Kebijakan Energi Nasional untuk mencapai Kemandirian dan Ketahanan Energi Syamsir Abduh Universitas Gunadarma, 14 Mei 2020
Kebijakan Energi Nasional untuk mencapai Kemandirian
dan Ketahanan Energi
Syamsir Abduh
Universitas Gunadarma, 14 Mei 2020
2
D
E
N
MERANCANG DAN MERUMUSKAN
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
MENETAPKANRENCANA UMUM ENERGI NASIONAL
MENETAPKAN
LANGKAH-LANGKAH
PENANGGULANGAN
KONDISI KRISIS DAN DARURAT
ENERGI
MENGAWASIPELAKSANAAN KEBIJAKAN BIDANG
ENERGI YANG BERSIFAT LINTAS
SEKTOR
TERWUJUDNYA
KEMANDIRIAN DAN
KETAHANAN ENERGI
GUNA MENDUKUNG
PEMBANGUNAN NASIONAL
BERKELANJUTAN
VISI
(Pasal 12 Ayat (2) UU No. 30/2007)
TUGAS DEWAN ENERGI NASIONAL
KETUA : PRESIDEN
WAKIL KETUA : WAKIL PRESIDEN
KETUA HARIAN : MENTERI ESDM
STRUKTUR DEWAN ENERGI NASIONAL2014 - 2019
Unsur Pemerintah Unsur Pemangku Kepentingan
1. Menteri Keuangan
2. Menteri Bappenas
3. Menteri Perhubungan
4. Menteri Perindustrian
5. Menteri Pertanian
6. Menteri Ristek dan Dikti
7. Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
1. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng (Akademisi)
2. Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc, PhD (Akademisi)
3. Ir. Abadi Poernomo Dipl. Geoth.En.Tech (Industri)
4. Ir. Achdiat Atmawinata (Industri)
5. Prof.Dr.Ir. Syamsir Abduh (Konsumen)
6. Ir. Dwi Hary Soeryadi, M.MT (Konsumen)
7. Dr. Ing Pudji Untoro (Teknologi)
8. Dr. Sonny Keraf (Lingkungan Hidup)
ANGGOTA
PP No. 79 Tahun 2014
Kebijakan PendukungKebijakan Utama
Ketersediaan Energi untuk
Kebutuhan Nasional
Prioritas Pengembangan
Energi
Pemanfaatan Sumber
Daya Energi Nasional
Cadangan Energi
Nasional
Konservasi Energi, Diversifikasi Sumber
Daya Energi dan Diversifikasi Energi
Lingkungan Hidup dan Keselamatan
Harga, Subsidi, dan Insentif Energi
Infrastruktur, Akses untuk Masyarakat,
dan Industri Energi
Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Teknologi Energi
Kelembagaan dan Pendanaan
ARAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
Tujuan Kebijakan Energi Nasional
(KEN-2050)Pasal 5 :
Kebijakan Energi Nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi
yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan guna terciptanya Kemandirian Energi dan Ketahanan Energi
Nasional.
Kemandirian Energi adalah terjaminnya ketersediaan energi dengan
Memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber dalam negeri.
Ketahanan Energi adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan, akses
Masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka
Panjang dgn tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingk. hidup
BEBERAPA YANG PENTING DALAM KEN
PASAL 6, 7, dan 9
Terwujudnya Paradigma Baru bahwa Sumber Daya Energi Tidak Dijadikan Sebagai
Komoditas Ekspor Semata Tetapi Untuk Modal Pembanguna Guna Sebesar-besarnya
Kemakmuran Rakyat Dengan Cara Mengoptimalkan Pemanfaatannya Bagi Pembangunan
Ekonomi Nasionall, Penciptaan Nilai Tambah Didalam Negeri dan Penyerapan Tenaga Kerja.
Komoditi Khusus 2014 2019Ekspor
0%
Gas 57% 64% 2035
Batubara 20% 60% 2046
PASAL 10
(1) Ketersediaan Energi untuk Kebutuhan nasional dipenuhi dengan
(d) Mengurangi Ekspor Energi Fosil Secara Bertahap Terutama Gas dan Batubara Serta
Menetapkan Batas Waktu Untuk Memulai Menghentikan Ekspor.
PASAL 11
(1) Prioritas pengembangan Energi dilakukan melalui
(c) Pengembangan Energi dengan Mengutamakan Sumber Daya Energi Setempat,
(e) Pengembangan Industri Dengan Kebutuhan Energi Yang Tinggi Diprioritaskan Didaerah
Yang Kaya Sumber Daya Energi.
BEBERAPA YANG PENTING DALAM KEN
(2) Prioritas pengembangan Energi nasional didasarkan pada prinsip
(a) memaksimalkan penggunaan Energi Terbarukan dengan memperhatikan keekonomian
(b) meminimalkan penggunaan minyak bumi
(c) mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan energi baru
(d) menggunakan batubara sbg andalan pasokan Energi nasional
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan bagi Energi Nuklir yang
dimanfaatkan dengan mempertimbangkan keamanan pasokan Energi nasional dalam
dalam skala besar, mengurangi emisi karbon dan tetap mendahulukan potensi Energi Baru
dan Energi Terbarukan sesuai nilai keekonomiannya, serta mempertimbangkannya sebagai
pilihan terakhir dengan memperhatikan faktor keselamatan secara ketat.
PASAL 20
(1) Harga Energi Terbarukan ditetapkan berdasarkan nilai Keekonomian Berkeadilan
BEBERAPA YANG PENTING DALAM KEN
(2) Harga Energi Terbarukan diatur berdasarkan :
(a) Perhitungan harga Energi Terbarukan dengan asumsi untuk bersaing dengan
harga Energi dari Sumber Energi minyak bumi yang berlaku disuatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung dengan tidak memasukan subsidi
bahan bakar minyak.
(4) Pemerintah mewujudkan pasar tenaga listrik paling sedikit melalui :
(b) penetapan mekanisme feed in tariff dalam penetapan harga jual Energi Terbarukan
PASAL 21
(1) Subsidi disediakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
(2) Subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam hal :
(a) penerapan Keekonomian Berkeadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
tidak dapat dilaksanakan.
UU No. 30/2007 Tentang
Energi
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (KEN)
PP No. 79 Tahun 2014
RUEN
RUED
Propinsi/Kab/Kota
Pasal 17 Ayat 1, Pemerintah diamanatkan untuk menyusun
Rancangan Rencana Umum Energi Nasional (R-RUEN)
berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN)
Terjemahan dari KEN
guna memanfaatkan potensi
nasional
untuk memenuhi kebutuhan
nasional
dilihat dari kepentingan nasional
Terjemahan dari RUEN/RUKN
pada masing-masing daerah dengan
memanfaatkan potensi di daerah
untuk memenuhi kebutuhan daerah
dilihat dari kepentingan nasional
RUKN
RUPTL
KEBIJAKAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
Perpres No.22
Tahun 2017
Pasal 30, Kebijakan Energi Nasional menjadi dasar
dalam penyusunan Rencana Umum Energi Nasional
(RUEN) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional (RUKN)
Peningkatan nilai tambah
sumber daya energi
Penyelarasan
target fiskal
Pengurangan
ekspor energi fosil
Pencapaian maksimal
penggunaan Energi Terbarukan
Pencapaian minimal penggunaan minyak bumi
Pengoptimalan pemanfaatan gas bumi
Penggunaan batubara sebagai andalan pasokanenergi
1
2
3
4
5
6
7
#EnergiBerkeadilan
KEBIJAKAN DAN PROGRAM RUEN
INTIRUEN
Energi sebagai Modal Pembangunan
Peningkatan:
• Pertumbuhan ekonomi
• Pertumbuhan industri
• Penyerapan tenaga kerja
• Cukai BBM
• Premi pengurasan di hulu (depletion premium)
• Insentif fiskal
• Anggaran Pemerintah
Komoditi
Khusus2015 2019
Ekspor
0%
Gas 61% 64% 2036
Batubara 20% 60% 20461. Kemandirian energi dicapai dengan
menjadikan energi sebagai modal
pembangunan
2. Mengoptimalkan pemanfatan energi,
untuk:
• pembangunan ekonomi
nasional
• penciptaan nilai tambah di
dalam negeri
• penyerapan tenaga kerja.
Perubahan paradigma energi
Pasal 6 dan 7 PP No.79/2014
PP 79/2014 | Kebijakan Energi Nasional
Peningkatan porsi
gas & batubara
untuk domestik
dibanding ekspor
Penyelarasan
target fiskal
dengan kebijakan
energi
Multiplier
effect
ekonomi
Kemenkeu dan Bappenas
ENERGI SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN
TARGET BAURAN ENERGI DALAM RUEN
23%
25%
30%
22%
2025400 MTOE
31%
20%
25%
24%
20501.012 MTOE
TARGET KEN 2025 2050
Peran energi Sebagai modal pembangunan
Bauran EBT 23% 31%
Penyediaan energi > 400 MTOE > 1.000 MTOE
Pembangkit Listrik > 115 GW > 430 GW
Elastisitas energi < 1 < 1
Listrik /kapita/thn 2.500 kWh 7.000 kWh
Rasio elektrifikasi 100% 100%
Energi Baru dan TerbarukanMinyak Bumi
Gas Bumi
Batubara
TARGET
RUEN 2025
KONDISI
2015
46%
26%
23%
5%
2015166 MTOE
TARGET
RUEN 2050
JENIS 2015 2020 2025 2030 2040 2050
EBT 8.6 16.2 45.2 69.7 118.6 167.6
14.3% 19.4% 33.3% 36.6% 37.4% 37.8%
FOSIL 51.5 67.3 90.4 120.6 198.6 275.4
85.7% 80.6% 66.7% 63.4% 62.6% 62.2%
Total 60.1 83.4 135.5 190.2 317.2 443.1
1. Rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2020.
(KESDM)
2. Infrastruktur ketenagalistrikan :
tahun 2025 sebesar 135,4 GW
pembangkit fosil 90,4 GW, EBT 45 GW
tahun 2050 sebesar 443,1 GW
Pembangkit Fosil 275,4 GW, EBT 169
GW (KESDM)
3. Fasilitasi layanan penerbitan pinjam pakai,
kerja sama, pemanfaatan jasa lingkungan,
atau pelepasan kawasan hutan sesuai
ketentuan yang berlaku. (KemenLHK)
4. Mewajibkan pemanfaatan teknologi energi
batubara yang ramah lingkungan (Clean
Coal Technology/CCT) dan efisiensi tinggi
(Ultra Super Critical/USC) secara bertahap
(KESDM)
KEGIATANPROGRAM
Satuan: GW
PENGEMBANGAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
* Tidak termasuk biofuel untuk pembangkit listrik sebesar 0,7 juta KL tahun 2025 dan 1,2 juta KL tahun 2050
1.Membangun pembangkit EBT, kapasitasmenjadi
2.Membentuk badan usaha EBT tersendiri.(Kementerian BUMN)
3.Menugaskan BUMN/BLU untukmengembangkan PLTP. (KESDM)
4.Menugaskan BUMN khusus untukproduksi dan pembelian BBN. (KESDM)
5.Menyiapkan lokasi panas bumi dansumber energi air di kawasan hutankonservasi dan hutan lindung(KemenLHK)
Jenis Pembangkit (MW) 2025 2050
Panas Bumi 7.239 17.546
Air & Mikrohidro 20.960 45.379
Bioenergi 5.532 26.123
Surya 6.379 45.000
Angin 1.807 28.607
EBT Lainnya 3.128 6.383
Tahun
2025
23%Bauran EBT
92,2
MTOE
23,0MTOE
Biofuel13,9*
Juta KL
Biomassa8,4
juta ton
Biogas489,8
Juta M3
CBM46,0
MMSCFD
Listrik45,2
GW69,2MTOE
Tahun
2050
31%Bauran EBT
315,7MTOE
79,4MTOE
Biofuel52,3*
Juta KL
Biomassa22,7
juta ton
Biogas1.958,9
Juta M3
CBM576,3
MMSCFD
Listrik167,7
GW236,3MTOE
KEGIATANPROGRAM
TARGET ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
6.9
07 7.6
11
6.6
80
5.8
08
6.2
10
6.2
02
5.9
30
5.6
68
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Potensi Penambahan Produksi
dari Eksplorasi
Committed Produksi
Committed produksi
Potensi penambahan produksi dari eksplorasi
Satuan: MMSCFD
Commited produksi
Potensi penambahan
produksi dari eksplorasi
786
520 56
8
677
809
818
770
699
0
200
400
600
800
1.000
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Potensial tambahan produksi dari eksplorasi
Kegiatan EOR
Committed produksi
Total
Potensi penambahan produksi
dari eksplorasi
Committed produksi
Satuan: Ribu bopd
Potensi penambahan produksi dari eksplorasi
Kegiatan EOR
Committed produksi
1. Mengoptimalkan produksi lapangan
migas (KESDM)
2. Mempercepat keputusan status kontrak
yang akan berakhir pada lapangan yang
mempunyai potensi EOR (KESDM)
3. Mempercepat penyelesaian proyek gas
bumi. (KESDM)
4. Mengurangi porsi ekspor gas bumi
menjadi kurang dari 20% pada tahun
2025 dan menghentikan ekspor gas
bumi paling lambat tahun 2036.
(KESDM)
5. Meningkatkan rasio pemulihan
cadangan migas hingga mencapai
100% pada tahun 2025, dengan
meningkatkan eksplorasi menjadi 3 kali
lipat (KESDM)
KEGIATANPROGRAM
PROFIL PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Ketersediaan Energi Untuk Kebutuhan Nasional
• Meningkatkan eksplorasi sumber daya dan cadangan migas konvensional dan
non konvensional
• Meningkatkan tata kelola data hulu migas
• Melakukan riset dasar ekplorasi migas antara lain: riset gas biogenik, riset
sistem petroleum pra-tersier dll.
• Menyiapkan Wilayah Kerja (WK) Migas Konvensional minimal 9 WK per tahun.
• Menyiapkan WK migas non konvensional minimal 3 WK per tahun.
• Melakukan survei umum migas minimal 3 wilayah per tahun.
• Melakukan assessment prospek migas dan shale gas minimal 6 wilayah per
tahun.
• Melakukan evaluasi area migas di Kawasan Timur minimal 3 wilayah per
tahun.
• Melakukan survei seismik offshore minimal 1500 km line per tahun.
• Melakukan evaluasi WK gagal lelang minimal 5 wilayah per tahun.
• Mempercepat peningkatan status eksplorasi migas menjadi komersial.
• Meningkatkan pengawasan dan memperketat pelaksanaan eksplorasi KKKS
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
1. Mengendalikan produksi
batubara maksimal sebesar
400 juta ton mulai tahun 2019
(KESDM)
2. Mengurangi porsi ekspor
batubara secara bertahap
dan menghentikan ekspor
batubara paling lambat pada
tahun 2046. (KESDM)
3. Meningkatkan pemanfaatan
batubara untuk sektor industri
dengan target mencapai
55,2 juta ton pada tahun
2025. (Kemenperin)
Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2040 2050
Ekspor 365,8 288,1 274,8 251,6 232,9 220,4 194,8 147,3 59,9 0
Domestik
Pembangkit 63,2 82,4 94,2 106,8 120,0 131,1 152,3 186,7 248,5 326,6
Industri 15,8 43,5 44,5 45,6 47,0 48,4 55,2 67,4 92,9 114,8
DME - - - - - - 2,1 2,5 3,2 4,0
Gasifikasi 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,2 0,4 0,5 0,7 0,9
Total Produksi 461,6 414,0 413,0 403,0 400,0 400,0 400,0 400,0 400,0 438,7
96
439
205
Batubara - Juta Ton
Produksi batubara dibatasi 400 juta ton mulai 2019461,6 juta ton
Pembangkit
EksporIndustri
Do
me
stik
Dimethyl Ether (DME) &
gasifikasi
KEGIATANPROGRAM
BATUBARA SEBAGAI ANDALAN PASOKAN ENERGI
Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2040 2050
Produksi LPG 3,1 3,1 3,2 3,2 3,3 3,3 3,9 3,9 3,9 3,9
DME 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,2 1,5 1,9
Jargas setara LPG 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,3 0,7 1,0 1,9 2,8
Absorbed Natural Gas
(ANG)0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,03 0,09 0,1 0,2 0,4
Impor LPG3,1 3,5 3,7 4,0 4,2 4,5 3,8 3,9 4,0 4,2
50% 53% 53% 55% 55% 55% 40% 38% 35% 32%
Total demand LPG 6,2 6,6 6,9 7,3 7,7 8,1 9,5 10,2 11,5 13,2
Mengurangi impor LPG jangka
panjang dengan :
1. Pembangunan jaringan gas
(Jargas) 4,7 juta KK tahun
2025 (KESDM)
2. Dimethyl Ether (DME)
sebagai campuran LPG
sebanyak 1 juta ton pada
tahun 2025 (KESDM)
3. Natural gas dalam tabung
(Absorbed Natural Gas)
sebesar 0,1 juta ton pada
tahun 2025 (KESDM)
4. Mengendalikan impor LPG
menjadi di bawah 50% dari
kebutuhan gas nasional pada
tahun 2050 (KESDM)
6.2
8.1
9.5
10.210.8
11.5
12.3
13.2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Produksi LPG Adsorbed Natural Gas (ANG)
DME Jargas setara LPG
Impor LPG Kebutuhan LPG
Produksi LPG
Impor LPG
Juta Ton
Absorbed
Natural Gas
KEGIATANPROGRAM
PENINGKATAN JARGAS DAN DME - RUMAH TANGGA
1. Meningkatkan porsi investasi
industri pengolahan nonmigas luar
Jawa di banding Jawa menjadi
40% : 60% pada tahun 2035.
(Kemenperin)
2. Meningkatkan kapasitas industri
kimia dasar berbasis migas dan
batubara untuk peningkatan nilai
tambah dan subtitusi impor.
(Kemenperin)
3. Menetapkan prioritas lokasi
kawasan industri berkebutuhan
energi tinggi di daerah mendekati
sumber daya energi. (Kemenperin)
4. Membangun industri gasifikasi
batubara. (Kemenperin)
Jenis 2015 2020 2025 2030 2040 2050
Listrik TWh 83,5 157,1 286,1 363,8 535,0 670,5
Gas & Syngas MMscfd 2.014,0 2.605,1 3.441,8 4.384,4 6.701,3 9.374,8
BBM Juta KL 6,2 6,2 7,2 9,8 17,0 26,3
LPG Juta Ton 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Batubara Juta Ton 43,2 48,4 55,2 67,4 92,9 114,8
BBN Juta KL 0,3 1,5 2,3 3,6 6,9 11,0
Biomasa Juta Ton 9,3 11,1 13,6 17,2 25,5 34,0
Non BBM Juta KL 63,1 73,7 87,4 103,1 140,5 186,5
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Produk minyak lainnyaBBMListrikGas Bumi (termasuk LPG, Syngas)BatubaraBioenergi (BBN, Biomasa)Total
72
293Satuan: Juta TOE
118
KEGIATANPROGRAM
SEKTOR INDUSTRI – ENERGI DAN BAHAN BAKU
1. Mempercepat pelaksanaan subtitusiBBM dengan gas disektor transportasidengan pembangunan 646 SPBG di 15kota sampai tahun 2025. (Kemenhub)
2. Peningkatan penggunaan biofuel.(KESDM)
3. Mengembangkan KA (Mass RapidTransit (MRT), Light Rail Transit (LRT),Trem) di 13 wilayah perkotaan serta KABandara di Jawa dan Sumatera.(Kemenhub)
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Gas BBN
Listrik BBM
TOTAL
49,6
75,2
168,9Satuan: Juta TOE
Energi 2015 2020 2025 2030 2040 2050
Listrik TWh 0,2 0,9 2,3 5,2 14,9 31,6
BBG MMscfd 19,1 130,9 288,7 429,8 832,71.435,
0
BBM Juta KL 56,9 65,1 74,2 84,1 111,4 144,9
BBN Juta KL 2,0 6,7 12,0 17,3 26,1 38,1
Jenis Biofuel 2016 2025 2050
BiodieselCampuran 20% 30% 30%
Juta KL 2,9 8,7 20,4
BioethanolCampuran 5% 20% 20%
Juta KL 0,1 3,3 14,1
BioavturCampuran 2% 5% 5%
Juta KL 0,0 0,1 3,6
KEGIATANPROGRAM
SEKTOR TRANSPORTASI
1. Restrukturisasi permesinan industri,
penerbitan standar industri hijau dan
pemberian fasilitas insentif bagi industri
yang melaksanakan energi efisiensi.
(Kemenperin)
2. Akselerasi pengembangan transportasi
massal dan peningkatan penggunaan
gas dan listrik. (Kemenhub)
3. Penerapan Minimum Energy
Performance Standard (MEPS) dan
labelisasi pada peralatan pemanfaat
energi. (KESDM)
4. Mengembangkan kebijakan Energy
Service Company (ESCO) untuk proyek
efisiensi energi. (KESDM)
5. Percepatan pelaksanaan subtitusi BBM
dengan gas di sektor transportasi dan
pengembangan kereta api listrik.
(Kemenhub)
Perbandingan pertumbuhan ekonomi terhadap konsumsi energi
Target
KEN :
- Elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025
- Penurunan intensitas energi final 1% per tahun s.d. Tahun 2025
0
200
400
600
800
1,000
1,200
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
BAU
RUEN
2015 2025 2030 2050
Skenario BAU 152,8 300,7 397,1 1.049,1
Skenario RUEN 148,0 248,4 310,0 641,5
Konservasi energi 4,8 52,3 87,1 407,6
3,1% 17,4% 21,9% 38,9%
MTOE
17%
22%
39%
Satuan: MTOE
KEGIATANPROGRAM
EFISIENSI DAN KONSERVASI ENERGI
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
BAU
RUEN
Mton CO2 eq
35%
41%
58%
Satuan: Mton CO2 eq
2015 2025 2030 2050
Skenario BAU 585,3 1.370,0 1.806,8 4.673,3
Skenario RUEN 554,0 893,4 1.061,4 1.949,9
Penurunan emisi31,3 476,6 745,4 2.726,4
5,3% 34,8% 41,3% 58,3%
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
Pembangkit Industri
Transportasi Rumah Tangga
Komersial Sektor Lainnya
Satuan: Mton CO2 eq
893,4
1.949,9
Penurunan emisi GRK dalam RUEN sudah sejalan dengan Nationally
Determined Contribution (NDC) Indonesia sebesar 29% pada tahun 2030 yang
merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk turut mendukung upaya
pengendalian peningkatan suhu global rata-rata di bawah 2⁰C.
EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2015–2050
RPJP
RUEN
Rencana
Strategis K/L
RUED
Rencana IndukSektoral
Rencana
Kerja K/L
Disesuaikan melaluiMUSRENBANGNAS
NASIONAL DAERAH
Pedoman
Dijabarkan
Pedoman
Dijabarkan
Disesuaikan melalui
MUSRENBANGNAS
Pedoman Pedoman
Pedoman
Diacu
RPJM
D
RKPD
RKA-SKPD
RPJ
M
RK
P
RKA-KL
Proses perencanaan
berbasis HITS melalui
MULTILATERAL –
TRILATERAL -
BILATERAL MEETING
Disinkronisasikan
RUEN sebagai bagian dalam siklus perencanaan diterjemahkan
hingga RKA-KL. Dengan demikian
penganggarannya dilakukan
sesuai dengan mekanisme penganggaran nasional
Menerjemahkan RUEN ke
dalam APBNRUED dapat dianggarkan melalui APBD, maupun dalam sistem
nasional melalui APBN baik
melalui anggaran K/L reguler
maupun melalui dana alokasi khusus (DAK).
Menerjemahkan RUED
ke dalam APBD
RUEN – RUED DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL