Top Banner
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL I. Pasar Global Pasar Saham. Wall Street pekan lalu ditutup menguat, dengan indeks Dow Jones menguat 242,87 poin atau 0,91 persen ke level 26.816,59, dan indeks S&P 500 menguat 18,26 poin atau 0,62 persen ke level 2.970,27, dan indeks Nasdaq pada minggu lalu juga menguat 74,57 poin atau 0,93 persen ke level 8.057,04. Pergerakan bursa saham AS pada pekan lalu utamanya dipengaruhi oleh positifnya hasil perundingan dagang antara AS dan Tiongkok, dan turunnya angka pengangguran di AS pada bulan September. Seperti diketahui, pada pekan lalu delegasi Tiongkok yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, bertemu dengan sejumlah pejabat AS yang dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin di Washington DC. Hasilnya, kedua negara berhasil merumuskan beberapa kesepakatan yang akan dilaksanakan dalam beberapa tahap. Presiden Trump menyatakan bahwa saat ini AS dan Tiongkok telah mencapai kesepakatan tahap pertama yang sangat penting. Kesepakatan pada tahap pertama ini meliputi kesepakatan perdagangan terkait masalah kekayaan intelektual, jasa keuangan, dan produk pertanian dimana Tiongkok dikabarkan akan membeli produk pertanian AS sebanyak US$40 hingga US$50 miliar. Kesepakatan dalam perundingan ini juga secara otomatis membatalkan rencana pemerintah AS untuk memberlakukan tarif baru pada produk-produk impor dari Tiongkok yang direncanakan akan diberlakukan mulai 15 Oktober 2019 mendatang sebesar US$250 miliar. Namun, rencana pemberlakuan tarif sebesar 15 persen untuk produk impor asal Tiongkok pada 15 Desember 2019 mendatang dikabarkan tetap sesuai rencana. Sentimen positif lainnya yang mendorong penguatan Wall Street pada minggu lalu adalah turunnya angka pengangguran di AS pada bulan September. Data yang dirilis pada pekan lalu menunjukkan bahwa angka pengangguran AS pada bulan September sebesar 3,5 persen, turun dari bulan Agustus yang sebesar 3,7 persen. Angka ini merupakan angka pengangguran terendah sejak tahun 1969. Selain itu, pendapatan rata-rata penduduk AS pada bulan September tidak berubah dibanding bulan Agustus. Dari kawasan Eropa, bursa saham FTSE 100 Inggris dan bursa saham DAX Jerman ditutup menguat dalam sepekan. Merespon optimisme perundingan Gambar 1. Pasar Saham Global Indikator 11Oktober 2019 Perubahan (%) WoW YoY Ytd T1 ---- Nilai Tukar/USD ---- Euro 0,91 0,58 (4,98) (3,83) Yen 108,29 (1,26) 3,45 1,28 GBP 0,79 2,48 (4,65) (0,87) Real 4,11 (1,32) (8,70) (6,07) Rubel 64,22 0,64 3,09 7,89 Rupiah 14.138,00 0,00 7,20 1,75 Rupee 71,02 (0,19) 4,19 (1,79) Yuan 7,09 0,84 (2,88) (3,05) KRW 1.188,90 0,64 (3,87) (6,55) SGD 1,37 0,39 0,23 (0,76) Ringgit 4,19 (0,04) (0,67) (1,28) Baht 30,40 0,14 7,24 6,61 Peso 51,59 0,29 4,78 1,88 T2 ----- Pasar Modal ------ DJIA 26.816,59 0,91 3,07 14,96 S&P500 2.970,27 0,62 6,16 18,49 FTSE 100 7.247,08 1,28 (5,89) 7,71 DAX 12.511,65 4,15 (5,80) 18,49 KOSPI 2.044,61 1,18 (18,73) 0,17 Brazil IBrX 867,56 0,58 (13,72) (3,53) Nikkei 21.798,87 1,82 (8,27) 8,91 SENSEX 38.127,08 1,20 8,13 5,71 JCI 6.105,80 0,73 (5,67) (1,43) Hangseng 26.308,44 1,89 (18,10) 1,79 Shanghai 2.973,66 2,36 (14,42) 19,24 STI 3.113,97 1,16 (11,57) 1,47 FTSE KLCI 1.556,84 (0,05) (14,53) (7,91) SET 1.626,00 1,25 (10,63) 3,97 PSEi 7.849,94 1,89 (11,01) 5,14 T3 ------ Surat Berharga Negara ------ Yield 5 th, (FR 77) 6,63 5 n/a (126) Yield 10 th, (FR78) 7,21 1 n/a (75) T4 ------ Komoditas ------ Brent Oil 60,51 3,67 (3,15) 9,74 CPO 2.118,00 1,05 (14,08) 5,69 Gold 1.489,01 (1,04) 12,21 16,10 Coal 66,40 1,84 (37,80) (34,93) Nickel 17.550,00 (1,35) 40,74 64,17 T5 ------ Rilis Data ------ PPI AS Sept : -0,3 Okt : 0,1 GDP Inggris Q3 : 0,3 Q2 : 0,11 Manufacturing Production Inggris Agt : -0,7 Sep : 0,4 Core CPI AS Sep : 0,1 Agt : 0,3 Employment Change Kanada Sep : 53,7 ribu Okt : 81,1 ribu Highlight Minggu Ini Bursa saham Wall Street ditutup menguat pekan lalu seiring perundingan perdagangan AS-Tiongkok yang berhasil mencapai kesepakatan tahap pertama dalam perjanjian properti intelektual, jasa keuangan, serta rencana pembelian produk pertanian AS oleh Tiongkok. Indeks dolar AS turun 0,51 persen dalam sepekan ke level 98,30 pada Jumat (11/10), sementara yield US Treasury tenor 10 tahun naik sekitar 20 bps ke level 1,729 persen seiring hasil positif dari negosiasi perdagangan AS-Tiongkok yang membuka ruang untuk kesepakatan lanjutan yang lebih luas dan komprehensif. Dari pasar komoditas, harga minyak mentah jenis Brent menguat 3,67 persen dalam sepekan ke level US$60,51 per barel terutama didorong oleh kenaikan tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah dan perkembangan positif dari perundingan dagang AS dan Tiongkok. Dari pasar keuangan domestik, IHSG menguat sebesar 0,73 persen secara mingguan ke level 6.105,80 meskipun investor nonresiden mencatatkan jual bersih Rp1,12 triliun dalam sepekan, sementara nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS tidak berubah di level Rp14.138. The Fed mengambil langkah untuk menstabilkan suku bunga pasar uang AS dengan melakukan injeksi kas melalui (1) pembelian obligasi Pemerintah AS bertenor pendek senilai US$60 miliar per bulan, (2) operasi overnight repo yang dilakukan secara harian dengan nilai awal sebesar US$75 miliar per operasi, dan (3) operasi term repo dua kali sepekan dengan nilai US$35 miliar per operasi.
6

KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2019. 10. 14. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 Highlight KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Dec 17, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2019. 10. 14. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 Highlight KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1

DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

I. Pasar Global

Pasar Saham. Wall Street pekan lalu ditutup menguat, dengan indeks Dow Jones menguat 242,87 poin atau 0,91 persen ke level 26.816,59, dan indeks S&P 500 menguat 18,26 poin atau 0,62 persen ke level 2.970,27, dan indeks Nasdaq pada minggu lalu juga menguat 74,57 poin atau 0,93 persen ke level 8.057,04. Pergerakan bursa saham AS pada pekan lalu utamanya dipengaruhi oleh positifnya hasil perundingan dagang antara AS dan Tiongkok, dan turunnya angka pengangguran di AS pada bulan September. Seperti diketahui, pada pekan lalu delegasi Tiongkok yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Liu He, bertemu dengan sejumlah pejabat AS yang dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin di Washington DC. Hasilnya, kedua negara berhasil merumuskan beberapa kesepakatan yang akan dilaksanakan dalam beberapa tahap. Presiden Trump menyatakan bahwa saat ini AS dan Tiongkok telah mencapai kesepakatan tahap pertama yang sangat penting.

Kesepakatan pada tahap pertama ini meliputi kesepakatan perdagangan terkait masalah kekayaan intelektual, jasa keuangan, dan produk pertanian dimana Tiongkok dikabarkan akan membeli produk pertanian AS sebanyak US$40 hingga US$50 miliar. Kesepakatan dalam perundingan ini juga secara otomatis membatalkan rencana pemerintah AS untuk memberlakukan tarif baru pada produk-produk impor dari Tiongkok yang direncanakan akan diberlakukan mulai 15 Oktober 2019 mendatang sebesar US$250 miliar. Namun, rencana pemberlakuan tarif sebesar 15 persen untuk produk impor asal Tiongkok pada 15 Desember 2019 mendatang dikabarkan tetap sesuai rencana. Sentimen positif lainnya yang mendorong penguatan Wall Street pada minggu lalu adalah turunnya angka pengangguran di AS pada bulan September. Data yang dirilis pada pekan lalu menunjukkan bahwa angka pengangguran AS pada bulan September sebesar 3,5 persen, turun dari bulan Agustus yang sebesar 3,7 persen. Angka ini merupakan angka pengangguran terendah sejak tahun 1969. Selain itu, pendapatan rata-rata penduduk AS pada bulan September tidak berubah dibanding bulan Agustus.

Dari kawasan Eropa, bursa saham FTSE 100 Inggris dan bursa saham DAX Jerman ditutup menguat dalam sepekan. Merespon optimisme perundingan

Gambar 1. Pasar Saham Global

Indikator 11Oktober 2019 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

T1 ---- Nilai Tukar/USD ---- Euro 0,91 0,58 (4,98) (3,83) Yen 108,29 (1,26) 3,45 1,28

GBP 0,79 2,48 (4,65) (0,87) Real 4,11 (1,32) (8,70) (6,07)

Rubel 64,22 0,64 3,09 7,89 Rupiah 14.138,00 0,00 7,20 1,75 Rupee 71,02 (0,19) 4,19 (1,79) Yuan 7,09 0,84 (2,88) (3,05) KRW 1.188,90 0,64 (3,87) (6,55) SGD 1,37 0,39 0,23 (0,76)

Ringgit 4,19 (0,04) (0,67) (1,28) Baht 30,40 0,14 7,24 6,61 Peso 51,59 0,29 4,78 1,88

T2 ----- Pasar Modal ------

DJIA 26.816,59 0,91 3,07 14,96 S&P500 2.970,27 0,62 6,16 18,49

FTSE 100 7.247,08 1,28 (5,89) 7,71 DAX 12.511,65 4,15 (5,80) 18,49

KOSPI 2.044,61 1,18 (18,73) 0,17 Brazil IBrX 867,56 0,58 (13,72) (3,53)

Nikkei 21.798,87 1,82 (8,27) 8,91 SENSEX 38.127,08 1,20 8,13 5,71

JCI 6.105,80 0,73 (5,67) (1,43) Hangseng 26.308,44 1,89 (18,10) 1,79 Shanghai 2.973,66 2,36 (14,42) 19,24

STI 3.113,97 1,16 (11,57) 1,47 FTSE KLCI 1.556,84 (0,05) (14,53) (7,91)

SET 1.626,00 1,25 (10,63) 3,97 PSEi 7.849,94 1,89 (11,01) 5,14

T3 ------ Surat Berharga Negara ------ Yield 5 th, (FR 77) 6,63 5 n/a (126) Yield 10 th, (FR78) 7,21 1 n/a (75)

T4 ------ Komoditas ------ Brent Oil 60,51 3,67 (3,15) 9,74

CPO 2.118,00 1,05 (14,08) 5,69 Gold 1.489,01 (1,04) 12,21 16,10 Coal 66,40 1,84 (37,80) (34,93)

Nickel 17.550,00 (1,35) 40,74 64,17 T5 ------ Rilis Data ------

PPI AS Sept : -0,3 Okt : 0,1 GDP Inggris Q3 : 0,3 Q2 : 0,11

Manufacturing Production

Inggris Agt : -0,7 Sep : 0,4

Core CPI AS Sep : 0,1 Agt : 0,3 Employment Change Kanada Sep : 53,7

ribu Okt : 81,1 ribu

Highlight Minggu Ini

Bursa saham Wall Street ditutup menguat pekan lalu seiring perundingan perdagangan AS-Tiongkok yang berhasil mencapai kesepakatan tahap pertama dalam perjanjian properti intelektual, jasa keuangan, serta rencana pembelian produk pertanian AS oleh Tiongkok.

Indeks dolar AS turun 0,51 persen dalam sepekan ke level 98,30 pada Jumat (11/10), sementara yield US Treasury tenor 10 tahun naik sekitar 20 bps ke level 1,729 persen seiring hasil positif dari negosiasi perdagangan AS-Tiongkok yang membuka ruang untuk kesepakatan lanjutan yang lebih luas dan komprehensif.

Dari pasar komoditas, harga minyak mentah jenis Brent menguat 3,67 persen dalam sepekan ke level US$60,51 per barel terutama didorong oleh kenaikan tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah dan perkembangan positif dari perundingan dagang AS dan Tiongkok.

Dari pasar keuangan domestik, IHSG menguat sebesar 0,73 persen secara mingguan ke level 6.105,80 meskipun investor nonresiden mencatatkan jual bersih Rp1,12 triliun dalam sepekan, sementara nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS tidak berubah di level Rp14.138.

The Fed mengambil langkah untuk menstabilkan suku bunga pasar uang AS dengan melakukan injeksi kas melalui (1) pembelian obligasi Pemerintah AS bertenor pendek senilai US$60 miliar per bulan, (2) operasi overnight repo yang dilakukan secara harian dengan nilai awal sebesar US$75 miliar per operasi, dan (3) operasi term repo dua kali

sepekan dengan nilai US$35 miliar per operasi.

Gam

bar

1. P

asa

r S

ah

am

Glo

bal

Page 2: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2019. 10. 14. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 Highlight KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 2

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

tidak memberikan penjelasan yang memadai

Gambar 4. Slope US Yield curve dan Resesi

Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun naik 20 bps

ke level 1,73 pada hari Jumat (11/10)

dagang antara AS dan Tiongkok pada pekan lalu, mayoritas bursa saham di kawasan Eropa menguat dibandingkan dengan perdagangan pada pekan sebelumnya. Pelaku pasar di Eropa menyambut positif kesepakatan dan penundaan tarif baru bagi produk impor asal Tiongkok yang direncanakan oleh pemerintah AS pada 15 Oktober 2019. Selain itu, pergerakan bursa saham di kawasan Eropa juga dipengaruhi oleh optimisme terhadap tercapainya kesepakatan Brexit mengingat no-deal Brexit dapat dihindari sehingga mengurangi risiko perlambatan ekonomi Inggris. J.P Morgan pada pekan lalu menaikkan prospek terjadinya kesepakatan Brexit menjadi 50 persen, dari yang sebelumnya hanya sebesar 5 persen saja. Di pekan yang sama juga terjadi pertemuan antara Sekretaris Brexit Inggris dan Kepala Negosiator Brexit Uni Eropa untuk membahas kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa. Sentimen-sentimen ini direspon oleh pasar saham di kawasan Eropa dengan positif.

Bursa saham Inggris, FTSE 100, dalam sepekan kemarin menguat 1,28 persen ke level 7.247,08. Lloyds Banking Group menjadi salah satu emiten di bursa saham Inggris yang pada pekan lalu sempat mencatat kenaikan harga saham tertinggi, yaitu sebesar 12,27 persen. Barrat Development, perusahaan pengembang properti, dan perusahaan perbankan, Royal Bank of Scotland, mengikuti dengan kenaikan harga saham masing-masing sebesar 11,52 dan 11,46 persen. Menguatnya bursa saham Inggris tersebut juga ditopang oleh rilis data PDB Inggris pada kuartal III yang tumbuh cukup bagus di angka 0,3 persen atau di atas perkiraan sejumlah analis yang berada di angka 0,1 persen. Dari Jerman, bursa saham DAX pada pekan lalu menguat sebesar 4,15 persen pada level 12.511,65 dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Kenaikan DAX ini ditopang oleh kenaikan harga saham perusahaan perangkat lunak SAP yang harga sahamnya sempat meningkat sebesar 10,23 persen, diikuti oleh kenaikan harga saham perbankan Deutsche Bank dan pabrikan otomotif Volkswagen yang masing-masing sebesar 5,15 dan 4,91 persen.

Dari kawasan Asia, mayoritas indeks saham di kawasan mayoritas ditutup menguat dalam sepekan. Bursa saham Nikkei Jepang menguat sebesar 1,82 persen ke level 21.798,87, disusul bursa saham STI Singapura menguat selama sepekan sebesar 1,16 persen ke level 3.113,97, Indeks Shanghai Tiongkok juga menguat 2,36 persen ke level 2.973,66, dan indeks Hangseng Hongkong menguat sebesar 1,89 persen ke level 26.308,44. Sementara itu, IHSG juga menguat sebesar 0,73 persen ke level 6.105,80.

Menguatnya bursa saham Asia dalam sepekan lalu utamanya ditopang oleh optimisme perundingan dagang antara AS dan Tiongkok yang diselenggarakan pada 10-11 Oktober lalu. Mayoritas investor memandang dengan penuh optimisme bahwa perundingan tersebut dapat berjalan dengan baik dan membawa kesepakatan antar kedua negara. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di kawasan Asia, positifnya perundingan dagang Tiongkok dengan mitra dagangnya akan berdampak positif bagi perekonomian kawasan.

Pasar Uang. Indeks dollar AS berada pada level 98,30 pada akhir perdagangan pekan lalu (11/10) atau melemah sebesar 0,51 persen dalam sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 98,81 pada akhir pekan sebelumnya (4/10). Pelemahan indeks dolar AS dipengaruhi oleh berkurangnya minat investor atas greenback setelah adanya kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok pada hari Jumat (11/10) waktu Washington. Presiden AS Donald Trump bersama Wakil Perdana Menteri Tiongkok mengumumkan jika perundingan kedua negara memberikan hasil kesepakatan fase awal yang sangat substansial. Fase pertama dalam kesepakatan dagang tersebut akan dibuat dalam tiga pekan ke depan yang diantaranya mencakup perjanjian kekayaan intelektual, jasa keuangan, serta rencana pembelian produk pertanian AS oleh Tiongkok senilai US$ 40 sampai US$50 miliar. Selain itu, dengan kesepakatan tersebut, bea masuk yang rencananya dikenakan kepada Tiongkok pada 15 Oktober mendatang resmi ditunda dan untuk sementara tidak ada lagi kenaikan bea importasi dari kedua negara. Pada saat yang sama, mata uang safe-haven lainnya seperti yen juga melemah sementara mata uang Poundsterling menguat ke level tertinggi lebih dari tiga bulan terhadap dollar AS seiring dengan meningkatnya optimisme Brexit setelah Uni Eropa mengadakan putaran negosiasi intens dengan otoritas Inggris dalam upaya untuk mengamankan kesepakatan sebelum 31 Oktober.

Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu (11/10) ditutup di level 1,729 persen atau naik sekitar 20 bps

Gambar 3. The Fed diprediksi akan agresif

memangkas suku bunga

Page 3: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2019. 10. 14. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 Highlight KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 3

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 6. Harga hard commodities: Selain nikel dan

emas, harga hard commodities menguat secara

mingguan

Gambar 5. Harga minyak mentah Brent dan WTI dan

harga acuan batubara ICE Newcastle menguat secara

mingguan

dibandingkan penutupan pekan sebelumnya. Kenaikan tajam imbal hasil US Treasury sepanjang pekan lalu terutama dipengaruhi sentimen positif yang datang dari proses negosiasi perang dagang antara AS dan Tiongkok yang berlangsung di Washington DC. Dalam pertemuan yang berlangsung pada Kamis dan Jumat (10-11/10) pekan lalu, kedua belah pihak telah berhasil mencapai kesepakatan secara parsial dan membuka peluang untuk mencapai kesepakatan secara komprehensif. AS dikabarkan akan memberikan pelonggaran tarif untuk beberapa kelompok barang yang akan berlaku efektif pekan ini, sementara Tiongkok setuju terhadap konsesi produk pertanian AS. Pada Kamis (10/10), Biro Statistik Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa tingkat inflasi IHK untuk bulan September tidak berubah secara bulanan dan secara tahunan juga tidak berubah di level 1,70 persen. Kondisi ini meningkatkan tekanan terhadap the Fed untuk kembali memangkas suku bunga acuan pada FOMC Meeting 29-30 Oktober mendatang. Pelaku pasar pekan lalu juga dikejutkan oleh pengumuman the Fed untuk melakukan pembelian obligasi pemerintah AS senilai US$60 miliar per bulan yang dimulai pertengahan Oktober hingga setidaknya triwulan kedua 2020. Bukan ditujukan sebagai langkah quantitative easing, the Fed menyebutkan kebijakan tersebut secara teknis ditujukan untuk mendorong efektivitas kebijakan suku bunga acuan dan tidak menggambarkan perubahan atas stance kebijakan moneter the Fed. Selain itu, the Fed juga akan terus melakukan injeksi likuiditas ke pasar uang melalui operasi overnight repo yang dilakukan secara harian dengan nilai awal sebesar US$75 miliar per operasi dan term repo dua kali sepekan dengan nilai US$35 miliar per operasi.

Pasar Komoditas. Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global pekan lalu berbalik menguat setelah pelemahan yang terjadi pada dua pekan sebelumnya. Pada penutupan hari Jumat (11/10), harga minyak Brent tercatat di level US$60,51 per barel atau naik 3,67 persen dalam sepekan dari posisi US$58,37 per barel pada Jumat (4/10). Dua faktor utama yang memanaskan harga minyak pekan lalu berasal dari naiknya tensi geopolitik di Timur Tengah dan perkembangan positif negosiasi perang dagang. Pada hari Jumat (11/10), sebuah kapal tanker milik Iran dikabarkan meledak di lepas pantai Jeddah, Arab Saudi. Meskipun belum jelas penyebabnya, beberapa pihak berspekulasi bahwa ledakan tersebut dipicu oleh serangan misil. Untuk mengantisipasi meningkatnya ketegangan dengan Iran, AS mengirim tambahan pasukannya untuk ditempatkan di Arab Saudi. Ketegangan di Timur Tengah juga meningkat setelah Turki telah memulai operasi militernya untuk menyerang pasukan Kurdi di Suriah. Dari negosiasi perdagangan pekan lalu, AS dan Tiongkok mengumumkan tercapainya kesepakatan fase pertama yang sangat substansial dan diikuti oleh perundingan fase kedua yang akan segera dimulai setelah kesepakatan pertama ditandatangani. Yang terpenting, AS akan menunda rencana pengenaan bea masuk per 15 Oktober 2019 dan untuk sementara waktu tidak ada pengenaan tarif tambahan maupun tarif baru oleh kedua negara.

Di sisi lain, US Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (9/10) melaporkan cadangan minyak AS mengalami kenaikan hingga 2,9 juta barel pada pekan yang berakhir pada Jumat (4/10). Selain kenaikan cadangan minyak, EIA juga memperkirakan persediaan minyak AS akan meningkat ke level 13 juta barel pada akhir 2019 sementara produksi minyak AS per hari mencapai rata-rata 12,3 juta barel per hari pada 2019 dan naik menjadi 13,2 juta barel per hari pada 2020. Perusahaan Energi Baker Hughes melaporkan bahwa untuk pekan yang berakhir pada Jumat (11/10), jumlah rig minyak AS yang aktif beroperasi sebanyak 711 unit atau naik 1 unit dari pekan sebelumnya sekaligus memutus penurunan jumlah rig yang beroperasi dalam 7 pekan berturut-turut. Berita bahwa OPEC berkomitmen untuk terus menjaga keseimbangan pasar minyak global dengan mengurangi produksinya juga mewarnai pasar minyak pekan lalu. OPEC dan sekutunya termasuk Rusia direncanakan akan bertemu pada Desember mendatang untuk membahas tindak lanjut pemangkasan produksi pada tahun 2020.

Harga komoditas batubara pekan lalu menguat dibanding dengan harga pada pekan sebelumnya. Harga batubara ICE Newcastle pada pekan lalu ditutup menguat 1,84 persen ke level US$66,40 per metriks ton dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya yaitu pada level US$65,20 per metriks ton. Meskipun menguat, harga batubara masih mengalami pelemahan sebesar 34,93 persen secara ytd.

Secara umum, harga batubara masih melemah secara tahunan akibat dari turunnya permintaan komoditas energi karena melemahnya perekonomian global. Namun, pada pekan lalu harga batubara global naik seiring dengan

Gambar 7. Harga soft commodities: Selain kopi dan

kakao, harga soft commodities menguat secara

mingguan

Page 4: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2019. 10. 14. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 Highlight KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 4

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

meningkatnya optimisme terhadap perundingan dagang antara AS dan Tiongkok. Selain itu, permintaan batubara global pada pekan lalu meningkat dipicu oleh kenaikan harga gas. Dengan kenaikan harga gas, sejumlah pembangkit listrik kembali menggunakan batubara untuk menekan biaya operasionalnya. Dari sisi supply, persediaan batubara India sedikit terganggu akibat naiknya curah hujan di India bagian tengah yang mana mengurangi pasokan batubara global. Selain itu, pasokan batubara dari negara-negara pasifik juga turun cukup drastis dari 17,2 juta ton menjadi 13,9 juta ton. Meningkatnya permintaan yang tidak diimbangi oleh ketersediaan pasokan tersebut mendorong harga batubara global naik pada pekan lalu.

Dari komoditas CPO, harga CPO berjangka kontrak acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pekan lalu kembali menguat sebesar 1,05 persen. Harga CPO pekan lalu ditutup naik ke level 2.118 Ringgit/ton pada Jumat (11/10) dari penutupan pekan sebelumnya di level 2.096 Ringgit/ton. Penguatan harga CPO didorong oleh hasil beberapa studi yang dilakukan oleh lembaga global yang memprediksikan bahwa harga CPO akan mengakhiri keterpurukannya mulai tahun depan. Fitch memprediksikan bahwa harga CPO akan berada di level 2.300 ringgit per ton, sementara Public Investment Bank memperkirakan harga yang lebih tinggi yaitu di level 2.400 ringgit per ton. Optimisme ini menyusul adanya katalis dari sisi permintaan maupun pasokan yang berpotensi besar menurunkan stok di dua negara produsen sawit terbesar di dunia yaitu Malaysia dan Indonesia. Dalam laporannya, Public Investment Bank menyebutkan stok CPO berpotensi menipis akibat melambatnya pertumbuhan produksi. Public Investment Bank memprediksi bahwa stok akan turun menjadi 2 juta ton hingga pertengahan tahun di 2020. Sementara stok di Indonesia akan turun menjadi 3 juta ton tahun depan. Dari sisi permintaan, peningkatan konsumsi biodiesel dan penguatan permintaan produk minyak sawit dari Tiongkok dan India akan mendorong harga untuk meningkat.

II. Pasar Keuangan Domestik

Pekan lalu, IHSG tercatat menguat 0,73 persen secara mingguan ke level 6.105,80 dan diperdagangkan di kisaran 5.988,87 – 6.109,12. Investor nonresiden mencatatkan jual bersih pada empat dari lima hari perdagangan dengan nominal mencapai Rp1,12 triliun sepanjang pekan lalu dan tercatat jual bersih sebesar Rp1,25 triliun mtd dan tercatat beli bersih sebesar Rp50,68 triliun secara ytd. Dengan demikian, investor asing telah mencatatkan jual bersih secara mingguan berturut-turut dalam 13 pekan terakhir dengan total sebesar Rp21,38 triliun. Nilai rata-rata transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau turun ke level Rp7,91 triliun dari pekan sebelumnya yang sebesar Rp8,14 triliun.

Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark pada Jumat (11/10) bergerak naik dibandingkan posisi Jumat (4/10) dengan kenaikan antara 1 hingga 5 bps. Berdasarkan data setelmen BI tanggal 10 Oktober 2019, kepemilikan investor nonresiden naik Rp3,04 triliun atau 0,30 persen dibandingkan posisi Jumat (4/10) dari Rp1.030,78 triliun (38,65 persen) ke Rp1.033,82 triliun (38,46 persen). Kepemilikan nonresiden naik Rp140,57 triliun (15,74 persen) ytd dan naik Rp4,43 triliun atau 0,43 persen mtd. Dengan demikian, investor asing telah mencatatkan beli bersih secara mingguan dalam 8 pekan berturut-turut dengan total kenaikan kepemilikan asing terhadap SBN tradable dalam periode tersebut mencapai Rp28,87 triliun.

Nilai tukar rupiah tidak berubah dari pekan sebelumnya, secara mtd rupiah mencatatkan apresiasi sebesar 0,40 persen dan apresiasi sebesar 1,75 persen secara ytd, berada di level Rp14.138 per dollar AS pada akhir perdagangan hari Jumat (11/10). Tekanan terhadap nilai tukar rupiah relatif meningkat selama sepekan, sebagaimana tercermin dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan yang bergerak dalam rentang Rp14 sampai Rp104 per US$, lebih tinggi dibanding spread Rp24 sampai Rp56 per dollar AS pada pekan sebelumnya. Pekan lalu, Rupiah diperdagangkan di kisaran 14.128 – 14.184 per dollar AS. Secara ytd, rata-rata penutupan harian rupiah berada di level Rp14.169 per dollar AS.

III. Perekonomian Internasional

Dari kawasan AS, inflasi AS pada bulan September 2019 sebesar 1,7 persen yoy, tidak berubah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara secara bulanan, inflasi AS sebesar 0,0 persen atau lebih rendah dari ekspektasi sebesar 0,1 persen. Inflasi inti AS bulan September, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang volatile, juga tetap sebesar 2,4 persen yoy namun

Gambar 9. Tekanan terhadap rupiah relatif tidak berubah

dibanding pekan sebelumnya

Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah tidak

berubah, IHSG menguat, yield SBN seri benchmark naik.

Gambar 10. Mata uang India mengalami pelemahan,

rupiah dan mata uang Malaysia tidak berubah, sementara

mata uang asia lainnya menguat terhadap dollar AS secara

mingguan

Page 5: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2019. 10. 14. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 Highlight KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 5

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Gambar 12. PDB Inggris tumbuh 0,3 persen (qoq),

mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen (mom) pada

bulan Agustus.

Gambar 13. Indeks manajer pembelian layanan Caixin /

Markit (PMI) turun menjadi 51,3 pada bulan September,

terlemah sejak Februari 2019.

secara bulanan inflasi inti AS sebesar 0,1 persen atau lebih rendah dari perkiraan dan realisasi pada bulan sebelumnya.

Dari kawasan Eropa, PDB Inggris mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen mom pada bulan Agustus, sedikit lebih lemah dari yang diharapkan. Namun, PDB Inggris tumbuh sebesar 0,3 persen qoq dan 1,1 persen yoy pada kuartal ketiga 2019. Capaian ini lebih tinggi dari perkiraan dan dapat meredakan kekhawatiran resesi akibat Brexit.

Dari kawasan Asia Pasifik, sektor jasa Tiongkok tumbuh pada laju paling lambat dalam tujuh bulan terakhir pada bulan September meskipun ada peningkatan pesanan baru yang kuat, karena biaya operasional terus meningkat pada akhir kuartal ketiga. Sektor jasa yang menyumbang lebih dari setengah ekonomi Tiongkok menurun karena ketegangan perdagangan yang terus-menerus dengan Amerika Serikat sehingga sangat membebani sektor manufaktur negara itu. Indeks manajer pembelian layanan Caixin / Markit (PMI) turun menjadi 51,3 bulan lalu, terlemah sejak Februari, dibandingkan 52,1 Agustus. Indeks ini telah bertahan di atas 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi secara bulanan sejak akhir 2005. Penurunan ini sejalan dengan penurunan marjinal dalam PMI non-manufaktur resmi yang diterbitkan oleh Biro Statistik Nasional.

IV. Perekonomian Domestik

Cadangan devisa Indonesia pada akhir September berada di US$ 124,3 miliar atau turun sebesar US$ 2,1 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir September setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Penurunan cadangan devisa pada September 2019 tersebut terutama dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia. Pemerintah tercatat telah membayar bunga utang sebesar Rp 172,4 triliun atau 62,49% dari target yang ditetapkan dalam alokasi kas negara Rp 275,8 triliun, sejak Januari - Agustus 2019.

Pemerintah akan menerbitkan Blue Bond. Saat ini pemerintah sedang menyiapkan konsep penerbitan surat utang negara khusus untuk mengembangkan ekosistem kelautan. Surat utang ini dinamakan blue bond. Penggunaan blue bond sendiri akan berbeda dari surat utang biasa yang digunakan untuk menutup defisit APBN. Blue bond akan digunakan untuk mengembangkan ekosistem kelautan, seperti untuk mencegah abrasi pantai dan merehabilitasi terumbu karang. Penerbitan blue bond ini direncanakan sudah bisa dilaksanakan pada tahun depan. Untuk pengelolaannya, blue bond akan dikelola oleh Bappenas.

Hasil survey penjualan eceran Bank Indonesia bulan Agustus 2019 menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan meskipun masih tumbuh positif. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus 2019 yang tumbuh 1,1 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan IPR Juli 2019 sebesar 2,4 persen yoy. Kinerja penjualan eceran tersebut ditopang oleh kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang tumbuh tinggi, serta kelompok komoditas Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya seperti barang elektronik selain audio/video dan perabot rumah tangga yang tumbuh meningkat.

Sementara itu, penjualan eceran bulan September diperkirakan tumbuh meningkat dengan IPR September 2019 yang diperkirakan tumbuh sebesar 2,1 persen yoy. Peningkatan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya pertumbuhan penjualan kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya dan kelompok Makanan, Minuman & Tembakau, serta tetap tingginya pertumbuhan penjualan kelompok Suku Cadang dan Aksesori. Hasil survei juga mengindikasikan tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran dalam enam bulan mendatang (Februari 2020) diperkirakan akan menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 6 bulan yang akan datang sebesar 168,2, lebih rendah

dibandingkan IEH pada bulan sebelumnya sebesar 174,7.

Gambar 13. Inflasi Tiongkok bulan Maret 2019 tumbuh 2,3

persen yoy atau yang tertinggi dalam 5 bulan

Gambar 11. Inflasi Amerika Serikat bulan September 1,7

persen, tidak berubah dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya dan inflasi inti AS sebesar 2,4.

Page 6: KEMENTERIAN KEUANGAN DAN · 2019. 10. 14. · Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 1 DAN 7 s.d. 13 Oktober 2019 Highlight KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 6

KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL

menegaskan bahwa setiap pembelian aset yang ditujukan untuk

menstabilkan pasar uang tidak boleh disamakan dengan

pelonggaran kuantitatif.

Dari operasi ini terlihat bahwa the Fed berusaha untuk menjaga

efektivitas kebijakan suku bunga acuan dengan mengendalikan

suku bunga pasar uang. Tercatat, the Fed telah memangkas

tingkat suku bunga acuan sebanyak dua kali pada tahun ini

dengan tujuan membantu melindungi ekonomi AS dari

guncangan perang perdagangan AS-Tiongkok, termasuk

penurunan tajam dalam investasi, dan anjloknya permintaan

ekspor. Namun, langkah pembelian Treasury Bills yang ditempuh

the Fed banyak dibaca sebagai sinyal bahwa the Fed tidak akan

kembali menurunkan suku bunga acuan baik pada FOMC Meeting

akhir Oktober maupun Desember mendatang mengingat langkah

tersebut juga dapat diartikan bahwa the Fed menyuntikkan

likuiditas ke perekonomian tanpa perlu lagi menurunkan suku

bunga. Yang membedakan, pembelian kembali aset dalam

kerangka quantitative easing ditujukan untuk menurunkan long-

term interest rates melalui pembelian surat berharga bertenor

pendek, sementara untuk tujuan injeksi likuiditas, the Fed membeli

Treasury Bills bertenor pendek tanpa mengharapkan adanya

penurunan rates.

Apabila quantitative easing secara teori berdampak positif

terhadap pasar keuangan Indonesia seiring aliran modal masuk

(capital inflow) untuk mencari return lebih tinggi, injeksi likuditas

ke pasar keuangan AS dalam bentuk pembelian aset keuangan

bertenor pendek tentu membawa dampak yang berbeda. Tujuan

quantitative easing untuk meningkatkan uang beredar di

perekonomian AS sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk

mendapatkan pinjaman, suku bunga akan turun dan aktivitas

ekonomi akan meningkat tentu berbeda dengan tujuan untuk

menjaga kecukupan likuiditas di sistem perbankan AS. Untuk saat

ini, dengan target FFR di kisaran 1,75 – 2,00, the Fed masih

memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan sebagai alat

kebijakan moneter utamanya. Sebagai catatan, sepanjang tahun

2018 lalu, the Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 100 bps

dalam empat kali kenaikan.

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir Sumber Data: Bloomberg, Reuters,

CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN

IMF dan World Bank telah

menutup Spring Meeting

yang diselenggarakan

sepanjang minggu lalu. Para

pembuat kebijakan

menyampaikan pesan

mengenai kekhawatiran

yang bercampur dengan

optimisme prospek ekonomi

ke depan. Para Menteri

Keuangan dunia mengakhiri

pembicaraan di Washington

DC yang memadukan

kekhawatiran terhadap

keadaan ekonomi dunia

yang bergerak melambat

saat ini dengan keyakinan

akan segera pulih.

Pergeseran tren yang

menjauh dari pengetatan

kebijakan moneter oleh

bank sentral, kebijakan

stimulus baru-baru ini di

Tiongkok dan meredanya

ketegangan perdagangan

menjadi harapan bahwa

perlambatan ekonomi akan

berlangsung tidak terlalu

lama meskipun tidak ada

yang memperkirakan

momentum booming baru.

Rally pasar saham yang kini

terjadi cukup mengundang

optimisme tentang prospek

pertumbuhan untuk berbalik

"menguat." Direktur

Pelaksana IMF Christine

Lagarde tetap

memperingatkan dunia

berada pada "saat yang

Tajuk Minggu Ini:

The Fed Injeksi Likuditas ke Pasar Uang AS

Berselang tiga hari dari pernyataan Gubernur the Fed Jerome Powell

bahwa perekonomian AS masih akan meneruskan ekspansi dengan

dukungan pasar tenaga kerja yang kuat dalam acara National

Association for Business Economics (NABE) di Denver, AS pada Selasa

(8/10), the Fed pada Jumat (11/10) mengumumkan langkah kebijakan

moneter untuk menjaga kecukupan cadangan kas di pasar uang pada

posisi atau sedikit diatas posisi pada awal September 2019. Langkah

tersebut membingungkan pelaku pasar karena tidak sedikit yang

menganggap bahwa the Fed memulai kembali program pembelian aset

atau quantitative easing. Pertama, the Fed akan membeli obligasi

Pemerintah AS bertenor pendek atau Treasury Bills senilai US$60 miliar

per bulan yang dimulai pada 15 Oktober 2019 hingga setidaknya

triwulan kedua 2020. Kedua, the Fed akan terus melakukan injeksi

likuiditas ke pasar uang melalui operasi overnight repo yang dilakukan

secara harian dengan nilai awal sebesar US$75 miliar per operasi dan

term repo dua kali sepekan dengan nilai US$35 miliar per operasi

setidaknya sampai dengan Januari 2020.

Dalam pernyataannya, the Fed menyebut langkah-langkah tersebut

merupakan bagian dari operasi moneter yang secara teknis tidak

ditujukan untuk mengubah stance kebijakan moneternya, namun lebih

kepada upaya untuk mengendalikan tekanan likuditas di pasar uang

yang berpotensi mengganggu efektivitas kebijakan moneter the Fed.

Hal ini tidak lepas dari meroketnya suku bunga pinjaman antar bank AS

atau repo rate ke kisaran 10 persen atau jauh diatas kisaran target FFR

saat itu di 1,75 – 2,00 persen. Penyebab dari penurunan likuiditas di

pasar uang AS tersebut antara lain pembayaran tagihan-tagihan,

termasuk pajak, untuk kuartal ketiga 2019 sehingga memicu penarikan

uang tunai dari bank dan di saat bersamaan banyak investor

mengalihkan uangnya ke obligasi Pemerintah AS.

Selanjutnya, persaingan antar bank AS untuk mendapatkan uang tunai

dalam rangka pemenuhan Giro Wajib Minimumnya memicu lonjakan

overnight repo rate. Dalam tiga hari berturut-turut setelah kejadian

tersebut, the Fed menyuntikkan US$203 miliar atau lebih dari Rp2.800

triliun ke pasar uang dengan tujuan untuk mengerek turun suku bunga

overnight agar tetap dalam kisaran target sekaligus memberikan rasa

tenang kepada pelaku pasar bahwa the Fed tetap mampu

mengendalikan suku bunga acuannya. Pasar repo merupakan

instrumen penting dalam pasar uang AS yang berperan sebagai

pemasok likuditas ke operasi pasar keuangan AS. Pada tahun 2008

sebelum Global Financial Crisis, pasar uang overnight AS juga sempat

mengalami krisis ketika institusi keuangan AS berebut likuiditas yang

tidak terlalu besar.

Menyusul kekacauan di pasar uang pada pertengahan September

tersebut, anggota FOMC Meeting melakukan evaluasi atas kecukupan

cadangan dalam sistem perbankan. Sebelumnya, tingkat cadangan di

sistem perbankan telah menurun setelah the Fed menempuh kebijakan

memangkas neraca. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa

sekarang merupakan waktu untuk menaikkan neraca sekaligus menjaga

stabilitas suku bunga jangka pendek. Gubernur the Fed Jerome Powell

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal Penanggung Jawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Penyusun: Yani Farida Aryani, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Risyaf Fahreza , Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho, Soni Rita Br Purba. Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada

kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Gambar 14. Perkembangan Overnight Repo Rate AS

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1/2/

2008

4/2/

2008

7/2/

2008

10/2

/200

8

1/2/

2009

4/2/

2009

7/2/

2009

10/2

/200

9

1/2/

2010

4/2/

2010

7/2/

2010

10/2

/201

0

1/2/

2011

4/2/

2011

7/2/

2011

10/2

/201

1

1/2/

2012

4/2/

2012

7/2/

2012

10/2

/201

2

1/2/

2013

4/2/

2013

7/2/

2013

10/2

/201

3

1/2/

2014

4/2/

2014

7/2/

2014

10/2

/201

4

1/2/

2015

4/2/

2015

7/2/

2015

10/2

/201

5

1/2/

2016

4/2/

2016

7/2/

2016

10/2

/201

6

1/2/

2017

4/2/

2017

7/2/

2017

10/2

/201

7

1/2/

2018

4/2/

2018

7/2/

2018

10/2

/201

8

1/2/

2019

4/2/

2019

7/2/

2019

10/2

/201

9

Sumber: Bloomberg, diolah.