Top Banner
MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS ENDOMETRIOSIS Disusun Oleh Kelompok 7 : 1. Kiki Lestari 2. Endang Pasurina 3. Wika Kamayanti 4. Afriani Asluki Ivolia 5. Vera Anggraini 6. Rahyu Onala 7. Prinsi Apita Sari PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
27

Kelompok 7 - Endometriosis

Dec 25, 2015

Download

Documents

Gita Grayesa

Kelompok 7 - Endometriosis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kelompok 7 - Endometriosis

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN

PATOLOGIS ENDOMETRIOSIS

Disusun Oleh

Kelompok 7 :

1. Kiki Lestari

2. Endang Pasurina

3. Wika Kamayanti

4. Afriani Asluki Ivolia

5. Vera Anggraini

6. Rahyu Onala

7. Prinsi Apita Sari

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

TAHUN AJARAN

2014/2015

Page 2: Kelompok 7 - Endometriosis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya,

sehingga makalah mengenai “ENDOMETRIOSIS” dapat kami susun.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah

Asuhan Kebidanan Patologi, selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-

rekan mahasiswa hkususnya mahasiswa DIII KebidananStikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi

bimbingan, dorongan, ilmu, serta saran-saran kepada kami.

Namun demikian penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan

keterbatasan, sehingga diperlukan adanya masukan demi kesempurnaanya dari para pembaca

dengan kritik dan saran untuk memperbaikinya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga memahaminya.

Bengkulu, januari 2015

Penyusun

Page 3: Kelompok 7 - Endometriosis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................... 4

1. 2 RUMUSAN MASALAH.................................................................... 4

1. 3 TUJUAN............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ENDOMETRIOSIS.................................................. 6

2. 2 KLASIFIKASI………………………………………........................ 6

2.3 PENYEBAB………………………………………............................ 6

2.4 PATOFISIOLOGI……………………………………………........... 7

2.5 GAMBARAN KLINIK…………………………………................... 9

2.6     PEMERIKSAAN PENUN JANG………………………………… 9 

2.7 PENANGANAN…………………………………….…………...... 10

2.8 CONTOH SOAP…………………………………………………… 12

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN................................................................................... 19

3.2 SARAN............................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Kelompok 7 - Endometriosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia

kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan

infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai

ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang

reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan

keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.

Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,

adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan

hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada

perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses

ovulasi.

Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang

merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa

sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi.

Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi.

Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis

sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya

ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder

ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus

meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia

reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause.

Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause

perlu dipikirkan adanya endometriosis.

Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian

yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik.

Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada

Page 5: Kelompok 7 - Endometriosis

wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian

adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur

muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus

menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya

endometriosis.

Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad, 1992,

adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang

terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%.

Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi

pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia

endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William dan Pratt

kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar

11,87%

Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita

mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari

infertilitas.

1.2   Rumusan Masalah

1.  Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?

2.  Apa penyebab dari Endometriosis ?

3 .  Apa tanda gejala dari Endometriosis ?

4. Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis ?

1.3   Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis

2.  Untuk mengetahui penyebab endometriosis

3.   Untuk mengetahui tanda gejala dari Endometriosis

4.   Untuk mengetahui penanganan Endometriosis

Page 6: Kelompok 7 - Endometriosis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan

pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di

ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,

ureter dan pelvis.

Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium

tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam

lapisan rahim.

Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan endometrium

diluar uterus

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih dapat

berfungsi terdapat diluar kavum uteri.

2.2 Klasifikasi

Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis

dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan

densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang

kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah

minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih

dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).

2.3 Penyebab

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:

A. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )

B. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)

C.   Menstruasi yang lama (>7 hari)

D.  Peningkatan jumlah estrogen dalam darah

     Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.

Page 7: Kelompok 7 - Endometriosis

F.  Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis

GTerpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,

pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah

perkotaan.

Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi retrogrand.

Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba

falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

a. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)

Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba

falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga

panggul/perut.

b. Teori sistem kekebalan

Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain

rahim.

c. Teori genetik

Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi

terhadap endometriosis.

2.4 Patofisiologi

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara

perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga.

Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem

hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan

progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan

Page 8: Kelompok 7 - Endometriosis

pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan

peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan

mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag

yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel

abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.

Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen

endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan

menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga

pelvis yang dikenai endometriosis.

 Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial

ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh

lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus

endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan

progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat

terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan

endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan

nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan

menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri,

tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan,

defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus

dan tuba fallopii.

Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba

fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus

menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta

Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot

Williams & Wilkins : Philadelphia. )

Page 9: Kelompok 7 - Endometriosis

2.5 Gambaran Klinik

Tanda dan gejala endometriosis antara lain :

A.  Nyeri :

a. Dismenore sekunder

b. Dismenore primer yang buruk

c. Dispareunia

d. Nyeri ovulasi

e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian

abdomen bawah selama siklus menstruasi.

f.  Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual

g.  Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

B.  Perdarahan abnormal

a. Hipermenorea

b.  Menoragia

c. Spotting sebelum menstruasi

d.Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir

menstruasi

C.  Keluhan buang air besar dan buang air kecil

a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar

b. Darah pada feces

c. Diare, konstipasi dan koli

2.6 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis, antara lain:

A. Uji serum

a.   CA-125

Sensitifitas atau spesifisitas berkurang

b. Protein plasenta 14

Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai

klinis tidak diperlihatkan.

Page 10: Kelompok 7 - Endometriosis

c.  Antibodi endometrial

Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

B. Teknik pencitraan

a.  Ultrasound

Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%

b.MRI

90% sensitif dan 98% spesifik

c. Pembedahan

Melalui laparoskopi dan eksisi.

2.7 Penanganan

            Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,

pembedahan dan radiasi . upaya yang dilakukan:

A . Pencegahan

Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik

untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada

waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang

endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan

sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam

waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis

yang baik terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah

endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau

melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya

darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.

B Observasi dan Pemberian Analgetika

Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala

dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu

bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis

hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak

mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai

anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan

Page 11: Kelompok 7 - Endometriosis

terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang

diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti

perkembangan penyakitnya  dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa

observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk

mengurangi rasa nyeri.

C. Terapi Hormonal

Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis

Obat Efek samping

Pil KB kombinasi

estrogen-

progestin

Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,

pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus

menstruasi, trombosis vena dalam

ProgestinPerdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati,

depresi, vaginitis atrofika

Danazole

Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot

flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,

perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana

hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal

Agonis GnRHHot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana

hati

Page 12: Kelompok 7 - Endometriosis

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI HARI KETIGA DENGAN

ENDOMETRIOSIS PADA NY. “M” USIA  21  TAHUN P1A0

DI BPS SURAIDAH,S.ST

Tanggal Pengkajian    :    09 Desember 2014

Waktu    :   Jam 11.00 WIB

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama Istri :    Ny. M Nama Suami : Tn. F

Umur    :    21 tahun Umur : 34 tahun

Agama    :    Islam Agama : Islam

Suku Bangsa    :    Jawa Suku Bangsa : Jawa

Pendidikan    :    SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan    :    IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan     :    - Penghasilan : + Rp. 1.200.000,-

Alamat    :    Lingkar Barat Alamat : Lingkar Barat

Tanggal Masuk   :    09 Desember 2014

No. RM     :    19-46-25

2. Anamnesa

a. Keluhan utama

Ibu mengatakan pada perutnya bagian bawah nyeri selama haid berlangsung.

Page 13: Kelompok 7 - Endometriosis

b. Riwayat Perkawinan

1. Kawin 1x. kawin pertama umur 19 tahun.

2. Telah menikah selama 2 tahun.

c. Riwayat Menstruasi

1. Menarche : 13 tahun.

2. Siklus : 28 hari.

3. Lama : 5 hari.

4. Warna : Merah, Khas darah

5. Bau : Khas Darah

6. Dismenore : Tidak

d.   Riwayat persalinan sekarang

1.    Waktu persalinan    :    tanggal 09 Desember 2014, jam : 01.05 WIB

2.    Jenis Persalinan    :    spontan, presentasi kepala

3.    Penyulit waktu persalinan    : tidak ada

4.    Ketuban pecah jam     :   00.50 WIB

-    Warna    :    keruh

-    Bau    :    khas

5.    Bayi lahir     :    01.05 WIB

- Berat Badan    :    3200gr ,

- Jeniskelamin    :    laki – laki

Page 14: Kelompok 7 - Endometriosis

e.    Riwayat Kesehatan.   

1. Penyakit yang pernah diderita, Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit

infeksi seperti : asma, demam lebih dari 3 hari, kencing manis, darah tinggi dan

penyakit yang dioperasi.

2.  Kesehatan ibu sekarang : Ibu mengatakan saat ini merasa perut bagian bawah

nyeri dan ibu hanya mengkonsumsi feminak namun belum sembuh.

3.  Kesehatan keluarga: Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit seperti asma, demam lebih dari 3 hari, darah tinggi, kencing

manis dan penyakit yang dioperasi serta tidak ada keturunan kembar.

f.   Kebiasaan

1. Pantang makan     : ada yaitu mutih   

2. Minum jamu     : ibu minum jamu lancar ASI selama nifas.

3. Obat-obatan    : feminax

4. Miras/rokok          : tidak

g.    Riwayat penggunan kontrasepsi

1. Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

2. Rencana yang akan datang    :  Ibu mengatakan ingin memakai KB suntik 3 bulan.

3.Alasan   : lebih praktis

h. Riwayat Psikososial

1. Pengetahuan ibu tentang proses menyusui

Ibu mengatakan menyusui bayinya dengan posisi duduk ditempat tidur

2. Pengalaman ibu menyusui pada persalinan yang lalu

Page 15: Kelompok 7 - Endometriosis

Ibu mengatakanbelum pernah menyusui sebelumnya

B. Objektif

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Composmnetis

Tekanan Darah     : 130/80 mmHg     

Nadi         : 90x/Menira

Suhu    : 37,3 ºC                

RR        : 26x/Menit

a. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala    :  Mesosefal, bersih, tidak ada luka, tidak benjolan

2. Rambut    : Bersih, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok

3. Muka    : tidak pucat

4. Mata    : Simetris, konjungtiva pucat, sklera tidakikterik

5. Hidung    : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip

6. Mulut/bibir    : Kotor, tidak ada stomatitis, lidah kotor

7. Telinga    : Simetris, tidak ada serumen

8. Leher     :  Tidak pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

9. Aksila    :  Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

10. Dada        :   Pernafasan teratur, tidak ada bunyi , tidak ada retraksi dinding dada.

Page 16: Kelompok 7 - Endometriosis

11. Abdomen    :   Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hepar.

12. Genetalia    :  Tidak oedam, tidak ada varises

13. Ekstremitas atas    :  teraba dingin, agak pucat, tidak oedem, turgor kulit kurang.

14.Ekstremitas bawah : teraba dingin, agak pucat, tidak varises, tidak oedem, turgor kurang

b.  Pemeriksaan Obstetria.   

Inspeksi

1. Muka    :  Tidak ada cloasma gravidarum

2. Mamae   :  Membesar, puting susu menonjol, areola mamae ASI sudah keluar lancar,

kebersihan terjaga

3. Abdomen    :  tidak ada luka operasi, TFU tidak teraba, ada nyeri tekan pada bagian adnexa

dan terdapat masa keras terfiksas

4. Genetalia    :  terdapat spotting

c. Pemeriksaan Penunjang.   

Pemeriksaan laboratorium    : Hb : 12,1 g/dL          

GOLD A : O  

d. Pemeriksaan Rontgen    

USG    :  tampak masa seperti kista pada ovarium dextra

C. Assesment

a. Diagnosa kebidanan

Page 17: Kelompok 7 - Endometriosis

Ny. M, Umur 21 tahun, PIA0, 30 hari post partum, dengan endometriosis

b. Masalah Kebidanan

Ibu lemah, nyeri perut bagian bawah selama haid berlangsung, dan ibu merasa cemas

dengan keadaannya saat ini.

c. Kebutuhan

KIE tentang personal hygiene, nutrisi.

d. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

1.   Lakukan pemeriksaan panggul + abdomen

Rasional     :   Dengan pemeriksaan panggul dan abdomen dapat segera terdeteksi

kearah endometrisosis

2.   Beri perawatan dan tindakan menurunkan nyeri

Rasional    :   Dengan memberikan pengobatan hormone kombinasi, hormone

progestin, untuk membantu memicu terjadinya keadaan an ovulasi

3.  Tindakan segera (di RS) / merujuk RS

Rasional     :    Masih bergantung pada keinginan klien, usia, derajat, yang dialami.

e. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

1.  Melakukan pemeriksaan panggul  dengan inspekulo/pemeriksaan dalam dan palpasi

abdomen

2.   Memberi perawatan dan tindakan menurunkan nyeri parcetamol 500 mg

3x1/analgesic

3.   Memberi pengobatan hormone kombinasi dan hormone progestin

Page 18: Kelompok 7 - Endometriosis

4. Merujuk Pasien ke RS

D. Planning

1.  Memberitahu ibu bahwa telah dilakukan pengangkatan jaringan pada indung telur berupa

benjolan kebiruan menyerupai kista. Evaluasi : ibu mengerti kondisinya saat ini

2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu :

Tensi     : 130/80mmHg      Nadi         : 90x/Menit

Suhu    : 37,3 ºC                 RR        : 26x/Menit

3.  Melanjutkan pemberian terapi antibiotik dan analgetik selama masa penyembuhan untuk

mengurangi infeksi dan rasa nyeri.Evaluasi : terapi telah diberikan

4. Pemberian terapi hormonal berupa : progesteron ( premolut ) untuk mengontrol hormon

sehingga fungsiendometrium kembali seperti semula sesuai advis dokter.Evaluasi :  advis

dokter telah diberikan

5. Menganjurkan ibu untuk tetap kontrol setelah ibu pulang dan pesankan pada ibuuntuk

segera periksa jika menemui keluahan serupa Evaluasi : ibu mengerti pesan yang

disampaikan

Page 19: Kelompok 7 - Endometriosis

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan

pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di

ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,

ureter dan pelvis.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

1.    Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)

2.    Teori sistem kekebalan

3.    Teori genetik

Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar dan buang air kecil

Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,

pembedahan dan radiasi

3.2     Saran

Asuhan Kebidanan Patologi sangat penting untuk bidan dikarenakan sebagi tolak ukur

potensi bidan dalam menangani kehamilan, persalinan dan nifas, pelayanan yang sesuai dengan

keinginan klien dan  sesuai dengan standart yang berlaku. Sebagai seorang Bidan sangat

ditekankan agar mengetahui jenis penyakit apa saja yang dapat mengamcam keselamatan.

Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka

dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu,

penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.

Page 20: Kelompok 7 - Endometriosis

DAFTAR PUSTAKA

Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta

Irene M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta