Top Banner

of 21

Kelompok 2 Metabolisme Dan Hasil Akhir Metabolisme Jamur

Jan 09, 2016

Download

Documents

mikologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

METABOLISME DAN HASIL AKHIR METABOLISME JAMUR

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAHMikrobiologi Panganyang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd dan Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Pd, M.Si.

Disusun oleh:Kelompok 2/Kelas HP-GP13Annisa Sholikhah130342615302Ika Diana Werdani130342615301Nur Hidayatus130342615304Ria Yustika Sari130342615306

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM STUDI BIOLOGIAgustus 2015

DAFTAR PUSTAKADaftar Pustaka..................................................................................1PendahuluanLatar Belakang.............................................................................2Rumusan Masalah........................................................................2Tujuan.......................................................................................... 2Kajian PustakaFungsi metabolisme pada jamur................................................ 3Sumber energi pada jamur........................................................3Metabolisme sekunder pada jamur..........................................4Hasil metabolisme pada jamur.................................................11Proses biodegradasi pada jamur..............................................12PenutupSimpulan......................................................................................17Daftar Rujukan.............................................................................17

PENDAHULUANI.1. Latar BelakangJamur dapat dibedakan menjadi 3 yaitu ragi (yeast), mold (kapang) dan jamur (cendawan). Ragi merupakan jamur uniseluler yang sederhana. Sedangkan berdasarkan kelengkapan anggota tubuh jamur yang lebih sempurna ialah cendawan. Jamur merupakan pengurai makanan atau bersifat heterotrof. Jamur berkembang biak dengan menggunakan spora. Jamur juga telah lama dikenal sebagai salah satu bahan pangan yang penting dalam masyarakat. Tidak hanya dimakan langsung, jamur juga digunakan untuk membuat bahan makanan lain dengan memfermentasi bahan mentah. Bahan hasil fermentasi misalnya tape, minuman beralkohol dan tempe. Bahan ini memiliki kandungan yang lebih sederhana jadi lebih mudah diserap tubuh. Tetapi tidak jarang terjadi kasus keracunan bahkan kematian akibat hasil aktivitas metabolisme jamur. Guna mengetahui aktivitas metabolisme jamur dan zat yang dihasilkannya, maka kami menyusun makalah ini.I.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut.1. Apakah fungsi metabolisme pada jamur?2. Bagaimanakah sumber energi pada jamur?3. Bagaimanakah metabolisme sekunder pada jamur?4. Bagaimanakah hasil metabolisme pada jamur?5. Bagaimanakah proses biodegradasi pada jamur?I.3. TujuanBerdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut.1. Menjelaskan fungsi metabolisme pada jamur.2. Menjelaskan sumber energi pada jamur.3. Menjelaskan metabolisme sekunder pada jamur.4. Menjelaskan hasil metabolisme pada jamur.5. Menjelaskan proses biodegradasi pada jamur.KAJIAN PUSTAKA1. Fungsi Metabolisme pada JamurSeperti halnya makhluk hidup lainnya, jamur juga melakukan metabolisme guna menunjang kehidupannya. Berikut ini fungsi metabolisme oleh jamur.1. Untuk memperoleh energi kimia dari degradasi zat makanan yang kaya energi. 2. Untuk mengubah moleku nutrient menjadi precursor unit pembangun bagi makromolekul sel.3. Untuk menggabungkan unitunit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida, polisakarida dan komponen sel lainya.4. Untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan di dalam fungsi khusus sel (Palczar, 2008). 5. Sedangkan menurut Dwidjoseputro (1978) metabolisme memiliki manfaat yaitu: a. Sintesis bagian sel (dinding sel, membran sel, dan substansi sel lainnya).b. Sintesis enzim, asam nukleat, polisakarid, phospholipid, atau komponen sel lainnya agar materi sel tetap terorganisir.c. Mempertahankan kondisi sel (optimal) dan memperbaiki bagian sel yang rusak agar selalu dalam keadaan hidup.d. Pertumbuhan dan perbanyakan dengan membentuk komponen sel baru.e. Penyerapan hara dan ekskresi senyawa yang tidak diperlukan (waste products).

2. Sumber Energi pada JamurJamur merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil, sehingga jamur mendapatkan nutrisi dari zat-zat yang sudah jadi atau dibuat oleh organisme lain. Oleh karena itu, kehidupan jamur bergantung pada makhluk lain dan disebut sebagai organisme heterotrof. Jika zat organik yang diperlukan oleh jamur merupakan zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh pemiliknya, maka jamur itu disebut saproba. Kata saproba berasal dari kata Yunani, yaitu sapros yang berarti sampah. Pada umumnya jamur saproba tidak merugikan, tetapi jika dipandang dari segi kepentingan manusia, mereka tetap merugikan, karena mereka memakan atau setidaknya mereka merusak zat-zat organik yang dibutuhkan oleh manusia. Selainjamur saproba, dikenal juga jamur parasit dan patogen. Batas antara jamur parasit dan patogen sangat kabur, tetapi secara umum dapat dibedakan bahwa jamur parasit belum tentu jamur patogen, sedangkan jamur patogen pasti parasit. Banyak jamur yang hidup sebagai parasit pada jamur sendiri (Dwidjoseputro, 1978). Jamur parasit hidup pada organisme hidup untuk mendapatkan makanan dari inang. Kehadiran parasit dapat mengakibatkan kondisi abnormal pada inangnya yang disebut penyakit.Jamur mengadakan kontak langsung dengan lingkungan yang mengandung nutrisi. Molekul yang sederhana (seperti gula sederhana dan asam amino) berupa lapisan tipis pada hifa dapat langsung diserap. Polimer yang lebih kompleks seperti selulosa, pati dan protein harus dipecah lebih dahulu sebelum digunakan dengan bantuan enzim. Sebagian besar nutrisi memasuki sel fungi dengan sistem transport khusus. Banyak faktor seperti pH, temperatur, dan mineral yang dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi pada jamur (1978).

3. Metabolisme Sekunder pada JamurMetabolisme sekunder pada jamur ialah mikotoksin. Jamur akan mulai memproduksi metabolisme ini pada keadaan atau kondisi lingkungan yang optimal dan untuk memperluas pembentukan koloni.A. MikotoxinMikotoxin metabolisme sekunder alami yang diproduksi secara kimia oleh mikro jamur, umumnya oleh saprolitik molds yang tumbuh di bahan makanan atau makanan hewan. Mikotoxin dapat tumbuh pada varietas bahan panen, makanan sereal, kacang-kacanagan, buah kering, jus apel, kopi kadang dalam pemanasan maupun dalam proses penyimpanan makanan. Mikotoxin dapat menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan bahkan kematian yang disebut micotoxicoses (Bennett and Klinch, 2003, Food Standart Agency,____). Bahkan salah satu toxin yaitu Aflatoxin yang merupakan genotoxic, sehingga dapat merusak DNA dan menyebabkan kanker pada manusia, misal kanker hati, gangguan pencernaan, disorder reproduksi atau menekan sistem imun (Food Standart Agency,____). Selain itu penyakit kardiac akut beri-beri juga dapat disebabkan oleh toxicosis. Penyakit onyalai yang merupakan haemoragi di mulut yang disebabkan mikotoxin yang diproduksi oleh P. sorghina (Pitt,_____).Gejala mikotoxikosis bergantung pada tipe mikotoxin, jumlah dan durasi terkena, umur, kesehatan, jenis kelamin, dan banyak faktor lainnya yang masih belum diketahui yang berhubungan dengan genetis dan status diet maupun interaksi dengan toxic lainnya. Tingkat keracunan tinggi terhadap mikotoxin dapat dikarenakan faktor defisiensi vitamin, kehilangan kalori, alkohol abuse dan status infeksi penyakit. Mikotoxikosis menyebabkan mudah terserang penyakit akibat mikroba, memperburuk malnutrisi dan dapat berikatan dengan toxic lainnya (Bennett and Klinch, 2003). Tetapi pada beberapa micotoxin hanya berefek racun pada bakteri dan tidak memiliki efek yang buruk bagi manusia yang akhirnya dijadikan bahan obat-obatan yang disebut antibiotik.B. AntibiotikAntibiotik ialah bahan antimikroba yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup. Misalnya Penicillium notatum, Streptomyces, Actinomyces dan beberapa bakteri (Darkuni, 2012). Antibiotik ini aktif terhadap mikroorganisme lainnya (Kusnadi, peristiwati, amy, dkk., 2003).Zat antibiotik yang dihasilakan ini pada kadar yang rendah sudah dapat menghambat pertumbuhan (bakteriostatik untuk bakteri dan fungistatik untuk jamur) atau bekerja mematikan (bakterisida untuk bakteri dan fungisida untuk jamur). Beberapa antibiotik yang digunakan untuk membunuh atau menghambat infeksi mikroorganisme patogen antara lain adalah.i. Antibiotika yang terbatas aktif terhadap bakteri gram positif, misal penisilin (G dan F), metisilin, kloksasilin, enteromisin, novobiosin, vankomisin, basitrasin, dan fusidin.ii. Antibiotik yang bekerja pada bakteri gram negatifiii. Antibiotik yang bekerja pada bakteri gram negatif dan bakteri gram positif, misalnya tetrasiklin, kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin.iv. Antibiotik ynag bekerja pada jamur, misalnya greseofulvin, nistatin, dan amfoterisin B (Kusnadi, peristiwati, amy, dkk., 2003).Penelitian terhadap antibiotik pertama dimulai sekitar 1924-1940 yang menggunakan actinomycetes untuk mendapatkan aktinomisetin yang digunakan untuk obat kemoterapeutik. Lalu pada percobaan antagonisme yang tidak sengaja oleh Alexander Fleming pada 1929 yang secara tidak sengaja menemukan jika Penicillium notatum kontaminan dapat membunuh bakteri Staphylococcus aureus dengan munculnya zona jernih dalam biakan bakteri tersebut.zat yang dapat membunuh bakteri pada Penicillium sp. ialah zat penicillin. Kemudian 1939 Rene Dubos menemukan jika kultur Bacillus brevis dapat membunuh bakteri gram positif. Akan tetapi pada dewasa ini untuk memproduksi penicillin, banyak digunakan Penicillium chrysogenum karena jamur ini memproduksi lebih banyak penicillin dan memiliki daya tahan yang lebih tinggi dari Penicillium notatum. Suatu zat kemoterapiutik yang ideal memiliki sifat-sifat sebagai berikut.a. Mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen secara spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi, makin baik kualitas antibiotik itu. Antibiotik berspektrum luas efektif terhadap banyak spesies.b. Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resistan parasit.c. Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki pada inang, misal alergi, kerusakan saraf, iritasi pada ginjal atau saluran gastrointestin.d. Tidak melenyapkan flora mikroba normal pada inang. Jika flora mikroba normal terganggu maka keseimbangan alamiah akan terganggu.e. Harus dapat dikonsumsi di mulut tanpa harus diinaktifkan oleh asam lambung atu suntikan tanpa menjadi pengikatan dengan protein darah.f. Memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.g. Konsentrasi antibiotik di dalam jaringan atau darah harus dapat mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau mematikan penyebab infeksi.Salah satu jamur pemroduksi mikotoxin ialah Penicillium. Penicillium bereproduksi secara aseksual, berfilamen, branced conidiospores, konidia bulat dan uniseluler. Glukan zat yang biasa ditemukan di dinding sel spesies Penicillium. Sporanya memiliki permukaan hydropobic.

Tabel .1. klas antibiotik dan propertinya (http://textbookofbacteriology.net/ dan tambahan Pelzcar dan Chan, 2009)Chemical classmisalSumber biologikalSpektrum (efektif melawan)Mode aksi

-laktams (penicillin dan cephalosporin) Penicillin G

Penicillium chrysogenum (Pelczar dan Chan, 2009), Penicillium notatumBakteri gram positifMenghambat sintesis dinding sel (Pelczar dan Chan, 2009), peptidoglikan dan murein assembly

Ampisillin (Pelczar dan Chan, 2009) Penicillium chrysogenum (Pelczar dan Chan, 2009),Bakteri gram negatif penyebab infeksi saluran pernafasan, pencernaan dan kemih(Pelczar dan Chan, 2009).

Metilisin (Pelczar dan Chan, 2009) Penicillium sp.Bakteri penghasil penisilinase (Pelczar dan Chan, 2009)

Sefalotin, sefaloridin, sefaloglisin, sefaleksin (Pelczar dan Chan, 2009) Cephalosporium sp.Bakteri gram positif dan negatif

Semisynthetic penicillin Ampicillin, amoxycillinBakteri Gram positif dan gram negatifMenghambat produksi dinding sel

Asam Clavulanic Clavamox = asam clavulanic + amoxycillin StreptomycesclavuligerusBakteri gram negatif dan gram positifSuicide Inhibitor -lactamases

Monobactams Aztreonam Chromobacter violaceumBakteri gram positif dan negatifMenghambat sintesis dinding sel

Aminoglycoside Streptomisin Streptomyces griseusGram positif dan negatif Infeksi tuberkulosisMenginduksi sintesis protein abnormal

spektinomisin streptomyces sp.Nisseria gonorrhoeae yang resisten terhadap penisilin

Neomisin S. fradiaeMenghambat bakteri usus

Kanamisin S. kanomyceticusKebanyakan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas

Gentamicin Micromonospora purpureaAktif terhadap berbagai macam bakteri gram positif dan gram negatif termasuk Pseudomonas

Glycopeptides Vancomycin Streptomyces orientalisBakteri gram positifMenghambat sintesis dinding sel

Macrolide Erytromycin Streptomyces arytheusBakteri gram positif, bakteri gram negatif tidak termasuk Nisseria, Legionella, MycoplasmaMeghambat transkripsi dalam proses sintetis protein

Polypeptida PolymyxinB Plymyxin E (Kolistin) Bacillus polymyxa B.colistinusBaketi gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa. Tapi P. B kurang efektif daripada Kolistin.Merusak membran sel

Bacitracin B. subtilisBakteri gram positifMenganggu sintesis protein

Polyenes Amphotericin

Nystatin

Rifamycin Rifampicin Streptomyces mediterraneiInfeksi tuberkolosis, bakteri gram positif dan negatifMenghambat sintesis protein dengan menghambat transkripsi (eubakteria RNA polimerase)

Tetracycline Klortetrasiklin Streptomyces aureofaciens Gram positif dan negatif bakteri, RickettsiasMenganggu proses sintesis protein (tahap translasi)

Tetrasiklin S. aureofaciens

oksitetradsiklin S. rimosus

Semisyntethic tetracycline DoxycyclineBakteri gram positif dan negatifMenghambat translasi (sintesis protein)

Chloramphenicol Chloramphenicol (kloromisetin) Sterptomyces venezuelaeBakteri Gram positif dan gram negatifMenghambat translasi atau sintesis protein

eritromisin eritromisin Sterptomyces erythreusBakteri gram positif yang umum dijumpaiMenganggu sinteis protein

Vankomisin Streptomyces licolnensisBakteri gram positif yang umum dijumpaiMenganggu sintesis protein

LinkomisinClindamycin Streptomyces orientalisBakteri gram positif termasuk penghasil penisillinase (stafilokokus dan enterokoki)Menganggu sintesis protein

Viomisin Streptomyces griseus var. purpureusInfeksi tuberkulosisMenganggu sintesis protein

Antibiotik antifungal Nistatin Streptomyces nourseiInfeksi fungal pada mulut, kulit, usus, dan vagina oleh CandidaMerusak membran sel

Griseofulvin Penicillium griseofulvinInfeksi cendawan

Amfoterisin B Streptomyces nodosusInfeksi mikotik yang dalamMenganggu fungsi membran

4. Hasil Metabolisme pada JamurBiokimia dari jamur telah diinvestigasi bahkan sejak sebelum abad ke-19. Jamur sendiri telah menjadi salah bahan konsumsi dari manusia ataupun menjadi bahan untuk membuat makanan. Pada jamur uniseluler seperti khamir (yeast) dari divisi Ascomicota telah lama digunakan untuk pembuatan minuman beralkohol, tape, roti dan lain sebagainya. Biokimia hasil metabolisme pada jamur sangat beragam, tergantung jenis jamur, jenis medium, jenis nutrisi dan faktor lainnya (Wolf, 1949).Pada jamur golongan khamir (yeast) yang dibiakkan pada medium mengandung karbohidrat maupun gula akan memproduksi alkohol dan karbon dioksida.a. Asam organik yang diproduksi maupun produk lainnya memiliki 6 atau lebih atom karbon.Pada jamur tidak sempurna seperti Penicillium telah diteliti oleh Wehmer jika jamur ini dapat menghasilkan asam oxalic dan asam citric yang merupakan hasil sampingan dari proses fermentasi. Asam lain yang dapat terbentuk ialah asam succinic, asam laktik, asam luteik dan asam kojic. Jamur juga memproduksi alkohol selama atau setelah fermentasi dengan jenis etil alkohol, etil asetat dan mannitol(Wolf, 1949).b. PolisakaridaJamur akan membentuk gula maupun polisakarida jika suhu tinggi dan dilarutan kultur bebas dari asam. Misalnya Penicillium expansum pada media d-glukosa memiliki gula di miseliumnya yang disebut mikodextran. P. charlesii juga dapat memproduksi mannocarolosa dan galaktocarolosa serta P. varians dalap memproduksi varianosa (Wolf, 1949).c. LemakMenurut percobaan Wenck dan Peterson (1935 dalam Wolf, 1949) produksi lemak dapat dilakukan bila medium tempat tumbuh jamur mengandung gula tinggi dan pH 2-8. Kandungan gula yang tinggi ini dapat menyumbang karbon untuk pembentukan lemak. Gula yang dapat digunakan untuk medium induksi pembentukan lemak ialah sukrosa, xylosa dan gliserol. d. Sterol dan vitaminYeast (ragi) yang dibiakkan pada medium larutan hexosa mengandung ammonium klorida bersama beberapa tetes bahan dimana tempat tumbuh ragi. Hasil dari metabolismenya ialah sterol golongan ergosterol (C28H44O59 merupakan prekursor vitamin D). pada A. sydowii Gorcica, Peterson dan Steenbock (1934, Wolf, 1949) mengisolasi vitamin B1, B2 dan B4. Cantharellus cibarius kaya akan vitamin A.e. Asam aminoA. niger memproduksi asam amino dari kandungan nitrogen dan karbon bebas.f. Pigmen pada jamurPada mikologi, pigmen jamur digunakan untuk mengidentifikasi jamur. Pigmen pada jamur misalnya Citromycetin, citrinin, karoten, asam theleforik.

5. Proses Biodegradasi pada JamurBiodegradasi yaitu pemecahan cemaran organik oleh aktivitas mikroba yang melibatkan serangkaian reaksi enzimatik. Umumnya terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatkan sebagai sumber makanan (substrat). Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai mineralisasi, dengan produk akhirnya berupa karbondioksida dan air. Proses ini dipakai dalam pengolahan limbah untuk menjadi CO2 dan air. Ko-metabolisme (co-metabolism) yaitu kemampuan mikroba dalam mengoksidasi atau metabolisasi suatu senyawa tetapi energi yang dihasilkan tidak dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Terjadi jika mikroba secara kebetulan menghasilkan suatu enzim yang mampu mendegradasi senyawa tertentu, sehingga dikatakan enzim tersebut tidak spesifik. Menurut Munir (2006), Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi terapan, karena mikroba telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dalam mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun dari industri. Hal yang baru adalah bahwa teknik bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari sisi ekonomi untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh senyawa-senyawa kimia toksik atau beracun. Biodegradasi adalah teknologi bioremediasi yang layak untuk polutan organik.Telah lama diketahui bahwa mikroorganisme mendegradasi polutan lingkungan dalam matriks berbagai lingkungan. Bioremediasi memanfaatkan fleksibilitas metabolisme mikroorganisme untuk mendegradasi polutan berbahaya. Tujuan dari bioremediasi adalah untuk mengubah polutan organik dari metabolit berbahaya atau dengan mineral polutan menjadi karbondioksida dan air (Munir, 2006). Polimer alam, seperti halnya lignin dan polisakarida, dapat terdegradasi menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Produk degradasi ini selanjutnya dapat dipergunakan oleh organisme hidup sebagai sumber energi atau untuk mensintesis senyawa-senyawa baru (termasuk biopolimer). Mekanisme umum degradasi polimer menjadi molekul yang sederhana dapat dijelaskan secara kimiawi. Organisme hidup mempunyai kemampuan untuk memproduksi bermacam-macam enzim yang dapat menghancurkan struktur biopolimer. Kerja suatu enzim sebagai katalisator dalam merombak struktur polimer merupakan kerja yang spesifik, artinya suatu enzim tertentu hanya memiliki kemampuan untuk mengkatalisis suatu reaksi kimia tertentu pula (Munir, 2006). Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan berlangsung. Kotoran, sampah, hewan, dan tumbuhan yang mati akan menutupi permukaan bumi, suatu kondisi yang tidak akan pernah kita harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau rantai makanan akan terputus. Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon, lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir metabolisme, umumnya berlangsung melalui proses yang sama (Munir, 2006). Proses biodegradasi jamur juga digunakan untuk pembuatanh pupuk.

Peran Jamur dalam Biodegradasi Munir (2006) menjelaskan bahwa polimer alami yang mendapat perhatian karena sukar terdegradasi di lingkungan adalah lignoselulosa (kayu) terutama bagian ligninnya. Lignin adalah polimer alami dan tergolong ke dalam senyawa rekalsitran karena tahan terhadap degradasi, atau tidak terdegradasi dengan cepat di lingkungan. Molekul lignin adalah senyawa polimer organik kompleks yang terdapat pada dinding sel tumbuhan dan berfungsi memberikan kekuatan pada tanaman. Lignin tersusun dari 3 jenis senyawa fenilpropanoid, yaitu: alkohol kumaril, alkohol koniferil, dan alkohol sinapil. Ketiganya tersusun secara random membentuk polimer lignin yang amorfus (tidak beraturan). Jamur basidiomisetes merupakan kelompok utama pendegradasi lignoselulosa. Walaupun beberapa bakteri diketahui dapat mendegradasi lignin, tetapi bakteri yang mampu mendegradasi lignin secara kompleks belum pernah dilaporkan. Jamur pembusuk kayu menghasilkan enzim-enzim pendegradasi lignoselulosa seperti golongan selulase, ligninase, dan hemiselulase (Munir, 2006). Berdasarkan mekanisme degradasi, jamur pembusuk kayu digolongkan ke dalam jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk cokelat, yang masing-masing memiliki metabolisme degradatif yang berbeda. Jamur busuk putih mampu mendegradasi seluruh komponen material lignoselulosa termasuk lignin, sedang jamur busuk cokelat lebih cenderung mendegradasi bagian selulosa dan hemiselulosa tetapi tidak lignin (Green and Highley, 1997 dalam Munir, 2006). Penggunaan kultur campuran antara jamur pembusuk putih dan jamur pembusuk cokelat memiliki prospek yang cukup tinggi untuk mendapatkan glukosa alternatif dari material lignoselulosa (Munir dan Goenadi, 1999). Cooke and Rayner (1984), jamur basidiomisetes dan askomisetes memiliki peran yang utama dalam degradasi lignoselulosa yang setiap tahunnya diperkirakan terbentuk sebanyak 100 gigaton, di mana 20 gigatonnya adalah lignin. Dalam proses degradasi lignoselulosa, jamur busuk cokelat menghasilkan sejumlah besar asam oksalat (COOH)2. Hal ini menyebabkan turunnya pH lingkungan yang cukup drastis, yang selanjutnya menyebabkan hidrolisis selulosa secara nonenzimatik (Shimada et al.1991). Proses ini sangat penting karena aktivitas enzim selulase belum dapat berlangsung sempurna karena enzim ini tidak dapat menembus pori-pori dinding sel yang ukurannya lebih kecil dari ukuran enzim. Jamur busuk putih sangat berpotensi dalam proses biodegradasi karena kemampuannya dalam mendegradasi berbagai senyawa aromatik, jamur pendegradasi lignin telah mendapat perhatian besar dalam bidang bioremediasi. Sistem degradasi enzimatis ekstraseluler menyebabkan jamur busuk putih lebih toleran terhadap konsentrasi polutan toksik yang lebih tinggi. Selanjutnya, mekanisme degradasi nonspesifik yang dimiliki oleh jamur pembusuk putih menyebabkan mereka mampu mendegradasi sejumlah besar polutan. Keunggulan lain dari jamur pembusuk putih dalam degradasi polutan adalah mereka tidak memerlukan pengkondisian untuk polutan tertentu, karena kekurangan nutrien dapat menginduksi proses degradasi. Di samping itu, induksi sintesis enzim-enzim pendegradasi polutan biasanya tidak terpengaruh oleh banyak sedikitnya polutan (Barr and Aust, 1994). Pada jamur busuk putih, bila terdapat H2O2, enzim lignin peroksidase yang dihasilkan akan menarik satu elektron dari senyawa PAH (hidrokarbon aromatis polisiklis)yang selanjutnya membentuk senyawa kuinon (Cerniglia and Sutherland, 2001). Cincin benzena yang sudah terlepas dari PAH selanjutnya dioksidasi menjadi molekul-molekul lain dan digunakan oleh sel mikroba sebagai sumber energi. Munir (2006) menjelaskan bahwa karena potensinya dalam mengakumulasikan logam cukup besar, jamur pembusuk kayu dapat digunakan sebagai agen untuk monitor polusi logam di tanah atau di atmosfer atau sebagai alat analisis lingkungan yang cukup potensial. Gabriel et al.(1995) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara polusi udara dengan kandungan logam dalam tubuh buah jamur (fruit body).

PENUTUPA. Kesimpulan Metabolisme pada jamur dilakukan jamur guna menunjang kebutuhan nutrisi dan keberlangsungan hidupnya serta mempertahankan eksistensi spesiesnya. Jamur mendapatkan energi dengan cara kontak langsung dengan lingkungan dan mencerna bahan organik di sekitarnya dengan sekresi enzim. Metabolisme sekunder jamur ialah mikotoxin. Mikotoxin dapat menyebabkan keracuanan bahkan kematian, tetapi adapula mikotoxin yang dapat dimanfaatkan menjadi obat-obatan karena tidak berbahaya bagi manusia ataupun hewan tetapi memiliki efek spesifik melawan bakteri penyebab penyakit yang disebut antibiotik. Hasil metabolisme pada jamur ialah asam dengan 6 atau lebih atom karbon, asam amino, lemak, sterol dan vitamin, pigmen, serta polisakarida. Proses biodegradasi pada jamur ditujukan jamur untuk mengurai bahan organik di sekitarnya menggunakan enzim yang disekresikannya. Biodegradasi dapat digunakan untuk bioremidiasi, pembuatan pupuk, mengurangi sampah organik.

DAFTAR PUSTAKABarr, D.P. and Aust, D.A. (1994). S. Environ. Sci. Technol. 28: 78-87.Cerniglia, C.E. and Sutherland, J.B. (2001). Bioremediation Of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons By Ligninolytic And Non-Ligninolytic Fungi. In: Fungi In Bioremediation. ed. G.M. Gadd, Cambridge University Press, Cambridge, pp. 136-187.Cooke, R.G. and Rayner, A.D.M. (1984). Ecology of Saprophytic Fungi. Longman, New York.Darkuni, M. Noviar.2012.Bahan Antimikroba.Malang:Fakultas MIPA Universitas Negeri MalangDwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi Edisi Kedua.Bandung: Alumni.Food standart Agency.____.Mycotoxins. Northern Irland: online, (www.food.gov,uk), diakses pada 26 Agustus 2015.Gabriel J., Rychlovsky, P. and Krenzelok, M. (1995). Beyllium Content In Some Wood-Rotting Fungi In Czech Republic, Toxicol. Envinron. Chem. 50: 233-236.Kusnadi, Periatiwati; Syulasmi, Ammy; dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.Microbewiki. 2010. Penicillium. dalam web online: http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Penicillium diakses pada 1 april 2014.Munir E. and Goenadi, D.H. (1999). Bioconversion of Oil Palm Trunk Derived Lignocellulose to Sugars. Menara Perkebunan 67 (2): 37-44.Munir, Erman. 2006. Pemanfaatan Mikroba Dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi Alternatif Untuk Pelestarian Lingkungan. Jurnal Mikrobiologi. USU e-Repository.Pelczar, Chan, dkk.2008. Terjemahan:Hadioetomo, Ratna siri dkk. Dasar-dasar Mikrobiologi: Jilid 1.Jakarta:UI Press.Pitt,J.I.____.An Introduction to Mycotoxin. Sumber online, (www.fao.org/docrep/x5036e/x5036e04.htm) diakses pada 26 Agustus 2015.Shimada, M., Akamatsu, Y., Ohta, A. and Takahashi, M.(1991). Biochemical Relationship Between Biodegradation Of Cellulose And Formation Of Oxalic Acid In Brown-Rot Wood Decay. Intern. Res. Group. On Wood Preserv. Doc. No. IRG/WP 1427, pp. 1-12.

Todar, Kanneth.2009.The Control of Microbial Growth. web online: http://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/control.html diakses pada 1 april 2014.

3