Top Banner
20 Makalah Presentasi Mata Kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik 1 (PDW2218) Perkembangan Sosioemesional Dalam buku Life-Span Development John W. Santrock Oleh: Nia Agustin (151134033) Hilaria heladita (151134074)
37

Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

Jan 04, 2016

Download

Documents

Nia Agustin

#psikologi #anakSD #Sosioemosional
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Makalah Presentasi

Mata Kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik 1 (PDW2218)

Perkembangan Sosioemesional Dalam buku Life-Span Development

John W. Santrock

Oleh:Nia Agustin (151134033)Hilaria heladita (151134074)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah DasarFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata DharmaYogyakarta

2015

Page 2: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.

Adapun hambatan yang kami alami dalam menyusun makalah ini.

Hambatan yang paling utama adalah hambatan dalam mencari sumber refrensi

buku, karena tidak semua teori perkembangan membahas tentang sosioemosional.

Melalui kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada

Dosen Pembimbing, yakni Ibu Irine Kurniastuti, M.Psi, selaku dosen mata kuliah

Perkembangan dan Belajar Peserta Didik (PBPD) di jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar (PGSD) pada Program Sarjana Universitas Sanata Dharma, yang telah bersedia

membimbing kami dalam bentuk materi maupun fisik.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sleman, 23 September 2015

Penyusun

Page 3: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

DAFTRAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Hakikat emosi pada anak.................................................................................4

A.1.1 Fungsi Emosi dalam Perkembangan Anak.................................................4

B. Perkembangan Sosioemosional pada Masa Awal anak...................................5

B.1.1 Keluarga......................................................................................................6

B.2.1 Teman Sebaya............................................................................................10

B.3.1 Perkembangan Emosi dan Kepribadian.....................................................13

C. Perkembangan Sosioemosi di Masa Kanak-kanak Pertengahan dan Akhir. . .14

C.1.1 Perkembangan emosi dan Kepribadian......................................................15

C.2.1 Keluarga ....................................................................................................17

C.3.1 Kawan-kawan Sebaya................................................................................18

C.4.1Sekolah........................................................................................................20

BAB 3 PENUTUP

Kesimpulan..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................22

Page 4: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan kehidupan anak SD yang cukup mendasar adalah

semakin meluasnya lingkungan pergaulan. Sejak memasuki lembaga

pendidikan pra-sekolah atau taman kanak-kanak, anak memperoleh

perluasan dalam jangkauan interaksi sosialnya. Kalau semula hanya

bergaul dengan lingkungan keluarga dan teman sebaya yang ada disekitar

rumahnya maka sekarang ia mulai mengenal guru dan teman-teman

sekelasnya.

Semakin luas dan kompleksnya lingkungan pergaulan anak

tersebut adalah suatu proses kehidupan yang wajar dalam arti merupakan

suatu tugas perkembangan yang secara normal perlu dijalani oleh anak.

Buakan hanya tuntutan lingkungan yang membuat anak berperilaku seperti

itu, tetapi perkembangan internal pribadi anak sendiri juga mendorongnya

untuk semakin memperluas lingkup pergaulannya. Secara internal, dalam

diri anak juga terjadi perubahan-perubahan yang mendorongnya untuk

lebih interest terhadap interaksi pertemanan dan pergaulan sosial yang

lebih luas. Dikuasainya berbagi perangkat keterampilan fisik dan bahasa

serta semakin berkurangnya ketergantungan kepada pihak orang tua.

Mendorong anak untuk memperluas lingkup interaksi sosialnya. Begitu

pula, pengalaman-pengalaman menyenangkan yang didapat dari hubungan

teman sebaya semain menumbuhkan minat anak untuk memperluas

lingkungan pergaulannya.

Sesuai dengan kekhasan perkembangan sosioemosional dan pribadi

anak di atas, ada beberapa aspek mendasar yang perlu dipahami oleh calon

guru SD, yakni berkenaan dengan perkembangan sosioemosional,

Page 5: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

hubungan pertemanan, dan perkembangan identitas diri (self identity).

Pemahaman tentang aspek perkembangan anak tersebut diharapkan dapat

membantu dalam merancang suasana lingkungan belajar yang kondusif

bagi perkembangan sosial-pribadi anak.

Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan memahami

perkembangan sosioemosional-pribadi anak adalah memberikan landasan

konseptual dalam menentukan alternatif perlakuan pendidikan terhadap

anak didik yang sesuai dengan perkembangannya. Dengan demikian, guru

diharapkan akan bisa menjadi fasilitator perkembangan ssosioemosional-

pribadi anak.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa masalah

yang berkaitan dengan perkembangan sosioemosional pada anak SD,

yaitu:

1. Bagiamana perkembangan emosi dan kepribadian di masa kanak-

kanak awal, pertengahan dan akhir?

2. Bagaimana perubahan perkembangan pada relasi anak-orang tua,

orang tua sebagai manajer, dan perubahan sosial dalam keluarga?

3. Bagaimana perubahan dalam relasi dengan kawan sebaya di masa

kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir?

4. Bagaimana Mencirikan aspek-aspek sekolah dalam perkembangan

anak di masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir?

C. Tujuan

1. Mendiskusikan perkembangan emosi dan kepribadian di masa kanak-

kanak awal, pertengahan dan akhir.

2. Mendeskripsikan perubahan perkembangan pada relasi anak-orang tua,

orang tua sebagai manajer, dan perubahan sosial dalam keluarga.

3. Mengidentifikasi perubahan dalam relasi dengan kawan sebaya di

masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir.

Page 6: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

4. Mencirikan aspek-aspek sekolah dalam perkembangan anak di masa

kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir.

Page 7: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Hakikat emosi anak-anak

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan suatu

campuran antara gejolak fisiologis dan perilaku yang terlihat. Emosi dapat

diklasifikasikan ke dalam afeksi positif dan negatif.

Afektifitas positif (positif affectivity, PA) mengacu kepada derjat

emosi yang positif, dari energi yang tinggi, antusiasme, dan kegembiraan

hingga perasaan sabar, tenang, dan menarik diri. Sukacita, kegembiraan,

dan tertawa termasuk perasaan yang positif.

Afektifitas negatif (negative affectivit, NA) mengacu kepada emosi

yang sifatnya negatif, seperti kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah,

dan kesedihan.

PA dan NA merupakan dimensi yang independen, dalam arti

seorang anak dapat beada pada derajat yang sama-sama tinggi pada kedua

dimensi tersebut pada waktu yang sama (misalnya, berada di dalam

keadaan energi yang tinggi dan bersemangat tinggi sekaligus marah).

A.1.1 Fungsi Emosi dalam Perkembangan Anak

1. Penyesuaian diri dan kelangsungan hidup (adaptation and survival)

Berkaitan demgan ini misalnya berbagai ketakutan, seperti takut gelap

dan takut akan perubahan tiba-tiba di dalam lingkungan.

2. Pengaturan (regulation)

Emosi mempengaruhi informasi yang anak-anak seleksi dari dunia

presepsi dan perilaku yang mereka perlihatkan. Misalnya, anak-anak

yang merasa gembira cenderung lebih mengikuti apa yang mereka

Page 8: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

sedang kaji dan pelajari dibandingkan dengan anak-anak yang sedang

merasa sedih.

3. Komunikasi

Anak-anak menggunakan emosi untuk menginformasikan orang lain

tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Anak-

anak yang tersenyum tampaknya sedang memberitahukan orang lain

bahwa mereka merasa senang; anak-anak yang menangis pada

dasarnya sering mengkomunikasikan sesuatu yang tidak

menyenangkan bagi mereka.

B. Perkembangan Sosioemosional pada Masa Awal anak

Disini ada 2 contoh gambaran perkembangan masa hidup sebagai berikut :

Gambaran 1

Seorang ibu muda sedang menggendong seorang bayi dan

mencoba mengawasi dua anak laki-laki yang berjalan di belakangnya

(Dash, 1986). Anak laki-laki yang lebih muda, berusia sekitar 3 tahun,

mengepit payung tetapi tampaknya ia mengalami kesulitan dalam payung

itu. Ia memegang ganggang payung dan dan menyeret payung itu di tanah,

yang memekakkan telinga ibunya. Sang ibu memintaya membawa payung

itu dengan benar atau ia akan menonjoknya (kata seru) sampai roboh.

“Bawa dengan benar, kubilang ,” kata sang ibu, dan kemudian ia

menampar muka sang anak, sehingga keseimbangannya goyah. Sang ibu

jarang mengurus anaknya dan selalu memukulnya demikian keras

sehingga bekasnya tidak hilang selama berhari-hari. Sang ibu hidup dalam

kemiskinan di suatu pusat kota dan ia adalah pengagguran. Ia tidak sadar

bagaimana stres hidupnya sendiri berdampak terhadap perilaku

pengasuhan bagi anak-anaknya.

Gambaran 2

Seorang ibu berusia 28 tahun sedang berjalan-jalan dengan

putrinya yang berusia 4 tahun. Mereka sednag mempercakapkan

Page 9: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

perkembangan prasekolah putrinya. Sementara perckapan berlanjut terus,

mereka saling melempar senyum berkali-kali ketika sang putri

menceritakan kegiatan-kegiatan yang ia lakukan. Setelah mereka tiba di

rumah, sang ibu memberi tahu ibunya bahwa ia sayang padanya dan

memberinya satu pelukan erat. Sang ibu tinggal di suatu pinggiran kota

yang secara ekonomis menguntungkan, dan prasekolah yang dimasukki

oleh putrinya menduduki peringkat yang tinggi. Sang ibu melaporkan

bahwa ia benar-benar menikmati kebersamaan dengan putrinya dan senang

merencankan hal-hal yang menyenangkan baginya untuk dikerjakan.

Dalam kedua gambaran tersebut jika kita tinjau memiliki perbedaan yang

berbanding terbalik. Pada gambaran pertama ibu anak laki-laki kecil tadi

sedang mengalami belitan kemiskinan, yang menghambat kemampuannya

dalam mengasuh anaknya secara tidak efektif. Pada gambaran kedua, ibu

dan putrinya memiliki hubungan yang hangat dan menyenangkan. Dalam

bab ini kita akan mempelajari tipe gaya pengasuhan yang berbeda dan

bagaimana gaya pengasuhan itu mempengaruhi perkembangan anak. Kita

juga akan menjelajahi dimensi lain dari keluarga tempat anak-anak hidup,

bersama dengan relasi teman sebaya, permainan, telivisi, diri, gender, dan

perkembangan moral.

B.1.1 Keluarga

Keluarga sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu

yang berinteraksi yang saling bersosialisasi dan saling mengatur.

Gaya Pengasuhan

a. Pengasuhan yang otoriter (authoritation parenting)

Adalah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut

anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan

menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter

menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang

Page 10: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

yang besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah).

Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial

anak-anak.

Misalnya : seorang orang tua yang otoriter mungkin mengatakan,

“Kau lakukan itu sesuai dengan perintahku atau tidak sama sekali.

Tidak usah banyak bicara!” Anak-anak yang orang tuanya otoriter

seringkali cemas akan perbandingan sosial, gagal memprakarsai

kegiatan, dan memiliki ketrampilan komunikasi yang rendah.

b. Pengasuhan yang otoritatif (authorithative parenting)

Mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan

batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.

Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua

memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak.

Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial

anak-anak.

Misalnya : orang tua yang otoritatif mungkin melingkarkan

lengannya kepada anak dengan cara yang baik dan berkata, “Kau

tahu kau seharusnya tidak boleh melakukan hal itu, ayo kita bicara

bagaimana kau dapat mengatasi situasi seperti ini lebih baik di

masa yang akan datang.” Anak- anak yang mempunyai orang tua

yang otoritatif berkompeten secara sosial, percaya diri, dan

bertanggung jawab secara sosial.

c. Pengasuhan yang premisif (permissive parenting)

Pengasuhan yang premisif terjadi dalam dua bentuk permissive-

indifferent dan permissive-indulgent (Maccoby & Martin, 1983).

Pengasuhan yang permissive-indifferent

Adalah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat

dalam kehidupan anak, tipe pengasuhan ini diasosiasikan

Page 11: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

dengan inkompetensi sosial anak, khusunya kurang kendali

diri.

contoh : orang tua ini tidak dapat menjawab pertanyaan,

“Ini sudah jam 10 malam. Kau tahu dimana anak kita?”

Anak-anak yang orang tuanya bergaya permissive-

indifferent mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-

aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada

mereka. Akibatnya mereka memperlihatkan kendali diri

yang buruk dan tidak membangun kemandirian dengan

baik.

Pengasuhan yang permissive-indulgent

Adalah suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat

terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi

menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka.

Pengasuhan yang permissive-indulgent diasosiasikan

dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya

kendali diri.

Contoh : orang tua dengan gaya pengasuhan yang

permissive-indulgent membiarkan anak-anak mereka

melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya

anak-anak tidak pernah belajar mengendalikan perilaku

mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan mereka

dituruti. Anak-anak yang orang tuanya permissive-

indulgent jarang belajar menaruh hormat pada orang lain

dan mengalami kesulitan mengendalikan perilaku mereka.

Keluarga yang Berubah

Keluarga yang berubah menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan perhatian

yang lebih besar atau banyak. Berikut ini yang termasuk keluarga yang

berubah :

a. Ibu-ibu bekerja

Page 12: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Suatu pengalaman-pengalaman umum ibu-ibu bekerja adalah perasaan

bersalah karena jauh dari anak-anaknya. Perasaan bersalah itu dapat

diperparah oleh orang tua yang kehilangan anaknya, yang kuatir bahwa

anaknya akan kehilangan mereka, yang prihatian akan implikasi-implikasi

bekerja, kuatir akan pengaruh jangka panjang bekerja. Perasaan bersalah

orang tua bekerja dapat juga dikurangi bila orang tua mulai memberi

perhatian yang lebih besar terhadap bagaimana keadaan anak-anak

mereka.

b. Perceraian

Ada 2 model yang menjelaskan bagaimana perceraian mempengaruhi

perkembangan anak.

Model struktur keluarga

Menyatakan bahwa setiap perbedaan-perbedaan yang terdapat pada

anak-anak dari struktur keluarga yang berbeda adalah disebabkan oleh

variasi-variasi struktur keluarga, seperti tidak adanya ayah dalam

suatu keluarga.

Model faktor ganda perceraian

Mempertimbangkan kompleksitas konteks perceraian dan menguji

sejumlah pengaruh terhadap perkembangan anak, yang meliputi tidak

hanya struktur keluarga tetapi juga kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

kelamahan anak sebelum perceraian, hakekat peristiwa-peristiwa yang

mengitari perceraian itu sendiri, tipe pengasuhan anak yang diberikan,

pola-pola kunjungan, status sosial ekonomi, dan keberfungsian

keluarga setelah perceraian.

c. Orang tua yang depresi

Ibu-ibu depresi memperlihatkan tingkat perilaku yang lebih lambat dan

afeksi yang kecil, melakukan strategoi kontrol yang kurang kuat terhadap

anak-anaknya, dan kadang-kadang memperlihatkan tindakan yang

bermusuhan dan negatif terhadap anak-anaknya.

Page 13: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

B.2.1 Teman Sebaya

Ketika anak-anak semakin besar, mereka semakin banyak

meluangkan waktu dengan kawan-kawan sebanyaknya, yaitu anak-anak

yang kurang lebih berusia atau memiliki level kematangan yang sama.

Fungsi terpenting dari kelompok kawan sebaya adalah menyediakan

sumber informasi dan sumber perbandingan mengenai dunia di luar

keluarga. Anak-anak menerima umpan balik mengenai kemampuannya

dari kelompok sebaya. Anak-anak mengevaluasi hal-hal yang mereka

lakukan sebagai sesuatu yang lebih baik, sama baik, atau lebih buruk,

dibandingkan yang dilakukan oleh anak-anak lain. Dengan teman-teman

sebaya, anak-anak belajar merumuskan dan menegaskan pendapat mereka

sendiri, menghormati pandangan teman-teman sebaya, berkerja sama

mencari solusi atas ketidaksetujuan, dan membangun standar-standar

perilaku yang dapat diterima bersama. Penilaian-penilaian semacam ini

sulit dilakukan di rumah karena saudara-saudara kandung mereka biasanya

lebih tua atau lebih muda.

Perubahan perkembangan ketika berusia 3 tahun anak-anak lebih

memilih menghabiskan waktunya dengan kawan-kawan sesama gender

dibandingkan dengan lawan jenis. Pada anak-anak prasekolah interaksi

dengan kawan sebaya banyak diwarnai dengan sekedar bercakap-cakap

mengenai hal-hal seperti “ berunding, berdebat, dan menyepakati aturan-

aturan dalam bermain (Rubin, Bukowski, & Parker, 2006).

Sahabat, bagi sebagian anak-anak awal seorang sahabat adalah orang

yang diajak bermain. Anak-anak prasekolah lebih cenderung memiliki

sahabat berbeda gender (Howes, 2009).

Bermain

Page 14: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Bermain merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang

dilakukan demi aktivitas itu sendiri , bermain memiliki berbagai fungsi

dan bentuk.

Fungsi bermain, bermain penting bagi perkembangan kognitif dan

sosioemosi anak-anak.

Menurut Freud dan Erikson, bermain membantu anak dalam

mengatasi kecemasan dan konflik-konfliknya. Karena ketegangan dapat

diredakan melalui aktivitas bermain, anak dapat mengatasi masalah-

masalah hidup. Bermain memungkin anak untuk mengeluarkan kelebihan

energi dan melepaskan ketegangan yang tertahan

Bermain juga merupakan konteks penting dalam perkembangan

kognitif. Baik Piaget maupun Vygotsky menyimpulkan bahwa bermain

adalah pekerjaan anak-anak. Piaget (1962) mengatakan bahwa

perkembangan kognitif anak-anak membatasi cara mereka bermain.

Vygotsky (1962) ia secara khusus tertarik didalam aspek-aspek simbolik

dan aspek pura-pura dari kegitan bermain, misalnya ketika seorang anak

memperlakukan sebuah tongkat sebagai seekor kuda kemudian

mengendarai tongkat itu.

Tipe-tpe permainan anak yang banyak dipelajari adalah permainan

sensorimotor serta permainan praktis, permainan pura-pura/ simbolik,

permainan sosial, permainan konstruktif, dan games (Bergen, 1988).

a. Permainan sensorimotor

Perilaku yang dilakukan bayi para bayi untuk memperoleh

kenikmatan dari melatih skema sensorimotor mereka.

b. Permainan praktis

Kegiatan bermain yang melibatkan pengulangan dari tingkah laku,

yang terjadi ketika sejumlah ketrampilan baru sedang dipelajari, atau

ketika anak dituntut untuk memiliki kekuasan fisik atau mental dan

mengoordinasi ketrampilannya yang diperlukan untuk games atau

olahraga.

c. Permainan pura-pura /simbolik

Page 15: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Kegitan bermain anak mengubah lingkungan fisik menjadi sebuah

simbol.

d. Permainan sosial

Kegiatan bermain yang melibatkan interkasi sosial dengan kawan-

kawan sebaya.

e. Permainan konstruktif

Bermain yang mengkombinasikan aktivitas sensorimotor dengan

aktivitas repetitif ide-ide simbolik. Bermain konstriktif terjadi ketika

anak-anak terlibat didalam kreasi yang bersifat regulasi-diri atau

didalam konstruksi dari sebuah produk atau sebuah solusi masalah.

f. Games

Aktivitas yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, memiliki

aturan-aturan, dan sering kali bersifat kompetitif dengan satu individu

lain atau lebih.

Televisi

Televisi dapat memberikan dampak negatif terhadap anak-anak

karena televisi membuat anak-anak menjadi pelajar yang pasif, melalaikan

pekerjaan rumah, megajarkan stereotip, menyediakan model-model yang

agresif, dan menyajikan tayangan-tayangan yang tidak realistis mengenai

dunia. Meskipun demikian, televisi dapat memberikan dampak positif bagi

perkembangan anak-anak melalui penayangan program-program

pendidikan yang dapat memotivasi, serta menyediakan model-model dari

perilaku prososial.

Efek televisi terhadap agresi anak , ketika anak-anak dalam sebuah

eksperimen, anak-anak prasekolah secara acak dimasukkan dalam dua

kelompok : satu kelompok menonton film kartun dengan kekerasan;

kelompok kedua menonton tayangan televisi yang kekerasannya sudah

dihilangkan. Anak-anak kemudian di observasi selama bermain di

prasekolahnya. Siswa-siswa prasekolah yang menonton tayangan

kekerasan di film kartun lebih sering menendang , mencekik, dan

Page 16: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

kekerasan. Kita dapat menyimpulkan bahwa paparan kekerasan di televisi

dapat menyebabkan peningkatan agresi anak-anak dalam penelitian ini.

Dampak televisi terhadap perilaku prososial anak-anak, peneliti

menemukan bahwa ketika anak-anak memnonton perubahan sosial yang

positif diaman anak-anak diajarkan menggunakan ketrampilan sosial

dalam fil Sesame street, anak-anak akan meniru perilaku sosial yang

positif ini (Bryant, 2007).

B.3.1 Perkembangan Emosi dan Kepribadian

Di masa kanak-kanak awal, perkembangan sosio-emosi anak-anak

kecil ditandai oleh sejumlah perubahan. Perkembangan pikiran serta

pengalaman emosi yang terjadi menghasilkan kemajuan yang nyata dalam

perkembangan diri, kematangan emosi, pemahaman moral, serta kesadaran

gender.

Diri (Self)

Menurut teori Erikson, masa kanak-kanak awal merupakan suatu

periode di mana perkembangan yang berlangsung melibatkan penyelesaian

konflik inisiatif versus rasa bersalah. Pemahaman-diri yang sederhana dari

para bayi yang baru belajar berjalan berkembang menjadi representasi diri

dari anak-anak prasekolah dalam hal gambaran tubuh, kepemilikan

material, dan aktivitas fisik.

Perkembangan Emosi

Di masa kanak-kanak awal, rentang emosi anak-anak kecil meluas

seiring dengan meningkatnya pengalaman emosi-emosi sadar-diri seperti

bangga, mal, dan rasa bersalah. Anak-anak usia dua dan tiga tahun

menggunakan lebih banyak istilah untuk mendeskripsikan emosi dan lebih

banyak belajar mengenai berbagai penyebab dan konsekuensi dari

perasaan. Pada usia 4 hingga 5 tahun, anak-anak memperlihatkan

peningkatan kemampuan untuk mereflesikan emosi-emosi dan memahami

Page 17: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

bahwa sebuah kejadian tunggal dapat membangkitkan emosi –emosi yang

berbeda pada orang-orang yang berbeda. Mereka juga memperlihatkan

peningkatan kesadaran dari kebutuhan mengelola emosi-emosi untuk

memenuhi standard sosial. Para orang tua yang melatih-emosi memiliki

anak-anak yang lebih efektif dalam meregulasi-diri berkaitan dengan

emosi-emosinya, dibandingkan dengan para orang tua yang menolak-

emosi. Regulasi emosi memainkan perasaan penting bagi keberhasilan

menjalin relasi dengan kawan sebaya.

Perkembangan Moral

Perkembangan moral melibatkan pikiran, perasaan, dan tindakan,

dalam mempertimbangkan kaidah-kaidah serta peraturan-peraturan

mengenai apa yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi

dengan orang lain. Teori psikoanalitik Freud menekankan pentingnya

perasaan dalam perkembangan superego, cabang moral dari kepribadian.

Dalam pandangan Freud, superego berkembang melalui identifikasi

dengan orang tua yang berjenis kelamin sama, dan anak-anak

menyesuaikan diri dengan standard sosial agar terhindar dari rasa bersalah.

Gender

Gender merujuk pada dimensi sosial dan psikologis dari menjadi

pria atau wanita. Pada sebagian besar anak, identitas gender diperoleh

ketika anak mencpai usia 3 tahun. Sebuah peran gender merupakan

seperangkat ekspektasi yang menentukan bagaimana para wanita , atau

para pria seharusnya berpikir, bertindak, dan merasa.

C. Perkembangan Sosioemosi di Masa Kanak-kanak Pertengahan dan

Akhir

Selama masa kanak-kanak menegah dan akhir, kehidupan sosial dan

emosional anak-anak mengalami banyak perubahan. Mereka mengalami

Page 18: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

transformasi dalam berelasi dengan orang tua dan kawan-kawan sebaya,

dan sekolah juga memperkaya kehidupan akedemik mereka. Di samping

itu mereka juga mengalami perkembangan yang penting dalam bidang

konsepsi-diri, penalaran moral, dan perilaku moral.

C.1.1 Perkembangan emosi dan Kepribadian

Dalam bagian ini akan mengekplorasi perkembangan diri selama

masa kanak-kanak pertengahan dan akhir serta perubahan emosi yang

terjadi di tahun-tahun tersebut.

Diri

Perkembangan pemahaman diri, anak usia 8-11 tahun lebih besar

cenderung mendeskripsikan mereka sendiri sebagai “popular, baik, suka

membantu, kejam, dan cerdas”. Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-

anak cenderung lebih mengenali aspek-aspek sosial dari dirinya.

Pemahaman-diri anak-anak di tahun-tahun sekolah dasar juga

ditandai dengan meningkatnya kecenderungan mereka untuk melakukan

perbandingan sosial. Anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi berpikir

mengenai apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan, melainkan

cenderung berpikir apa yang dpat dilakukannya dibandingkan dengan yang

dapat dilakukan oleh anak lain.

Singkatnya, di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, deskripsi-

diri semakin melibatkan karakteristik sosial dan psikologis, termasuk

perbandingan sosial.

Memahami orang lain, di masa kanak-kanak pertengahan dan

akhir, anak-anak menunjukan peningkatan dalam pengambilan perspektif,

yaitu kemampuan untuk mengamsumsi perspektif orang lain serta

memahami pikiran dan perasaannya. Di masa kanak-kanak pertenghan dan

akhir, anak-anak juga lebih merasa skeptis terhadap kalim anak lain. Di

masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, anak-anak menjadi semakin

skeptis terhadap beberapa sumber informasi tentang sikap psikologis.

Page 19: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Contoh, dalam sebuah penelitian terhadap anak usia 10-11 tahun, mereka

cenderung akan menolak laporan diri anak lain bahwa anak itu cerdas dan

jujur dibanding ketika berusia 6-7 tahun

Penghargaan-Diri dan konsep-diri merujuk pada evaluasi global

mengenai diri; penghargaan-diri disebut juga martabat-diri atau citra-diri.

Contoh, seorang anak mungkin dapat melihat dirinya tidak hanya sebagai

seorang pribadi, namun seorang pribadi yang baik. Ada empat cara yang

dapat ditempuh untuk meningkatkan penghargaan-diri, yaitu :

a. Mengidentifikasi penyebab rendahnya penghargaan diri

b. Menyediakan dukungan sosial dan persetujuan sosial

c. Membantu anak-anak meriah sesuatu

d. Membantu anak mengatasi tantangan atau masalah yang di hadapi

Konsep-diri merujuk pada evaluasi mengenai bidang-bidang

menentu dari diri. Anak-anak dapat membuat evaluasi-diri di berbagai

bidang kehidupannya-akademik, atletik, penampilan, dan seterusnya.

Self-Efficacy keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai sebuah

situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Self-Efficacy

adalah keyakinan bahwa “Saya bisa”; ketidakberdayaan adalah keyakianan

bahwa “Saya tidak bisa”. Para siswa dengan Self-Efficacy yang tinggi

akan menggunakan pernyataan seperti “Saya tahu bahwa saya akan

disampaikan di kelas ini” dan”Saya berharap mampu menyelesaikan

aktivitas ini dengan baik”.

Regulasi diri salah satu aspek penting dari diri di masa

perkembangan anak-anak pertengahan dan akhir adalah meningkatnya

kapasitas bagi regulasi-diri. Dicirikan dengan usaha mengelola perilaku,

emosi, dan pikiran, yang menghasilkan kompetensi sosial dan pencapaian.

Perkembangan emosi

Perubahan perkembangan dalam emosi dapat menyangkut :

pemahaman terhadap emosi-emosi yang kompleks seperti bangga dan

malu, mendeteksi bahwa ada lebih dari sebuah emosi yang dapat dialami

Page 20: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

di dalam sebauh situasi khusus, mempertimbangkan lingkungan yang

dapat dialami di dalam sebuah situasi khusus, mempertimbangkan

lingkungan yang dapat menggiring pada reaksi emosional, memperbaiki

kemampuan menekan dan mengungkapakan emosi-emosi negatif, serta

penggunaan inisisatif-diri untuk mengarahkan kembali perasaan-perasaan

yang ada.

Inteligensi emosional adalah bentuk inteligensi sosial yang

mencakup kemampuan memonitor perasaan dan emosinya sendiri dengan

orang lain, melakukan deskriminasi terhadap perasaan dan emosi tersebut,

serta menggunakan informasi ini untik mengarahkan pikiran dan tindakan

seseoarang. Goleman menyatakan bahwa inteligensi emosional mencakup

empat bidang : kesadarn diri emosional, mengelola emosi, membaca

emosi, mereka akan menggunakam strategi penanggulangan masalah dan

strategi kognitif yang lebih banyak.

Gender

Ditinjau dari dari sudut pandang perbedaan sosioemsional, secara

fisik pria lebih agresif dibandingkan wanita; sementara dibandingkan pria,

wanita meregulasi emosinya secara lebih baik dan lebih banyak terlibat

dalam tingkah laku prososial. Klasifikasi gender memfokuskan

perhatiannya pada seberapa maskulin, feminim, atau androginilah sesorang

itu. Androgini berarti memiliki karakteristik feminim dan maskulin yang

positif.

C.2.1 Keluarga

Menjelaskan perubahan perkembangan dalam relasi orang tua-anak,

orang tua sebgai manajer, serta perubhan sosial dalam keluarga.

Perubahan perkembangan dalam relasi orang tua anak

Dibandingkan di masa kanak-kanak awal, orang tua meluangkan

lebih sedikit waktu di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Ada

Page 21: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

berbgai isu-isu baru muncul dan berbagai perubahan dalam disiplin.

Orang tua sebagai manajer

Orang tua berperan penting sebagai manajer bagi kesempatan-

kesempatan yang dimiliki oleh anak, mengawasi perilaku anak, serta

inisiator dan pengaturan sosial. Para ibu cenderung lebih berperan dalam

peran pengasuhan ini daripada ayah.

Keluarga Tiri

Ketika orang tuanya bercerai, anak-anak yang tinggal di keluarga

tiri mengalami lebih banyak masalah penyesuaian diri dibandingkan anak-

anak yang tinggal di keluarga normal. Meskipun demikian, mayoritas

anak-anak tinggal di dalam keluarga tiri tidak memiliki masalah

penyesuaian diri.

C.3.1 Kawan-kawan Sebaya

Memiliki relasi positif dengan kawan sebaya sangat penting di

masa kanak-kanak pertengahan dan akhir.

Perubahan perkembangan

Beberapa perubahan perkembangan yang menyangkut relasi

dengan kawan-kawan sebayadi masa kanak-kanak pertengahan dan akhir

adalah : meningkatnya preferensi terhadap kelompok kawan yang berjenis

kelamin sama, meningkatnya waktu yang digunakan dalam interkasi

dengan kawan sebaya dan ukuran kelompok, serta berkurangnya supervisi

dari orang dewasa terhadap aktivitas kelompok.

Kognisi Sosial

Page 22: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Anak-anak yang populer sering kali dipilih sebagai kawan terbaik

dan jarang tidak disukai oleh kawan-kawannya. Anak-anak rata-rata

memperoleh angka rata-rata baik.

Status Kawan Sebaya

Para ahli perkembangan membedakan lima status kawan sebaya (Wentzel

& Asher, 1995):

a. Anak-anak yang popular (popular children)

Anak-anak yang sering kali dipilih sebgai kawan terbaik dan jarang

tidak disukai oleh kawan-kawannya.

b. Anak rata-rata (avarage children)

Memperoleh angka rata-rata untuk dipilih secara positif maupun

negatif oleh kawan sebaya.

c. Anak yang dibaikan (neglected children)

Anak-anak yang jarang dipilih sebagi kawan terbaik namun tidak

ditolak oleh kawan-kawannya.

d. Anak yang ditolak (rejected children)

Anak-anak yang jarang dipilih sebagai kawan terbaik seseorang dan

secara aktif tidak disukai oleh kawan-kawannya.

e. Anak yang kontroverdial (controversial children)

Anak-anak yang sering dipilih sebagai kawan terbaik seseorang dan

umumnya tidak disukai oleh kawan-kawannya.

Anak-anak yang ditolak dapat diajarkan untuk menilai secar lebih

efektif, apakah kawan-kawannya memiliki intensi negatif. Mereka dapaat

diminta melakukan bermain peran atau mendiskusikan situasi hipotesis

yang menggambarkan pertemuan negatif dengan kawan-kawan; misalnya

ketika kawan-kawan menjegalnya.

Bullying

Page 23: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Terdapat sejumlah anak-anak yang mengalami bullying dan hal ini

dapat memberikan dampak negatif jangka pendek dan jangka panjang pada

korban maupun pelaku.

Sahabat

Seperti halnya kawan-kawan orang dewasa, anak-anak yang saling

bersahabat cenderung satu sama lain. Persahabatan pada anak-anak

memiliki enam fungsi : kebersamaan, stimulasi, dukungan fisik, dukungan

ego, perbandingan sosial, dan intimasi/ afeksi.

C.4.1Sekolah

Anak-anak akan meluangkan banyak waktunya di sekolah sebagai

anggota dari masyarakat kecil; anak akan dihadapkan tugas-tugas yang

harus diselesiakan, orang-orang dimana dia harus belajar bersosialisasi,

aturan-aturan yang membatasi perilaku, perasaan, dan sikapnya.

Pendekatan Kontemporer terhadap pembelajaran siswa

Pendekatan kontemporer terhadap belajar siswa dapat meliputi

instruksi kontruktivitas (pendekatan yang berpusat pada pelajar) dan

instruksi langsung (pendekatan yang berpusat pada guru).

Status Sosiekonomi dan Entisitas

Anak-anak miskin banyak menghadapi rintangan untuk belajar di

sekolah maupun di rumah. Efek dari SES dan etnisitas di sekolah saling

bercampur-baur karena ada banyak sekolah AS yang dipisahkan. Salah

satu bentuk rintangan belajar yang dihadapi mereka adalah adanya

ekspektasi yang rendah terhadap anak-anak yang berasal dari etnik

minoritas.

BAB 3

Page 24: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

PENUTUP

Kesimpulan

Pada masa awal anak-anak, dunia sosioemosional anak-anak berkembang

untuk mencakup lebih banyak waktu luang bergaul dan bermain dengan teman-

teman sebaya. Dunia mereka menemukan tempat-tempat perlindungan baru dan

orang-orang baru, walaupun orang tua terud memainkan peran yang penting

dalam perkembangan meraka.

Perkembangan sosioemosional anak-anak berubah dengan berbagai cara

selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Perubahn-perubahan ini

melibatkan diri, gender, dan perkembangan moral ketika anank berinteraksi

dengan orang lain dalam konteks keluarga, teman-teman sebaya, dan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Kelompok5 Sosioemosional 1D PGSD

20

Santrock, W J. (2002). Edisi kelima Life-Span Development Perkembangan Masa

Hidup jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Santrock, W J.(2011).Edisi ketigabelas Life-Span Development Perkembangan

Masa Hidup jilid 1.Jakarta: Erlangga.