Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Kabupaten Banyuasin Oleh : Tim Surveilance Epidemiologi BTKLPP Kelas I Palembang PENDAHULUAN Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia).Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi padalutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti, juga dapat oleh nyamuk Aedesalbopictus. Nyamuk yang terinfeksi oleh virus saat ia menggigit pasien chikungunya, dan setelah sekitar satu minggu nyamuk dapat menularkan virus saat ia menggigit orang lain yang sehat. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan. Penyakit chikungunya disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. Virus ini masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Selain oleh faktor utama di atas,faktor- faktor yang mendukung untuk terjadinya kasus KLB Chikungunya di dukung oleh kepadatan penduduk karena jarak terbang nyamuk betina Aedesspp rata-rata 40 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Penyelidikan epidemiologi kasus Chikungunya di Pulau Rimau Banyuasin didasarkan pada laporan yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, yang mengatakan bahwa telah terjadi KLB penyakit Chikungunya di Desa Wonosari dan Majatra Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin. Pada tanggal 1 Juli jumlah penderita 75 orang dan tidak ada kasus kematian, hingga tanggal 3 Juli 2014 kasus terus bertambah menjadi 90 orang tanpa kasus kematian. Dibandingkan tahun sebelumnya, kasus Chikungunya ini belum pernah ditemukan di daerah tersebut. Selain dilakukan penyelidikan epidemiologi, juga perlu dilakukan penyelidikan entomologi atau survey entomologi, yaitu survey khusus/ sewaktu dimana survey yang dilakukan adalah survey jangka pendek untuk memperoleh data dasar untuk memonitor kerentanan vektor dan mengevaluasi hasil pemberantasan vektor yang telah dilakukan pada suatu daerah. Bersama-sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin, Puskesmas Dana Mulya, dan petugas kesehatan yang berada di desa setempat, tim BTKLPP Kelas I Palembang melakukan penyelidikan epidemiologi pada tanggal 7 – 9 Juli 2014.
6
Embed
Kejadian Luar Biasa Chikungunya Di Kabupaten Banyuasin
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Kabupaten Banyuasin
Oleh : Tim Surveilance Epidemiologi BTKLPP Kelas I Palembang
PENDAHULUAN
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia untuk
mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai
timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili, berdasarkan gejala pada penderita yang berarti (posisi
tubuh) meliuk atau melengkung, ini mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi
hebat (arthralgia).Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium
Kanada, terutama terjadi padalutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes
aegypti, juga dapat oleh nyamuk Aedesalbopictus. Nyamuk yang terinfeksi oleh virus saat ia menggigit pasien
chikungunya, dan setelah sekitar satu minggu nyamuk dapat menularkan virus saat ia menggigit orang lain
yang sehat. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih
"bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan. Penyakit chikungunya disebarkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya.
Virus ini masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Selain oleh faktor utama di atas,faktor- faktor yang
mendukung untuk terjadinya kasus KLB Chikungunya di dukung oleh kepadatan penduduk karena jarak
terbang nyamuk betina Aedesspp rata-rata 40 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa
kendaraan dapat berpindah lebih jauh.
Penyelidikan epidemiologi kasus Chikungunya di Pulau Rimau Banyuasin didasarkan pada laporan
yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, yang mengatakan bahwa telah terjadi
KLB penyakit Chikungunya di Desa Wonosari dan Majatra Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin.
Pada tanggal 1 Juli jumlah penderita 75 orang dan tidak ada kasus kematian, hingga tanggal 3 Juli 2014
kasus terus bertambah menjadi 90 orang tanpa kasus kematian. Dibandingkan tahun sebelumnya, kasus
Chikungunya ini belum pernah ditemukan di daerah tersebut.
Selain dilakukan penyelidikan epidemiologi, juga perlu dilakukan penyelidikan entomologi atau survey
entomologi, yaitu survey khusus/ sewaktu dimana survey yang dilakukan adalah survey jangka pendek untuk
memperoleh data dasar untuk memonitor kerentanan vektor dan mengevaluasi hasil pemberantasan vektor
yang telah dilakukan pada suatu daerah.
Bersama-sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyuasin, Puskesmas Dana Mulya, dan petugas kesehatan yang berada di desa setempat, tim BTKLPP
Kelas I Palembang melakukan penyelidikan epidemiologi pada tanggal 7 – 9 Juli 2014.
METODE PENYELIDIKAN KLB
Metode penyelidikan untuk kasus KLB Chikungunya adalah dengan survai khusus/sewaktu yaitu :
- Mengadakan survey kasus di lokasi atau daerah yang terjadi KLB Chikungunya
- Mengadakan wawancara dan observasi kerumah penderita untuk dilakukan pengamatan tempat
perindukan nyamuk dan sanitasi lingkungan serta PHBS masyarakat setempat .
Daerah penyelidikan KLB, populasi, dan sampel penyelidikan KLB
Daerah penyelidikan KLB dilakukan pada 3 desa yakni desa Wonosari, desa Majatra, dan desa Budi
Asih dengan besar populasi masing-masing desa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Daerah Penyelidikan KLB Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin
No. Lokasi Populasi Kasus
1. Wonosari 1.076 103
2. Majatra 867 43
3. Budi Asih 1.122 12
3.065 158
Sumber : Data Pos Kesehatan Desa Wonosari, Majatra, dan Budi Asih
Analisis Data
Data primer dan sekunder tentang penderita dimasukkan kedalam tabel dan program excel dan
dianalisa,menghasilkan data sebagai berikut :
- Distribusi gejala dan tanda penyakit pada KLB Chikungunya
- Kurva epidemi kejadian KLB
- Gambaran epidemiologi KLB menurut jenis kelamin dan umur
- Gambaran epidemiologi KLB menurut tempat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Gejala dan Tanda Penyakit pada KLB Chikungunya
Gambaran klinis kasus Chikungunya yang menunjukkan gejala utama demam dan nyeri sendi, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Distribusi Gejala dan Tanda Penyakit Chikungunya
Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyu Asin
No. Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %
1. Demam 173 100
2. Nyeri sendi 112 64,7
3. Ruam 173 100
4. Tanda perdarahan 0 0
Sumber : Data Pos Kesehatan Desa Wonosari, Majatra, dan Budi Asih
0
20
40
60
80
100
0 - 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 14 tahun ≥ 15 tahun
0 3
25
93
87
72Laki - laki
Perempuan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa AR tertinggi ada di desa Wonosari (9,6) dengan CFR 0,
sedangkan AR terendah ada di desa Budi Asih (1,1) dengan CFR 0.
Penegakkan sistem surveilans ketat selama KLB
Data yang menggambarkan surveilans ketat KLB Chikungunya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Surveilans Ketat KLB Chikungunya Bulan Mei - Juli 2014