BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Tatalaksana cairan merupakan bagian penting penanganan pasien pada masa perioperatif. 1 Volume plasma yang adekuat penting untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi jaringan. Pada awal tahun 1960-an ditunjukkan bahwa trauma dan pembedahan mayor disertai dengan kebutuhan cairan yang secara bermakna melampaui laju rumatan cairan yang biasa. Sebagai konsekuensinya pemberian cairan menjadi kurang restriktif. Satu dekade kemudian, pilihan cairan menjadi subyek debat yang intensif, dan berlangsung hingga saat ini. 1,2 Selama ini, volume perdarahan yang terjadi diganti berdasarkan jumlah yang keluar tanpa memperhatikan keseimbangan asam-basa. Padahal selama penggantian cairan tersebut terjadi perubahan metabolik dalam tubuh, antara lain keseimbangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tatalaksana cairan merupakan bagian penting penanganan pasien pada
masa perioperatif.1 Volume plasma yang adekuat penting untuk
mempertahankan curah jantung dan perfusi jaringan. Pada awal tahun 1960-an
ditunjukkan bahwa trauma dan pembedahan mayor disertai dengan kebutuhan
cairan yang secara bermakna melampaui laju rumatan cairan yang biasa.
Sebagai konsekuensinya pemberian cairan menjadi kurang restriktif. Satu
dekade kemudian, pilihan cairan menjadi subyek debat yang intensif, dan
berlangsung hingga saat ini. 1,2
Selama ini, volume perdarahan yang terjadi diganti berdasarkan jumlah
yang keluar tanpa memperhatikan keseimbangan asam-basa. Padahal selama
penggantian cairan tersebut terjadi perubahan metabolik dalam tubuh, antara
lain keseimbangan antar elektrolit dan asam basa. Dengan memperhatikan
keseimbangan asam-basa, akan sangat membantu dalam mengelola pasien
paska operasi.3 Selain itu, obat-obatan yang digunakan selama tindakan
anestesi memungkinkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa akibat
efek sampingnya terhadap sistem pernafasan. Beberapa obat-obat anestesi
yang sering digunakan adalah profopol dan ketamin yang memiliki efek
samping terhadap sistem pernafasan.1,2
1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui tentang keseimbangan asam basa, berbagai gangguan
keseimbangan asam basan dan gangguan keseimbangan asam basa selama
anestesi.
1.3. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan tentang sindrom gangguan keseimbangan asam
basa selama anestesi.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan ini adalah studi tinjauan pustaka yang bersumber dari
berbagai textbook dan jurnal.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan Asam-Basa
Ion hidrogen adalah suatu proton tunggal bebas yang dilepaskan oleh
atom hidrogen.1,3 Molekul yang memiliki atom hidrogen tersebut dapat
melepaskan ion-ion hidrogen dalam larutan disebut asam. Molekul yang dapat
menerima ion hidrogen yang dilepaskan tadi disebut dengan basa. Nilai
konsentrasi ion hidrogen dilambangkan dengan pH. Nilai pH rendah disebut
asidosis (kadar asam tinggi), nilai pH tinggi disebut alkalosis (kadar basa
tinggi).4 Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
asidosis ataupun alkalosis ada beberapa cara khusus, yaitu:1,2
a. Sistem penyangga (buffer) asam-basa yang segera bergabung dengan setiap
asam ataupun basa yang kemudian mencegah terjadinya perubahan
konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan.
b. Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, maka pusat pernafasan akan
terangsang untuk mengubah kecepatan ventilasi paru-paru, yang berakibat
pada perubahan kecepatan pengeluaran karbondioksida dari cairan tubuh
yang akan menyebabkan konsentrasi ion hidrogen kembali normal.
c. Menyebabkan ginjal mengekskresikan urin yang bersifat asam atau basa,
sehingga membantu konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler tubuh
kembali normal.
Untuk menetukan adanya suatu gangguan asam-basa adalah dengan
mengetahui nilai pH darah yang diatur oleh paCO2 dan konsentrasi bikarbonat
sesuai dengan metode Henderson-Hasselbalch.5
Persamaan Henderson-Hasselbalch
Penilaian gangguan keseimbangan asam-basa tubuh telah dikenal
sebagai formula Henderson-haselbalch. Formula ini memiliki suatu
persamaan hidrasi: 1,5
CO2 + H2O H2CO3 HCO3 + H
CO2 disini merupakan gas CO2 yang terlarut. Nilai diambil dari
tekanan parsial yaitu pCO2 dan dikalikan dengan konstanta kelarutan (0,03).
Kecilnya konsentrasi dari {HCO3} oleh Henderson-Hesselbalch persamaan
ini disederhanakan menjadi. 1,3,5
zpCO2 + H2O {HCO3}.{H}
Persamaan hidrasi CO2 di konversi lagi sehingga dapat di aplikasikan
pH = pK+ log HCO3
pCO2
pH normal: 7,35 – 7,45
pH <7,35 disebut sebagai asidosis, sedangkan pH > 7,45 disebut sebagai
alkalosis.
Ketidakseimbangan pada metabolik dapat dikarenakan oleh adanya
gangguan primer pada nilai konsentrasi bikarbonat. Bikarbonat merupakan
pembilang, maka peningkatan bikarbonat akan menurunkan pH disebut
sebagai asidosis metabolik. Penurunan bikarbonat akan meningkatkan nilai
pH sehingga bisa disebut sebagai alkalosis metabolik. 1,4,5
2.1.1 Base Excess
Base Excess merupakan komponen kunci untuk mengetahui status dari
asam-basa tubuh dari darah, plasma, ataupun cairan tubuh yang lain. Nilai dari
base excess, digunakan untuk mengevaluasi keseimbangan nilai asam basa
tubuh pada pasien, untuk mengetahui nilai asam basa tubuh pada cairan
ekstraselular yang biasanya dapat diketahui melalui pemeriksaan analisa gas
darah. 3,5
Analisa gas darah dilakukan untuk mengukur nilai dari oksigen parsial
(Po2) dan karbon dioksida (CO2) serta komponen pH pada sampel darah yang
di teliti. Kesalahan dalam menginterpreasikan nilai dari base excess ini dapat
menjadi sebuah kesalahan yang cukup fatal karena dapat membuat pasien
meninggal dikarenakan tidak menerima pengobatan yang adekuat. 5,6,7 Nilai
base excess sangat penting untuk di perhatikan karena menginterpretasikan
hubungan antara biokimia tubuh, cairan seluler, dan status asam basa tubuh.
Base excess didefinisikan sebagai jumlah asam kuat yang harus
ditambahkan ke setiap liter darah beroksigen penuh untuk kembali pada pH
7,40 pada suhu 370C dan pCO2 dari 40 mmHg (5,3 kPa). Base excess juga
dapat di definisikan dalam hal jumlah basa kuat yang harus ditambahkan. 3,7
Dalam fisiologi manusia, base excess atau defisit basis merujuk pada
suatu kelebihan kadar nilai base excess dalam darah. Nilai base excess
biasanya dinilai dengan satuan mEq/L dengan angka positif menunjukkan
kelebihan basa dan negative merupakan deficit basa. Nilai nya berkisar -2
sampai +2 mEq/L. 3,5
Nilai asidosis ataupun alkalosis dapat mempengaruhi efektivitas terapi
obat yang akan kita berikan kepada pasien tersebut dan metode pengobatan
lainnya, termasuk penilaian untuk mengontrol ventilasi pernafasan pasien
tersebut. 4,5
2.2 Ketidakseimbangan asam-basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu: 5,6
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2. Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan
ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan
ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan
asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar
bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat.
Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum
obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma
meningkat. Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa
tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.
2.3 Penyebab gangguan keseimbangan asam basa
2.3.1 Sebab-sebab Asidosis Metabolik3,5,7
Selisih anion normal (hiperkloremik)
1. Kehilangan bikarbonat
a. Kehilangan melalui saluran cerna :
(1) Diare
(2) Ilieotomi ; fistula pankreas, kantong empedu atau usus
halus.
(3) Ureterosigmoidostomi
b. Kehilangan melalui ginjal :
(1) Asidosis tubulus proksimal ginjal (RTA)
(2) Inhibitor Karbonik Anhidrase (Asetazolamid)
(3) Hipoaldosteronisme
2. Peningkatan beban asam
a. Amonium klorida NH4Cl NH3 + HCl
b. Cairan-cairan hiperalimentasi
3. Lain-lain
Pemberian IV larutan garan secara cepat .
Selisih anion meningkat
1. Peningkatan produksi asam :
Asidosis laktat : laktat (perfusi jaringan atau aksigenasi yang tidak
memadai seperti pada syok atau henti kardiopulmonar)
Ketoasidosis diabetik : Beta-hidroksibutirat.
Kelaparan: peningkatan asam - asam keto
Intoksikasi alkohol : peningkatan asam-asam keto
2. Menelan substansi toksik
a. Kelebihan dosis salisilat : Salisilat, laktat, keton
b. Metanol atau formaldehid : formad
c. Etilglikol (antibeku) : oksilat, glikolat
3. Kegagalan ekskresi asam : tidak adanya ekskresi NH4 ; retensi asam sulfat
dan asam fosfat
a. gagal ginjal akut dan kronik
2.3.2 Sebab-sebab alkalosis metabolik1,3,7
Kehilangan H dari ECF
1. Kehilangan melalui saluran cerna (berkurangnya volume ECF)
a. Muntah atau penyedotan nasogastrik
b. Diare dengan kehilangan klorida
2. Kehilangan melalui ginjal
a. Diuretik simpai atau tiazid (pembatasan NaCl + berkurangnya
4. Alexander Mentel, MD, Friedhelm Bach, MD, Joerg Schu¨ ler, MD,Walter Herrmann, MD, PhD†, Andreas Koster, MD, George J. Crystal, PhD,Georgios Gatzounis_, and Fritz Mertzlufft, MD, PhD. Assessing Errors in the Determination of Base Excess. Journal of Anesthesia and Analgesia.2002
5. Base E, Standl T, Mahl C, Jungheinrich C, Comparisson of 6% HES in balanced electrolyte solution versus 6% HES saline solution in cardiac surgery. Critical Care 2006 . www.ccforum.com/content/10/SI/p176
6. Finucane BT. Complications of Regional Anesthesia. Churchill Livingstone. New York. 2000.
7. Latief SA, Suryadi KA. Petunjuk Praktis Anestesiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2009
8. Morgan, G. Edward, Jr., Maged S. Mikhail, Michael J. Murray. 2007. Clinical Anesthesiology. 4th edition. The McGraw-Hill Companies: Philadelphia
9. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dachlan MR. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Ingtensif FK UI. Jakarta. 1989.
10. Mulyono I, Harijanto E, Sunatrio S, Cairan Koloid. Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Pre-operatif. Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia.2009.