Top Banner
KELOMPOK II
33

Kegawatdaruratan Bedah

Dec 20, 2015

Download

Documents

Indah Simamora

Bedah Mulut
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kegawatdaruratan Bedah

KELOMPOK II

Page 2: Kegawatdaruratan Bedah

KEGAWATDARURATAN BEDAH

Penatalaksanaan dasar dalam kegawatdaruratan adalah akronim PABCD yaitu position, airway, breathing, circulation, dan definitive care (pada basic life support biasa disebut dengan defibrillation).

Page 3: Kegawatdaruratan Bedah

1. POSITION

Penyebab utama hilangnya kesadaran adalah hipotensi. Pasien yang tidak sadar segera diletakkan pada tempat yang rata dengan posisi supine, yaitu kaki lebih tinggi daripada badan. Posisi ini akan menghasilkan peningkatan aliran darah di daerah kepala dengan sedikit hambatan dalam sistem respirasi

Page 4: Kegawatdaruratan Bedah

TINDAKAN AIRWAY AND BREATHING PADA PASIEN SADAR DILAKUKAN DENGAN HEIMLICH MANEUVER, SEDANGKAN PADA PASIEN TIDAK SADAR DILAKUKAN DENGAN MENERAPKAN POSISI TILT-CHIN LIFT MANEUVER, KEMUDIAN DIIKUTI DENGAN PEMERIKSAAN VENTILASI MELALUI LOOK, LISTEN, FEEL.

2. Airway and Breathing

Page 5: Kegawatdaruratan Bedah

3. CIRCULATION

Pada kegawatdaruratan medis anak, meraba nadi anak merupakan cara yang cukup mudah dilakukan dibandingkan pada dewasa karena denyut nadi anak lebih jelas teraba. Namun, perlu diingat bahwa gangguan airway seperti obstruction dan apnea merupakan penyebab utama terjadinya cardiac arrest pada bayi dan anak. Palpasi pada carotid artery dapat dilakukan pada anak usia 1 tahun atau lebih dan dewasa. Apabila palpable pulse tidak teraba maka periksa chest compression.

 

Page 6: Kegawatdaruratan Bedah

4. DEFINITIVE CARE

Tindakan definitive care dilakukan sesuai dengan diagnosis yang telah ditegakkan. Oleh karena itu, penegakan diagnosis yang benar merupakan kunci keberhasilan tindakan definitive care.

Page 7: Kegawatdaruratan Bedah

KEGAWATDARURATAN BEDAH TERDIRI ATAS :1.PERDARAHAN2.OBSTRUKSI3.INFEKSI4.STRANGGULASI5.KOMBINASI DARI BEBERAPA KEGAWATAN DIATAS 

Page 8: Kegawatdaruratan Bedah

1. PERDARAHAN

Penanggulangan perdarahan secara lokal, yaitu :

a. Penekanan lokal

b. Kompres dingin

c. Penjepitan/penjahitan

d. Obat Vasokonstriksi/ injeksi epinefrin

e. Elektro Koagulasi : akan menggumpalkan darah dan protein

Page 9: Kegawatdaruratan Bedah

2. TRAUMA

-Fraktur wajah bagian sepertiga tengah atas.

-Fraktur mandibula, kecuali jenis yang sederhana atau hanya dislokasi

-Fraktur zigomatis dimana terdapat bahaya kerusakan bola mata.

Page 10: Kegawatdaruratan Bedah

3. SYNCOPE Pengelolaan :

•Pasien sinkop atau pingsan diletakkan pada posisi yang nyaman.

•Letak kaki lebih tinggi dari kepala (posisiTrendelenburg).

•Kompres dahi dengan handuk lembab dan dingin.

•Lepaskan bagian pakaian yang mengikat dan baju hangat.

•Pasien pingsan karena belum makan dihubungkan dengan kadar gula sebagai faktor

pencetus pingsan sehingga dapat diberi minum teh manis hangat.

•Pasien yang pusing akan jatuh.

•Usahakan saluran napas tidak tersumbat karena lidah jatuh ke belakang. Tekan mandibula

dan dorong ke depan atau gunakan oral airways, khususnya untuk pasien yang tidak sadar.

•Otak membutuhkan oksigen melalui bernapas. Bila airway sudah ada maka beri oksigen

melalui masker wajah. Untuk pasien yang tidak sadar beri oksigen.

•Sirkulasi.

Page 11: Kegawatdaruratan Bedah

4. ANAPHILACTIC SHOCK

Terapi :•Letakkan pasien dengan posisi miring di lantai karena pasien sering muntah.• Perawat gigi dapat menelepon dokter umum terdekat. Sambil menunggu, pasien diawasi jalan nafasnya. •Raba nadi. Bila tidak teraba, tekanlah dada sebelah kiri untuk merangsang jantung berdenyut kembali. Kemudian, lakukan pernafasan buatan• Bila nadi teraba masih lemah, dokter gigi dapat menginjeksi vasopressor seperti pada tahap penanganan reaksi alergi.

Page 12: Kegawatdaruratan Bedah

5. SYOK HIPOTERMIA

Penatalaksanaan hipotermia pada pasien dimulai dengan pencegahan kehilangan panas tubuh. Resusitasi cairan dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh sehingga diperlukan alat penghangat cairan sebelum dimasukkan ke dalam tubuh. Dari berbagai modalitas terapi non-invasif, penghangatan konveksi efektif dalam mengembalikan suhu inti tubuh, walaupun panas radiasi mungkin lebih mudah diberikan pada pasien dengan trauma multipel. Teknik penghangatan suhu aktif seperti CAVR meningkatkan suhu inti 1,5oC sampai 2,5oC/jam dan dapat mencegah kematian pada pasien trauma yang mengalami hipotermia.

Page 13: Kegawatdaruratan Bedah

6. SYOK HIPOVOLEMIK

Tiga tujuan penangangan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik, yaitu :•Memaksimalkan pengantaran oksigen dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, pengingkatan saturasi oksigen darah dan memperbaiki aliran darah•Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut•Resusitasi cairan

Page 14: Kegawatdaruratan Bedah

7. HENTI JANTUNG Tindakan:

1. Begitu diketahui terjadi serangan jantung, hubungi bagian emergensi 118

2. Baringkan pasien terlentang pada kursi. Jika peralatan disekitar kursi dental menghalangi operator, pindahkan pasien dan baringkan di lantai.

3. Bawa alat kedaruratan ke dekat pasien.

4. Mulai dan lanjutkan CPR hingga tim emergensi tiba dilokasi.

Page 15: Kegawatdaruratan Bedah

8. KEJANG

•Tindakan:

•Tetap berada disamping pasien.

•Baringkan pasien dan jauhkan dari benda-benda yang bisa melukainya.

•Peningkatan gerakan/aktivitas sama dengan peningkatan penggunaan

oksigen. Oleh karena itu, berikan oksigenpada pasien yang mengalami

serangan berkepanjangan.

•Jangan masukkan benda-benda diantara gigi geligi pasien secara paksa.

•Apabila terdapat serangan yang berkepanjangan atau badan yang

terluka, hubungi Tim Emergensi Bedah Mulut melalui telepon.

Page 16: Kegawatdaruratan Bedah

9. SERANGAN JANTUNGTindakan:

•Pindahkan mesin resusitasi ke lantai, kemudian beri sinyal pada instruktur klinik dan

tim emergensi bedah mulut.

•Jika dicurigai terjadi serangan jantung, segera berikan oksigen karena telah terjadi

pemompaan yang tidak efisien sehingga sirkulasi darah harus diberi oksigen maksimal.

•Pasien dengan latar belakang penyakit angina harus selalu membawa nitrogliserin dan

letakkan di tempat yang bisa dijangkau. Angina ringan akan bereaksi terhadap nitro

gliserin sehingga pasien akan tenang dalam waktu 5 menit.

•Ulangi pemberian nitrogliserin dalam 5 menit. Jika tidak ada perubahan, anda dapat

mencurigai adanya serangan jantung.

• Jika pasien menjadi lebih sadar, harus tetap diawasi tanda-tanda vital dan berikan

oksigen. Tim Emergensi Bedah Mulut akan mengaktivasi UGD dengan menghubungi

118.

Page 17: Kegawatdaruratan Bedah

TINDAKAN BEDAH KEGAWATDARURATAN OBSTRUKSI PERNAPASAN

Page 18: Kegawatdaruratan Bedah

PENANGGULANGAN SUMBATAN LARING

1. Trakeostomi

2. Krikotirotomi

3. Intubasi Endotrakea

Page 19: Kegawatdaruratan Bedah

1. TRAKEOSTOMI

Page 20: Kegawatdaruratan Bedah

Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas.

Page 21: Kegawatdaruratan Bedah

Indikasi trakeostomi

Mengatasi obstruksi laring. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran

napas bagian atas, seperti daerah rongga mulut di sekitar lidah dan faring.

Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma

Untuk memasang respirator (alat bantu pernapasan).

Untuk mengambil benda asing dari subglotik jika tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.

Page 22: Kegawatdaruratan Bedah

Alat-alat trakeostomi

Semprit dengan obat analgesia. Pisau (skalpel). Pinset anatomi. Gunting panjang yang tumpul. Klem arteri. Gunting kecil yang tajam. Kanul trakea yang ukurannya cocok

untuk pasien.

Page 23: Kegawatdaruratan Bedah

Teknik trakeostomi

Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atlanto-oksipital.

Kulit daerah leher dibersihkan secara antisepsis dan ditutup dengan kain steril. Obat anastetikum (novokain) disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa

suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat berupa vertikal di garis tengah leher mulai di bawah

krikoid sampai fosa suprasternal. Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya

dipisahkan lapis demi lapis sampai tampak trakea. Pembuluh darah yang tampak ditarik ke lateral. Ismus tiroid yang ditemukan ditarik kea atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Aspirasi dilakukan dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin

trakea akan terasa ringan waktu ditarik. Stoma dibuat dengan memotong cincin trakea ketiga dengan gunting yang

tajam. Kanul trakea dipasang dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali

pada leher pasien. Luka operasi ditutup dengan kasa.

Page 24: Kegawatdaruratan Bedah

2. KRIKOTIROTOMI

Page 25: Kegawatdaruratan Bedah

Definisi

Krikotirotomi merupakan tindakan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas dengan membuka/ melubangi membran krikotiroidea.

Page 26: Kegawatdaruratan Bedah

Indikasi operasi:Obstruksi jalan nafas atas yang hebat

dimana persiapan trakeostomi belum dapat dilakukan.

Kontra indikasi :Tidak ada kontra indikasi

Page 27: Kegawatdaruratan Bedah

Teknik

Pasien tidur terlentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi atlanto-oksipitalis.

Puncak tulang rawan tiroid mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan kiri.

Dengan telunjuk jari tangan kanan, tulang rawan tiroid diraba di bawah sampai ditemukan kartilago krikoid. Membran krikotiroid terletak di antara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum kemudian dibuat sayatan horizontal pada kulit.

Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago terlihat, tusukkan pisau dengan

arah ke bawah. Masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa

plastik untuk sementara.

Page 28: Kegawatdaruratan Bedah

3. INTUBASI ENDOTRAKEA

Page 29: Kegawatdaruratan Bedah

Intubasi endotrakhea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakhea ke dalam trakhea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan.

Page 30: Kegawatdaruratan Bedah

Indikasi intubasi endotrakea adalah : Untuk mengatasi sumbatan saluran

napas bagian atas. Membantu ventilasi. Memudahkan mengisap sekret dari

traktus trakeobronkial. Mencegah aspirasi sekret yang ada di

rongga mulut atau yang berasal dari lambung.

Page 31: Kegawatdaruratan Bedah

Pipa endotrakea dibuat dari bahan polyvinilchloride dengan balon (cuff) pada ujungnya yang dapat diisi dengan udara. Ukuran pipa endotrakea untuk orang dewasa umunya diameter dalamnya 7-8,5 mm.

Page 32: Kegawatdaruratan Bedah

Teknik intubasi endotrakea

Posisi pasien tidur terlentang, leher fleksi sedikit, dan kepala ekstensi.

Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri, kemudian dimasukkan melalui mulut sebelah kanan sehingga lidah terdorong ke kiri.

Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkat ke atas sehingga pita suara dapat terlihat.

Dengan tangan kanan, pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut melalui celah antara kedua pita suara ke dalam trakea.

Pipa endotrakea dapat juga dimasukkan melalui salah satu lubang hidung sampai rongga mulut. Dengan cunam Magill, ujung pipa endotrakea dimasukkan dalam celah antara kedua pita suara sampai ke trakea

Balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik.

Page 33: Kegawatdaruratan Bedah

TERIMA KASIH....