Kegawadaruratan Respirasi Luthfi Octafyan P
Kegawadaruratan Respirasi
Kegawadaruratan Respirasi
Luthfi Octafyan P
Jenis Kegawadaruratan paru
Hemoptisis massif
Pneumothorax ventil
Status Asmatikus
Edema Paru
Hemoptisis
Definisi :
Ekspetorasi darah atau mucus yg bercampur dengan darah.
Berasal dari saluran nafas bawah
Jika dari saluran nafas atas/saluran pencernaan bukan hemoptysis
Di Indonesia Etiologi tersering :
TB paru
Keganasan Paru
Bronkiektasis
Abses Paru
Pneumonia Bakterial
Bronkitis Kronik
Infestasi Jamur
Perdarahan sering terjadi pada :
Arteri bronkialis
Arteri aksilaris kolateral
Arteri interkostalis
Arteri diafragmatika
Perdarahan pada TB paru robeknya PD pd dinding kavitas (aneurisma Rassmussen)
Hemoptisis Masif
Batuk darah > 600 ml dalam 24 jam atau > 200-240ml dalam sekali pengamatan
Kematian oleh Hemoptisis Masif biasanya disebabkan oleh penyumbatan saluran nafas oleh gumpalan darah
Penatalaksanaan
Pasien biasanya gelisah
Pasien diminta untuk berbaring pd posisi Tredelenburg
Dipasang Infus IV jika sewaktu-waktu diperlukan pemberian obat IV
Jika bekuan darah tdk dpt keluar pengisapan dgn bronkoskop
Jika Hb < 7 mg/dl Transfusi darah
Penderita harus dirawat di RS untuk mendapatkan pengawasan dan evaluasi yg mencakup (Px. Lab : Hb & Ht)
Posisi Tredelenburg
Algoritma Hemotosis
Pneumothorax
Suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena
Pneumotoraks Ventil
Pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.
Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar
Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas
Tanda Klinis
Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Mendadak dan memberat. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka
Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan
Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien, kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang, denyut jantung meningkat, adanya defiasi trakhea
Observasi dan Pemberian O2
Tindakan dekompresi
Tindakan bedah, torakoskopi
Pipa water sealed drainase (WSD)
Jarum abbocath
Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil
Menusukkan jarum melalui dinding dada
Penatalaksanaan
Status asmatikus
Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan obstruksi reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang berlebihan terhadap stimuli.
Status asmaikus adalah serangan asma akut yang sangat parah, berkepanjangan, dan tidak merespon terapi biasa secara memadai.
Asma akut yang berat/status asmatikus merupakan tingkat penyakit yang berat yang memerlukan penanganan segera.
KriteriaBeratGawatSesak napassaat istirahatmembungkuk kedepan--Kemampuan berbicaraSepatah kataKesadaranAgitasiMengantuk/bingungRespirasi> 30/menit-Otot respirasi tambahanRetraksi M.inter costalisGerakan torakoabdominal paradoksalMengi KerasTidak adaNadi/menit> 120BradikardiPulsus paradoksus(+), > 25 mmHg(-), kelelahan ototPaO2< 60 mmHg-PaCO2> 45 mmHg-Sat. O2 (Udara)< 90%-Terapi awal :
O2 4-6 L/menit
Inhalasi/nebuliser B2 agonist tiap jam
Dexamethason 3x2 amp.iv
Aminofihin bolus/infus
B2 agonis SC/IMIIV kalau perlu
Bila hasil evaluasi setelah 1 jam tak terlihat perbaikan:
Fisik: gejala berat, mengantuk, bingung
Arus Puncak Ekspirasi (APE) < 30%
PCO2 >45 mmHg
PO2 < 60 mmHg
Segera masukkan ke ICU untuk perawatan intensif dan kemungkin intubasi serta ventilasi mekanik
Penatalaksanaan
Edema Paru
Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui saluran limfatik.
Edema paru dibedakan oleh karena sebab Kardiogenik dan Non Kardiogenik
Etiologi
Ketidak-seimbangan Starling Forces
Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler
Insufisiensi Limfatik
Tak diketahui/tak jelas (Idiopatik)
Pemeriksaan Fisik
Sianosis sentral
Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih
Ronchi basah nyaring, Takikardia dengan S3 gallop
Elektrokardiografi
Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan
Diagnosis
Posisi duduk.
Oksigen (40 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa dipertahankan 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.
Nitrogliserin sublingual atau intravena
Aminophylline
Diuretik Furosemid 40 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai produksi urine 1 ml/kgBB/jam
Bila (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 5 ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan hemodinamik
Penatalaksanaan