Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak di fokuskan pada retina atau bintik kuning. Untuk memasukkan sinar atau bayangan benda ke alam mata diperlukan sistem optik. Diketahui bola mata mempunyai panjang kira-kira 2.0cm. untuk memfokuskan sinar kedalam bintik kuning (bagian selaput jala yang menerima rangsangan) diperlukan kekuatan 50 dioptri. Diketahui lensa berkekuatan 50 dioptri mempunyai titik api pada titik 2 cm. Pada mata yang tidak memerlukan kaca mata terdapat 2 sistem yang membiaskan sinar yang menghasilkan kekuatan 50 dioptri. Kornea atau selaput bening mempunyai kekuatan 80 % atau 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan 20% atau 10 D. Bila kekuatan pembiasan ini tidak demikian maka sinar akan difokuskan lebih di depan selaput jala (seperti rabun jauh, miopia) dan diberi kaca mata negatif (-) atau di belakang selaput jala seperti pada rabun dekat (hipermetropia), yang memerlukan lensa positif. Bila pembiasan sinar tidak pada satu titik atau pada astigmat diberikan lensa silinder. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan system optic pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur .Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik focus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini 5
19

kelainan refraksi

Sep 07, 2015

Download

Documents

kelainan refraksi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga pembiasan sinar tidak di fokuskan pada retina atau bintik kuning. Untuk memasukkan sinar atau bayangan benda ke alam mata diperlukan sistem optik. Diketahui bola mata mempunyai panjang kira-kira 2.0cm. untuk memfokuskan sinar kedalam bintik kuning (bagian selaput jala yang menerima rangsangan) diperlukan kekuatan 50 dioptri. Diketahui lensa berkekuatan 50 dioptri mempunyai titik api pada titik 2 cm. Pada mata yang tidak memerlukan kaca mata terdapat 2 sistem yang membiaskan sinar yang menghasilkan kekuatan 50 dioptri. Kornea atau selaput bening mempunyai kekuatan 80 % atau 40 dioptri dan lensa mata berkekuatan 20% atau 10 D. Bila kekuatan pembiasan ini tidak demikian maka sinar akan difokuskan lebih di depan selaput jala (seperti rabun jauh, miopia) dan diberi kaca mata negatif (-) atau di belakang selaput jala seperti pada rabun dekat (hipermetropia), yang memerlukan lensa positif. Bila pembiasan sinar tidak pada satu titik atau pada astigmat diberikan lensa silinder. Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan system optic pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur .Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik focus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning , akan tetapi dapat didepan atau dibelakang bintik kuning atau tidak terletak pada satu sisi yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk myopia ,hipermetropia dan astigmatisma. Pada usia lanjut juga ditemukan presbiopia dimana terjadi kelemahan otot akomodasi dan berkurangnya elastisitas lensa mata. Untuk memahami penyebab kelainan refraksi kita harus memahami anatomi dan fisiologi mata yang memegang peranan dalam pembiasan sinar.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Miopia DefinisiMiopia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di depan retina. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur ( rabun jauh ). Pasien miopia mempunyai pungtum remotum ( titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Gambar 1. Miopia

Klasifikasi miopiaMenurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptrib. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptric. Miopia berat atau tinggi (miopia grafis), dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.

Menurut perjalanannya miopia dikenal bentuk :a. Miopia stationer, miopia yang menetap setelah dewasa. b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnnya bola matac. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan Miopia pernisiosa=miopia maligna=miopia degeneratif.

Penyebab Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya bola mata akibat : 1.Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial 2.Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif 3.Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi ini disebut miopia indeks 4. Miopi karena perubahan posisi lensa. Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaucoma.

Gejala pada penderita dengan miopia 1. Penglihatan kabur apabila melihat suatu objek dengan jarak jauh( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku).2. Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh3. Kelelahan mata ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )4. Sakit kepala ( jarang terjadi )

Gambar 2. Gambaran visus pada penderita miopiaPasien dengna miopia akan menyatakan melihat jelas pada jarak dekat, sedangkan apabila melihat jauh maka pandangan mata akan kabur, hal ini biasa disebut dengan rabun jauh. Pasien dengan miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien dan Pemeriksaan Fisik Mata secara umum. CARA PEMERIKSAANRefraksi SubyektifMetoda trial and error jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita mata diperiksa satu persatu ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata, Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negative

Gambar 3. Kartu Snellen pada penderita miopiaRefraksi ObyektifA. Autorefraktometer (komputer)

PENATALAKSANAAN1. Kacamata Koreksi dengan lensa sferis negatif terkecil yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik 2. Kontak Lensa ,dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.3. Bedah refraktif a. Bedah refraktif kornea : tindakan untuk mengubah kurvatura permukaan anterior kornea ( Excimer laser, operasi lasik ) beberapa ahli bedah yang memprosedurkan pembentukan kornea dengan merubah titik fokus di depan retina. Radial keratotomy adalah salah satu cara yang populer akhir-akhir ini, salah satunya dengan menggunakan LASIK, yaitu sejenis laser yang digunakan untuk pembentukan kornea mata.2 b. Bedah refraktif lensa : tindakan ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan implantasi lensa intraokuler4. Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia

KOMPLIKASI1. Ablatio retina terutama pada myopia tinggi 2. Strabismus a. esotropia bila myopia cukup tinggi 3. Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia

2. HipermetropiaHipermetropia adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi ) akan dibias membentuk bayangan di belakang retina

Gambar 4. Sinar yang masuk kemata dibiaskan dibelakang lensa (atas). Koreksi dengan lensa konveks (bawah)

Penyebab1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek. Akibat pendeknya sumbu bolamata, lensa mata tidak lagi sanggup memfokuskan cahaya yang berasal dari objek yang jauh apalagi yang tepat pada retina, dengan lensa berakomodasi maksimal sekalipun 2. Hipermetropia kurvatur ,dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan di fokuskan di belakang retina3. Hipermetropia refraktif , dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata, misalnya pada lanjut usia lensa mempunyai indeks refraksi lensa yang kurang

Pembagian Hipermetropia : Berdasarkan kemampuan akomodasi,dibagi :1. Hipermetropia m anifes, ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri dari hipermetropi absolut dan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa sikloplegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maskimal.2. Hipermetropia absolut, ialah kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh.biasanya hipermetropi laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini.3. Hipermetropia fakultatif , dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif.4. Hipemetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. 5. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia.

GEJALA KLINIS 1. Melihat dekat akan lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih dijauhkan.2. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih, 3. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan mata yang lama dan membaca dekat4. Mata lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak dibelakang dibelakang makula agar terletak didaerah makula lutea (astenopia akomodatif)5. Akibat terus menerus berakomodasi maka bola mata akan berkonvergensi sehingga mata akan sering terlihat esotropia atau juling ke dalam.

Gambar 5. Lapangan penglihatan pada penderita hipermetropia (rabun dekat)DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien dan Pemeriksaan Fisik Mata secara umum.

CARA PEMERIKSAANRefraksi SubyektifMetoda trial and error jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, mata diperiksa satu persatu ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata, Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif. Pada anak-anak dan remaja dengan visus 6/6 dan keluhan asthenopia akomodativa dilakukan tes sikloplegik, kemudian ditentukan koreksinya.

Refraksi Obyektifa. Autorefraktometer (komputer)

PENATALAKSANAAN1. Kacamata Koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik2. Lensa kontak Untuk : anisometropia Hipermetropia tinggi3. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak anak , maka sebaiknya diberikan sikloplegik untuk melumpuhkan otot akomodasi sehingga pasien mendapatkan koreksi kacamata dengan mata yang istirahat

KOMPLIKASI1. Glaukoma sudut tertutup2. Esotropia pada hipermetropia >2.0 D3. Ambliopia terutama pada hipermetropia dan anisotropia. Hipermetropia merupakan penyebab tersering ambliopia pada anak dan bisa bilateral 3. AstigmatismeSuatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik. Ini berarti bahwa sinar cahaya masuk ke dalam mata secara tidak merata sehingga menyebabkan gambar yang terlihat buram atau terdistorsi pada semua jarak.Astigmatisme dapat ditemukan berdiri sendiri atau kombinasi dengan miopia atau hipermetropia.

Gambar 6. astigmatisme

PEMBAGIANA. Berdasarkan posisi garis focus dalam retina Astigmatisme dibagi menjadi :1. Astigmatisme RegulerDimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.a. Astigmatisme With the Rule ( astigmatisma direct )Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal.b. Astigmatisme Against the Rule ( astigmatisma inversi )Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertikal. Kelainan ini dikoreksi dengan silinder negatif dengan sumbu tegak lurus ( 60 -120 derajat ) atau dengan silinder positif sumbu horizontal ( 30 150 derajat ). Keadaan ini sering ditemukan pada usia lanjut. c. Astigmatisma Obliq Bila garis fokus tidak terletak dalam 20 derajat horizontal dan vertikal 2. Astigmatisme Irreguler Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian saling tegak lurus. Kelainan ini disebabkan akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda, infeksi kornea, trauma dan kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.

Penyebab1. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur2. Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa3. Akibat jaringan parut pada kornea atau setelah pembedahan mata.Gejala Klinis1. Penglihatan kabur atau terjadi distorsi2. Pengelihatan mendua atau berbayang - bayang3. Nyeri kepala4. Nyeri pada mata5.Perasaan lelah pada mata

Gambar 7. Lapangan penglihatan pada penderita astigmatisme (silinder)

DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien dan Pemeriksaan Fisik Mata secara umum.

Cara PemeriksaanRefraksi Subjektif1. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu snellen2. Pemeriksaan Fogging Technique dengan grafik Astigmatisme3. Cross Cylinder TechniqueRefraksi Objektif1. Retinoskopi2. Refraktometri3. Topografi kornea4. Keratometri

Penatalaksanaan1. Kaca Mata silindris 2. Lensa Kontak Diberikan lensa kontak keras bila epitel tidak rapuh dan diberikan lensa kontak lembut bila disebabkan infeksi ,trauma dan distrofi untuk memberikan efek permukaan yang reguler.3. LASIK4. Astigmatisme Keratotomy

4. Presbiopia

Gambar 8. Letak bayangan gambar jatuh dibelakang retina

Suatu kelainan refraksi dimana hilangnya daya akomodasi terjadi bersamaan dengan proses penuaan. Biasanya pada usia diatas 40 tahun seseorang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini akibat telah terjadinya presbiopia

Gambar 9. Penderita presbiopi (mata tua)

PenyebabGangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :1. Kelemahan otot akomodasi2. Berkurangnya elastisitas lensa mata

Gejala Klinis1. Penglihatan kabur pada jarak dekat maupun jarak jauh.2. Kesulitan pada waktu membaca dekat huruf dengan cetakan kecil, untuk membaca lebih jelas maka penderita cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan objek yang dibacanya3. Mata lelah , berair dan sering merasa pedas setelah membaca4. Penglihatan kabur bertambah seiring dengan usia.

Cara Pemeriksaan1.Kartu SNELLEN2.Kartu Jaeger

Gambar 10. Kartu Jaeger

Penatalaksanaan Pemberian kacamata bifokal ,yang berkekuatan :+ 1,0 D untuk usia 40 tahun+ 1,5 D untuk usia 45 tahun+ 2,0 D untuk usia 50 tahun+ 2,5 D untuk usia 55 tahun+ 3,0 D untuk usia 60 tahun+ 3.0 D dan seterusnya60 tahun keatas tetap ditambahkan + 3,0 D karena jarak baca biasanya 33 cm maka adisi + 3 D merupakan lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang , pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi karena benda yang yang dibaca terletak sejajar pada titik api lensa + 3,0 D sehingga sinar yang keluar akan sejajar.

18