3 ~

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2

Daftar Isi..................................................................................................................3

Bab 1 : Pendahuluan

A. Latar belakang..............................................................................................4

B. Rumusan masalah.........................................................................................4

C. Tujuan..........................................................................................................4

Bab 2 : Pembahasan

A. Hubungan Antara Konsumsi dan Pendapatan..............................................5

B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan.................................................................10

C. Investasi.......................................................................................................14

D. Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi........................................................20

Bab 3 : Penutup

Kesimpulan........................................................................................................21

Daftar pustaka....................................................................................................22

Page 4: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 4 ~

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem

perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan

keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah

tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.

Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa dilakukan dengan

membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan

terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga

untuk melakukan konsumsi disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC). Sedangkan

kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut dengan Marginal

Propensity to Save (MPS).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari perekonomian 2 sektor?

2. Bagaimana hubungan antara konsumsi dan pendapatan?

3. Bagaimana fungsi konsumsi dan tabungan?

4. Apakah investasi (penanaman modal) itu?.

5. Apa penentu-penentu tingkat kegiatan ekonomi?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian pengertian dari perekonomian 2 sektor

2. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dan pendapatan

3. Untuk mengetahui fungsi konsumsi dan tabungan

4. Untuk mengetahui investasi (penanaman modal)

5. Untuk mengetahui penentu-penentu tingkat kegiatan ekonomi

Page 5: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 5 ~

BAB II

PEMBAHASAN

Yang dimaksudkan dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri

dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti dalam perekonomian itu dimisalkan tidak

terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar negeri.

Siklus Aliran Pendapatan dalam Perekonomian 2 Sektor

Ciri-Ciri Aliran Pendapatan Dua Sektor:

Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga.

Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan

untung.

Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi,

yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.

Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung

dalam institusi- institusi keuangan.

Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan

meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga.

A. HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI DAN PENDAPATAN

Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara seunit

kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting adalah pendapatan rumah tangga. Tabel

Page 6: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 6 ~

yang menggambarkan hubungan diantara konsumsi rumah tangga dan pendapatannya dinamakan

daftar (skedul) konsumsi. Daftar konsumsi pada dasarnya menggambarkan besarnya konsumsi

rumah tangga pada tingkat pendapatan yang berubah-ubah. Misalnya seperti dapat dilihat dalam

Tabel dibawah ini, pada waktu pendapatan seseorang adalah Rp 500 ribu, konsumsinya adalah

Rp 500 ribu. Pada waktu pendapatannya Rp 900 ribu, konsumsinya adalah Rp 800 ribu. Tabel

dibawah ini secara terperinci menunjukkan hubungan diantara tingkat pendapatan disposebel

dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.

Pendapatan disposebel (Yd)

(2)

Pengeluaran konsumsi (C)

(2)

Tabungan (S)

(3)

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

125

200

275

350

425

500

575

650

725

800

875

-125

-100

-75

-50

-25

0

25

50

75

100

125

Tabel 1

Dalam kolom (1) ditunjukkan berbagai tingkat pendapatan disposebel yang mungkin

diterima oleh suatu rumah tangga, sedangkan dalam kolom (2) ditunjukkan berbagai jumlah

pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh rumah tangga tersebut. Jumlah tabungan (atau

kelebiham pendapatan sesudah melakukan pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh

rumah tangga pada berbagai tingkat pendapatan yang mungkin diterimanya) ditunjukkan dalam

kolom (3).

Contoh angka yang dibuat dalam tabel tersebut adalah contoh yang memberikan

gambaran mengenai ciri-ciri khas dari hubungan diantara pengeluaran konsumsi dan pendapatan

disposebel. Ciri-ciri yang digambarkan dalam tabel tersebut adalah:

Page 7: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 7 ~

a. Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan. Pada waktu rumah

tangga tidak memperoleh pendapatan, yaitu pendapatan disposebel adalah nol (Yd = 0),

pengeluaran konsumsi adalah Rp 125 ribu. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan

harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan

negatif, atau mengorek tabungan (dissaving) akan selalu dilakukan oleh rumah tangga

apabila pendapatannya masih dibawah Rp 500 ribu.

b. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi. Biasanya pertambahan

pendapatan adalah lebih tinggi daripada perubahan konsumsi. Contoh dalam tabel

tersebut menunjukkan, apabila pendapatan bertambah sebanyak Rp 100 ribu, konsumsi

bertambah sebanyak Rp 75 ribu. Sisa pertambahan pendapatan itu (Rp 25 ribu) ditabung.

c. Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung. Disebabkan pertambahan

pendapatan selalu lebih besar dari pertambahan konsumsi maka pada akhirnya rumah

tangga tidak “mengorek tabungan lagi”. Ia akan mampu menabung sebagian dari

pendapatannya. Contoh dalam tabel tersebut menunjukkan, apabila pendapatan rumah

tangga lebih dari Rp 500 ribu, konsumsinya lebih rendah dari pendapatannya. Sebagai

contoh, pada pendapatan Rp 900 ribu, konsumsi adalah Rp 800 ribu, dan ini

menunjukkan rumah tangga sudah menabung sebanyak Rp 100 ribu.1

Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung

1. Defenisi Kecondongan Mengkonsumsi (Propensity to Consume)

Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal (MPC) didefenisikan sebagai perbandingan antara

pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (∆Yd)

yang diperoleh. Rumusnya : MPC = ∆C/∆Yd

Kecondongan Mengkonsumsi Rata-Rata (APC) didefenisikan sebagai perbandingan

antara tingkat konsumsi (C) dengan pendapatan disposibel (Yd) ketika konsumsi tersebut

dilakukan. Rumusnya : Apc = C/Yd2

1 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 109 2 http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html

Page 8: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 8 ~

Pendapatan

disposebel

(Yd)

(1)

Pengeluaran konsumsi

(C)

(2)

Kecondongan

memngkonsumsi

marjinal (MPC)

(3)

Kecondongan

mengkonsumsi rata-

rata (APC)

(4)

Rp 200 ribu

400 ribu

600 ribu

800 ribu

Rp 200 ribu

400 ribu

600 ribu

800 ribu

Rp 300 ribu

450 ribu

600 ribu

750 ribu

Rp 300 ribu

450 ribu

600 ribu

750 ribu

150/200=0,75

150/200=0,75

150/200=0,75

160/200= 0,80

150/200= 0,75

140/200= 0,70

300/200= 1,50

450/400= 1,125

600/600= 1,00

750/800= 0,9375

300/200= 1,50

460/400= 1,15

610/600= 1,017

750/800= 0,9375

Tabel 2: Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal dan Rata-Rata

Definisi Kecondongan Menabung (Propensity to Save)

Kecondongan Menabung Marjinal (MPS) didefenisikan sebagai perbandingan antara

pertambahan tabungan (∆S) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel

(∆Yd) yang diperoleh. Rumusnya : MPS = ∆S/∆Yd

Kecondongan Menabung Rata-Rata (APS) didefenisikan sebagai perbandingan antara

tingkat tabungan (S) dengan pendapatan disposibel (Yd). Rumusnya : APS = S/Yd3

3 http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html

CONTOH1: MPC TETAP

CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL

Page 9: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 9 ~

Pendapatan

disposebel

(Yd)

(1)

Pengeluaran

konsumsi

(C)

(2)

Tabungan

(S)

(3)

Kecondongan

menabung

marjinal (MPS)

(4)

Kecondongan

menabung rata-

rata (APS)

(5)

Rp 200 ribu

400 ribu

600 ribu

800 ribu

Rp 200 ribu

400 ribu

600 ribu

800 ribu

Rp 300 ribu

450 ribu

600 ribu

750 ribu

Rp 300 ribu

460 ribu

610 ribu

750 ribu

Rp -100 ribu

-50 ribu

0 ribu

50 ribu

Rp -100 ribu

-60 ribu

-10 ribu

50 ribu

50/200= 0,25

50/200= 0,25

50/200= 0,25

40/20= 0,20

50/200= 0,25

60/200= 0,30

-100/200= -0.50

-50/400= -0,25

0/600= 0

50/800= 0,0625

-100/200= -0,50

-60/400= -0,15

-10/600= -0,017

50/800= 0,0625

Tabel 3: Kecondongan Menabung Marjinal dan Rata-Rata

HUBUNGAN ANTARA KECONDONGAN KONSUMSI (C) DAN MENABUNG (S)

Pendapatan

disposebel

(1)

MPC

(2)

MPS

(3)

MPC+MPS

(4)

APC

(5)

APS

(6)

APC+APS

(7)

Rp 200 ribu

400 ribu

600 ribu

800 ribu

Rp 200 ribu

400 ribu

600 ribu

800 ribu

0,75

0,75

0,75

0,8

0,75

0,70

0,25

0,25

0,25

0,2

0,25

0,30

1

1

1

1

1

1

1,50

1,125

1,00

0,9375

1,50

1,15

1,017

0,9375

-0,50

-0,125

0

0,0625

-0,50

-0,15

-0,017

0,0625

1

1

1

1

1

1

1

1

Tabel 4: Hubungan antara kecondongan konsumsi dan menabung

CONTOH1: MPC TETAP

CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL

Page 10: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 10 ~

B. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

Dalam analisis makroekonomi yang lebih penting bukanlah melihat konsumsi dan

tabungan sesuatu rumah tangga, tetapi melihat kepada konsumsi dan tabungan semua rumah

tangga dalam perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari semua rumah tangga dalam

perekonomian dinamakan, seperti telah dinyatakan sebelum ini, konsumsi agregat dan tabungan

semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan tabungan agregat. Untuk menunjukkan

kelakuan rumah tangga perekonomian dalam melakukan konsumsi dan tabungan analisis

makroekonomi selalu melihat ciri-cirinya dengan menghubungkan kedua variabel tersebut

dengan pendapatan nasional. 4

Daftar Konsumsi dan Tabungan

Tabel 5: Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan (dalam triliun rupiah)

4 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 115

Page 11: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 11 ~

Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan

Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara

tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau

pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.

Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara

tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau

pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.

Tabel 6: Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan

MPC, MPS DAN KECONDONGAN FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

Dalam ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan telah dinyatakan bahwa nilai MPC akan

menentukan kecondongan fungsi konsumsi dan nilai MPS akan menentukan kecondongan fungsi

tabungan.

Page 12: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 12 ~

MPC dan Kecondongan Fungsi Konsumsi

Kurva (a) menggambarkan bahwa titik A merupkan pendapatan nasional sejumlah Rp/ 360

triliun dan konsumsi adalah Rp 360 triliun. Sedangkan titik B menunjukkan pendapatan

nasional bernilai Rp. 600 triliun sedangkan nilai konsumsi adalah Rp/ 540 triliun. Degan

demikian, pergerakan dari titik A dan tiik B menggambarkan:

i. Pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp. 240 triliun

ii. Konsumsi rumah tangga bertambah sebanyak 180 triliun

Ini menunjukkan kecondongan fungsi konsumsi sama dengan nilai MPC

MPS dan Kecondongan Fungsi Tabungan

Titik D menunjukkan tingkat tabungan adalah nol. Dan pendaptan nasional adalah sebanyak

Rp. 360 triliun. Seterusnya titik E menggambarkan ketika tabungan mencapai Rp 60 triliun

pendapatan nasional adalah sebanyak 600 triliun. Dengan demikian pergerakan dari titik D ke

E menggambarkan:

i. Pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp 240 triliun

ii. Tabungan bertambah sebanyak Rp 60 triliun

Ini berarti kecondongan fungsi tabungan adalah sama dengan nilai MPS

Persamaan Fungsi Konsumsi dan Tabungan

1.) Fungsi Konsumsi

Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam

perekonomian dengan pendapatan nasional

Bentuk umum:

C = a + b Y

Keterangan :

a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0

b = kecondongan mengkonsumsi marginal

C = Tingkat konsumsi

Y = Pendapatan Nasional

Page 13: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 13 ~

Untuk menghitung nilai a, dirumuskan:

a = (APC-MPC) y

2.) Fungsi Tabungan

Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga

dalam perekonomian dengan pendapatan nasional

Bentuk umum :

S = - a + (1 – b) Y

Keterangan :

a = Konsumsi rumah tangga ketika Pendapatan nasional adalah 0

b = Kecondongan Mengkonsumsi Marginal

C = Tingkat Konsumsi

Y = Pendapatan Nasional

Penentu-Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan

Keynes berpendapat tingkat konsumsi dan tabungan terutama dtentukan olah tingkat

pendapatan rumah tangga. Faktor-faktor tersebut seperti:

a) Kekayaan yang telah terkumpul

Sebagai akibat dari harta warisan, atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha

masa lalu. Yang membuatnya tidak lagi menabung lebih banyak.

b) Suku bunga

Akan lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak

pendapatan dari penabungan yang diperoleh

c) Sikap berhemat

d) Keadaan perekonomian

Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran,

masyarakat berkecenderunan melakukan pengeluaran yang lebih aktif.

e) Distribusi pendaptan

Dalam masyarakat yang distribusi nya tidak merata, lebih banyak tabungan yang

akan dirperoleh

f) Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi.

Page 14: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 14 ~

Apabila pendapatan dana pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong

untuk menabung.5

C. INVESTASI

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman-penanaman

modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan

produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia

dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian

tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang. Adakalanya

penanaman modal dilakukan untuk menggatikan barang-barang modal yang lama yang telah

harus dan perlu didepresiasikan.

Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatatan nilai penanaman modal yang dilakukan dalam

suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau

penanaman modal) meliputi pengeluaran-pengeluaran berikut:

1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi

lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

2. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan

pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.

3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang bahkan belum terjual, bahan mentah dan

barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan

nasional.

Jumlah dari tiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu ia

meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan

mengganti barang modal yang telah diapresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai

depresiasi maka akan didapat investasi neto.

Penentu-Penentu Tingkat Investasi

Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang

membelanjakan bagian terbesar pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka

butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan

5 http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html

Page 15: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 15 ~

mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan

diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh

para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan dimasa depan untuk memperoleh untung,

beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan

dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:

1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.

2. Suku bunga.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.

4. Kemajuan teknologi.

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.

6. Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.

Berbagai faktor tersebut akan mempengaruhi kegiatan investasi dalam uraian-uraian berikut.

Terlebih dahulu akan diperhatikan hubungan antara ramalan keuntungan yang akan diperoleh

dengan suku bunga dan tingkat investasi.

Investasi, Keuntungan, Dan Suku Bunga

Walaupun faktor-faktor penting yang menentukan jumlah investasi para

pengusaha meliputi beberapa faktor, dua diantaranya memiliki kesanggupan untuk

menerangkan sebab-sebab perubahan tingkat ivestasi yang lebih penting dari faktor-faktor

lainnya. Faktor tersebut adalah tingkat keuntungan yang diramalkan dan suku bunga.

Ramalan mengenai keuntungan masa depan sebagaimana yang telah disebutkan diatas

(nomor 1) akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis

investasi yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan, dan sebagaimana yang

telah terurai diatas (nomor 2) besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan

tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Sedangkan suku bunga menentukan

jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat

dilaksanakan.

Tingkat Pengembalian Modal

Pendapatan yang diterima dari suatu kegiatan menanam modal biasanya akan

diterima dalam beberapa tahun. Mungkin dalam dua tahun pertama keuntungan belum

Page 16: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 16 ~

diperoleh, dan menginjak tahun ketiga hasil penjualan melebihi pengeluaran. Selebihnya,

walaupun keuntungan dalam keuntungan tahun kedua sama dengan tahun keenam

(misalnya jumlahnya seratus juta rupiah), dari segi pandangan perusahaan nilai keuntungan

sebenarnya adalah berbeda. Keuntungan ditahun ketiga adalah lebih bernilai dibanding dari

keuntungan tahun keenam, oleh karena nilai sekarang dari keuntungan tersebut berbeda.

Menghitung nilai sekarang dari pendapatan yang diperoleh dimasa depan atau

menghitung tingkat pengendalian modal (keuntungan), merupakan cara yang digunakan

perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari suatu investasi yang akan dilakukan.

Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang

pendapatan dimasa depan lebih besar dari pada nilai sekarang atau modal yang

diinvestasikan. Nilai sekarang pendapatan dimasa depan dapat dihitung dengan persamaan

berikut:

NS = 𝒚𝟏

(𝟏+𝒓)+

𝐲𝟐

(𝟏+𝐫)𝟐 +𝐲𝟑

(𝟏+𝒓)𝟑 + ⋯ +𝒚𝒏

(𝟏+𝒓)𝒏

Dalam persamaan diatas:

NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh antara tahun 1 sehingga tahun

n, apabila dimisalkan investasi tersebut didepresiasikan pada tahun n.

𝑌1,𝑌2...𝑌3 adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan antara

tahun 1 hingga tahun n.

𝑟 adalah suku bunga.

Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah M,

penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M.

Cara lain untuk menentukan apakah suatu investasi merupakan kegiatan yang

menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian

modal dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian modal dinyatakan dalam persen , dan

ia menggambarkan tingkat keuntungan rata-rata per tahun dari modal yang diinvestasikan.

Untuk menghitung tingkat pengembalian modal digunakan formula dibawah ini:

M =𝑌1

(1 + 𝑅)+

Y2

(1 + 𝑅)2+

Y3

(1 + 𝑅)3+ ⋯ +

𝑌𝑛

(1 + 𝑅)𝑛

Dalam persamaan tersebut:

Page 17: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 17 ~

M adalah nilai modal yang diinvestasikan.

𝑌1,𝑌2,𝑌3 hingga 𝑌𝑛 adalh pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh dari tahun 1

hingga ke tahun n.

𝑅 adalah tingkat pengembalian modal.

Dalam persamaan diatas yang dihitung nilai yang akan dihitung adalah R karena

M dan 𝑌1 hingga 𝑌𝑛 sudah diketahui nilainya. Suatu investasi dipandang menguntungkan

bila nilai 𝑅 lebih besar dari pada suku bunga.

Efisiensi Investasi Marjinal

Didalam suatu waktu tertentu, misalnya dalam tempo setahun dalam

perekonomian akan terdapat banyak individu dan perusahaan yang mempertimbangkan

untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi ini mempunyai tingkat

pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagian dari proyek investasi itu akan

menghasilkan keuntungan yang tinggi, dan ada proyek yang keuntungannya rendah.

Berdasarkan kepada jumlah modal yang yang akan ditanam dan tingkat pengembalian

modal yang diramalkan akan diperoleh, analisis membentuk suatu kurva yang dinamakan

efisiensi investasi marjinal (marginal eficiency of investment). Efisiensi investasi marjinal

dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat

pengembalian modal dan jumlah modal yang akan diinvestasikan.

GAMBAR 1.1

Kurva MEI

Ada berbagai titik dalam kurva MEI, titik R menunjukkan bagian tingkat

pengembalian modal dan I adalah investasi, sedangkan A,B, dan C adalah titik tingkat

Page 18: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 18 ~

pengembalian modal. Titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian dapat

dilakukan kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal

sebanyak 𝑅0 atau lebih tinggi dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang adalah

sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B

menggambarkan kesempatan untuk investasi dengan penembalian modal R1 atau lebih, dan

modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha

yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal

sebanyak I2.

Suku Bunga Dan Tingkat Investasi

Tidak cukup hanya mengetahui tentang MEI, para penanam modal juga harus

mempertimbangkan suku bunga. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat

pengembalian modal, investasi yang direncanakan akan tidak menguntungkan. Kegiatan

investasi akan dilakukan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama

dengan suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan besarnya investasi yang harus

dilakukan kita perlu menghubungkan kurva MEI dengan suku bunga, sepeti yang

dibawah ini:

GAMBAR 1.2

Page 19: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 19 ~

Fungsi Investasi

Kurva yang menunjukkan perkaitan diantara tingkat investasi dan tingkat

pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1. Ia sejajar dengan sumbu datar, atau.

2. Bentuknya naik keatas sebelah kanan.

Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu dasar dinamakan investasi

otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat

dinamakan investasi terpengaruh.

Ramalan Keadaan perekonomian di Masa Depan

Karena kegiatan-kegiatan perusahaan dalam mendirikan, memasang peralatn

pabrik, dan melakukan investasi membutuhkan waktu yang lama. Para pengusaha harus

menentukan kegiatan-kegiatan apakah yang bisa menguntungkan atau merugikan, maka

haruslah membuat ramalan-ramalan mengenai masa depan. Dalam membuat ramalan

mengenai ekonomi masa depan, para pengusaha harus bertanya “apakah keadaan

menunjukkan bahwa keuntungan yang cukup besar akan diperoleh dari pengembangan

kegiatan ekonomi yang sedang dibuat atau direncanakan?” Misalkan ramalan yang

menunjukkan keadaan perekonomian (termasuk politik dan keamanan) yang akan

menjadikan lebih baik lagi pada masa depan. Makin baik keadaan masa depan, makin

besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha.

Perubahan dan Perkembangan Teknologi

Faktor lain yang juga menentukan besarnya investasi adalah kegiatan para

pengusaha untuk menggunakan penemuan-penemuan teknologi yang baru dalam proses

produksi. Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru

dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen dinamakan pengadaan

pembaruan atau inovasi. Pada umumya makin banyak perkembangan teknologi yang

dibuat yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan oleh

para pengusaha. Untuk melakukan pembaruan-pembaruan, para pengusaha haru membeli

Page 20: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 20 ~

barang-barang modal yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-

bangunan pabrik ataupun industri yang baru.

Maka makin banyak pembaruan yang akan dilakukan, makin tinggi tingkat investasi yang

akan tercapai.

Efek Pertumbuhan Pendapatan Nasional

Dalam kebanyakan analisa mengenai penentuan pendapatan nasional pada

umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi

otonomi. Walau bagaimanapun, pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak

dapat diabaikan. Perlulah disadari bahwa tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan

memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendaptan masyarakat yang tinggi

tersebut akan memperbesar permintaan terhadap bbarang dan jasa. Maka keuntungan

perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak

investasi. Dengan kata lain, apabila dalam jangka panjang pendapatan nasional

bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.

D. PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN EKONOMI

Dapat digunakan tiga cara, yaitu:

1. Dengan menggunakan contoh angka yang membandingkan pendapatan nasional

dan pengeluaran agregat.

2. Dengan menggunakan grafik yang menunjukkan (a) kesamaan pengeluaran

agregatdengan penawaran agregat, dan (b) kesamaan diantara invetasi dan

tabungan.

3. Dengan menggunakan cara penentuan secara aljabar.6

6 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 131

Page 21: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 21 ~

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan

perusahaan.

Seorang ahli ilmu ekonomi JM. Keynes, mengatakan bahwa Pengeluaran seseorang untuk

konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan

seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat

tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan

seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi

sehingga tingkat tabungannya nol.

Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara

tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau

pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.

Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara

tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau

pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman-penanaman

modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-

perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan

jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Penentuan tingkat kegiatan ekonomi dengan cara:

1. Dengan menggunakan contoh angka yang membandingkan pendapatan nasional dan

pengeluaran agregat.

2. Dengan menggunakan grafik yang menunjukkan (a) kesamaan pengeluaran

agregatdengan penawaran agregat, dan (b) kesamaan diantara invetasi dan tabungan.

3. Dengan menggunakan cara penentuan secara aljabar.

Page 22: Keseimbangan ekonomi 2 sektor

~ 22 ~

DAFTAR PUSTAKA

Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal

109

http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html

Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal

115

Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 131