BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPenyakit alzeimer atau demensia senil dari
tipe Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif dan merupakan
gangguan degenratif otak dan diketahui mempengaruhi memori,
kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. Penyakit ini merupakan
satu penyakit yang paling ditakutkan pada masa modern, karena
penyakit ini paling merupakan bencana besar yang terjadi pada
pasien dan keluarganya, dimana pengalaman pasien yang mengalaminya
merupakan akhir yang ada habisnya sampai kematian tiba.Seiring
dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu pengetahuan,
semakin banyak pula penemuan-penemuan yang telah menjawab
pertanyaan-pertanyaan serta ketidaktahuan manusia dalam fenomena
alam serta kehidupan sehari-hari. Banyak penyakit-penyakit yang
pada zaman dahulu dianggap wajar-wajar saja, akan tetapi berkat
perkembangan ilmu pengetahuan manusia menjadi lebih tahu bahwa
ternayata penyakit yang pada zaman dahulu dianggap biasa dan wajar
adalah bukan sesuatu yang biasa dan wajar lagi bahkan berbahaya
untuk kehidupan si penderita.Contohnya penyakit pikun (dementia)
yang terjadi pada usia lanjut. Banyak manusia berpikir bahwa pikun
merupakan biasa dan wajar pada usia lanjut. Akan tetapi,
berdasarkan survey mengatakan bahwa banyak orang berusia lanjut
yang tidak pikun. Bahkan persentasi orang usia lanjut yang pikun
dengan yang tidak lebih banyak orang yang tidak pikun di banding
dengan yang pikun. Penelitian lebih lanjut telah menjawab bahwa
penyakit pikun pada usia lanjut yang parah adalah penyakit
mematikan. Penyakit ini disebut Alzheimer. Nama penyakit Alzheimer
ini jarang di dengar orang. Oleh karena itu, penyusun memilih
Alzheimer sebagai topik pembahasan dengan harapan dapat menambah
ilmu pengetahuan pembaca pada umumnya dan penyusun pada
khususnya.1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Alzheimer ?
2. Bagaimana epidemiologi dari Alzheimer itu ?
3. Apa saja klasifikasi dari Alzheimer ?
4. Bagaimana etiologi dari Alzheimer ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Alzheimer ?
6. Bagaimana WOC Alzheimer?
7. Bagaimana manifestasi klinis dari Alzheimer ?
8. Apa saja komplikasi yang terjadi pada Alzheimer ?
9. Bagaimana cara mencegah dari Alzheimer ?1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin penyusun capai adalah sebagai berikut
:1. Mengetahui pengertian dan maksud dari Alzheimer 2. Mengetahui
sejarah Alzheimer 3. Mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan
Alzheimer 4. Mengetahui penyebab dari Alzheimer5. Mengetahui
langkah komplikasi untuk penyakit alzheimer.6. Mengetahui dan
memahami bagaimana cara pencegahannya. 1.4ManfaatManfaat pembuatan
makalah ini adalah dapat lebih mengetahui penyakit Alzheimer yang
jarang orang mengerti dan tahu akan penyakit mematikan tersebut,
serta dapat mengenali gejala-gejalanya sehingga dapat mengenali
sejak dini dan dapat melakukan langkah pencegahannya.BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang
mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual,
penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen
terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Keperawatan Medikal
Bedah : jilid 1 hal 1003).
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan
gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori,
kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. ( Suddart, &
Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat
disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas
penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala
Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas
(Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)
Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik,
degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual,
kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan merawat
diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun keatas.
2.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan
hidup pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan
semakin meningkat. Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius
dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga aka semakin
banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurolog karena orang tua
tersebut yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya
secara efektif sebagai pekerja atau sebagai anggota keluarga. Hal
ini menunjukkan munculnya penyakit degeneratif otak, tumor,
multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi, yang
merupakan penyebab utama demensia.
Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka
prevalansi berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi
diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu berusia
diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan
meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi
penyakit yang semakin bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer
meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden
alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer
123 : 100.000 per tahun.Menurut National Alzheimer's Association
(2003), penyakit Alzheimer menyerang hingga 10 % dari orang berusia
65 tahun atau lebih, dan secara berangsur proporsi ini berlipat
ganda setiap 10 tahun setelah usia 65 tahun. Dan sebanyak separuh
dari populasi yang berusia 85 tahun atau lebih dapat dipastikan
mengidap Alzheimer. Sementara, pada orang yang memiliki faktor
genetik turunan / bawaan dari orang tua, penyakit ini akan
menyerang di bawah usia 65 tahun. Namun, kasus seperti ini cukup
jarang ditemukan.
2.3 Klasifikasi
Terdapat 2 tipe Alzheimer (AD) yaitu:
1) AD familial (FAD) yang mengikuti pola bawaan khusus
2) AD sporadic yang tidak mengikuti pola bawaan.
2.4 EtiologiPenyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa
alternatif penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam,
gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri,
trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament
presdiposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer
terdiri dar degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan
otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan
daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat
berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel
tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya
peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein
abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit
genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana
faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
PatogenesaSejumlah patogenesa penyakit alzheimer yaitu:1. Faktor
genetikBeberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus
alzheimer ini diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu
keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer mempunyai
resiko menderita demensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok
kontrol normal Pemeriksaan genetika DNA pada penderita alzheimer
dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada kromosom
21 diregio proximal logarm, sedangkan pada familial late onset
didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada
penderita down syndrome mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah
berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT), senile
plaque dan penurunan Marker kolinergik pada jaringan otaknya yang
menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer.
Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar
menunjukkan 40-50% adalah monozygote dan 50% adalah dizygote.
Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetik berperan dalam penyaki
alzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%), beberapa ditemukan
kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini menunjukkan bahwa
kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika pada
alzheimer.
2. Faktor infeksiAda hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus
pada keluarga penderita alzheimer yang dilakukan secara immuno blot
analisis, ternyata diketemuka adanya antibodi reaktif. Infeksi
virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang
bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi
seperti Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan
dengan penyakit alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa
persamaan antara lain:
a. manifestasi klinik yang sama
b. Tidak adanya respon imun yang spesifik
c. Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
d. Timbulnya gejala mioklonus
e. Adanya gambaran spongioform
3. Faktor lingkunganEkmann (1988), mengatakan bahwa faktor
lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer.
Faktor lingkungan antar lain, aluminium, silicon, mercury, zinc.
Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat
yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque
(SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara
pasti, apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi
neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada
penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak seimbangan
merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum
jelas. Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan
depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium
akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan
kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan
kematian neuron.
4. Faktor imunologisBehan dan Felman (1970) melaporkan 60%
pasien yang menderitaalzheimer didapatkan kelainan serum protein
seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti
trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Heyman (1984),
melaporkan terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita
alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan
penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkanpada wanita muda
karena peranan faktor immunitas
5. Faktor traumaBeberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan
penyakit alzheimer dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan
petinju yang menderita demensia pugilistik, dimana pada otopsinya
ditemukan banyak neurofibrillary tangles.
6. Faktor neurotransmitterPerubahan neurotransmiter pada
jaringan otak penderita Alzheimer mempunyai peranan
yang sangat penting seperti :
a) Asetikolin
Barties et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas
spesifik neurotransmitter dengan cara biopsy sterotaktik dan otopsi
jaringan otak pada penderita Alzheimer didapatkan penurunan
aktivitas kolinasetil transferase, asetikolinesterase dan transport
kolin serta penurunan biosintesa asetilkolin. Adanya deficit
presinaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks
frontalis, temporalis superior, nucleus basalis, hipokampus.
Kelainan neurotransmitter asetilkolin merupakan kelainan yang
selalu ada dibandingkan jenis neurotransmitter lainnya pada
penyakit Alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsy selalu
didapatkan kehilangan cholinergic marker. Pada penelitian dengan
pemberian scopolamine pada orang normal, akan menyebabkan berkurang
atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesa
kolinergik sebagai patogenesa penyakit Alzheimer.
b) Noradrenalin
Kadar metabolism norepinefrin dan dopamine didapatkan menurun
pada jaringan otak penderita Alzheimer. Hilangnya neuron bagian
dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat yang utama noradrenalin
pada korteks serebri, berkolerasi dengan deficit kortikal
noradrenergik.
Bowen et al (1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan
otak penderita Alzheimer menunjukan adanya defesit noradrenalin
pada presinaptik neokorteks. Palmer et al (1987),Reinikanen (1988),
melaporkan konsentrasi noradrenalin menurun baik pada post dan
ante-mortem penderita Alzheimer.
c) Dopamine
Sparks et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas
neurotransmitter region hypothalamus, dimana tidak adanya gangguan
perubahan akivitas dopamine pada penderita Alzheimer. Hasil ini
masih controversial, kemungkinan disebabkan karena histopatologi
region hypothalamus setia penelitian bebeda-beda.
d) Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5
hidroxi-indolacetil acil pada biopsy korteks serebri penderita
Alzheimer. Penurunan juga didapat pada subregio hipotalamus sangat
bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus
sedangkan pada posterior peraventrikuler hipotalamus berkurang
sangat minimal. Perubahan kortikal serotonergik ini beghubungan
dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada
nucleus rephe dorsalis
e) MAO (manoamin oksidase)
Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter monoamine.
Akivitas normal MAO A untuk deaminasi serotonin, norepinefrin, dan
sebagian kecil dopamine, sedangakan MAO-B untuk deaminasi terutama
dopamine. Pada penderita Alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A
pada hipotalamus dan frontalis sedangakan MAO-B pada daerah
temporal dan menurun pada nucleus basalis dari meynert.
2.5 Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang
dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang
kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau
neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein
besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan
rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan
kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan
amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik,
terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron
neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang
pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan
atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut
dan sebagian besar terdiri dari protein tau. Dalam SSP, protein tau
sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat
dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari
sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal
dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau
sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama sama.
Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang
sekelilingnya masing masing terluka. Dengan kolapsnya system
transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali
tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan
neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan
Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta
amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling
neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein
prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada
membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan
neuron. APP terbagi menjadi fragmen fragmen oleh protease, salah
satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan
yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel
sel glia yang akhirnya membentuk fibril fibril plak yang membeku,
padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron
yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal
bebas sehingga menggagu hubungan intraseluler dan menurunkan respon
pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron
terhadap stressor.
Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga
berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak
2.6 WOC
(terlampir)
2.7 Manifestasi klinis
Pada stadium awal Alzheimer, terjadi keadaan mudah lupa dan
kehilangan ingatan ringan. Terdapat kesulitan ringan dalam
aktivitas pekerjaan dan social. Depresi dapat terjadi pada saat
ini. Pasien dapat kehilangan kemampuannya mengenali wajah, tempat,
dan objek yang sudah dikenalnya. Pasien juga sering mengulang-ulang
cerita yang sama karena lupa telah menceritakannya. Kemampuan
berbicara memburuk sampai pembentukan suku kata yang tidak masuk
akal, agitasi, dan peningkatan aktivitas fisik. Nafsu makan pun
bertambah secara berlebihan. Terjadi pula disfagia dan
inkontinensia. Pasien dapat menjadi depresif, curiga, paranoid, dan
kasar(perubahan kepribadian).a. Gejala ringan (lama penyakit 1-3
tahun)Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru
dipelajariDisorientasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya
dengan baikBermasalah dalam melaksanakan tugas rutin Mengalami
perubahan dalam kepribadian dan penilaian, misalnya mudah
tersinggung, mudah menuduh ada yang mengambil barangnya, bahkan
menuduh pasangannya selingkuhb. Gejala sedang(lama penyakit 3-10
tahun)1) Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari
seperti makan dan mandi 2) Perubahan tingkah laku, misalnya sedh
dan emosi3) Mengalami gangguan tidur4) Keluyuran5) Kesulitan
mengenali keluarga dan teman(pertama-tama yang akan sulit untuk
dikenali adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai
dari nama ing tidak mengenali wajah sama sekali, kemudian bertahap
kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui)c. Gejala berat(lama
penyakit 8-12 tahun)1) Sulit atau kehilangan kemampuan bicara2)
Sangat tergantung pada caregiver(pengasuh)3) Perubahan perilaku :
misalnya mudah curiga, depresi, atau mudah mengamukTerdapat
beberapa stadium perkembangan penyakit alzheimer yaitu:
a. Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun)Memori : ingatan terganggu
Kepribadian : ketidakpedulian, lekas marah sesekali Motor sistem :
normalEEG : normalCT/MRI : normalPET : hipometabolisme posterior
bilateral
b. Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)Memori : ingatan
terakhir sangat terganggu Kepribadian : ketidakpedulian, lekas
marah sesekali Motor sistem : gelisah, mondar-mandirEEG : latar
belakang irama lambatCT/MRI : normalPET : hipometabolisme frontal
dan parietal bilateral
c. Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)Fungsi intelektual :
sangat memburukMotor sistem : anggota tubuh kaku dan postur
fleksiEEG : difus lambatPET : hipometabolisme frontal dan
parietal
2.8 Komplikasi
Kehilangan memori , gangguan penilaian dan perubahan kognitif
lain dapat disebabkan oleh Alzheimer .Seseorang dengan penyakit
Alzheimer mungkin tidak dapat berkomunikasi.
Penyakit Alzheimer dapat berkembang menjadi tahap akhir ,
perubahan otak mulai mempengaruhi fungsi fisik, seperti menelan ,
keseimbangan, dan kontrol usus dan kandung kemih . Efek ini dapat
meningkatkan kerentanan terhadap masalah kesehatan tambahan seperti
:
1. Pneumonia dan infeksi lainnya . Kesulitan menelan dapat
menyebabkan orang dengan penyakit Alzheimer untuk menghirup (
aspirasi ) makanan atau cairan ke saluran udara dan paru-paru
mereka , yang dapat menyebabkan pneumonia . Ketidakmampuan untuk
mengontrol pengosongan kandung kemih ( urinary incontinence)
mungkin memerlukan penempatan tabung untuk mengeringkan dan
mengumpulkan urin ( kateter urin ) . Memiliki kateter meningkatkan
risiko infeksi saluran kemih , yang dapat menyebabkan lebih -
serius , infeksi yang mengancam jiwa .
2. Cedera karena jatuh . Orang dengan Alzheimer menjadi semakin
rentan untuk jatuh . Terjun dapat menyebabkan patah tulang . Selain
itu, jatuh adalah penyebab umum dari cedera kepala serius .2.9
Pencegahan
Saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bagaimana mencegah
penyakit Alzheimer. Percobaan untuk menemukan vaksin yang dapat
melawan Alzheimer terhenti beberapa tahun lalu karena beberapa
orang yang menerima vaksin mengalami peradangan otak.
Akan tetapi Anda dapat mengurangi risiko Alzheimer dengan cara
menekan risiko sakit jantung. Banyak faktor yang meningkatkan
risiko sakit jantung juga dapat meningkatkan risiko demensia.
Faktor utama yang muncul adalah tekanan darah, kolestrol dan
tingkat gula darah. Tetap aktif secara fisik, mental dan sosial
juga dapat mengurangi risiko terkena Alzheimer.2.10 Langkah-langkah
Pencegahan dan Pengobatan
Berkat para ilmuan akhirnya alzheimer bisa dicegah dan diatasi.
Bahkan sudah banyak obat-obat yang beredar untuk penderita
alzheimer ini. Berikut tips mencegah dan mengatasi alzheimer :1.
Makan diet MediteraniaPara peneliti menemukan bahwa orang yang
secara teratur mengkonsumsi diet Mediterania 38 persen lebih rendah
untuk terserang penyakit Alzheimer. Sebuah diet Mediterania yang
kaya dalam kacang-kacangan, lemak sehat (dari salad dressing,
alpukat), tomat, ikan, sayuran, sayuran berdaun gelap dan dan
buah-buahan. Diet Mediterania juga dikenal karena rendah daging
merah, daging organ, mentega dan susu tinggi lemak.2. Berhenti
merokokSebuah studi baru-baru ini dalam Archives of Internal
Medicine menemukan bahwa merokok secara langsung terkait dengan
peningkatan dramatis dalam demensia di kemudian hari. Studi ini
menemukan bahwa mereka yang dilaporkan merokok dua bungkus rokok
sehari memiliki resiko 100% lebih besar dari diagnosis demensia
dibandingkan non-perokok.
3. Makan seledri dan paprika hijauPeneliti dari Universitas
Illinois di Urbana-Champaign melihat efek dari luteolin pada otak
tikus, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the
National Academy of Sciences. Luteolin, yang ditemukan dalam
seledri dan paprika hijau, ditemukan untuk mengurangi radang otak
yang disebabkan oleh Alzheimer dan dapat mengurangi gejala
kehilangan memori.4. Minum kopiEuropean Journal of Neurology
menemukan bahwa mereka yang memiliki asupan kafein meningkat
memiliki risiko yang jauh lebih rendah berkembangnya penyakit
Alzheimer daripada mereka yang dengan sedikit atau tidak
mengkonsumsi kafein. Studi lain yang dipublikasikan dalam Journal
of Alzheimers Disease menemukan bahwa kadar kafein abnormal secara
signifikan menurukan protein yang terkait dengan penyakit Alzheimer
dan 50 persen pengurangan di tingkat amyloid beta, zat membentuk
gumpalan lengket plak dalam otak orang-orang dengan penyakit
Alzheimer. Ini berarti bahwa studi ini menemukan bahwa kafein dapat
menjadi penting dalam mencegah Alzheimer, tetapi sebenarnya dapat
menjadi pengobatan terapi bagi mereka yang sudah didiagnosis dengan
penyakit. Hal ini merupakan perkembangan besa, Ini juga merupakan
alasan besar untuk melanjutkan kebiasaan latte harian
Anda.5.Latihan (Olahraga)Beberapa penelitian telah menunjukkan
manfaat olahraga pada orang dengan penyakit Alzheimer. Journal of
American Medical Associate menerbitkan penelitian yang menemukan
bahwa latihan olahraga untuk pasien dengan penyakit Alzheimer tidak
hanya meningkatkan kondisi fisik dan memperpanjang mobilitas
independen mereka. Mobilitas Independen penting terutama bagi
mereka dengan penyakit Alzheimer, karena salah satu gejala
Alzheimer yang sering tidak dibahas adalah kurangnya keseimbangan,
jatuh dan tersandung. Hal ini menyebabkan cedera dan kebutuhan
untuk pengawasan konstan pada pasien Alzheimer. Dengan
menggabungkan 60 menit latihan pada hari-hari dalam seminggu, dan
istirahat teratur, seseorang dapat meningkatkan
mobilitasnya.Meskipun tidak ada obat untuk Alzheimer sampai saat
ini, para peneliti tidak berhenti bekerja keras untuk menemukan
cara baru untuk mencegah, mengobati dan menyembuhkan penyakit
ini.Pengobatan untuk para penderita alzheimer yaitu dengan cara
meminum obat asetikolin nesterase yang berfungsi untuk menambah zat
yang memperbesar daya ingat. Selain itu pengobatan untuk penderita
juga dengan melakukan terapi secara teratur. untuk lebih memudahkan
terapi yang teratur, akan lebih baik jika penderita (yang biasanya
sudah lanjut usia) di titipkan di panti agar perkembangannya bisa
terkontrol dengan baik di bandingkan di rumah sendiri. Banyak
sekali orang yang menderita Alzheimer berperilaku dalam cara yang
agresif. Biasanya orang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan
perilaku agresif jika ia merasa terhina, takut, atau frustasi
karena mereka tidak dapat memahami orang lain atau membuat sendiri
dipahami.Ketika seorang pasien Alzheimer secara lisan atau fisik
agresif, dokter menggunakan obat-obatan seperti antipsikotik
risperidone atau olanzapine. Obat antipsikotik yang lebih tua
seperti Haloperidol tidak digunakan karena efek samping yang
parah.Akan tetapi, Penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan
non-obat seperti kotak cahaya terang yang lebih baik mengelola
perilaku agresif dalam Alzheimer sebagai risiko keamanan obat
antipsikotik lebih besar daripada manfaatnya.Selain obat-obatan
yang ilmiah seperti dikemukakan diatas, terdapat juga obat
pencegahan alami yang sering dipakai memasak orang Indonesia yaitu
kunyit. Kunyit, selain menambah nafsu makan, kunyit juga ternyata
dapat mencegah kita dari penyakit alzheimer di masa tua nanti. Satu
penelitian menunjukkan orang-orang yang mengonsumsi banyak kunyit,
pada hakekatnya jarang yang terkena Alzheimer. Di negara-negara di
mana orang-orangnya mengonsumsi banyak (kunyit), kejadian penyakit
Alzheimer sangat rendah. Di India dan Asia Tenggara, penyakit itu
jarang. Dan (di Amerika Serikat) itu sangat, sangat biasa, kata
Chris Kilham seorang pemburu obat dalam wawancara dengan Fox
News.Kilham menjelaskan bahwa akar kunyit, yang juga dikenal dalam
bentuk ekstrak yang disebut curcumin, merupakan salah satu
rempah-rempah yang berguna dalam mencegah munculnya Alzheimer dan
bahkan mengobatinya."Orang yang menderita penyakit Alzheimer
memiliki plak yang melekat di otak disebut "amyloid beta." Beberapa
plak juga berkembang karena Alzheimer, atau karena menjadi penyebab
langsungnya. Tetapi, plak-plak itu secara langsung berkaitan dengan
proses degeneratif," jelas Kilham.Penelitian menunjukkan bahwa
kunyit benar-benar melenyapkan plak-plak ini, baik saat plak itu
mulai terbentuk dan bahkan selama tahap akhir dari perkembangan
plak.Apa yang ada dalam kunyit adalah sesuatu yang tampak untuk
menghalangi perkembangan penyakit Alzheimer dan benar-benar
membantu mengurangi keberadaan plak dalam otak. Dalam penelitian
terhadap binatang, saat binatang benar-benar memiliki plak "amyloid
beta" dalam otak mereka dan mereka diberi akar kunyit, maka plak
itu berkurang.Menurut Kilham, perusahaan-perusahaan obat bekerja
keras mencoba mengembangkan versi obat dari kunyit, tetapi Kilham
merekomendasikan untuk makan kunyit asli bila memungkinkan, dan
mengonsumsi ekstrak kunyit bila makan kunyit dalam makanan bukan
pilihan. Dengan demikian, kita tidak usah khawatir akan penyakit
ini, karena sudah terbukti oleh riset bahwa kunyit dapat mengurangi
resiko alzheimer. Sedangkan, indonesia merupakan negara yang
mengkonsumsi kunyit dalam hampir setiap bumbu masakannyaBAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan
atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis,
psikologis, sosial dan spiritual.
Adapun pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan penyakit
Alzheimer diantaranya:
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat , agama, suku bangsa,
status perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien dengan
penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah
diderita pasien, baik penyaktit yang dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya penyakit Alzheimer, maupun yang tidak.
Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien
saat ini.
Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita
anggota keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya penyakit Alzheimer maupun yang tidak.
3. Pengkajian Psikososial Spiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi
dan konsep diri didapatkan pasien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang
terpenting pada pasien dengan penyakit Alzheimer adalah penurunan
kognitif dan memori.
4. Aktivitas Istirahat
Gejala : Merasa lelah
Tanda : siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur.
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa,
hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang
dibaca/mengikuti acara program televisi.
5. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik, hipertermi,
episode emboli (faktor presdiposisi)
6. Integritas ego
Gejala: Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan,
kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi
terhadap objek dan orang, penimbunan objek: meyakini bahwa objek
yang salah penempatannya telah dicuri, kehilangan multiple,
perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda: duduk dan menonton yang lain, menyembunyikan
ketidakmampuan (banyak alasan tidak mampu melakukan kewajiban,
mungkin juga tangan membuka buku tapi tidak membacanya)
7. Eliminasi
Gejala: dorongan berkemih
Tanda: inkontinensia urine/feces, cenderung konstipasi/impaksi
dengan diare
8. Makanan/cairan
Gejala: riwayat episode hipoglikemia (merupakan faktor
presdiposisi), perubahan dalam pengecapan. Nafsu makan, kehilangan
berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/kebutuhan untuk
makan.
Tanda: kehilangan kemampuan untuk mengunyah, tampak semakin
kurus (tahap lanjut).
9. Hygiene
Gejala: Perlu bantuan/ bergantung pada orang lain
Tanda: Tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi ke kamar
mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan
kamar mandi.
10. Neurosensori
Gejala: Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang
kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala adanya keluhan
dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang
berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat).
Kehilangan sensasi propriosepsi (posisi tubuh atau bagian tubuh
dalam ruang tertentu) dan adanya riwayat penyakit serebral
vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara
periodik (sebagai faktor presdiposisi) serta aktivitas kejang
(merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak)
Tanda: kerusakan komunikasi: afasia dan disfasia; kesulitan
dalam menemukan kata-kata yang benar (terutama kata benda);
bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang
tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak
terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap
(kehilangan keterampilan motorik halus).
11. Kenyamanan
Gejala: adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkinmenjadi
faktor presdiposisi atau faktor akselerasinya), trauma kecelakaan
(jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda: ekimosis, laserasi, dan rasa bermusuhan/menyerang orang
lain.
12. Interaksi sosial
Gejala: merasa kehilangan kekuatan faktor psikososial
sebelumnya, pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah
pola tingkah laku yang muncul.
Tanda: Kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tepat.
13. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum: Klien dengan penyakit alzheimer umumnya
mengalami perunrunan kesadaran seseuai dengan regenerasi neuron
kolinergik dan proses senilisme
- B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan:
Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan
atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
a. inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot bantu nafas
b. palpasi: traktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. perkusi: adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d. auskultasi: bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi,
stridor, ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
dengan inaktivitas
- B2 (Blood)
Hipotensi postural: berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem
persafaran otonom.
- B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan
tingkah laku.
- B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa pasien sering mengalami
inkontinensia urin, biasanya dengan penurunan status kognitif dari
pasien alzheimer. Penurunan refleks kandung kemih yang bersifat
progresif dan pasien mungkin mengalami inkotinensia urin,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan
untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan
postural
- B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi
yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status
kognitif. Penurunan aktivitas umum klien sering mengalami
konstipasi.
- B6 (Bone)
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada
seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik jika melakukan
aktivitas.
- Pengkajian Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada
perubahan status kognitif klien.
- Pengkajian Fungsi Serebral
Status mental: biasanya status mental klien mengalami perubahan
yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan
persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun
panjang.
- Pengkajian saraf kranial
Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII :
a. Saraf I: biasanya pada klien penyakit Alzheimer tidak ada
kelainan fungsi penciuman
b. Saraf II: tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan,
yaitu sesuai dengan keadaan usia lanjut biasanya klien dengan
alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c. Saraf III, IV, dan VI: biasanya tidak ditemukan adanya
kelainan pada saraf ini
d. Saraf V: wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf
ini
e. Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal
f. Saraf VIII: adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
berhubungan proses senilis serta penurunan aliran darah
regional
g. Saraf IX dan X: kesulitan dalam menelan makanan yang
berhubungan dengan perubahan status kognitif
h. Saraf XI: tidak atroli otot strenokleidomastoideus dan
trapezius
i. Saraf XII: lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada vasikulasi dan indera pengecapan normal
- Pengkajian Sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut, klien akan mengalami perubahan
dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
Keseimbangan dan koordinasi mengalami gangguan karena adanya
perubahan status kognitif dan ketidakkoooperatifan klien dengan
metode pemeriksaan.
- Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan
refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala
cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya seperti didorong.
Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya
ke depan atau kebelakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer
mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer
yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif dari persepsi klien
secara umum.
B. Aplikasi NANDA, NOC, NIC
DIAGNOSANOCNIC
1. Defisit perawatan diri b.d perubahan proses berpikira. Klien
tampak tidak sulit melakukan kegiatan sehari-harib. Klien dapat
melakukan aktivitas tanpa kesulitan
c. Klien mampu melakukan aktivitas motorik dengan sendirinya
d. Klien merasa nyaman dengan lingkungan yang dimodifikasi
e. Klien dapat buang air besar tanpa kesulitan
1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL2.
Ajarkan dan mendukung klien dalam melakukan aktivitas
3. Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan
makanan dan peralatan didekat klien agar mampu mengambil dengan
sendirinya
4. Modifikasi lingkungan
5. Kolaborasi dalam pemberian supositoria dan pencahar
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
tidak mampu memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
faktor psikologis, biologis1 Klien dapat melakukan makan dengan
sendirinya2 BB klien kembali dalam batas normal
3 Klien tampak menelan tanpa kesulitan1. Evaluasi kemampuan
makan klien 2. Observasi BB jika memungkinkan
3. Manajemen mecapai kemampuan menelan
Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk
menelan
Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan
Klien diajrkan untuk meletakkan makanan diatas lidah menutup
bibir dan gigi serta menelan
Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi
mulut dan kemudian ke sisi yang lain
Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu
Berikan makanan kecil dan lunak
3. Kerusakan komunikasi verbal b.d perubahan proses berpikira.
Klien dapat melakukan tanpa kesulitanb. Klien dapat berkomunikasi
dengan orang lain dengan melakukan kontak mata, dan menjawab
pertanyaan dengan jelas
c. Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik setelah
melakukan terapi dengan ahli wicara1. Kaji kemampuan klien untuk
berkomunikasi2. Menentukan cara-cara komunikasi seperti
mempertahankan kontak mata, menjawab pertanyaan dengan jawaban ya
atau tidak, menggunakan kertas, ballpoint/pensil, gambar/papan
tulis, bahasa isyarat. Memperjelas arti dari komunikasi yang
diberikan
3. Buat rekaman pembicaraan klien
4. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa
BAB IVPENUTUP4.1Kesimpulan
Alzheimer adalah penyakit pikun yang biasanya dialami oleh usia
lanjut dan merupakan penyakit yang mematikan. Banyak gejala-gejala
yang dialami oleh penderita salah satunya yaitu lupa akan menyimpan
barang yang penderita simpan sebelumnya. Kebiasaan buruk seperti
merokok, minum alkohol, dan meminum obat-obatan serta faktor gen
merupakan penyebab dari penyakit alzheimer. Penyakit ini biasanya
dialami oleh para lanjut usia, karena degenerasi sel-sel syaraf di
otak.Banyak obat-obatan disediakan, akan tetapi hanya untuk
memperbesar daya ingat serta mengurangi tingkah agresif saja. Akan
tetapi, ada juga obat alami yang sudah tersedia di alam yakni
kunyit yang dapat mengurangi resiko penyakit alzheimer.
4.2Saran
Bagi perawat dan keluarga, diharapkan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi pada penderita Alzheimer ini, karena setiap
perubahan baik itu dari segi kognitif dan motorik mempengaruhi
aktivitas sehari-hari pasien. Karenanya dibutuhkan perhatian lebih
bagi penderita Alzheimer ini.
DAFTAR PUSTAKAAnonym. 2012. Kenali Gejala Alzheimer. DIakses
tanggal 30 November 2013 melalui
http://pranaindonesia.wordpress.com/artikel-2/kenali-gejala-alzheimer/.______.
2009. Gen Penyebab Alzheimer. DIakses tanggal 30 November 2013
melalui
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/09/07/1507375/Gen.Penyebab.Alzheimer.Berhasil.Ditemukan._____.
2008. Pengobatan Alzheimer. Diakses tanggal 30 November 2013
melalui
http://jagakesehatan.wordpress.com/2008/12/05/pengobatan-alzheimer/.Brunner
& Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta.
Ester, Monica. 2010. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Salemba Medika : Jakarta.
Kompas. 2008. Kenali Gejala Kepikunan Alzheimer. Diakses tanggal
1 Desember melalui
http://nasional.kompas.com/read/2008/09/08/15243484/kenali.gejala.kepikunan.alzheimer..11