Top Banner
1 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA
18

KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

Apr 29, 2019

Download

Documents

truongmien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

1 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA

Page 2: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

2 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

Gambar 2 : Peta Wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Page 3: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

A. Umum

1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956 dengan nama Daerah Istimewa Aceh berdasarkan Undang Undang No. 24 tahun 1956 dengan Ibu Kota Banda Aceh. Pada Tahun 2001 Nama Provinsi Daerah Istimewa Aceh berubah menjadi Nangroe Aceh Darussalam berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2001.

2.Lambang Provinsi

Gambar 1 : Lambang

3. Pemerintahan Saat ini pemerintahan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam terdiri dari 20 pemerintahan TK.2, yaitu sebagai berikut : Kabupaten Bireuen Kota Banda Aceh Kabupaten Aceh Utara Kota Lhokseumawe Kabupaten Pidie Jaya Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Aceh Barat Daya Kabupaten Simeulue Kabupaten Aceh Besar Kabupaten Bener Meriah Kabupaten Aceh Barat Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Gayo Lues Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Tenggara Kabupaten Aceh Tengah Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh Singkil Kabupaten Aceh Jaya Kota Sabang

4. Letak Geografis dan Batas Wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berada di ujung pulau Sumatra terletak di 2o – 6o Lintang Utara dan 95o – 98o Bujur Timur. Luas wilayah 56.500,51 km2 dengan jumlah penduduk ±4.031.589 jiwa. Batas wilayah adalah :

Utara : Samudra Indonesia dan Laut Andaman

Selatan : Sumatra Utara

Timur : Selat Malaka

Barat : Samudra Indonesia

Lambang Nangroe Aceh Darussalam adalah Pancacita, berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti lima cita-cita, yaitu keadilan, kamakmuran, kepahlawanan, kerukunan dan kesejahteraan. Pancacita berbentuk persegi lima yang menyerupai kopiah yang didalamnya terdapat dacin (alat timbangan), rencong, padi, kapas, lada, cerobong pabrik, kubah masjid (diantara padi dan kapas), kitab dan kalam. Dacin melambangkan keadilan, Rencong melambangkan kepahlawanan, padi, kapas, lada dan cerobong pabrik melambangkan kemakmuran. Kubah masjid melambangkan kerukunan, kitab dan kalam melambangkan kesejahteraan.

1 PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM

Page 4: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

4 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

5. Komposisi penganut agama di provinsi ini adalah : a. Islam = ±97,6 % b. Kristen = ±1,7% c. Hindu = ±0,08% d. Budha = ±0,55%

6. Bahasa dan Suku Bangsa Bahasa daerah yang di gunakan sebagian besar masyarakat Aceh Nangroe Darussalam adalah Bahasa Gayo, Bahasa Simuelue dan Bahasa Kluet. Suku bangsa yang menempati daerah Aceh Nangroe Darussalam adalah Suku Aceh, Suku Gayo, Suku Alas, Suku Aneuk Jamee, Suku Kluet, Suku Devayan, Suku Julu dan Suku Melayu Tamiang.

7. Budaya a. Lagu Daerah : Bungong Jeumpa, Anju Ahu, Sepakat Segenap, Lembah Alas b. Tarian tradisional : Saudati, Saman, Pukat, Sunan Gayo c. Senjata Tradisional : Rencong d. Rumah Tradisional : Rumah Aceh / Rumah Adat / Krongbade e. Alat Musik Tradisional : Rebana, Geunderang, Canang f. Makanan Khas Daerah : Gulai Aceh, Timpan, Daging Masak Pedas

8. Bandara dan Pelabuhan Laut

a. Bandara : Sultan Iskandar Muda / Blang Bintang( Banda Aceh) b. Pelabuhan : Balohan (sabang)

9.Perguruan Tinggi Negeri : Universitas Syah Kuala dan IAIN “Ar-Raniry” 10. Industri dan Pertambangan : Pabrik Semen Andalas, Pabrik Pupuk AAF, Minyak Gas Cair (LNG).

B. Obyek Wisata

1.Wisata Sejarah a. Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang

bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya berisi koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri

sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.

b. Masjid Raya Baiturrahman Masjid ini adalah sebuah masjid yang berada di pusat Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan masjid kesultanan Aceh. Sewaktu belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873, masjid ini dibakar, kemudian pada tahun 1875 dibangun kembali oleh belanda. Masjid yang menempati area kurang lebih empat hektar ini berarsitektur indah dan unik, memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk.

Ruangan dalam berlantai marmer buatan italia, luasnya mencapai 4.760 m2 dan dapat menampung hingga 9000 jamaah. Dihalaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa. Peristiwa sejarah yang

Gambar 3 : Museum Cut Nyak Dien

Gambar 4 : Masjid Raya Baiturrahman

Page 5: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

5 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

terakhir adalah terjadinya bencana tsunami 26 desember 2004. Ketinggian dan derasnya air tsunami hingga dua meter yang hamper menggenangi ruangan dalam masjid Raya, menjadi saksi sejarah bagi kebanyakan orang yang selamat ketika berlindung di masjid raya. Setelah air tsunami surut, di dalam masjid raya dijadikan tempat untuk meletakkan ribuah jenazah korban tsunami.

c. Masjid Tua Indra Puri berlokasi sekitar 25 km ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri adalah Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Dan setelah seluruh masyarakat memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid.

Bangunan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.

d. Benteng Indra Patra terletak ± 19 km dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, dekat Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat dibangun pada masa pra Islam di Aceh yaitu di masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun ada sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan serangan Portugis. Benteng ini sangat besar fungsinya pada zaman Sultan Iskandar Muda yang angkatan lautnya, pada waktu itu, dipimpin oleh Laksamana Malahayati.

e. Makam Laksamana Malahayati Terletak sekitar 32 km dari Kota Banda Aceh. Ia adalah seorang laksamana wanita pertama yang memimpin armada laut pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

f. Museum Ali Hasymi Museum ini merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman memiliki koleksi pribadi yang berharga dan menarik. Kini koleksi beliau dijadikan pajangan di museum tersebut antara lain kitab- kitab karya para ulama besar Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari berbagai pelosok dunia, dll.

Gambar 5 : Masjid tua Indra Puri

Gambar 6 : Benteng Indra Patra

Gambar 7 : Makam Laksamana Malahayati

Gambar 8 : Museum Ali

Hasymi

Page 6: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

6 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

g. Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Ia meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee.

Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang meninggal dunia pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.

h. Kompleks Graveyard Kandang Meuh

Komplek Makam Kandang Meuh (Makam Raja Aceh) ini terletak di komplek dan komplek Baperis Museum Negeri Aceh, tepatnya di Jalan Sultan Alaidin Mahmud Syah, Kota Banda Aceh. Karena terletak di pusat kota, mudah ditempuh dg becak motor atau alat transportasi lain. Dalam kompleks pemakaman tersebut ada dua makam Raja Aceh, pertama disebut Kandang Meuh dan satu lagi disebut Komplek Makam Sultan Ibrahim Mansur Syah. Yang dimakamkan di

komplek Kandang Meuh antara lain: * Putri Raja Raja anak Bengkulu * Sultan Mahmud Syah Alaidin * Raja Darussalam * Tuanku Zainal Abidin Selanjutnya komplek Makam Sultan Ibrahim Mansur Syah dimakamkan antara lain Pocut Rumoh Geudong (istri Sultan Ibrahim Mansur Syah), Sultan Ibrahim Mansur Syah (memerintah tahun 1836-1870), Sultan Mahmud Syah (anak Sultan Mahmud Syah), Sultan Husein Johar Syah Al-alam (anak Sultan Muhammad Syah), Putoru Binen (adik Sultan Ibrahim Mansur Syah), Tuanku Pangeran Husein Anom (anak Sultan Ibrahim Mansur), Tuanku Zainal Abidin dipotong, Tengku Chik, Tuanku Raja Ibrahim (anak Sultan Muhammad Daud Syah).

i. Museum Tsunami Aceh Pada tanggal 23 Februari 2008 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Aceh untuk meresmikan Museum Tsunami Aceh di lapangan Blang Padang Banda Aceh sekalian meremikan dan menandatangani ke 12 proyek pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi dan infrastruktur di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang telah selesai dikerjakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias, Departemen Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi NAD, Pemerintah Kota

Banda Aceh dan para lembaga mitra. Menurut Eddy Purwanto sebagaiPenggagas Museum Tsunami Aceh dari BRR Aceh, Museum ini dibangun dengan 3 alasan: 1. untuk mengenang korban bencana Tsunami 2. Sebagai pusat pendidikan bagi generasi muda tentang keselamatan

3. Sebagai pusat evakuasi jika bencana tsunami datang lagi.

Gambar 9 : Perpustakaan Kuno

Tanoh Abee

Gambar 10 : Kandang Meuh

Gambar 11 : Museum Tsunami Aceh

Page 7: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

7 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

Prasasti Taman Internasional “Aceh Thanks The World” Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue Politeknik Aceh Bendungan Keuliling Kapal Motor Penyeberangan (KMP) BRR Jembatan Krueng Keureuto di Aceh Utara Jembatan Cundadi Lhokseumawe Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Aceh TenggaraSPAM Aceh Selatan Terminal Penumpang Tipe A Banda Aceh Stasiun Perum Damri beserta 28 bus Damri Kantor Badan SAR Nasional (Basarnas) di Aceh.

j. Taman Putroe Phang Taman Putroe Phang terletak di wilayah Kompleks Istana Sultan Aceh di Banda Aceh. Taman ini dibuat untuk sang permaisuri Sultan Iskandar Muda yang bernama Putroe Phang yang berarti Putri Pahang, yang berasal dari Pahang, Malaysia. Ditaman tersebut terdapat sebuah bangunan unik bernama Gunongan dibuat menyerupai bukit-bukit yang berada di Pahang, Malaysia. Bangunan tersebut dibuat atas permintaan permaisuri sendiri yang selalu rindu kampong halamannya.

2. Wisata alam

a. Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Waduk perdana yang terletak di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam terletak di kecamatan CotGlie, Kabupaten Aceh Besar, dibangun untuk pengembangan areal persawahan di daerah Irigasi Keuliling Hulu dan Irigasi Keuliling Hilir, dan untuk mensuplai kekurangan air di daerah irigasi Krueng Aceh Extension dan Krueng Jreue. Adapun jumlah areal persawahan yang dapat diari oleh waduk Keuliling seluas 4.790,5 Ha.

Pembangunan waduk ini akan mengatasi kekurangan Kebutuhan air untuk mengairi areal persawahan seluas 4.790 Ha di Kreung Aceh Extention dan Krueng Jreue yang membutuhkan pasokan air 7,1 m3/dt. Sementara saat ini pasokan air yang ada baru 3,6 m3/dt sehingga kekurangan 3,5 m3/dt akan disuplai oleh Waduk Keuliling. Dengan adanya pasokan air tambahan juga akan menunjang peningkatan areal sawah tadah hujan menjadi sawah beririgasi teknis yaitu daerah irigasi Keuliling seluas 1.053 Ha dan daerah irigasi Keuliling Hulu 578 Ha. Pembangunan Waduk Keuliling yang menelan biaya Rp 258 miliar, dibangun diatas tanah tegalan sehingga tidak diperlukan relokasi penduduk.

b. Taman Nasional Margasatwa Leuser Sekilas tentang Taman Nasional Margasatwa Gunung

Leuser Aceh, Pada tahun 1920-an Pemerintah Kolonial Belanda memberikan ijin kepada seorang ahli geologi Belanda bernama F.C. Van Heurn untuk meneliti dan mengeksplorasi sumber minyak dan mineral yang diperkirakan banyak terdapat di Aceh. Setelah melakukan penelitian tersebut,

Van Heurn menyatakan bahwa kawasan yang diteliti tidak ditemukan kandungan mineral yang besar dan menyatakan bahwa pemuka-pemuka adat setempat menginginkan agar mereka peduli terhadap barisan-barisan pegunungan berhutan lebat yang ada di Gunung Leuser.

Gambar 13 : Waduk Keuliling

Gambar 14 : TN. Margasatwa Leuser

Gambar 12 : Taman Putroe Phang

Page 8: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

8 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

Sebagai gantinya, Van Heurn mendiskusikan hasil pertemuannya dan menawarkan kepada para wakil pemuka adat (para Datoek dan Oeloebalang) untuk mendesak Pemerintah Kolonial Belanda untuk memberikan status kawasan konservasi (Wildlife Sanctuary). Setelah berdiskusi dengan Komisi Belanda untuk Perlindungan Alam, pada bulan Agustus 1928 sebuah proposal disampaikan

kepada Pemeintah Kolonial Belanda yang mengusulkan Suaka Alam di Aceh Barat seluas 928.000 ha dan memberikan status perlindungan terhadap kawasan yang terbentang dari Singkil (pada hulu Sungai Simpang Kiri) di bagian selatan, sepanjang Bukit Barisan, ke arah lembah Sungai Tripa dan Rawa Pantai Meulaboh, di bagian utara. Proposal tersebut akhirnya direalisasikan dengan pada tanggal 6 Februari 1934 dengan

diadakannya pertemuan di Tapaktuan, yang dihadiri perwakilan pemuka adat dan Pemerintah Kolonial Belanda. Pertemuan tersebut menghasilkan “Deklarasi Tapaktuan”, yang ditandatangani oleh perwakilan pemuka adat dan Perwakilan Gubernur Hindia Belanda di Aceh pada saat itu (Gouverneur van Atjeh en Onderhoorigheden, Vaardezen). Deklarasi tersebut mulai berlaku mulai tanggal 1 Januari 1934 ((Deze regeling treedt in werking met ingang

1 Januari 1934). Deklarasi tersebut mencerminkan tekad masyarakat Aceh untuk melestarian kawasan Leuser untuk selamanya sekaligus juga diatur tentang sanksi pidananya (baik padana penjara maupun pidanya denda). Dalam salah satu paragraph Deklarasi Tapaktuan disebutkan sebagai berikut : “Kami Oeloebalang dari landschap Gajo Loeos, Poelau Nas, Meuke’, labuhan Hadji, Manggeng, Lho’ Pawoh Noord, Blang Pidie, dan Bestuurcommissie dari landschap Bambel, Onderafdeeling Gajo dan Alas. Menimbang bahwa perlu sekali diadakannya peratoeran yang memperlindungi segala djenis benda dan segala padang-padang yang diasingkan boeat persediaan. Oleh karena itoe, dilarang dalam tanah persediaan ini mencari hewan yang hidoep, menangkapnya, meloekainya, atau memboenoeh mati, mengganggoe sarang dari binatang-binatang itoe, mengeloerkan hidoep atau mati atau sebagian dari binatang itoe lantaran itoe memoendoerkan banyaknya binatang”.

c. Pantai Lhok Nga

Panorama pantai dikombinasikan dengan pemandangan indah pegunungan Karst (kapur) dapat menambah kenyamanan bagi mereka yang berada di kawasan ini.tempat yang nyaman untuk berselancar. Ombak dipantai ini tidak terlalu tinggi rata-rata berkisar satu meter di tepian pantai. Jika ingin lebih ke tengah ombak bisa mencapai dua hingga tiga meter. Pantai Lhoknga yang berada di Tanah Aceh, jaraknya hanya 20 km dari Kota Banda Aceh , Kawasan pantai ini cukup memberikan nuansa

wisata pantai yang alami. Banyak pohon-pohon rindang terutama pohon kelapa yang tumbuh berjejer dan rimbun memberikan kesejukan, juga pohon cemara atau aron. Pantai pasir putih dengan sedikit bebatuan yang memantulkan warna biru laut seolah-olah sebuah aquarium karena menampakkan ikan-ikan yang berwarna-warni. Deretan penjaja makanan dan minuman dibawah pohon serta gunung yang hijau bersebelahan dengan laut, cukup melengkapi sebagi

Gambar 15 : TN. Margasatwa Leuser

Gambar 16 : Pantai Lhoknga

Page 9: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

9 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

obyek wisata pantai yang alami. Banyak wisatawan baik lokal maupun manca negara setiap harinya mengunjungi atau sebagian orang singgah untuk istirahat sebentar untuk melanjutkan perjalanan Lhoknga, pantai yang dihiasi oleh pohon cemara yang sedang tumbuh semakin tinggi menantang mentari setelah semua diratakan oleh tsunami. Sebelum tsunami, pantai Lhoknga sangat indah, dinaungi oleh pohon cemara sehingga banyak tempat adem untuk menjauhi panas sambil menikmati pantai. Sore hari menjelang matahari akan terbenam, banyak orang yang datang menikmati cahaya orange kemerahan yang seperti digoreskan diantara awan putih yang berlayar mengikuti arah angin. Suara gelombang yang memecah pantai meraung dan ingin mengempaskan buihnya sejauh kekuatannya.

Di seberang jalan raya yang bukan merupakan sisi jalan yang berhubungan dengan pantai, banyak terdapat cafe-cafe tenda atau cafe seadanya untuk memberikan jasa menghilangkan dahaga orang-orang yang berkunjung ke pantai Lhoknga. Kelapa muda menjadi minuman paforit untuk dinikmati. Kesegaran air yang terdapat di dalam kelapa muda itu memberikan kesejukan ke lidah dan terus melalui tenggorokan sehingga panasnya udara pantai serasa berkurang. Banyak juga minuman dingin yang ditawarkan, teh botol, soft drink, kopi dingin, es teh manis, pop ice, air kelapa campur sirup. Makanan yang ditawarkan meliputi, indomie, jagung bakar, kue-kue dan apa saja yang memungkinkan untuk dijual.

Di sisi jalan yang berhubungan dengan pantai. Banyak terdapat gasibu (tempat duduk dengan payung untuk menahan panas) yang disediakan oleh pedagang-pedagang, supaya pengunjung bisa menikmati makanan dan minuman yang disajikan sambil memandang ke arah laut yang biru dengan gelombang yang berlomba menuju pantai. Gasibu ini digunakan rame-rame dengan obrolan ringan untuk melepaskan kepenatan bekerja sambil menikmati kesegaran air kelapa muda menjadi sore yang menyenangkan. Obrolan dari satu cerita ringan ke cerita ringan yang lain membuat banyak rombongan orang bekerja dari Banda dengan mobil datang memenuhi pinggir jalan di pantai Lhoknga. Di sisi jalan yang berjauhan dari pantai juga ada kios yang menyewakan papan selancar yang banyak ditongkrongi oleh orang-orang yang ingin belajar selancar.

Nonton Peselancar

Gelombang yang besar ini paling bisa dinikmati oleh orang-orang yang bisa berselancar. Berpuluh-puluh orang terlihat sedang belajar berselancar di atas gelombang di kedalaman laut yang dangkal (masih sepinggang dalamnya). Ada yang terlihat mulai bisa sebentar menari di atas selancar dan kemudian keseimbangan hilang sehingga jatuh ke dalam air laut. Ada hanya memeluk papan selancar dan mengikuti puncak gelombang, menyatukan diri dengan papan selancar

dan kemudian berayun-ayun dibawa gelombang sampai ketepian.

Yang sudah pintar berselancar menjadi objek yang mengagumkan untuk diamati menghabiskan sore di pantai. Mereka berdiri dengan keseimbangan penuh diatas papan selancar dan menari meliuk-liuk dari satu gelombang ke gelombang yang lain. Kemudian gelombang sudah pecah dipantai dan mereka kembali ke lautan dengan memeluk papan selancar dan menggunakan tangan untuk mengayuh air supaya secepatnya sampai di titik dimana mereka akan berdiri lagi untuk berselancar dibawa gelombang ke tepian.[wisatadanbudaya.blogspot]

Gambar 17 : Pantai Lhoknga

Page 10: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

10 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

d. Pantai Lam Pu'uk

Pantai Lampu`uk mempunyai pantai dengan pasir putih yang sangat indah, sehingga tempat ini sangat cocok sebagai area rekreasi baik untuk berenang, berjemur, memancing, berselancar atau pun sekedar menikmati suasana pantai yang indah. Sebelum terjadi tsunami, daerah ini merupakan perkampungan tradisional bagi masyarakat Aceh Besar dengan penduduknya yang bekerja sebagai nelayan, petani cegkeh, pegawai pabrik Semen PT SAI dan lain-lain. Di kawasan ini juga terdapat

Padang Golf Seulawah dengan latar belakang panorama laut. Di sore hari pantai ini terasa lebih indah dan penuh pesona. Pengunjung dapat menyaksikan indahnya matahari terbenam, sehingga memberikan suatu kenikmatan tidak terlupakan. Disekitar pantai juga banyak tempat makan dengan penjaja ikan yang siap dipanggang dan bisa langsung dinikmati pengunjung.

Saat tsunami melanda Aceh, kawasan ini termasuk kawasan yang sangat parah kondisinya. Karena daerah ini terletak di bibir pantai dan di ujung pulau Sumatera, maka kerusakan akibat tsunami sangat fatal. Cukup banyak penduduk di daerah ini menjadi korban. Namun kini tempat ini telah dikelola kembali oleh pemerintah sehingga pengunjung dapat kembali menikmati keindahan pantai ini walaupun di pantai ini ada zona terlarang untuk berenang karena pusaran ombaknya yang terlalu berbahaya. Kawasan ini juga telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai monumen tragedi tsunami.

e. Pantai Ujong Batee

Wisata Pantai Ujong Batee terletak di Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, jaraknya menuju lokasi sekitar 17 ( tujuh belas ) kilometer dari kota banda aceh menuju Pelabuhan Malahayati. Dan di sebelah kanan dari posisi pantai ujong batee hanya ada pulau weh di laut bebas persis di pintu masuk Selat Malaka. Sementara sebelah kirinya Pulau Aceh di samudera Hindia.

f. Pantai Lhok Me

Aceh terkenal dengan keindahan pantai-pantainya salah satunya Pantai Lhok Me. Pantai ini berada di kawasan kabupaten Aceh Besar, Kawasan pantai ini cukup memberikan nuansa wisata pantai yang alami. Banyak pohon-pohon rindang dan rimbun memberikan kesejukan. Pantai pasir putih dengan sedikit bebatuan yang memantulkan warna biru laut seolah-olah sebuah aquarium

karena menampakkan ikan-ikan yang berwarna-warni. Deretan penjaja makanan dan minuman dibawah pohon serta gunung yang hijau bersebelahan dengan laut, cukup melengkapi sebagi obyek wisata pantai yang alami. Banyak wisatawan baik lokal maupun manca negara setiap harinya mengunjungi atau sebagian orang singgah untuk istirahat sebentar untuk melanjutkan perjalanan.

Gambar 18 : Pantai Lam Pu’uk

Gambar 19 : TN. Margasatwa Leuser

Gambar 20 : Pantai Lhok Me

Page 11: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

11 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

g. Air terjun Sihom, Lhong

Air Terjun Seuhom ini berada di tengah panorama alam yang indah dan alami. Di sekitar Air Terjun Seuhom terdapat banyak pohon durian, sehingga pada musim durian banyak yang berjualan durian di sekitar air terjun. Di samping itu, di sekitar air terjun Seuhom juga terdapat lokasi yang dapat digunakan untuk berkemah (camping). Air terjun yang deras ini juga menjadi sumber energi listrik bagi masyarakat di sekitar Desa Kreung Kala.

Sebuah pembangkit listrik tenaga mikrohidro kini telah dibangun di dekat air terjun Seuhom dan dioperasikan untuk mengaliri listrik kepada sekitar 200 KK (Kepala Keluarga) penduduk Desa Kreung Kala. Dari Kota Banda Aceh jarak tempuh sekitar 1 jam, Perjalanan ke sana melalui rute Banda Aceh – Calang (Aceh Jaya), melewati Pantai Lampuuk dan Pantai Lhoknga, bisa menggunakan transportasi umum, atau kendaraan pribadi.

h. Air terjun Kuta Malaka

Air Terjun Kuta Malaka Aceh berada di Kuta Malaka, Kecamatan Samahani, Kabupaten Aceh Besar, Nanggro Aceh Darussalam. Air terjun ini berada pada ketinggin lebih kurang 600 m dpl, yang bertingkat-tingkat. Konon kata masyarakat setempat mencapai 8 tingkat dan ada yang mengatakan 20 tingkat.Untuk menuju ke lokasi kita harus menempuh perjalanan sejauh 30 km dari pusat kota Banda Aceh.

Lokasi yang dilingkupi oleh hutan perawan yang sangat sejuk dan memberikan nuansa tersendiri dan jalan menuju ke lokasi harus melalui pegunungan yang sangat indah. Jika anda ke Aceh sebaiknya dapat mengunjungi obyek wisata ini.

i. Air terjun Peukan Biluy

Objek Wisata Air Terjun Biluy merupakan salah satu obyek wisata alam yang ada di Kabupaten Aceh Besar tepatnya di Desa Biluy, Kecamatan Darul Kamal, dan juga merupakan tempat rekreasi bagi penduduk setempat. Tempat wisata air terjun Pekan Biluy ternyata masih meninggalkan sisa-sisa kejayaannya. Sebuah bekas bangunan kafe kayu masih berdiri rongsokannya, juga ada 2 tempat duduk beton memanjang disitu. Untuk melihat langsung posisi air terjun pengunjung harus menaiki anak

tangga sebanyak 172 buah dengan kemiringan rata-rata 45 derajat. Pasca bencana tsunami 24 Desember 2004 silam, jalan menuju air terjun Peukan Biluy rusak parah bahkan perbukitan tersebut banyak yang telah hilang namun sudah diperbaiki.

Gambar 21 : Air terjun Sihom, Lhong

Gambar 22 : Air Terjun Kuta Malaka

Gambar 23 : Air Terjun Peukan Biluy

Page 12: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

12 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

j. Taman Hutan Rakyat Po Cut Meurah Intan

Objek Wisata Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan mempunyai sejarah panjang sebelum ditetapkan menjadi Tahura. Sejak tahun 1930 kawasan Seulawah Agam telah ditetapkan menjadi kawasan hutan. Pada tahun 1990 Pemda Daerah Istimewa Aceh, melalui SK Gubernur Kepala D.I. Aceh No. 522.51/442/1990 tanggal 4 September 1990

membentuk Tim Taman Hutan Raya Seulawah. Luas peruntukannya mencapai 25.000 hektar, dari

luas tersebut akan dipilih 10.000 hektar yang dianggap layak dan dapat mewakili keanekaragaman potensi flora, fauna maupun potensi fisik lainnya yang ada. Ternyata dari luas yang diperkirakan awal 10.000 ha, hanya 6.300 ha yang ditetapkan sebagai luas areal Tahura, dan nama Tahura Seulawah kemudian ditetapkan menjadi Tahura Pocut Meurah Intan. Tahura Meurah Intan terletak di gugusan kawasan hutan Seulawah Agam, berjarak 70 kilometer dari Kota Banda Aceh, di dominasi vegetasi hutan pegunungan dan Pinus Merkusi. Secara administratif berada di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Keadaan topografi Tahura Pocut, umumnya berbukit-bukit. Sebagian kecil adalah dataran dengan status sebagai hutan negara bebas dengan ketinggian 0 sampai 40 meter di atas permukaan laut (DPL) dan berada di kaki Gunung Seulawah Agam.

Tahura Pocut menyimpan berbagai jenis flora yang didominasi kayu Pinus (Pinus mercusii) dan Akasia (Acasia auriculiformis) seluas 250 Ha, dan padang alang-alang yang luasnya 5.000 hektar atau 20 persen yang diselingi hutan-hutan muda. Penyebaran jenis-jenis flora ini hampir merata di semua kawasan, mulai hutan pantai, hutan dataran rendah hingga hutan dataran tinggi. Sedangkan jenis fauna antara lain Rusa (Cervus unicolor), Babi (Sus Scrofa), Landak (Hystrik brachyura), Kancil, Kera ekor panjang, Burung sri gunting, Burung sempala, Ayam hutan, dan Lutung. Di samping itu dijumpai juga jenis mamalia besar di antaranya Gajah (Elephas maximus). Penyebaran jenis fauna hampir merata di seluruh kawasan.

Alamnya yang potensial sebagai tempat wisata karena didapati sejumlah obyek alam menarik, seperti air terjun berair panas, sumber air panas, kawah ie juk, kawah belerang, tempat mengasin satwa, kubangan gajah, rumah, kolam, saluran pembagi air, bendungan tua peninggalan Belanda, mata air, lembah Mon Jasa Ma, Makan Tgk. Lamcut, Mesjid Tgk. Keumuruh, tebing batu bersusun, lintasan gajah, lantai gunung berbatu, alur besar berbatu, gunung gajah, batu monyet, tempat bermain siamang di pagi hari. Sumber : http://infowisataindonesia.com/wisata-provinsi-aceh/taman-hutan-rakyat-po-cut-meurah-intan-aceh.html

k. Gunung Seulawah Agam

Gunung Seulawah Agam menjadi incaran kaum pendaki sejak dulu. Gunung yang tingginya 1700 mdpl (meter dari permukaan laut) itu gampang dijangkau dari Banda Aceh. Cukup naik bis atau angkutan L-300. Dalam tempo dua jam Anda akan sampai di Saree. Ini kota kecil dalam Kecamatan Lembahseulawah yang berada di kaki Seulawah Agam. Saree terkenal dengan keripik ketela. Untuk sampai ke pintu rimba, Anda bisa melewati Kampung Aceh dan hamparan kebun ketela. Jika musim panen tiba, puluhan petani berada di kebun mereka.

Petani yang ramah. Setiap pendaki sering meminta ketela hasil panen. Para petani memberinya dengan sukarela. Maka, sisihkan ruang kosong dalam ransel untuk ketela-ketela itu.

Gambar25 : Gn. Seulawah

Gambar 24 : THR. Po Cut Meurah Intan

Page 13: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

13 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

Seulawah Agam kaya akan berbagai Flora dan Fauna. Sebut saja Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis), Kedih (Presbytis Thomasi), Burung Rangkong (Buceros Rhinocerous), dan Jamur (Fungi) berbagai species serta satwa-satwa lainnya. Menurut kabar, nantinya Seulawah Agam dan kembarannya Seulawah Inong akan dijadikan sebagai kawasan konservasi. Itu penting, mungkin saja mengingat perambahan kayu kian marak saja di sana.

l. Pulau Rondo Kota Sabang

Pulau Rondo ini merupakan pulau paling utara dari wilayah RI dan merupakan bagian dari wilayah kota Sabang, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau ini berada di sebelah Utara dari pulau Weh dengan koordinat 6° 4′ 30″ LU, 95° 6′ 45″ BT. Pulau terluar milik Indonesia sangat rentan diambil alih oleh negara asing di perbatasan. Bila tidak segara diantisipasi, tidak mustahil, status kepemilikan pulau tersebut bakal lepas dari tangan Indonesia.

m. Pusat Latihan Gajah Saree Aceh

Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree berada di lokasi Kabupaten Aceh Besar, Hewan Gajah adalah satwa herbivora pemakan tumbuhan dan penyebar bibit dari hasil kunyahan yang tertelan melalui prosesi memamah biak dan dari kotorannya dapat membantu proses pembiakan biji secara natural, kotoran tersebut membantu proses percepatan tumbuhnya biji (dormansi) menjadi kecambah, juga kotorannya menghasilkan pupuk organik bagi hutan

yang menjadi daerah lintasannya. Awalnya, gajah yang menghuni PLG Saree merupakan gajah-gajah liar, yang kemudian ditangkap. Tetapi gajah-gajah ini ditangkapi karena kebanyakan dari mereka pernah melakukan tindakan-tindakan merusak seperti merusak kebun penduduk.

Gelar khas untuk gajah di Aceh adalah Teungku Rayeuk ini berarti penunjukan dan penamaan berdasarkan ciri phisik gajah yang besar dan raya, gelar tersebut ditabalkan para endatu Aceh pada zamannya, hingga kini sebutan itu juga masih lekat, dimana para endatu dapat hidup berdampingan dengan satwa besar ini bahkan dalam dinas peperangan kerajaan Aceh dimasa gemilang, dimana gajah menjadi teman disaat menjadi pasukan dan berperan sebagai tuan dan pengendara tapi cerita ini begitu sopan dan arif sehinga menjadi legenda turun menurun.

Mengapa demikan, kenapa begitu ramah dimasa endatu orang Aceh tersebut memperlakukan gajah sebagai teman dan sahabat baik manusia dan menempatkan gajah sebagai Teungku Rayeuk , di Aceh gelar Teungku berarti Orang Alim , kenapa gajah dianggap alim dan bersahaja,

Era tahun 70-an hingga 80-an ketika kita berangkat menjelang malam hari dari banda Aceh menuju Pidie disebutkan Teungku Rayeuk sering melintas jalan raya di sekitar Hutan pegunungan Seulawah tanpa ada mengganggu manusia bahkan penumpang bis pun tak terusik. Ini

Gambar 26 : Gn. Seulawah

Gambar 27 : Pulau Rondo Kota

Sabang

Gambar 28 : Pusat Latihan Gajah Saree

Page 14: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

14 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

menandakan hubungan manusia dan satwa terjalin dengan baik..mungkin kondisi hutan pada saat itu lumayan baik, pembukaan hutan terasa kecil dan kondisi hutan masih dalam kondisi normal.

3. Wisata Budaya

a. Tari Rateb Meuseukat Aceh Pada mulanya Tari Ratéb Meuseukat dimainkan sesudah selesai mengaji pelajaran agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri. Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

Saat ini, tari ini merupakan tari yang paling terkenal di Indonesia. Hal ini dikarenakan keindahan, kedinamisan dan kecepatan gerakannya. Tari ini sangat sering disalahartikan sebagai tari Saman milik suku Gayo. Padahal antara kedua tari ini terdapat perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan utama antara tari Ratéb Meuseukat dengan tari Saman ada 3 yaitu, pertama tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi oleh alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi oleh alat musik, yaitu rapa’i dan geundrang. Tari Ratéb Meuseukat merupakan salah satu tarian Aceh yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib artinya ibadat dan meuseukat asal kata sakat yang berarti diam.

Diberitakan bahwa tari Ratéb Meuseukat ini diciptakan gerak dan gayanya oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb-nya diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke XIX. Isi dan kandungan syairnya terdiri dari sanjungan dan puji-pujian kepada Allah dan sanjungan kepada Nabi, dimainkan oleh sejumlah perempuan dengan pakaian adat Aceh. Tari ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya.

b. Upacara Adat Perkawinan Aceh Adapun tahap dari upacara Adat perkawinan Aceh adalah: Tahapan Melamar (Ba Ranub) Tahapan Melamar (Ba Ranub) dilaksanakan pada hari yang telah di sepakati datanglah rombongan orang2 yang dituakan dari pihak pria ke rumah orang tua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat ikatan berikut isinya seperti gambe, pineung reuk, gapu, cengkih, pisang raja, kain atau baju serta penganan khas Aceh. Setelah acara lamaran iini selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut. Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda) Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda) dilaksanakan bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan peukeong haba yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar (disebut jeunamee) yang diminta dan beberapa banyak tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut jakba tanda) acara ini pihak pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh, buleukat kuneeng dengan tumphou, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus ditengah

Gambar 29 : Tari Rateb Meuseukat

Page 15: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

15 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

jalan yang disebabkan oleh pihak pria yang memutuskan maka tanda emas tersebut akan dianggap hilang. Tetapi kalau penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut harus dikembalikan sebesar dua kali lipat.

Persiapan Menjelang Perkawinan Persiapan menjelang perkawinan biasanya dilakukan seminggu menjelang akad nikah, masyarakat aceh secara bergotong royong akan mempersiapkan acara pesta perkawinan. Mereka memulainya dengan membuat tenda serta membawa berbagai perlengkapan atau peralatan yang nantinya dipakai pada saat upacara perkawinan. Adapun calon pengantin wanita sebelumnya akan menjalani ritual perawatan tubuh dan wajah serta melakukan tradisi pingitan. Selam masa persiapan ini pula, sang gadis akan dibimbing mengenai cara hidup berumah tangga serta diingatkan agar tekun mengaji. Selain itu akan dialksanakan tradisi potong gigi (disebut gohgigu) yang bertujuan untuk meratakan gigi dengancara dikikir. Agar gigi sang calon pengantin terlihat kuat akan digunakan tempurung batok kelapa yang dibakar lalu cairan hitam yang keluar dari batok tersebut ditempelkan pada bagian gigi. Setelah itu calon pengantin melanjutkan dengan perawatan luluran dan mandi uap.

Selain tradisi merawat tubuh, calon pengantin wanita akan melakukan upacara kruet andam yaitu mengerit anak rambut atau bulu-bulu halus yang tumbuh agar tampak lebih bersih lalu dilanjutkan dengan pemakaian daun pacar (disebut bohgaca) yang akan menghiasi kedua tangan calon pengantin. Daun pacar ini akan dipakaikan beberapa kali sampai menghasilkan warna merah yang terlihat alami. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mengadakan pengajian dan khataman AlQuran oleh calon pengantin wanita yang selanjutnya disebut calon dara baro (CBD).Sesudahnya, dengan pakaian khusus, CBD mempersiapkan dirinya untuk melakukan acara siraman (disebut seumano pucok) dan didudukan pad asebuah tikaduk meukasap. Dalam acara ini akan terlihat beberapa orang ibu akan mengelilingi CBD sambil menari-nari dan membawa syair yang bertujuan untuk memberikan nasihat kepada CBD. Pada saat upacara siraman berlangsung, CBD akan langsung disambut lalu dipangku oleh nye’wanya atau saudara perempuan dari pihak orang tuanya. Kemudian satu persatu anggota keluarga yang dituakan akan memberikan air siraman yang telah diberikan beberapa jenis bunga-bungaan tertentu dan ditempatkan pada meundam atau wadah yang telah dilapisi dengan kain warna berbeda-beda yang disesuaikan dengan silsilah keluarga. Upacara Akad Nikah dan Antar Linto Upacara akad nikah dan antar Linto dilaksanakan pada hari yang telah ditentukan, akan dilakukan secara antar linto (mengantar pengantin pria). Namun sebelum berangkat kerumah keluarga CBD, calon pengantin pria yang disebut calon linto baro(CLB) menyempatkan diri untuk terlebih dahulu meminta ijin dan memohon doa restu pada orang tuanya. Setelah itu CLB disertai rombongan pergi untuk melaksanakan akad nikah sambil membawa mas kawin yang diminta dan seperangkat alat solat serta bingkisan yang diperuntukan bagi CDB. Sementara itu sambil menunggu rombongan CLB tiba hingga acara ijab Kabul selesai dilakukan, CDB hanya diperbolehkan menunggu di kamarnya. Selain itu juga hanya orangtua serta kerabat dekat saja yang akan menerima rombongan CLB. Saat akad nikah berlangsung, ibu dari pengantin pria tidak diperkenankan hadir tetapi dengan berubahnya waktu kebiasaan ini dihilangkan sehingga ibu pengantin pria bisa hadir saat ijab kabul. Keberadaan sang ibu juga diharapkan saat menghadiri acara jamuan besan yang akan diadakan oleh pihak keluarga wanita. Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, keluarga CLB akan menyerahkan jeunamee yaitu mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat dan paun yakni uang emas kuno seberat 100 gram. Setelah itu dilakukan acara menjamu besan dan seleunbu linto/dara baro yakin acara suap-suapan di antara kedua pengantin. Makna dari acara ini adalah agar keduanya dapat seiring sejalan ketika menjalani biduk rumah tangga.

Page 16: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

16 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

Upacara Peusijeuk Yang dimaksud dengan upacara peusijeuk yaitu dengan melakukan upacara tepung tawar, memberi dan menerima restu dengan cara memerciki pengantin dengan air yang keluar dari daun seunikeuk, akar naleung sambo, maneekmano, onseukee pulut, ongaca dan lain sebagainya minimal harus ada tiga yang pakai. Acara ini dilakukan oleh beberapa orang yang dituakan(sesepuh) sekurangnya lima orang. Tetapi saat ini bagi masyarakat Aceh kebanyakan ada anggapan bahwa acara ini tidak perlu dilakukan lagi karena dikhawatirkan dicap meniru kebudayaan Hindu. Tetapi dikalangan ureungchik (orang yang sudah tua dan sepuh) budaya seperti ini merupakan tata cara adat yang mutlak dilaksanakan dalam upacara perkawinan. Namun kesemuanya tentu akan berpulang lagi kepada pihak keluarga selaku pihak penyelenggara, apakah tradisi seperti ini masih perlu dilestarikan atau tidak kepada generasi seterusnya.

c. Upacara Ba Ranub Kong Haba Aceh Apa yang dimaksud dengan Upacara Ba Ranub Kong Haba? Upacara Ba Ranub Kong Haba adalah upacara yang dilakukan pada hari yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak maka datanglah serombongan orang tua-tua dari pihak lelaki kepada pihak orang tua perempuan dengan membawa sirih penguat ikatan (ranub kong haba), yaitu sirih lengkap dengan alat-alatnya dalam cerana, pisang talon ( Pisang Raja dan Wajib 1 Talam), ada juga yang disertakan kain baju. Selain itu juga dibawa benda mas 1 atau 2 mayam dengan ketentuan menurut adat kalau ikatan ini putus disebabkan oleh pihak lelaki yang memutuskannya, maka tanda mas tersebut hilang. Tetapi kalau ikatan putus disebabkan karena pihak perempuan yang memutuskannya, maka tanda mas tersebut harus dikembalikan dengan dua kali ganda. Pada upacara ini juga ditentukan hari dan bulan diadakannya pernikahan dan pulang penganten (Woe Linto).

d. Upacara Penyelesaian Perselisian Aceh Yang dimaksud dengan upacara penyelesaian perselisian anak Aceh adalah pada waktu suatu perkelahian antara anak-anak, jika terjadi pertumpahan darah (rho darah), oleh orang tua-tua kampung terus diadakan perdamaian diantara kedua belah pihak orang tua anak-anak yang berkelahi, dengan diwajibkan bagi pihak yang memukul dhirt kepada orang tua anak yang keluar darah, yaitu diwajibkan membawa ketan kuning, tumpou, kain putih 6 hasta, pakaian satu salin dan uang. Selama belum sembuh, segala urusan pengobatan ditanggung oleh pihak yang tidak rho darah dan dihadapkan orang-orang tua kampong kedua belah pihak orang tua anak-anak tersebut diadakan upacara bermaaf-maafan.

e. Upacara Sunat Rasul Aceh Upacara sunat Rasul Aceh atau biasa kita menyebut Khitanan upacara yang dilakukan setelah anak berumur antara 10 sampai 13 tahun. Anak tersebut diberi berpakaian adapt didudukkan diatas pelaminan dimaba diadakan acara Peusijeuk dengan setawar sedingin, beras padi serta dipesunting dengan ketan oleh kaum kerabat pihak ayah dan ibu serta teumeuntuk (pemeberian) uang oleh kaum kerabat. Selain itu juga ada teumeuntuk uang dari pihak tamu yang diundang kepada orang tua si anak, ataupun hantaran berupa benda. Dikalangan Bangsawan ada juga diadakan arakan yaitu anak tersebut didudukkan dalam usungan dengan iringan Gendang dan Serunai. Pada upacara Sunat Rasul ini diadakan jamuan kenduri, yang bagi rakyat menurut daya dan bagi Bangsawan diadakan secara mewah, hamper menyerupai kenduri Perkawinan. Upacara Sunat Rasul dilakukan oleh mudim dengan anak tersebut disuruh mengucapkan Dua Kalimah Syahadah.

Page 17: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

17 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

f. Tari Seudati Aceh

Tari Seudati merupakan salah satu tarian khas Aceh, sebelum tari seudati ada tarian ini pada mulanya diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka ria ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama.. Pemain seudati terdiri dari 8 orang pemain dengan 2 orang syahi berperan sebagai vokalis, salah seorang diangkat

sebagai syekh, yaitu pimpinan group seudati. Seudati tidak diiringi oleh instrument musik apapun. Irama dan tempo tarian, ditentukan oleh irama dan tempo lagu yang dibawakan pada beberapa adegan oleh petikan jari dan tepukan tangan ke dada serta hentakan kaki ke tanah. Tepukan dada memberikan suara seolah-olah ada sesuatu bahan logam di bagian dada atau perut yang dilengketkan sehingga bila dipukul mengeluarkan suara getar dan gema.

Seudati berasal dari bahasa Arab syahadati atau syahadatain , yang berarti kesaksian atau pengakuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak. Seudati mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam. Tarian ini cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan berbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat

tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama. Dalam ratoh, dapat diceritakan berbagai hal, dari kisah sedih, gembira, nasehat, sampai pada kisah-kisah yang membangkitkan semangat. Ulama yang mengembangkan agama Islam di Aceh umumnya berasal dari negeri Arab. Karena itu, istilah-istilah yang dipakai dalam seudati umumnya berasal dari bahasa Arab. Diantaranya istilah Syeh yang berarti pemimpin, Saman yang berarti delapan,

dan Syair yang berarti nyayian. Tari Seudati sekarang sudah berkembang ke seluruh daerah Aceh dan digemari oleh masyarakat. Selain dimanfaatkan sebagai media dakwah, Seudati juga menjadi pertunjukan hiburan untuk rakyat. Tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian berkembang ke desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Tari Seudati berasal dari kabupaten Pidie. Seudati termasuk salah satu tari tradisional Aceh yang dilestarikan dan kini menjadi kesenian pembinaan hingga ke tingkat Sekolah Dasar. Seudati ditarikan oleh delapan orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari satu orang pemimpin yang disebut syeikh , satu orang pembantu syeikh, dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeetwie, satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet bak , dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi. Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari. Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat. Namun, ada beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaan dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut mengesankan kesombongan sekaligus kesatria. Busana tarian seudati terdiri dari celana panjang dan kaos lengan panjang yang ketat, keduanya berwarna putih, kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang, rencong yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah yang diikatkan di kepala dan sapu tangan yang berwarna. Busana seragam ini hanya untuk pemain utamanya,

Gambar 30 : Tari Seudati

Gambar 31 : Tari Seudati

Page 18: KEPARIWISATAAN 10 PROVINSI DI PULAU SUMATRA · 3 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam A. Umum 1. Dasar Hukum Provinsi Nangroe Aceh Darussalam berdiri pada tanggal 7 Desember 1956

18 Kepariwisataan : Nangroe Aceh Darussalam

sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam. Bagian-bagian terpenting dalam tarian seudati terdiri dari likok (gaya, tarian), saman (melodi), irama kelincahan, serta kisah yang menceritakan tentang kisah kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama. Pada umumnya, tarian ini diperagakan di atas pentas dan dibagi menjadi beberapa babak, antara lain: Babak pertama, diawali dengan saleum (salam) perkenalan yang ucapkan oleh aneuk syahi saja, yaitu: Assalamualaikum Lon tamong lam seung, Lon jak bri saleum keu bang syekh teuku…. Fungsi aneuk syahi untuk mengiringi seluruh rangkaian tari. Salam pertama ini dibalas oleh Syeikh dengan langgam (nada) yang berbeda: Kru seumangat lon tamong lam seung, lon jak bri saleum ke jamee teuku…. Syair di atas diulangi oleh kedua apeetwie dan apeet bak. Pada babak perkenalan ini, delapan penari hanya melenggokkan tubuhnya dalam gerakan gemulai, tepuk dada serta jentikan delapan jari yang mengikuti gerak irama lagu. Gerakan rancak baru terlihat ketika memasuki babak selanjutnya. Bila pementasan bersifat perntandingan, maka setelah kelompok pertama ini menyelesaikan babak pertama, akan dilanjutkan oleh kelompok kedua dengan teknik yang berbeda pula. Biasanya, kelompok pertama akan turun dari pentas. Babak kedua, dimulai dengan bak saman , yaitu seluruh penari utama berdiri dengan membuat lingkaran di tengah-tengah pentas guna mencocokkan suara dan menentukan likok apa saja yang akan dimainkan. Syeikh berada di tengah-tengah lingkaran tersebut. Bentuk lingkaran ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu muepakat (bermusyawarah) dalam mengambil segala keputusan. Muepakat itu, jika dikaitkan dengan konteks tarian ini, adalah bermusyawarah untuk menentukan saman atau likok yang akan dimainkan. Di dalam likok dipertunjukkan keseragaman gerak, kelincahan bermain dan ketangkasan yang sesuai dengan lantunan lagu yang dinyanyikan aneuk syahi . Lantunan likok tersebut diawali dengan: Iiiiii la lah alah ya ilalah…. (secara lambat dan cepat) Seluruh penari utama akan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan secara cepat atau lambat tergantung dengan lantunan yang dinyanyikan oleh aneuk syahi tersebut. Fase lain adalah fase saman . Dalam fase ini beragam syair dan pantun saling disampaikan dan terdengar bersahutan antara aneuk syahi dan syeikh yang diikuti oleh semua penari. Ketika syeikh melontarkan ucapan: walahuet seuneut apet ee kataheee, hai syam, maka anek syahi akan menimpali dengan jawaban: lom ka dicong bak iboih, anuek puyeh ngon cicem subang. Untuk menghilangkan rasa jenuh para penonton, setiap babak ditutup dengan formasi lanie, yaitu memperbaiki formasi yang sebelumnya sudah tidak beraturan.

4. Makanan khas Kabupaten Aceh Besar terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan cita rasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu ada pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).