Top Banner

of 22

Keseimbangan Asam Basa EDIT

Apr 14, 2018

Download

Documents

amel015
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    1/22

    1

    KESEIMBANGAN ASAM-BASA DAN ANALISIS GAS

    DARAHKonsentrasi ion hidrogen dan bikarbonat plasma secara tepat diregulasi untuk

    mengoptimalkan aktivitas enzim, transpor oksigen, dan laju reaksi kimia di dalam

    sel. Setiap hari sekitar 15.000 mmol karbon dioksida (yang dapat menghasilkan

    asam karbonik ketika bergabung dengan air) dan 50 sampai 100 mEq asam non-

    volatil (terutama asam sulfur) diproduksi dan harus dieliminasi secara aman.

    Tubuh mampu mempertahankan keseimbangan asam basa ini dengan

    mengutilisasi buffer, ekskresi karbon dioksida pulmonal, dan eliminasi asam oleh

    ginjal. Bab ini akan menjelaskan pentingnya konsep untuk memahami asam dan

    basa, mendiskusikan pengukuran klinis gas darah dan interpretasinya, dan

    pendekatan diagnosis gangguan asam-basa yang umum.

    DEFINISI

    Asam dan Basa

    Asam didefinisikan oleh Bronsted sebagai molekul yang dapat bertindak sebagai

    donor proton (H+), dan basa adalah molekul yang dapat bertindak sebagai aseptor

    proton. Dalam larutan fisiologis, asam kuat merupakan substansi yang secara

    ireversibel memberikan sebuah H+

    dan basa kuat mengikat H+

    secara kuat.Sebaliknya, molekul biologis merupakan basa lemah atau asam lemah, yang

    mendonor atau mengikat H+ secara reversibel.

    Asidemia dan Asidosis

    pH darah kurang dari 7,35 disebut asidemia dan pH darah lebih dari 7,45 disebut

    alkalemia, bagaimanapun mekanismenya. Proses yang menurunkan pH

    dinamakan asidosis, dan proses yang menaikkan pH dikenal sebagai alkalosis.

    Seorang pasien bisa mempunyai gangguan campuran asidosis maupun alkalosis,

    namun hanya bisa terjadi salah satu antara asidemik atau alkalemik. Dua istilahterakhir eksklusif.

    Kelebihan Basa

    Kelebihan Basa (BE) biasanya didefinisikan sebagai jumlah asam kuat (asam

    hidroklorik untuk kelebihan basa lebih darah nol) atau basa kuat (natrium

    hidroksida untuk kelebihan basa kurang dari nol) yang dibutuhkan untuk

    mengembalikan 1 L dari darah yang terekspos dalam sel terhadap PCO2 40 mmHg

    hingga pH 7,4. Selain titrasi aktual, mesin gas darah menghitung kelebihan basa

    dengan algoritma yang menggunakan pH plasma, PCO2 darah dan konsentrasi

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    2/22

    2

    hemoglobin. Angka tersebut seharusnya merujuk pada komponen non-respiratorik

    atau metabolik dari gangguan asam-basa. BE yang kurang dari nol (negatif)

    menggambarkan terjadinya asidosis metabolik dan nilai lebih dari nol (positif)

    menggambarkan terjadinya alkalosis metabolik. Secara in vitro, angka tersebut

    telah akurat, tetapi pada organisme hidup, karena ion menyebrangi batas vaskuler

    dan seluler, perubahan akut PaCO2 terkadang dapat menyebabkan BE berpindah

    ke arah yang berlawanan, tanpa menghiraukan status asam-basa metabolik yang

    tidak berubah.2 Ahli anestesi sering menggunakan kelebihan basa sebagai

    pengukuran yang mewakili asidosis laktat untuk membantu menentukan cukup

    tidaknya resusitasi volume.

    REGULASI KONSENTRASI ION HIDROGEN

    Pada suhu 37C, konsentrasi ion hidrogen yang normal dalam darah arterial dan

    cairan ekstraseluler adalah 35 sampai 45 nmol/L, yang secara respektif, ekuivalen

    dengan pH arterial 7,45 sampai 7,35. Konsentrasi ion bikarbonat plasma yang

    normal adalah sekitar 160 nmol/L, yang ekuivalen dengan pH 6,8.

    Perubahan fisiologis terhadap gangguan asam-basa diperbaiki oleh tiga sistem-

    buffer, ventilasi dan respon ginjal. Sistem buffer menyediakan respon kimia

    segera. Respon ventilasi muncul dalam hitungan menit bila memungkinkan, dan

    terakhir, respon ginjal dapat menyediakan restorasi pH yang mendekati komplit,

    tapi membutuhkan waktu berhari-hari.

    Sistem Buffer

    Sebuah buffer didefinisikan sebagai substansi dalam sebuah larutan yang

    mencegah perubahan ekstrim dari pH. Sistem buffer dihasilkan dari molekul basa

    dan asam konjugasi lemah. Molekul basa dari sistem buffer mengikat ion

    hidrogen yang berlebih dan asam lemah memprotonasi molekul basa yang

    berlebih. Konstanta ionisasi disasosiasi (pKa) mengindikasikan kekuatan dari

    sebuah asam dan didapatkan dari persamaan klasik Henderson-Hasselbalch

    (Gambar 21-1). pKa merupakan pH di mana asam terprotonasi 50% dan

    terdeprotonasi 50%. Semakin kecil nilai pKa, semakin kuat asam tersebut. Sistem

    buffer yang paling penting adalah darah, secara berurutan yang paling penting

    adalah (1) sistem buffer bikarbonat (H2CO3/HCO3-), (2) sistem buffer hemoglobin

    (HbH/Hb), (3) Sistem buffer protein lain (PrH/Pr-), (4) Sistem buffer fosfat

    (H2PO4-/H2PO4

    2-), dan (5) Sistem buffer ammonia (NH3/NH4+).

    Gambar 21-1 Persamaan Henderson-Hasselbalch. [Base],konsentrasi basa; [Conjugate acid], konsentrasi asam terkonjugasi.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    3/22

    3

    SISTEM BUFFER BIKARBONAT

    Karbon dioksida, dihasilkan melalui metabolisme aerob, secara pelan bergabung

    dengan air membentuk asam karbonik yang secara spontan dan cepat

    berdeprotonasi untuk membentuk bikarbonat (Gambar 21-2). Pada sistem ini,

    molekul basa adalah bikarbonat dan asam lemah konjugasinya adalah asam

    karbonik. Kurang dari 1% karbon dioksida yang terlarut mengalami reaksi ini

    karena sangat lambat. Akan tetapi, enzim karbonik anhidrase yang terdapat di

    endotelium, eritrosit, dan ginjal, mengkatalisis reaksi ini untuk mempercepat

    pembentukan asam karbonik dan membuatnya menjadi sistem buffer yang paling

    penting dalam tubuh manusia ketika dikombinasikan dengan kontrol bikarbonat

    oleh ginjal dan kontrol karbon dioksida oleh paru-paru.

    SISTEM BUFFER HEMOGLOBIN

    Protein hemoglobin merupakan sistem buffer kedua terpenting karena residuhistidin multipel. Histidin adalah buffer yang efektif pada pH 5,7 sampai 7,7 (pKa

    6,8) karena mempunyai banyak bagian yang dapat berprotonasi pada rantai

    samping imidazol. Buffer oleh hemoglobin bergantung pada sistem bikarbonat

    untuk memperoleh karbon dioksida intraseluler. Karbon dioksida berdifusi bebas

    ke dalam eritrosit, di mana karbonik anhidrase bekerja. Di sana, karbon dioksida

    bergabung dengan air membentuk asam karbonik, yang berdeptotonasi dengan

    cepat. Proton yang dihasilkan diikat oleh hemoglobin. Anion bikarbonat secara

    elektronertal ditukar untuk kembali ke plasma dengan klorida ekstraseluler

    (Chloride atau Hamburger shift) (Gambar 21-3). Pada paru-paru, proses

    sebaliknya terjadi. Ion klorida keluar dari sel darah merah dan bikarbonat masuk

    untuk dikonversi kembali menjadi karbon dioksida. Karbon dioksida dilepas

    kembali ke plasma dan dieliminasi oleh paru-paru. Proses ini memungkinkan

    fraksi besar dari karbon dioksida ekstrapulmonal ditranspor kembali ke paru-paru

    dalam bentuk bikarbonat plasma.

    Hemoglobin teroksigenasi dan terdeoksigenasi memiliki afinitas berbeda terhadap

    ion hidrogen dan karbon dioksida. Deoksihemoglobin membawa lebih banyak ion

    hidrogen, yang menggeser ekuilibrium karbon dioksida/bikarbonat untuk

    memproduksi lebih banyak bikarbonat dan memfasilitasi pembuangan karbon

    dioksida dari jaringan perifer untuk dilepas ke paru-paru. Oksihemoglobin

    membantu pelepasan ion hidrogen dan menggeser ekuilibrium ke formasi karbon

    dioksida yang lebih banyak. Pada pH fisiologis, jumlah karbon dioksida yang

    Gambar 21-2 Hidrasi karbon dioksida menghasilkan asam karbonik,

    yang akan diurai menjadi ion bikarbonat dan ion hidrogen.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    4/22

    4

    sedikit juga dibawa sebagai karbaminohemoglobin. Deoksihemoglobin

    mempunyai afinitas yang lebih besar (3,5 kali) terhadap karbon dioksida, sehingga

    darah vena membawa lebih banyak karbon dioksida daripada darah arterial. Duamekanisme ini berkombinasi untuk terlibat dalam perbedaan karbon dioksida

    plasma arterial dan plasma vena (25,6 mmol/L vs 27,7 mmol/L, secara respektif)

    (Efek Haldane).

    Respon Ventilasi

    Kemoreseptor sentral terdapat pada permukaan anterolateral dari medulla dan

    berespon terhadap perubahan pH cairan serebrospinal. Karbon dioksida berdifusi

    menyebrangi sawar darah otak untuk meningkatkan konsentrasi ion hidrogen

    cairan serebrospinal (CSF), yang mengaktifkan kemoreseptor dan meningkatkan

    ventilasi alveolar. Hubungan antara PaCO2 dan ventilasi sesaat adalah hampir

    linier kecuali pada PaCO2 arterial yang sangat tinggi, ketika terjadi narkosis

    karbon dioksida, dan pada PaCO2 arterial yang sangat rendah, saat apneic

    threshold tercapai. Terdapat variasi yang sangat luas pada kurva respon

    PaCO2/ventilasi individual, tapi ventilasi sesaat secara umum meningkat 1 sampai

    4 L/menit untuk setiap kenaikan PaCO2 1mmHg. Di bawah anestesia, ventilasi

    spontan akan berhentiketika PaCO2 menurun sampai di bawah apneic threshold,di mana pada pasien sadar, pengaruh kortikal mencegah apnea, sehingga apneic

    thresholdtidak biasa diobservasi.

    Kemoreseptor perifer terdapat pada bifucatio arteri karotis komunis dan

    sekitar arkus aorta. Carotid body merupakan kemoreseptor perifer utama, dan

    sensitif terhadap perubahan PaO2, PaCO2, pH, dan tekanan perfusi arterial.

    Mereka terhubung dengan pusat respirasi sentral melalui nervus

    glossopharyngeal. Berbeda dengan kemoreseptor sentral, yang lebih sensitif

    Gambar 21-3 Sistem Buffer Hemoglobin: Karbon dioksida secara bebas berdifusi ke

    dalam eritrosit, ketika bergabung dengan air untuk membentuk asam karbonik, yang

    secara cepat mengalami deprotonasi. Proton yang dihasilkan diikat oleh Hemoglobin.

    Anion bikarbonat ditukar kembali ke plasma dengan klorida.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    5/22

    5

    terhadap ion hidrogen, carotid body paling sensitif terhadap PaCO2.

    Endarterectomi carotis bilateral menghancurkan respon kemoreseptor perifer dan

    pasien hampir tidak mempunyai pengendalian ventilasi terhadap hipoksia.Stimulus dari kemoreseptor sentral dan perifer baik peningkatan maupun

    penurunan ventilasi alveolar menurun ketika pH mendekati 7,4, koreksi komplit

    seperti itu tidak mungkin terjadi. Respon pulmonal terhadap alkalosis metabolik

    biasanya lebih kurang dibandingkan respon terhadap asidosis metabolik.

    Alasannya adalah karena hipoventilasi yang progresif dihasilkan pada hipoksemia

    ketika bernapas dengan udara ruangan. Hipoksia mengaktifkan kemoreseptor

    yang sensitif oksigen dan membatasi penurunan kompensasi pada ventilasi sesaat.

    Karena hal tersebut, PaCO2 biasanya tidak meningkat di atas 55 mmHg sebagai

    respon terhadap alkalosis metabolik pada pasien yang tidak memperoleh

    suplementasi oksigen.

    Respon Ginjal

    Efek ginjal lebih lambat onsetnya dan mungkin tidak maksimal untuk di atas 5

    hari. Responnya muncul melalui tiga mekanisme (1) reabsorpsi HCO3- yang

    terfiltrasi (2) ekskresi asam yang dapat difiltrasi (3) produksi amonia (Gambar 21-

    4). Karbon dioksida bergabung dengan air pada sel tubuler ginjal. Dengan bantuan

    karbonik anhidrase, bikarbonat yang diproduksi memasuki peredaran darah

    sementara ion hidrogen bertukaran dengan natrium dan dilepas ke dalam tubulus

    ginjal. Di sana, H+ bergabung dengan bikarbonat yang terfiltrasi dan dipecah

    menjadi karbon dioksida dan air dengan bantuan karbonik anhidrase yang

    berlokasi pada luminal brush border, dan karbon dioksida berdifusi kembali kedalam sel tubuler ginjal. Tubulus proksimal mereabsorpsi 80%-90% bikarbonat,

    sedangkan tubulus distal mereabsorpsi 10-20% sisanya. Ketika bikarbonat

    tersedia, ion hidrogen selanjutnya dapat bergabung dengan HPO42- untuk

    membentuk HPO4-, yang dieliminasi di urin. Buffer urin yang terakhir yang

    penting adalah ammonia.

    Ammonia dibentuk dari deaminasi glutamine. Ammonia secara pasif menyebrangi

    membran sel untuk memasuki cairan tubuler. Dalam cairan tubuler, ammonia

    bergabung dengan ion hidrogen membentuk NH4+, yang terperangkap dalam

    tubulus dan dieksresi ke dalam urin. Semua langkah ini memungkinkan

    pembentukan dan pengembalian bikarbonat ke aliran darah. Jumlah yang banyak

    dari bikarbonat difiltrasi oleh ginjal memungkinkan ekskresi cepat jika pentinguntuk kompensasi selama alkalosis. Ginjal sangat efektif dalam melindungi tubuh

    melawan alkalosis, kecuali berhubungan dengan defisiensi natrium atau kelebihan

    mineralokortikoid.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    6/22

    6

    PENGUKURAN GAS DARAH ARTERIAL

    Kemampuan untuk mengukur gas darah arterial dan vena telah merevolusi

    perawatan pasien selama anestesia dan dalam ICU. Walaupun pulse oximetry dan

    capnography dapat dimonitor secara berkesinambungan intraoperatif, analisis gas

    darah arterial meningkatkan kemampuan diagnostik dan akurasi pengukuran.

    Elektroda Gas dan pH Darah

    ELEKTRODA pH

    Elektroda pH adalah elektroda silver yang terbungkus dalam gelas pH-sensitif

    khusus yang mengandung larutan buffer dengan pH yang diketahui. Elektroda

    Gambar 21-4 Tiga mekanisme kompensasi ginjal selama asidosis menyerap

    ion hidrogen dan mereabsorpsi bikarbonat: (1) reabsorpsi HCO3-

    yangterfiltrasi, (2) sekresi asam yang dapat dititrasi, dan (3) produksi amonia

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    7/22

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    8/22

    8

    Koreksi Temperatur

    Penurunan suhu menurunkan tekanan parsial gas dalam larutan, meskipun isi total

    gas tidak berubah. Baik PCO2 dan PO2 menurun selama hipotermia, tetapi

    bikarbonat serum tidak berubah. Hal ini menyebabkan peningkatan pH jika darah

    bisa diukur pada temperatur pasien. Suatu gas darah dengan pH 7,4 dan PCO2 40

    mm Hg pada 37 C akan mempunyai pH 7.58 dan PCO2 23 mm Hg pada 25C.8

    Sayangnya, semua sampel gas darah diukur pada 37C, yang menimbulkan

    masalah cara terbaik untuk mengelola pengukuran gas darah arteri (ABG) pada

    pasien hipotermia. Hal ini menimbulkan dua pemikiran: alpha stat dan pH stat.

    ALPHA STAT

    Alpha mengacu pada kondisi protonasi rantai samping imidazol histidin. pKahistidin berubah oleh temperatur. Istilah alpha stat dikembangkan karena ketika

    pH pasien dibiarkan menyimpang terhadap temperatur, keadaan protonasi dari

    residu histidin tetap "statis. Konsep ini muncul dari pengamatan hewan

    poikilothermic berdarah-dingin berfungsi baik pada berbagai rentang temperatur

    tubuh, namun mereka mengandalkan komplemen serupa enzim seperti pada

    hewan homeothermic "berdarah panas. Selama cardiopulmonary bypass, seorang

    ahli anestesia yang menggunakan alpha stat akan menangani pasien berdasarkan

    pada ABG yang diukur pada suhu 37C dan berusaha mempertahankan pH tetap

    7,4, ketika pH pasien sebenarnya akan lebih tinggi.

    pH STATpH stat yang berbeda dari alpha stat yang tetap membutuhkan pH pasien statis di

    7,4 didasarkan pada suhu inti (mirip dengan hewan, homeothermic hibernate).

    Selama cardiopulmonary bypass, penyedia anestesi yang menggunakan pH stat

    akan menangani pasien berdasarkan pada ABG yang dikoreksi untuk suhu pasien.

    Dengan hipotermia, hal ini biasanya berarti menambahkan karbon dioksida

    sehingga gas darah pasien yang dikoreksi sesuai temperatur memiliki pH 7,4. pH

    rendah dan PCO2 tinggi yang dipertahankan selama pH stat dapat meningkatkan

    perfusi serebrovaskular selama hipotermia, namun, masih ada perdebatan tentang

    metode mana yang memberikan hasil yang lebih baik.

    Oksigenasi

    Terdapat sifat fisik yang sama untuk oksigen dan hipotermia bagi karbon

    dioksida. Penurunan temperatur menurunkan tekanan parsial gas dalam larutan,

    sehingga suhu koreksi PO2 masih relatif penting untuk menilai oksigenasi pada

    temperatur yang ekstrim. Tepatnya, perubahan PO2 terhadap suhu tergantung pada

    tingkat hemoglobin yang jenuh dengan oksigen, tetapi sebagai pedoman, PO2

    menurun sekitar 6% untuk setiap 1C suhu tub uh pasien di bawah 37C. PO2

    meningkat sekitar 6% untuk setiap 1C pada suhu tubuh melebihi 37C.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    9/22

    9

    DIAGNOSIS BANDING GANGGUAN ASAM-BASA

    Gangguan asam-basa dikategorikan menjadi asidosis (pHa kurang dari 7,35) ataualkalosis (pHa lebih dari 7,45) respiratorik atau metabolik. Gangguan ini

    selanjutnya dikelompokkan menjadi akut dan kronik berdasarkan durasinya, yang

    diukur secara klinis melalui respon kompensasi pasien. Harus dipikirkan bahwa

    seorang pasien bisa mempunyai gangguan asam-basa campuran. Pendekatan

    untuk penanganan gangguan asam-basa pertama harus mencari penyebabnya,

    daripada upaya langsung menormalkan pH. Terkadang, penatalaksanaan lebih

    merugikan daripada masalah asam basa itu sendiri.

    Respon negatif terhadap Asidemia dan Alkalemia

    Respon negatif bisa dihubungkan dengan asidemia atau alkalemia berat.

    Konsekuensi dari asidosis berat dapat terjadi terlapas dari apakah asidosis tersebut

    merupakan respiratorik, metabolik atau campuran. Asidemia biasanya

    menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard dan pelepasan katekolamin.

    Dengan asidosis ringan, pelepasan katekolamin menurunkan depresi miokard.

    Hiperkapni yang dibiarkan terjadi, yang digunakan sebagai strategi ventilasi

    perlindungan paru pada pasien sindrom distres pernapasan akut (ARDS), telah

    cukup ditolerir. Telah ditemukan tidak ada dampak signifikan pada resistensi

    vaskuler sistemik, resistensi vaskuler pulmonal, curah jantung, atau pengangkutan

    oksigen sistemik. Dengan asidemia berat (pH

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    10/22

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    11/22

    11

    yang merupakan pertanda asidosis respiratorik kronik. Asidosis respiratorik

    dengan pH kurang dari 7,2 mengindikasikan perlunya dilakukan intubasi trakeal

    atau suport peningkatan ventilasi. Pada pasien dengan asidosis respiratorik kronik,kuncinya adalah dengan menghindari ventilasi berlebihan. Alkalosis dari ventilasi

    berlebih dan hiperkapnia relatif dapat menyebabkan iritabilitas sistem saraf pusat

    dan iskemia jantung. Selain itu ginjal akan mulai kehilangan bikarbonat.

    Bikarbonat yang meningkat membuat pasien mempunyai pH normal dengan

    ventilasi sesaat alveolar yang relatif lebih rendah. Kehilangan bikarbonat akan

    meningkatkan kegiatan pernapasan ketika bantuan ventilasi menurun,yang

    membuat sulit untuk berhenti dari ventilator.

    Alkalosis Respiratorik

    Alkalosis respiratorik terjadi ketika ventilasi sesaat alveolar meningkat relatifterhadap produksi karbon dioksida. Pada beberapa kasus, hal ini bisa dikarenakan

    penurunan produksi oleh karena hipotermia, atau paralisis otot rangka juga dapat

    menyebabkan alkalosis respiratorik. Lebih sering, hal ini disebabkan oleh

    peningkatan ventilasi sesaat alveolar oleh penyebab yang bervariasi (iatrogenik,

    penyakit SSP, penyakit hati, obat-obatan, atau rasa nyeri) (Tabel 21-2). PaCO2

    menurun relatif terhadap kadar bikarbonat, menyebabkan pH lebih dari 7,45.

    PaCO2 yang menurun dan pH yang meningkat memicu kemoreseptor perifer dan

    sentral untuk menurunkan stimulus untuk bernapas. Selama alkalosis respiratorik

    berkepanjangan, transpor aktif ion bikarbonat keluar dari CSF menyebabkan

    kemoreseptor sentral untuk mengatur kembali ke kadar PaCO2 yang lebih rendah.

    RESPON KOMPENSATORIK DAN PENANGANAN

    Alkalosis respiratorik dikompensasi dengan penurunan reabsorpsi ion bikarbonat

    dari tubulus ginjal dan peningkatan ekskresi bikarbonat melalui urin. Penanganan

    alkalosis respiratorik secara langsung pada koreksi gangguan yang mendasarinya.

    Alkalemia ringan biasanya tidak membutuhkan penanganan. Pada kasus yang

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    12/22

    12

    jarang, alkalosis respiratorik akut yang berat (pH>7,6) mungkin memerlukan

    sedasi. Selama anestesia umum, alkalosis respiratorik akut mudah diatasi dengan

    menurunkan ventilasi sesaat total.

    Asidosis Metabolik

    Asidosis metabolik terjadi ketika akumulasi asam apapun dalam tubuh selain

    karbon dioksida yang menghasilkan pH kurang dari 7,35 (Tabel 21-3).

    Peningkatan eliminasi karbon dioksida melalui ventilasi dimulai dalam beberapa

    menit setelah terjadi asidosis metabolik untuk membuat pH mendekati normal.

    Akan tetapi pada beberapa pasien, mungkin tidak bisa memperpanjang

    peningkatan ventilasi sesaat, dan membutuhkan intubasi trakeal dan ventilasi

    mekanik.

    ANION GAP

    Cara terbaik mengkategori diagnosis banding asidosis metabolik adalah dengan

    membagi berdasarkan apakah menyebabkan anion gap atau tidak. Anion gap

    adalah perbedaan antara kation yang terukur (natrium) dan anion yang terukur

    (klorida dan bikarbonat) dan mewakili konsentrasi anion dalam serum yang tidak

    terhitung dalam persamaan ini (Gambar 21-6). Nilai anion gap yang normal

    adalah 8 sampai 12 mEq/L dan terutama tersusun atas albumin anionik. Pasien

    dengan konsentrasi albumin serum yang lebih rendah akan lebih mengarah pada

    nilai anion gap yang lebih rendah (setiap 1,0 g/dL albumin serum menurun atau

    meningkat di bawah atau di atas 4,4 g/dL menurunkan atau meningkatkan

    konsentrasi aktual anion yang tidak terukur mendekati 2,3 sampai 2,5 mEq/L).

    Peningkatan anion gap terjadi ketika bikarbonat yang menggantikan anion bukan

    yang rutin diukur. Anion yang paling sering tidak terukur adalah asam laktat dan

    asam keto. Asidosis metabolik dengan anion gap yang normal terjadi ketika

    klorida menggantikan bikarbonat yang hilang seperti pada proses pembuangan

    bikarbonat dalam ginjal (asidosis tubulus ginjal) atau pada traktus gastrointestinal

    (diare). Resusitasi cairan yang agresif dengan salin normal (>30 mL/kg/jam) akan

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    13/22

    13

    menginduksi asidosis metabolik non-gap sekunder terhadap pemberian klorida

    yang berlebihan, yang mengganggu reabsorpsi bikarbonat di ginjal.

    PERBEDAAN ION KUAT

    Cara kedua untuk mengkategori asidosis metabolik adalah dengan perbedaan ion

    kuat (SID) yang diperkenalkan oleh Peter Stewart pada tahun 1980an. Teori

    utamanya yaitu walaupun bikarbonat serum dan kelebihan basa dapat digunakan

    untuk menentukan perluasan penyakit asam-basa, hal tersebut tidak membantu

    menentukan mekanisme abnormalitas, melainkan dia mengajukan teori bahwa

    variabel independen yang bertanggung jawab pada perubahan keseimbangan asam

    basa adalah perbedaan ion kuat (perbedaan antara kation dan anion yang

    terdisosiasi secara sempurna pada plasma) (Gambar 21-7), konsentrasi asam

    lemah nonvolatil plasma (ATot), dan tekanan karbondioksida arterial (PaCO2).

    Pendekatan ion kuat membedakan 6 gangguan utama asam-basa (ion kuat, buffer

    nonvolatil, atau asidosis dan alkalosis respiratorik) dan bukan 4 gangguan asam-

    basa utama (asidosis dan alkalosis respiratorik atau metabolik) dibedakan oleh

    persamaan tradisional Henderson-Hasselbalch. Pada kondisi normal, nilai SIDkira-kira 40 mEq/L. Proses yang meningkatkan perbedaan ion kuat meningkatkan

    pH darah, di mana proses yang menurunkan hal tersebut menurunkan pH. Sebagai

    contoh, pada kasus resusitasi masif dengan normal salin, ion utamanya ialah Na

    dan Cl-, yang memberikan cairan tersebut SID 0. Karena infus salin akan

    menurunkan SID normal sebanyak 40, hal ini merujuk kepada asidosis ion kuat.

    Dengan pendekatan Stewart, pemberian larutan dengan SID yang tinggi, seperti

    Natrium bikarbonat atau THAM, seharusnya mengobati asidosis ion kuat.

    Perbedaan praktis utama antara dua teori (Stewart vs. Henderson-Hasselbach)

    adalah kesimpulan dari konsentrasi albumin serum pada pendekatan Stewart, yang

    memberikan beberapa kenaikan akurasi dalam beberapa pengaturan klinis. Jikaperubahan konsentrasi albumin serum dilibatkan untuk pengukuran anion gap,

    pendekatan Stewart yang lebih kompleks tersebut tampaknya tidak menjanjikan

    keuntungan klinis yang signifikan dibanding pendekatan tradisional pada

    gangguan asam-basa.

    Gambar 21-6 Perhitungan anion gap: perbedaan antara kation dan anion

    setara dengan konsentrasi anion yang tidak terukur dalam serum.

    Gambar 21-7 Perhitungan perbedaan ion kuat (SID): perbedaanantara kation dan anion an terlarut secara kom lit dalam lasma.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    14/22

    14

    RESPON KOMPENSATORIK DAN PENANGANAN

    Respon kompensatorik untuk asidosis metabolik meliputi peningkatan ventilasialveolar dari stimulasi carotid body dan sekresi ion hidrogen ke urin melalui

    tubulus ginjal. Asidosis metabolik kronis, yang diikuti dengan gagal ginjal kronis,

    biasanya berhubungan dengan kehilangan massa tulang karena buffer yang ada di

    tulang digunakan untuk menetralkan asam nonvolatil.

    Pengobatan asidosis metabolik berdasarkan pada apakah terdapat anion gap atau

    tidak. Pemberian natrium bikarbonat intravena sering diberikan untuk asidosis

    metabolik non-gap karena masalahnya adalah kehilangan bikarbonat. Penanganan

    asidosis metabolik dengan anion gap dipandu oleh diagnosis dan pengobatan pada

    penyebab yang mendasari dalam rangka menghilangkan asam nonvolatil dalam

    sirkulasi. Hipoksia jaringan yang menyebabkan asidosis laktat harus dikoreksi jika

    memungkinkan dengan oksigen, resusitasi cairan dan dukungan sirkulatorik.Ketoasidosis diabetik memerlukan terapi cairan intravena dan insulin. Ventilasi

    sesaat dapat dinaikkan pada pasien yang diventilasi secara mekanis untuk

    mengkompensasi sampai penanganan yang lebih definitif mempunyai efek. Terapi

    bikarbonat lebih kontroversial, tetapi dapat dipertimbangkan pada kasus asidosis

    metabolik berat sebagai pengukuran sementara, khususnya ketika keadaan pasien

    memburuk. Pemberian natrium bikarbonat menghasilkan karbon dioksida, yang

    jika tidak dieliminasi dengan ventilasi, dapat memperburuk asidosis intraseluler

    dan ekstraseluler manapun. Pendekatan yang biasanya dilakukan adalah

    memberikan natrium bikarbonat dosis kecil, kemudian lakukan pengukuran ulang

    pH dan memonitor hemodinamik untuk mengetahui pengaruh dari penanganan

    yang dilakukan. Obat alkalinisasi baru yang tidak menghasilkan karbon dioksida

    telah dikembangkan tetapi belum menunjukkan tingkat kematian pada pasien

    dengan asidosis metabolik berat. Obat-obat seperti Carbicarb, yaitu natrium

    karbonat dan natrium bikarbonat ekuimolar, dan THAM, yaitu tris (hidroksimetil)

    aminomethana. Obat-obat alkalinisasi, disebabkan sifat osmotiknya,

    memperlihatkan risiko hipervolemia dan hipertonisitas.

    Alkalosis Metabolik

    Alkalosis metabolik muncul ketika pH lebih tinggi dari 7,45 disebabkan oleh

    peningkatan kadar ion bikarbonat atau hilangnya ion hidrogen. Hilangnya ion

    hidrogen biasanya melalui lambung atau ginjal. Stimulus untuk reabsorpsibikarbonat biasanya melalui hipovolemia, hipokalemia, atau hiperaldosteronisme

    (Tabel 21-4). Pada hipovolemia, karena kurangnya ion klorida, bikarbonat

    direabsorbsi bersama natrium. Dengan penyesuaian volume tidal yang rendah (4

    sampai 6 mL/kg) dan hiperkapnia yang dibiarkan untuk penanganan ventilasi

    pasien ARDS, Alkalosis metabolik kompensatorik biasanya merupakan temuan

    yang umum untuk pasien yang sakit berat.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    15/22

    15

    RESPON KOMPENSATORIK DAN PENANGANAN

    Respon kompensatorik untuk alkalosis metabolik termasuk peningkatan

    reabsorbsi ion hidrogen oleh sel tubulus ginjal, penurunan sekresi ion hidrogen

    oleh sel tubulus ginjal, dan hipoventilasi alveolar. Efektivitas dari mekanisme

    kompensasi ginjal bergantung pada adanya kation (natrium dan kalium) dan

    klorida. Kurangnya ion-ion ini mengganggu kemampuan ginjal untuk

    mengekskresi bikarbonat yang berlebih dan menghasilkan kompensasi ginjal yang

    tidak sempurna. Kompensasi respiratorik untuk alkalosis metabolik murni,

    berkebalikan dengan asidosis metabolik, tidak pernah selesai lebih dari 75%.

    Sebagai hasilnya pH tetap meningkat pada pasien dengan alkalosis metabolik

    primer. Penanganan untuk alkalosis metabolik seharusnya ditujukan padamenurunkan kehilangan asam dengan memberhentikan drainase gastrik atau

    penggantian cairan dengan salin dan kalium klorida, yang membuat ginjal

    mengekskresikan ion bikarbonat yang berlebihan. Kadang-kadang, penelitian

    tentang asetasolamid dapat berguna dalam menyebabkan bikarbonaturia.

    Alkalosis metabolik yang mengancam jiwa jarang didapatkan.

    Diagnosis

    Diagnosis gangguan asam-basa seharusnya dilakukan dengan cara terstruktur.

    Gambar 21-8 menunjukkan alogaritma untuk interpretasi gas darah. Langkah 1,

    yang menentukan oksigenasi, akan didiskusikan pada bab ini. Langkah 2 adalahuntuk menentukan apakah pasien asidemik (pH7,45).

    Langkah 3 meninjau apakah etiologi merupakan proses primer metabolik atau

    respiratorik. Proses metabolik melibatkan perubahan konsentrasi bikarbonat mulai

    dari 24 mEq/L, dan proses respiratorik melibatkan perubahan PCO2 mulai dari 40

    mmHg. Jika proses primernya berasal dari respirasi, maka langkah 4 adalah untuk

    menentukan apakah abnormalitasnya akut atau kronik (Tabel 21-5).

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    16/22

    16

    Gambar 21-8 7 Langkah diagnosis asam-basa. gap = anion gap 12 + [HCO3-]. Jika

    gap kurang dari 22 mEq/L, maka asidosis metabolik non-gap yang bersamaan terjadi.

    Jika gap lebih besar dari 26 mEq/L, maka alkalosis yang bersamaan terjadi.

    Jika alkalosis metabolik ada, maka langkah selanjutnya yaitu melangkahilangkah 7 dan tentukan apakah kompensasi respiratorik yang tepat sudah ada.

    Lalu anion gap seharusnya dihitung (langkah 5). Jika ada gap, maka gap harus

    ditentukan. Gap tersebut merupakan anion gap berlebih (anion gap dikurangi 12)

    ditambahkan kembali ke kadar natrium bikarbonat. Jika bilangan tersebut kurang

    dari 22 mEq/L, artinya terdapat alkalosis metabolik non-gap. Jika bilangan

    tersebut lebih dari 26 mEq/L, maka terdapat alkalosis metabolik. Langkah

    terakhir, langkah 7, adalah untuk menentukan apakah kompensasi respiratorik

    yang cukup sudah ada untuk asidosis metabolik. Jika PCO2 yang terukur lebih

    tinggi daripada yang dihitung dengan rumus Winter, maka kompensasi tidak

    adekuat dan juga terdapat asidosis respiratorik (lihat tabel 21-6). Jika PCO2 lebih

    rendah daripada yang dihitung, maka terdapat alkalosis respiratorik. Lihat contohperhitungan pada gambar 21-9.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    17/22

    17

    Gambar 21-9 Contoh menghitung abnormalitas asam-basa

    INFORMASI LAIN YANG DISEDIAKAN GAS DARAH DAN pH

    Disamping masalah asam-basa, pengukuran tambahan dan informasi yang tersedia

    dari gas darah termasuk kemampuan pasien untuk berventilasi dan oksigenasi dan

    estimasi curah jantung.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    18/22

    18

    Ventilasi

    PaCO2 menunjukkan adekuat atau tidaknya ventilasi untuk menghilangkan karbondioksida dari darah. PaCO2 yang terukur di atas 45 mmHg menunjukkan bahwa

    pasien mengalami hipoventilasi terhadap produksi karbondioksida, sementara

    PaCO2 di bawah 35 Menunjukkan bahwa pasien sedang hiperventilasi. Ventilasi

    ruang mati yang meningkat menurunkan efektivitas ventilasi. Rasio Vd/Vt adalah

    fraksi dari masing-masing volume tidal yang terlibat dalam ventilasi ruang mati.

    Nilai ini biasanya kurang dari 0,3 disebabkan karena ruang mati anatomis. Ketika

    ventilasi sesaat ditahan dalam keadaan konstan selama anestesia, gradien antara

    PaCO2 dan CO2 tidal-akhir (ETCO2) akan meningkatkan ruang mati jika

    dinaikkan (emboli pulmonal atau berkurangnya curah jantung).

    Oksigenasi

    Oksigenasi dinilai dengan pengukuran PaCO2. Hipoksemia arterial dapat

    disebabkan oleh (1) PO2 yang rendah pada gas yang diinhalasi (Kejadian yang

    tidak disengaja selama anestesia), (2) hipoventilasi, atau (3) pencampuran vena

    dengan atau tanpa kandungan oksigen vena yang berkurang. Hipoksia akut

    menyebabkan aktivasi sistem saraf simpatis dengan pelepasan katekolamin

    endogen, yang menggabungkan tekanan darah dan curah jantung dengan tidak

    memperdulikan efek vasodilatasi dari hipoksemia. Curah jantung yang meningkat

    akan meningkatkan transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer.

    PERSAMAAN GAS ALVEOLAR

    Untuk menentukan efisiensi dari pertukaran gas, tekanan oksigen alveolar harus

    dihitung terlebih dahulu. Persamaan gas alveolar memperkirakan tekanan parsial

    dari oksigen alveolar dengan memasukkan tekanan barometrik, tekanan

    penguapan air, dan konsentrasi oksigen yang diinspirasi (Gambar 21-10). Oksigen

    atmosfer secara konstan merupakan 21% dari tekanan barometrik; bagaimanapun

    juga, tekanan barometrik berkurang dengan ketinggian, di mana pengurangan

    oksigen yang diinspirasi menjadi signifikan. Hipoventilasi menyebabkan

    peningkatan PCO2, yang mengganggu ruangan yang tersedia di alveolus untuk

    oksigen dan mengurangi konsentrasi oksigen. Persamaan gas alveolarmemperkirakan penurunan konsenstrasi oksigen alveolar dengan cara mengurangi

    nilai yang sama dengan karbondioksida dibagi dengan hasil bagi respiratorik.

    GRADIEN ALVEOLAR-ARTERIAL

    Perhitungan gradien alveolar-arterial (A-a) menyediakan perkiraan pencampuran

    vena sebagai akibat dari hipoksia (lihat gambar 21-10). Pencampuran vena

    merujuk kepada darah vena yang terdeoksigenasi yang bercampur dengan darah

    arteri teroksigenasi melalui pelangsiran. Rumus gradien A-a menghitung

    perbedaan tekanan parsial oksigen antara darah alveolar (PAO2) dan arterial

    (PaO2). Secara normal, gradien A-a ialah kurang dari 15 mmHg ketika bernapas

    udara ruangan disebabkan oleh pencampuran melalui vena thebesian dan

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    19/22

    19

    bronchial. Umur meningkatkan gradien A-a disebabkan peningkatan progresif

    dalam kapasitas penutupan relatif terhadap kapasitas residual fungsional (FRC).

    Meningkatnya FIO2 yang dihirup dapat menyebabkan gradien yang lebih besar(hingga 60 mmHg ketika bernapas dengan FIO2 1,0). Obat-obat vasodilatasi

    (nitrogliserin, nitropruside, anestesi inhalasi), yang menghambat vasokonstriksi

    pulmonel hipoksik dan meningkatkan V/Q, dapat juga meningkatkan gradien A-a.

    Gradien A-a yang lebih besar menunjukkan adanya shunting patologis, seperti

    shunt intrapulmoner kanan ke kiri (atelektasis, pneumonia, dan intubasi

    endobronchial) atau shunt intrakardiak (penyakit jantung bawaan). Gradien A-a

    menyediakan penilaian fraksi shunt dari pasien dan lebih sensitif daripada

    oksimeter denyut. Seorang pasien bisa saja mempunyai SaO2 100%, tetapi hanya

    mempunyai PaO2 90 mmHg ketika bernapas dengan oksigen 100%. Shunting

    yang signifikan yang secara sekunder disebabkan oleh proses pulmoner atau

    kardiak telah terjadi walaupun oksimeter denyut yang menjanjikan. Pada pasiendengan shunt yang besar (>50%), pemberian oksigen 100% tidak akan bisa

    meningkatkan PaO2. Untuk menghitung jumlahshuntyang ada, ketika PaO2 lebih

    tinggi dari 150 mmHg, fraksi shunt kurang lebih 1% dari curah jantung dalam

    setiap perbedaan gradien A-a sebanyak 20 mmHg. PaO2 dibawah 150 mmHg atau

    ketika curah jantung naik relatif terhadap metabolisme, pedoman ini tidak

    memperdulikan jumlah sebenarnya dari campuran vena.

    Gambar 21-10Persamaan gas alveolar,

    kalkulasi gradienalveolar-arterial (A-a),dan estimasi persentasishunt.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    20/22

    20

    RASIO P/F

    Rasio PaO2/FIO2 (P/F) adalah alternatif sederhana dari gradien A-a untuk

    menghubungkan derajat hipoksia. Standar-standar telah dibuat untukmendeskripsikan rasio P/F untuk cedera paru akut (ALI) melawan ARDS untuk

    merekrut subjek homogen yang lebih banyak. Pasien dengan ALI harus

    mempunyai rasio P/F dibawah 300, sementara pasien ARDS seharusnya

    mempunyai rasio P/F dibawah 200. Sebuah rasio dibawah 200 menggambarkan

    fraksi shunt lebih dari 20%.

    Perkiraan Curah Jantung

    PO2 vena campuran (PVO2) yang normal adalah 40 mmHg dan merupakan

    keseimbangan atara penghantaran oksigen dan kebutuhan jaringan terhadapoksigen. PVO2 yang sebenarnya seharusnya mewakilkan darah dari vena cava

    superior dan inferior dan jantung. Hal tersebut biasanya didapatkan dari bagian

    distal dari kateter arteri pulmonalis (PA). Karena kompleks dan berisikonya

    pemasangan kateter PA, banyak dokter yang secara simpel mengikuti trend dari

    saluran sentral yang terpasang di vena cava superior. Jika konsumsi oksigen

    jaringan tidak berubah, perubahan pada PVO2 menggambarkan perubahan

    langsung pada curah jantung. PVO2 akan menurun ketika teradpat curah jantung

    inadekuat karena jaringan perifer harus meningkatkan ekstraksi oksigen untuk

    metabolisme aerobik. PVO2 akan meningkat ketika ada curah jantung yang tinggi

    (sepsis), shunting perifer (fistula AV), atau ekstraksi oksigen yang terganggu

    (toksisitas sianida).

    PERSAMAAN FICK

    Jika PaO2, PVO2, dan hemoglobin diukur, curah jantung dapat dihitung dengan

    persamaan Fick (gambar 21-11), yang menyatakan bahwa pengangkutan oksigen

    pada vena harus sama dengan pengangkutan oksigen di arteri dikurangi dengan

    yang dikonsumsi (VO2). Pengangkutan oksigen adalah curah jantung dikalikan

    dengan jumlah oksigen yang diangkut di darah. Jumlah total oksigen di darah

    adalah jumlah yang terikat dengan hemoglobin dan jumlah yang terlarut dalam

    larutan. Karena mayoritas kadar oksigen dalam darah ialah yang terikat

    hemoglobin, jumlah yang larut biasanya dapat dikeluarkan dari persamaan dengan

    tujuan untuk menyederhanakan perhitungan. Jumlah yang terlarut menjadi penting

    pada situasi-situasi seperti anemia berat, ketika jumlah yang diangkut hemoglobinrendah.

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    21/22

    21

    Gambar 21-11 Perhitungan curah jantung dengan Persamaan Fick,

    konten oksigen arterial dan campuran vena, dan perbedaan

    arteriovena pada pasien normal, sepsis, dan gagal jantung.

    PERBEDAAN ARTERIOVENA

    Perbedaan antara konten oksigen arterial dan campuran vena (perbedaan

    arteriovena) merupakan estimasi baik untuk adekuatnya penyaluran oksigen

    (Gambar 21-12). Perbedaan arteriovena yang normal adalah 4 sampai 6 ml/dl

    darah. Ketika konsumsi oksigen jaringan konstan, penurunan curah jantung (CHF)

    menimbulkan ekstraksi oksigen yang lebih tinggi, yang meningkatkan perbedaan

    arteriovena. Peningkatan curah jantung (sepsis) atau ekstraksi rendah (keracunan

  • 7/30/2019 Keseimbangan Asam Basa EDIT

    22/22

    22

    Gambar 21-12 Hubungan antara konsumsi oksigen (VO2) denganpengangkutan oksigen (DO2), ketika konsumsi oksigen menjadi tergantung

    dengan suplai, terjadi hipoksia seluler, yang menyebabkan asidosis laktatprogresif dan mungkin kematian.

    sianida) menimbulkan perberdaan arteriovena yang lebih rendah. Ketika

    penyaluran oksigen pertama kali berkurang, konsumsi oksigen tetap normal

    karena kemampuan tubuh untuk meningkatkan ekstraksi. Dengan penguranganlebih lanjut dalam penghantaran oksigen, titik kritis tercapai ketika konsumsi

    oksigen menjadi proporsional untuk pengiriman. Ketika konsumsi oksigen

    menjadi pasokan tergantung, hipoksia seluler terjadi, yang menyebabkan asidosis

    laktat progresif dan akhirnya kematian jika tidak dikoreksi.