BUKU PEGANGAN INSTRUKTUR HANYA UNTUK DIPINJAMKAN MANUAL CSL SISTEM GEH Disusun oleh Tim Sistem GEH Manual CSL ini untuk dipergunakan oleh Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
MANUAL CSL
SISTEM GEH
Disusun olehTim Sistem GEH
Manual CSL ini untuk dipergunakan oleh Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
KATA PENGANTAR
Buku Manual CSL ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa Program Studi
Kedokteran dalam cara berpikir ilmiah, sistematis, dan juga dalam keterampilan
medis.
Di dalamnya terdapat manual CSL meliputi keterampilan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemasangan selang nasogastrik, rectal touch (colok dubur), dan
teknik pengambilan dan pengiriman usap dubur.
Terima kasih kepada FK UNHAS khususnya Tim Sistem GEH yang memberi
ijin untuk menggunakan buku ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tim Sistem GEH UMJ
SISTEM GEH 2
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………..…………………………………………….. 2Daftar Isi………………………………………………………………………. 3Tata tertib CSL……………………………………………………………….. 4Manual CSL
Keterampilan anamnesis ........................................................ 9 Pemeriksaan fisik ................................................................... 13 Pemasangan Selang Nasogastrik ......................................... 25 Rectal Touch (colok dubur) ...... ............................................. 27 Teknik Pengambilan dan Pengiriman Usap Dubur ................. 30
SISTEM GEH 3
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Mahasiswa yang melakukan praktek di Laboratorium Fak. Kedokteran UMJ, harus
mematuhi tata-tertib laboratorium, seperti di bawah ini.
A. Sebelum pelatihan/praktikum, mahasiswa diharuskan,
A. Membaca Penuntun Belajar Keterampilan Klinik Sistim atau Penuntun
praktikum yang bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan
yang akan dilakukan,
B. Menyediakan alat atau barang sesuai dengan petunjuk pada buku
Penuntun yang bersangkutan
A. Pada saat pelatihan, setiap mahasiswa:
1. Datang tepat waktu.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum/CSL
3. Diharuskan membuktikan jati dirinya selama latihan berlangsung
(tidak boleh memakai cadar=tutup muka).
4. Diharuskan berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik
dan sopan layaknya seorang dokter. Selama kegiatan pembelajaran, semua
semua mahasiswa tidak diperkenankan memakai celana jins, baju kaos (T
shirt), dan sandal. Mahasiswa pria yang berambut panjang sampai menyentuh
kerah baju, tidak diperkenankan mengikuti semua kegiatan pembelajaran di
Fak. Kedokteran UMJ.
5. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
6. Diharuskan mengenakan jas laboratorium yang bersih pada setiap
kegiatan di Laboratorium Fak. Kedokteran UMJ Bagi mahasiswi yang
berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.
7. Diharuskan memakai papan nama dengan tulisan besar dan jelas yang
disertai dengan No. Pokok Mahasiswa. Nama bisa dengan nama pendek atau
nama panggilan.
8. Tidak diperkenankan meletakkan di atas meja kerja, tas, buku dan lain-
lain barang yang tidak dibutuhkan dalam kegiatan latihan yang dilakukan,
SISTEM GEH 4
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
9. Diharuskan menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan
laboratorium, utamanya meja kerja. Buanglah sampah kering yang tidak
terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan sebagainya) pada tempat sampah
yang telah disediakan. Sampah yang telah tercemar (sampah medis), misalnya
kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi,
10. Diharuskan berpartisipasi aktif pada semua kegiatan
latihan/praktikum, termasuk mengikuti kuis,
11. Diharuskan memperlakukan model seperti memperlakukan manusia
atau bagian tubuh manusia
12. Diharuskan bekerja dengan hati-hati, karena semua kerusakan yang
terjadi karena ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang
bersangkutan. Misalnya model yang rusak harus diganti melalui Fak.
Kedokteran UMJ, yang dibiayai oleh mahasiswa yang merusak. Dana
pengganti sama dengan harga pembelian barang pengganti.
13. Tidak diperkenankan merokok di dalam ruangan belajar di lingkungan
Fak. Kedokteran UMJ.
SISTEM GEH 5
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIK
SISTEM GEH
Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UMJ
SISTEM GEH 6
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
MANUAL CSL
ANAMNESIS
۞
PEMERIKSAAN FISIK
۞
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK
۞
RECTAL TOUCH (COLOK DUBUR)
۞
TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN
USAP DUBUR
SISTEM GEH 7
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
PENGANTAR
Buku panduan skill lab. Sistem Gastroentero-hepatologi ini berisi 4 (empat)
ketrampilan utama, yaitu :
1. Anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan sistem
gastroenterohepatologi dimana penggalian riwayat penyakit sudah lebih
spesifik mengarah ke sistem gastroentero-hepatologi,
2. Ketrampilan pemeriksaan fisik dan ketrampilan diagnostik. Diharapkan
setelah selesai mengikuti kegiatan ketrampilan klinik ini, mahasiswa
mampu melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik sehubungan
sistem ini secara berurutan serta mengetahui keadaan normal ataupun
abnormal dari sistem ini.
3. Teknik pemasangan pipa nasogastrik dan pemeriksaan rektum (colok
dubur), yang tekniknya diperlihatkan dalam bentuk audio-visual
sehubungan dengan keterbatasan media yang ada pada saat ini.
Buku panduan ini selain memuat panduan belajar langkah-langkah melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ketrampilan klinik lain, juga berisi daftar tilik
sebagai lembar penilaian dari instruktur terhadap mahasiswa sebagai penilaian akhir
serta membantu dalam menilai kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatih.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyusunan buku panduan ini.
Tim Sistem GEH
SISTEM GEH 8
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
Pengertian
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu dilakukan
komunikasi antara dokter (pemeriksa) dan pasien yang disebut sebagai anamnesis.
Kegiatan ini sangat penting sebagai langkah awal yang dapat membantu pemeriksa
dalam mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien
yang diambil dengan teliti akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu
penyakit. Banyak macam keluhan yang diajukan oleh seorang penderita sistem
saluran cerna. Walaupun demikian tidak selalu keluhan-keluhan mengenai perut yang
berhubungan dengan kelainan pada saluran cerna, sehingga diperlukan suatu
kesabaran dalam mengambil anamnesis dari seorang pasien.
Pada sistem Gastro Entero Hepatologi (GEH), pemeriksaan fisik secara umum
terutama pemeriksaan fisik abdomen yaitu inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.
Pemeriksaan fisik abdomen bertujuan untuk mengetahui gambaran normal abdomen
dan organ-organ intra abdomen. Pemeriksaan fisik abdomen juga bertujuan
mengidentifikasi gambaran abnormal abdomen, misalnya bunyi usus meningkat, ileus,
bruit pada arteri renalis atau aorta, pembesaran hepar dan lien, masa intra abdomen,
atau adanya asites, dan lain lain.
Keterampilan diagnostik lain yang diperlukan pada sistem GEH meliputi
pemeriksaan rektum (colok dubur) dan pemasangan pipa nasogastrik (Nasogastric
tube / NGT). Diharapkan dengan menguasai pemeriksaan fisik abdomen dengan baik,
mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dengan benar.
Indikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi dilakukan untuk :
1. Mendapatkan data klinis (gejala dan tanda) dari pasien dengan keluhan pada
sistem GEH
2. Menegakkan diagnosis kerja berdasarkan data klinis yang didapatkan
3. Merencanakan tindak lanjut pada pasien tersebut, meliputi rencana diagnostik
dan tatalaksana selanjutnya
4. Mengevaluasi dari tatalaksana yang diberikan
5. Digunakan sebagai standar pelayanan paripurna terhadap pasien
6. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
7. Mengetahui perkembangan serta kemajuan tatalaksana pada pasien
SISTEM GEH 9
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi secara berurutan dan mampu mengetahui
keadaan normal dan abnormal, dan mampu menganalisis data yang didapat sebagai
dasar untuk menegakkan diagnosis.
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan komunikasi / anamnesis dengan pasien secara lengkap
2. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi secara
cermat dan sesuai dengan prosedur.
4. Mengetahui dan mengidentifikasi gambaran normal dan abnormal abdomen
dan organ organ intra abdomen.
Media dan alat bantu pembelajaran :
- Daftar panduan belajar anamnesis dan pemeriksaan fisik
gastroenterohepatologi
- Stetoskop, handscoen (sarung tangan), pipa nasogastrik
- Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan
- Status penderita, pena
- Audio-visual
Metode pembelajaran :
1. Melihat video pemeriksaan fisik abdomen
2. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
3. Ceramah
4. Diskusi
5. Partisipasi aktif dalam skill lab. (simulasi)
6. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
SISTEM GEH 10
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
Deskripsi kegiatan
Kegiatan Waktu Deskripsi1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya &
jawab
30menit 1. mengatur posisi duduk mahasiswa dua orang instruktur, 1 sebagai dokter & 1 sebagai pasien memberikan contoh bagaimana cara melakukan anamnesa lengkap. Mahasiswa menyimak / mengamati.
2. memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan instrukstur memberikan penjelasan tentang aspek-aspek yang penting.
3. kegiatan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada manikin atau probandus.
4. mahasiswa dapat memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dan instruktur menanggapinya
3. Praktek bermain peran
dengan umpan balik
100 menit 1. mahasiswa dibagi menjadi pasangan – pasangan, seorang mentor diperlukan untuk mengamati 2 pasang mahasiswa.
2. setiap pasangan berpraktek, 1 orang sebagai dokter (pemeriksa) dan 1 orang sebagai pasien secara serentak.
3. mentor memberikan tema khusus atau keluhan utama kepada pasien dan selanjutnya “dokter” melakukan anamnesis “pasien” dan membuat kesimpulan awal berdasarkan data yang didapatkan.
4. mentor berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan daftar tilik.
5. setiap mahasiswa paling sedikit berlatih 1 kali
4. Curah pendapat / diskusi 15menit 1. curah pendapat / diskusi : apa yang dirasakan mudah atau sulit ? menanyakan bagaimana perasaan mahasiswa yang berperan sebagai
SISTEM GEH 11
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
pasien. Apa yang dilakukan oleh dokter agar pasien merasa nyaman? Bagaimana kesimpulan hasil anamnesis?
2. instruktur menyimpulkan dengan menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengerti
Total waktu 150 menit
PENUNTUN BELAJAR SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
A. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA No. LANGKAH KLINIK Kasus1. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat
tangan2. Mempersilakan duduk berseberangan / berhadapan3. Menciptakan suasana membantu dan menyenangkan4. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan5. Menanyakan keluhan utama (muntah darah) dan menggali
riwayat penyakit saat ini.Tanyakan :- onset dan durasi muntah darah : sejak kapan dan bagaimana
timbulnya- bentuk, warna dan jumlah muntah darah : bergumpal,
bercak-bercak, merah segar, merah tua atau seperti kopi- gejala lain yang berhubungan :
• nyeri epigastrium atau rasa tidak enak pada epigastrium, nyeri abdomen, rasa tertarik pada perut
• perdarahan pada hidung• buang air besar warna hitam / melena
6. - menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan : sirosis, riwayat tukakpeptik/gastritis (riwayat endoskopi), kanker, koagulopati, pernah dilakukan operasi untuk tukak peptik
- riwayat kebiasaan : minum alkohol, menggunakan obat non-steroid antiinflamasi atau jamu, minum yang bersifat korosif
- riwayat keluarga : penyakit yang diderita menyebabkan perdarahan (misalnya sirosis hepatis / ulkus peptikum)
7. Membuat kesimpulan sementara / diagnosis kerja dari hasil anamnesis
B. PEMERIKSAAN FISIK GASTROENTEROHEPATOLOGI
Abdomen dapat dibagi dalam 4 kuadran atau 9 regio, lihat gambar 1. Pada pemeriksaan fisik abdomen, lakukan inspeksi, auskultasi lebih dahulu, kemudian perkusi dan palpasi.
SISTEM GEH 12
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
Gambar 1. Pembagian Kuadran dan Regio Abdomen. RUQ: Right Upper quadrant, LUQ: Left Upper Quadrant, RLQ: Right Lower Quadrat, LLQ: Left Upper Quadrant
1. InspeksiNo. LANGKAH KLINIK Kasus1. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya yg
cukup meliputi kaki sampai kepala, atau meliputi abdomen2. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien3. Inspeksi kulit (skar, striae, vena), umbilikus (hernia / inflamasi),
buldging lokal (area inguinal dan femoral). 4. Inspeksi kontur abdomen, simetris, peristaltik atau pulsasi yang
tampak, pembesaran organ yang mungkin tampak.5. Melihat distensi abdomen : obesitas, distended, asites yang
masif, kehamilan, feses (stoma) dan massa / tumor / benjolan6. Catat hasil inspeksi
2. AuskultasiNo. LANGKAH KLINIK Kasus1. Penderita diminta rileks 2. Letakkan diafragma stetoskop pada abdomen, dengarkan bising
usus (peristaltik), catat frekuensi dan karakternya. Bising normal terdiri dari “klik dan gemuruh” dengan frekuensi sekitar 5 – 34 X / menit. Karena bising usus disebarkan secara merata, bising usus dapat didengarkan di kuadran kanan bawah, biasanya sudah cukup. Bising usus abnormal misalnya borborygmi (suara gemuruh yang lebih panjang)
Bising usus abnormal dapat ditemukan pada kasus diare, ileus obstruktif, ileus paralitik, atau peritonitis
SISTEM GEH 13
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
Gambar 2. Bunyi pada abdomen
3. Jika pasien adalah penderita Hipertensi, dengarkan bruit di regio epigastrium dan di setiap kuadran atas. Bruit sistolik di regio epigastricum dapat ditemukan pada orang normal
4 Jika mencurigai tumor hepar, infeksi hepar, atau infark spleen, dengarkan di atas hepar atau spleen friction rub.
7. Catat hasil auskultasi
3. PerkusiNo. LANGKAH KLINIK Kasus1. 1. Menilai jumlah dan distribusi gas dalam abdomen, dan
mengidentifikasi kemungkinan masa solid atau cairan. 2. Digunakan untuk memperkirakan ukuran hepar atau spleen
(didiskusikan tersendiri). 3. Lakukan perkusi ringan pada keempat kuadran untuk
menilai distribusi tympany (gas) dan dullness / pekak/ redup (masa atau cairan / feses).
4. Jika menemukan area pekak yang mengindikasikan masa, penemuan ini akan memandu pada saat palpasi.
4. Palpasi
No. LANGKAH KLINIK KasusPasien diminta melakukan fleksi panggul dan lutut
1. Palpasi Ringan. Merasakan abdomen secara lembut dapat membantu mengidentifikasi nyeri abdomen, tahanan otot (spasme otot), dan organ atau massa yang mungkin teraba.
2. Tangan dan lengan dalam posisi horisontal, dengan jari-jari merapat dan rata, letakkan di atas abdomen, palpasi dengan ringan, lembut dengan gerakan menekan. Berikan rasa nyaman dan rileks pada pasien. Lakukan palpasi ringan pada keempat kuadran abdomen
3. Identifikasi: Adanya organ atau masa superfisial yang teraba dan Area yang nyeri tekan atau adanya spasme otot (involunter
atau volunter). Untuk membedakan, lakukan berbagai manuver rileks, pasien diminta bernafas lewat mulut dengan rahang terbuka.
Spasme otot yang involunter biasa ditemukan pada inflamasi peritoneal (spasme otot tetap positif meskipun dengan manuver
SISTEM GEH 14
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
rileks. 4. Palpasi dalam. Gunakan dengan permukaan palmar jari jari,
rasakan pada keempat kuadran. Identifikasi: Adanya masa dan catat lokasi, ukuran, permukaan,
konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitas seiring dengan nafas.
Kaitkan penemuan pada palapsi dengan perkusinya.
6. Pengkajian inflamasi peritoneum. • Sebelum palpasi, minta pasien untuk batuk dan menentukan
lokasi yang sakit saat batuk, kemudian palpasi dengan lembut dengan satu jari pada lokasi yang sakit.
• Perkusi ringan pada lokasi yang sama, akan menimbulkan nyeri. Manuver ini diperlukan untuk menentukan area inflamasi peritoneum.
• Jika tidak timbul nyeri, cari adanya “rebound tenderness”. Tekan secara mantap dan pelan dengan jari tangan kemudian lepas secara tiba tiba. Lihat dan dengarkan respon nyeri. Jika nyeri lebih terasa pada saat dilepass artinya rebound tenderness positif.
Nyeri perut dan nyeri tekan terutama ketika dihubungkan dengan spame otot, dicurigai inflamasi peritoneum.
5. PEMERIKSAAN HEPARPerkusi. Pengukuran panjang vertikal pekak (dullness) hepar di linea mid klavikularis kanan. Tentukan batas atas hepar. Lakukan perkusi ringan dari area
resonan paru ke caudal ke arah hepar, dan tentutan batas atas pekak hepar di linea mid klavikularis kanan.
Tentukan batas bawah hepar. Lakukan perkusi ringan dari area timpani ke proksimal ke arah hepar, dan tentukan batas bawah pekak hepar di linea mid klavikularis kanan.
Ukur dalam sentimeter jarak antara 2 titik _panjang vertikal pekak hepar_
Penurunan pekak pekak hepar menunjukkan ukuran hepar kecil. Efusi pleura kanan atau konsolidasi paru jika berdekatan dengan hepar (pekak), peningkatan ukuran pekak hepar palsu. Gas kolon menyebabkan suara timpani kuadran kanan atas, penurunan ukuran pekak hepar palsu.
Gambar 3. Perkusi untuk menentukan batas atas dan bawah pekak hepar.
SISTEM GEH 15
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
Palpasi Tempatkan tangan kiri di belakang pasien, sejajar dengan dan
menopang kosta 11 dan 12 kanan. Ingatkan pasien untuk santai. Dengan menekan tangan kiri ke depan, hepar akan lebih mudah teraba oleh tangan kanan.
Tempatkan tangan kanan di bagian perut kanan pasien lateral m. rektus, dengan ujung jari di bawah batas bawah pekak hepar.
(Beberapa pemeriksa menggunakan jari jari bergerak ke arah proksimal, sementara pemeriksa yang lain lebih memilih posisi agak lebih miring, seperti yang ditunjukkan pada halaman berikutnya)
Minta pasien bernafas dalam, rasakan tepi hepar saat jari jari tangan menyentuh tepi hepar, ringankan tekanan sehingga hepar mengenai permukaan jari jari dan rasakan permukaan anteriornya. Catat adanya nyeri tekan. Jika teraba semua, tepi hepar normal adalah lembut, tajam dan reguler. Permukaannya halus. Hepar normal mungkin sedikit nyeri tekan.
Pada saat inspirasi, hepar dapat teraba 3 cm dibawah tepi kosta kanan di linea mid klavikularis.
dicurigai kelainan hepar jika ditemukan gambaran sbb: Hepar Firmness atau keras, tepi tumpul dan kontour yang iregulerKandung Empedu yang distended membentuk suatu masa oval terletak dibawah tepi hepar dan menempel
Gambar 4. Palapasi hepar
SISTEM GEH 16
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
6. PEMERIKSAAN SPLEEN
11. Ketika spleen membesar, meluas ke depan bawah dan ke
medial, sering menutupi timpani dari gaster dan kolon menjadi organ solid yang pekak
2. Teraba pada tepi bawah kosta kiri. Perkusi tidak dapat mengkonfirmasi pembesaran spleen tetapi dapat meningkatkan kecurigaan pembesaran
2
Gambar 5. Spleen
3 Tangan kiri berada di bawah kosta kiri, menopang dan
menekan kosta kiri terbawah ke anterior dan tangan kanan berada di tepi bawah kosta kiri menekan ke proksimal ke arah spleen.
Dimulai dengan palpasi sedikit lebih kaudal dari tepi kosta kiri, memungkinkan meraba spleen yang membesar. Minta pasien untuk bernafas dalam dan rasakan ujung atau tepi spleen.
Catat adanya nyeri tekan, kontur spleen, dan ukur panjang spleen dari tepi bawah kosta sampai dengan ujung spleen.
4
Gambar 6. Palpasi Spleen
SISTEM GEH 17
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
7. PEMERIKSAAN KHUSUS ASITES
No. LANGKAH KLINIK Kasus1. Shifting dullness :
- Perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah lateral, tentukan batas bunyi timpani dan redup
- Meminta pasien berbaring pada posisi lateral- Ascites (+) bila terjadi perubahan bunyi dari tympani
ke redup pada lokasi yang sama
2. Fluid Wave (undulasi test) : - tangan pemeriksa atau tangan pasien sendiri diletakkan
di bagian tengah abdomen secara vertikal- Menekan tangan tersebut pada dinding abdomen- Mengetuk salah satu pinggang, sementara tangan yang
satu mempalpasi sisi yang lainMerasakan ada tidaknya gelombang cairan
3 Puddle sign :- pasien berbaring dengan prone posisi (tiarap) selama 5
menit dengan siku dan lutut naik- diafragma stetoskop diletakkan pada bagian tengah
bawah perut- Pemeriksa kemudian mendengarkan suara yang dibuat
oleh jari-jari yang diketukkan pada sisi lateral abdomen
- Ketukan jari dilanjutkan terus sambil sementara steteskop digerakkan menjauhi pemeriksa
- Apabila pinggiran dari kumpulan (puddle) cairan dicapai, intensitas suara akan lebih keras
SISTEM GEH 18
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN KOMUNIKASI/ANAMNESIS
No.
LANGKAH KLINIK SKOR
1 0 1 21. Mengucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan2. Mempersilakan duduk berseberangan / berhadapan3. Informed consent4. Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan5. Menanyakan keluhan utama (onset, durasi, dsb)
dan menggali riwayat penyakit saat ini.6. Menanyakan riwayat penyakit sekarang:
Keluhan tambahan (onset, durasi dsb) Keluhan yang berkaitan / relevan (onset, durasi, dsb)
7. Menggali riwayat penyakit dahulu yang berkaitan / relevan8. Menggali riwayat penyakit keluarga 9. Menggali riwayat pengobatan10. Menggali riwayat psokososial (kebiasaan)11 Crosscheck12. Catat hasil anamnesis dan membuat diagnosis sementara / awal
JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan1: Dilakukan tetapi tidak benar2: Dilakukan dengan benar
SISTEM GEH 19
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS SISTEM GEH
Keterangan: 0: tidak dilakukan; 1: dilakukan tetapi tidak benar; 2: dilakukan dengan benarNo LANGKAH KLINIK SKOR
0 1 2A. Informed consent: melakukan informed consent dengan baik dan
benarB. Pemeriksaan fisik umumC. INSPEKSI ABDOMEN
0 1 21. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya yang
cukup. 2. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien 3. Periksa kulit, umbilikus, buldging lokal4. Inspeksi kontur / bentuk abdomen, peristaltik, pulsasi, pembesaran
organ atau massa (jika ada) 5. Melihat distensi abdomen : obesitas, asites, kehamilan, dan feses6. Catat hasil inspeksiD. AUSKULTASI ABDOMEN
0 1 27 Penderita diminta rileks8 Meletakkan diafragma stetoskop pada abdomen (terutama kuadran
kanan bawah) 9 Mendengarkan dan mengidentifikasi frekuensi dan karakter bising
usus normal atau abnormal10 Mendengarkan bruit di regio epigastrium dan kuadran atas (jika
pasien hipertensi)11 Mendengarkan dan mengidentifikasi friction rub (jika curiga tumor
hepar atau infark spleen). 12 Mencatat hasil auskultasi E. PERKUSI ABDOMEN
0 1 213 Melakukan perkusi pada ke empat kuadran abdomen14 Menilai distribusi timpany (gas) 15 Mengidentifikasi ada / tidak area pekak / redup (pembesaran organ,
massa atau asites) 16 Catat hasil penemuan perkusiF. PALPASI ABDOMEN
0 1 217 Meminta pasien melakukan fleksi panggul dan lutut18 Tangan dan lengan dalam posisi horisontal, dengan jari-jari merapat
dan rata, letakkan di atas abdomen, palpasi dengan ringan, lembut dengan gerakan menekan. Berikan rasa nyaman dan rileks pada pasien, lakukan palpasi ringan pada keempat kuadran abdomen
19 Mengidentifikasi adanya nyeri, tahanan otot, dan pembesaran organ atau massa yang mungkin teraba
20 Lakukan manuver rileks, seperti pasien diminta bernafas lewat mulut dengan rahang terbuka (jika ada tahanan otot)
SISTEM GEH 20
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
21 Palpasi dalam. Gunakan dengan permukaan palmar jari jari, rasakan pada keempat kuadran.
22 Jika ada masa, catat lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitas seiring dengan nafas.
23 Kaitkan penemuan pada palapsi dengan perkusinyaG. PENILAIAN INFLAMASI PERITONEUM.
0 1 224 Sebelum palpasi, minta pasien untuk batuk dan menentukan lokasi
yang sakit saat batuk25 Palpasi lokasi nyeri yang ditunjuk dengan menggunakan satu jari26 Perkusi ringan pada lokasi yang sama, akan menimbulkan nyeri27 Jika tetap tidak nyeri identifikasi adanya “rebound tenderness”.
(Menekan secara mantap dan pelan dengan jari tangan dan lepas secara tiba tiba, lihat dan dengarkan respon nyerinya)
28 Catat hasilnya
JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan1: Dilakukan tetapi tidak benar2: Dilakukan dengan benar
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN HEPAR
SISTEM GEH 21
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
No.
LANGKAH KLINIK SKOR
Perkusi 0 1 2Mengukur panjang vertikal pekak hepar
1. Melakukan perkusi ringan dari area resonan paru ke caudal ke arah hepar, tentukan batas atas pekak hepar di linea mid klavikularis
3. Melakukan perkusi ringan dari area timpani ke proksimal ke arah hepar, tentukan batas bawah pekak hepar di linea mid klavikularis
3. Ukur dalam sentimeter jarak antara 2 titik panjang vertikal pekak hepar.
4 Catat hasil perkusi hepar Palpasi5 Mengingatkan pasien untuk tetap santai, tempatkan tangan kiri
pemeriksa di belakang pasien, sejajar dengan dan menopang kosta 11 dan 12 kanan. Tangan kiri menekan ke arah depan, maka hepar akan lebih mudah teraba oleh tangan kanan
6 Tempatkan tangan kanan di bagian perut kanan pasien, lateral m. rektus, dengan ujung jari di bawah batas bawah pekak hepar
7 Minta pasien bernafas dalam, rasakan tepi hepar saat jari jari tangan menyentuh tepi hepar, ringankan tekanan sehingga hepar mengenai permukaan jari jari dan rasakan permukaan anteriornya.
8 Kaitkan hasil perkusi dan palpasi hepar, Catat kesimpulan pemeriksaan hepar
JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan1: Dilakukan tetapi tidak benar2: Dilakukan dengan benar
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN SPLEEN
SISTEM GEH 22
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
No.
LANGKAH KLINIK SKOR
Palpasi 0 1 21. Mengukur panjang vertikal pekak spleen.
Tangan kiri berada di bawah kosta kiri, menopang dan menekan kosta kiri terbawah ke anterior dan tangan kanan berada di tepi bawah kosta kiri menekan ke proksimal ke arah spleen.
2. Dimulai dengan palpasi sedikit lebih kaudal dari tepi kosta kiri, memungkinkan meraba spleen yang membesar. Minta pasien untuk bernafas dalam dan rasakan ujung atau tepi spleenMengidentifikasi adanya nyeri tekan, kontur spleen, dan ukur panjang spleen dari tepi bawah kosta sampai dengan ujung spleen.
3 Catat hasil pemeriksaan spleen
JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan1: Dilakukan tetapi tidak benar2: Dilakukan dengan benar
SISTEM GEH 23
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN ASITES
No.
LANGKAH KLINIK SKOR
Shifting dullness 0 1 21 Melakukan perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah lateral2 Menentukan batas bunyi timpani dan redup3 Meminta pasien berbaring pada posisi lateral4 Melakukan perkusi untuk menentukan kembali batas bunyi timpani
dan redup Fluid Wave (UNDULASI TEST) 0 1 25 Meletakkan tangan pemeriksa atau tangan pasien di bagian tengah
abdomen secara vertikal6 Menekan tangan tersebut pada dinding abdomen7 Mengetuk salah satu pinggang, sementara tangan yang satu
mempalpasi sisi yang lain8 Merasakan ada tidaknya gelombang cairan Puddle sign 0 1 29 Membaringkan pasien dengan prone posisi (tiarap) selama 5 menit
dengan siku dan lutut naik10 Meletakkan diafragma stetoskop pada bagian tengah bawah perut11 Mendengarkan suara yang dibuat oleh jari-jari yang diketukkan
pada sisi lateral abdomen12 Ketukan jari dilanjutkan terus sambil sementara steteskop
digerakkan menjauhi pemeriksa12 Mendengar intensitas suara yang lebih keras bila ditemukan
kumpulan pinggiran cairan pada abdomen.13 Catat kesimpulan pemeriksaan
JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan1: Dilakukan tetapi tidak benar2: Dilakukan dengan benar
SISTEM GEH 24
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK (NGT)
Indikasi1. Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab 2. Perdarahan saluran cerna bagian atas :
1. Untuk mengetahui sumber perdarahan2. Untuk mengetahui volume perdarahan.3. Untuk evaluasi.
3. Pasien ileus obstruktif / ileus paralitik dan pankreatitis akut untuk dekompresi / menyalurkan cairan lambung keluar.
4. Pasien tidak dapat makan5. Mengambil spesimen di lambung
KontraindikasiPasien tidak kooperatifTrauma facial berat
Komplikasi- Aspirasi- Cedera jaringan- Vommit
Bahan dan Alat Selang nasogastrik (Nasogastric tube) Jeli silokain atau K-Y jelly Stetoscope Spuit 10 cc
Prosedur Tindakan1. Pasien dalam posisi telentang atau miring ke kiri atau ke kanan dengan kepala
sedikit di tekuk ke depan.2. Dilakukan pengukuran / perkiraan batas lambung. Dari hidung ke telinga, lalu
dari telinga ke processus xiphoideus.3. Selang dimasukkan melalui hidung, setelah ujungnya diolesi jeli.4. Setelah mencapai lambung (biasanya pada tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira
50 cm dari lambung) dimasukkan udara melalui selang. Hal ini menimbulkan suara yang bisa didengar dengan meletakkan steteskop kira-kira di atas lambung (perut kiri atas/sedikit agak ke epigastrium) jika terdapat banyak cairan lambung, cairan lambung keluar dari selang.
PenyulitErosi pada esophagus atau lambung
Referensi: 1. Thomsen, et al. N Engl J Med 2006;354:et al2. www.ncbi.nlm.gov/pmc/article/PMc3560144
SISTEM GEH 25
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
DAFTAR TILIKPEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK
No. LANGKAH KLINIK SKOR0 1 2
1. Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Membaringkan pasien dalam posisi fowler atau semi fowler dengan leher / kepala sedikit di tekuk ke depan.(ante elevasi =sniffing).
3. Memeriksa rongga hidung pasien.4. Persiapan pemeriksa (cuci tangan asepsis, pasang sarung tangan dan
berdiri di kanan pasien).5. Melakukan pengukuran/perkiraan batas lambung mulai dari hidung
ke telinga,lalu dari telinga ke processus xiphoideus dengan teknik tanpa sentuh dan tandai dengan plester. Pasang klem di bagian distal NGT.
6. Olesi ujung selang NGT dengan xylocain jelly, lalu masukkan selang melalui hidung disertai perintah untuk menelan saat selang NGT mulai masuk lobang hidung.
7. Posisi kepala pasien dimiringkan saat selang NGT masuk lobang hidung sampai dagu pasien mencapai bahu. Posisi kepala miring sesuai dengan posisi masuknya selang NGT ke lobang hidung (bila masuk lobang hidung kanan maka kepala miring ke kanan).
8. Periksa orofaring dengan menggunakan spatel untuk memastikan NGT sudah masuk (tidak bergulung /coilling).
9. Memeriksa patensi dengan cara: a. memasukkan ujung NGT ke dalam wadah yang berisi cairan,
jika muncul gelembung udara berarti masuk trakeab. memasukkan udara melalui selang dengan menggunakan spuit
5-10 cc dan mengecek dengan meletakkan steteskop kira-kira di atas lambung (perut kiri atas/sedikit agak ke epigastrium).
c. Menarik sedikit NGT untuk melihat isi cairan lambung10.Fiksasi selang NGT (di hidung dan di pipi) dan catat tanggal
pemasangan untuk kontrol durasi pemasangan NGT(tergantung tujuan: bila untuk memasukkan makanan ujung selang ditutup, bila untuk bilas lambung dibiarkan di luar dan ditampung)
JUMLAH: .......................
Keterangan: 0: Tidak dilakukan1: Dilakukan tetapi tidak benar2: Dilakukan dengan benar
SISTEM GEH 26
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
Rectal Touche (Colok Dubur)
PERLENGKAPAN• Sarung tangan• K-Y Jelly
POSISI PENDERITA• Berbaring terlentang dalam keadaan rileks
POSISI PEMERIKSA• Berdiri disebelah kanan penderita
CARA PEMERIKSAAN • Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi anus dibawah penerangan yang baik• Keadaan tonus anal diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter• Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk
memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps rekti dan tumor
• Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarung tangan dan dilubrikasi dengan K_Y jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
• Tekanan yang lembut diberikan sampai sfingter terbuka dan jari dimasuk lurus ke anus.
• Evaluasi keadaan ampula rekti• Isi rektal dan mukosa yang bisa dicapai oleh jari, dipalpasi.• Prostat dan serviks diperhatikan, bersama-sama dengan beberapa lesi diluar
rektum.
SISTEM GEH 27
Massa feces
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR
No. LANGKAH KLINIK SKOR0 1 2
1. Memberikan Informed Consent (tujuan, Prosedur, kerahasiaan, keamanan, hak pasien , kesediaan untuk diperiksa)
2. Persiapan penderita (pasien diminta melepas celana, berbaring ditempat tidur, posisi litotomi) dan persiapan alat
3. Persiapan pemeriksa (cuci tangan rutin, memakai sarung tangan, berdiri dikanan pasien)Pemeriksaan Colok Dubur
4. Inspeksi anus dibawah penerangan yang baik5.
Mengobservasi tonus anal pada saat istirahat dan kontraksi volunter
6. Meminta penderita untuk ”mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps rekti dan tumor.
7. Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarungtangan dilubrikasi dengan K_Y jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
8. Meminta penderita bernafas biasa sambil pemeriksa memberi tekanan yang lembut sampai sfingter terbuka dan jari dimasukan ke anus.Evaluasi keadaan ampula rekti
9. Isi rektal dan mukosa yang bisa dicapai oleh jari, dipalpasi dan evaluasi (adakah tumor, polip, hemoroid, dan lain-lain, bila ada dideskripsikan.
10. Prostat dan Serviks diperhatikan, bersama-sama dengan beberapa lesi luar rektum. Bila ada kelainan dideskripsikan
11. Keluarkan jari telunjuk sambil dilengkungkan ujungnya untuk mengamati kemungkinan massa/ benda yang terbawa.
12. Mengevaluasi hasil colok dubur (aroma feses, kemungkinan adanya massa, darah, lendir, parasit yang terbawa)
13. Membersihkan anus pasien dengan kasa yang dicelup NaCl fisiologis.
14. Setelah pemeriksaan colok dubur selesai (Cuci tangan dilarutan klorin, lepas sarung tangan, buang ketempat sampah medis,cuci tangan asepsis dengan benar)
15. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien16. Mengungkapkan kemungkinan diagnosa dan merencanakan
pemeriksaan lanjutan serta penatalaksanaan17. Mampu mencatat hasil pemeriksaan colok dubur/ interpretasi
pemeriksaan dengan benar.
JUMLAH: .......................Keterangan: 0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan tetapi tidak benar2: Dilakukan dengan benar
SISTEM GEH 28
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
TEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN USAP DUBUR
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)Setelah melakukan latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengambilan
dan transportasi usap dubur secara baik, benar dan efisien.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. melakukan persiapan penderita dengan benar
2. melakukan persiapan alat/bahan dengan benar
3. memberikan penjelasan pada penderita atau keluarganya tentang apa yang
akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa tujuan dan
manfaatnya tindakan yang akan dilakukan, dan apa risiko yang mungkin
terjadi.
4. memberikan penjelasan kepada penderita atau keluarganya tentang
kerahasiaan tindakan dan hak-hak penderita, misalnya tentang hak penderita
untuk menolak tindakan yang akan dilakukan.
5. melakukan cuci tangan biasa dan cuci tangan asepsis dengan benar
6. memasang sarung tangan steril dengan benar, dan melepaskannya setelah
pekerjaan selesai.
7. menempatkan pasien posisi yang tepat8. melakukan pengambilan usapan dubur dengan benar9. melakukan pengiriman spesimen secara benar dan tepat
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN- air mengalir- sabun cair- larutan antiseptik- handuk kecil atau tissue- sarung tangan steril- pincet- kain kasa steril- lampu bunzen
- kapas lidi steril - tabung berisi 3-5 ml NaCl fisiologis- medium transport (Carry Blair Medium) - tempat instrumen dgn larutan khlorin 0,5%- Baskom berisi larutan khlorin 0,5%- tempat sampah medis- tempat sampah non-medis
SISTEM GEH 29
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
INDIKASI PENGAMBILAN USAP DUBUR
1. Pasien dengan gejala muntah berak atau diarea.
2. Pada pelacakan carrier penyakit yang ditularkan melalui saluran cerna.
ACUAN
Usap dubur umumnya diambil pada penderita muntah berak karena
konsentrasi bakteri penyebab lebih banyak ditemukan pada dubur dibanding pada
tinja yang encer.
Medium transport yang digunakan bisa yang semi solid misalnya carry &
Blair, bila harus dikrim ke tempat yang jauh, tapi bisa juga memakai medium cair
msialnya pepton alkalis untuk transportasi jarak pendek, misalnya dari ruangan ke
laboratorium di rumah sakit yang sama.
Pepton alkalis selain sebagai medium transport juga bisa sebagai enrichment
medium untuk genus Vibrio. Medium carry & Blair selain untuk Vibrio juga bisa
dipakai untuk transportasi bakteri patogen usus yang lain, misalnya Salmonella,
Shigella dan Escherechia coli pathogen.
SISTEM GEH 30
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi# 1. Pengantar 2 menit Pengantar# 2. Bermain Peran Tanya & Jawab
30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa2. Dua orang dosen memberikan
contoh bagaimana cara melakukan mengam-bil, dan mengirim usap dubur. Mahasiswa menyimak / mengamati peragaan dengan menggunakan Penuntun Belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan dosen memberikan penjelasan tentang aspek-aspek yang penting
# 3. Praktek bermain peran dengan Umpan Balik
100 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan. Diperlukan minimal 1 orang instruktur untuk mengamati setiap langkah yang dilakukan oleh setiap pasangan mahasiswa.
2. Setiap pasangan berpraktek melaku-kan langkah-langkah pengambilan usap dubur secara serentak
3. Instruktur berkeliling diantara maha-siswa dan melakukan supervisi menggunakan ceklis
4. Instruktur memberikan pertanyaan dan umpan balik kepada setiap pasangan
# 4. Curah Pendapat/ Diskusi
15 menit 1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang dirasakan mudah? Apa yang sulit? Menanyakan bagaimana perasaan mahasiswa yang pada saat mengam-bil sampel. Apa yang dapat dilakukan oleh dokter agar pasien merasa lebih nyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengerti
Total waktu 150 menit
SISTEM GEH 31
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
PENUNTUN PEMBELAJARAN PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN USAP
DUBUR(digunakan oleh Peserta)
NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS MEMBERIKAN INFORMED CONSENT 1 2 3
1. Sapalah klien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta tanyakan keadaannya.
2. Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya tentang pengambilan usapan dubur, dan tujuan dan manfaat untuk keadaan klien.
3. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang keamanan yang dilakukan
4. Berikan jaminan pada klien atau keluarganya tentang kerahasiaan yang diperlukan klien
5. Jelaskan pada klien tentang hak-hak klien atau keluarganya, misalnya tentang hak untuk menolak tindakan pengambilan usapan dubur.
6. Mintalah kesediaan lisan klien untuk pemeriksaan colok dubur
MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN YANG AKAN DIPAKAI 1 2 37. Letakkan semua alat dan bahan yang diperlukan di
tempatnya yang mudah dicapai..8. Siapkan medium transport yang akan digunakan. Tulislah
pada label tabung medium transpor:- Data penderita- Tanggal pengambilan usap dubur
9. Tulislah identitas penderita dengan spidol permanen pada bagian belakang kaca benda tersebut: nama atau nomor register penderita.
MENYIAPKAN DIRI UNTUK PENGAMBILAN USAP DUBUR 1 2 310. Lakukanlah cuci tangan cuci tangan rutin.11. Pakailah sarung tangan steril12. Berdirilah disebelah kanan penderita,
SISTEM GEH 32
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya,
tetapi tidak efisisen3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan
efisien.4. TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan.
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
MENYIAPKAN PENDERITA 1 2 313. Penderita diminta mencuci bersih alat genitalnya, anus dan
daerah perineum dicuci dengan bersih14. Penderita diminta membuka celananya dan naik ke tempat
tidur.15. Penderita penderita diminta berbaring dengan posisi
menungging (Lithotomi) atau bila tidak memungkinkann penderita disuruh tidur miring menghadap ke kanan dengan lutut kanan ditekuk.
MENGAMBIL USAP DUBUR 1 2 3 16. Penderita diminta untuk menarik napas 17. Basahi lidi kapas steril dengan NaCl Fisiologis dan
masukkan kedalam rektum sedalam ± 4 – 5 cm, diputar sambil menekan dinding rektum
18. Tarik lidi kapas keluar dengan diputar searah. 19. Masukkan lidi kapas ke dalam medium transport hingga
seluruh bagian kapas terbenam dalam medium dan dipatahkan lidi tersebut sambil membakar diatas lampu bunzen
20. Tutup botol médium transport dengan rapat dan disegelSETELAH PENGAMBILAN USAP DUBUR SELESAI
21. Masukkan tangan yang masih bersarung tangan ke dalam baskom berisi larutan khlorin 0,5%, gosokkan kedua tangan untuk membersihkan bercak-bercak sekret urethra yang mungkin menempel pada sarung tangan.
22. Lepaskanlah kedua sarung tangan dan buanglah ke dalam tempats ampah medis
23. Cucilah kedua tangan secara asepsis.PENGIRIMAN USAP DUBUR
24. Tulislah surat pengantar pemeriksaan laboratorium yang lengkap berisi:a. Tanggal pengirimanb. Tanggal dan jam pengambilan usap duburc. Data penderita (nama, umur, jenis kelamin,
alamat, nomor rekam medik)d. Identitas pengirime. Jenis specimen: usap duburf. Pemeriksaan laboratorium yang dimintag. Transport media/pengawet yang digunakanh. Keterangan klinis.
25. Masukkanlah botol/tabung medium transport ke dalam tabung lain atau wadah.keranjang tempat pengiriman.
26. Kirimlah botol medium transpor bersama surat pengantarnya ke laboratorium pada suhu kamar.
SISTEM GEH 33
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
DAFTAR TILIKTEKNIK PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN DAN
PENGIRIMAN USAP DUBUR
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kotak yang sesuai. Nilai : 0 bila tidak dilakukan 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan 2 bila memuaskan
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI KOMMUNIKASI DENGAN PASIEN & KELUARGANYA 0 1 2
1. Cara menyapa pasien dan keluarganya.2. Cara memberikan medical concent..
MENYIAPKAN DIRI DAN PENDERITA UNTUK PENGAM-BILAN USAP DUBUR
1 2 3
3. Cara mencuci tangan rutin 4. Cara memakai sarung tangan steril 5. Cara berdiri disamping penderita6. Cara memposisikan penderita untuk pengambilan usap dubur
MENGAMBIL USAP DUBUR 1 2 37. Memasukkan lidi kapasa kedalam rektum 8. Menarik lidi kapas keluar .9. Masukkan lidi kapas ke dalam medium transport
SETELAH PENGAMBILAN USAP DUBUR SELESAI 1 2 310. Cara dekontaminasi sarung tangan11. Cara membuka sarung tangan12. Cara melakukan cuci tangan asepsis
PENGIRIMAN USAP DUBUR 1 2 313. Cara membuat surat rujukan .14. Cara transportasi preparat hapus kelaboratorium.15. Cara transportasi specimen dalam medium transport
Komentar / Ringkasan : Tandatangan Koordinator/Instruktur ……………Rekomendasi : Tanggal : …………….Nama Mahasiswa: ............................. No. Urut
SISTEM GEH 34
BUKU PEGANGAN INSTRUKTURHANYA UNTUK DIPINJAMKAN
SISTEM GEH 35