Top Banner

of 22

Keseimbangan Asam

Jul 09, 2015

Download

Documents

xin xin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen ([H+]) pada cairan tubuh Asam terus menerus diproduksi dalam metabolisme yang normal. Meskipun terbentuk banyak asam sebagai hasil metabolisme, namun [H+] cairan tubuh tetap rendah. Kadar H+ normal darah arteri adalah 4 x 10-8 mEq/L atau sekitar 1persejuta dari kadar Na+. Meskipun rendah, kadar [H+] yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal, karena sedikit fluktuasi (naik turun) sangat mempengaruhi aktivitas enzim sel sehingga merubah seluruh fungsi sel dan tubuh. Perubahan [H+] yang relative kecil dapat sangat mempengaruhi hidup seseorang karena berefek terhadap enzim sel. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena jumlahnya yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ion hidrogen disebut dalam skala logaritma dengan menggunakan satuan pH. 1,4 Pengaturan keseimbangan ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion-ion lain dalam tubuh. Sebagai contoh, untuk mencapai homeostasis, harus ada keseimbangan antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh. Dan, seperti pada ion-ion lain, ginjal memainkan peranan kunci dalam pengaturan konsentrasi ion hidrogen. Akan tetapi, pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler yang tepat melibatkan jauh lebih banyak hal daripada eliminasi sederhana ion-ion hidrogen oleh ginjal. Terdapat juga mekanisme penyangga asam basa yang melibatkan darah, sel-sel, dan paru-paru yang perlu untuk mempertahankan konsentrasi ion hidrogen normal dalam cairan ekstraseluler dan intraseluler. 5 Gangguan keseimbangan asam basa disebut dengan istilah asidosis bila pH darah bersifat asam dan alkalosis jika pH darah bersifat basa. Tergantung proses primernya dapat dibagi menjadi asidosis/alkalosis respiratorik (proses primernya pada pernapasan) dan asidosis/alkalosis metabolik (proses primernya adalah gangguan

metabolik). Akhiran osis pada asidosis ataupun alkalosis menunjukkan proses primer yang menghasilkan asam atau basa tanpa melihat nilai pH darah. Pada asidosis/alkalosis ringan yang terkompensasi sempurna, pH darah dapat tetap normal.6 Pada setiap gangguan keseimbangan asam basa, selalu akan diikuti kompensasi untuk mempertahankan pH normal. Kompensasi dari asidosis respiratorik adalah alkalosis metabolik, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolik dan demikian juga sebaliknya. 6 1.2 Batasan Masalah Referat ini membahas tentang definisi asam basa, mekanisme yang mempertahankan nilai pH normal dalam tubuh dan gangguan-gangguan pada keseimbangan asam basa dalam tubuh.. 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan referat ini sebagai salah satu syarat ujian dalam kepaniteraan klinik di bagian Anestesi RSUP DR.M.Djamil Padang serta untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Keseimbangan Asam Basa dalm Tubuh. 1.4 Metode Penulisan Metode yang digunakan pada referat ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi Asam adalah setiap senyawa kimia yang melepas ion hidrogen kesuatu larutan atau kesenyawa biasa. Contoh asam klorida ( HCl), yang berionisasi dalam air membentuk ion-ion hidrogen ( H+) dan ion klorida ( Cl-). Demikian juga, asam karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-). 1,4 Basa adalah senyawa kimia yang menerima ion hidrogen. Contoh, ion bikarbonat HCO3-, adalah suatu basa karena dapat menerima ion H+ untuk membentuk asam karbonat (H2CO3). Demikian juga fospat ( HPO4) suatu basa karena dapat membentuk asam fospat (H2PO4). 1,4Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen. 4 Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya HCl. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecendrungan untuk berdisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang melepaskan H+. contohnya H2CO3. 4 Basa kuat adalah suatu basa yang secara cepat dan kuat dengan H+ dan oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh ion hidroksil (OH-), yang bereaksi dengan cepat membentuk air (H2O). 4 Basa lemah adalah basa yang secara lemah bereaksi dengan ion H+. Contohnya HC03-.4 Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH 7,45 dikatakan alkalosis. Ion H

terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu: 1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat. 2. katabolisme zat organik 3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H. Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain: 1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas. 2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh 3. mempengaruhi konsentrasi ion K bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara: 1. mengaktifkan sistem dapar kimia 2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan 3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. 7

2.2. Mekanisme Pengaturan pH Tubuh Ada 3 mekanisme yang mempertahankan nilai pH agar tetap dalam batas normal dalam cairan tubuh, yaitu: 1. Dapar (sistem penyangga asam basa) kimia dalam cairan tubuh 2. Mekanisme kompensasi respirasi 3. Mekanisme kompensasi oleh ginjal4,6 1. Dapar Kimia Dapar kimia adalah zat kimia yang terdapat dalam cairan tubuh yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan pH apabila terjadi penambahan sejumlah asam atau basa ke dalam cairan tubuh. Dapar bisa merupakan campuran asam lermah dan garam alkalinya atau campuran basa lemah dan garam asamnya.4 Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen ,sistem penyangga cairan tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk meminimalkan perubaha-perubahan ini. Sistem penyangga tidak mengeliminasikan ion0ion hydrogen dari tubuh atau menambahnya ke dalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetap terikat sampai keseimbangan terikat kembali. 5 Ada 4 sistem dapar utama dalam tubuh, yaitu: a. Sistem dapar bikarbonat Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan aair yang mengandung dua zat yaitu: asam lemah H2CO3 dan garam bikarbonat seperti NaHCO3. dalam cairan ekstrasel. sebagai berikut: HCL + NaHCO3 H2CO3 + NaCl2,5 2,5

Sistem ini merupakan sistem dapar utama dalam tubuh dan berfungsi terutama Pda proses metabolisme normal, kebanyakan asam organik yang terbentuk lebih kuat dari H2CO3. Hal ini menimbulkan reaksi

H2CO3 H2O +CO2 Bila suatu basa seperti NaOH memasuki tubuh atau terbentuk dalam tubuh, maka akan bereaksi dengan CO2 membentuk bikarbonat dengan jalan sbb: NaOH + N2CO3 NaHCO3 + H2O Karbondioksida (CO2) diproduksi secara kontinyu melelui prose proses metabolisme, oleh karena itu setiap basa yang masuk ke dalam tubuh dengan segera diubah menjadi bikarbonat. Karena pentingnya bikarbonat dan karbondioksida dalam pengaturan asam basa, maka pH darah tergantung dari perbandingan ion HCO3 : H2CO3 dalam plasma dan cairan ekstrasel. Pada keadan normal, perbandingan ini adalah 20:1. Henderson & Hesselbach mendapatkan cara perhitungan pH sebagai berikut: pH = 6,1 + log HCO3/H2CO3 = 6.1 + log 20 = 6.1 + 1.3 =7,4 Bila kadar bikarbonat naaik atau kadar asam karbonat turun maka perbandingan HCO3/H2CO3 akan naik dan nilai pH naik, demikian juga sebaliknya. 6 b. Sistem dapar fosfat Sistem dapar ini terutama berperan dalam eritrosit dan sel tubulus ginjal yang berperan mengatur ekskresi ion H. Ion fosfat terdapat dalam 2 bentuk, yaitu HPO4 dan H2PO4-.Penambahan asam kuat seperti HCl akan menimbulkan reaksi sebagai berikut: HCl + NaHPO4 NaCl + NaH2PO4

Dengan kata lain asam kuat diubah menjadi garam netral NaCl oleh garam dapar fosfat yang berubah bentuk dari basa lemah manjadi asam lemah. Dengan cara serupa basaa kuat seperti NaOH akan menimbulkan reaksi sebagai berikut : NaOH + NaH2PO4 NaHPO4 + H2O Atau dengan kata lain basa kuat akan diubah menjadi air oleh garam dapar fosfat yang mengalami perubahan bentuk dari asam lemah menjadi basa lemah. 6 c. Sistem dapar protein Sistem dapar ini berfungsi dalam sel jaringan dan juga di dalam plasma. 2.6 Protein merupakan dapar yang efektif karena mengandung gugus karboksil bebnas dan asam amino bebas yang terdisosiasi. 2 Protein dalam bentuk asam (HProtein) atau sebagai basa (B-Protein) dan bereaksi sebagai anion pada pH yang alkalis. 2.6 d. Sistem dapar hemoglobin Sistem ini berperan di dalam sel eritrosit untuk mengikat CO2, sebanyak 20% dalam bentuk carbamino compound. Hanya 5% CO2 yang diangkut dalam plasma berbentuk larutan bebas. Sisanya sebanyak 75% diangkut oleh darah sebagai bikarbonat. 6 Sistem dapar kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

2. Mekanisme Kompensasi respirasi Pusat nafas di medulla oblongata sangat sensitive terhadap perubahan pCO2 dan perubahan pH darah. Di samping itu kemoreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus yang mengatur frekuensi dan dalamnya nafas juga dipengaruhi oleh perubahan O2, pH dan CO2 dalam darah. 6 Kompensasi respirasi dalam mempertahankan keeimbangan asam basa adalah dengan pengaturan konsentrasi CO2 cairan ekstraselular oleh paru. Dengan menyesuaikan pCO2 meningkat atau menurun, paru secara efektif akan mengatur konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraselular. Peningkatan ventilasi akan mengurangi CO2 dan mengurangi konsentrasi ion hidrogen demikian juga sebaliknya. 2 Pengaturan konsentrasi ion hydrogen dengan ventilasi paru ini diatur sensor pada susunan saraf pusat dan system sirkulasi darah. Bila terjadi kenaikan pCO2, CO2 akan bereaksi dengan H2O dan menghasilkan ion H+.Ion H+ ini akan merangsang kemoreseptor di arkus aorta dasn sinus karotikus, kemudian melalui N.IX dan X akan mengirimkan sinyal ke pusat pernapasan di batang otak dan kemudian kembali ke otot pernapasan untuk meningkatkan ventilasi. Akibatnya, kadar CO2 berkurang dan pH bertambah. 2 Bila kadar CO2 menurun akan menyebabkan penurunan ventilasi dan menurunkan pH. Selain Co2, penurunan kadar oksigen (hipoksemia) yaitu bila pO2 7,45 6 Adalah keadaan patologis akibat penimbunan basa atau akibat hilngnya asam yang tidak disertai hilangnya basa sebanding dalam cairan badan, ditandai dengan penurunan konsentrasi hidrogen (peningkatan pH). 2 Berdasarkan etiologinya, bentuk gangguan keseimbangan asam basa dapat dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: 1. Asidosis Metabolik Asidosis Metabolik adalah suatu keadaan keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. 2

Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. 5 Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. 5 Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. 5 Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma. 5 Penyebab Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama: 1. Asidosis karena penyerapan asam Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik. 5 2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme. Tubuh dapat menghasilkan a sam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.5.6

Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula. 5

3. Asidosis metabolik bisa terjadi karena kurangnya ekskresi asam akibat ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam. 4. Kurangnya cadangan dapar, berupa kehilangan ion HCO3 yang terbuang percuma melalui ginjal atau usus menyebabkan hipobikarbonatremia dan asidosis metabolik. 5.6 Efek asidosis metabolik Turunnya konsentrasi HCO3 serum menurunkan rasio HCO3/H2CO3 sehingga nilai pH turun, hal ini akan mempengaruhi pusat nafas untuk mengeluarkan CO2 dengan hiperventilasi untuk mengembalikan pH ke arah normal. Akan tetapi usaha kompensasi ini tidak akan pernah tercapai bila produksi asam teryus berlangsung. 6 Penurunan pH akan merangsan pelepasan epinefrin, yang disebabkan oleh stress yang menyeluruh dan mungkin merupakan efek hemodinamik dari suatu keasaman. 6 Perubahan hemodinamik merupakan sesuatu yang mengancam jiwa. Asidosis secara langsung memperburuk kontraksi miokard, tetapi hal ini diimbangi oleh efek inotropikpositif akibat pelepasan epinefrin. Akan tetapi bila pH di bawah 7,2 efek mioinhibisi dari asam menjadi dominant dan sewaktu-waktu dapat tterjadi kegagalan miokard. 6

Gejala Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian. 5 Diagnosa Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah (analisa gas darah) yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Pengobatan Secara umum diperlukan basa untuk mengganti kekurangan basa yang terjadi. NaHCO3 merupakan pilihan utama, dapat juga dipakai Na-Laktat atau asetat pada keadaan-keadaan tertentu. Prepart tertentu di atas diberikan secar parenteral. Pemberian peroral dapat digunakan campuran Na dan K sitrat. 6

Karena pemberian basa bukan tanpa komplikasi, toidak semua asidosis metabolic harus dikoreksi segera. Pada umumnya pemberian basa dimulai bila pH turun sampai < 7.2. 2 Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. 5 2. Alkalosis Metabolik Merupakan suatu gangguan status asam basa tubuh bergeser ke arah basa karena retensi basa, atau karena hilangnya asam yang tidak menguap atau asam non karbon. Dengan kata lain dapat diartikan sebagai suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan hilangnya asam dalam tubuh dalam jumlah besar atau dengan meningkatnya basa bikarbonat. 2 Beberap penyebab dari alkalosis metabolic adalah: Alkalosis karena diuretik Semua diuretic ( kecuali penghambat karbonik anhidrase) menyebabkan aliran cairan dal tubulus ginjal, hal ini menyebabkan tingginya resorpsi natrium. Karena resorpsi Na berpasanganm dengan pengeluaran ion hydrogen, maka semakin banyak Na yang diserap maka ion H semakin banyak yang disekresikan. 2 Alkalosis karena kelebihan aldosteron Peningkatan aldosteronakan secar bermakna meningkatkan resorpsi natrium, sehingga akn meningkatkan pula sekresi ion hydrogen.

Alkalosis karena muntah Muntah akan mengeluarkan getah lambung yang sangat kuat sehingga

menyebabkan kehilangan sejumlah ion hydrogen dari dalam tubuh. Alkalosis karena obat Beberapa obat bersifat alkali yang paling sering menyebabkan alkalosis adalh natrium bikarbonat, yang merupakan obat untuk gastritis atau ulkus peptic yang bersifat sistemik. 2 Efek alkalosis metabolics Kelebihan basa akan merangsang kemoreseptor di batang otak untuk menurunkan ventilasi alveolar dalam usaha menahan CO2 dari dalam tubuh. Keadaan kompensasi ini juga akan menyebabkan6

hipoksia ringan

dan

hiperbikarbonatremia.

Mekanisme kompensasi yang lain dilakukan oleh ginjal

dengan peningkatan ekskresi bikarbonat. 2 Kenaikan pCO2 menandakan terjadinya kompensasi pernapasan untuk mengembalikan pH kea rah normal, akan tetapi tidak akan pernah tercapai. 6 Alkalosis metabolic menginduksi pelepasan asetilkolin pada hubungan saraf otot. Alkalemia berat (pH di atas 7,55) menimbulkan tanda tetani. Pasien alkalotik berada dalam risiko besar untuk timbulnya aritmia spontan terutama dalm stre fisik seperti anestesia dan pembedahan. 6 Pengobatan Pengobatan terutama ditujukan pada penyebab yang mengakibatkan timbulnya alkalosis metabolic. Misalnya apabila disebabkan oleh muntah atau pengisapan lambung, bias diberikan infuse cairran lambung yang hilang. Apabila disebabkan hipokalemi, diberikan dangan preparat KCl yang jumlahnya sulit diperoleh di pasaran. 6

3. Asidosis Respiratorik Merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan retensi karbondioksida berlebihan dalam tubuh, disebut juga asidosis hiperkapnik. 2Hal ini karena pengeluaran CO2 sedikit oleh paru-paru. Peningkatan selanjutnya dalam pCO2 arteri dan asam karbonat akan meningkatkan kadar ion hidrogen dalam darah.. 4 Beberapa penyebab asidosis respiratorik: Depresi pusat pernapasan Misalnya pada intoksikasi opiat atau barbiturat, tauma atau tumor SSP, infeksi SSP seperti meningitis/ensefalitis, perdarahan otak (stroke) dan hipoventilasi sentral yang sifatnya primer. 2.4,6 Kelainan pada jalan nafas Misalnya aspirasi benda asing atau muntah, laringoedema, lidah jatuh ke belakang dan menyumbat jalan nafas padapasien koma. 1 Penyakit paru Misalnya penyakit paru obstruktif baik akut atau kronis, trauma dada dan kelainan saraf-otot nafas. 2.4,6 Mekanisme kompensasi Saat CO2 berakumulasi ,peningkatan frekuensi pernafasan respiratorik (hiperventilasi) ketika istirahat terjadi untuk mengeluarkan CO2 dari tubuh. patofis Ginjal mengkompensasi peningkatan kadar asm dengan mengekskresika lebih banyak ion hydrogen untuk mengembalikan pH darah mendekati tingkat yang normal. Jika penyesuaian respiratorik dan ginjal terhadap pH gagal, akan terjadi gejala-gejaladepresi susunan saraf pusat. 4

Efek asidosis respiratorik Terhadap susunan saraf pusat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran yang beratnya tergantung derajat asidosis yang terjadi. Gejala peningkatan tekanan intracranial dapat dihubungkan dengan pCO2 yang tinggi sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah serebral. 6 Hasil pemeriksaan kimia darah sangat bervariasi. Umumnya pH turun, pCO2 naik dan HCO3 serum naik dengan progresif. 6 Pengobatan Terapi ditujukan untuk mengoreksi factor penyebab dan memulihkan ventilasi alveolar unruk mengeluarkan CO2. Pada keadaan akut, intubasi endotrakeal dan bantuan ventilasi harus dilakukan tanpa harus menunggu pasien memperlihatkan tanda-tanda peninggian pCO2 progresif. 6 Pada retensi CO2 akibat PPOM,pendekatan lebih diarahkan pada tindakan konservatif (dengan regimen: bronkodilator, fisioterapi paru dan antibiotika), oleh karena pasien PPOM lebih toleran terhadap retensi CO2, asidosisnya tidak terlalu berat dan hiperkapnia tidak terlalu efektif untuk merangsang pusat nafas.2.6

Pemberian oksigen hendaknya hati0hati, dianjurkan secar intermiten untuk mencegah hilangnya kendali pusat nafas oleh hipoksia..6

Bila penyebabnya

obat-obatan perlu dipertimbangkan penghentian obat-obat tersebut.. 2

4. Alkalosis Respiratorik

Merupakan suatu keadaan akibat banyak hilangnya karbondioksida dari dal tubuh atau hipokapnia akibat hiperventilasi. Juga diartikan suatu keadaan abnormal dengan kadar karbondioksida darah yang rendah dan kadar basa yang tinggi sehingga pH naik.. 2.6 Beberapa penyebab alkalosis respiratorik: Penyakit atau gangguan pada SSP, seperti pada ensefalopati metabolik, infeksi pada otak, stroke, hipoksia serebri, intoksikasi salisilat dan kecemasan yang berlebihan. Kelainan atau penyakit pada paru, seperti pada pneumonia, asma stadium awal, emboli paru dan penyakit interstisial paru dini. Kelainan kardiovaskular, seperti pada sepsis yang disebabkan infeksi gram negatif dan kegagalan jantung kongestif. 6 Alkalosis respiratorik fisiologis terjadi pada pendaki gunung karena kadar oksigen yang rendah di tempat tinggi menyebabkan pendaki gunung bernafas lebih cepat. 2 Respon kompenssi terutama berasal dari penurunan konsentrasi bikarbonat melalui peningkatan konsentrasi bikarbonat melalui peningkatan ekskresi di ginjal. 2 Gejala dan tanda yang timbul adalh kecemasan missal: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak tangan dan kaki dingin dan berkeringat. Pasien sering mengeluhkan parestesi, otot berkedut, dan tetani. Alkalosis juga menyebabkan vasokonstriksi serebral yang menimbulkan hipoksia serebral dan keluhan kepala terasa ringan dan tidak mampu berkonsentrasi. 1 Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar gas darah arteri dan tidak diukur dari frekuensi nafas yang terlihat. 1 Penatalaksanaa yang dapat dilakukan pada alkalosis respiratorik adalah:

Pemberian oksigen pada keadaan hiperventilasi karena hipoksia Bernafas ke dalam kantung untuk meningkatkan CO2 yang dihirup pada pasien ansietas atau pasien lainnya yang tidak mengalami hipoksia Mengatasi penyakit dasar seperti asma, pneumonia,dll. 2

BAB III

KESIMPULANKeseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen ([H+]) pada cairan tubuh yang menentukan pH darah. Tingkat keasaman (pH) rata-rata darah normal antara 7,35-7,45. Pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh dipertahankan oleh tiga mekanisme yaitu: System dapar (sistem penyangga) kimia, dengan penambahan sejumlah asam dan basa ke dalam cairan tubuh Mekanisme kompensasi respirasi, dengan mrngekskresikan ion hidrogen dan CO2 Mekanisme kompensasi oleh ginjal, dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Gangguan keseimbangan asam basa menyebabklan perubahan pada pH. Jika pH kurang dari normal ( < 7,35 ) disebut asidosis dan lebih dari normal ( >7,45 ) disebut alkalosis. Bentuk gangguan keseimbangan asam basa dibagi menjadi 4 yaitu asidosis metabolik, alkalosis metabolik, asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik. Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangatlah penting.

DAFTAR PUSTAKA

1. A Price, Sylvia.2006. Patofisiologi volume 1 edisi 6. Jakarta:EGC. Hal 374 2. Aru W.Sudoyo dkk.2006. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:EGC. Hal 134 3. Dedy.31 Januari 2009. Asidosis Metabolik. Diakses dari www.sidenreg.com 4. dr. Gede Eka Wijaya.2009. Keseimbangan Asam Basa. Diakses dari internet tanggal 9 Februari 2010 5. Guyton & Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta:EGC. Hal 481 6. Manngku, Gede.2010. Buku Ajar Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:PT Indeks. Hal 315-327 7. Makalah keseimbangan cairan, elektrolit, asam dan basa. Diakses dari www.keperawatankita.com tanggal 9 Februari 2010