Top Banner
Bedah Konsep Kelembagaan Dalam Perspektif Penelitian Sosek Kelautan Dan Perikanan SYAHYUTI Brainstroming membedah Konsep KELEMBAGAAN dan GENDER Badan Litbang Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan JAKARTA - 26 Januari 2016 1
65

Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

Jan 16, 2017

Download

Science

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

1

Bedah Konsep Kelembagaan Dalam Perspektif Penelitian

Sosek Kelautan Dan Perikanan

SYAHYUTI

Brainstroming membedah Konsep KELEMBAGAAN dan GENDER

Badan Litbang Kelautan dan PerikananKementerian Kelautan dan Perikanan

JAKARTA - 26 Januari 2016

Page 2: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

2

Materi presentasi:

1. Apa itu KELEMBAGAAN ?2. Permasalahan dan peran kelembagaan dalam

konteks sosial ekonomi kelautan dan perikanan3. Contoh-contoh penelitian dengan pendekatan

kelembagaan4. Komparasi konsep-konsep penting

Page 3: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

3

Satu, apa sih KELEMBAGAAN ?

Page 4: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

4

Richard Scott (Stanford University, USA.) 2008. “Institutions and Organizations”. Third Edition. SAGE Publications, Inc

Institution= “….are composed of cultured-cognitive, normative, and regulative elements that, together with associated activities and resources, provide stability and meaning of social live”.

Page 5: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

5

Kekeliruan yang sering terjadi:

1. Menyebut “lembaga” (institution) sama dengan “organisasi” (organization). Contoh: Kelembagaan subak. Padahal dalam literatur berbahasa Inggris subak adalah ”nonformal organization”.

2. Menganggap dengan membuat organisasi telah menyelesaikan masalah kelembagaan

3. Menganggap dengan mempelajari organisasi (dan jaringan) telah menganalisis kelembagaan

4. Kajian kelembagaan biasanya hanya meneliti kebijakan-kebijakan, belum termasuk norma-norma, dan kultural kognitif.

Page 6: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

6

“Institution” dan “Organization” berbeda:

“Organizational and Institutional Approaches To Regulation” (judul sub bab buku)

Institution is any persistent structure or mechanism of social ordergoverning the behaviour of a set of individuals within a given community.

“The Oxford Handbook Of Sociology And Organization Studies: Classical Foundations” (book)

“The New Institutionalisms in Economics and Sociology: The Handbook of Economic Sociology” (book).

“institution" is commonly applied to customs and behavior patterns important to a society

The focus on institutions as a foundational concept in the social sciences has given rise to a variety of new institutionalist approaches.

New Institutional Economics The differences between the old and new institutionalisms may have

been overstated, however (Rutherford 1994).

Page 7: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

7

The core concept of the new institutional economics is transaction cost - the cost of negotiating, securing, and completing transactions in a market economy.

Mobilizing Rural Institutions for Sustainable Livelihoods and Equitable Development (book)

“Institutional Theory: Contributing to a Theoretical Research Program” (book of W. Richard Scott)

Institutional theory attends to the deeper and more resilient aspects of social structure. It considers the processes by which structures, including schemas, rules, norms, and routines, become established as authoritative guidelines for social behavior.

Given the complexity and variety of the current scene, I restrict attention in this chapter to more recent institutional work carried out by organizational sociologists and management scholars. And, within this realm, I concentrate on macro perspectives, examining the structure of wider environments and their effects on organizational forms and processes. (For a related approach, with emphasis on the micro-foundations of institutional theory, see Zucker......)

Page 8: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

8

• I postulated that institutions are variously comprised of “cultural-cognitive, normative and regulative elements that, together with associated activities and resources, provide stability and meaning to social life” (Scott 2001)

• First, we needed to recognize that institutional environments are not monolithic, but often varied and conflicted.

• Second, while recognizing that actors are institutionally constructed, it is essential to affirm their (varying) potential for reconstructing the rules, norms and beliefs that guide—but do not determine—their actions

• Classical Organization Theory: .....based on the concept of planning of work to achieve efficiency, standardization, specialization and simplification.

• Weber's bureaucratic approach considers the organization as a part of broader society. The organization is based on the principles of structure, specialization, predictability and stability, rationality, and democracy.

Page 9: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

9

• .....a modern approach to organization characteristics. Modern theories are based on the concept that the organization is an adaptive system which has to adjust to changes in its environment. Discuss the important characteristics of the modern approach to organizations. Modern theories include the systems approach, the socio-technical approach, and the contingency or situational approach

• ....discuss the concept of integration and coordination in the organization. These are controlling mechanisms for smooth functioning of the organization. Organizational differentiation is the unbundling and re-arranging of the activities. Integration is re-grouping and re-linking them.

• ....discuss the process in the organization, which involves the concept of power, decision making and communication.

• Communication is another important process in the organization and is a key mechanism for achieving integration and coordination of the activities of specialized units at different levels in the organization.

• Classical organization theories (Taylor, 1947; Weber, 1947; Fayol, 1949) deal with the formal organization and concepts to increase management efficiency

Page 10: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

10

Diakui bahwa memang ada ketidakkonsistenan konsep di level akademisi:

• “What contstitutes an ‘institution’ is a subject of continuing debate among social scientist….. The term institution and organization are commonly used interchangeably and this contributes to ambiguityand confusion” (Uphhof, 1986).

• “The existing literature is a jungle of conflicting conceptions, divergent underlying assumptions, and discordant voices” (Scott, 2008).

• “Belum terdapat istilah yang mendapat pengakuan umum dalam kalangan para sarjana sosiologi untuk menterjemahkan istilah Inggris ‘social institution’……. Ada yang menterjemahkannya dengan istilah ‘pranata’ ….. ada pula yang ‘bangunan sosial” (Soemardjan dan Soemardi, 1964).’

• ”The words ‘institution’ and ‘organization’ are usually used interchangeably or inclusively and often lead to misunderstandings and misguided interventions” (Lobo, 2008).

• Horton dan Hunt (1984): social institution mencakup aspek organisasi, sebaliknya ada yang memasukkan aspek-aspek lembaga dibawah topik social organization.

Page 11: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

11

Ketidakkonsistenan Istilah dalam Produk Legislasi Pemerintah

(1). Dokumen Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005.• Dibedakan antara ”kebijakan pengembangan kelembagaan” dengan ”kebijakan

pengembangan organisasi ekonomi petani”. • kelembagaan = sesuatu yang berada di ”atas petani”• organisasi = berada di level petani. • (=keduanya “organisasi”). (2). Permentan 273-2007 ttg Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. • Dalam batasan: tidak dicakup apa itu “lembaga”, “kelembagaan”, dan “organisasi”• “Menumbuhkembangkan kemampuan manajerial, kepemimpinan, dan kewirausahaan

kelembagaan tani serta pelaku agribisnis lainnya”. • “Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan tani baik non formal

maupun formal serta terlaksananya berbagai forum kegiatan”• “Menginventarisasi kelompoktani, GAPOKTAN dan kelembagaan tani lainnya yang

berada di wilayah kabupaten /kota”. • (“kelembagaan tani” = organisasi-organisasi milik petani).• ”Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala baik di dalam

Gapoktan, antar Gapoktan atau dengan instansi/lembaga terkait”

• (“lembaga” = organisasi milik pemerintah).

Page 12: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

12

(3). Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyaraat (PNPM) Mandiri tahun 2008. • “Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan

akuntabel”. • “PNPM Mandiri diarahkan menggunakan dan mengembangkan secara optimal

kelembagaan masyarakat yang telah ada”.• ( “kelembagaan masyarakat” = organisasi)• “Dimensi kelembagaan masyarakat meliputi proses pengambilan keputusan dan

tindakan kolektif, organisasi, serta aturan main”. (sudah mencakup aspek-aspek lembaga).

• “Harmonisasi kelembagaan dilakukan melalui pengembangan dan penguatan kapasitas kelembagaan yang telah ada dengan cara meningkatkan kapasitas pengelola, memperbaiki kinerja dan etika lembaga, dan meningkatkan tingkat keterwakilan berbagai lembaga yang ada”. (“harmonisasi kelembagaan” = manajemen kegiatan, “kelembagaan yang telah ada” = organisasi).

• “Konsolidasi organisasi pelaksana program sektor yang bersifat adhoc dan koordinasi berbagai kelompok masyarakat yang ada oleh lembaga keswadayaan masyarakat di desa/ kelurahan”

• ”Kelembagaan PNPM Mandiri di desa/kelurahan adalah lembaga keswadayaan masyarakat yang dibentuk, ditetapkan oleh masyarakat, ...”

• (Lembaga keswadayaan masyarakat (LKM) = nama organik)

Page 13: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

13

(4). Undang-Undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

• ”Kelembagaan petani, pekebun, peternak nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku utama”. ( “kelembagaan” dan “lembaga” = organisasi).

• ”Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan”

• “Kelembagaan penyuluhan terdiri atas: kelembagaan penyuluhan pemerintah; kelembagaan penyuluhan swasta; dan kelembagaan penyuluhan swadaya”

• (“kelembagaan” = organisasi).

Page 14: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

14

Pola yang terlihat:

1. Tidak ada kesamaan konsep antar produk legislasi/pedoman

2. Mengorganisasikan petani/nelayan dalam organisasi formal disebut sebagai upaya lembaga dan kelembagaan

3. Yang dibentuk hanya organisasi formal dan pemerintah hanya bekerja hanya dengan organisasi formal

4. Istilah yang sering dipakai = “kelembagaan” dan “organisasi”.

5. Tanpa sadar kita berusaha meminggirkan petani/nelayan yang tidak berorganisasi.

Page 15: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

15

Lembaga (institution) = “merupakan hal-hal yang menjadi penentu dalam perilaku manusia dalam masyarakat yakni berupa norma, nilai-nilai, aturan formal dan nonformal, dan pengetahuan kultural. Keseluruhan ini menjadi pedoman dalam berperilaku aktor (individu dan organisasi), memberi peluang (empower) namun sekaligus membatasi (constraint) aktor”

Kelembagaan (institutional) = “segala hal yang berkenaan dengan lembaga”

Page 16: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

16

Organisasi (organization) = “adalah kelompok sosial yg sengaja dibentuk oleh sekelompok orang, memiliki anggota yang jelas, dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu, dan memiliki aturan yang dinyatakan tegas (biasanya tertulis). Organisasi adalah aktor sosial dalam masyarakat sebagaimana individu. Contoh: koperasi, kelompok tani, Gabungan kelompok tani, dan kelompok wanita tani”

Keorganisasian (organizational) = “hal-hal berkenaan dengan organisasi misalnya perihal kepemimpinan dalam organisasi, keanggotaan, manajemen, keuangan organisasi, kapasitas organisasi, serta relasi dengan organisasi lain”

Page 17: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

17

In English Biasa diterjemahkan

menjadi

Terminologi semestinya

Batasan dan materinya

1. institution Kelembagaan, institusi

Lembaga norma, regulasi, pengetahuan-kultural. Menjadi pedoman dalam berperilaku aktor

2. institutional Kelembagaan, institusi

Kelembagaan Hal-hal berkenaan dengan lembaga.

3. organization Organisasi, lembaga, kelembagaan

Organisasi social group, yg sengaja dibentuk, punya anggota, utk mencapai tujuan tertentu, aturan dinyatakan tegas. (kelompok tani, koperasi, Gapoktan)

4. organizational Keorganisasian, kelembagaan

Keorganisasi

an

Hal-hal berkenaan dengan organisasi (struktur org, anggota, kepemimpinannya, manajemennya, dll).

Rekonseptualisasi “Lembaga” dan “Organisasi”

Page 18: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

18

Institutions (Lembaga) = norma + aturan + cultural cognitive

Organization = organisasi

Network = jaringan

= individu

Page 19: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

19

1.Regulative pillar “rules define relationship among role” rule setting, monitoring, sanksi kapasitas untuk menegakkan aturan reward and punishment melalui mekanisme informal (folkways) dan formal (polisi, pengeadilan) represi, constraint, dan meng-empower aktor

2.Normative pillar norma menghasilkan preskripsi (=lebih dari antisipasi dan prediksi), evaluatif, dan tanggung jawab

mencakup: value (= prefered and desirable) dan norm (how things should be done)

Gunanya agar tahu apa goal dan objectives kita, dan cara mencapainya meng-constraint dan meng-empower aktor

3.Cultural-cognitive pillar

Intinya meaning Konsep bersama tentang kehidupan sosial dan kerangka dimana makna-makna

diproduksi Sedimentasi makna dan kristalisasi makna dalam bentuk objektif Berisi proses interpretatif internal yang dibentuk oleh kerangka kultural eksternal Situation shared secara kolektif Bersifat individual dan variatif Culture = what is and what should be

Menurut New Institutionalism (Scott, 2008), ada 3 pilar dalam lembaga:

Page 20: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

20

Berkenaan dengan organisasi:

1. Individual organization. Anggotanya individu. Misal kelompok tani, koperasi primer. Aspeknya = kepemimpinan, keanggotaan, manajemen, keuangan organisasi, dll.

2. Second level organization / interorganization. Anggotanya ind organization, misal Gapoktan, koperasi sekunder

3. Supporting organization. Misal Pemda, penyuluh, Dinas Peratnain, dll

4. Inter relation organization. Misal relasi antar kelompok tani, relasi vertikal dan horozontal, dll.

Page 21: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

21

Secondary organizationSecondary organization

Individual org Individual

org

Individual org

Individual org

Individual org

Individual org

Desa A Desa B

Dinas KKP BPP - Penyuluhan LSM, Perguruan tinggi, dll

Interrelation organization

Supporting organization

institution

institution

institution

institution

Page 22: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

Bagaimana menganalisis organisasi?

Pedoman singkat untuk menilai sebuah organisasi (Short Guide for Organizational Assessment):

1. Bagaimana kinerja organisasi (organizational performance)?

2. Bagaimana kemampuan organisasi tumbuh di lingkungannya (the enabling environment and organizational performance) ?

3. Bagaimana motivasi organisasi (organizational motivation) ?

4. Seberapa kuat kapasitas Organisasi (organizational capacity) ?

22

Page 23: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

23

Analisis Kelembagaan contoh: analisis kelembagaan penyuluhan KKP

Aspek Objek nya Analisis kelembagaan

1. Aspek regulatif

UU no 16 tahun 2006 merupakan pedoman

Apakah UU ini diterapkan, dijadikan pedoman, diterima, ditolak? Bagian mana yg diterima, kenapa?

Permen ttg Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya Dan Penuyuh Pertanian Swasta

Persepsi penyuluh dan pihak lain terhadap aturan ini? Realisasi dan kendalanya bagaimana?

Peraturan daerah Pemda ttg penganggaran dan pengorganisasian

Kajian kebijakan, konsistensi nya dengan UU di atasnya, bagaimana realisasinya? Dll.

Pedoman untuk manajemen kerja penyuluh

Apakah pedoman dijalankan, apa masalahnya, bagaimana konsistensinya dengan teori dan kebijakan di atasnya?

Page 24: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

24

Aspek Objeknya Analisis kelembagaan

2. Aspek normatif

Norma-norma kerja pada tenaga penyuluh

Bagaimana penyuluh memandang pekerjaannya, apakah sesuatu yang baik atau tidak? Apakah mereka bangga menjadi penyuluh?

Persepsi ttg peran penyuluh dalam pembangunan pedesaan

Apakah penyuluhan pertanian harus? Adakah opsi lain? Apakah metodenya masih efektif?

Nilai-nilai atau adab dalam komunikasi yang diterapkan

Apakah komunikasi menunjukkan dominansi, pemaksaan? Apakah itu boleh? Baik?

Nilai-nilai dalam materi penyuluhan

Apakah memberikan materi yang sesuai dengan etika petani?

Page 25: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

25

Aspek Objeknya Analisis kelembagaan

3. Aspek kultural kognitif

Pengetahuan pengambil kebijakan ttg kegiatan penyuluhan

Bagaimana tingkat pengetahuan pengambil kebijakan tentang konsep dan teori penyuluhan? Apa agenda tersembunyi di belakangnya?

Pengetahuan tenaga penyuluh tentang kebijakan, organisasi, dan metode penyuluhan

Bagaimana pengetahuan dan persepsi tenaga penyuluh (tua, muda, laki-laki, perempuan) ttg kegiatan penyuluhan? Bagaimana dan mengapa persepsi itu terbentuk?

Pengetahuan petani tentang kegiatan penyuluhan, pembangunan pertanian, dll

Apa pengetahuan petani ttg kegiatan penyuluhan? Apakah perlu atau tidak? Apa latar sosial ekonomi sehingga itu terbentuk?

Pengetahuan petani tentang materi penyuluhan

Bagaimana persepsi petani tentang materi yang disampaikan? Sesuai dengan kebutuhan petani atau tidak? Bagaimana itu terbentuk? Bagaimana persepsi petani dapat menjadi feed back?

Page 26: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

26

Aspek Objeknya Analisis kelembagaan

4. Aspek keorganisasian

Struktur keorganisasian pelaksana penyuluhan

Organisasi apa saja yang terlibat dari atas sampai bawah? Pusluh, Badan Penyuluhan Pemda, perguruan tinggi, NGO?

Kinerja organisasi Bagaimana kinerja organisasi penyuluhan yg eksis? Kuat, atau lemah? Dimana dan kenapa?

Kapasitas organisasi penyuluhan

Bagaimana kemampuan BPP menjalankan penyuluhan? Apakah Gapoktan mampu membantu nya? Mengapa?

Kondisi dan kinerja organisasi petani

Apa saja organisasi petani yang eksis? Apa perannya? Mengapa demikian? Bagaimana agar bisa membantu penyuluhan? Perlu kah bentuk baru

Hubungan antar organisasi Bagaimana relasi antar organisasi? Adakah dominansi ataukah demokratis? Relasi horizontal dan vertikal? Integrasi dan koordinasinya bagaimana?

Analisis Keorganisasian Penyuluhan

Page 27: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

27

REKAYASA KELEMBAGAAN contoh: penguatan kelembagaan nelayan kecil :

Aspek Upaya yang dapat dilakukan

1. Regulatif -Menyusun UU, PP, Permen, Perda yang berpihak ke pada nelayan kecil. -Memperjuangkan konsep “buruh nelayan”-Mensosialisasikan, menegakkan, dan mengawasi kebijakan yg telah dibuat-Memberi sanksi kepada Pemda jika kebijakan tidak dijalankan.

2. Normatif -Merubah persepsi dan mental bahwa nelayan kecil lemah, tidak efisien, harus disingkirkan.-Menghargai nelayan kecil (karena lebih mandiri, ekologis, dll).-Menumbuhkan sikap bahwa nelayan kecil PENTING

3. Kognitif -Menyusun tulisan (ilmiah dan pouler) bahwa nelayan kecil adalah kunci ketahanan pangan ke depan (FAO: “small farmer feed the world”)-Memasukkan materi dan membuat modul bahan ajar di perguruan tinggi, STPP, BLPP, dll bahwa nelayan kecil penting.-Memberi pelatihan tentang metode pemberdayaan nelayan kecil

4. Keorganisasian -Memperkuat organisai nelayan kecil (misal: kelompok khusus untuk buruh nelayan, untuk nelayan kecil, dll)-Memberikan kemudahan dalam pembentukan badan hukum organisasi nelayan kecil, dst

Page 28: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

28

Dua,permasalahan kelembagaan KKP

Page 29: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

29

Permasalahan Kelembagaan dan Sosial Ekonomi KKP menuju Negara MARITIM:

Page 30: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

30

Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia

Page 31: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

31

Kebutuhan untuk menuju negara MARITIM:

Page 32: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

32

Page 33: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

33

Dibutuhkan pengetahuan yang dalam dan lengkap tentang aspek sosial ekonomi

masyarakat kelautan dan perikanan, ......

Termasuk kondisi, masalah, dan rekayasa KELEMBAGAAN

Page 34: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

34

Improving Community Profilesfor the North Pacific Fisheries

NOAA Technical Memorandum NMFS-AFSC-230. U.S. DEPARTMENT OF COMMERCE

National Oceanic and Atmospheric AdministrationNational Marine Fisheries Service, Alaska Fisheries Science Center

November 2011

• The Community Profiles have been widely used as the basis for fisheries management plans, social and economic impact assessments of proposed fishing regulations, and numerous discussions by natural resource agencies.

• The Community Profiles need to be updated with current information about communities’ dependence on fishing and additional categories of information that would be integral in determining the social and economic impacts of fishing regulations on local communities.

Page 35: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

35

Community Profile OutlineI. People and Place

1.1 Location: • O Description of geographic location • O Area in square miles • O Year incorporated • O Water coverage

1.2. Demographic profile: • O Population

• Number of inhabitants • Average annual growth rate • Months with seasonal workers in town* • Months and reason for annual population peak* • O Racial and ethnic composition

• Racial composition – percentage by race of the population

• Percent of population that recognize themselves as all or part Alaska Native or Native American

• Ethnic composition – percent of population that are Hispanic or non-Hispanic

• O Households in community

Number of households Number of persons living in group quarters % of housing units that are owner occupied, rentals or vacant O Age structure

Percent of population in each Census age bracket Median age O Gender structure Percent of males and females in population O Level of educational attainments Percent of population over 25 years ofage in each Census education category

1.3. HistoryO Brief account of local history

Page 36: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

36

II. Natural resources and environment

2.1. Weather • oSea ice seasonality* • oClimate change effects*

2.2. Presence of commercial uses* • oMining* • oTimber* • oOil* • oGas*

2.3. Hazards• oMilitary base clean ups • oGeneral environmental contamination

reme• diation efforts • oSuperfund sites • oResources for disaster relief

III. Current Economy

3.1. General employment oMajor employers/businesses in community o% employed: total population, of total pop over 16, by occupation oUnemployment rate

3.2. Presence of subsistence harvesting 3.3. Per capita income 3.4. Median household income3.5. Percent below poverty level 3.6. Tourism

IV. Governance.....V. Infrastructure presence/absence ......VI. Involvement in North Pacific Fisheries.....VII. Additional Information

Page 37: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

37

Governance and Institutional Changes in Fisheries:Issues and Priorities for Research

The WorldFishCenter. Penang, Malaysia. 2006

Permasalahan riset:

1. What are the major institutional changes and which are common?2. Which institutional changes have the greatest impacts? How?3. What are the responses to these changes?4. How are fishers, traders, fish workers and other stakeholders

affected by those changes?5. What are the problems at the national and local levels in

complying with international agreements?6. What capability-building activities are needed by governments

Page 38: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

38

A research agenda for small-scale fisheries. FAO, 2004http://www.fao.org/docrep/007/ae534e/ae534e00.HTM

Ada 5 topik pokok:1. Policy, legislation, governance and institutional

arrangements; 2. Contribution, role and importance of small-scale

fisheries; 3. Management approaches to small-scale fisheries; 4. Post-harvest issues and trade; and 5. Information systems

Page 39: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

39

Table Of Contents• EXECUTIVE SUMMARY • SUMMARY OF RECOMMENDATIONS

1. STUDY OBJECTIVES

2. BACKGROUND 2.1 Overview on the current status of fisheries and the marine environment2.2 Issues constraining the development of the Fisheries Sector

• 3. INSTITUTIONAL ANALYSIS OF KEY SECTOR ORGANISATIONS

• 3.1 Fisheries in the external environment3.2 Overview of institutional roles, responsibilities and linkages3.3 Fisheries governance3.4 An overview of the principal problems

4. REVIEW OF NATIONAL POLICY INITIATIVES AND FRAMEWORKS FOR FISHERIES RESOURCE DEVELOPMENT AND MANAGEMENT

4.1 The 10 year development program4.2 Fisheries conservation, management and control4.3 Marketing, food health and nutritional issues4.4 Fisheries sector growth: Fleet development4.5 Fisheries sector growth: Aquaculture development4.6 Coastal conservation, management and control

5. ACHIEVING INSTITUTIONAL RELEVANCE AND ORGANIZATIONAL PERFORMANCE

5.1 Redefining public sector governance roles5.2 Enhancing staff performance5.3 Translating policy into action

Fisheries Institutional Analysis And Capacity Assessment To The Ministry Of Fisheries And Aquatic Resources, Sri Lanka. FAO, 2007

(http://www.fao.org/docrep/010/ai532e/ai532e00.htm)

Page 40: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

40

Tiga, contoh-contoh penelitian kelembagaan KKP

Page 41: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

41

Judul: “An Institutional Analysis Of Sasi Laut, A Fisheries Management System In Indonesia”.

Ingvild Harkes - AID Environment, The Netherlands

The study comprised four components:

1. An inventory of 63 sasi villages in Ambon, south Seram, and the Lease islands;

2. A performance study of 11 strong and 11 weak sasi villages;3. Case studies of 6 villages: 2 where sasi was strong, 2 where

it had disappeared, and 2 where sasi was lost, but was being revitalized; and

4. A market study and study of government-management structures.

Page 42: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

42

Table 1. Performance indicators of sasi study

A. Equity:

1. Role of fishers in management The degree of influence that fishers ⇒have in decision-making processes regarding fisheries management

2. Access to marine resources The individual access that fishers have to⇒ marine resources

3. Fair distribution of fishing gear The division of (expensive) fishing gear⇒ among the fishers in the villages

4. Economic equality The distribution of income (disparities)⇒ among the villagers

Page 43: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

43

B. Efficiency

5. Communal decisionmaking The degree to which villagers are able to⇒ make decisions (on the fishery) communally

6. Ease of entry into the fishery The costs and/or fees that need to be paid⇒ before people can start fishing

7. Control over access to fishery The ability of people to define who is⇒ entering the water and which resources are used

8. Compliance with fishery rules The degree to which people stick to the⇒ fisheries rules

Page 44: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

44

C. Social Sustainability

9. Family wellbeing Degree of wellbeing in terms of housing,⇒ food, and health

10. Income The rise or decline in income⇒

11. Tradition of collective action The occurrence of communal activities ⇒in the village (e.g., construction of roads and houses)

12. Discussion of village issues The degree to which village issues are⇒ openly discussed in the village

13. Community harmony The lack or occurrence of conflicts in the⇒ village

Page 45: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

45

D. Biological Sustainability

14. Marine-resource health The state of the ⇒resource in terms of coral health, numbers of fish, water clarity, etc.

15. Fish catch The amount and size of fish ⇒caught

Page 46: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

46

Table 2. Research components of institutional analysis of sasi and numbers of respondents

Page 47: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

47

Page 48: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

48

Institutional Analysis of Community based Marine Resource Management Initiatives in Hawai‘i and American Samoa

NOAA Technical Memorandum NMFS-PIFSC -35. November 2012

• This document provides an analysis of two fisheries policies designed to develop community-based marine resource management institutions in the Western Pacific Region of the United States as delineated in the Magnuson - Stevens Fishery Conservation and Management Act.

Page 49: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

49

Contents:I. IntroductionII. Methods• 2.1 Institutional Analysis• 2.2 Frameworks for Assessing Community-based Management Institutions

III. Analysis: Community-based Subsistence Fishing Area Legislation in Hawaiʻi• 3.1 Historical and Sociocultural Context of Hawaiʻi• 3.2 Development and Implementation of the CBSFA Legislation

• 3.3 Hawaiʻi’s CBSFA Initiative as a Common-pool Resource Management Institution• 3.3.1 Clearly Defined Geographic Boundaries and Membership Rights• 3.3.2 The Development and Enforcement of Rules that Limit Resource Use• 3.3.3 Congruence Between Rules and Local Conditions (i.e., Scale and Appropriateness)• 3.3.4 Resource Users Have Rights to Make, Enforce, and Change the Rules• 3.3.5 Individuals Affected by the Rules can Participate in Changing the Rules• 3.3.6 Monitoring of the Resources• 3.3.7 The Presence of Accountability Mechanisms for Those Monitoring the Rules• 3.3.8 Sanctions that Increase with Repeat Offenses or Severity of Offenses (Graduated Sanctions)• 3.3.9 The Presence of Conflict-resolution Mechanisms• 3.3.10 The Degree to Which They are Nested within Other Institutions

• 3.4 Factors that Impede the Success of Community-based Natural Resource Management

Page 50: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

50

IV. Analysis: American Samoa’s Community-based Fisheries Management Program

• 4.1 Historical and Sociocultural Context of American Samoa• 4.1.1 Population and Economy• 4.2 Nearshore Fishing in American Samoa• 4.3 Community-based Fisheries Management Program

• 4.4 American Samoa’s CFMP as a Common Pool Resource Management Institution

– 4.4.1 Clearly Defined Geographic Boundaries and Membership Rights– 4.4.2 The Development and Enforcement of Rules that Limit Resource Use– 4.4.3 Congruence between Rules and Local Conditions (i.e., Scaleand

Appropriateness)

Page 51: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

51

• 4.4.4 Resource Users Have Rights to Make, Enforce, and Change the Rules

• 4.4.5 Individuals Affected by the Rules can Participate in Changing the Rules

• 4.4.6 Monitoring of the Resources• 4.4.7 The Presence of Accountability Mechanisms for Those

Monitoring the Rules• 4.4.8 Sanctions that Increase with Repeat Offenses or Severity of

Offenses (Graduated Sanctions)• 4.4.9 The Presence of Conflict-resolution Mechanisms• 4.4.10 The Degree to Which They are Nested within Other

Institutions

V. DiscussionVI. Conclusions

Page 52: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

52

Indikator kelembagaan komunitas:

1. Clearly defined geographic boundaries and membership rights2. The development and enforcement of rules that limit resource use 3. Congruence between rules and local conditions (i.e. scale and

appropriateness)4. Resource users have rights to make, enforce, and change the rules5. Individuals affected by the rules can participate in changing the rules6. Monitoring of the resources 7. The presence of accountability mechanisms for those monitoring the rules8. Sanctions that increase with repeat offences or severity of offences

(graduated sanctions)9. The presence of conflict resolution mechanisms10. The degree to which they are nested within other institutions

Page 53: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

53

John Kurien . “The socio-cultural aspects of fisheries: Implications for food and livelihood security - A Case Study of Kerala State, India”.

Dalam Buku: Understanding the Cultures of Fishing Communities: A Key to Fisheries Management and Food Security. FAO, 2001.

(http://www.fao.org/docrep/004/y1290e/y1290e0g.htm)

1. INTRODUCTION2. FISH AND FISHERIES OF KERALA STATE: THE ECOLOGICAL AND SOCIO-CULTURAL CONTEXT3. SOCIAL AND CULTURAL ASPECTS OF FISHERIES: IMPLICATIONS FOR FOOD AND LIVELIHOOD SECURITY

4. SHARING PATTERNS (4.1 Fish sharing patterns, 4.2 Income sharing patterns, 4.3 The Karanila system: its contribution to livelihood and nutritional security

5. TRADITIONAL TECHNOLOGY AND KNOWLEDGE

6. INSTITUTIONAL ARRANGEMENTS 6.1 The court of the sea6.2 Institutions for resource rejuvenation

7. FISH AND FOOD SECURITY

8. THE ROLE OF WOMEN8.1 Women in fishing communities8.2 Women in consumer households

Page 54: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

54

Bab 2. Cultural Characteristics Of Small-scale Fishing Communities

2.1 Society, community and culture2.2 The cultures of small-scale fishing communities2.3 Small-scale fishing communities in developing countries2.4 Fishing livelihoods2.5 Occupational pride, tenacity and cultural identity2.6 Cultural and technological adaptations to marine ecosystems2.7 Intimate and functionally-oriented knowledge of marine ecosystems2.8 Social organization and the division of labor• Recruitment to fishing crews and other fisheries work groups• The primary producers are usually men• Women in small-scale fishing communities• The primary producers are sometimes dissociated socially• Notes for fisheries officials concerning the social organization of small-scale fishing communities

2.9 Cultural adaptations to risks and uncertainties2.10 Community-based fisheries management

• Community-based management strategies• Limiting access to fishing spaces• Political activism and violent actions• Information management and maintaining skill differences• Etiquette• Observance of ritual behaviors and taboos• Biological controls

Page 55: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

55

Penelitian kebijakan:

Judul: “ACHIEVING INSTITUTIONAL RELEVANCE AND ORGANIZATIONAL PERFORMANCE: Redefining public sector governance roles” (FISHERIES INSTITUTIONAL ANALYSIS AND CAPACITY ASSESSMENT TO THE MINISTRY OF FISHERIES AND AQUATIC RESOURCES, SRI LANKA )

The key recommendation emanating from this study is the need to enhance human capacity to apposition where it is capable of implementing the MFAR Ten Year Development Policy Framework of the Fisheries and Aquatic Resources Sector 2007-2016.

Tujuan:1. to produce policy documents giving clearer directions for the organisation and its

departments, agencies and corporations; 2. to introduce program reviews with appropriate sectororganisations linked to

specific aspects of policy (as per the 10 year objectives), and as encompassed in the Log Frame; and

3. to prepare coherent policy documents which clearly define sector objectives and tasks

Page 56: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

56

Empat,komparasi konsep-konsep penting

Page 57: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

57

Individual Action vs Colective ActionTindakan individual Tindakan kolektif

= tindakan yang berkenaan dengan kepentingan diri aktor sendiri.

Beberapa individu menyerahkan kuasanya untuk bertindak dengan mewakilkan kepada orang lain.

Tiap aktor hanya melakukan sesuatu untuk dirinya. Ada aktor yang melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain, sesuai dengan otoritas yang diberikan orang lain ke dirinya .

Umumnya dijalankan di luar organisasi, dimana aktor tidak terikat dalam suatu perjanjian dengan aktor yang sederajat.

Dapat dijalankan di dalam organisasi formal maupun bukan.

Aktor tidak harus mengalokasikan sumber dayanya kepada orang lain.

Aktor harus mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke pihak yang mewakilinya agar dapat menjalankan tindakan yang diwakilkannya.

Tidak membutuhkan prasyarat, karena aktor bebas memilih bentuk tindakannya, atau bahkan untuk tidak bertindak sama sekali.

Membutuhkan berbagai prasyarat untuk terwujud, di antaranya adalah kesukarelaan aktor mewakilkan tindakannya, alokasi sumberdaya, ada kesepakatan, dan adanya kepercayaan bahwa orang lain bisa mewujudkan tujuannya.

Page 58: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

58

Teori Organisasi vs Teori Kelembagaan Baru Teori organisasi Teori kelembagaan (Baru)Objek yang diteliti Organisasi-organisasi yang

berhasil Individu (relasi sosial yang dijalankannya)

Unit analisis Organisasi Individu (didalam dan diluar organisasi) dan juga organisasi

Posisi terhadap keberadaan organisasi (formal)

Organisasi merupakan pendekatan utama

Lebih pada relasi sosial yang efektif, itulah pengorganisasian diri yg efektif

Analisis yang biasa dipakai Analisis organisasi, namun diklaim sebagai “analisis kelembagaan”

Analisis kelembagaan (norma, regulasi, kultural-kognitif)

Temuan penelitian biasanya Organisasi petani lemah, petani belum sadar utk berorganisasi

Petani berpedoman pada lembaga, petani menggunakan relasi individual di luar org, dan pasar sebagai organisasi.

Saran yang dihasilkan Organisasi perlu diperkuat Perlu perbaikan lingkungan kelembagaan, bagaimana format organisasi yang sesuai, dan bagaimana lingkungan kelembagaan yang dibutuhkan jika petani tidak berorganisasi

Penjelasan tentang pengelolaan manajemen irigasi kecil (pengorganisasian diri petani dahulu)

Disebut sebagai “organisasi tradisional”

Disebut sebagai “pengorganisasi secara personal”, bukan organisasi sebagaimana text book

Penjelasan tentang kondisi organisasi petani sekarang

Disebut bahwa organisasi petani lemah (=not organized)

Bukan lemah. Ini suatu gejala baru, yang saya sebut “individualisasi organisasi”.

Page 59: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

59

Individual Organization vs Secondary Level Organization

Individual organization Secondary level organization

Bisa disebut sebagai organisasi primer atau single group, sebagai organisasi paling dasar.

Beberapa literatur menyebut dengan intergroup association, Small Farmer Group Associaton (SFGA), atau representatives ofgroups.

Anggotanya adalah orang atau individu Anggotanya adalah organisasi, yakni individual organization

Contohnya adalah kelompok tani, KWT, P3A, dan koperasi primer

Gapoktan dan koperasi sekunder

Jumlah anggota ideal untuk kelompok tani adalah 15 orang (dalam Permentan 82 tahun 2013 adalah 20-25 orang)

Jumlah anggota ideal untuk Gapoktan adalah 5-10 kelompok tani (dalam Permentan 82 tahun 2013 bisa 5 sampai 10 kelompok tani)

Lebih kepada urusan internal anggota, dan terbatas jangkauannya.

Mengelola urusan petani sedesa keluar. Lebih luas cakupan relasinya.

Pengurus dipilih oleh anggota. Pengurus dipilih oleh perwakilan “organisasi individual”, karena ia tidak punya anggota.

Page 60: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

60

Pembangunan vs Pemberdayaan

Pembangunan PemberdayaanMasa kelahiran ide 1950-an 1990-anDari sisi aspek crashed program, jangka pendek, temporal,

dan parsialberjangka menengah dan panjang,

berkesinambungan, dan utuh Arus ide topdown bottom-upPembagian dana Semua dana dikuasai pelaksana dari luar. Ada sebagian blok dana yang dapat digunakan

sendiri oleh masyarakat.

Struktur kekuasaan yang terbentuk

Struktur didominasi oleh pemerintah dan elite lokal

Kekuasaan terdistribusi merata untuk seluruh lapisan, termasuk perempuan dan lapisan termiskin

Asumsi terhadap program

Program merupakan aktifitas pokok. Program itu lah yang paling penting bagi pelaksana.

Program hanya sebagai strategi antara untuk tujuan yang lebih luas dan panjang

Bentuk evaluasi Evaluasi berbentuk sentralitas, hanya mempelajari hambatan-hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan

Dilakukan juga evaluasi normatif dan hasil untuk memahami kedalaman permasalahan yang terjadi.

Pengguna hasil evaluasi

Hanya pelaksana yaitu pemerintah yang menggunakan.

Seluruh pihak yang terlibat menggunakan hasil evaluasi, terutama untuk masyarakat yang diberdayakan itu sendiri.

Objek evaluasi Hanya hasil yang dicapai pada pemanfaat Mencakup seluruh pihak mulai dari si donor, lembaga pemerintah, pembina, pelaksana, dan pemanfaat (masyarakat).

Page 61: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

61

Community Organizing vs Community DevelopmentCommunity organizing (CO) Community development (CD)

Lingkup kerjanya lebih sempit. CO adalah “…a process where people who live in proximity to each other come together into an organization that acts in their shared self-interest”.

Bermakna lebih luas yaitu “…strategy and processes leading to improving the quality of life in a community in all areas: jobs, housing, physical environment, business, education, health, safety, social capital, etc”.

Menjadi element penting (critical element) untuk keberhasilan community development. CO menyediakan mekanisme untuk membangun modal sosial dan menyatukan peserta (community connections) untuk mencapai sustaining communities.

CD sulit sekali diwujudkan tanpa community organizing.

Mengidentifikasi dan menggerakkan berbagai modal yang ada dalam komunitas, yaitu human capital, financial capital, physical capital, dan lain-lain.

CD memiliki multifaceted concept yang mencakup urusan teknis, kultural, politik, sosial, sekonomi, dan aturan (legal systems). Desain pembangunan komunitas membutuhkan kerangka politis yang jelas.

Konsep CO cenderung lebih radikal dan keras yang bermaksud merombak sistem

CD cenderung lebih lunak, lebih terlembaga dan bekerja sesuai dengan faham yang sedang banyak dipakai umum (mainstream).

CO cenderung berada pada posisi defensive opposition dan juga lebih visioner, sehingga berpotensi menimbulkan konflik

CD lebih pada sikap menjaga kestabilan komunitas (maintenance) dan mengimpikan kemandirian individual. Para pendamping CD development lebih pada pekerjaan social services.

Page 62: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

62

Credit Union vs LKM vs bankUnsur Credit Union LKM Bank Komersial

Tujuan pembentukan Bukan mencari keuntungan, tapi mengembangkan usaha anggotanya

Mencari keuntungan Bertujuan mencari keuntungan, tanpa malu-malu

Pendiri dan pemilik Dibentuk dan dimiliki oleh para anggotanya, didanai dari simpanan anggota

Didanai dari dalam dan luar, Dibangun dan dimiliki oleh para pemegang saham

Ciri nasabah atau anggota

Punya kesamaan ikatan seperti tempat tinggal, tempat kerja atau tempat beribadah.

Umumnya melayani nasabah kelas bawah, yang usahanya mikro dan kecil

Melayani semua nasabah, terutama kelas menengah ke atas.

Tata kelola Para anggota memilih pengurus yang bekerja secara sukarela, satu orang satu suara

Mirip bank Para pemegang saham memilih Dewan Direksi yang digaji,

Pendapatan Berupa SHU. Diupayakan jasa simpanan lebih tinggi daripada jasa pinjaman. Keuntungan dari usaha lain-lain untuk melayani anggota.

Pendapatan bersih dipergunakan untuk memupuk modal atau dibagi di antara para investor.

Pemegang saham menerima dividen atau pembagian imbal balik dari saham (bagian keuntungan)

Jenis pelayanan Sesuai kebutuhan anggota, berupa simpanan dan kredit, bisa juga asuransi

Fokus pada kredit kecil, ada juga yang menawarkan produk simpanan dengan balas jasanya

Segala macam bentuk pelayanan keuangan, termasuk investasi

Contoh Koperasi Contohnya BRI unit, BPR dan Pegadaian

Bank umum, bank ekspor impor, dan lain-lain.

Page 63: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

63

Penyuluhan vs Advokasi

Penyuluhan Advokasi Adalah pendidikan luar sekolah untuk petani dalam upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam menjalankan usaha pertanian.

“…..a strategy that is used around the world by non-governmental organizations (NGOs), activists, and even policy makers themselves, to influence policies”.

Aktivitas utamanya penyampaian informasi kepada pihak yang dinilai berpengetahuan rendah dan berketerampilan terbatas, yakni petani.

Merupakan kegiatan pembelaan. Yakni membela dan memperjuangkan kelompok yang teraniaya, tersingkirkan dan dikorbankan oleh satu kebijakan atau perilaku pihak tertentu.

Dilakukan oleh petugas penyuluhan yang diangkat dan dibiayai pemerintah

Awalnya dulu dilakukan oleh LSM, lalu perguruan tinggi, organisasi masyarakat adat, dll

Arahnya dari atas ke bawah. Dari penyuluh ke petani. Sebaliknya. Dari bawah ke atas.Pihak yang disasar adalah petani dan keluarga petani. Pada level individual dan rumah tangga.

Pihak yang disasar biasanya pemerintah. Levelnya adalah level pengambil kebijakan (policy makers) yakni pemerintah (kementerian, pemerintah daerah, legislatif, bahkan presiden).

Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan petani, dan akhirnya kesejahteraan petani.

Tujuan akhir adalah pada perubahan kebijakan yang dirasa merugikan, atau bisa juga jaminan agar kebijakan yang positif betul-betul dapat diimplementasikan.

Kegiatannya adalah mempelajari kebutuhan petani, merumuskan program, mengumpulkan bahan penyuluhan, melakukan kunjungan, bimbingan pelatihan, dan melakukan demontrasi plot dan area.

Kegiatannya adalah mempengaruhi (influencing), merumuskan isu, merumuskan tujuan, menentukan sasaran advokasi, membangun dukungan, mendapatkan pengikut (constituencies), menggalang dana, dan bisa perlu melakukan demonstrasi jalanan.

Page 64: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

64

Penyuluh PNS vs swasta vs swadaya

Penyuluh PNS Penyuluh swasta Penyuluh swadaya

Pelaku PPL PNS dan PPL-THL

Dosen, penelitia, staf perusahaan inti, staf asosiasi komoditas, pegawai perusahaan swasta, NGO

Petani (Kontak Tani, petani maju, pengurus organisasi petani).

Basis kerjanya Pelayanan dan administrasi

Pelayanan dan mencari keuntungan. Pelayanan, pendampingan, dan bisnis

Sosoknya Polivalent atau monovalent, administrasi

Monovalent, cenderung spesifik komoditas/bidang

Monovalent, spesifik komoditas/bidang

Peran Motivator dan komunikator

Komunikator, motivator, suplai input, buyer.

Pembaharu, motivator, organisator komunitas, pemimpin lapang.

Tanggung jawab wilayah

Wilayah tertentu (1 penyuluh = 1-3 desa)

Area tertentu (kawasan) Wilayah tidak dibatasi utamakan di desa/kec bersangkutan

Page 65: Kelembagaan kelautan perikanan kkp (yuti)

65