MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH Oleh: JUANTO TIOJAYA NIM. 110100199
MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH
Oleh:
JUANTO TIOJAYA
NIM. 110100199
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU
KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH
Oleh:
JUANTO TIOJAYA
NIM. 110100199
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMUKEDOKTERAN
KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH
“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.”
Oleh:
JUANTO TIOJAYA
NIM :110100199
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMUKEDOKTERAN
KOMUNITAS/ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : KEAMANAN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH
Nama : JUANTO TIOJAYA
NIM : 110100199
Medan, 5 Februari 2016
Pembimbing
Sri Lestari, SP
NIP: 197104262005012002
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT dan junjungan kita Nabi Muhammad
SAW karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikanmakalah yang berjudul
“Keamanan Makanan Jajanan Anak Sekolah” sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Sri Lestari, SP selaku dosen pembimbing makalah atas
kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung,
dan memberikan masukan kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalahini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih
bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan.Atas
bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun
spiritual, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, 5 Februari 2016
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HalamanLEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iKATA PENGANTAR..................................................................................... iiDAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 11.1 Latar Belakang................................................................................ 11.2Tujuan Penelitian............................................................................. 21.3 Manfaat Penelitian.......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 32.1Makanan Jajanan................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian Makanan Jajanan................................................ 32.1.2 Jenis Makanan Jajanan......................................................... 32.1.3 Peran Makanan Jajanan........................................................ 3
2.2 Makanan Jajanan yang Aman......................................................... 42.3 Bahan Tambahan Pangan................................................................ 62.4 Zat Pewarna Makanan..................................................................... 8
2.4.1 Zat Pewarma Sintetis Yang dilarang Penggunaannya.......... 82.4.1.1 Rhodamin B.............................................................. 82.4.1.2 Methanyl Yellow...................................................... 9
2.5 Bahan Pengawet.............................................................................. 102.5.1 Formalin................................................................................ 102.5.2 Boraks................................................................................... 11
2.6 Zat Pemanis Buatan........................................................................ 12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 133.1 Kesimpulan.................................................................................... 133.2Saran............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu
setiap mahluk hidup perlu makan. Dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, peningkatan kecerdasan, produktifitas dan kualitas hidup diperlukan
makanan dalam jumlah yang memadai, bremutu, aman, dan bebas dari bahan yang
merusak kesehatan.1
Makanan jajanan umumnya digemari anak sekolah dan diperkirakan
meningkat mengingat semakin terbatasnya anggota keluarga mengolah makanan
sendiri, disamping karena faktor lain seperti karena makanan jajanan itu praktis,
murah serta cita rasa yang lebih menarik, dan juga karena jajan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat itu sendiri.2
Adanya kebiasaan jajan pada anak di sekolah dapat dimaklumi, karena
cadangan energi yang telah diperoleh dari makanan pagi akan menurun 3-4 jam
kemudian, sehingga anak-anak membeli makanan jajanan yang berada di sekitar
sekolahnya, yang rata-rata tingkat sanitasi lingkungan sekolah serta tempat
menjual makanan tersebut kurang higienis. Serta tidak menutup kemungkinan
menggunakan bahan tambahan yang berbahaya.3
Jajanan yang dijual di sekolah mayoritas menggunakan zat pewarna tekstil.
Pewarna tekstil umumnya dipakai oleh para pedagang karena warnanya sangat
mencolok sehingga menarik minat anak-anak untuk mengkonsumsi makanan yang
diberi tambahan pewarna ini. Selain itu, pewarna tekstil cenderung lebih murah
dibanding dengan pewarna makanan sehingga akan menambah keunrungan
pedagang lebih banyak. Zat pewarna belakangan ini telah mulai disadari kesan
negatifhya yang juga diduga sebagai penyebab kanker. Dari penelitian Food and
Agriculture Organization dan World Health Organization didapatkan bahwa
penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan dan minuman mencapai 70%.4
Selain pewarna makanan, pedagang jajanan juga ada yang menambahkan
formalin sebagai pengawet. Tujuan penambahan formalin pada makanan adalah
2
sebagai pengawet sekaligus sebagai pengenyal pada mi basah dan bakso.
Penyalahgunaan formalin pada makanan ini selain disebabkan harganya yang
sangat murah dan mudah didapatkan, juga disebabkan karena minimnya
pengetahuan produsen tentang bahaya penggu naan formalin pada makanan.
Keracunan formalin dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan, iritasi
lambung, alergi dan formalin juga bersifat karsinogenik.5
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami mengenai keamanan makanan jajanan anak sekolah dan untuk
memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
1.3. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
keamanan makanan jajanan anak sekolah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Jajanan
2.1.1 Pengertian Makanan Jajanan
Makanan jajanan menurut FAO didefisinikan sebagai makanan dan
minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di
tempat- tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003, makanan jajanan
adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel.2
2.1.2 Jenis Makanan Jajanan
Jenis makanan jajanan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
oleh Mariana dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, seperti kue kecil-kecil, pisang
goreng dan sebagainya.
2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti pecal, mie bakso,
nasi goreng dan sebagainya.
3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus
buah dan sebagainya.6
2.1.3 Peran Makanan Jajanan
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan beberapa aspek positif makanan
jajanan yaitu:
1. Lebih murah daripada masak sendiri
Diperkirakan setiap keluarga di daerah perkotaan membelanjakan uangnya
untuk makanan jajanan bervariasi dari 15% sampai 20% dari seluruh
4
anggaran rumah tangga yang disisihkan untuk makanan. Makanan jajanan
ini dapat dijual dengan relatif murah dibandingkan dengan masak sendiri
karena bahan-bahan dan bumbu dibeli dengan harga murah di pasar dan
dalam jumlah yang banyak. Kadang-kadang untuk mempertahankan harga
yang murah para pedagang makanan terpaksa harus membeli bahan
makanan yang rendah mutunya.
2. Manfaat makanan jajanan bagi anak sekolah dan pekerja
Makanan yang dikonsumsi di pagi hari akan mengganti zat tenaga dan zat-
zat lainnya yang telah digunakan semalaman oleh tubuh. Disamping sebagai
cadangan makanan yang disimpan dalam tubuh selama jam sekolah
kandungan zat gizi yang diperoleh dari makanan pagi tersebut akan
menurun. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi makanan jajanan. Bagi kedua kelompok ini makanan
memegang peranan penting dalam memenuhi kecukupan gizi, terutama
energi.
3. Peranan makanan jajanan dalam pemenuhan kecukupan gizi
Hasil penelitian Sujana dan kawan-kawan terhadap 52 macam jajanan yang
sering dikonsumsi oleh orang dewasa maupun anak sekolah yang harganya
relatif murah, kandungan zat gizi dari makanan jajanan sumber energi
menempati urutan pertama, kemudian diikuti campuran sumber energi dan
protein seperti mie bakso.7
2.2 Makanan Jajanan yang Aman
Makanan sehat selain mengandung zat gizi yang cukup dan seimbang juga
harus aman, yaitu bebas dari bakteri, virus, parasit, serta bebas dari pencemaran
zat kimia. Makanan dikatakan aman apabila kecil kemungkinan atau sama sekali
tidak mungkin menjadi sumber penyakit atau yang dikenal sebagai penyakit yang
bersumber dari makanan (foodborne disease). Oleh sebab itu, makanan harus
dipersiapkan, diolah, disimpan, diangkut dan disajikan dengan serba bersih dan
telah dimasak dengan benar. 8
5
Pangan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas
dari bahaya fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis
1. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan,
seperti isi stapler, batu/kerikil, rambut, kaca.
2. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam
pangan atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan
pangan, seperti: cairan pembersih, pestisida, cat, jamur beracun.
3. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab
keracunan pangan, seperti: virus, parasit, kapang, dan bakteri.
Adapun kiat memilih pangan jajanan yang sehat dan aman yaitu:
1. Hindari pangan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa
penutup dan tanpa kemasan.
2. Beli pangan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari matahari,
debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermotor. Pilih tempat yang
bebas dari serangga dan sampah.
3. Hindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Belilah
pangan yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang
bersih dan aman.
4. Hindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau
bahan tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya pangan
seperti itu dijual dengan harga yang sangat murah.
5. Warna makanan atau minuman yang terlalu menyolok, besar
kemungkinan mengandung pewarna sintetis, jadi sebaiknya jangan
dibeli.
6. Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan
pangan mengandung bahan berbahaya atau bahan tambahan pangan
yang berlebihan. 9
6
2.3 Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang sengaja ditambahkan
ke dalam pangan untuk berbagai tujuan antara lain mempertahankan dan
memperbaiki nilai gizi pangan, menghambat kerusakan pangan oleh mikroba,
mempertahankan kesegaran pangan, warna dan aroma, membantu proses
pengolahan pangan dan memperbaiki penampilan pangan.
Bahan tambahan pangan terdiri dari antioksidan, antikempal, pengawet,
pewarna alam dan sintetik, pemanis buatan, pengatur keasaman, pengeras,
sekuestran, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pengental, pemantap,
penyedap rasa dan penguat rasa. 10
2.4 Zat Pewarna Makanan
Zat pewarna makanan merupakan suatu benda berwarna yang memiliki
afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Warna dari suatu produk
makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang sangat penting. Warna
merupakan kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna
juga dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti
pencoklatan. 10
Adapun tujuan dari penambahan zat pewarna makanan yaitu:
1. Memberikan kesan menarik bagi konsumen
2. Menyeragamkan dan menstabilkan warna makanan
3. Menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan
Zat pewarna dibagi menjadi dua kelompok yaitu certified color dan
uncertified color. Perbedaan antara certified dan uncertified color adalah: bila
certified color merupakan zat pewarna sintetik yang terdiri dari dye dan lake,
maka uncertified color adalah zat pewarna yang berasal dari bahan alami. 10
7
1. Uncertified color additive ( zat pewarna tambahan alami)
Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat pewarna
alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral,
walaupun ada juga beberapa zat pewarna seperti jff-karoten dan kantaxantin yang
telah dapat dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya bebas sesuai prosedur
sertifikasi dan termasuk daftar yang tetap. Satu-satunya zat pewarna uncertified
yang penggunaannya masih bersifat sementara adalah Carbon Black Secara
kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna
sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada kondisi tersebut,
dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat
pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan
kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat
ini tidak digunakan sesering zat pewarna sintetis. Contoh : daun suji untuk warna
hijau, daun jambu/daun jati untuk warna merah dan kunyit untuk warna kuning. 10
2. Certified color (zat pewarna sintetik)
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, zat warna hasil
rekayasa teknologi pun semakin berkembang. Oleh karena itu berbagai zat warna
sintetik diciptakan untuk berbagai jenis keperluan misalnya untuk tekstil, kulit,
peralatan rumah tangga dan sebagainya. 10
Zat pewarna sintetis seharusnya telah melalui suatu pengujian secara
intensif untuk menjamin keamanannya. Karakteristik dari zat pewarna sintetis
adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki variasi warna yang
lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. 10
8
Pembeda Zat Pewarna Sintetis Zat Pewarna Alami
Warna yang dihasilkan Lebih cerah, lebih
homogen
Lebih pudar, tidak
homogen
Variasi warna Banyak Sedikit
Harga Lebih murah Lebih mahal
Ketersediaan Tidak terbatas Tidak terbatas
Kestabilan Stabil Tidak stabil
Gambar 2.1 Perbedaan Antara Zat Pewarna Sintetis dan Alami 10
2.4.1 Zat Pewarna Sintetis yang Dilarang Penggunaannya
2.4.1.1 Rhodamin B
Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal berwarna
kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi
tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B dibuat
dari meta-dietilaminofenol dan ftalik anhidrid. Kedua bahan baku ini bukanlah
bahan yang boleh dimakan. Rhodamin B dapat digunakan untuk pewarna kulit,
kapas, wool, serat kulit kayu, nilon, serat asetat, kertas, tinta dan vernis, sabun,
dan bulu. 10
Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam jangka waktu yang lama
akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun
demikian, bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu
singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B. Bila Rhodamin B tersebut
masuk melatui makanan maka akan mengakibatkan iritasi pada saluran
9
pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan yang ditandai dengan
urin yang berwarna merah ataupun merah muda. Jangankan lewat makanan,
menghirup Rhodamin B dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, yakni
terjadinya iritasi pada saluran pernafasan. Demikian pula apabila zat kimia ini
mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi. Mata yang terkena
Rhodamin B juga kan mengalami iritasi yg ditandai dengan mata kemerahan dan
timbunan cairan atau edema pada mata. Hasil suatu penelitian menyebutkan
bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan
sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya
mengalamidisintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya
piknotik(sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus,
degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma. 11
Dari 28 sampel jajanan anak-anak sekolah dasar di Kabupaten Labuhan
Batu Selatan, Sumatera Utara yang diteliti, terdapat 3 sampel yang mengandung
rhodamin B yaitu es doger, saus dan kerupuk. Sebanyak 10% jajanan anak-anak
sekolah dasar di Kabupaten Labuhan Batu Selatan mengandung rhodamin B. 12
Penelitian yang dilakukan di kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara,
meneliti kandungan pewarna sintetis yang terdapat pada saus bakso bakar. Peneliti
mengambil sampel sebanyak 18 sampel yang dijual di Sekolah Dasar Negeri
kecamatan Medan Kota. Hasilnya terdapat 12 sampel mengandung zat pewarna
sintetis Rhodamin B. 10
2.4.1.2 Methanyl Yellow
Methanyl Yellow adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk berwarna
kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam benzene, eter, dan sedikit
larut dalam aseton. Methanyl Yellow umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil
dan cat serta sebagai indicator reaksi netralisasi asam-basa. Methanyl Yellow
adalah senyawa kimi azo aromatic amin. 10
Pewarna methanyl yellow sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada
10
saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada
kandungan dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual,
muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah.
Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker dan kandungan pada saluran
kemih. Pewarna ini merupakan tumor promoting agent. 10
Studi kasus yang dilakukan di Bekasi, Jakarta yang menguji zat pewarna
sintetis yang terdapat pada jajanan anak di SDN Telaga Murni 03 dan Tambun 04
memberikan hasil 6 dari 6 sampel jajanan yang berwarna di SD tersebut
mengandung zat pewarna sintetis. 13
2.5 Bahan Pengawet
Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan pegawet umumnya digunakan untuk
mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak, karena bahan ini dapat
menghambat atau memperlambat proses degradasi. 11
2.5.1 Formalin
Larutan formalin mengandung formaldehida dan metanol sebagai
stabilisator, dengan kadar formaldehida tidak kurang dari 34,0% dan tidak lebih
dari 38,0%. Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan.
Formalin larut dalam air dan dengan etanol 95%. 14
Formalin dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,
sehingga sering digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan pengawet.
Sebagai desinfektan, formalin dimanfaatkan sebagai pembersih lantai, kapal,
gudang dan pakaian. Formalin juga digunakan sebagai germisida dan fungisida
tanaman dan buah-buahan, dan banyak digunakan dalam industri tekstil untuk
mencegah bahan menjadi kusut. Dalam bidang farmasi formalin digunakan
sebagai pendetoksifikasi toksin dalam vaksin, dan juga untuk obat penyakit kutil
karena kemampuannya merusak protein. Di dalam industri perikanan, formalin
11
digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. 14
Jika lewat penelanan (ingestion) sebanyak 30 ml (2 sendok makan) dari
larutan formalin dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif
formalin terhadap mukosa saluran cerna lambung, disertai mual, muntah, nyeri,
pendarahan. Jika terpapar terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada hati,
ginjal dan jantung. 14
Penyalahgunaan formalin dalam makanan ditemukan oleh Badan POM
pada tahun 2005 yang menguji makanan jajanan anak di 195 Sekolah Dasar di 18
Propinsi. Dari 66 sampel bakso yang dianalisis satu (1) sampel bakso
mengandung formalin, begitu juga dengan sepuluh (10) sampel tahu yang
dianalisis empat (4) diantaranya mengandung formalin, selain jajanan tersebut dua
(2) dari delapan (8) sampel mi yang dianalisis juga mengandung formalin. 15
Penelitian thesis afif meneliti bahan pengawet yang terkandung dalam
jajanan anak sekolah di perkotaan dan pinggiran kota Sukoharjo, Solo mengambil
sampel sebanyak 24 sampel. Hasilnya sebanyak 17 sampel positif mengandung
formalin (70,8%) di perkotaan dan 21 sampel positif mengandung formalin
(87,5%). Untuk penggunaan boraks, pada tempat yang sama, didapati 18 sampel
positif mengandung boraks di perkotaan, 21 sampel positif mengandung boraks di
pinggiran kota. 12
Penelitian yang dilakukan di kota Medan, Sumatera Utara, meneliti
kandungan formalin yang terdapat pada jajanan bakso yang dijual di Sekolah
Dasar di satu kecamatan kota Medan. Peneliti mengambil 21 jumlah sampel dari
21 Sekolah Dasar di satu kecamatan kota Medan. Hasilnya tujuh sampel positif
mengandung formalin. 12
2.5.2 Boraks
Boraks yang berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq merupakan kristal
lunak yang mengandung mineral boron yang memiliki senyawa kimia yang
kompleks. Senyawa ini dipercaya dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan ketupat yang jika digigit akan
terasa lebih kenyal, atau kerupuk yang bila digigit akan lebih rapuh dan renyah.
12
Boraks yang dijual dipasaran biasanya berbentuk kristal putih seperti gula pasir.
Di Jawa Barat, larutan boraks dikenal dengan dengan sebutan “bleng”. Hanya saja
orang mendapatkannya dari sejenis tanah liat yang mengandung mineral boron
yang kemudian disaring. 16
Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks secara terus
menerus dalam jumlah banyak akan menyebabkan keracunan dan merusak sistem
organ tubuh seperti; susunan syaraf pusat (SSP), ginjal, dan hati dan berujung
pada kematian. 16
2.6 Zat Pemanis Buatan
Siklamat adalah pemanis buatan yang masih populer di Indonesia.
Pemanis buatan ini merupakan garam natrium dari asam siklamat. Siklamat
menimbulkan rasa manis tanpa rasa ikutan. Sifat siklamat sangat mudah larut
dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali sukrosa. Pemanis buatan lain
adalah sakarin dengan komposisi garam natrium dari asam sakarin. Pemanis
buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 200-700 kali sukrosa. Harga sakarin
paling murah dibanding dengan pemanis buatan lainnya. Karena itu, sakarin
banyak digunakan pedagang kecil. 14
Studi kasus yang dilakukan di Bekasi, Jakarta yang menguji zat pemanis
buatan yang terdapat pada jajanan anak di SDN Telaga Murni 03 dan Tambun 04
memberikan hasil 4 dari 8 sampel jajanan yang manis di SD tersebut mengandung
sakarin dan siklamat bersamaan melebihi batas yang diperblehkan. 14
Penelitian yang dilakukan di Kota Medan, Kecamatan Medan Tuntungan,
meneliti kandungan sakarin dalam beberapa jenis minuman yang dijual di SD
Negeri No 064025 kelurahan Simpang Selayang. Peneliti mengambil tiga sampel
yaitu berupa es ganepo, es doger, dan es krim. Hasilnya semua sampel
mengandung sakarin, dan hanya es doger yang kadar sakarin melebihi batas yang
diperbolehkan. 17
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dipublikasi, ternyata banyak penjual
jajanan di sekitar Sekolah Dasar yang menggunakan zat pewarna makanan, bahan
pengawet, serta zat pemanis buatan untuk barang dagangan mereka. Tentu
berbahaya bagi pembeli apalagi mayoritas pembeli adalah anak-anak sekolah
dimana masih dalam masa pertumbuhan sudah terus menerus terpapar dengan zat-
zat berbahaya tersebut.
3.2 SARAN
Disarankan kepada para orang tua menjaga kesehatan anak-anak mereka
dengan cara memberikan bekal makanan apabila anak-anak tersebut sekolah.
Perhatian dari pihak sekolah juga perlu ditingkatkan demikian pula dengan Dinas
Kesehatan setempat misalnya dengan terus mengadakan inspeksi secara
berkelanjutan dan memberikan penyuluhan kepada para pedagang tentang
penyajian makanan yang sehat. Bagi peneliti lainnya yang menaruh minat dalam
makalah ini, kedepannya mungkin dapat melakukan penelitian dengan topik yang
sama namun dengan skala yang lebih luas dan variabel permasalahan yang lebih
beragam.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Dirjen Binkesmas. Aspek Gizi Makanan Jajanan. Jakarta. 1990.2. Judarwanto. Perilaku makan anak sekolah. 2008. Diunduh di:
http://www.gizi.net/makalah/download.3. Saleh S . Kursus Singkat Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Yogyakarta. 1998. Universitas Gajah Mada.4. Cahyadi, W. Analisis dan. Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan.
Jakarta : Bumi Aksara. 2006. 1-2, 53-66.5. Yuliarti N. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta. Penerbit
Andi. 2007. Hal 1-2, 4, 8, 31-32, 36, 38, 42.6. Mariana. Perilaku Konsumsi Sarapan Pagi dan Makanan Jajanan Serta Status
Gizi Siswa SLTP Negeri 17 dan SLTP Perguruan Budi Satrya di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2006. Skripsi Gizi Kesehatan Masyarakat. 2006. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
7. Marlina. Uji Mikrobiologi Makanan Jajanan Kue Basah di Sekolah Dasar Negeri Jalan Megawati/ Halat, Kec. Medan Area, Tahun 2003. Skripsi Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
8. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktoral Jenderal Pendidikan
Tinggi. 2000. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
9. Direktorat Perlindungan Konsumen. Bagaimana Memilih Jajanan Sehat dan
Aman. Departemen Perdagangan RI. Jakarta. 2006. Diunduh dari:
http://pkditjenpdn.depdag.go.id.
10. Lubis FSK. Gambaran pengguanan zat pewarna sintetis pada jajanan saus bakso bakar di sekolah dasar Negeri. 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
11. Cahyadi W. Analisis dan. Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Jakarta : Bumi Aksara. 2006. 1-2, 53-66.
15
12. Silalahi J. Analisa Rhodamin B pada Jajanan Anak Sekolah Dasar Kabupaten labuhan Batu Selatan Sumatera Utara. 2011. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan
13. Noriko N., Studi Kasus Terhadap Zat Pewarna, Pemanis Buatan dan Formalin pada Jajanan Anak di SDN Telaga Murni 03 dan Tambun 04 Kabupaten Bekasi. 2011. Universitas Al Azhar Indonesia.
14. Ginting FW. Pemeriksaan Formalin Pada Bakso Yang Dijual Di Sekolah Dasar Di Kota Medan. Medan. 2011. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
15. Rachmawati E. Waspadai Jajanan Anak di Sekolah. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta. Penerbit Kompas. 2006. Hal 201-205
16. Syahputri H., Pemeriksaan Senyawa Boraks Pada Bakso Secara Kualitatif.
2015. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id.
17. Sinulingga R. Penentuan Kadar Sakarin Dalam Beberapa Jenis Minuman
Jajanan Yang Dipasarkan Di SD Negeri No. 064025 Jln. Flamboyan
Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Secara
Krhomatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). 2011. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id.