Top Banner
Tugas Terstruktur Dosen Pengampu Ulumul Hadist M. Noor Fuady, M.Ag Sejarah Pembinaan dan Penghimpunan Hadist Meliputi : Periodisasi Hadist, Penulisan Dan Penghafalan, Penghimpunan Timbulnya Pemalsuan dan Upaya Penyelamatan Hadist. OLEH KELOMPOK 1 : Akhmad Yani: ( 1301210564 ) Abdurrouf syamsi:
30

KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

Dec 10, 2015

Download

Documents

adybudiman-1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu Ulumul Hadist M. Noor Fuady, M.Ag

Sejarah Pembinaan dan Penghimpunan Hadist Meliputi : Periodisasi Hadist, Penulisan Dan Penghafalan, Penghimpunan

Timbulnya Pemalsuan dan Upaya Penyelamatan Hadist.

OLEH KELOMPOK 1 :

Akhmad Yani: ( 1301210564 ) Abdurrouf syamsi: Bukri Zam-Zam: Siti Hadaiti: ( 1301210534 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BANJARMASIN 2013

Page 2: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

KATA PENGANTAR

حيم الّر� حمن الّر� الله بسم

Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq serta inayah-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang

diberikan dosen pengasuh dengan judul SEJARAH PEMBINAAN DAN

PENGHIMPUNAN HADIST MELIPUTI : PERIODISASI, PENULISAN DAN

PENGHAFALAN, PENGHIMPUNAN TIMBULNYA PEMALSUAN DAN UPAYA

PENYELAMATAN HADIST.

Pelaksanaan kegiatan pembutan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu maka penyusun mengucapkan

banyak terima kasih kepada bapak dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam

pembuatan makalah ini.

Kami menyampaikan mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan

kesalahan dalam pembuatan makalah ini dan berharap semoga makalah ini dapat

memberi manfaat kepada semua pihak.Aamiin

Banjarmasin, 25 September 2013

PEMAKALAH

2

Page 3: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….DAFTAR ISI………………………………………...............................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………… B. Rumusan Masalah…….................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Peroidisasi Hadist…………………………………………………………..B. Penulisan Hadist Dan Penghafalan Hadist………………………………….A. Penghimpunan Timbulnya Pemalsuan Hadist Dan Upaya Penyelamatan

Hadist……………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

3

Page 4: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Sebelum akan dibahas apa itu Hadist.Hadist adalah sebagai sumber ajaran islam

yang kedua setelah Al- Quran. Hadist merupakan salah satu pedoman hidup umat islam.

Sebagai umat islam, sebaiknya kita mempelajari dan mengetahui ruang lingkup hadist

tersebut diperlukan ulumul hadist.

Karena bagaimana berpedoman hidup pada sesuatu, sementara kita tidak mengenal

pada pedoman hidup sendiri.

Ada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup persoalan-persoalan yang terjadi

dapat teratasi karena jika ada persoalan yang pemecahannya dirasa sulit maka semua

persoalan itu dikembalikan pada Alqur’an kalaupun didalam Alqur’an penjelasan yang

diberikan masih bersifat umum maka Nabi SAW, berkenan memberi penjelasan-

penjelasan secara rinci atau pun sahabat mengidentifikasi sikap dan perbuatan Nabi

terhadap persoalan tersebut.Oleh karena itu penulisan Hadits pada masa itu dilarang oleh

Nabi namun larangan ini bersifat umum akan tetapi Nabi masih memberikan toleransi

bagi orang-orang yang menulis Hadits asalkan mampu untuk memelihara tercampurnya

penulisan Hadits dengan Alqur’an.

Untuk menjaga keutuhan dan keaslian Hadits Nabi maka kholifah Umar bin

Abdul Aziz memprakarsai pentadwidan Hadits, dengan alasan beliau khawatir kalu hadits

tidak dibukukan maka Hadits dapat menghilang dengan begitu saja padahal Hadits

merupakan sumber hukum kedua setelah Alqur’an.

Dalam makalah ini kami akan mencoba memaparkan dari tentang sejarah

pembinaan dan penghimpunan hadist,periodisasi,penulisan dan penghafalan, sampai

penghimpunan timbulnya pemalsuan dan upaya penyelamatan hadist.

4

Page 5: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dan Perkembangan Periodisasi Hadist ?

2. Bagaimana Penulisan Dan Penghafalan Hadist ?

3. BagaimanaPenghimpunan Timbulnya Pemalsuan Hadist Dan

Penyelanatan Hadist ?

5

Page 6: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

BAB II

PEMBAHASAN

1. Periodesasi Pembinaan dan Penghimpunan Hadist

Untuk mengetahui bagaimana periode dalam pembukuan hadist terlebih dahulu kita

mengetahui sejarah pembukuanya mulai dari awal islam sampai era sekarang ini, yakni:

Zaman Rosululloh masa hidup, zaman khulafaurasyidn dan sebagian besar zaman

umawiyah hingga abad pertama hijrah, hadis Nabi tersebar dari mulut ke mulut. Ketika

itu umat Islam belum mempunyai inisiatif untuk menghinpun hadis Nabi yang

bertebaran. Mereka cukup dengan hapalnya yang menjadi kekuatanya. Dan memang

diakui oleh sejarah bahwa kekuatan hapalan para sahabat dan para tabi’in benar-benar

sulit ditandinginya.

Hadits nabi tersebar ke wilayah yang luas dibawa oleh para sahabat dan tabi’in ke

Seluruh penjuru dunia. Para sahabat pun mulai berkurang jumlahnya karena meninggal

dunia. Sementara itu, usaha pemalsuan terhadap hadis hadis nabi makin tambah banyak,

baik yang dibuat oleh orang orang jindik maupun musuh-musuh Islam maupun yang

datang dari orang Islam sendiri.

Abu Zahrah memasukkan penulisan dan pembukuan hadis sebagai periode keempat di

antara tujuh periode yang ia tetapkan sebagai berikut :

1. Periode pewahyuan dan pembentukan.

2. Periode pemantapan dan pembatasan riwayat.

3. Periode penyebaran riwayat.

4. Periode penulisan dan pembukuan.

5. Periode penyaringan dan pemikiran.

6. Periode penggabungan dan penertiban.

7. Periode penjabaran dan pembahasan.

Urgensi hadis dalam penentuan sikap terhadap berbagai makna yang terkandung dalam

ayat-ayat al-Quran atau sebagai kewenangan tersendiri bagi Rasulullah Saw, bagi para

sahabat, memiliki kedudukan yang khas dan sejarah tersendiri yang tidak bisa lepas dari

6

Page 7: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

aspek budaya dan peradaban saat itu. Sikap para sahabat tersebut, ditinjau dari aspek

kebudayaan saat itu, meliputi dua titik persoalan yang utama, yakni perhatian dan tradisi

mereka terhadap budaya lisan dan tulisan. Kedua aspek ini, dalam salah satu tinjauan

riwayat Abu Hurairah, berlaku secara bersamaan dan menjadi tradisi yang mengakar bagi

generasi selanjutnya. Dalam Shahih al-Bukhari dinyatakan bahwa Abu Hurairah pernah

berkata, “Tidak ada seorang pun sahabat Nabi Saw yang lebih banyak hadisnya daripada

diriku selain Abdullah bin Amr, karena ia menulis sedangkan aku tidak”. (Shahih al-

Bukhari, “Kitab al-Ilmu, Bab Kitabah al-ilm”)

Penyampaian hadis secara lisan merupakan hal mendasar dalam tradisi saat itu. Bahkan

setelah koleksi tertulis hadis disusun, penyampaian hadis secara lisan masih ideal.

Kelisanan, dalam sistem ini, merupakan kebajikan bukan sebaliknya. Seperti faqih yang

meremehkan bukti tertulis, dan lebih menyukai pembuktian lisan langsung, ulama hadis

pun menekankan superioritas penyampaian hadis secara langsung, pribadi, dan lisan.

Nilai tulisan hanyalah untuk membantu mengingat.

7

Page 8: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

PERIODISASI HADIS

13 SH/609 M-11 H/632 M.Periode wahyu dan pembentukan hukum serta dasarnya. Pada masa ini hadis lebih banyak berupa hafalan dan ingatan para sahabat.

12 H/634 M-40 H/661 M.Periode membatasi hadis dan menyedikitkan riwayat. Ini berlangsung pada masa al-Khulafa' ar-Rasyidun.

40 H/661 M hingga akhir abad ke-1 H.Periode penyebaran riwayat ke kota untuk mencari hadis, yaitu masa sahabat junior dan tabiin senior.

Awal sampai akhir abad ke-2 H.Periode penulisan dan kodifikasi resmi. Periode ini berlangsung dari masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99 H/717 M-102 H/720 M) sampai akhir abad ke-2 H.

Awal sampai akhir abad ke-3 H.Periode pemurnian, penyeleksian, dan penyempurnaan.

Awal abad ke-4 H hingga jatuhnya Baghdad (656 H/12528 M).Periode pemeliharaan, penertiban, penambahan, dan penghimpunan.

Awal jatuhnya Baghdad sampai sekarang.Periode pensyaratan, penghimpunan pe-takhrij-an atau pengeluaran riwayat, dan pembahasan. 1

Apabila kita pelajari dengan seksama suasana dan keadaan-keadaan yang telah dilalui hadist sejak dari zaman tumbuhnya hingga dewasa ini, dapatlah kita menarik sebuah garis bawah hadit rasul sebagai dasar tasyri yang kedua telah melalui enam masa dan sekarang sedang menempuh periode ketujuh.

Masa pertama ialah : masa wahyu dan pembentukan hokum serta dasar-dasarnya

dari dari permulaan nabi dibangkit hingga beliau wafat

pada tahun 11 H.

Masa kedua ialah : masa membatasi riwayat, masa khulafa rasydin (12 H – 40 H)

1 Azra Azyumardi dkk, Ensiklopedi Islam. ( Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005). h. 28

8

Page 9: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

Masa ketiga ialah : masa berkembang riwayat dan perlawatan dari kota ke kota

untuk mencari hadist, yaitu masa sahabat kecil dan tabi’

in besar ( 41 H – akhir abad pertama hijriah)

Masa keempat ialah : masa pembukuan hadist ( dari permulaan abad ke 2 H

hingga akhirnya)

Masa kelima ialah : masa mentashihkan hadist dan menyaringnya ( awal abad

ketiga, hingga akhirriya )

Masa keenam ialah : masa menapis kitab – kitab hadist dan menyusun kitab– kitab

jami yang khusus ; ( dari awal abad keempat hingga

jatuhnya Baghdad tahun 656 H )

Masa ketujuh ialah : masa membuat syarah, membuat kitab takhrij,

mengumpulkan hadist – hadist hokum dan membuat kitab

– kitab jami’ yang umum serta membahas hadist – hadist

zawa – id ; (656 H – dewasa ini )2

1. Masa Rasulullah SAW

Metode yang digunakan Nabi SAW untuk mengajarkan hadistnya dapat

dibagi dalam 3 kategori :

Lisan

Tulisan

Peragaan Praktis

2 M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, ( Jakarta :Bulan Bintang, 1993) h. 46 – 47

9

Page 10: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

a) Metode Lisan

Nabi SAW adalah guru bagi sunnahnya. Untuk memudahkan hafalan dan

pengertian, beliau bisa mengulangi hal-hal penting sampai 3 kali. Sesudah

mengajari sahabat, biasanya beliau mendengarkan lagi apa yang sudah

merekan pelajari. Utusan dari daerah-daerah terpencil menjadi tanggung

jawab orang Madinah tidak hanyasoal akomodasi, tetapi juga pendidikan

mereka dalam ilmu Al-Qur’an dan sunah. Beliau bisa melemparkan

pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka . Cara Rasul

SAW menyampaikan hadist kepada para sahabat dengan metode lisan

seperti : melalui jamaah pada pusat pembinaannya yang disebut majelis al-

ilmi. Rasulullah juga menyampaikan hadistnya melalui sahabat tertentu.

Melalui ceramah atau pidato ditempat terbuka, seperti ketika haji wada’ futuh

makkah

Dalam hal ini Allah SWT dalam menggambarkan kondisi utusannya bahwa

setiap perkataan Rasulullah SAW bukan menurut kemauan hawa nafsunya.

Artinya :

“ Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemaun hawa nafsunya.

Ucapannya itu tiada lain wahyu yang diwahyukan ( Kepadanya )”.3

(QS Al- Najm ( 53 ) : 3 – 4 )

b) Metode Tulisan

Seluruh surat Rasul SAW kepada raja, penguasa, kepada suku, dan

gubernur muslim dapat dimasukkan dalam kategori ini juga kita dapat

3 M. M. Azami, MA. Ph. D, Penerjemah : Meth Kieraha, Memahami Ilmu Hadist : Telaah Metodologi & Literatur Hadist, ( Jakarta : Lentera, 2003) h. 33 – 34

10

Page 11: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

memasukkan apa yang didiktekan beliau kepada para sahabatnya seperti Ali

bin Abi Thalib, beberapa tulisan Abdullah bin Amir bin Ash, dan perintah

beliau untuk mengirimkan salinan khutbahnya kepada Abu Syat (seorang

warga Yaman).

c) Metode Peragaan Praktis

Sepanjang menyangkut peragaan praktis Nabi mengajarkan metode

wudhu, shalat, puasa, haji dan sebagainya. Dalam setiap segi kehidupan, Nabi

SAW memberikan penjelasan praktis disertai perintah yang jelas untuk

mengikutinya . Seperti dalam pelaksaan ibadah haji, terlebih dahulu beliau

melaksanakan dengan fi’ liyah kemudian bersabda :

Artinya :

“ Ambilah olehmu dariku perbuatan-perbuatan yang dikerjakan dalam ibadah

haji “.

2. Masa Sahabat ( Masa Khulafa Rasydin )

Para sahabat, sesudah wafat Rasul tidak lagi berdiam di kota Madinah. Mereka

pergi ke kota-kota lain. Maka penduduk kota-kota lain punmulai menerima hadist.

Para tabi’ in

mempelajari hadist dari para sahabat itu..Dengan demikian mulailah

berkembang riwayat dalam kalangan tabi’ in. Dalam pada itu riwayat hadist di

permulaan masa sahabat itu masih tebatas sekali. Disampaikan kepada yang

memerlukan saja dan bila perlu saja, belum bersifat pelajaran. Dalam masa

Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadist belum lagi di luaskan. Beliau-

beliau ini mengerahkan minat umat untuk menyebarkan Al- Qur’an dan

memerintahkan para sahabat untuk berhati-hati dalam menerima riwayat-riwayat

itu. Diketika kendali pemerintahan dipegang oleh Utsman r. A dan dibuka pintu

11

Page 12: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

perlawatan kepada para sahabat, serta umat mulai memerlukan sahabat, istimewa

sahabat-sahabat kecil, bergeraklah sahabat-sahabat kecil mengumpulkan hadist

dari sahabat-sahabat besar dan mulailah mereka meninggalkan tempat untuk

mencari hadist.

5. Masa Sahabat Kecil dan Tabi’ in Besar

Sesudah masa Ustman dan Ali timbulah usaha yang lebih sungguh untuk mencari dan menghafal hadist serta menebarkannya kedalam masyarakat luas dengan mengadakan perlawatan-perlawatan untuk mencari hadist. Pada tahun 17 H tentara islam mengalahkan Syam dan Iraq, pada tahun 20 H mengalahkan Mesir, peda tahun 21 H mengalahkan Persia, pada tahun 56 H tentara islam menklukan Spanyol. Para sahabat berpindah ketempat – tempat itu, karenanya kota-kota itu merupakan perguruan tempat mengajarkan Al-Qur’an dan Al- Hadist, tempat mengeluarkan sarjana-sarjana tabi’ in hadist .4

2. Penulisan dan Penghafalan Al- Hadist

Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan Al-Qur’an dan hadist,

sebagai dua sumber ajaran islam, Rasul SAW menempuh jalan yang berbeda terhadap

Al-Qur’an, Ia secara resmi menginstruksikan kepada sahabat supaya ditulis di

samping dihafal, sedang terhadap hadist Ia hanya menyuruh menghafalnya dan

melarang menulisnya secara resmi. Dalam hal ini Ia bersabda :

Artinya :

“ Janganlah kalian tulis apa saja dariku selain Al-Qur’an. Barang siapa telah menulis

dariku selain Al-Qur’an, hendaklah dihapus. Ceritakan saja apa yang diterima dariku,

ini tidak mengapa. Barng siapa berdusta atas Namaku dengan sengaja hendaklah ia

menempati tempat duduknya di neraka”. ( HR Muslim )

Maka segala hadist yang diterima dari Rasul SAW, oleh para sahabat diingatnya

4 M. M. Azami, MA. Ph. D, Memahami Ilmu Hadist : Telaah Metodologi & Literatur Hadist, ( Jakarta : Lentera, 2003) h. 33 – 34

12

Page 13: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

secara sungguh-sungguh dan hati-hati. Mereka sangat khawatir dengan ancaman

Rasul SAW untuk tidak terjadi kekeliruan tentang apa yang diterimanya.

Ada dorongan kuat yang cukup memberikan motivasi kepada para sahabat dalam

kegiatan menghafal hadist ini. Pertama, karena kegiatan menghafal merupakan

budaya bangsa Arab yang telah diwarisinya sejak praislam dan mereka terkenal kuat

hafalannya; Kedua, Rasul SAW banyak memberikan spirit melalui doa-doanya ;

Ketiga, seringkali ia menjanjikan kebaikan akhirat kepada mereka yang menghafal

hadist dan menyampaikannya kepada orang lain.

Diantara sahabat yang paling banyak menghafal/ meriwayatkan hadist ialah Abu

Hurairah. Menurut keterngan Ibnu Jauzi bahwa hadist yang diriwayatkan oleh Abu

Hurairah sejumlah 5. 374 buah hadist. Kemudai npara sahabat yang paling banyak

hafalannya sesudah Abu Hurairah adalah:

Abdullah bin Umar r. A. Meriwayatkan 2. 630 buah hadist

Anas bin Malik meriwayatkan 2. 276 buah hadist

Aisyah meriwayatkan 2. 210 buah hadist

Abdullah ibn Abbas meriwayatkan 1. 660 buah hadist

Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1. 540 buah hadist

Abu Said Al- Khudri meriwayatkan 1. 170 buah hadist .

Di balik larang Rasul SAW, tentang larangan menulis hadist, ternyata ditemukan

sejumlah sahabat yang memiliki catatan-catatan dan melakukan penulisan terhadap

hadist. Salah satunya adalah Abdullah ibn Amir Al-‘ Ash. Ia memiliki catatan hadist

yang menurut pengakuannya dibenarkan oleh Rasul SAW, sehingga diberinya nama

Alo- sahifah Al- Shadiqah. Menurut suatu riwayat dicerritakan bahwa orang-orang

quraisy mengkritik sikap Abdullah ibn Amir, karena sikapnya yang selalu menulis

apa yang datang dari Rasul SAW. Mereka berkata : “ Engkau tuliskan apa saja yang

13

Page 14: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

datang dari Rasul, padahal Rasul itu manusia, yang bisa saja bicara dalam keadaan

marah”. Kritikan ini disampaikannya kepada Rasulullah SAW, dan Rasul

menjawabnya dan mengatakan :

Artinya :

“ Tulislah! Demi zat yang diriku berada di tangannya, tidak ada yang keluar dari

padanya, kecuali yang benar “.(HR. Bukahari).

Dalam abad pertama Hijrah, mulai dari zaman Rasul, masa khulafa Rasydin dan

sebagian besar zaman Amawiah, yakni hingga akhir abad pertama hijrah. Hadist-

hadist itu berpindah dari mulut kemulut. Masing-masing perawi meriwayatkannya

berdasarkan kepada kekuatan hafalannya. Pada masa itu mereka belum mempunyai

motif yang menggerakan mereka untuk membukukannya. Dikala kendali khalifah

dipegang oleh Umar Ibnu Abdul Aziz yang dinobatkan dalam tahun 99 H, seorang

khalifah dari dinasti Amawiyah yang terkenal adil dan war’ sehingga beliau

dipandang sebagai khalifah yang kelima, tergeraklah hatinyauntuk membukukan

hadist. Beliau sadar bahwa para perawi yang membendaharakan hadist dalam

dadanya, kian lama kian banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila tidak

segera dibukukan dan dikumpulkan dalam buku-buku hadisat dari para perawinya,

mungkinlah hadist-hadist itu akan lenyap dari permukaan bumi. Untuk menghasilkan

maksud mulia itu, pada tahun 100 H khalifah meminta kepada gubernur Madinah,

Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amer ibn Hazmin (120 H) yang menjadi guru

ma’mar, Al Laits, Al Auza’y supaya membukukan hadist Rasul yang terdapat pada

penghafal wanita yang terkenal, yaitu : Amrah binti Abdir Rahman ibn Sa’ad ibn

Zurarah ibn Ade.

Penyebaran hadist-hadist pada masa Rasulullah hanya disebarkan lewat mulut

kemulut ( secara lisan ). Hal bukan hanya dikarenakan banyak sahabat yang tidak bisa

menulis hadist, tetapi juga karena Nabi melarang untuk menulis hadist. Beliau

khawatir hadist akan tercampur dengan ayat-ayat Al-Qur'an.

14

Page 15: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

Disini Nabi melarang para sahabat menulis hadist, tetapi cukup dengan

menghafalnya. Beliau membolehkan meriwayatkan hadist dengan disertai ancaman

bagi orang yang berbuat bohong.

Adapun faktor –faktor utama dan terpenting yang menyebabkan Rasulullah

melarang penulisan dan pembukuan hadist adalah :

Khawatir terjadi kekaburan antara ayat-ayat Al-Quran dan hadist Rasul bagi

orang-orang yang baru masuk islam.

Takut berpegangan atau cenderung menulis hadist tanpa diucapkan atau ditela'ah.

Khawatir orang-orang awam berpedoman pada hadist saja. ( Hasan Sulaiman

Abbas Alwi,1995:16).

Nabi telah mengeluarkan izin menulis hadist secara khusus setelah peristiwa fathu

Mekkah. Itupun hanya kepada sebagian sahabat yang sudah terpercaya. Dalam

hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah disebutkan, bahwa ketika Rasulullah

membuka kota Mekkah, beliau berpidato di depan orang banyak dan ketika itu

ada seorang lelaki dari Yaman bernama Abu Syah meminta agar dituliskan isi

pidato tersebut untuknya. Kemudian Nabi memerintahkan sahabt agar menuliskan

untuk Abu Syah.

Hadist tersebut yang berbunyi”Wahai Rasululla,Tuliskanlah untukku. Nabi bersabda (pada sahabat yang lain ), tuliskanlah untuknya.”( H.R. AHMAD ).5

Setelah agama islam tersiar dengan luas dimasyarakat, dipeluk dan dianut oleh

Penduduk yang bertempat tinggal diluar jazirah Arabia, dan para sahabat mulai terpencar

di beberapa wilayah bahkan tidak sedikit jumlahnya yang telah meninggal dunia, maka

terasalah perlunya diabadikan dalam bentuk tulisan dan kemudian dibukukan dalam

dewan Hadist. Urgensi ini menggerakkan hati khalifah “Umar bin Abdul Aziz” seorang

khalifah Bani Umaiyah yang menjabat khalifah antara tahun 99 sampai tahun 101

Hijriah, untuk menulis dan membukukan Hadist.

Motif utama khalifah “Umar Bin Abdul Aziz” berinisiatif demikian :

B. kemauan beliau yang kuat untuk tidak membiarkan Hadist seperti waktu yang

sudah-sudah.Karena beliau khawatir akan hilang dan lenyapnya Hadist dari

5 Nur kholir, pengantar studi Al-Qur'an dan Hadist ( yogyakarta : Pustaka Setia, 2000 ) h.23

15

Page 16: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

perpendaharaan masyarakat, disebabkan belum didewankannya dalam dewan

Hadist.

C. Kemauan beliau yang keras untuk membersihkan dan memelihara Hadist dari

Hadist maudhlu' yang dibuat oleh orang-orang untuk mempertahankan idiologi

golongannya dan mempertahankan madzabnya, yang mulai tersiar sejak awal

berdirinya ke-khalifahan' Ali Bin Abi Thalib r.a.

D. Alasan tidak terdewannya Hadist secara resmi di zaman Rasulullah dan khulafaur

Rasyidin, karena adanya kekhawatiran bercampur aduknya dengan Al-Quran,

telah hilang, disebabkan Al-Quran telah telah dikumpulkan dalam satu mushaf

dan telah merata diseluruh pelosok. Ia telah dihafal diotak dan diresapkan di hati

sanubari beribu-ribu orang.

E. Kalau di zaman khulafaurrasyidin belum pernah dibayangkan dan terjadi

peperangan antara orang muslim dengan orang kafir, demikian juga perang

saudara orang-orang muslim yang kian hari kian menjadi-jadi, yang sekaligus

berakibat berkurangnya jumlah,Ulama ahli Hadist, maka pada saat itu konprontasi

tersebut benar-benar terjadi.

F. Untuk menghilangkan kekhawatiran akan hilangnya Hadist dan memlihara Hadist

dari bercampurnya dengan Hadist-hadist palsu, beliau menginstruksikan kepada

seluruh pejabat dan Ulama yang memegang kekuasaan di wilayah kekuasaan nya

untuk mengunpulkan Hadist.

Atas instruksi itu, Ibnu Hazm mengumpulkan Hadist-hadist, baik yang ada pada

dirinya sendiri maupun pada Amrah,tabi'iy wanita yang banyak meriwayatkan Hadist

'Aisyah r.a.

Juga beliau menginstruksikan kepada ibnu syihab Az-Zuhry seorang Imam dan

Ulama besar di hijaz dan syam.

Beliau mengumpulkan Hadist-hadist dan kemudian di tulisnya dalam lembaran-

lembaran dan dikirimkan pada masing-masing penguasa ditiap-tiap wilayah satu

lembar. Itulah sebabnya para ahli tarikh dan Ulama menganggap bahwa ibnu syihab-

16

Page 17: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

lah orang yang mula-mula mendewankan Hadist secara resmi atas perintah khalifah

'Umra Bin Abdul Aziz'.6

3. Pemalsuan Hadist dan Upaya Penyelamatannya

Sebab pemalsuan hadist yang pertama kali muncu adalah karena adanya

perselisihan yang melanda kaum muslim yang bersumber pada fitnah dan kasus-kasus

yang mengikutinya : yakni umat islam menjadi 3 golongan, yaitu syiah, khawarij dan

jumhur. Kemudian pengikut setiap kelompok leluasa memalsukan hadist-hadist untuk

membela diri dalam menghadapi kelompok yang beranggapan bahwa merekalah yang

berhak memegang khilafas. Suatu hal yang sangat disayangkan adalah berpalingnya

seseorang yang berkecimpung di dunia hadist lalu menyerang orang-orang dan

kelompok, telah berpalig dengan hadist yang mereka ciptakan untuk memperkuat

posisi tradisi dan kelompoknya. Dengan demikian banyak hadist maudhu’ yang

berkaitan dengan keutamaan-keutamaan Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘ Ali, ‘ Abbas,

Mu’ awiyah dan sebagainya. Sebagai contoh hadist maudhu adalah :

Aritnya : “ Abu Bakar akan memimpin umatku setelah aku “.

Artinya : “ Ali adalah manusia yang paling baik, dan barang siapa yng ragu

terhdapnya maka ia menjadi kafir”.

Kedua, permusuhan terhadap islam dan untuk menjelek-jelekannya. Yaitu upaya yang

ditempuh oleh orang-orang Zindiq, lebih-lebih oleh keturunan bangsa-bangsa yang

terkalahkan umat islam.7

Pada abad kedua, pemalsuan hadist bertambah luas dengan munculnya propaganda-

propaganda politik untuk menumbangkan rezim Bani Umayyah. Sebagai imbangan,

6 Rahman Fathur, Ikhtisar Musthalahul Hadist, ( Bandung: PT. Alma'arif, 1985) h. 35-36.7 Dr. Nuruddin, Manhaj An- Naqd Fi ‘ Uluum Al- Hadist ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995) h. 41– 42.

17

Page 18: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

muncul pula dari pihak muawiyyah ahli-ahli pemalsu hadist untuk membendung arus

propaganda yang dilakukan oleh golongan oposisi.

Untuk itu, kemudian sebagian ulama mempelajari dan meneliti keadaan para

perawi hadist.

yang dalam masa itu banyak terdapat perawi-perawi yang lemah diantara perawi itu.

Selain itu juga diusahakan pemberantasan terhadap hadist-hadist palsu oleh para

ulam, yaitu dengan cara menunjukan nama-nama dari oknum-oknum yang

memalsukan hadist.

Berikut hadist-hadist yang dibuatnya agar umat islam tidak terpengaruh dan tersesat

oleh perbuatan mereka.di bawah ini adalah diantara kitab-kitab yang secara khusus

menerangkan hadist-hadist palsu yang disusun oleh para ulama :

1) Kitab oleh Muhammad bin Thahir Ak- Maqdizi,

2) Kitab oleh Al-Hasan bin Ibrahim Al-Hamdani,

3) Kitab oleh Ibnul Jauzi.

Disamping itu para ulama hadist membuat kaidah-kaidah serta manetapkan ciri-ciri

konkret yang dapat menunjukkan bahwa suatu hadist itu palsu. Ciri-ciri itu antara

lain:

Susunan hadist itu baik lafaz maupun maknanya janggal, sehingga tidak

pantas rasanya disabdakan oleh Nabi SAW, seperti hadist

Artinya : “janganlah engkau memaki ayam jantan, karena dia teman karibku”.

Isi/ maksud hadist tersebut bertentangan dengan akal,seperti hadist

Artinya : “Buah terong itu menyembuhkan segala penyakit”

18

Page 19: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

Isi/ maksud itu bertentangan dengan nash Al-Qur’an dan atau hadist

mutawatir, seperti hadist

Artinya : “ anak zina itu tidak akan masuk surga”

Hadist tersebut bertentangan dengan firman Allah SWT

Artinya : “ Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.8

8Drs. H. Muhammad Ahmad - Drs. M. Mudzakir, Ulumul Hadist, (Bandung :

Pustaka Setia, 2000) h. 35 – 37.

19

Page 20: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

BAB III

KESIMPULAN

Hadist Rasulullah SAW sebagai dasar tasyri’ yang kedua telah melalui enam masa

dan sekarang sedang menempuh periode yang ketujuh. Diantaranya ialah : masa

Rasulullah SAW, masa Khulafa Rasyidin, masa sahabat kecil dan tabi’ in besar.

Rasulullah SAW terhadap Al-Qur’an ia secara resmi menginstruksikan kepada

sahabat supaya ditulis disamping dihafal, sedang terhadap hadist ia hanya menyuruh

menghafalnya dan melarang menulisnya secara resm, karena beliau khawatir kalau hadist

ditulis akan tercampur dengan Al-Qur’ an sebab Al-Qura’an diwahyukan dan hadist

diwurudkan pada masa yang sama. Larangan Rasul itu tidak berlaku untuk semua

sahabat, melainkan larangan Rasul itu berlaku hanya untuk orang – orang yang

dikhawatirkan mencampuradukan antar Al- Qur’an dan hadist.

Timbulnya pemalsuan hadist disebabkan memperebutkan jabatan khalifah, maka

umat islam terpecah menjadi 3 golongan, yaitu Syiah, Khawarij, dan jumhur. Masing-

masing kelompok mengaku berada dalam pihak yang benar dan untuk membela pendirian

masing-masing mereka membuat hadist palsu.

Untuk memberantas hadist-hadist palsu itu oleh para ulam yaitu dengan cara

menunjukkan nama-nama dari oknum yang memalsukan hadist berikut hadist-hadist yang

dibuatnya supaya umat islam tidak terpengaruh dan tersesesat oleh perbuatan mereka.

20

Page 21: KELOMPOK 1. ulum hadit.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Azra Azyumardi dkk, Ensiklopedi Islam. ( Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve, 2005).

2. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist,

( Jakarta :Bulan Bintang, 1993)

3. M. M. Azami, MA. Ph. D, Memahami Ilmu Hadist : Telaah Metodologi &

Literatur Hadist, ( Jakarta : Lentera, 2003)

4. M. M. Azami, MA. Ph. D, Memahami Ilmu Hadist : Telaah Metodologi &

Literatur Hadist, ( Jakarta : Lentera, 2003)

5. Nur kholir, pengantar studi Al-Qur'an dan Hadist ( yogyakarta : Pustaka

Setia, 2000 )

6. Rahman Fathur, Ikhtisar Musthalahul Hadist, ( Bandung: PT. Alma'arif,

1985)

7. Dr. Nuruddin, Dr. Nuruddin, Manhaj An- Naqd Fi ‘ Uluum Al- Hadist,

( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995 )

8. Drs. H. Muhammad Ahmad - Drs. M. Mudzakir, Ulumul Hadist, (Bandung :

Pustaka Setia, 2000)

21