ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP DAN POLIFARMASI YANG BERPOTENSI TIMBULNYA MEDICATION ERROR PADA RESEP PENYAKIT GASTRITIS DI APOTEK KIMIA FARMA KOTA PALEMBANG PERIODE JANUARI – MARET 2014 PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kesehatan OLEH: ARIEF WIBISANA NIM: PO.71.39.0.11.008 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN FARMASI 2014
44
Embed
Kelengkapan Administratif Resep dan Polifarmasi Yang Berpotensi ME pada Resep Penyakit Gastritis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP DAN POLIFARMASI YANG BERPOTENSI TIMBULNYA MEDICATION ERROR PADA RESEP PENYAKIT
GASTRITIS DI APOTEK KIMIA FARMA KOTA PALEMBANG PERIODE
JANUARI – MARET 2014
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kesehatan
OLEH:
ARIEF WIBISANA NIM: PO.71.39.0.11.008
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI 2014
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP DAN
POLIFARMASI YANG BERPOTENSI TIMBULNYA MEDICATION ERROR PADA RESEP PENYAKIT
GASTRITIS DI APOTEK KIMIA FARMA KOTA PALEMBANG PERIODE
Dra. Ratnaningsih DA, Apt, M.kes NIP: 19661016 199203 2 001
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN FARMASI 2014
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, dengan judul “Analisis Kelengkapan Administratif Resep dan Polifarmasi Yang Berpotensi Timbulnya Medication Error Pada Resep Penyakit Gastritis di Apotek Kimia Farma Kota Palembang Periode Januari - Maret 2014” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti bagi penulis. Dengan rasa tulus ikhlas dan dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan,dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dra. Ratnaningsih DA, Apt, M.Kes selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Palembang.
3. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Farmasi.
4. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta motivasi dan doanya.
5. Teman-teman satu angkatan yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki. Sehingga penulis Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis mengharapkan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Walaikumsalam Wr. Wb.
Palembang, Maret 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Medication Error ....................................................................... 6 B. Resep Obat Yang Rasional ...................................................... 12 C. Kelengkapan Resep ................................................................. 13 D. Polifarmasi................................................................................ 14 E. Interaksi Obat ........................................................................... 15 F. Gastritis .................................................................................... 17 G. Kerangka Teori ......................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................ 28 B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 28 C. Populasi dan Sampel ................................................................ 28 D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................... 29 E. Cara Pengambilan Data ........................................................... 29 F. Alat Pengumpulan Data ............................................................ 30 G. Variabel Penelitian .................................................................... 30 H. Definisi Operasional ................................................................. 31 I. Kerangka Operasional .............................................................. 33 J. Cara Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 34 K. Rencana Kegiatan ................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36 BIODATA ...................................................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Medication Error (ME) adalah kejadian yang merugihkan pasien
akibat pemakaian obat, tindakan, dan perawatan selama dalam
penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah
(MENKES, 2004). Data tentang kejadian medication error terutama di
indonesia tidak banyak diketahui. Hal tersebut kemungkinan karena tidak
teridentifikasi secara nyata, tidak dapat dibuktikan, atau tidak dilaporkan
(Siregar, dkk, 2006).
Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah
kegagalan komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis
resep) dengan dispenser (pembaca resep) (Rahmawati dan Oetari,
2002). Menurut Cohen (1999) salah satu faktor yang meningkatkan resiko
kesalahan dalam pengobatan adalah resep. Kelengkapan resep
merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena dapat
membantu mengurangi terjadinya medication error.
Sebuah studi di yogyakarta (2010) terhadap sebuah rumah sakit
swasta menunjukkan bahwa dari 229 resep, ditemukan 226 resep yang
terdapat medication error. Dari 226 medication error, 99,12% merupakan
kesalahan peresepan, 3,02% merupakan kesalahan farmasetik dan
3,66% merupakan kesalahan penyerahan. Sebagian besar kesalahan
peresepan merupakan akibat dari resep yang tidak lengkap
(Perwitasari,dkk.2010).
2
Faktor lain yang berpotensi cukup tinggi untuk terjadinya
medication error dan sering dijumpai adalah penggunaan 2 macam obat
atau lebih. Pemberian obat secara polifarmasi sering menimbulkan
interaksi obat, baik yang bersifat meningkatkan maupun yang
meniadakan efek obat. Interaksi obat yang ditimbulkan dapat
menyebabkan efek samping obat atau efek obat yang tidak diinginkan.
Pada penelitian yang dilakukan (Terrie,2004) menyatakan bahwa efek
samping obat terjadi 6% pada pasien yang mendapat 2 macam obat,
meningkat 50% pada pasien yang mengonsumsi 5 macam obat, dan
100% ketika lebih dari 8 obat yang digunakan.
Berdasarkan laporan yang diterima Tim Kesehatan Pasien RS
(KP-RS) R.K. Charitas kejadian tidak diinginkan yang terjadi selama lima
tahun terakhir, yang berkaitan dengan obat (ME) sebanyak 76 kasus
(26%) dari seluruh kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi. Meskipun
sebagian besar kasus tidak terjadi dampak yang fatal, beberapa
diantaranya termasuk kategori bermakna secara klinis
(Simamora,dkk.2011).
Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication
error oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep yang
meliputi kelengkapan resep (identitas dokter, identitas pasien, nomer ijin
praktek dokter [SIP], tempat dan tanggal resep, tanda R/, nama obat dan
jumlahnya, aturan pakai, serta paraf dokter) dan tinjauan kerasionalan
diantaranya polifarmasi dan interaksi obat.
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran
pencernaan yang paling sering terjadi. Di dunia, insiden gastritis sekitar
3
1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Sedangkan di Asia
Tenggara, insiden gastritis sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahun. Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi, yaitu 274.396
kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah dan Unun
pada tahun 2006, angka kejadian gastritis pada keluhan saluran cerna di
Surabaya mencapai 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan
sebesar 91,6% (Yulida, dkk. 2013). Tidak diketahui dengan pasti datanya
di Palembang, namun diyakini kasus gastritis cukup tinggi terjadi disini.
Apotek Kimia Farma merupakan salah satu apotek terbesar di
kota Palembang dan memiliki pemasukan resep yang tinggi setiap
harinya. Hal ini memungkinkan terjadinya medication error di apotek
tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti di apotek Kimia
Farma dengan judul “Analisis Kelengkapan Administratif Resep dan
Polifarmasi Yang Berpotensi Timbulnya Medication Error Pada Resep
Penyakit Gastritis di Apotek Kimia Farma Kota Palembang Periode
Januari - Maret 2014”.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik kelengkapan administrasi resep yang berpotensi
timbulnya ME pada resep penyakit gastritis?
2. Bagaimana karakteristik polifarmasi yang berpotensi timbulnya ME pada
resep penyakit gastritis?
3. Seberapa besar frekuensi kelengkapan administrasi resep dan
polifarmasi yang berpotensi timbulnya ME pada resep penyakit gastritis?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menilai kelengkapan administrasi resep dan polifarmasi yang
berpotensi timbulnya medication error pada resep penyakit gastritis di
apotek kimia farma kota palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengindentifikasi karakteristik kelengkapan administrasi resep yang
berpotensi timbulnya medication error pada resep penyakit gastritis.
b. Mengindentifikasi karakteristik polifarmasi yang berpotensi timbulnya
medication error pada resep penyakit gastritis.
c. Mengukur frekuensi kelengkapan administrasi resep dan polifarmasi
yang berpotensi timbulnya medication error pada resep penyakit
gastritis.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan manfaat lain :
1. Bagi apotek, dapat dijadikan informasi dalam peningkatan pelayanan
kefarmasian dan keselamatan pasien.
2. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Medication Error
1. Definisi
Medication Error (ME) adalah suatu kesalahan dalam proses
pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab
profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah
(Cohen, 1991). Selain itu, kesalahan pengobatan (medication error) dapat
didefinisikan sebagai semua kejadian yang merugihkan pasien akibat
pemakaian obat, tindakan, dan perawatan selama dalam penanganan
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah (MENKES,2004).
Definisi yang terbaru dari kesalahan pengobatan adalah kejadian yang
dapat menyebabkan pengobatan tidak sesuai atau yang dapat
mencelakakan pasien dimana prosedur pengobatan tersebut masih
berada di bawah kontrol praktisi kesehatan (Fowler, 2009).
2. Kejadian Medication Error
Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase
prescribing, fase transcribing, fase dispensing, dan fase administrasion
oleh pasien (Cohen, 1991).
a. Prescribing Errors
Medication error pada fase prescribing adalah error yang terjadi
pada fase penulisan resep. Fase ini meliputi:
7
1) Kesalahan resep
2) Kesalahan karena yang tidak diotorisasi
3) Kesalahan karena dosis tidak benar
4) Kesalahan karena indikasi tidak diobati
5) Kesalahan karena penggunaan obat yang tidak diperlukan
b. Transcription Errors
Pada fase transcribing, kesalahan terjadi pada saat pembacaan
resep untuk proses dispensing, antara lain salah membaca resep
karena tulisan yang tidak jelas. Salah dalam menterjemahkan order
pembuatan resep dan signature juga dapat terjadi pada fase ini. Jenis
kesalahan obat yang termasuk transcription errors, yaitu:
1) Kesalahan karena pemantauan yang keliru
2) Kesalahan karena ROM (Reaksi Obat Merugikan)
3) Kesalahan karena interaksi obat
c. Administration Error
Kesalahan pada fase administration adalah kesalahan yang terjadi
pada proses penggunaan obat. Fase ini dapat melibatkan petugas
apotek dan pasien atau keluarganya. Jenis kesalahan obat yang
termasuk administration errors yaitu :
1) Kesalahan karena lalai memberikan obat
2) Kesalahan karena waktu pemberian yang keliru
3) Kesalahan karena teknik pemberian yang keliru
4) Kesalahan karena tidak patuh
5) Kesalahan karena rute pemberian tidak benar
6) Kesalahan karena gagal menerima obat
8
d. Dispensing Error
Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan
hingga penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu
kemungkinan terjadinya error adalah salah dalam mengambil obat
dari rak penyimpanan karena kemasan atau nama obat yang mirip
atau dapat pula terjadi karena berdekatan letaknya. Selain itu, salah
dalam menghitung jumlah tablet yang akan diracik, ataupun salah
dalam pemberian informasi. Jenis kesalahan obat yang termasuk
Dispensing errors yaitu :
1) Kesalahan karena bentuk sediaan
2) Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru
3) Kesalahan karena pemberian obat yang rusak
3. Faktor Penyebab
Menurut Cohen (1991) dari fase-fase medication error, dapat
dikemukakan bahwa faktor penyebabnya dapat berupa:
a. Komunikasi yang buruk, baik secara tertulis (dalam resep) maupun
secara lisan (antar pasien, dokter dan apoteker).
b. Sistem distribusi obat yang kurang mendukung (sistem komputerisasi,
sistem penyimpanan obat, dan lain sebagainya).
c. Sumber daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang