BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangBahasan ekologi manusia tidak terlepas dari
kajian ekosistem. Dalam proses ekosistem, manusia beradaptasi
dengan semua bentuk lingkungan (LHA, LHB, dan LHS) sesuai dengan
kondisi dimana ia berada. Dalam beradaptasi ini manusia
mendayagunakan lingkungan untuk tetapsurvive.Kesimbangan ekologis
terbentuk oleh adanya interaksi, keterjalinan dan interpendensi
antara makhluk-makhluk hidup dan alam.alam menyediakan segala
sesuatu yanng dibutuhkan oleh semua makhluk untuk dipergunakan demi
kelestarian reproduksi kehidupan.Potensi sumber daya alam
dieksploitasi dan dikonsumsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan
pokok hidupnya dengan menggunakan akal. Karena akal inilah manusia
menjadi berbudaya. Dari kebudayaannya manusia berilmu pengetahuan,
dan dengan ilmu pengetahuannya membuahkan teknologi. Kesatuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dikenal dengan istilah IPTEK.Sosok
manusia menjaditema sentraldalam pemikiran ekologi manusia karena
dialah sebagai makhluk yang terdominan dalam konteks memanfaatkan
komponen alam dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan
cenderung merusak lingkungan dan ekosistem alam ketika manusia
tidak menyadari atau tidak mengerti tentang siapa dirinya dan
kontribusi alam terhadap dirinya.Kesimbangan ekologi tercipta
karena adanya faktor saling mempengaruhi antara makhluk hidup yang
menckup makhluk hidup.Keseimbangan ekologi berdampak signifikan
pada keselerasan serta kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan
ekologi?2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan daerah?3.
Bagaimana perubahan ekologi pola penyakit akibat pencemaran
lingkungan?4. Bagaimana model ekologi pola penyakit/pencemaran
lingkungan?
1.3 Tujuan1. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan
keseimbangan ekologi2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan daerah3. Mahasiswa mampu mengetahui
bagaimana perubahan ekologi pola penyakit akibat pencemaran
lingkungan?4. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana model ekologi
pola penyakit/pencemaran lingkungan?
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Keseimbangan Ekologis Kehidupan Manusia
2.1.1 Pengertian Keseimbangan EkologiKeseimbangan
ekosistemadalah suatu kondisi dimana interaksi antara
komponen-komponen di dalamnya berlangsung secara harmonis dan
seimbang.Keseimbangan ekosistemtersebut berdampak signifikan pada
keselerasan serta kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup
lainnya. Sayangnya, mencermati keadaan yang terjadi dewasa ini,
bisa kita lihat bahwa telah terjadi perubahan lingkungan secara
besar-besaran yang berdampak pada kehidupan manusia yang tidak lagi
selaras. Keseimbangan lingkungan merupakan keseimbangan yang
dinamis, artinya keseimbangan yang dapat mengalami perubahan.
Tetapi perubahan ini bersifat menjaga keseimbangan komponen lain,
bukan berarti menghilangkan komponen yang lainnya. Karena perubahan
komponen yang bersifat drastis akan mempengaruhi perubahan komponen
lainnya. Sebagai contoh hilangnya/musnahnya salah satu komponen
(tingkatan trofi) pada piramida ekologi atau rantai makanan maka
menyebabkan dampak perubahan pada komponen sebelumnya maupun
sesudahnya. Hal inilah yang mengakibatkan lingkungan tersebut
menjadi tidak stabil.Manusia memiliki peran yang sangat penting
untuk menciptakan keseimbangan lingkungan. Melalui akal-pikiran,
kemajuan teknologi, dan sifat keserakahan, manusia berusaha
memanfaatkan (mengeksploitasi) sumber daya alam semaksimal mungkin.
Sehingga semakin besar jumlah penduduknya menyebabkan penurunan
keseimbangan lingkungan.Sebuah lingkungan dikatakan seimbang
(equilibrium) apabila memiliki ciri-ciri antara lain :1. Lingkungan
yang didalamnya terdapat pola-pola interaksi, meliputi : arus
energi, daur materi, rantai makanan, jaring-jaring makanan,
piramida ekologi, daur biogeokimia, dan produktivitas. Melalui
pola-pola interaksi tersebut, pertumbuhan dan perkembangan
organisme berlangsung secara alami, sehingga tidak ada organisme
yang mendominasi terhadap organisme lainnya.2. Lingkungan yang
homeostatis, yaitu lingkungan yang mampu mempertahankan terhadap
gangguan alam, baik gangguan secara alami maupun buatan.3.
Lingkungan yang memiliki daya dukung lingkungan, yaitu lingkungan
yang mampu mendukung semua kehidupan organisme, karena dalam
lingkungan terdapat berbagai sumber daya alam (hayati dan non
hayati).4. Terbentuknya lingkungan yang klimaks, yaitu lingkungan
yang banyak ditumbuhi pohon-pohon (terbentuknya hutan).
2.1.2 Faktor Penyebab Rusaknya Keseimbangan LingkunganSecara
umum, penyebab terganggunyakeseimbangan ekosistematau lingkungan
dibagi ke dalam dua garis besar, yakni: Faktor penyebab yang
terjadi akibat ulah manunsia. Tindakan yang dilakukan oleh manusia
bisa memicu terganggunya keseimbangan di dalam lingkungan
ekosistem. Tindakan yang dilakukan manusia ini bisa memicu
terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, perubahan iklim
yang ekstrim dan masih banyak lagi lainnya.Ada beberapa kegiatan
manusia yang menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem.
Antara lain:1. Kegiatan penambangan pohon juga pembakaran hutan.
Dua kegiatan ini bisa menimbulkan kerusakan yang sangat serius bagi
ekosistem. Tak hanya menyebabkan banjir juga longsor, berkurangnya
pohon yang merupakan paru-paru dunia ini akan membuat iklim di bumi
terganggu. Penebangan pepohonan akan membuat tanah tidak lagi
terkunci secara benar sehingga mudah longsor dan udara tidak lagi
bida didaur ulang sehingga kadar oksigen semakin berkurang.
Sementara itu, pembakaran hutan jauh lebih berbahaya lagi sebab
bisa membunuh semua makhluk hidup yang ada di dalam hutan tersebut
dan menyebabkan kelangkaan beberapa tanaman tertentu.2. Perburuan
hewan yang tak terkendali. Manusia membutuhkan hewan baik itu
sebagai salah satu bahan makanan maupun sebagai rekreasi. Poin
pertama, manusia mengkonsumsi hewan , misalnya ikan, bukan hal yang
merusak jika dilakukan dengan cara yang wajar. Namun, manakala
manusia menangkap ikan dengan bom peledak, racun atau kejut
listrik, maka bisa dipastikan akan berakibat buruk pada
keseimbangan lingkungan. Bom ikan misalnya akan merusak ekosistem
terumbu karang yang merupakan tempat hidup ikan. Poin kedua adalah
hewan sebagai rekreasi. Terkadang banyak manusia yang menangkap
hewan hanya untuk dipelihara dan dijual demi tujuan komersil
mislanya bahan garmen dan semcamnya. Hal ini sangat buruk dan
berdampak pada kelangkaan hewan tertentu. Hilangnya satu organisme
hewan dalam satu lingkungan akan berdampak pada keseimbangan
ekosistem.3. Kegiatan pemakaian pupuk yang berlebihan. Aktivitas
pertanian manusia juga terkadang bisa mengganggu keseimbangan alam.
Pupuk digunakan untuk memaksimalkan hasil pertanian. Ada dua jenis
pupuk yang digunakan yakni pupuk alami dan pupuk buatan. Penggunaan
pupuk alami tidak membahayakan organisme lainnya sementara itu
penggunaan pupuk buatan atau insektisida misalnya, jika digunakan
secara berlebihan akan berbahaya bagi organisme lainnya misalnya
saja burung yang tidak mengganggu tanaman sama sekali.4. Kegiatan
pembuangan sampah juga limbah. Ratusan milyar manusia di dunia ini,
setiap melakukan kegiatan pasti menghasilkan sampah juga limbah.
Sebut saja limbah dari rumah tangga, transportasi, pertanian,
hingga limbah industri. Apabila tidak diurai secara cermat makan
limbah dan sampah ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan
mengancam nyawa organisme lainnya.5. Kegiatan yang mencemari
lingkungan. Cakupan poin ini adalah pencemaran terhadap tanah,
pencemaran terhadap udara, pencemaran terhadap suara, dan juga
pencemaran terhadap air. Pencemaran tanah terjadi dengan cara
menciptakan limbah yang tak bisa diurai hingga ribuan tahun
lamanya, misalnya saja plastik. Pencemaran suara misalnya oleh
suara bising yang merusak pendengaran organisme. Pemcemaran air
misalnya dengan masuknya bahan padat maupun cair di dalam air yang
membahayakan organisme di dalam air. Sedangkan pencemaran udara
adalah masuknya berbagai polutan ke udara baik itu dari asap
kendaraan, debu juga jelaga.Semua kegiatan tersebut di atas, dalam
batas waktu tertentu akan menyebabkan terganggunya keseimbangan
ekosistemyang berujung pada sistem kehidupan oranisme termasuk
manusia yang juga akan ikut terganggu. Upaya-upaya untuk menjaga
keseimbangan ekosistem mutlak dilakukan.Kita ambil contoh sebuah
kasus yang terjadi di Probolinggo dan sebagian Bali, yaitu
terjadinya ledakan ulat bulu di area persawahan. Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu
dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.
Siklus energi terbentuk melalui rantai makanan, yang selanjutnya
akan membentuk jaring jaring makanan.Ledakan populasi ulat bulu
terjadi karena putusnya rantai makanan, dimana predator predator
ulat bulu diburu secara berlebihan. Misalnya saja burung berkicau,
tokek dan serangga lain yang memangsa ulat bulu. Keberadaannya
terus diburu untuk kepentingan manusia, sehingga populasi ulat bulu
meledak tanpa kontrol. Rusaknya keseimbangan ekosistem itulah yang
menjadi factor utama meledaknya populasi ulat bulu, disamping
factor lain, misalnya perubahan iklim global, ketersediaan tanaman
inang berlebih dan akibat asap letusan Gunung Bromo di Probolinggo.
Kerusakan ekosistem ini tentunya tidak bisa dibiarkan berlanjut
secara terus menerus, karena ledakan populasi ini pasti akan
terulang kembali jika ekosistem tidak diperbaiki.
Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang
terjadi murni karena musabab alam. Misalnya saja gempa bumi,
terjadinya kebakaran hutan akibat cuaca, bajir, longsor, tsunami
dan masih banyak lagi lainnya. Sederet peristiwa tersebut memicu
terjadinya perubahan ekosistem misalnya saja saat Gunung Merapi di
wilahyah Jawa Tengah meletus, maka kerusakan ekosistem di sekitar
Merapi tak bisa dihindarkan. Mahluk hidup baik itu hewan dan
tumbuhan bahkan manusia bisa mati. Hal tersebut sama saja dengan
peristiwa semacam gempa dan banjir, akan berakibat pada
terganggunya kestabilan ekosistem. Sebagai sebuat kesatuan, maka
jika dalam sebuah ekosistem terdapat 1 organisme yang mati maka
akan berpengaruh pada keadaan organisme lainnya.Berbagai bentuk
bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah
menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang
tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta
gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya,
merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah
bentuk muka bumi.Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada
kerusakan lingkungan hidup antara lain:a. Letusan gunung
berapiLetusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut
bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung
berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara
lain berupa:1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan
pernafasan.2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang
dilalui.3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang
dilalui.4) Gas yang mengandung racun.5) Material padat (batuan,
kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.b. Gempa
bumiGempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan
karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung
berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di
dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa,
namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan
terjadinya gempa. Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh
gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada
saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung, di antaranya:1) Berbagai bangunan
roboh.2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.3)
Tanah longsor akibat guncangan.4) Gempa yang terjadi di dasar laut
dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).c. Angin topanAngin
topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan
tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah.Perbedaan tekanan udara
ini terjadi karena perbedaansuhu udarayang mencolok. Serangan angin
topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik
merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan
California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan,
bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia
baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan
oleh adanya gejala pemanasan global.Bahaya angin topan bisa
diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer
bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan
kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:1) Merobohkan
bangunan.2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.3) Membahayakan
penerbangan.4) Menimbulkan ombak besar yang dapat
menenggelamkankapal.
3.2 Pertumbuhan dan Perkembangan DaerahPerkembangan daerah
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi
antara perkembangan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi
yang disebut ekosistem. Manusia, baik sebagai subjek maupun objek
pertumbuhan dan perkembangan daerah, merupakan bagian dari
ekosistem. Pertumbuhan dan perkembangan daerah bertujuan menaikkan
tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan
sebagai suatu cara untuk menaikkan mutu hidup rakyak. Karena mutu
hidup dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup
dasar rakyat dengan lebih baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan
esensial bagi hidup kita. Ia terdiri dari atas tiga bagian, yaitu
kebutuhan dasar untuk kebutuhan hidup hayati, kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan untuk
memilih. Banyak penelitian menunjukkan,banyak jenis kebutuhan dasar
untuk banyak anggota masyarakat kita belum dapat terpenuhi dengan
baik. Misalnya pangan, air bersih, pendidikan, pekerjaan, tempat
tinggal masih belum dapat tersedia dengan cukup. Dengan masih
belumnya terpenuhi kebutuhan masyarakat, mutu lingkungan hidup
masyarakat masih belum baik. Karena itu pertumbuhan dan
perkembangan daerah masih harus diteruskan. Dalam usaha memperbaiki
lingkungan hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi
rusak. Dapat kita lihat, saat ini pertumbuhan dan perkembangan di
berbagai daerah yang ada di Indonesia, sangat terfokus ke
pembangunan-pembangunan insfrastruktur.Pembangunan mempunyai
konotasi positif. Melalui pembangunan, pemanfaatan yang rasional
atas sumberdaya manusia dan fisik dapat diperoleh, kemiskinan dapat
diberantas, pendidikan dapat dinikmati dimana-mana, penyakit dapat
diatasi, standar kehidupan menjadi lebih baik. Konsep pembangunan
mencakup intervensi teknologi manusia terhadap keseimbangan alam.
Namun demikian pembangunan juga membawa dampak negatif terutama
pada kesehatan manusia. Pembangunan bendungan, pembangunan jalan
raya, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumahsakit, pengeboran minyak,
pembukaan pabrik, dan pembangunan lain-lain menyebabkan kecepatan
intervensi manusia terhadap alam menjadi semakin meningkat. Dari
sinilah mulai dikenal dengan polusi udara, kekurangan sanitasi,
cara hidup yang berdesakan di daerah pemukiman miskin di perkotaan
(Slums Area), semuanya menimbulkan konsekuensi konsekuensi
kesehatan yang belum dapat dipecahkan secara keseluruhan.
Pembangunan suatu daerah memang harus ada, karena tidak ada
alternatif lain bagi dunia yang semakin padat. Namun ada
pembangunan yang baik dan ada pembangunan yang buruk. Yang pertama
adalah dimana pada suatu populasi tertentu terdapat keseimbangan,
yaitu populasi tersebut menjadi lebih baik daripada sebelum adanya
pembangunan, sedangkan yang kedua, adalah dimana keadaan populasi
justru menjadi lebih buruk dengan adanya pembangunan. Kebudayaan
adalah sistem keseimbangan yang rumit yang tidak akan berubah
begitu saja, sehingga inovasi yang nampaknya baik bagi suatu bidang
(misalnya, pertanian) kemudian menimbulkan perubahan-perubahan
kedua dan ketiga di bidang lain (misalnya kesehatan) yang dampaknya
melebihi keuntungan yang diharapkan. Hampir selalu terdapat
implikasi-implikasi yang tak terduga pada inovasi yang terencana,
beberapa diantaranya ada yang baik, namun banyak yang kemudian
tidak diinginkan. Dubos menyebutkan model implikasi yang tak
terduga ini dengan istilah ekologi. Semua inovasi teknologi yang
berhubungan dengan praktek-prekatek industri, maupun dengan
pertanian atau kedokteran, akan mengganggu keseimbangan alam.
Kenyataannya menguasi alam sama artinya dengan mengganggu
keteraturan alam (DuBos, 1965:416).Pandangan ekologi menyediakan
perspektif yang ideal bagi studi mengenai perubahan-perubahan
pembangunan, karena kebanyakan dari proyek-proyek yang dianalisis
melibatkan intervensi terhadap alam.Pertumbuhan dan perkembangan
daerah harus mempertimbangkan keadaan ekologi yang semakin hari
semakin rusak akibat ulah manusia maupun akibat dari terjangan
bencana alam. Dalam melaksanakan perkembangan daerah tersebut perlu
di terapkan sistem pembangunan berkelanjutan yang berbasis ekologi.
Pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh
sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga
merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami
(sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan
(sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun
interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang
seimbang.Contohnya seperti perkembangan dan pertumbuhan industri di
daerah kalimantan timur tepatnya pembukaan lahan pertambangan.
Eksploitasi Batu Bara Rusak Kalimantan
SAMARINDA Kapal-kapal berisi gunungan-gunungan batu bara berlalu
di atas Sungai Mahakam yang tercemar setiap beberapa menit. Dilihat
dari atas, mereka membentuk garis bertitik-titik hitam sejauh mata
memandang, yang berlayar menuju pembangkit-pembangkit listrik di
China dan India. Perburuan batu bara yang telah menarik penambang
internasional ke Kalimantan Timur telah merusak ibukota provinsi
Samarinda, yang berisiko ditelan pertambangan jika eksploitasi
deposit mineral itu berkembang lebih jauh.
Tambang mencakup lebih dari 70 persen wilayah Samarinda, menurut
data pemerintah, memaksa desa-desa dan sekolah untuk menjauhi
longsoran lumpur yang beracun dan sumber-sumber air yang tercemar.
Kerusakan hutan di sekitar kota untuk membuka jalan bagi tambang
juga telah menghancurkan penahan alami melawan banjir, menimbulkan
air bah setinggi pinggang saat musim hujan.Dan meski 200 juta ton
batu bara digali dan dikirim dari Kalimantan Timur setiap tahun,
ibukota masih sering mengalami listrik padam selama berjam-jam
karena pembangkit listrik yang sudah tua terus bermasalah.Seorang
petani bernama Komari telah tinggal di pinggir kota Samarinda sejak
1985 dan hidup dari menanam padi dan beternak ikan. Namun
tambang-tambang batu bara telah meracuni air yang digunakan untuk
sawah dan kolamnya, ujarnya."Padi ini tumbuh di atas air beracun,
ujar pria berusia 70 tahun itu, yang tinggal di rumah kayu
sederhana berkamar satu bersama istrinya.Kami masih memakannya tapi
sepertinya buruk untuk kami, ujarnya, menambahkan bahwa air itu
membuat kulitnya gatal.Bersama 18 petani lainnya, Komari telah
mengajukan tuntutan hukum melawan pejabat-pejabat pemerintah,
menyalahkan mereka karena mencemari sumber-sumber air dan
mengizinkan pertambangan yang marak.Mereka tidak mencari
kompensasi, hanya meminta pemerintah mewajibkan sebuah perusahaan
batu bara dekat rumah-rumah mereka untuk membersihkan pencemaran
air dan menyediakan layanan kesehatan.
Samarinda Dirusak Para KroniUdin, yang memiliki dan mengendarai
mobil sewaan dan lahir di Samarinda 30 tahun yang lalu, mengatakan
kota itu telah berubah sama sekali.Waktu saya kecil, rumah saya
masih hutan dengan orangutan dan beragam burung yang
berwarna-warni. Namun sekarang tampak suram, ujarnya.
Menurut Jatam, lembaga swadaya masyarakat yang mewakili
komunitas-komunitas yang terimbas pertambangan di seluruh
Indonesia, akar permasalahannya jelas: para pejabat lokal telah
menerima suap dari perusahaan supaya mendapatkan izin pertambangan.
Sekumpulan kroni telah melakukannya pada Samarinda. Kami
menyebutnya mafia pertambangan, ujar Merah Johansyah dari Jatam
Samarinda.
Jatam dan Indonesian Corruption Watch baru-baru ini melaporkan
sebuah kasus pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menuduh
perusahaan Indonesia, Graha Benua Etam, pada 2009 menyuap mantan
kepala Dinas Pertambangan dan Energi Samarinda untuk mendapatkan
izin.Kedua lembaga ini menyebut sedikitnya Rp 4 miliar diberikan
sebagai sogokan, dan sejumlah uang itu mengalir pada mantan
walikota untuk kampanye politik. Perusahaan tersebut tidak dapat
dimintai komentar.Sogokan dibayar tidak hanya untuk mendapatkan
izin pertambangan, ujar Merah. Ia mengatakan uang suap juga
membantu perusahaan menambang di daerah yang dilarang dan
menghindari kewajiban-kewajiban seperti konsultasi masyarakat dan
melakukan analisa mengenai dampak lingkungan.
Sementara itu, penegakan hukum sangat kurang. Para aktivis
mengatakan perusahaan-perusahaan telah mengabaikan kewajiban hukum
mereka untuk mengisi lubang-lubang bekas galian setelah aktivitas
mereka selesai. Lebih dari 10 orang, termasuk tujuh anak-anak,
tewas antara 2011 dan 2012 karena jatuh ke lubang-lubang ini,
menurut laporan media lokal.
Kerusakan Tambang MenyebarGambaran yang suram dari Samarinda ini
sangat jauh dari masa kejayaan kota ini dulu, sebuah hutan rindang
dengan orangutan serta burung-burung eksotis, banyak diantaranya
hanya bisa ditemukan di Kalimantan.Kisah ini umum terjadi di pulau
ketiga terbesar di dunia tersebut, yang suatu kali hampir tertutupi
oleh pohon, namun sekarang telah kehilangan setengah hutannya,
menurut lembaga perlindungan alam liar WWF.Seperti di Amazon, hutan
hujan Kalimantan berlaku seperti busa, menyerap karbon yang
diakibatkan perubahan iklim dari atmosfer.
Sebuah laporan terbaru dari LSM World Development Movement
mengingatkan bahwa perburuan batu-bara menyebar ke bagian-bagian
Kalimantan yang dikonservasi, seperti Kalimantan Tengah.Hutan di
provinsi ini saat ini hampir tak tersentuh namun
perusahaan-perusahaan seperti BHP Billiton telah berencana
menambang batu bara. BHP mengatakan semua perkembangannya di
Kalimantan akan didasarkan pada analisa mengenai dampak lingkungan
dan sosial yang rinci.
Meski ada kerusakan, Kalimantan terus menarik pencinta alam dari
seluruh dunia untuk melihat hutan hujan tertua di planet ini dan
lebih dari 1.400 spesies binatang dan 15.000 jenis tumbuhan. Namun
para ahli lingkungan mengingatkan mungkin tidak akan banyak yang
tersisa jika kerusakan lingkungan terus terjadi dengan kecepatan
seperti sekarang ini. (AP).
Dari hal diatas dapat kita lihat, pemerintah melakukan
pertumbuhan dan perkembangan daerah dengan tidak memikirkan
bagaimana keadaan ekologi kita. Pola hidup masyarakat Indonesia
yang cenderung konsumtif menyebabkan kebutuhan akan terus
meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat maka para
pendiri industri melakukan pembangunan pabrik-pabrik di berbagai
tempat. Hal ini menyebabkan pembuangan sampah dan limbah
membutuhkan lahan yang sangat besar. Apabila limbah-limbah industri
tidak dikelola dengan bijak maka akan menyebabkan pembuangan limbah
dilakukan di tempat yang seharusnya. Jika pembungan limbah dan
sampah dilakukan di suatu pemukiman warga maka dapat dipastikan
keseimbangan lingkungan pemukiman tersebut akan terganggu. Bahkan
apabila limbah yang buang memiliki sifat yang sangat berbahaya dan
reaktif maka dapat menyebabkan penyakit-penyakit dan kelainan pada
ekologi tersebut atau bahkan dapat menyebabkan mutasi pada flora
dan fauna.Seperti yang kita ketahui pertumbuhan penduduk di kota
Jakarta dan sekitarnya sangat pesat, hal ini penyebabkan lahan
tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas umum seperti transportasi
semakin meningkat sehingga dewasa ini di kota Jakarta dan
sekitarnya seakan- akan tidak memiliki lahan perkebunan dan
pepohonan yang cukup. Ketidakseimbangan antara polusi dan limbah
yang dihasilkan dengan pengolahan dan pelestarian lingkungan yang
baik menyebabkan suhu kota kota besar meningkat. Hal ini juga
berdampak pada kurangnya oksigen yang dibutuhkan dan meningkatnya
produksi udara kotor, istilah ini bisanya disebut global
warming.Pandangan negatif masyarakat di pedesaan terhadap
pembangunan baik pembangunan industri maupun pembangunan pemukiman
menyebabkan terjadinya pelarangan dari masyarakat. Padahal tidak
semua pembangunan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Pembangunan yang diseimbangi dengan usaha pelestarian lingkungan
dan usaha pengolahan limbah yang efektif dapat menghasilakan dampak
yang positif bagi pembangunan negara. Pembangunan yang merata dan
sadar akan lingkungan hidup akan membantu negara untuk selangkah
lebih maju dalam mencapai cita-cita menjadi negara yang maju.Untuk
menciptakan sistim yang berkelanjutan berbasis lingkungan atau
ekoligi maka kita harus mampu memelihara sumberdaya agar tetap
dalam keadaan stabil, menghindari terjadinya eksploitasi alam agar
tumbuhan dapat melakukan fungsi penyerapan secara sempurna. Selain
itu konsep ini juga menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati,
stabilitas ruang udara, dan fungsi ekosistem lain yang tidak
termasuk dalam sumber daya ekonomi. Keberlanjutam ekologis
merupakan prasyarat untuk pembangunan dan keberlanjutan kehidupan
manusia. Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan
ekosistem buni, dan untuk menjamin keberlanjutan tersebut,
digunakanlah beberapa cara yaitu :1. Memelihara inteegritas tatanan
lingkungan agar system penunjang kehidupan dibumi tetap terjamin,
dan system produktifitas, adaptabilitas, dan pemulihan air, tanah,
dangar udara agar keberlanjutan kehidupan tetap berjalan.Ada tiga
aspek yang harus diperhatikan untuk memelihara Integritas tatanan
lingkungan yaitu :a) Adanya dukunganb) Adanya daya asimilatifc)
Terpenuhinya keberlanjutan sumberdayaSelanjutnya untuk melaksanakan
kegiatan yang tidak mengganggu integritas tatanan lingkungan kita
harus melakukan : hindarkan konveksi alam dan modifikasi ekosistem,
kurangi konversi lahan subur, dan jangan membuang limbah yang
melampaui asimilatif lingkungan.2. Memelihara keanekaragaman hayati
pada keanekaragaman kehidupan yang menentukan keberlanjutan proses
ekologis.terdapat 3 aspek keanekaragaman hayati : aspek genetika,
aspek spesiaes, dan tatanan lingkungan. Dan untuk mengkonversikan
keanekaragaman hayati tersebut, perlu hal-hal berikut yaitu : a)
Menjaga ekosistem alam dan area yang representative tentang
kekhasan sumber daya hayati agar tidak dimodifikasikan.b)
Memelihara seluas mungkin area ekosistem yang dimodifikasikan untuk
keanekaragaman dan keberlanjutan keanekaragaman spesies.c)
Konservatif terhadap konversi lahan pertanian.Pengelolaan
pembangunan yang berwawasan lingkunagn merupakan hal yang penting
untuk keberlanjutan ekosistem. Dan hal ini dapat dilaksanakan
dengan: pencegahan pencemaran lingkungan, rehabilitasi dan
pemuluhan ekosistem serta sumberdaya alam yang rusak, selanjutnya
yaitu dengan meningkatkan kapasitas produksi dari ekosistem alam
dan binaan manusia.
3.3 Perubahan Ekologi Pola Penyakit / Pencemaran LingkunganPada
abad ke 19 terjadi perubahan pola penyakit. Perubahannya
kemungkinan besar berhubungan dengan faktor sebab-akibat yang
langsung bisa dirasakan oleh masyarakat terutama setelah
keberhasilan program perbaikan kesehatan lingkungan. Sejak saat
itu, terjadi penurunan angka kematian akibat penyakit infeksi.
Perbaikan sanitasi lingkungan merupakan sumbangan positip akibat
perubahan sistem nilai dan gaya hidup masyarakat. Penurunan secara
tajam angka kematian akibat TBC pada awal abad ke 19 sudah terjadi
jauh sebelum ditemukannya obat kemoterapi, yang dianggap efektif
melawan penyakit ini pada tahun 1950an.Kesejahteraan masyarakat
juga mempengaruhi peningkatan kondisi rumah dan status gizi
keluarga. Sejalan dengan itu, kemampuan masyarakat untuk membaca
juga semakin meningkat. Kepenuh sesakan anggota keluarga yang tidur
di satu kamar juga semakin berkurang. Kondisi seperti ini mampu
mencegah penularan penyakit TBC di dalam keluarga dan
kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Konsumsi
makanan yang bertambah baik dan bertambahnya informasi yang
diterima oleh keluarga sangat membantu upaya pencegahan kematian
penduduk pada usia dini. Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat
juga mpeningkatkan level imunitas ibu hamil dan bayi melawan
penyakit infeksi yang sebelumnya sangat tinggi kejadiannya pada
bayi dan anak-anak. Kondisi ini juga mampu menurunkan tingkat
keganasan penyakit penyebab kematian.Masalah kesehatan bukan
sekedar masalah sakit atau tidak sakit serta penanggulangannya,
tetapi lebih luas dan majemuk dari yang diperkirakan dari segi
penanggulangan maupun dari segi pencegahan. Meskipun telah banyak
pengamatan dan penanggulangan masalah kesehatan yang dilakukan oleh
para ahli, namun hanya sebagian kecil yang dapat ditanggulangi.
Keadaan tersebut mencerminkan bahwa hanya sebagian kecil, masalah
kesehatan yang muncul ke permukaan jangkauan manusia. Walaupun
dengan pertumbuhan teknologi dan ilmu pengetahuan di bidang
kedokteran sekarang ini, masalah kesehatan dengan segala
kemajemukannya tidak akan mampu ditangani hanya dengan monopoli
ilmu kedokteran, tanpa adanya keterlibatan disiplin ilmu
lainnya.Pola penyakit yang terjadi di Indonesia mengalami beberapa
perubahan akibat pengaruh ekologi. Dahulu pola penyakit yang ada di
indonesia banyak yang hanya berorientasi karena kemiskinan,
keturunan dan pola hidup. Namun kebanyakan karena kemiskinan. Hal
ini tampak jelas apabila ditelaah keadaan penyakit di berbagai
negara, ternyata negara yang tergolong miskin banyak menderita
penyakit menular, sedangkan negara yang tergolong kaya banyak
menderita penyakit tidak menular. Keadaan seperti ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:1. Negara/masyarakat miskin atau
berstatus sosial ekonomi rendah, keadaan gizinya rendah,
pengetahuannya tentang kesehatannya pun rendah, sehingga kesehatan
lingkungannya buruk dan status kesehatannya buruk. Di dalam
masyarakat sedemikian akan mudah terjadi penularan penyakit,
terutama anakanak yang merupakan golongan peka terhadap penyakit
menular. Sebagai akibatnya, banyak terjadi kematian anak, sehingga
usia harapan hidupnya pendek. Keadaan ini juga mendukung tingginya
angka kelahiran, sehingga terdapat populasi yang muda; jadi
tergolong populasi dengan risiko tinggi terhadap penyakit menular,
sehingga penyakit menular terusmenerus ada, dengan demikian siklus
penyakit menular menjadi lengkap.2. Siklus penyakit tidak menular,
yaitu terdapat banyak pada masyarakat dengan status sosial ekonomi
tinggi, sehingga berstatus gizi tinggi, keadaan kesehatan
lingkungan baik, penyakit menular rendah, angka kematian rendah,
angka kematian bayi rendah, dan usia harapan hidupnya tinggi.3.
Perkembangan ekonomi diikuti dengan turunnya penyakit menular dan
disertai dengan naiknya penyakit tidak menular.Namun dewasa ini
banyak terjadi perubahan terhadap pola penyakit, penyakit yang
terjadi banyak disebabkan oleh faktor lingkungan, terutama karena
tercemarnya lingkungan sekitar tempat tinggal penjamu menetap.
Berdasarkan pola penyakit, dapat diketahui permasalahan kesehatan
yang paling menonjol di suatu daerah, sehingga dapat ditentukan
usaha kesehatan apa yang perlu dilakukan dan kegiatan apa pula yang
diprioritaskan, serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
melaksanakan usaha kesehatan. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa
sarana dan prasarana akan berubah dengan berubahnya pola penyakit.
Mungkin saja bahwa saat ini diperlukan rumah sakit khusus untuk
tubercolosis, tetapi dengan adanya perubahan pola penyakit, rumah
sakit tadi tidak lagi diperlukan dan harus berubah fungsinya,
misalnya menjadi rumah sakit kanker.Berikut salah satu wacana
mengenai pola penyakit yang disebabkan oleh terganggunya
keseimbangan ekologi akibat pencemaran terutama pencemaran
udara.Perubahan Iklim Tingkatkan Penyakit ISPAJAKARTA~Penyakit
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) semakin mengancam seiring
dengan perubahan iklim global yang menjadikan suhu udara lebih
panas.ISPA menyerang 5-6 persen populasi atau sekitar 18 juta orang
per tahun di Indonesia. Meskipun ISPA penyakit yang tidak mengenal
umur, tapi anak-anak yang paling dipengaruhi oleh perubahan iklim
dan terkena penyakit seperti batuk atau asma, papar Direktur
Pengendalian Penyakit Menular Langsung Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian
Kesehatan M Subuh dalam temu media di Jakarta, Jumat
921/9/2012).Perubahan iklim telah diketahui dapat meningkatkan
kematian dan penyakit akut khususnya saluran pernafasan akibat
gelombang panas, demikian seperti dilaporkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010.Selain meningkatkan penyakit
saluran pernapasan, perubahan iklim juga meningkatkan frekuensi
serangan penyakit jantung dan pernapasan akibat peningkatan
konsentrasi ozon di permukaan bumi, perubahan penyakit saluran
pernapasan akibat paparan polusi udara jangka panjang dan adanya
perubahan penyebaran alergen dan beberapa vektor penyakit
infeksi.Selain itu data Kementerian Kesehatan menunjukkan penderita
ISPA semakin bertambah tiap tahun. Pada tahun 2011 tercatat
penderita mencapai 18.790.481 orang dengan 756.577 orang lainnya
menderita pneumonia, meningkat dari penderita ISPA sebanyak
18.069.360 orang pada 2010.Tantangannya saat ini adalah untuk
memiliki kajian model prediksi dampak perubahan iklim maupun sistem
monitoring perubahan konsentrasi allergen, kata Subuh.Selain itu
juga dibutuhkan data insiden dan prevalensi ISPA dan faktor sosial
lingkungan untuk dapat mengambil langkah antisipasi yang tepat
untuk mencegah semakin meluasnya penyakit tersebut.Perubahan iklim
telah beberapa lama diakui oleh para ahli kesehatan dapat
mempengaruhi kesehatan manusia diantaranya mempengaruhi penyakit
seperti malaria, schistosomiasis, influenza (termasuk flu burung),
diare, ISPA dan dengue.Perubahan iklim global, penipisan ozon dan
perubahan ekosistem telah menyebabkan perubahan pola penyakit dan
terjadinya penyakit `re-emerging` (muncul kembali) dan `new
emerging` (baru muncul) seperti diare, DBD, malaria dan penyakit
kronis, kata Direktur Penyehatan Lingkungan Direktorat P2PL
Wilfried H Purba.Oleh karena itu, masyarakat diimbau agar waspada
terhadap perubahan cuaca terutama untuk penyakit seperti diare,
ISPA, malaria, DBD dan leptospirosis.Salah satu langkah yang dapat
dilakukan dipaparkan Wilfried adalah dengan menjaga sanitasi
lingkungan. Kerugian sektor kesehatan akibat sanitasi yang buruk
diperkirakan mencapai Rp33 triliun pertahunnya dan kerugian ekonomi
diperkirakan sebesar 2,3 persen dari produk domestik bruto (laporan
WSP EAP 2007). (ANT)Scr:
http://rajawalinews.com/7995/perubahan-iklim-tingkatkan-penyakit-ispa/Dari
wacana di atas dapat dilihat bahwa ISPA banyak terjadi karena
perubahan iklim, perubahan iklim ini banyak terjadi karena ulah
manusia itu sendiri, sehingga membuat ekosistem menjadi tidak
seimbang lagi, misalnya seperti pembangunan yang tidak disertai
pertimbangan jangka panjang dan dapat mengakibatkan pencemaran.
3.4 Model Ekologi Terjadinya Penyakit/Pencemaran
LingkunganMenurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997 pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsunganperi kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,pengawasan dan pengendalian
lingkungan hidup. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah agar
tercapai keselarasan hubungan antara manusia dan lingkungan hidup,
terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan hidup dan
terlaksananya pembangunanberwawasan lingkungan. Pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar
dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuksumber daya
ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan ( Pasal 1
ayat (2) dan (3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 ).Salah satu
komponen lingkungan hidup adalah sumber daya alam. Menurut Suratmo
(1995) sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik
generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Pengelolaan
sumber daya alam harus mengacu pada beberapaprinsip yaitu : 1)
keadilan terhadap alam (lingkungan) dan manusia,2) kelestarian
dankeberlanjutan, 3) demokrasi,4) transportasi, 5) koordinasi dan
keterpaduan antar sektor,6) efisiensi, 7) desentralisasi yang
demokratis, 8) partisipasi publik, 9) akuntabilitaspublik dan 10)
free and priorinformed consent.Menurut Kamil (2001) dalam Saptono
(2005), ditinjau dari aspek alokasi danpenggunaan sumber daya
terdapat empat karakteristik penting yang selalu harus diperhatikan
yaitu equity, efektivitas dan efisiensi, ramah lingkungan dan
resourcesprudence. Karakteristikequity maksudnya adalah kesamaan
peluang bagi semua anggota masyarakat untuk mempertahankan dan
memperbaiki kesejahteraannya. Efektivitas dan efisiensi menghendaki
agar berbagai keputusan publik didasarkan pada penggunaan sumber
daya alam terbaik. Ramah lingkungan maksudnya adalah bahwa
pemanfaatanpotensi sumber daya alam harus senantiasa diikuti dengan
upaya untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. Karakteristik
resources prudence mensyaratkan bahwah sumber daya dimanfaatkan
secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan
kebutuhan masa sekarang maupun yang akan datang.Salah satu konsep
mengenai pembangunan berkelanjutan adalah sistem sosio-ekologis
sebagaimana yang dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute
(Saptono, 2005). Sistem sosio-ekologis terdiri atas tiga sub sistem
yang masing-masingberkenaan dengan masyarakat (manusia), lingkungan
hidup dan ekonomi. Ketiga subsistem tersebut saling mempengaruhi
satu sama lainnya sehingga bila terjadi ketidakstabilan pada salah
satu sub sistem, maka sub sistem yang lain akan terkena dampaknya
dan keseimbangan ketiga sub sistem tersebut akan terganggu.
Konseppembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang harus
menyeimbangkan ketiga sub sistem tersebut sehingga tingkat
kesejahteraan manusia dapat meningkat baikgenerasi sekarang maupun
generasi yang akan datang.Pembangunan yang dilaksanakan secara
sembarangan tanpa memperhatikan faktor lingkungan hidup dan
kesehatan masyarakat dapat menimbulkan terjadinyapencemaran
lingkungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
penyakit. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (UU No. 23 /
1997). Sebagai contoh terjadinya kasus pencemaran lingkungan yang
sangat menggemparkan dunia adalah terjadinya penyakit Minamata di
Jepang sebagai akibat tercemarnya laut oleh limbah Mercury dari
perusahaan. Berikut ini beberapa model ekologi terjadinya penyakit
akibat pencemaran lingkungan:1. Model GordonTeori ini di kemukakan
oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model Gordon sesuai
dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan terjadinya
penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit
sebagai adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di
tengah-tengahnya, yakni lingkungan (L). Pada kedua ujung batang
tadi terdapat pemberat, yakni A, H. Dalam model ini A, H dan L
dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi
ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :A =
agent/penyebab penyakitB = host/populasi berisiko tinggi, danC =
lingkungan Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena
adanya faktor penentu pada setiap elemen. Faktor penentu yang
terpenting antara lain adalah: Agent : Jumlahnya bila hidup,
konsentrasinya bila tidak hidup, infektivitas / patogenitas /
virulensi bila hidup, reaktivitas bila tidak hidup. Host : Derajat
kepekaan, imunitas terhadap A hidup, toleransi terhadap A mati,
status gizi, pengetahuan, pendidikan, perilaku dan lain-lain.
Lingkungan : Kualitas dan kuantitas berbagai kompatemen lingkungan,
yang utamanya berperan sebagai faktor yang menentukan terjadinya
atau tidak tidak terjadinya transmisi agent (A) ke host (H).
Kompartemen lingkungan dapat berupa udara, tanah, air, makanan,
perilaku, dan higiene perorangan, kuantitas dan kualitas serangga
vekor / penyebar penyakit.(Soemirat: 2000)Model ini mengatakan
bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka
dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat.Sebaliknya,
apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan
keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat
atau sakit. Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum
tentang penyakit yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk
melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap permasalahan yang
ada(Juli Soemirat, 2010:23-24).Dalam pandangan epidemiologi klasik
dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle) yang
digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit.Konsep ini bermula
dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular
dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun
selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya
penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen.
2. The wheel of causation (Teori Roda)Model ini menggambarkan
hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut
terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya
dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi
penjamu. Ukuran komponem roda bersifat relatif, tergantung problem
spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter
tentunya proporsi inti genetikrelatif besar, sedang penyakit campak
status imunitas penjamu dan biologik lebih penting daripada faktor
genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya
dalam hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran
lingkungan biologis lebih besar.Seperti halnya dengan model
jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari
berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak
begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan
antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari
masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang
bersangkutan. Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan
hubungan antara manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu
pusat (pejamu atau manusia) yang memiliki susunan genetik sebagai
intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang dibagi secara
skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan
fisik.Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada
masalah penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk
penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti genetik relatif lebih
besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif
kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi
lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong
pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu
perbedaan yang berguna untuk analisa epidemiologi.
3. The web of causation (jaring-jaring sebab akibat)Teori
jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh
(1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi
factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi
dari hasil interaksi berbagai factor. Misalnya factor interaksi
lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi dan social memegang
peranan penting dalam terjadinya penyakit. Menurut model ini
perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang
bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung
pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari
serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya
penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai
pada berbagai titik.Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi
tidak tergantung kepada penyebab-penyebab yang terpisah secara
mandiri, tetapi lebih merupakan perkembangan sebagai suatu akibat
dari suatu rangkaian sebab-akibat, dimana setiap hubungan itu
sendiri hasil dari silsilah (geneologi) yang mendahuluinya dan yang
kompleks (complex geneology of antecenden).Suatu penyakit tidak
tergantung kepada penyebab yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan
sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Penyakit juga
dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di
berbagai faktor.Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari
penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan
menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.Beberapa dari
faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip),
yang lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya
hidup dapat dimanipulasi.Faktor perubahan lingkungan (yaitu banjir)
memungkinkan munculnya dan berkembangnya agen penyakit. Misalnya
saja leptospirosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan
oleh Leptospira interrogans. Bakteri ini bisa ditularkan melalui
kontak pada kulit, khususnya jika kulit terluka, atau kontak
selaput lendir dengan air, tanah basah atau tanaman yang
terkontaminasi dengan urin hewan yang terinfeksi, berenang, luka
yang terjadi karena kecelakaan kerja; kontak langsung dengan urin
atau jaringan tubuh hewan yang terinfeksi; kadang kadang melalui
makanan yang terkontaminasi dengan urin dari tikus yang terinfeksi;
dan kadang kadang melalui terhirupnya droplet dari cairan yang
terkontaminasi. Saat banjir, maka daratan akan tertutupi oleh air.
Keadaan seperti ini sangat memungkinkan terjadinya kontaminasi air
banjir dengan urin hewan yang terinfeksi. Akibatnya, karena saat
banjir lingkungan di sekitar manusia adalah air maka hal tersebut
membuat manusia berada dalam titik rentan untuk
terkontaminasi.Faktor perubahan lingkungan (yaitu banjir) juga
memungkinkan menurunnya pertahanan host. Kekurangan makanan, berada
dalam suhu yang tidak nyaman, kelembaban tinggi, sanitasi yang
tidak memadai, banyaknya populasi pengungsi di tempat pengungsian,
dapat menaikkan kerentanan host untuk menjadi sakit. Pada kondisi
ini manusia terancam penyakit seperti tuberculosis, campak,
skabies, hipo dan hipertermia, dan sebagainya (Perrin: 2001,
hlm.112-113). Selain itu, efek banjir jangka panjang juga
dimungkinkan dapat mempengaruhi kesehatan psikologis korban yang
risikonya lebih besar dari kesakitan atau cedera fisik biasa. Untuk
sebagian besar orang, trauma dapat terus berlanjut bahkan hingga
air surut. Perbaikan pasca banjir seperti melakukan perbaikan
properti yang rusak, bersih-bersih rumah, dan mengajukan klaim
asuransi dapat menghadirkan stress tersendiri (Ohl:2000, 1167).
Keadaan seseorang yang dipenuhi stress, membuat seseorang
senantiasa merasa khawatir, cemas, gelisah, dan tidak mampu
menguasai dirinya. Hal tersebut bisa mengantar seseorang pada
gangguan kesehatan atau bahkan kematian prematur (Wilkinson, ed:
2003, hlm. 12).
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan Keseimbangan ekologi adalah Keseimbangan
ekosistemadalah suatu kondisi dimana interaksi antara
komponen-komponen di dalamnya berlangsung secara harmonis dan
seimbang.Keseimbangan ekosistemtersebut berdampak signifikan pada
keberlangsungan kehidupan manusia Saat ini sangat banyak upaya
pemerintah untuk pertumbuhan dan perkembangan daerah, dengan dalih
mensejahterakan rakyat sekitar. Namun hal tersebut banyak
disalahgunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk mengeksploitasi
sumber daya alam yang ada di ekosistem kita, tanpa mempertimbangkan
keseimbangan ekosistem guna kelangsungan hidup di masa akan datang.
Pola-pola penyakit banyak berubah akibat perubahan zaman, dimana
dahulu penyakit dominan karena adanya kmiskinan, namun dewasa ini
pola penyakit berubah, yaitu disebabkan oleh ketidakseimbangan
ekologi maupun pencemaran lingkungan Model ekologi terjadinya
penyakit dibagi menjadi tiga, yaitu model gordon, The wheel of
causation (Teori Roda) dan The web of causation (jaring-jaring
sebab akibat) yang ketiganya memiliki pengaruh yang sangat
besar.
3.2 SaranLingkungan kita dewasa ini sudah semakin rusak dan
tercemar, hal tersebut banyak diakibatkan oleh manusia itu sendiri.
Oleh karena itu seharusnya pemerintah, swasta dan masyarakat harus
kembali memperhatikan lingkungan yang ada, jangan hanya
memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa memperbaiki dan
memperbaharui sumber daya tersebut. Kita semua harus tetap menjaga
keseimbangan ekologi yang ada, agar jalannya kehidupan di alam ini
berjalan dengan sebagaimana mestinya, tanpa harus ada yang dirusak
baik manusia maupun lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://pertanianblog-pertanianblog.blogspot.com/2011/06/meledaknya-populasi-ulat-bulu-ditinjau.html
http://www.voaindonesia.com/content/eksploitasi-batu-bara-rusak-kalimantan/1803156.html
http://ligianakhamalasantiya.wordpress.com/2013/06/27/pola-penyakit/
http://netwie.wordpress.com/tag/masalah-ekologi/
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec11821/010.htm
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/index
Ekologi KesehatanPage 31