Top Banner

of 37

Kendaraan Bermotor Fix

Apr 06, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    1/37

    PAPER I-O

    DAMPAK INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR KECUALI SEPEDA MOTOR

    TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL

    (ANALISIS TABEL I-O INDONESIA 2005)

    OLEH :

    KELOMPOK 4 KELAS 3SE2

    MEUTIA RAHMAH YANI H. 09.6045

    MUHAMMAD SOBARI 09.6055

    RINI AMELIA 09.6108

    SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

    JAKARTA

    2011/2012

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    2/37

    DAMPAK INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR KECUALI SEPEDA MOTOR

    TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL (ANALISIS TABEL I-O INDOESIA 2005)

    RINGKASAN

    Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor khususnya industri otomotif

    merupakan salah satu industri yang pesat perkembangannya di Indonesia. Terbukti dari

    peningkatan penjualan mobil sejak tahun 2005 sampai dengan 2010. Secara umum saat ini

    industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor telah memberikan sumbangan yang cukup

    besar bagi perkembangan ekonomi nasional dan juga banyak menyerap tenaga kerja. Minat

    investor untuk menanamkan modalnya di sektor kendaraan bermotor khususnya roda empat di

    Indonesia cukup tinggi. Sejak tahun 2011 sudah banyak investor asing terutama investor dai

    Amerika Serikat berminat untuk mengembangkan usaha di bidang perakitan kendaraan

    bermotor.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel variabel faktor produksi

    terhadap produktivitas industry kendaraan bermotor kecuali sepeda motor. Selain itu, penelitian

    ini juga bertujuan untuk mengetahui dampak ekonomi industry kendaraan bermotor kecuali

    sepeda motor terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya melalui multiplier yang dihasilkannya.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstanta regresi, variabel bahan baku (X1) dan

    variabel upah tenaga kerja (X2) berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi industri

    kendaraan bermotor kecuali sepeda motor. Variabel sewa gedung (X3) tidak menunjukkan

    pengaruh signifikan.

    Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor menunjukkan keterkaitan ke belakang

    (backward linkages) tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi

    lainnya. Sementara itu sektor-sektor ekonomi yang mengalami perkembangan paling pesat akibat

    adanya peningkatan output industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor antara lain antara

    lain sektor industri logam, mesin dan peralatannya; sektor perdagangan; sektor jasa; dan sektor

    pengangkutan dan transportasi. Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor juga

    memperlihatkan keterkaitan ke depan (forward linkages) yang rendah.

    Kata kunci :Nilai Tambah Bruto, Multiplier, Backward Linkages, Forward Linkage

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    3/37

    ABSTRAK

    Motor vehicles industry except motorcycles, especially the automotive industry is one

    of rapid industrial development in Indonesia.Since 2005 up to 2010, the car sales in Indonesia

    has increase.

    In general, the current motor vehicles industry except motorcycle has

    contributed enough to the development of national economy and also absorb a lot of

    manpower. The Interest of investors to invest in this sector, especially four-wheel motor vehicles

    in Indonesia is quite high. Since the year 2011 there has been a lot of foreign investors,

    especially investors from United States interested in developing business in the field of

    motor vehicle assembly.

    This study aims to determine the effect of variable factors of production on the

    productivity of motor vehicles industry except motorcycles.

    This study also aims to determine the economic impact of

    motor vehicle industry except motorcycles to other economic sectors through its multiplier.

    The results showed that the regression constants, variables of raw materials (X1) and

    variable labor costs (X2) significantly influence the increase in industrial production of motor

    vehicles except motorcycles. Variable lease the building (X3) showed no significant effect.

    Motor vehicles industry except motorcycles showed the medium backward linkageswhen compared with other economic sectors. Meanwhile economic sectors experiencing the

    most rapid growth due to an increase in output of motor vehicles industry except motorcycles,

    among others are metals industry; machinery and equipment; trade; service sector; and transport.

    Motor vehicles industry except motorcycles also showed lower forward linkages.

    Keywords: Gross Value Added, Multiplier, Backward Linkages, Forward Linkages

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    4/37

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pengembangan industri kendaraan bermotor selain sepeda motor merupakan salah satu

    strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Industri

    kendaraan bermotor selain sepeda motor berpotensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi

    karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar.

    Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan penjualan

    mobil nasional hingga akhir 2011 mencapai 870 ribu unit, sedangkan pada tahun 2012

    diproyeksikan akan naik 10% menjadi 950 ribu unit di 2012.

    Permintaan terhadap kendaraan bermotor selain sepeda motor tetap akan tumbuh karena

    kontribusi konsumsi domestik yang kuat pada perekonomian Indonesia, yakni sekitar 55%-60%

    dari pendapatan domestik bruto.

    Secara kumulatif pertumbuhan PDB indonesia hingga triwulan III tahun 2009

    dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007 mengalami pertmbuhan sebesar 4,23 persen,

    dengan pertumbuhan tertinggi dicapai sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 17.62

    persen.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    5/37

    Berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh Herwanto Sidik Prabowo yang berjudul

    Analisis pengaruh kebijakan deregulasi industri kendaraan bermotor Indonesia pada struktur,

    kinerja dan persaingan usaha diperoleh bahwa bila penjualan, total asset dan nilai kapitalisasi

    industri kendaraan bermotor roda 4 atau lebih terus mengalami peningkatan dalam rentang waktu

    2003 2007, sesuai dengan tabel berikut:

    PERKEMBANGAN PENJUALAN , TOTAL ASSET DAN NILAI KAPITALISASI

    PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN PERIODE 2003 2007

    ( Dalam Jutaan Rupiah )

    NO Tahun Penjua

    lan

    Total

    Asset

    Nilai

    Kapitalisasi

    1 2003 59,148,360

    62,929,694

    28,690,330

    2 2004 81,409

    ,714

    72,306

    ,596

    53,571

    ,796

    3 2005 103,93

    2,362

    100,50

    5,826

    61,214

    ,995

    4 2006 94,133

    ,779

    96,945

    ,653

    91,499

    ,793

    5 2007 120,53

    6,829

    107,68

    2,698

    152,62

    5,892

    Sektor otomotif (automotive & autoparts), elektrikal & elektronik (electrical/electronics

    & parts), dan alat berat (construction machineries) merupakan sektor penggerak utama (drivers)

    dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Dalam bidang investasi, semakin

    meningkatnya investasi negara lain di berbagai sektor industri, utamanya dalam pengembangan

    industriindustri komponen penunjang industri drivers (seperti otomotif, elektrikal/elektronik

    dan construction machineries) dan industriindustri baja, nonferrous, tekstil dan produk tekstil,

    oleochemical, diharapkan akan membuka lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan dan

    daya beli masyarakat Indonesia.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    6/37

    Dari sisi penyerapan tenaga kerja itu sendiri, industri manufaktur diproyeksi telah

    menyerap 300 ribu tenaga kerja selama periode Januari-Juli 2011. Penyerapan tenaga kerja di

    industri manufaktur didorong peningkatan pertumbuhan industri manufaktur yang mencapai

    6,61% di kuartal II 2011, seiring dengan meningkatnya investasi dan ekspansi yang dilakukan

    pelaku industri senilai Rp 70 triliun. Investasi manufaktur terutama berasal dari kontribusi sektor

    makanan dan minuman, otomotif, dan tekstil.

    Dari grafik terlihat bahwa sektor alat angkut, mesin, dan peralatannnya memiliki target

    penyerapan tenaga kerja pada tahun 2011 sebanyak 242.274 orang atau naik 38% dibanding

    penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010. Target pertumbuhan sektor ini sebesar 6,4% dan target

    investasi senilai Rp 41,3 triliun.

    Menurut Departemen Riset IFT, sektor industri yang memiliki rasio penyerapan tenaga

    kerja tertinggi adalah sektor alat angkut, mesin, dan peralatannya. Sebab setiap 1% pertumbuhanindustri sektor ini akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja 6,35%. Meskipun memiliki tren

    yang turun, industri alat angkut, mesin, dan peralatannya mendominasi di setiap tahunnya.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    7/37

    Publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyatakan bahwa

    sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan sumbangan terendah terhadap

    inflasi Nasional selama tahun 2011, yakni sebesar 0,34 %. Angka ini relatif kecil jika

    dibandingkan dengan sektor bahan makanan yang menduduki peringkat pertama penyumbang

    inflasi terbesar dengan 3,79%.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    8/37

    Sumbangan Industri kendaraan bermotor terhadap impor non-migas juga tidak dapat

    dikesampingkan. Industri kendaraan bermotor menduduki peringkat ke empat dengan peran

    terhadap total impor non-migas terhitung Januari November 2011 sebesar 5,68 %.

    Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja dan jumlah

    modal terhadap output atau produksi dari sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor.

    Hipotesis yang diajukan adalah :

    0 : Variabel bebas berupa bahan baku, upah tenaga kerja dan sewa gedung tidakberpengaruh signifikan terhadap output sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor1 : Variabel bebas berupa baku, upah tenaga kerja dan sewa gedung berpengaruh

    signifikan terhadap ouput sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor

    Untuk mengetahui dampak ekonomi sektor kendaraan bermotor kecuali sepeda motor,

    dalam penelitian ini digunakan analisis Tabel Input-Output. Tabel Input-Output pada dasarnya

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    9/37

    merupakan suatu sistem pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang

    terjadi antar produsen dalam suatu perekonomian. Dengan menggunakan asumsi sederhana, dari

    Tabel I-O dapat disusun suatu model ekonomi yang cukup handal. Kenyataan ini menjadikan

    Tabel I-O diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat

    digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    10/37

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Output produksiProduksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.

    Produsen dalam melakukan kegiatan produksi mempunyai landasan teknis yang didalamteori ekonomi disebut sebagai fungsi produksi.

    Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan suatu hubungan

    ketergantungan (fungsional) antara tingkat ouput yang dihasilkan. Konsep fungsi produksi

    berkaitan dengan hubungan fisik antara input (masukan) dengan output (keluaran) yang dapat

    dihasilkan. Hubungan ini dapat ditunjukkan secara matematis sebagai berikut:

    X = f (a, b, c)

    Dimana X adalah output yang dihasilkan, sedangkan a, b, c adalah input output yang

    digunakan.

    Pengusaha biasanya dapat melakukan perubahan ataupun variasi dalam menggunakan

    proporsi input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Keluwesan (fleksibitas) ini

    mengakibatkan adanya berbagai kemungkinan macam hubungan antara input dan output,

    antara input dengan input serta di antara ouput. Dimana input-output dapat saling mengganti

    (substitusi) dalam memproduksi suatu output tertentu. Dengan meningkatkan ataupun

    mengurangi penggunaan inputnya produsen dapat meningkatkan atau mengurangi outputnya,

    dimana hubungan antara input dengan output, input dengan output, dan output dengano

    output yang menjadi karakteristik fungsi produksi suatu perusahaan tergantung pada teknik

    produksi yang digunakan.

    2. Bahan BakuMenurut Mulyadi (1986 : 118) bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral

    produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari

    pembelian lokal, pembelian import atau dari pengolahan sendiri.

    Adapun jenis-jenis bahan baku menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1982 :

    185) terdiri dari:

    a. Bahan baku langsung (direct material)Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian daripada

    barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah

    langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding dengan jumlah barang

    jadi yang dihasilkan.

    b. Bahan baku tak langsung (indirect material)

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    11/37

    Bahan baku tak langsung adalah bahan baku yang ikut berperanan dalam proses

    produksi, tetapi tidak secara langsung tamapak pada barang jadi yang dihasilkan.

    Material adalah sebuah masukan dalam produksi, seringkali adalah barang yang belum

    diproses, tetapi kadang kala telah diproses sebelum digunakan untuk proses produksi lebih

    lanjut. Umumnya, dalam masyarakat teknologi maju, material adalah bahan konsumen yangbelum selesai.

    Material teknik adalah jenis material yang banyak dipakai dalam proses rekayasa dan

    industri. Material teknik dikelompokkan menjadi 6 golongan, antara lain:

    a. Logam : baja, besi cor, titanium, logam paduan, dll

    b. Polimer : polietilan, polipropilen, polikarbonat, dll

    c. Karet : isopren, neopren, karet alam, dll

    d. Gelas : gelas soda, gelas silika, gelas borosilikat

    e.

    Keramik : alumina, karbida silikon, nitrida silikon dllf. Hibrida : komposit, sandwich, foam

    Unsur harga pokok bahan yang dibeli adalah semua biaya untuk memperoleh bahan

    baku dan untuk menempatkan dalam keadaan siap pakai. Harga beli dan biaya angkut

    merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku sedangkan

    biaya pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan

    biaya akuntansi biaya merupakan unsur yang sulit diperhitungkan sehingga pada prakteknya

    harga pokok bahan baku yang dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok

    sebagai akibatnya biaya penyiapan bahan baku diperhitungkan dalam biaya overhead pabrik.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    12/37

    Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dalam ditentukan melalui

    beberapa metode pendekatan.

    a. Metode pencatatan bahan baku, terdiri dari:

    i. Metode Fisik(Fhysical Inventory Method )

    Dalam metode ini hanya tambahan persediaan bahan saja yang dicatat sedangmutasi berkurangnya bahan tidak dicatat untuk mengetahui bahan baku yang

    diperoleh , harus menghitung persediaan bahan baku digudang pada akhir periode

    akuntansi. Harga pokok persediaan awal ditambah Harga pokok pembelian dikurang

    Harga pokok persediaan akhir yang ada digudang merupakan biaya bahan baku

    yang dipakai selama periode akuntansi.

    ii. Metode Mutasi Persediaan (Perpetual Inventory Method)

    Dalam metode ini setiap mutasi dicatat dalam kartu persediaan . Pembelian

    dicatat dalam kolom Beli di kartu persediaan ,pemakaian dicatat dalam kolom pakai

    di kartu persediaan dan jumlah bahan yang tersedian digudang dapat dilihat dalam

    kolom sisa di kartu persediaan.

    b. Metode Penilaian Bahan Baku, terdiri dari:

    i. Pertama Masuk Pertama Keluar (Fifo)

    Metode ini didasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai

    dibebani dengan harga perolehan persatuan dari bahan yang pertama kali masuk

    kegudang bahan,atau harga perolehan bahan persatuan yang pertama kali masuk

    kegudang bahan akan digunakan untuk menentukan harga perolehan persatuan

    bahan yang pertama kali disusul harga perolehan per satuan bahan yang dipakai

    pertama kali ,disusul harga perolehan persatuan yang masuk berikutnya.ii. Metode Rata-Rata (Weighted Average Method)

    Pada metode ini dengan pencatatan fisik menghitung rata-rata harga perolehan

    persatuan bahan.

    iii. Metode Terakhir Masuk , Pertama Keluar(Lifo)

    Metode ini berdasarkan anggapaan bahwa bahan yang pertama kali dipakai

    dibebani dengan harga perolehan persatuan bahan dari yang terakhir masuk ,disusul

    dengan harga perolehan bahan persatuan yang masuk sebelumnya dan seterusnya.

    iv. Metode Persediaan Dasar

    Metode ini didasarkan atas anggapan bahwa persediaan minimum atas bahan

    harus dimiliki perusahaan pada setiap saat agar kegiatan kontinyu. Pada umumnyametode persediaan dasar menggunakan metode Lifo.

    3. Upah Tenaga KerjaSesuai dengan UU NO: 13 TAHUN 2003 Tentang ketenagakerjaan:

    BAB I, Pasal I:

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    13/37

    Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu

    sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

    Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

    barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

    Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan

    dalam bentuk lain.

    Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan

    lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam

    bentuk lain.

    Pengusaha adalah:

    a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan

    milik sendiri;b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri

    menjalankan perusahaan bukan miliknya;

    c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili

    perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar

    wilayah Indonesia.

    Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

    perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik

    negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam

    bentuk lain;

    usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan

    orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

    Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

    imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

    dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan,

    termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa

    yang telah atau akan dilakukan.

    Pasal 88

    1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan

    yang layak bagi kemanusiaan.

    2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi

    kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah menetapkan

    kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    14/37

    3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (2) meliputi :

    a. upah minimum;

    b. upah kerja lembur;

    c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

    d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;

    e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

    f. bentuk dan cara pembayaran upah;

    g. denda dan potongan upah;

    h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

    i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

    j. upah untuk pembayaran pesangon; dan

    k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

    4) Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf

    a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan mem-perhatikan produktivitas danpertumbuhan ekonomi.

    Pasal 89

    1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri atas:

    a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

    b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

    2) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian

    kebutuhan hidup layak.

    3) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan

    memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

    4) Komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

    Pasal 91

    1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan

    pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan

    pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau

    bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demihukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Pasal 92

    1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,

    masa kerja, pendidikan, dan kompetensi.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    15/37

    2) Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan

    kemampuan perusahaan dan produktivitas.

    3) Ketentuan mengenai struktur dan skala upah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur

    dengan Keputusan Menteri.

    Pasal 93

    1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan.

    2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, dan pengusaha wajib

    membayar upah apabila :

    a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

    b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya

    sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

    c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan,

    mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran

    kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atauanggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;

    d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan

    kewajiban terhadap negara;

    e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalan-kan ibadah yang

    diperintahkan agamanya;

    f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha

    tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang

    seharusnya dapat dihindari pengusaha;

    g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;

    h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan

    pengusaha; dan

    i. pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

    Pasal 94

    Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya

    upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan

    tunjangan tetap.

    Pasal 95

    1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya

    dapat dikenakan denda.

    2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan

    pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah

    pekerja/buruh.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    16/37

    3) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam

    pembayaran upah.

    4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh

    merupakan utang yang didahulukan pem-bayarannya.

    4. Modal KerjaTerdapat beberapa definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yaitu:

    Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar. Kelebihan ini disebut

    modal kerja bersih (berikutNet Working Capital). Kelebiahan ini merupakan jumlah aktiva

    lancer yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi bersifat kualitatif

    karena menunjukkan kemungkinan tersediannya aktiva lancer yang lebih besar daripada

    utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta

    menjamin kelangsungan usaha dimasa mendatang.

    Modal kerja adalah jumlah aktiva lancer. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross

    working Capital). Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang

    digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja

    akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dan unsur-unsur aktiva lancer misalnya

    kas, surat-surat berharga, piutang , dan persediaan.

    Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang

    dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (Current income) yang sesuai

    dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Definisi ini berdasarkan konsepfungsional yaitu fungsi dana tersebut dalam menghasilkan pendapatan.

    Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan

    perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan,

    misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa

    membahayakan keadaan keuangan perusahaan.

    Manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut:

    a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti

    adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karenaharganya merosot.

    b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat

    pada waktunya.

    c. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat

    mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    17/37

    d. Menjamin perusahaan memiliki credit standingdan dapat mengatasi peristiwa yang tidak

    dapat diduga seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.

    e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani

    permintaan konsumennya.

    f. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada

    pelanggan.

    g. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada

    kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.

    h. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.

    Penyebab Kekurangan Modal Kerja

    Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai berikut:

    a. Adanya kerugian usaha.

    Penyebab adanya kerugian usaha adalah volume penjualan yang tidak efisien relativedibandingkan dengan harga pokok penjualan, tekanan terhadap harga jual akibat ketatnya

    persaingan tanpa diikuti penurunan harga pokok penjualandan biaya usaha, banyaknya

    kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali, kenaikan biaya tanpa diikuti

    kenaikan penjualan/penghasilan, biaya naik sementara penjualan menurun.

    Kerugian usaha tidak selalu akan mengurangi modal kerja karena ada sementara

    biaya yang tidak bersifat pengeluaran kas (noncash expense) seperti beban penyusutan,

    depresi, dan amortisasi. Yang jelas kerugian usaha itu mengurangi laba yang di tahan

    (retained earnings).

    b. Adanya kerugian insidensil seperti turunnya harga pasar dan persediaan barang, karena

    pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.c. Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha

    atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru, penerapan

    metode produksi baru strategi penjualan baru, dan sebagainya.

    d. Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membali aktiva tetap baru,

    membeli saham dari perusahaan lain (investasi jangka panjang).

    e. Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. Karena harapan keuangan terus

    membaik pimpinan perusahaan masih terus melanjutkan kebijaksanaan pembayaran

    dividen seperti tahun-tahun sebelumnya.

    f. Kenaikan tingkat harga. Karena naiknya harga-harga, perusahaan mengeluarkan jumlah

    rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik persedian barang dan aktiva

    tetap serta membelanjai penjualan kredit dalam volume fisik yang sama.

    g. Pelunasan utang yang sudah jauh tempo. Manajemen tidak menyisihkan sebagai

    pendapatan bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka panjang.

    Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    18/37

    Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut.

    a. Sifat umum atau tipe perusahaan.

    Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa ( public utility) relatif rendah karena

    investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat.

    Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu malahan langganan membayar di muka

    sebelum jasa dinikmati, misalnya jasa transport, kereta api, bus malam, pesawat udara,

    dan kapal laut. Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa relatif kecil.

    Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar cukup besar dengan

    tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relatif rendah. Perusahaan industri

    memerlukan modal kerja yang cukup besar, yakni untuk melakukan investasi dalam

    bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih

    dan perusahaan jasa juga relatif kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan

    perusahaan keuangan.

    b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos

    produksi per unit atau harga beli per unit barang.Jumlah modal kerja bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan

    baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin

    panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh

    barang makin besar kebutuhan akan modal kerja. Modal kerja bervariasi tergantung pada

    volume pembelian dan harga beli per unit dari barang yang di jual.

    Misalnya suatu perusahaan yang memproduksi lokomotif kereta api, di samping

    membutuhkan waktu lama dalam proses produksinya juga membutuhkan modal kerja

    yang besar (bila dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi mebel rumah

    tangga). Juga perusahaan yang membutuhkan sistem pendinginan (ikan laut) dan

    perusahaan yang membutuhkan proses pengeringan (tembakau, kayu) akan memerlukanmodal kerja yang lebih besar.

    c. Syarat pembelian dan penjualan

    Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar

    kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil

    kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila

    pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas

    untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.

    Di samping itu, modal kerja juaga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang.

    Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan

    akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan kepada piutang.

    Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan mengurangi risiko kerugian karena adanya

    piutang yang tidak terbayar, biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai

    (cash discount).

    d. Tingkat perputaran persediaan.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    19/37

    Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal

    kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk

    mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan

    pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan

    mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga, perubahan pemintaan atau

    perubahan mode, juga menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan (carrying

    cost) dari persediaan.

    e. Tingkat perputaran piutang

    Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk

    mengubah piutang menjadi uang kas. Apa bila piutang terkumpul dalam waktu pendek

    berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai

    tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan

    kebijaksanaan yang tepat sehubung dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan,

    maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan piutang.

    f.

    Pengaruh konjungtur (business cycle)Pada periode makmur (prosperity) aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan

    cenderung membeli barang lebih memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti

    perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan

    membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaiknya dalam periode depresi volume

    perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik

    piutangnya. Uang yang di peroleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga,

    melunasi utang, atau untuk menutupi kerugian.

    Derajat risiko kemungkinan menurunya harga jual aktiva jangka pendek menurunya

    nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan

    piutang akan menurunkan modal kerja. Apabila risiko kerugian ini semakin besar berartidiperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka

    pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga

    dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga.

    g. Pengaruh musim

    Banyak perusahan yang penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja.

    Perusahaan yang di pengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja

    untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk

    persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak

    penjualan.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    20/37

    METODOLOGI

    Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari

    Badan Pusat Statistik. Data dianalisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang

    penyelesaiannya menggunakan regresi linear berganda, dengan periode waktu antara tahun 1998

    sampai 2009. Sementara itu, untuk mengetahui dampak ekonomi sektor kendaraan bermotor

    kecuali sepeda motor , digunakan data Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005.

    Metode Analisis

    a. Deskriptif

    Analisis deskriptif merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau

    mendeskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Penyajian tabel-

    tabel, grafik atau diagram, ukuran-ukuran dan deskripsi data dari hasil penelitian sebelumnya

    yang berhubungan dengan penelitian ini, akan disajikan untuk pelengkap analisis. Analisis

    deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penggambaran indikator sektor

    kendaraan bermotor kecuali sepeda motor yang sudah dipublikasikan.

    b. Analisis Regresi Berganda dengan Fungsi Produksi Cobb Douglass

    Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih

    variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variable dependen (Y) dan yang lain disebut

    variable independen (X)

    Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi linear berganda

    dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian kaidah-kaidah

    pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Secara matematik,

    fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti persamaan berikut :Y = aX1

    b1X2

    b2. Xn

    bne

    u

    Bila fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka:

    Y = f(X1, X2,..,Xn)

    Dimana: Y = variable yang dijelaskan

    X = variable yang menjelaskan

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    21/37

    a,b = besaran yang akan diduga

    u = kesalahan

    e = logaritma natural, e= 2,718

    Jika memasukan variable dalam penelitian, maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

    Y = f (X1,X2)

    Maka model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam penelitian ini adalah:

    Y = bo X1b1. X2

    b2

    Keterangan : Y = produksi

    b0 = intersept

    X1 = bahan baku

    X2 = upah tenaga kerja

    X3 = sewa gedung

    b1,b2 = elastisitas masing-masing faktor produksi

    Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut, maka persamaan tersebut

    diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut.

    Pendugaan parameter dapat dilakukan dengan menggunakan analisis data metode kuadrat

    terkecil yang diperoleh melalui fungsi logaritma fungsi asal sebagai berikut :

    Ln Y = ln bo + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3

    Jika Y= ln Y; b0 = ln bo; bk= bk; ln Xi = Xi, maka model estimasi regresi sebagai berikut :

    Y = b0 + b1X1+ b2X1+ b3X3

    Persamaan diatas dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Pada

    persamaan tersebut terlihat bahwa b1,b2, b3 adalah tetap walaupun variabel yang terlihat telah

    dilogaritma natural kan. Hal ini dapat dimengerti karena b1,b2,b3 pada fungsi Cobb-Douglas

    adalah menunjukkan elastisitas X terhadap Y.

    Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical packages for

    the social sciences) 17.0 for windows.

    c. Analisis Tabel Input-Output

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    22/37

    Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang

    menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel input-output

    menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam

    memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian

    sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam

    kegiatan produksinya.

    Tabel1. Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi

    Alokasi Output

    Struktur Input

    Permintaan Antara

    Permintaan

    Akhir

    Penyediaan

    1 2 3Impor Jumlah

    Output

    Input Antara

    1

    2

    3

    X11 X12 X13

    X21 X22 X23

    X31 X32 X33

    F1 M1 X1

    F2 M2 X2

    F3 M3 X3

    Input Primer V1 V2

    V3

    Jumlah Input X1 X2

    X3

    Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi.

    Isian sepanjang baris pada Tabel 1 di atas, memperlihatkan komposisi penyediaan dan

    permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output domestik (Xi) dan impor

    untuk produk sejenis (Mi). Sedangkan permintaannya terdiri dari permintaan antara (xij) dan

    permintaan akhir (Fi). Isian sepanjang kolom pada Tabel 3 tersebut menunjukkan susunan input

    yang digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut dapat berupa input

    antara (xij) dan input primer (Vi).

    Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka angka-angkasetiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel di kuadran I (transaksi antara),

    misalnya x12, dari sisi baris angka ini menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang

    digunakan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka

    tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan sektor 1.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    23/37

    Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa penyajian

    informasi dalam Tabel Input-Output menunjukkan suatu jalinan yang saling berhubungan dari

    kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah

    penyediaannya adalah sebesar X1 + M1 dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara

    oleh sektor 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar x11, x12 dan x13; sedangkan sisanya sebesar F1

    digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan yang sama berlaku juga untuk

    sektor 2 dan 3. Selanjutnya, untuk mengetahui dampak ekonomi suatu sektor, dapat dilakukan

    dengan perhitungan secara aljabar berupa multiplier effect.

    Untuk mempermudah perhitungan, dilakukan operasi secara matematis dengan

    menggunakan kaidah matriks. Secara sederhana, total output yang dihasilkan oleh setiap sektor

    produksi merupakan penjumlahan permintaan antara dan total permintaan akhir (final demand).

    Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

    Xi = A Xi + F

    dengan uraian :

    Xi : adalah total output sektor i

    A : matriks proporsi output sektor produksi i yang digunakan sektor industri lainnya

    F : final demand

    Variabel A sering disebut sebagai koefisien input yang dapat pula diterjemahkan sebagai

    aij

    yakni jumlah input yang digunakan untuk memproduksi satu unit output sektor j yang berasal

    dari sektor i. Untuk mengetahui tingkat multiplier effect suatu sektor, dapat dilihat dari

    persamaan di bawah ini :

    (I A) Xi = F

    Xi = F/(I A) = (I A)-1

    F

    Matriks (I A)-1

    merupakan multiplier effect suatu sektor produksi terhadap sektor lainnya atau

    biasa disebut sebagai matriks pengganda.

    Penelitian ini menggunakan data Tabel Input-Output 2005 dengan klasifikasi 175 x 175

    sektor berdasarkan harga produsen. Untuk optimalisasi, maka peneliti melakukan aggregasi

    menjadi 20 x 20 sektor dengan rincian sebagai berikut :

    1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

    2. Pertambangan dan Penggalian

    3. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    24/37

    4. Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit

    5. Industri Kayu dan Barang Dari Kayu

    6. Industri Lainnya

    7. Industri Karet, Barang Dari Karet dan Plastik

    8. Industri Logam, Mesin dan Peralatannya

    9. Industri Alat Angkut Lainnya

    10.Industri Kendaraan Bermotor Kecuali Sepeda Motor

    11.Industri Sepeda Motor

    12.Listrik, Gas dan Air Bersih

    13.Bangunan

    14.Perdagangan

    15.Restoran dan Hotel

    16.Pengangkutan dan Transportasi

    17.Komunikasi

    18.Lembaga Keuangan

    19.Jasa-jasa

    20.Kegiatan yang tidak jelas batasannya

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    25/37

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kendaraan bermotor pada dasarnya terdiri dari kendaraan bermotor roda dua dan

    kendaraan bermotor roda empat/lebih untuk kendaraan bermotor roda empat/lebih, saat ini telah

    diproduksi oleh dua puluh perusahaan yang sebagian besar merupakan agen pemegang merek

    (APM) dari luar negeri yang didukung oleh sekitar 800 perusahaan industri komponen dan lebih

    dari 44.000 perusahaan pendukung seperti bengkel, outlet, jasa pendukung keuangan dengan

    total tenaga kerja yang terlibat sekitar 646.500 orang.

    Produk kendaraan bermotor roda empat/lebih yang diproduksi di dalam negeri saat ini

    komponen lokalnya ada yang telah mencapai sekitar 80% (khususnya untuk mobil jenis MPV),

    komponen yang telah dibuat antara lain engine, body parts, brake, suspension, sebagian parts

    transmisi dan axle dan komponen universal (aki, safety belt, jok, dll).

    Industri kendaraan bermotor roda empat di dalam negeri diawali dengan adanya agen

    tunggal pemegang merek (ATPM) yang menjual mobil import, melihat potensi pasar di dalam

    negeri maka kemudian secara bertahap ATPM melakukan perakitan dengan membuat beberapa

    komponen di dalam negeri yang diatur melalui kebijakan Departemen Perindustrian yaitu

    deletion program/program penanggalan pada tahun 1976 s/d 1999. Dalam perkembangan lebih

    lanjut, berbagai jenis mobil saat ini sudah dirakit/diproduksi di dalam negeri dengan

    menggunakan komponen buatan lokal.

    Saat ini pemerintah sedang mengembangkan program Low Cost and Green Car (LCGC)

    dan program Angkutan Umum Murah Pro Rakyat (sebagaimana Kepres No. 10 tahun 2011).

    Segmentasi pasar untuk produk LCGC adalah untuk jenis kendaraan MPV 1000-1200 cc dengan

    konsumsi bahan bakar 20-22 km/liter.

    Sedangkan program Angkutan Umum Murah Pro Rakyat dimaksudkan untuk

    mengembangkan kendaraan dengan merek lokal dengan segmen kendaraan berkapasitas mesin

    maksimum 700 cc. Usulan insentif untuk program LCGC sampai saat ini masih dalam proses di

    Kementerian Keuangan, adapun insentif tersebut berupa pembebasan bea masuk untuk impormesin peralatan produksi, bahan baku dan komponen yang belum diproduksi di dalam negeri

    serta perpajakan.

    Beberapa tahun terakhir telah berkembang embrio mobil hasil karya anak bangsa dengan

    merek lokal seperti Esemka (SMK Surakarta), Komodo (PT. Fin Komodo), Tawon (PT. Sumber

    Gasindo Jaya), GEA (PT. INKA), ARINA (UNS Semarang), MOBIRA (PT. Sarimas Ahmadi

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    26/37

    Pratama) dan Mahator (PT. Maha Era Motor).Kementerian Perindustrian mendukung inovasi

    engineering untuk pengembangan kendaraan dimaksud sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Dukungan diberikan dalam bentuk promosi, uji coba kelaikan jalan dan pelatihan R&D.

    INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR (IKB) RODA EMPAT ATAU LEBIH

    Tabel 2 : Perkembangan Investasi, Kapasitas Terpasang, Produksi dan Tenaga Kerja

    Catatan: a. Data Produksi sumber GAIKINDO; KNT= Kapasitas nasional Terpasangb. *) Data s/d November 2008

    c. **) Data komulatif;

    Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa Investasi dari tahun 2004 sampai dengan tahun

    2008 mengalami fluktuasi, terjadi peningkatan tajam dari tahun 2004 ke 2005 yaitu naik sekitar

    39,68%, kemudian mengalami peningkatan lagi dari tahun 2005 ke 2006 sebesar 2,3% dari tahun

    2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 21,15% dan mengalami peningkatan dari tahun

    2007 ke 2008 sebesar 9,22%.

    Kapasitas terpasang dari tahun 2004 ke tahun 2008 cenderung konstan yaitu berkisar

    855.700 unit sampai dengan 900.000 unit. Begitu juga halnya dengan tenaga kerja yang

    cenderung konstan yaitu berkisar 35.000 orang. Dari tahun 2005 ke 2006 produksi mengalami

    penurunan sebesar 41,5% dan dari tahun 2006 ke 2007 produksi mengalami peningkatan

    28,09%.

    1. Kebijakan yang mendukung IKB Roda Empat atau lebih.

    Kebijakan tariff bea masuk diterapkan dengan mempertimbangkan factor sbb:

    y Effective Rate of Protection

    y Penciptaan harga yang wajar

    y Aspek global termasuk WTO dan kebijakan bea masuk Negara lain.

    y Kesepakatan AFTA.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    27/37

    Tabel 3 : Kebijakan yang mendukung IKB Roda Empat atau lebih.

    Berikut adalah grafik yang menunjukan perkembangan Industri kendaraan bermotor kecuali

    sepeda motor dilihat dari pengeluaran upah untuk tenaga kerja.

    Dilihat dari garfik, trend menunjukan upah tenaga kerja dari tahun 1990 sampai dengan 2009

    mengalami kenaikan. Namun terdapat penurunan yang cukup besar yaitu dari tahun 2006 ke

    0

    200000000

    400000000

    600000000

    800000000

    1E+09

    1.2E+09

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    28/37

    0

    5,000,000,000

    10,000,000,000

    15,000,000,000

    20,000,000,000

    25,000,000,000

    2007 dan dari tahun 2008 ke 2009. Penurunannya untuk tahun 2006 ke 2007 yaitu sebesar

    251.741.571 ribu rupiah atau sebesar 41,26% dan dari tahun 2008 ke tahun 2009 menagalami

    penurunan sebesar 749.459.176 ribu atau sekitar 67,64%

    Perkembangan Industri kendaraan bermotor kecuali sepeda motor dilihat dari penggunaan

    bahan baku bisa dilihat pada di bawah ini.

    sama halnya dengan pengeluaran upah untuk tenaga kerja, penggunaan bahan baku pun

    dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuasi, dari tahun 1990 sampai dengan

    1999 cenderung konstan ketika memasuki tahun 2000, penggunaan bahan baku mengalami

    peningkatan, dan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 mengalami naik turun secara

    bergantian setiap tahunnya. Tahun 2005 sampai dengan 2007 penggunaan bahan baku

    mengalami konstan kembali, dan menagalami peningkatan yang cukup signifikan dari 2007 ke

    2008 yaitu meningkat sebesar 13.283.276.781 ribu rupiah atau kiraira sebesar 215,7% dan

    mengalmi penurunan dari tahun 200 ke 2009 yang tidak terlalu besar.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    29/37

    0

    20000000

    40000000

    60000000

    80000000

    100000000

    120000000

    140000000

    160000000

    180000000

    200000000

    Untuk melihat perkembangan pengeluaran untuk sewa gedung sektor industri kendaraan

    bermotor kecuali sepeda motor dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, penulis menampilkan

    grafik berikut

    dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2001, biaya untuk sewa gedung tidak mengalami

    perubahan yang berarti. Namun ketika memasuki tahun 2002 biaya sewa gedung mengalami

    peningkatan dan fluktuasi sampai dengan tahun 2007. Dari 2007 sampai dengan tahun 2008,

    biaya sewa gedung mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar 144.011.907 ribu

    rupiah atau sekitar 485,8%. Kemudian mengalami penurunan dari tahun 2008 ke tahun 2009.

    Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara factor-faktor produksi terhadap

    produktivitas dari industri Kendaraan Bermotor kecuali Sepeda Motor, maka perlu dilakukan

    suatu analisis yang bisa menunjukkan pengaruh dari factor-faktor produksi tersebut terhadap

    produktivitas industri ini.

    Sebelum melakukan Analisis Linear Berganda, model harus memenuhi asumsi-asumsi

    klasik yang merupakan syarat agar model regresi berganda tersebut dikatakan baik. Asumsi-

    asumsi klasik tersebut terdiri dari Uji Normalitas, Ujii Autokorelasi, Ujii Multikloinearitas, dan

    Uji Heteroskedastisitas.

    1. Uji Normalitas

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    30/37

    Cara yang digunakan dalam menentukan apakah suatu model berdistribusi normal yaitu

    dengan menggunakan rasio Skewness dan rasio Kurtosis. Rasio Skewness adalah nilai Skewness

    dibagi dengan Standard Error Skewness sedangkan Rasio Kurtosis adalah nilai Kurtosis dibagi

    dengan Standard Error Kurtosis. Bila nilai rasio Skewness dan rasio Kurtosis berada diantara -2

    hingga +2 maka distribusi data adalah normal. Dari hasil pengujian dengan menggunakan SPSS

    17 diproleh nilai Rasio Skewness sebesar -0,568 dan nilai Rasio Kurtosis sebesar -0.367

    sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

    2. Uji Autokorelasi

    Cara yang digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya Autokorelasi dalam suatu

    model adalah dengan Uji Durbin-Watson. Bila nilai DW berada diantara DU sampai dengan 4-

    DU maka koefisien Autokorelasi sama dengan nol artinya data tidak megalami autokorelasi. Dari

    hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 17 diproleh nilai DW sebesar 1,901 dari tabel

    Durbin-Watson dengan = 0,05 dan jumlah observasi 20 dan jumlah varibel bebas 3 diperoleh

    nilai DL sebesar 0,9976 dan DU 1,6763. Karena nilai DW (1,901) berada diantara nilau DU

    (1,6763) dan 4-DU (2,3237) maka dapat disimpulkan bahwa data tidak megalami gejala

    autokorelasi.

    3. Uji Multikolinieritas

    Cara yang digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya gejala Multikolinieritas dalam

    suatu model adalah dengan VIF. Apabila nilai VIF untuk masing-masing variable bebas < 10 dan

    nilai tolerance > 0.1 maka data tersebut tidak memiliki gejala Multikolinieritas. Dari hasil

    pengujian dengan menggunakan SPSS 17 diproleh nilai Tolerance 0,282 dan VIF 3,542 untuk

    variable bebas X1, nilai Tolerance 0,282 dan VIF 3,541 untuk variable bebas X2, dan nilai

    Tolerance 1,95 dan VIF 5,123 untuk variable bebas X3. Maka dapat disimpulkan bahwa data

    tidak megalami gejala Multikolinieritas.

    4. Uji Heteroskedastisitas

    Cara yang digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya gejala Heteroskedastisitas

    dalam suatu model adalah dengan melihat nilai Asymp sig. pada masing-masing variabel

    independen. Jika sig. > 0,05 maka data tidak mengalami gejala Heteroskedastisitas. Dari hasil

    pengujian dengan menggunakan SPSS 17 diproleh nilai sig. untuk variable X1, X2, X3 berturut-

    turut masing-masing sebesar 0,383 ; 0,878 ; 0,512. Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak

    megalami gejala Heteroskedastisitas.

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    31/37

    Karena semua asumsi-asumsi klasik terpenuhi, dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda

    tersebut dikatakan baik, sehingga bisa dilakukan analisis berganda.

    Tabel 4 Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Tak Bebas

    Variabel Bebas

    Unstandardized

    Coefficient

    Standardized

    Coefficient t Sig VIF

    Std.Error Beta

    (Constant)

    Ln Bahan Baku

    Ln Upah Tenaga Kerja

    Ln Sewa Gedung

    -0.545

    0,473*

    0,076*

    0,048

    2,042

    0,113

    0,123

    0,080

    0,426

    0,544

    0,073

    -0,267

    4,189

    5,352

    0,598

    0,793

    0,001

    0,000

    0,558

    3,542

    3,541

    5,123

    R = 0,976

    R Square = 0,953

    F Tabel = 109,016

    Durbin Watson = 1,901

    Variabel Tak Bebas : Ln Produksi

    *) Berpengaruh nyata pada taraf 5 %

    Dari hasil pengolahan terhadap data penelitian, diperoleh nilai r sebesar 0,976 yang

    menunjukkan bahwa hubungan linear antara variabel bebas dan variabel tak bebas dapatdikatakan erat. Selain itu, data pada Tabel.. memperlihatkan nilai koefisien determinasi (R2)

    sebesar 0,953, yang dapat diartikan bahwa variasi data variabel tak bebas berupa Produksi

    dijelaskan 95,3 persen oleh ketiga variabel bebas yang dimasukkan dalam penelitian ini dan

    sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

    Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara

    keseluruhan (bersama-sama). Dari hasil pengolahan SPSS 17.0 dapat diketahui nilai F hitung

    sebesar 109,016 dengan tingkat signifikansi 5%, sehingga variabel bebas signifikan

    mempengaruhi variabel tak bebas secara keseluruhan.

    Uji parsial terhadap koefisien regresi (t-tes) dilakukan untuk melihat signifikansi dari

    pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara parsial dengan menganggap variabel

    lainnya konstan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa konstanta regresi, variable Bahan

    Baku X1 dan variable Upah X2 berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Produksi Industri

  • 8/3/2019 Kendaraan Bermotor Fix

    32/37

    Kendaraan bermotor kecuali sepeda motor. Variabel Sewa Gedung tidak menunjukkan pengaruh

    signifikan.

    Melalui data yang tertera pada Tabel.. dapat diketahui bahwa apabila variable Bahan

    Baku X1 meningkat sebesar 1 persen, maka Nilai Produksi Industri Kendaraan Bermotor kecuali

    Sepeda Motor meningkat sebesar 47,3 persen. Variabel Upah X2 meningkat 1 persen maka Nilai

    Produksi Industri Kendaraan Bermotor kecuali Sepeda Motor meningkat sebesar 7,6 persen.

    Untuk mengetahui besarnya tambahan hasil produksi akibat bertambahnya factor

    produksi dapat kita ketahui dengan melakukan perhitungan Return to Scale. Nilai return to scale

    untuk periode 1990-2009 dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan elastisitas masing-masing

    faktor produksi yang mempengaruhi produksi secara signifikan. Jika RTS > 1 maka berarti

    proses produksi menunjukan increasing RTS yang berarti bahwa proporsi penambahan input

    akan menghasilkan output yang proporsinya lebih besar . Sedangkan jika RTS < 1 maka berarti

    proses produksi menunjukan decreasing RTS yang berarti bahwa proporsi penambahan input

    melebihi proporsi penambahan produksinya.

    Dari perhitungan Return to Scale didapat nilai RTS sebesar 0,549%. Karena nilai RTS