BAB I LATAR BELAKANG Pada kasus gawat darurat pada system pendengaran, pada saat melihat korban hendaknya memperhatikan : korban bernapas atau tidak, kesadaran dan perdarahan. Keadaan ini dapat terjadi pada kondisi apapun. Tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas dan rendah perhatian orang tua terhadap kondisi anak sehingga menyebabkan munculnya kegawat daruratan pada pendengaran seperti trauma tumpul yang menyebabkan kehilangan pendengaran bahkan keseimbangan. Kasus gawat darurat di telinga juga dapat di sebabkan oleh infeksi yaitu otitis media yang merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukuso telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hamper dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun. Kegawat daruratan akibat otitis media yang paling di takuti adalah timbulnya abses pada leher bagian dalam 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
LATAR BELAKANG
Pada kasus gawat darurat pada system pendengaran, pada saat melihat korban hendaknya
memperhatikan : korban bernapas atau tidak, kesadaran dan perdarahan. Keadaan ini dapat
terjadi pada kondisi apapun. Tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas dan rendah perhatian orang
tua terhadap kondisi anak sehingga menyebabkan munculnya kegawat daruratan pada
pendengaran seperti trauma tumpul yang menyebabkan kehilangan pendengaran bahkan
keseimbangan. Kasus gawat darurat di telinga juga dapat di sebabkan oleh infeksi yaitu otitis
media yang merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukuso telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Otitis media sering diawali dengan infeksi pada
saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui
tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga
merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75%
anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hamper dari
setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering
terjadi pada usia 3-6 tahun. Kegawat daruratan akibat otitis media yang paling di takuti adalah
timbulnya abses pada leher bagian dalam
Kasus gawat darurat pada sistem pernafasan misalnya epistaksis dan benda asing di dalam
saluran nafas atas. Epitaksis disebut juga Sinonim: - bloody nose-nose bleed- nasal hemorrhage.
Asal kata bhs Yunani (Greek) : “epistazein” à darah yang terus-menerus menetes dari hidung
( kavum nasi). Epitaksis bukan penyakit, tetapi gejala yang terdiri dari3 derajat : ringan, sedang,
berat (anemis, syok). Berdasarkan catatan IRD THT RSU Dr. Soetomo (1996) sebanyak 0,15%
pend. epistaksis à sebagian perlu MRS. Adapun jumlah pasien dengan benda asing di dalam
saluran nafas di RSU Dr.Soetomo (200-2006):- ♂ : ♀ = 5 : 4, - usia 0 – 3 th : 61.91 %, -usia 2
th : 38,81 %, -usia 12 – 17 th : 22 %. Selain hal di atas, kegawatdaruratan sistem pernafasan juga
dapat di sebabkan obstruksi saluran nafas, misalnya: tumor dan trauma laring.
1
BABII
RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi epitaksis ?
2. Apa etiologi dan sumber pendarahan epitaksis ?
3. Apa saja terapi, komplikasi dan upaya pencegahan epitaksis?
4. Apa macam jenis, etiologi, gejala, diagnosis dan terapi abses leher dalam ?
5. Bagaimana gejala obstruksi saluran nafas atas ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dan terapi obstruksi saluran nafas atas ?
7. Apa saja kelainan yang terjadi pada telinga ?
8. Bagaiman etiologi dan gejala benda asing di saluran nafas?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan terapi benda asing di saluran nafas atas ?
10. Bagaimana etiologi trauma laring ?
11. Bagaimana gejala dan terapi trauma laring?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui etiologi, sumber pendarahan, terapi serta komplikasi dan pencegahan
epitaksis.
2. Untuk mengetahui gejala, pemeriksaan penunjang dan terapi obstruksi saluran nafas atas.
3. Untuk mengetahui macam-macam jenis, etiologi, gejala, diagnosis dan terapi abses leher
dalam.
4. Untuk mengetahui etiologi, gejala, pemeriksaan penunjang benda asing di saluran nafas.
5. Untuk mengetahui etiologi dan terapi trauma laring.
2
BAB III
LANDASAN TEORI
KEGAWATDARURATAN DI BIDANG THT
Kegawatdaruratan di bidang THT :-Epistaksis-Abses leher Dalam-Obstruksi Saluran Napas
Atas-Benda Asing Saluran Napas-Trauma Laring
A. Epistaksis
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atausebab
kelainan sistemik. Epistaksis seringkali merupakan gejala atau manifestasi penyakitlain.
Kebanyakan ringan dan sering berhenti sendiri tanpa perlu bantuan medis, tetapiepistaksis yang
berat dan sulit ditangani merupakan suatu kedaruratan yang harus segeraditanggulangi
Etiologi
Penyebab lokal:
Trauma
Perdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung, benturan
ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras atau sebagai akibat trauma yang
lebih hebat seperti kena pukulan, jatuh, atau kecelakaan lalu lintas.
Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma pembedahan.
Infeksi hidung dan sinus paranasal: seperti rhinitis, sinusitis serta granuloma spesifik
seperti lepra dan sifilis.
Tumor Epistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih seringterjad
i pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat.
3
Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak seperti pada
penerbang dan penyelam atau lingkungan udara yang sangat dingin.
Benda asing dan rinolit dapat menyebabkan epistaksis ringan disertai ingus berbau busuk.
Idiopatik,biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan berulang pada anak
danremaja.Penyebab sistemik:
Penyakit kardiovaskular Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi
pada arterio sklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatik atau diabetes mellitus dan dapat
menyebabkan epitaksis. Epitaksis yang terjadi pada peyakit hipertensi sering kali hebat
dan berakibat fatal.
Kelainan darah Penyebab epistaksis antara lain leukemia, trombositopenia, bermacam-
macamanemia serta hemofilia.
Infeksi
sistemik Yang sering menyebabkan epistaksis ialah demam berdarah, demam tifoid,influe
nza dan morbili juga dapat disertai epistaksis.
Gangguan endokrin seperti pada kehamilan dan menopause
Kelainan kongenital yang sering meneyebabkan epistaksis ialah teleangiektasishemoragik
herediter (penyakit Osler).
Sumber Perdarahan
Melihat asal perdarahannya, epistaksi dibagi menjadi epistaksis anterior dan epistaksis posterior.
Epistaksis anterior: Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang
paling banyak terjadi dan sering ditemukan pada anak-anak), atau dari arteri etmoidalisanterior.
Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk darah akan keluar melalui lubang
hidung. Sering kali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi
4
Epistaksis posterior: Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan
arterietmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien usia lanjut yang
menderita hipertensi, arteriosclerosis atau penyakit kardiovaskular. Perdarahan biasanya hebat
dan jarang dapat berhenti spontan.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaannya ialah memperbaiki keadaan umum, mencari sumber perdarahan,
menghentikan perdarahan, mencari faktor penyebab untuk mencegah berulangnya perdarahan.
Anamnesis yang lengkap sangat membantu dalam menentukan sebab perdarahan. Pasien dengan
epistaksis diperiksa dalam posisi duduk, biarkan darah mengalir keluar dari hidung sehingga bisa
dimonitor. Kalau keadaannya lemah sebaiknya setengah duduk atau berbaring dengan kepala
ditinggikan, dan perlu juga diperhatikan jangan sampai darah mengalir ke saluran napas
bawah. Untuk pasien anak, pasien duduk dipangku, badan dan tangan dipeluk, kepala dipegangi
agar tegak dan tidak bergerak-gerak.Setelah itu mencari sumber perdarahan, membersihkan
hidung dari darah dan bekuan darah dengan bantuan alat pengisap. Kemudian memasang tampon
sementara yaitu kapas yang sudah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000 dan pantocain atau
lidocain 2% dimasukkan kedalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan dan
mengurangi rasa nyeri pada saat dilakukan tindakan selanjutnya. Tampon tersebut dibiarkan
selama10-15 menit, setelah terjadi vasokontriksi dapat dilihat apakah perdarahan berasal
dari bagian anterior atau posterior hidung.
Menghentikan perdarahanPerdarahan anterior
Perdarahan anterior seringkali berasal dari pleksus kisselbach di septum bagian depan. Apabila
tidak berhenti dengan sendirinya, perdarahan anterior terutama pada anak dapat dicoba hentikan
dengan menekan hidung dari luar selama 10-15 menit
Bila sumber perdarahan dapat terlihat,tempat asal perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras
Argenti(AgNO3)25-30%. Kemudian area tersebut di beri krim antibiotika. Bila dengan cara ini
perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasangan tampon anterior yang
dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumasvaselin atau salep antibiotik. Tujuan
5
pemberian pelumas agar tampon mudah dimasukkan dan tidak menimbulkan perdarahan baru
saat dimasukkan atau dicabut. Tampondimasukkan sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur
dan harus dapat menekan asal perdarahan. Tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus
dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung. Selama 2 hari ini dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mencari faktor penyebab epistaksis, serta dipasang tampon baru apabila
perdarahan masih belum berhenti.
Perdarahan Posterior
Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi daripada perdarahan anterior karena biasanya
perdarahannya hebat dan sulit dicari sumbernya dengan pemeriksaanrinoskopi anterior.Untuk
mengatasi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior yang disebut tampon
Bellocq. Tampon ini dibuat dari kasa padat dibentuk kubus atau bulat dengan diameter 3 cm.
Pada tampon ini terikat 3 utas benang, 2 buah disatu sisi dansebuah disisi yang berlawanan.Pada
perdarahan satu sisi, untuk memasang tampon posterior digunakan bantuankateter karet yang
dimasukkan dari lubang hidung sampai tampak di orofaring,lalu ditarik keluar dari mulut. Pada
ujung kateter ini diikatkan 2 benang tampon Bellocq tadi,kemudian kateter ditarik kembali
melalui hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik.Tampon perlu didorong dengan bantuan
jari telunjuk untuk dapat melewati palatum molemasuk ke nasofaring. Bila masih ada
perdarahan, maka dapat ditambah tampon anterior kedalam kavum nasi. Kedua benang yang
keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungankain kasa di depan nares anterior, supaya
tampon yang terletak di nasofaring tetapditempatnya. Benang lain yang keluar dari mulut
diikatkan secara longgar pada pipi pasien, hal ini bermanfaat untuk menarik tampon keluar
melalui mulut setelah 2-3 hari.
Bila perdarahan berat dari kedua sisi, misalnya pada kasus angiofibroma,digunakan bantuan
dua kateter masing-masing melalui kavum nasi kanan dan kiri, dantampon posterior terpasang
ditengah-tengah nasofaring.Sebagai pengganti tampon Bellocq, dapat digunakan kateter Folley
dengan balon.Metode ini menggunakan kateter yang dipasang didasar hidung sampai nasofaring.
Balon kateter kemudian diisi dan kateter ditarik ke anterior sehingga balon menutupi koana.
Keuntungan dari metode ini adalah mudah untuk dimasukkan, sedikit traumatik bagi pasien dan
aliran udara hidung masih ada sebagian.
6
Komplikasi dan pencegahan
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari epistaksisnya sendiri atau sebagaiakibat dari usaha
penanggulangan epistaksis. Pada perdarahan yang hebat dapat menyebabkan terjadinya
aspirasi darah kedalam saluran napas bawah, juga dapat menyebabkan syok, anemia dan gagal
ginjal.Turunnya tekanan darah secara mendadak dapat menimbulkan hipotensi, hipoksia, iskemia
serebri, insufisiensi koroner sampai infark miokard sehingga dapat menyebabkan kematian.
Dalam hal ini pemberian infus atau transfusi darah harus dilakukan secepatnya. Akibat
pembuluh darah yang terbuka dapat menyebabkan terjadinya infeksi,sehingga perlu diberikan
antibiotik.Pemasangan tampon dapat menyebabkan rinosinusitis, otitis media, septikemia,atau
toxic shock syndrome. Oleh karena itu, harus selalu diberikan antibiotik pada setiap pemasangan
tampon hidung, dan setelah 2-3 hari tampon harus dicabut. Bila perdarahan masih berlanjut
dipasang tampon baru. Pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq) dapat menyebabkan
laserasi palatum mole atau sudut bibir, jika benang yang keluar dari mulut terlalu ketat
dilekatkan pada pipi. Kateter balon atau tampon balon tidak boleh dipompa terlalu keras karena
dapat menyebabkan nekrosis mukosa hidung atau septum
B. Abses Leher Dalam
Nyeri tenggorok dan demam disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher
harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk
di dalam ruang potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari
berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher.
Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di leher dalam yang terlibat.
Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus, kuman anaerob
Bacteroides atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses
retrofaring, abses parafaring, abses submandibula dan angina ludovici.
7
1. Abses Peritonsil
Etiologi
Proses ini terjadi sebagai komplikasi tonsilis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab tonsillitis.
Patologi
Daerah superior dan lateral fossa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar,oleh karena itu
infiltrasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah tersebut, sehingga tampak
palatum mole membengkak. Pada stadium permulaan (stadium infiltrate), selain
pembengkakan tampak permukaannya hiperemis. Bila proses berlanjut , terjadi supurasi
sehingga daerah tersebut lebih lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan uvula
kearah kontralateral. Bila proses berlangsung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akan
menyebabkan iritasi pada m.pterigoid interna, sehingga timbul trismus.Abses dapat pecah
spontan, mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.
Gejala dan Tanda
Gejala dan tanda tonsilitis
Odinofagia hebat
Otalgia
Muntah (regurgitasi)
Mulut berbau (foeter ex ore)
Hipersalivasi
Suara sengau (rinolalia)
8
Sukar membuka mulut (trismus)
Pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan
Pemeriksaan
a. Palatum mole membengkak dan menonjol ke depan
b. Uvula membengkak dan terdorong ke kontra lateral
c. Tonsil bengkak dan hiperemis
Terapi
Stadium infiltrasi dapat diberikan antibiotika dosis tinggi, obat simtomatik, kumur2 dengan
cairan hangat, & kompres dingin pada leher
Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi di daerah abses, kemudian diinsisi untuk
mengeluarkan nanah. Tempat insisi adalah tempat yang paling menonjol dan lunak, atau pada
pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang
sakit.
Tonsilektomi, pada umumnya dilakukan sesudah infeksi tenang, 2-3 minggu setelah drainase
abses.
Komplikasi
Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piremia
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. Pada
penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadimediastinitis. Bila terjadi
9
penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinuskavernosus,
meningitis, dan abses otak.
2. Abses Retrofaring
Etiologi
Secara umum abses retrofaring terbagi 2 jenis yaitu :1) Akut: Sering terjadi pada anak-anak
berumur dibawah 4 – 5 tahun. Keadaan ini terjadi akibat infeksi pada saluran nafas atas seperti
pada adenoid, nasofaring, rongga hidung,sinus paranasal dan tonsil yang meluas ke kelenjar
limfe retrofaring ( limfadenitis ) sehingga menyebabkan supurasi pada daerah tersebut.
Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena trauma akibat
penggunaan instrumen ( intubasi endotrakea, endoskopi,sewaktu adenoidektomi ) atau benda
asing. 2) Kronis: Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Keadaan
initerjadi akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis dimana pus secara langsung
menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior. Selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi
TBC pada kelenjar limfe retrofaring yang menyebar dari kelenjar limfe servikal. Pada banyak
10
kasus sering dijumpai adanya kuman aerob dan anaerob secara bersamaan. Beberapa organisme
yang dapat menyebabkan abses retrofaring adalah
(1) Kuman aerob :
Streptococcus beta –hemolyticus group A, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus non –